Anda di halaman 1dari 5

Bismillahirrahmanirrahim

Sabtu, 21 November 2020 , Pukul 20.21

Mujahidah.

Jalan Allah ini sangat panjang.

Untunglah kita tidak diwajibkan untuk sampai ke ujungnya. Hanyasanya


kita diperintahkan untuk mati diatasnya.

-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani-

***

Ana sangat berhusnudzon bahwa Allah Ta’ala begitu menyayangi ana.


Karena Dia telah menunjukkan ana ke jalan yang benar –semoga memang
begitu-, setelah bertahun2 ana berada dalam pemahaman yang –baru2
ini- ana yakini menyimpang.

Entahlah, ana belum begitu faham. Untuk apa Allah Ta’ala menghadirkan
antum ke dalam kehidupan ana, setelah kurang lebih satu tahun silam
ana bertemu antum di munaqasyah FL.

Tapi, apapun rencana Allah Ta’ala disebalik itu semua, ana wajib menjadi
hamba Allah Ta’ala yang bersyukur. Bahkan ana harus punya pabrik
syukur. Saking banyaknya nikmat Allah Ta’ala yang terus dilimpahkan ke
dalam hidup ana.

Ana juga sangat berterimakasih sama antum karena telah menjadi jalan
ana mendapatkan cahaya dari-Nya. Bisa jadi kehadiran antum
dikehidupan ana hanya untuk itu. Sejak antum menyapa kehidupan ana
beberapa bulan yang lalu, ana mendapatkan banyak pelajaran-pelajaran
berharga. Semoga antum senantiasa berda dalam penjagaan Allah Ta’ala.
Kemaren ba’da isya, ana sama umi sudah banyak berbincang mengenai
masalah ini. Dan pada akhirnya ana cerita deh ke umi tentang apa yg
selama ini ana sembunyikan dari beliau. Alhamdulillah umi banyak
memberikan nasihat-nasihat ke ana.

***

Jadi ceritanya gini…

Ketika umi menawarkan antum ke ana, tiba-tiba ana mengiyakan.


Padahal sebelumnya sudah ada yang menawarkan ikhwan ke ana. Tapi
memang ana banyak pertimbangan dari sisi apa yag ana yakini saat itu.
Tapi untuk ikhwan yang umi tawarkan ini, ana mau mencoba
memperjuangkannya. Meskipun ana sudah lupa, antum tuh yang mana.
Ana minta bantuan kakak ipar untuk ngobrol sama antum karena jujur
ana ga punya ilmu tentang itu. Jadi apa yang ana yakini itu tak
berdasarkan ilmu. Ana bisa dibilang cuman ngikut orangtua.

Awalnya ana begitu yakin bahwa ini benar. Meskipun sebenarnya ketika
ana masih duduk di bangku SMA, sempat terlintas keraguan mengenai apa
yang ana yakini. Tapi, ana tak begitu menghiraukannya.

Sertelah lulus SMA ana beberapa kali bertanya ke kakak ana yang anak ke
lima. Ana menanyakan dari sisi syahadatnya. Kakak ana sempat juga
sebenarnya bertanya-tanya tentang itu. Tapi kami berfikir mungkin karena
kami belum faham aja.

Nah, pas ana ta’aruf sama antum dan ana merasa kalau antum adalah
orang yang in syaa a Allah amanah, barulah ana bisa sedikit terbuka. Ana
minta bantuan kakak ana karena ana berfikir mungkin kalau sama kakak
ana antum bakal faham. Semoga aja antum bisa satu pemahaman sama
ana.

***
Hari bergilir musim bergulir. Setelah antum bertemu kakak ana dan
memutuskan untuk tidak melanjutkan proses ta’aruf, ana sedih karena
antum tidak menerima ajakan kakak ana. Mungkin karena belum
mendapat hidayah. Fikir ana kala itu.

***

Tidak lama setelah itu, kakak ana menawarkan ikhwan kepada ana. Tapi
ana tidak bisa menerima begitu saja. Pokonya ana gamau. Soalnya susah
banget ada ikhwan yang satu keyakinan dengan ana yang pas dengan
kriteria. Seorang penghafal qur’an aja langka banget. Kan membingungkan.
Jadi kenapa orang-orang yang menurut ana baik agama dan akhlak nya,
tidak satu pemahaman sama ana. Apa yang salah? Apa mereka yang belum
dapat hidayah atau… jangan-jangan…

***

Ooo , ana harus mempelajari tentang ini. Pokonya harus. Apa yang ragu
harus segera menjadi yakin. Apa yang samar harus menjadi jelas.

***

Singkat cerita saat antum memperlihatkan tulisan tentang ini di


mujahidin, tepatnya di hari milad syaikh. Ana baru sadar se sadar-sadar
nya bahwa, di tulisan yang ana baca ini sepertinya banyak yang sesuai
dengan fakta. Ana tau bahwa itu memang pemahaman kelompok ana. Meski
ana pribadi tidak.

***

Langsung ke inti deh.

Kang az, ana ingin mengajak kembali keluarga ana-terutama ke dua orang
tua- agar kembali ke jalan yang benar, kembali kepada pemahaman yang
diajarkan Rasul. Ana berharap keluarga ana bisa menerima. Tapi ana
tidak tahu apakah ana akan menemukan ujung dari perjuangan ini atau
tidak. Mohon do’akan ana, juga keluarga ana. Dan ana mohon do’anya juga
semoga orang-orang yang menganggap dirinya berada dalam kebenaran
padahal tidak, Allah tunjukkan mereka ke jalan yang lurus.

Kang az, ana ga mungkin meminta antum untuk menunggu. Jika


demikian, mau sampai kapan? Ana tidak tau bagaimana akhir dari
perjuangan dakwah ini.

Jadi kang az, ketika antum menemukan seorang akhwat yang shalihah,
yang antum ridhoi agama dan akhlak nya. Antum harus langsung maju.
Kalau belum ada, carilah ia. Karena pendamping hidup adalah ia yang
akan setiap hari kau lihat. Ia yang akan menjadi teman diskusimu. Ia yang
akan menjadi madrasah pertama bagi anak-anakmu. Ketika kau
menemukannya, pegang eratlah ia dan jangan pernah kau lepaskan.

semoga Allah Ta’ala selalu menjaga antum, keluarga antum, guru-guru


antum, murid-murid antum, orang-orang yang antum cintai, orang-
orang yang mencintai antum, juga seluruh kaum muslimin dan muslimat.

Semoga antum segera dipertemukan dengan istri yang shalihah.

Dan…

Do’ain aku juga ya biar segera dipertemukan dengan suami yang shaleh.

Semoga Allah Ta’ala menguatkan ana di jalan ini. Jalan yang panjang
tempuhannya. Sedikit kawanannya. Dan banyak timpaannya.

Semoga di jalan menuju Allah ini, ana bisa melesat kencang

Jikapun sukar terasa, semoga ana bisa berlari kecil melenggang.

Jika tersapu lelah, semoga ana bisa berjalan menghela lapang.

Jika tak mampu, semoga ana tetap maju meski merangkak nyalang.

Yang penting ana tidak boleh berbalik ke belakang apapu yang terjadi.

Begitulah kiranya imam asy-syafi’I menasihati para pejuang dakwah.


Semoga Allah Ta’ala memberikan pabrik sabar kepada ana.

***

Alhamdulillah

Ahad, 22 November 2020 pukul 09.49

Masih di tempat yang sama. Mujahidah.

Anda mungkin juga menyukai