ABSTRACT
Penggunaan hydro-crack system pada motor bakar selain berfungsi untuk memperbaiki emisi gas
buang dan meningkatkan kinerja mesin saat proses pembakaran. Pembakaran sempurna dapat
diperbaiki selama proses pembakaran berlangsung. Tujuan penelitian menentukan besar optimum
kenaikkan daya, penurunan konsumsi bahan bakar dan kenaikkan tekanan efektif rerata dan
putarannya terhadap penggunaan bahan bakar oktan 92 tanpa HCS. Metoda pengujian kinerja
mesin dalam mendapatkan data adalah kecepatan konstan (v kostan) berdasarkan ISO 1585. Data
selanjutnya disajikan dalam bentuk grafik yang selanjutnya dihitung dengan statistik. Hasil daya
naik 2,83hP dan bmep 43,19kPa pada 4000rpm, sfc turun 0,0358kg/hP.jam pada 1000rpm dan
bmep naik 43,19kPa, saat penggunakan bahan bakar oktan 92 terhadap standar. Saat menggunakan
oktan 95 dengan HCS daya naik 7,95hP pada 4000rpm, bmep 28,42 kPa saat 4500 dan sfc turun
0,0537kg/hp.jam pada 1000rpm
Keywords: daya, konsumsi bahan bakar, tekanan efektif rerata, nilai oktan, hydro-crack system
1
Winoko Y. A., Jurnal ROTOR, Volume 11 Nomor 2, November 2018
setiap kodisi putaran mesin berbeda. Untuk pembakaran terjadi secara bertahap. Titik awal
kondisi awal putaran atau kondisi mesin dingin proses pembakaran pada tahap kedua, saat terjadi
atau saat idling memerlukan campuran kaya. Saat kenaikkan tekanan yang terukur pada diagram
kondisi mesin crushinng atau accleration maka indikator. Kondisi ini terjadi pada titik perpisahan
terjadi campuran kurus. Dalam diagram shankey garis kompresi.
mesin ini efisiensinya rendah. Kondisi terjadi Gambar 1 adalah tahapan proses
akibat pembakaran tidak sempurna, kerugian pembakaran pada motor bensin. Titik A terjadi
emisi gas buang, proses pendinginan, kompresi 28° sebelum titik mati atas yang merupakan titik
dan gesekan. Kondisi operasi kerja komponen awal pembakaran. Titik B adalah titik terjadinya
utama motor bensin saat menghasilkan daya kenaikkan tekanan yang terdeteksi sebelum titik
adalah (Yuniarto:2014), mati atas, yang menunjukkan bahwa bahan bakar
sudah memberikan respon terjadinya pembakaran
Tabel 1. Kerja mesin 4 langkah dan titik C adalah tekanan maksimum. Jarak titik
A sampai titik B menunjukkan proses
N Langkah Pemasuk Kom Usaha Pembuangan pembakaran yang berarti tahapan pertama. Jarak
o an presi antara titik B sampai titik C menunjukkan
selesainya api pembakaran, yang berarti tahapan
1. Gerakan Ke bawah Ke Ke bawah Ke atas ke dua. Pada kondisi ini seluruah enegi bahan
piston atas bakar terbebaskan dan terjadi reassosiasi yang
disebut pembakaran lanjut terjadi setelah proses
2. Katub Terbuka Tertut Tertutup Tertutup pembakaran, Titik D adalah akhir proses
masuk up pembakaran. Parameter berpengaruh terhadap
waktu pembakaran efektif yaitu nilai oktan bahan
3. Katub Tertutup Tertut Tertutup Tertuka bakar, rasio campuran udara terhadap bahan
buang up bakar, suhu, tekanan awal, jarak ujung pemantik
dan turbulensi aliran bahan bakar (Ariawan Budi.
2016). Pada tahapan kedua faktor yang
4. Muatan Campura Camp Pembakaran Gas bekas
berpengaruh yaitu tekanan dan laju kenaikan
silinder n udara uran gas pembakaran tekanan untuk menghasilkan daya.
dan udara
bahan dan
bakar bahan
bakar
2. Pembakaran
3. Kinerja Mesin
Pembakaran secara teoritis adalah
reaksi pembakaran sempurna antara bahan bakar Daya (N) adalah energi hasil pembakaran
dan udara dimana reaktan habis terbakar. mesin untuk tiap satu satuan waktu. Fungsi daya
Pembakaran aktual selalu menghasilkan gas menghasilkan kecepatan optimum, saat kondisi
buang yang bersifat sebagai toksin. Secara teoritis jalan datar . Ada dua jenis daya pada motor bakar
pada mesin bensin saat proses pembakaran yaitu daya indikator dan daya mekanis. Faktor
berlangsung ada dua tahapan (Kawano. 2006). yang berpengaruh terhadap daya diantaranya
Tahapan tersebut yaitu tahapan persiapan diameter silinder, volume silinder, rasio
(ignition lag) dan tahapan murni. Pada tahapan kompresi, diameter katup dan timing. Daya
persiapan bergantung dari jenis bahan bakar (nilai indikator (Ne) adalah daya yang berhubungan
oktan), selain suhu dan tekanan. Tahapan ke dua dengan beban mesin. Besar daya indikator
atau tahapan murni di mana kecepatan proses (Arismunandar. 1994),
2
Winoko Y. A., Jurnal ROTOR, Volume 11 Nomor 2, November 2018
𝑃𝑖 𝑥 𝑉𝑑 𝑥 𝑁 𝑥 𝑖 𝜌𝑓 𝑥𝑣𝑓
𝑁𝑒 = 𝑚𝑓 =
0,45 𝑥 𝑧 𝑡
dengan dengan
3
Ne : Daya Indikator (Ps).. ρf : Massa jenis bahan bakar (kg/m )
3
Pi : Tekanan indikasi rata-rata (kg/cm²). Vf : Volume bahan bakar (m ).
I : Jumlah piston.
z : Putaran poros engkol, untuk 4 langkah = 2 Tekanan efektif rerata atau break man
dan untuk 2 langkah = 1. Untuk effective pressure (Bmep) adalah tekanan konstan
menentukan besarnya daya indikator dapat teoritis, pada piston selama langkah kerja akan
dehitung dengan persamaan menghasilkan kerja netto per siklus yang sama
(Arismunandar. 1994). dengan yang secara aktual. Besar tekanan efektif
rerata (Bmep) adalah (Mathur, M. L & Sharma, R.
P. 1980).
716,2 x Ne
T=
n
𝑁𝑒 𝑥 𝑧
𝐵𝑚𝑒𝑝 =
𝐴𝑥𝐿𝑥𝑖𝑥𝑛
dengan,
T = Torsi (Kg.m).
dengan
n = putaran mesin (rpm).
Ne : Daya poros efektif (hP).
Ne = Daya (hP).
A : Luas penampang piston (m2).
Konsumsi bahan bakar (sfc) adalah jumlah
L : Panjang langkah (m).
(massa) bahan bakar yang habis terbakar untuk
tiap satu satuan waktu. Besar pemakaian bahan n : Putaran mesin (rpm).
bakar spesifik adalah (Heywood. 1988),
i : Jumlah piston.
Sfc : Konsumsi bahan bakar (kg/(hPxJam). Setiap kondisi putaran mesin berbeda
akibat adanya beban kerja mesin. Jenis putaran
Besarnya mf adalah (Heywood. 1988), pada mesin, diantaranya putaran idle (idle speed)
adalah kondisi putaran terendah saat mesin dapat
beroperasi, saat pedal gas tidak dalam kondisi
3
Winoko Y. A., Jurnal ROTOR, Volume 11 Nomor 2, November 2018
Bahan
Bahan terdiri dari,
a. Mesin 4 langkah (www.daihatsu.com). Gambar 3. Perbandingan daya bahan bakar oktan 92
b. Diameter piston 72 mm, terhadap oktan 92+HCS
c. Panjang langkah 79,2mm.
d. Daya maks 88PS/6000rpm. Saat 3000rpm dayanya naik sebesar 4,37%
e. torsi 11,7kgm/4400rpm. atau 1,54hP saat menggunakan HCS. Untuk
f. Bahan bakar nilai oktan 92 dan oktan 95. 3500rpm daya naik 5,68% atau 2,37hP, saat 4000
Alat yang digunakan terdiri dari, rpm terjadi kenaikkan sebesar 5,90% atau 2,84hP
a. Dinamo meter. saat 4500rpm sebesar 3,02% atau 1,63hP dan
b. HCS dengan 2 dua saluran. 5000rpm daya naik sebesar 8,535% atau 3,96hP
c. Buret 100ml. dibandingkan dengan tidak menggunakan HCS.
d. Tachometer digital. Perubahan daya terbesar sebesar 4,96hP pada
e. Blower. 5000rpm dan terkecil 0,47hP pada 1000rpm. Pada
f. Stopwatch. putaran rendah yang besarnya lebih kecil dari
2500rpm daya naik 1,27hP, untuk putaran sedang
besarnya antara 3000 sampai dengan 4000 rpm,
kenaikan daya rerata 2,25hP dan untuk putaran
tinggi besarnya lebih besar dari 4000rpm daya
naik 3,29hP. Perubahan daya saat terjadi saat
4
Winoko Y. A., Jurnal ROTOR, Volume 11 Nomor 2, November 2018
suhu mesin rendah maka suhu pembakaran bahan yaitu oktan 92 menggunakan HCS terhadap bahan
bakar belum tercapai. Kondisi ini berakibat pada bakar oktan 95 yang menggunakan HCS. Untuk
jumlah bahan bakar yang terbakar (campuran putaran rendah, saat 1000rpm daya naik sebesar
kaya) yang berpengaruh terhadap daya yang 3,75% atau 0,42hP, saat 1500rpm daya turun
belum optimum saat tidak menggunakan HCS. 8,54% atau 1,399hP, saat 2000 rpm daya naik
Faktor lain yang menyebabkan adalah tekanan 4,09% atau 1,01hP dan 2500rpm daya turun
kerja, saat tidak menggunakan HCS tekanan 1,38% atau 0,43hP. Pada putaran rendah ini
untuk mendorong terbentuknya proses terjadi daya rerata turun 0,52% atau 0,095hP
pengkabutan bahan bakar lebih lambat jika dibandingkan saat mesin menggunakan HCS
dibandingkan saat mengunakan HCS. Kondisi ini dengan bahan bakar oktan 92. Untuk putaran
akibat api belum mencapai daerah yang jauh sedang yaitu 3000rpm daya naik 3,56% atau
terhadap sumbernya. Proses penyebaran api sebesar 1,36hP, saat 3500rpm naik 3,54% atau
belum sempurna sebab adanya celah sempit 1,62hP, 4000 rpm daya naik 7,96% atau sbesar
antara komponen yang satu dengan lainnya belum 7,25hP dan 4500rpm daya naik 14,43% atau
terjangkau api. Selain itu juga langkah piston sebesar 9,36hP. Pada putaran menengah daya
lebih panjang dari diameter piston sehingga rerata naik 7,37% atau sebesar 4,19hP terhadap
menyebabkan terjadinya keterlambatan proses mesin yang terpasang HCS dengan bahan bakar
pembakaran yang berpengaruh terhadap daya. oktan 92 . Pada 5000rpm daya naik 0,79% atau
Gambar 4 menunjukkan perbandingan sebesar 0,50hP.
daya saat menggunakan HCS dengan bahan bakar
oktan 95 terhadap bahan bakar oktan 92 tidak
menggunakan HCS. Pada 1000rpm daya naik Konsumsi Bahan Bakar
sebesar 7,95% atau 0,89hP, saat 1500rpm terjadi Gambar 5 menunjukkan perbandingan
kenaikan sebesar 1,78% atau 0,29hP, untuk 2000 kondisi perubahan konsumsi bahan bakar untuk
rpm daya naik sebesar 9,39% atau 2,32hP dan setiap putaran mesin, saat menggunakan bahan
2500rpm terjadi kenaikkan sebesar 5,69% atau bakar bakar oktan 92 yang menggunakan HCS
1,77hP terhadap standar. Pada putaran rendah dan tidak menggunakan HCS. Data yang tersaji
daya rerata naik sebesar 5,31% atau 1,75hP. Pada dalam bentuk grafik tersebut menunjukkan bahwa
putaran sedang yang terjadi saat 3000rpm sampai pada putaran rendah komsumsi bahan bakarnya
dengan 4000 kanaikkan dayanya untuk setiap tinggi sampai pada putaran tertentu. Kondisi ini
putaran mesin sebagai berikut saat 3000rpm daya terjadi akibat beberapa faktor, diantaranya saat
naik 7,60% atau 2,90hP, 3500rpm naik 8,72% awal suhu mesin belum mencapai suhu kerja,
atau 3,99hP, untuk 4000 rpm daya naik sebesar terjadinya pembakaran kaya dan cara menginjak
13,09% atau 7,25hP, untuk 4500rpm daya naik pedal yang tidak konstan. Saat suhu kerja mesin
sebesar 16,94% atau 10,09hP. Pada putaran belum tercapai, maka bahan bakar masih dalam
menengah daya rerata naik 11,54% terhadap bentuk buturan cair bukan berbentuk kabut.
standar atau 6,28hP. Pada putaran tinggi yang di Selain itu juga saat suhu kerja belum tercapai
mana berdasarkan data putaran kontrol yang maka bahan bakar yang keluar dari injektor cukup
terukur saat 5000rpm, di mana saat itu daya naik banyak sehingga kondisi ini menyebabkan
sebesar 8,59% atau 5,46hP terhadap standar. konsumsi bahan bakar tinggi dan daya rendah.
Proses penekanan pedal gas berpengaruh sebab,
saat awal mesin berputar sampai dengan putaran
stasioner atau bahkan sampai putaran tertentu
maka terjadi putaran mesin yang berarti variasi
gas. Kondisi ini menyebabkan bahan bakar yang
keluar tidak stabil. Setelah kondisi suhu dan
tekanan pembakaran tercapai maka terjadi proses
pembakaran sempurna yang menyebabkan sfcnya
turun sampai pada titik tertentu.
5
Winoko Y. A., Jurnal ROTOR, Volume 11 Nomor 2, November 2018
Pada putaran sedang dan tinggi kembali Untuk uraian perbandingan konsumsi
konsumsi bahan bakarnya naik sebab, kabut bahan bakar antara bahan bakar oktan 92 tanpa
bahan bakar sudah terbakar sehingga bahan bakar menggunakan HCS terhadap bahan bakar oktan
menjadi boros. Selain itu juga meningkatnya 95 yang menggunakan HCS, saat 1000rpm
faktor mekanikal akibat gesekan antar komponen konsumsi bahan bakar turun 27,84% atau
dan tekanan yang tinggi menyebabkan konsumsi 0,03537kg/hP.jam. Sedang saat 1500rpm terjadi
bahan bakar naik dan penurunan daya. Besar penurunan konsumsi bahan bakar 32,75% atau
penurunan konsumsi bahan bakar saat 0,0369kg/hP.jam. Saat 2000 rpm konsumsi bahan
menggunakan bahan bakar oktan 92 yang bakar turun sebesar 24,01% atau 0,0242kg/hP.jam
menggunakan HCS jika dibandingkan dengan dan 2500rpm konsumsi bahan bakar turun
tanpa menggunakan HCS untuk putaran mesin. 15,63% atau sebesar 0,0130 kg/hP.jam terhadap
Saat 1000rpm penurunan konsumsi bahan bakar saat menggunakan bahan bakar oktan 92 tanpa
sebesar 16,98% atau 0,0358kg/hP.jam, saat HCS. Untuk putaran rendah konsumsi bahan
1500rprpm konsumsi bahan bakar turun sebesar bakar mengalami penuruanan rerata sebesar 25%
15,63% atau 0,0217kg/hP.jam. Untuk 2000 rpm atau 0,0215kg/hP.jam. Pada putaran menengah
terjadi penurunan konsumsi bahan bakar 15,31% 3000 rpm konsumsi bahan bakar turun 16,41%
atau 0,0166kg/hP.jam dan 2500rpm terjadi atau 0,0118 kg/hp.jam, saat 3500rpm konsumsi
penuruanan konsumsi bahan bakar sebesar bahan bakar turun 22,03% atau 0,0156 kg/hP.jam
14,12% atau 0,0119kg/hP.jam terhadap standar dan saat 4000rpm terjadi penuruanan 16,73% atau
atau tanpa menggunakan HCS. Pada putaran 0,0128kg/hP.jam dan 4500rpm terjadi penuruanan
rendah konsumsi bahan bakar rerata mengalami konsumsi bahan bakar 17,25% atau
penurunan sebesar 15,51% atau 0,0215 0,0137kg/hP.jam, sedang konsumsi bahan bakar
kg/hP.jam. Untuk putaran menengah saat rerata turun 18% atau 0,0135kg/hP.jam), saat
3000rpm konsumsi bahan bakar turun sebesar 5000rpm konsumsi bahan bakar mengalami
11,16% atau 0,0084kg,hp.jam, Pada 3500rpm penuruanan 35,17% atau 0,0255kg/hP.jam).
terjadi penurunan konsumsi bahan bakar 13,52% Besar perbandingan konsumsi bahan bakar antara
atau 0,0103kg/hP,jam, untuk 4000rpm besar bahan bakar oktan 92+HCS terhadap bahan bakar
konsumsi bahan bakar turun 14,34% atau oktan 95+HCS sebagai berikut, 1000rpm
0,0112kg/hP.jam dan saat 4500rpm besar konsumsi bahan bakar turun sebesar 14,41% atau
konsumsi bahan bakar terjadi penurunan sebesar 0,0278kg/hP.jam dan saat 1500rpm turun 17,20%
13,54% atau 0,0111kg/hP.jam. Pada putaran atau 0,0208kg/hP.jam. Pada putaran 2000 rpm
menengah konsumsi bahan bakar turun sebesar konsumsi bahan bakar turun sebesar 10,02% atau
13,14% atau 0,0103kg/hP.jam dan saat 5000rpm 0,0101kg/hP.jam dan saat 2500rpm konsumsi
konsumsi bahan bakar turun 14,91% atau bahan bakar turun 4,93% atau 0,0041kg/hP.jam
0,0124kg/hP.jam. terhadap saat menggunakan bahan bakar oktan 92
Gambar 6 menunjukkan perbandingan dengan menggunakan HCS. Rerata konsumsi
konsumsi bahan bakar saat bahan bakar oktan 92 bahan bakar turun saat putaran rendah sebesar
tanpa HCS terhadap oktan 95 dengan HCS dan 11,64% atau 0,0157kg/hP.jam. Untuk putaran
oktan 92 dengan HCS terhadap oktan 95 dengan menengah saat 3000rpm konsumsi bahan bakar
HCS. turun 4,45% atau sebesar 0,0032kg/hp.jam,
3500rpm konsumsi bahan bakar turun 8,47%
atau 0,0060kg/hP.jam dan pada saat 4000rpm
turun 4,18% atau 0,0032kg/hP.jam sedang
4500rpm konsumsi bahan bakar turun 3,27% atau
0,0026 kg/hP.jam. Penurunan konsumsi bahan
bakar rerata 5,09% atau 0,0004kg/hP.jam, sedang
6
Winoko Y. A., Jurnal ROTOR, Volume 11 Nomor 2, November 2018
DAFTAR PUSTAKA
[1] Arismunandar. 1994. “Penggerak Mula
Motor Bakar Torak”. ITB, Bandung.
[2] Anonim1. 2003.”Manual Book Toyota”
Jakarta.
[3] Ariawan Budi Wayan, Kusuma Wijaya dan
Adnyana Bandem. 2016. “Pengaruh
Penggunaan Bahan Bakar Pertalite
Gambar 7. Perbandingan bmep bahan bakar oktan 92 Terhadap Unjuk Kerja Daya, Torsi dan
terhadap oktan 92+HCS Konsumsi Bahan Bakar Sepeda Motor
7
Winoko Y. A., Jurnal ROTOR, Volume 11 Nomor 2, November 2018
Bertransmisi Otomatis”. Jurnal MEKTEK [9] Rujanto J.P. 2015. “Penghemat Bahan Bakar
Volume 2 No 1 2016 (pp51-58). HCS Pada Mesin Mobil” TRAKSI Vol. 15
[4] Fuad A.S. 2014. “Prototype alat Penghemat No. 1. pp 38-50.
Bahan Bakar Mobil Menggunakan Metode [10] Solechan. 2014. “Analisa Penambahan Pipa
Hydrocarbon Crack System Untuk Katalis Hydrocarbon Crack Dengan
Menghemat Bahan Bakar dan Mengurangi Memanfaatkan Uap Tangki Terhadap
Emisi Gas Buang” . Proseding SNATIF Ke 1. penghemat Nahan Bakar dan Emisi Gas
ISBN: 978-602-1180-04-4. Buang Sepeda Motor Jupiter Z”. Majalah
[5] Heywood. 1988. “Internal Combustion Ilmiah Pawiyatan. Vol : XXI, No : 2. pp 12-
Engine Fundamental”. International, Edition, 27.
Mc Graw-Hill Book Company. New York [11] Yuniarto A,W. 2017. “Pengujian Daya dan
[6] Kawano. 2006. “Dikat Kuliah Motor Bakar Emisi Gas Buang”. Polinema Press. Malang.
I”. Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi [12] Yuniarto A,W. 2014. “Modul Motor Bakar
Sepuluh Nopember Surabaya. 1”. Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri
[7] Mathur, M. L & Sharma, R. P. 1980). “A Malang.
Course In Internal Combustion Engine”. [13] www.daihatsu.com, akses. 16 Oktober
Dhanpat Rai & Son, Nai Sarak Delhi. 2017.
[8] Pulkrabek, W. (1997), “Engineering
Fundamental of the Internal Combustion
Engine”, Prentice Hall International, INC.