Anda di halaman 1dari 8

Winoko Y. A.

, Jurnal ROTOR, Volume 11 Nomor 2, November 2018

PENGGUNAAN HYDRO-CRACK SYSTEM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN


KINERJA MESIN

Yuniarto Agus Winoko1, Bambang Hertomo1, Nurhadi1


1
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Malang
Email: *dhimazyuni@gmail.com

ABSTRACT

Penggunaan hydro-crack system pada motor bakar selain berfungsi untuk memperbaiki emisi gas
buang dan meningkatkan kinerja mesin saat proses pembakaran. Pembakaran sempurna dapat
diperbaiki selama proses pembakaran berlangsung. Tujuan penelitian menentukan besar optimum
kenaikkan daya, penurunan konsumsi bahan bakar dan kenaikkan tekanan efektif rerata dan
putarannya terhadap penggunaan bahan bakar oktan 92 tanpa HCS. Metoda pengujian kinerja
mesin dalam mendapatkan data adalah kecepatan konstan (v kostan) berdasarkan ISO 1585. Data
selanjutnya disajikan dalam bentuk grafik yang selanjutnya dihitung dengan statistik. Hasil daya
naik 2,83hP dan bmep 43,19kPa pada 4000rpm, sfc turun 0,0358kg/hP.jam pada 1000rpm dan
bmep naik 43,19kPa, saat penggunakan bahan bakar oktan 92 terhadap standar. Saat menggunakan
oktan 95 dengan HCS daya naik 7,95hP pada 4000rpm, bmep 28,42 kPa saat 4500 dan sfc turun
0,0537kg/hp.jam pada 1000rpm

Keywords: daya, konsumsi bahan bakar, tekanan efektif rerata, nilai oktan, hydro-crack system

PENDAHULUAN 1997). Peneliti sebelumnya tentang pemakaian


Engine adalah alat untuk mengkonversi hydro-crack system pada motor bakar dilakukan.
energi kimia bakar menjadi energi panas dan Fuad A.S (2014) menyimpulkan bahwa alat
selanjutnya menjadi emegi gerak. Berdasarkan penghemat bahan bakar mobil menggunakan
proses pembakarannya maka terdapat 2 (dua) hydrocarbon crack system dengan
jenis motor bakar, yaitu motor pembakaran luar bertambahnya panjang pipa katalis akan
dan dalam. Pada motor pembakaran luar meningkatkan penghematan bahan bakar dan
konversinya terjadi di luar ruang bakar untuk menurunya emis gas buang. R Ode (2014).
mendapatkan daya,. Berbeda dengan motor Menyimpulkan bahwa hydro-crack system
pembakaran dalam di mana konversinya terjadi di menaikkan torsi, daya dan menurunkan konsumsi
dalam ruang bakar. Klasifikasi motor bakar bahan bakar motor bensin. Solechan (2014),
berdasarkan konstruksinya (bergerak dan tidak hasilnya bahwa pemasangan pipa katalis HCS
bergerak), bagian utamanya (silinder, kepala pada sepeda motor Jupiter Z menghemat bahan
silinder, blok silinder dan lain lain), langkah bakar 50% terhadap putaran dengan
kerjanya (dua dan empat langkah), susunan menggunakan bahan bakar premium. Rujanto J.P.
silinder (segaris, horisontal, V), jumlah silinder (2015), menyimpulkan bahwa sistim HCS pipa
dan perbandingan antara diameter silinder dan katalis menurunkan konsumsi bahan bakar
panjang langkah (Anonim1. 2003). Tenaga yang pertamax akibat penguraian H yang dapat
dihasilkan pada motor bakar terjadi akibat menyempurnakan pembakaran bahan bakar.
kesesuaian dari sistim bahan bakar, pengapian, Tujuan penelitian menentukan besar optimum
kelistrikan, pengdinginan, gas buang dan lain lain. kenaikkan daya, penurunan konsumsi bahan
Peningkatan kinerja mesin motor bakar dapat bakar dan tekanan efektif rerata dan putarannnya
terjadi saat before burning, burning dan after terhadap penggunaan bahan bakar oktan 92 tanpa
burning. Salah satu cara yang yang mudah untuk HCS.
memperbaiki kinerja mesin dengan cara
memperbaikinya setelah proses pembakaran
berlangsung. Alasan memilih setelah proses Tinjauan Pustaka
pembakaran adalah, tidak mengubah desain 1. Siklus Otto
mesin, mudah melakukannya, waktunya relatif
singkat dan memanfaatkan kembali energi panas Kendaraan berbahan bakar bensin dalam
yang terbuang dan mengurangi toksin hasil apilikasinya menggunakan prinsip siklus Otto.
pembakaran tidak sempurna (Pulkrabek, W. Kualitas campuran bahan bakar dan udara untuk

1
Winoko Y. A., Jurnal ROTOR, Volume 11 Nomor 2, November 2018

setiap kodisi putaran mesin berbeda. Untuk pembakaran terjadi secara bertahap. Titik awal
kondisi awal putaran atau kondisi mesin dingin proses pembakaran pada tahap kedua, saat terjadi
atau saat idling memerlukan campuran kaya. Saat kenaikkan tekanan yang terukur pada diagram
kondisi mesin crushinng atau accleration maka indikator. Kondisi ini terjadi pada titik perpisahan
terjadi campuran kurus. Dalam diagram shankey garis kompresi.
mesin ini efisiensinya rendah. Kondisi terjadi Gambar 1 adalah tahapan proses
akibat pembakaran tidak sempurna, kerugian pembakaran pada motor bensin. Titik A terjadi
emisi gas buang, proses pendinginan, kompresi 28° sebelum titik mati atas yang merupakan titik
dan gesekan. Kondisi operasi kerja komponen awal pembakaran. Titik B adalah titik terjadinya
utama motor bensin saat menghasilkan daya kenaikkan tekanan yang terdeteksi sebelum titik
adalah (Yuniarto:2014), mati atas, yang menunjukkan bahwa bahan bakar
sudah memberikan respon terjadinya pembakaran
Tabel 1. Kerja mesin 4 langkah dan titik C adalah tekanan maksimum. Jarak titik
A sampai titik B menunjukkan proses
N Langkah Pemasuk Kom Usaha Pembuangan pembakaran yang berarti tahapan pertama. Jarak
o an presi antara titik B sampai titik C menunjukkan
selesainya api pembakaran, yang berarti tahapan
1. Gerakan Ke bawah Ke Ke bawah Ke atas ke dua. Pada kondisi ini seluruah enegi bahan
piston atas bakar terbebaskan dan terjadi reassosiasi yang
disebut pembakaran lanjut terjadi setelah proses
2. Katub Terbuka Tertut Tertutup Tertutup pembakaran, Titik D adalah akhir proses
masuk up pembakaran. Parameter berpengaruh terhadap
waktu pembakaran efektif yaitu nilai oktan bahan
3. Katub Tertutup Tertut Tertutup Tertuka bakar, rasio campuran udara terhadap bahan
buang up bakar, suhu, tekanan awal, jarak ujung pemantik
dan turbulensi aliran bahan bakar (Ariawan Budi.
2016). Pada tahapan kedua faktor yang
4. Muatan Campura Camp Pembakaran Gas bekas
berpengaruh yaitu tekanan dan laju kenaikan
silinder n udara uran gas pembakaran tekanan untuk menghasilkan daya.
dan udara
bahan dan
bakar bahan
bakar

5. Volume Bertamba berku Bertambah Berkurang


silinder h rang

6. Suku Rendah Tingg Sangat Tinggi


silinder i timggi

7. Tekanan Dibawah Diata Sangat tinggi


silinder atm s atm tinggi
Gambar 1 Tahapan Pembakaran pada motor bensin
(Sumber: Kawano. 2006)

2. Pembakaran
3. Kinerja Mesin
Pembakaran secara teoritis adalah
reaksi pembakaran sempurna antara bahan bakar Daya (N) adalah energi hasil pembakaran
dan udara dimana reaktan habis terbakar. mesin untuk tiap satu satuan waktu. Fungsi daya
Pembakaran aktual selalu menghasilkan gas menghasilkan kecepatan optimum, saat kondisi
buang yang bersifat sebagai toksin. Secara teoritis jalan datar . Ada dua jenis daya pada motor bakar
pada mesin bensin saat proses pembakaran yaitu daya indikator dan daya mekanis. Faktor
berlangsung ada dua tahapan (Kawano. 2006). yang berpengaruh terhadap daya diantaranya
Tahapan tersebut yaitu tahapan persiapan diameter silinder, volume silinder, rasio
(ignition lag) dan tahapan murni. Pada tahapan kompresi, diameter katup dan timing. Daya
persiapan bergantung dari jenis bahan bakar (nilai indikator (Ne) adalah daya yang berhubungan
oktan), selain suhu dan tekanan. Tahapan ke dua dengan beban mesin. Besar daya indikator
atau tahapan murni di mana kecepatan proses (Arismunandar. 1994),

2
Winoko Y. A., Jurnal ROTOR, Volume 11 Nomor 2, November 2018

𝑃𝑖 𝑥 𝑉𝑑 𝑥 𝑁 𝑥 𝑖 𝜌𝑓 𝑥𝑣𝑓
𝑁𝑒 = 𝑚𝑓 =
0,45 𝑥 𝑧 𝑡

dengan dengan
3
Ne : Daya Indikator (Ps).. ρf : Massa jenis bahan bakar (kg/m )
3
Pi : Tekanan indikasi rata-rata (kg/cm²). Vf : Volume bahan bakar (m ).

Vd : Volume langkah (m³). mf : Laju alir bahan bakar (kg.jam).

n : Putaran mesin (rpm). t : Waktu (detik)

I : Jumlah piston.

z : Putaran poros engkol, untuk 4 langkah = 2 Tekanan efektif rerata atau break man
dan untuk 2 langkah = 1. Untuk effective pressure (Bmep) adalah tekanan konstan
menentukan besarnya daya indikator dapat teoritis, pada piston selama langkah kerja akan
dehitung dengan persamaan menghasilkan kerja netto per siklus yang sama
(Arismunandar. 1994). dengan yang secara aktual. Besar tekanan efektif
rerata (Bmep) adalah (Mathur, M. L & Sharma, R.
P. 1980).
716,2 x Ne
T=
n
𝑁𝑒 𝑥 𝑧
𝐵𝑚𝑒𝑝 =
𝐴𝑥𝐿𝑥𝑖𝑥𝑛
dengan,

T = Torsi (Kg.m).
dengan
n = putaran mesin (rpm).
Ne : Daya poros efektif (hP).
Ne = Daya (hP).
A : Luas penampang piston (m2).
Konsumsi bahan bakar (sfc) adalah jumlah
L : Panjang langkah (m).
(massa) bahan bakar yang habis terbakar untuk
tiap satu satuan waktu. Besar pemakaian bahan n : Putaran mesin (rpm).
bakar spesifik adalah (Heywood. 1988),
i : Jumlah piston.

mf z :Jumlah putaran poros engkol tiap siklus untuk


Sfc = 4 langkah z = 2, dan untuk 2 langkah z = 1.
Ne

Bmep : Tekanan efektif rerata (kPa).


dengan
Ne : Daya poros efektif (hP).

mf : Laju alir bahan bakar (kg.jam). 4. Putaran Mesin

Sfc : Konsumsi bahan bakar (kg/(hPxJam). Setiap kondisi putaran mesin berbeda
akibat adanya beban kerja mesin. Jenis putaran
Besarnya mf adalah (Heywood. 1988), pada mesin, diantaranya putaran idle (idle speed)
adalah kondisi putaran terendah saat mesin dapat
beroperasi, saat pedal gas tidak dalam kondisi

3
Winoko Y. A., Jurnal ROTOR, Volume 11 Nomor 2, November 2018

terinjak (kondisi mesin tidak berbeban). Putaran


stasioner terjadi saat mesin berputar tetapi
putarannya meningkat akibat adaya beban (misal
kondisi AC “on”). Putaran menengah adalah
putaran yang terjadi saat katup gas terbuka antara
1/8 sampai dengan 3/4 dari pembukaan katup gas
maksimum, bahan bakar keluar melalui lubang
jarum skep, Saat itu terjadi tekanan paling rendah.
Besar putaran menengah 3000 sampai dengan
4000 rpm. Putaran tinggi terjadi saat bahan bakar
mengalir secara cepat saat mesin berputar. Pada
mesin satu silinder putaran tinggi terjadi diatas Gambar 2. Skema pengujian kinerja mesin
5000rpm, sedang untuk mesin multi silinder
putaran terjadi saat diatas 4500rpm (Yuniarto
A.W. 2017) HASIL DAN PEMBAHASAN
Daya
Gambar 3 adalah hasil pengujian daya
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi terhadap putaran mesin, saat menggunakan bahan
Metodologi pengujian kinerja mesin (daya, bakar oktan 92 dibandingkan dengan saat
sfc dan bmep) menggunakan metoda eksperiment menggunakan bahan bakar oktan 92 yang
laboratory kecepatan konstan (constan speed) dipasang HCS. Putaran mesin dalam pengujian
sesuai dengan standar ISO 1585. Suhu lingkungan daya maksimum perbandingan merupakan daya
pengujian 29°C dan tekanan (environment) yang terukur, dengan variasi putaran antara 1000
961mBa. Data hasil pengujian terdiri dari bakar sampai dengan 5000rpm. Pada 1000rpm terdapat
standar (oktan 92) tanpa menambahkan HCS, kenaikan daya sebesar 4,56% atau 0,47hP saat
bahan bakar oktan 92 dengan HCS bahan bakar menggunakan HCS, jika dibandingkan saat tidak
oktan 95 dengan menambahkan HCS. Pengolahan menggunakan HCS. Saat 1500rpm terjadi
data dengan statistik dan disajikan dalam bentuk kenaikan sebesar 6,649% atau 1,10hP, saat 2000
grafik. Variabel bebas (independent variables) rpm daya naik sebesar 5,85% atau 1,31hP dan
adalah variabel yang mempengaruhi atau yang 2500rpm daya naik sebesar 7,50 atau 2,20hP.
menyebabkan terjadinya perubahan, yaitu putaran
mesin, daya, waktu dan nilai oktan dan HCS.
Variabel terikat (dependent variables) atau
variabel tergantung adalah faktor-faktor yang
diamati dan diukur, yaitu konsumsi bahan bakar
dan tekanan relatif rerata. Variabel kontrol
(variabel kendali) adalah variabel yang
menyebabkan adanya hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat yaitu konstan putaran
mesin.

Bahan
Bahan terdiri dari,
a. Mesin 4 langkah (www.daihatsu.com). Gambar 3. Perbandingan daya bahan bakar oktan 92
b. Diameter piston 72 mm, terhadap oktan 92+HCS
c. Panjang langkah 79,2mm.
d. Daya maks 88PS/6000rpm. Saat 3000rpm dayanya naik sebesar 4,37%
e. torsi 11,7kgm/4400rpm. atau 1,54hP saat menggunakan HCS. Untuk
f. Bahan bakar nilai oktan 92 dan oktan 95. 3500rpm daya naik 5,68% atau 2,37hP, saat 4000
Alat yang digunakan terdiri dari, rpm terjadi kenaikkan sebesar 5,90% atau 2,84hP
a. Dinamo meter. saat 4500rpm sebesar 3,02% atau 1,63hP dan
b. HCS dengan 2 dua saluran. 5000rpm daya naik sebesar 8,535% atau 3,96hP
c. Buret 100ml. dibandingkan dengan tidak menggunakan HCS.
d. Tachometer digital. Perubahan daya terbesar sebesar 4,96hP pada
e. Blower. 5000rpm dan terkecil 0,47hP pada 1000rpm. Pada
f. Stopwatch. putaran rendah yang besarnya lebih kecil dari
2500rpm daya naik 1,27hP, untuk putaran sedang
besarnya antara 3000 sampai dengan 4000 rpm,
kenaikan daya rerata 2,25hP dan untuk putaran
tinggi besarnya lebih besar dari 4000rpm daya
naik 3,29hP. Perubahan daya saat terjadi saat

4
Winoko Y. A., Jurnal ROTOR, Volume 11 Nomor 2, November 2018

suhu mesin rendah maka suhu pembakaran bahan yaitu oktan 92 menggunakan HCS terhadap bahan
bakar belum tercapai. Kondisi ini berakibat pada bakar oktan 95 yang menggunakan HCS. Untuk
jumlah bahan bakar yang terbakar (campuran putaran rendah, saat 1000rpm daya naik sebesar
kaya) yang berpengaruh terhadap daya yang 3,75% atau 0,42hP, saat 1500rpm daya turun
belum optimum saat tidak menggunakan HCS. 8,54% atau 1,399hP, saat 2000 rpm daya naik
Faktor lain yang menyebabkan adalah tekanan 4,09% atau 1,01hP dan 2500rpm daya turun
kerja, saat tidak menggunakan HCS tekanan 1,38% atau 0,43hP. Pada putaran rendah ini
untuk mendorong terbentuknya proses terjadi daya rerata turun 0,52% atau 0,095hP
pengkabutan bahan bakar lebih lambat jika dibandingkan saat mesin menggunakan HCS
dibandingkan saat mengunakan HCS. Kondisi ini dengan bahan bakar oktan 92. Untuk putaran
akibat api belum mencapai daerah yang jauh sedang yaitu 3000rpm daya naik 3,56% atau
terhadap sumbernya. Proses penyebaran api sebesar 1,36hP, saat 3500rpm naik 3,54% atau
belum sempurna sebab adanya celah sempit 1,62hP, 4000 rpm daya naik 7,96% atau sbesar
antara komponen yang satu dengan lainnya belum 7,25hP dan 4500rpm daya naik 14,43% atau
terjangkau api. Selain itu juga langkah piston sebesar 9,36hP. Pada putaran menengah daya
lebih panjang dari diameter piston sehingga rerata naik 7,37% atau sebesar 4,19hP terhadap
menyebabkan terjadinya keterlambatan proses mesin yang terpasang HCS dengan bahan bakar
pembakaran yang berpengaruh terhadap daya. oktan 92 . Pada 5000rpm daya naik 0,79% atau
Gambar 4 menunjukkan perbandingan sebesar 0,50hP.
daya saat menggunakan HCS dengan bahan bakar
oktan 95 terhadap bahan bakar oktan 92 tidak
menggunakan HCS. Pada 1000rpm daya naik Konsumsi Bahan Bakar
sebesar 7,95% atau 0,89hP, saat 1500rpm terjadi Gambar 5 menunjukkan perbandingan
kenaikan sebesar 1,78% atau 0,29hP, untuk 2000 kondisi perubahan konsumsi bahan bakar untuk
rpm daya naik sebesar 9,39% atau 2,32hP dan setiap putaran mesin, saat menggunakan bahan
2500rpm terjadi kenaikkan sebesar 5,69% atau bakar bakar oktan 92 yang menggunakan HCS
1,77hP terhadap standar. Pada putaran rendah dan tidak menggunakan HCS. Data yang tersaji
daya rerata naik sebesar 5,31% atau 1,75hP. Pada dalam bentuk grafik tersebut menunjukkan bahwa
putaran sedang yang terjadi saat 3000rpm sampai pada putaran rendah komsumsi bahan bakarnya
dengan 4000 kanaikkan dayanya untuk setiap tinggi sampai pada putaran tertentu. Kondisi ini
putaran mesin sebagai berikut saat 3000rpm daya terjadi akibat beberapa faktor, diantaranya saat
naik 7,60% atau 2,90hP, 3500rpm naik 8,72% awal suhu mesin belum mencapai suhu kerja,
atau 3,99hP, untuk 4000 rpm daya naik sebesar terjadinya pembakaran kaya dan cara menginjak
13,09% atau 7,25hP, untuk 4500rpm daya naik pedal yang tidak konstan. Saat suhu kerja mesin
sebesar 16,94% atau 10,09hP. Pada putaran belum tercapai, maka bahan bakar masih dalam
menengah daya rerata naik 11,54% terhadap bentuk buturan cair bukan berbentuk kabut.
standar atau 6,28hP. Pada putaran tinggi yang di Selain itu juga saat suhu kerja belum tercapai
mana berdasarkan data putaran kontrol yang maka bahan bakar yang keluar dari injektor cukup
terukur saat 5000rpm, di mana saat itu daya naik banyak sehingga kondisi ini menyebabkan
sebesar 8,59% atau 5,46hP terhadap standar. konsumsi bahan bakar tinggi dan daya rendah.
Proses penekanan pedal gas berpengaruh sebab,
saat awal mesin berputar sampai dengan putaran
stasioner atau bahkan sampai putaran tertentu
maka terjadi putaran mesin yang berarti variasi
gas. Kondisi ini menyebabkan bahan bakar yang
keluar tidak stabil. Setelah kondisi suhu dan
tekanan pembakaran tercapai maka terjadi proses
pembakaran sempurna yang menyebabkan sfcnya
turun sampai pada titik tertentu.

Gambar 4. Perbandingan daya bahan bakar oktan 92


terhadap oktan 95+HCS

Kenaikkan daya saat kondisi sama sama


menggunakan HCS tetapi berbeda nilai oktannya

5
Winoko Y. A., Jurnal ROTOR, Volume 11 Nomor 2, November 2018

Gambar 6 Perbandingan konsumsi bahan bakar oktan


Gambar 5. Perbandingan konsumsi bahan bakar oktan
92 terhadap oktan 95+HCS
92 terhadap oktan 92+HCS

Pada putaran sedang dan tinggi kembali Untuk uraian perbandingan konsumsi
konsumsi bahan bakarnya naik sebab, kabut bahan bakar antara bahan bakar oktan 92 tanpa
bahan bakar sudah terbakar sehingga bahan bakar menggunakan HCS terhadap bahan bakar oktan
menjadi boros. Selain itu juga meningkatnya 95 yang menggunakan HCS, saat 1000rpm
faktor mekanikal akibat gesekan antar komponen konsumsi bahan bakar turun 27,84% atau
dan tekanan yang tinggi menyebabkan konsumsi 0,03537kg/hP.jam. Sedang saat 1500rpm terjadi
bahan bakar naik dan penurunan daya. Besar penurunan konsumsi bahan bakar 32,75% atau
penurunan konsumsi bahan bakar saat 0,0369kg/hP.jam. Saat 2000 rpm konsumsi bahan
menggunakan bahan bakar oktan 92 yang bakar turun sebesar 24,01% atau 0,0242kg/hP.jam
menggunakan HCS jika dibandingkan dengan dan 2500rpm konsumsi bahan bakar turun
tanpa menggunakan HCS untuk putaran mesin. 15,63% atau sebesar 0,0130 kg/hP.jam terhadap
Saat 1000rpm penurunan konsumsi bahan bakar saat menggunakan bahan bakar oktan 92 tanpa
sebesar 16,98% atau 0,0358kg/hP.jam, saat HCS. Untuk putaran rendah konsumsi bahan
1500rprpm konsumsi bahan bakar turun sebesar bakar mengalami penuruanan rerata sebesar 25%
15,63% atau 0,0217kg/hP.jam. Untuk 2000 rpm atau 0,0215kg/hP.jam. Pada putaran menengah
terjadi penurunan konsumsi bahan bakar 15,31% 3000 rpm konsumsi bahan bakar turun 16,41%
atau 0,0166kg/hP.jam dan 2500rpm terjadi atau 0,0118 kg/hp.jam, saat 3500rpm konsumsi
penuruanan konsumsi bahan bakar sebesar bahan bakar turun 22,03% atau 0,0156 kg/hP.jam
14,12% atau 0,0119kg/hP.jam terhadap standar dan saat 4000rpm terjadi penuruanan 16,73% atau
atau tanpa menggunakan HCS. Pada putaran 0,0128kg/hP.jam dan 4500rpm terjadi penuruanan
rendah konsumsi bahan bakar rerata mengalami konsumsi bahan bakar 17,25% atau
penurunan sebesar 15,51% atau 0,0215 0,0137kg/hP.jam, sedang konsumsi bahan bakar
kg/hP.jam. Untuk putaran menengah saat rerata turun 18% atau 0,0135kg/hP.jam), saat
3000rpm konsumsi bahan bakar turun sebesar 5000rpm konsumsi bahan bakar mengalami
11,16% atau 0,0084kg,hp.jam, Pada 3500rpm penuruanan 35,17% atau 0,0255kg/hP.jam).
terjadi penurunan konsumsi bahan bakar 13,52% Besar perbandingan konsumsi bahan bakar antara
atau 0,0103kg/hP,jam, untuk 4000rpm besar bahan bakar oktan 92+HCS terhadap bahan bakar
konsumsi bahan bakar turun 14,34% atau oktan 95+HCS sebagai berikut, 1000rpm
0,0112kg/hP.jam dan saat 4500rpm besar konsumsi bahan bakar turun sebesar 14,41% atau
konsumsi bahan bakar terjadi penurunan sebesar 0,0278kg/hP.jam dan saat 1500rpm turun 17,20%
13,54% atau 0,0111kg/hP.jam. Pada putaran atau 0,0208kg/hP.jam. Pada putaran 2000 rpm
menengah konsumsi bahan bakar turun sebesar konsumsi bahan bakar turun sebesar 10,02% atau
13,14% atau 0,0103kg/hP.jam dan saat 5000rpm 0,0101kg/hP.jam dan saat 2500rpm konsumsi
konsumsi bahan bakar turun 14,91% atau bahan bakar turun 4,93% atau 0,0041kg/hP.jam
0,0124kg/hP.jam. terhadap saat menggunakan bahan bakar oktan 92
Gambar 6 menunjukkan perbandingan dengan menggunakan HCS. Rerata konsumsi
konsumsi bahan bakar saat bahan bakar oktan 92 bahan bakar turun saat putaran rendah sebesar
tanpa HCS terhadap oktan 95 dengan HCS dan 11,64% atau 0,0157kg/hP.jam. Untuk putaran
oktan 92 dengan HCS terhadap oktan 95 dengan menengah saat 3000rpm konsumsi bahan bakar
HCS. turun 4,45% atau sebesar 0,0032kg/hp.jam,
3500rpm konsumsi bahan bakar turun 8,47%
atau 0,0060kg/hP.jam dan pada saat 4000rpm
turun 4,18% atau 0,0032kg/hP.jam sedang
4500rpm konsumsi bahan bakar turun 3,27% atau
0,0026 kg/hP.jam. Penurunan konsumsi bahan
bakar rerata 5,09% atau 0,0004kg/hP.jam, sedang

6
Winoko Y. A., Jurnal ROTOR, Volume 11 Nomor 2, November 2018

saat 5000rpm konsumsi bahan bakar turun


18,07% atau 0,0131kg/hP.jam.

Tekanan Efekif Rerata.


Gambar 7 menunjukkan nilai bmep hasil
pengujian untuk setiap kondisi putaran mesin, di
mana kecenderungan bentuk grafik diantara ke
duanya sama. Hasil nilai pengujian berkisar
antara 766kPa sampai dengan 862kPa saat
menggunakan bahan bakar oktan 92 tanpa
menggunakan HCS. Saat menggunakan HCS
dengan bahan bakar nilai oktan 92, menghasilkan
bmep 797kPa sampai dengan 884kPa dan saat
menggunakan bahan bakar oktan 95. Penyebab
Gambar 8. Perbandingan sfc bahan bakar oktan 92
bmep naik pada putaran rendah diantaranya, pada terhadap oktan 95+HCS
pengujian terjadi proses penekanan pedal gas
yang tidak konstan sehingga tekanan pembakaran Gambar 8 menunjukkan perbandingan
pada ruang bakar menjadi berfuktuasi. bmep saat menggunakan bahan bakar oktan 92
Penambahan HCS menyebabkan bahan bakar tanpa HCS terhadap bahan bakar oktan 95 yang
menjadi cepat berubah wujud menjadi gas, akibat menggunakan HCS. Pada 1000rpm tekanan
suhu dan tekanan pada bahan bakar meningkat efektif reratanya naik 0,37% atau 3,08kPa, untuk
sehingga proses pembakaran lebih sempurna. 1500rpm tekanan efektif reratanya naik sebesar
Besar penurunan bmep saat bahan bakar oktan 92 1,46% atau 12,60kPa, 2000 rpm tekanan efektif
menggunakan HCS dibandingkan terhadap reratanya naik 2,26% atau 29,08kPa dan 2500rpm
kondisi bahan bakar oktan 92 saat tidak tekanan efektif reratanya naik sebesar 1,63% atau
menggunakan HCS untuk 1000rpm terjadi 1465kPa. Pada putaran rendah besar rerata
kenaikkan 3,26% atau 26,75kPa, untuk 1500rpm kenaikkan tekanan efektif reratanya 1,44% atau
bmep naik sebtekanan efektif reratanya naik 12,60kPa. Pada 3000rpm tekanan efektif
1,36% atau 11,42kPa dan 2000 rpm tekanan reratanya naik 2,43% atau 22,04Pa, 3500rpm
efektif reratanya naik 2,25% atau 19,52kPa serta tekanan efektif reratanya naik sebesar 2,86% atau
2500rpm tekanan efektif reratanya naik 2,68% 24,58kPa, pada 4000rpm tekanan efektif
atau 23,71kPa. Pada putaran rendah yaitu reratanya naik 1,75% atau 15,17kPa dan 4500rpm
dibawah 2500rpm tekanan efektif reratanya rerata tekanan efektif reratanya naik 23,38% atau
naik 2,39% atau 20,35kPa. Untuk 3000rpm 28,42kPa. Besar nilai rerata tekanan efektif
tekanan efektif reratanya naik sebesar 2,26% atau reratanya pada putaran menengah naik sebesar
19,99kPa, untuk 3500rpm tekanan efektif 2,57% atau 22,55kPa. Sedang saat 5000rpm
reratanya naik 2,66% atau 23,10kPa dan 4000rpm tekanan efektif reratanya naik 4,24% atau
tekanan efektif reratanya naik 5,09% atau 35,37kPa.
43,19kPa serta saat 4500rpm tekanan efektif
reratanya naik 4,32% atau 35,56kPa. Besar nilai KESIMPULAN
tekanan efektif reratanya pada putaran menengah Daya naik 2,83hP dan bmep 43,19kPa
naik sebesar 3,68% atau 30,4kPa. Sedang saat pada 4000rpm, sfc turun 0,0358kg/hP.jam pada
5000rpm tekanan efektif reratanya naik 3,89% 1000rpm dan bmep naik 43,19kPa, saat
atau 31,03kPa. penggunakan bahan bakar oktan 92 terhadap
standar. Saat menggunakan oktan 95 dengan HCS
daya naik 7,95hP pada 4000rpm, bmep 28,42 kPa
saat 4500 dan sfc turun 0,0537kg/hp.jam pada
1000rpm.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Arismunandar. 1994. “Penggerak Mula
Motor Bakar Torak”. ITB, Bandung.
[2] Anonim1. 2003.”Manual Book Toyota”
Jakarta.
[3] Ariawan Budi Wayan, Kusuma Wijaya dan
Adnyana Bandem. 2016. “Pengaruh
Penggunaan Bahan Bakar Pertalite
Gambar 7. Perbandingan bmep bahan bakar oktan 92 Terhadap Unjuk Kerja Daya, Torsi dan
terhadap oktan 92+HCS Konsumsi Bahan Bakar Sepeda Motor

7
Winoko Y. A., Jurnal ROTOR, Volume 11 Nomor 2, November 2018

Bertransmisi Otomatis”. Jurnal MEKTEK [9] Rujanto J.P. 2015. “Penghemat Bahan Bakar
Volume 2 No 1 2016 (pp51-58). HCS Pada Mesin Mobil” TRAKSI Vol. 15
[4] Fuad A.S. 2014. “Prototype alat Penghemat No. 1. pp 38-50.
Bahan Bakar Mobil Menggunakan Metode [10] Solechan. 2014. “Analisa Penambahan Pipa
Hydrocarbon Crack System Untuk Katalis Hydrocarbon Crack Dengan
Menghemat Bahan Bakar dan Mengurangi Memanfaatkan Uap Tangki Terhadap
Emisi Gas Buang” . Proseding SNATIF Ke 1. penghemat Nahan Bakar dan Emisi Gas
ISBN: 978-602-1180-04-4. Buang Sepeda Motor Jupiter Z”. Majalah
[5] Heywood. 1988. “Internal Combustion Ilmiah Pawiyatan. Vol : XXI, No : 2. pp 12-
Engine Fundamental”. International, Edition, 27.
Mc Graw-Hill Book Company. New York [11] Yuniarto A,W. 2017. “Pengujian Daya dan
[6] Kawano. 2006. “Dikat Kuliah Motor Bakar Emisi Gas Buang”. Polinema Press. Malang.
I”. Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi [12] Yuniarto A,W. 2014. “Modul Motor Bakar
Sepuluh Nopember Surabaya. 1”. Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri
[7] Mathur, M. L & Sharma, R. P. 1980). “A Malang.
Course In Internal Combustion Engine”. [13] www.daihatsu.com, akses. 16 Oktober
Dhanpat Rai & Son, Nai Sarak Delhi. 2017.
[8] Pulkrabek, W. (1997), “Engineering
Fundamental of the Internal Combustion
Engine”, Prentice Hall International, INC.

Anda mungkin juga menyukai