Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GERONTIK AKUT MIOKARD INFARK (AMI)

Disusun Oleh:
Nurfadilah (01925030)

YAYASAN JAYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN HUSADA KARYA JAYA
JAKARTA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Penyayang, Kami panjatkan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan “Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Gerontik dengan
Akut Miokard Infark(AMI).” Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan Laporan
Pendahuluan ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun penulisannya.

Dalam proses penyusunan Laporan Pendahuluan ini, tentu saja saya mengalami banyak
permasalahan. Namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya Laporan
Pendahuluan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, saya
mengucapkan terima kasih kepada yaitu Bapak Riski Pebrian Pratama,S.Kep.,M.Kes yang
telah membimbing kami dalam proses penyusunan laporan ini.

Jakarta,24 Oktober 2021

Penulis
KONSEP DASAR

A. Konsep Dasar Lansia


1. Pengertian Gerontik
Gerontik atau lansia adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya yaitu, anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini
berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak
proporsional (Nugroho, 2008).

WHO dan UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1
Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang
berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008).

Dalam buku ajar Geriatri, Prof. Dr .R. Boedhi Darmojo dan Dr. H. Hadi Martono
(1994) mengatakan bahwa "menua" (mejadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan dan memperbaiki kerusakan yang di deritannya.

2. Batasan-Batasan Lanjut Usia


Ada beberapa sumber batasan lansia yang ada didalam buku Padilla (2013)
diantaranya yaitu:
a. Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut usia
meliputi:
1) Usia Pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly) = antara 60 tahun sampai 46 tahun
3) Lanjut usia tua (old) = antara 61 tahun sampai 90 tahun
4) Sangat tua (very old) = diatas 90 tahun
b. Menurut Setyonegoro, batasan lansia adalah sebagai berikut:
1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18 atau 20 sampai 25 tahun.
2) Usia dewasa penuh (middle years) atur maturitas usia 25 sampai 60 atau
65 tahun
3) Lanjut usia (geriatric age) usia > 65 tahun sampai 70 tahun, terbagi atas :
a) Young old (usia 70-75)
b) Old (usia 75-80)
c) Very old (usia > 80)
c. Menruut Bee (1996) bahwa tahapan masa dewasa adalah sebagai berikut:
1) Masa dewasa muda (usia 18-25)
2) Masa dewasa awal (usia 26-40)
3) Masa dewasa tengah (usia 41-65)
4) Masa dewasa lanjut (usia 66-75)
5) Masa dewasa sangat lanjut (usia >75)
d. Menurut Burnsie (1979) sebagai berikut:
1) Youg old (usia 60-69)
2) Middle age old (usia 70-79)
3) Old-old (usia 80-89)
4) Very old-old (usia > 90)

3. Tipe-Tipe lanjut Usia


Menurut Nugroho (2008) di kelompokkan dalam beberapa tipe yang bergantung
pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan
ekonominnya. Antara lain :
a. Tipe Optimis
Lanjut usia santai dan periang, penyesuaian cukup baik, mereka memandang
masa lanjut usia dalam bentuk bebas dari tanggung jawab dan sebagai
kesempatan untuk menuruti kebutuhan pasifnya.
b. Tipe Konstruktif
Lanjut usia ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidup,
mumpunyai toleransi yang tinggi, humoristik, fleksibel, dan tahu diri. Mereka
dengan tenang menghadapi proses menua dan mengadapi akhir.
c. Tipe Ketergantungan
Masih dapat diterima ditengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak
mempunyai inisiatif dan bila bertindak selalu yang praktis.
d. Tipe Defensif
Mempunyai riwayat pekerjaan yang tidak stabil, bersifat selalu menolak
bantuan, emosi sering tidak terkontrol.
e. Tipe Militan dan Serius
Tidak mudah menyerah, serius, senang berjuang, dan bisa menjadi panutan.
f. Tipe Pemarah Frustasi
Pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu menyalahkan orang lain,
menunjukkan penyesuaian yang buruk, dan sering mengekspresikan kepahitan
hidupnya.
g. Tipe Bermusuhan
Selalu menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalan, selalu
mengeluh, bersikap agresif, dan curiga.
h. Tipe putus asa, membenci dan menyalahkan diri sendiri
Bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak mempunyai ambisi,
mengalami penurunan sosio-ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri. Selain
mengalami kemarahan, tetapi juga depresi, memandang lanjut usia sebagai
berguna karena masa yang tidak menarik, membenci diri sendiri, dan ingin
cepat mati.

4. Penggolongan Lanjut Usia Berdasarkan Kelompok


Menurut Nugroho (2008) meliputi :
a. Lanjut usia mandiri sepenuhnya
b. Lanjut usia mandiri dengan bantuan langsung keluargannya
c. Lanjut usia mandiri dengan bantuan tidak langsung
d. Lanjut usia dibantu oleh badan sosial
e. Lanjut usia panti asuhan tresna werdha
f. Lanjut usia yang dirawat di rumah sakit
g. Lanjut usia yang mengalami gangguan mental

5. Perubahan Akibat proses menua


Menurut Nugroho (2008) meliputi :
a. Sel
1) Jumlah sel menurun/lebih sedikit
2) Ukuran sel lebih besar
3) Jumlah cairan tubuh dan cairan intraselular berkurang
4) Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun
5) Jumlah sel otak menurun
6) Mekanisme perbaikan sel terganggu
7) Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%
8) Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar
b. Sistem Persyarafan
1) Menurun hubungan persarafan
2) Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang setiap
harinnya
3) Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khusunya terhadap stress
4) Saraf panca indera mengecil
5) Penglihatan, pendengaran menghilang, saraf penciuman dan perasa
mengecil
6) Kurang sensitif terhadap sentuhan
7) Defisit memori
c. Sistem Pendengaran
1) Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis
2) Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau rendah,
bisa terus menerus atau intermiten)
3) Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau berputar)
d. Sistem Penglihatan
1) Sfingter pupil timbul sklerosis dan respons terhadap sinar menghilang
2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan
e. Sistem Kardiovaskular
1) Katup jantung menebal dan menjadi kaku
2) Elastisitas dinding aorta menurun
3) Curah jantung menurun
4) Tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh darah perifer
meningkat Sistole normal ± 170 mmHg, diastole ± 90 mmHg.
6. Masalah yang bisa muncul pada Lansia
Menurut Nugroho (2008) meliputi :
a. Depresi mental
b. Gangguan pendengaran
c. Bronkitis kronis
d. Gangguan pada tungkai/sikap berjalan
e. Gangguan pada koksa/sendi panggul
f. Anemia
g. Demensia
h. Gangguan penglihatan
i. Ansietas/kecemasan
j. Dekompensasi kordis
k. Diabetes mellitus, osteo malasia, dan hipotiroidisme
l. Gangguan defekasi

B. Konsep Dasar Akut Miokard Infark (AMI)

1. Definisi Akut Miokard Infark (AMI)


 Infark miokard akut terjadi ketika iskemia miokard,yang biasanya timbul
sebagai akibat penyakit aterosklerosis arteri koroner, cukup untuk
menghasilkan nekrosis inversibel otot jantung. (Huan H Gray,dkk,2005)
 Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat
suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang
(Brunner & Sudarth, 2002)
 Infark  miocard  akut  adalah  nekrosis  miocard  akibat  aliran  darah  ke  otot
jantung terganggu. (Suyono, 1999)
 Akut Miokard Infark adalah nekroses miokard akibat aliran darah ke otot
jantung terganggu. (H.M. Saifoellah Noer, 1996). 
 Akut Miokard Infark adalah kematian jaringan Miokard akibat oklusi akut
pembuluh darah koroner. (Rumah sakit Jantung Harapan Kita , 1993).
 AMI merupakan kondisi kematian pada miokard (otot jantung) akibat dari
aliran darah ke bagian otot jantung terhambat.
 AMI  merupakan penyebab kematian utama bagi laki-laki dan perempuan di
USA. Diperkirakan lebih dari 1 juta orang menderita  infark miokard setiap
tahunnya dan lebih dari 600 orang meninggal akibat penyakit ini. Untungnya
saat ini terdapat pengobatan mutakhir bagi heart attack yang dapat
menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan yang disebabkannya.
Pengobatan paling efektive bila dimulai dalam 1 jam dari permulaan gejala.

2. Etiologi Akut Miokard Infark (AMI)


AMI terjadi jika suplai oksigen yang  tidak sesuai dengan kebutuhan tidak
tertangani dengan baik sehingga menyebabkab kematian sel-sel jantung
tersebut. Beberapa hal yang menimbulkan gangguan oksigenasi tersebut
diantaranya:
1.   Berkurangnya suplai oksigen ke miokard.        
Menurunya suplai oksigen disebabkan oleh tiga factor, antara lain:
a. Faktor pembuluh darah
Hal ini berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan
darah mencapai sel-sel jantung. Beberapa hal yang bisa mengganggu
kepatenan pembuluh darah diantaranya: atherosclerosis, spasme, dan
arteritis. Spasme pembuluh darah bisa juga terjadi pada orang yang
tidak memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya, dan biasanya
dihubungkan dengan beberapa hal antara lain:
1) mengkonsumsi obat-obatan tertentu
2) stress emosional atau nyeri
3) terpapar suhu dingin yang ekstrim
4) merokok.
b. Faktor Sirkulasi
Sirkulasi berkaitan dengan kelancaran peredaran darah dari jantung
keseluruh tubuh sampai kembali lagi ke jantung. Sehingga hal ini tidak
akan lepas dari factor pemompaan dan volume darah yang
dipompakan. Kondisi yang menyebabkan gangguan pada sirkulasi
diantaranya kondisi hipotensi. Stenosis maupun isufisiensi yang terjadi
pada katup-katup jantung (aorta, mitrlalis, maupun trikuspidalis)
menyebabkan menurunnya cardac out put (COP). Penurunan COP yang
diikuti oleh penurunan sirkulasi menyebabkan bebarapa bagian tubuh
tidak tersuplai darah dengan adekuat, termasuk dalam hal ini otot
jantung.
c. Faktor darah
Darah merupakan pengangkut oksigen menuju seluruh bagian tubuh.
Jika daya angkut darah berkurang, maka sebagus apapun jalan
(pembuluh darah) dan pemompaan jantung maka hal tersebut tidak
cukup membantu. Hal-hal yang menyebabkan terganggunya daya
angkut darah antara lain: anemia, hipoksemia, dan polisitemia.

2.   Meningkatnya kebutuhan oksigen tubuh


Pada orang normal meningkatnya kebutuhan oksigen mampu dikompensasi
diantaranya dengan meningkatkan denyut jantung untuk meningkatkan COP.
Akan tetapi jika orang tersebut telah mengidap penyakit jantung, mekanisme
kompensasi justru pada akhirnya makin memperberat kondisinya karena
kebutuhan oksigen semakin meningkat, sedangkan suplai oksigen tidak
bertambah. Oleh karena itu segala aktivitas yang menyebabkan meningkatnya
kebutuhan oksigen akan memicu terjadinya infark. Misalnya: aktivtas
berlebih, emosi, makan terlalu banyak dan lain-lain. Hipertropi miokard  bisa
memicu terjadinya infark karea semakin banyak sel yang harus disuplai
oksigen, sedangkan  asupan oksien menurun akibat dari pemompaan yang
tidak efektive.

3. Faktor Penyebab
Faktor penyebab Akut Miokard Infark (AMI): (kasuari, 2002)
1. Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor
a) Faktor pembuluh darah :
 Aterosklerosis.
 Spasme
 Arteritis
b) Faktor sirkulasi :
 Hipotensi
 Stenosos aurta
 Insufisiensi
c) Faktor darah :
 Anemia
 Hipoksemia
 Polisitemia
2. Curah jantung yang meningkat :
 Aktifitas berlebihan
 Emosi
 Makan terlalu banyak
 hypertiroidisme
3.      Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
 Kerusakan miocard
 Hypertropimiocard
 Hypertensi diastolic

4. Faktor Resiko Akut Miokard Infark

Secara garis besar terdapat dua jenis factor resiko bagi setiap orang untuk terkena
AMI, yaitu factor resiko yang bisa dimodifikasi dan factor resiko yang tidak bisa
dimodifikasi
1.     Faktor Resiko Yang Dapat Dimodifikasi. Merupakan factor resiko yang
bisa dikendalikan sehingga dengan intervensi tertentu maka bisa dihilangkan.
Yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya:
a. Merokok
Peran rokok dalam penyakit jantung koroner ini antara lain:
menimbulkan aterosklerosis; peningkatan trombogenessis dan
vasokontriksi; peningkatan tekanan darah; pemicu aritmia jantung,
meningkatkan kebutuhan oksigen jantung, dan penurunan kapasitas
pengangkutan oksigen. Merokok 20 batang rokok atau lebih dalam
sehari bisa meningkatkan resiko 2-3 kali disbanding yang tidak
merokok.
b.    Konsumsi alcohol
Meskipun ada dasar teori mengenai efek protektif alcohol dosis
rendah hingga moderat, dimana ia bisa meningkatkan trombolisis
endogen, mengurangi adhesi platelet, dan meningkatkan kadar HDL
dalam sirkulasi, akan tetapi semuanya masih controversial. Tidak
semua literature mendukung konsep ini, bahkan peningkatan dosis
alcohol dikaitkan dengan peningkatan mortalitas cardiovascular karena
aritmia, hipertensi sistemik dan kardiomiopati dilatasi.
c.    Infeksi
Infeksi Chlamydia pneumoniae , organisme gram negative
intraseluler dan penyebab umum penyakit saluran perafasan,
tampaknya berhubungan dengan penyakit koroner aterosklerotik
d.    Hipertensi sistemik.
Hipertens sistemik menyebabkan meningkatnya after load yang
secara tidak langsung akan meningkan beban kerja jantung. Kondisi
seperti ini akan memicu  hipertropi ventrikel kiri sebagai kompensasi
dari meningkatnya after load  yang pada akhirnya meningkatan
kebutuhan oksigen jantung.
e.    Obesitas
Terdapat hubungan yang erat antara berat badan, peningkatan
tekanan darah, peningkatan kolesterol darah, DM tidak tergantung
insulin, dan tingkat aktivitas yang rendah.
f.     Kurang olahraga
Aktivitas aerobic yang teratur akan menurunkan resiko terkena
penyakit jantung koroner, yaitu sebesar 20-40 %.
g.    Penyakit Diabetes
Resiko terjadinya penyakit jantung koroner pada pasien dengan
DM sebesar 2- 4 lebih tinggi dibandingkan orang biasa. Hal ini
berkaitan dengan adanya abnormalitas metabolisme lipid, obesitas,
hipertensi sistemik, peningkatan trombogenesis (peningkatan tingkat
adhesi platelet dan peningkatan trombogenesis).
2.    Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dimodifikasi. Merupakan factor resiko yang
tidak bisa dirubah atau dikendalikan, yaitu diantaranya
a. Usia
Resiko meningkat pada pria datas 45 tahun dan wanita diatas 55 tahun
(umumnnya setelah menopause)
b. Jenis Kelamin
Morbiditas akibat penyakit jantung koroner (PJK)pada laki-laki dua kali
lebih besar dibandingkan pada perempuan, hal ini berkaitan dengan
estrogen endogn yang bersifat protective pada perempuan. Hal ini terbukti
insidensi PJK meningkat dengan cepat dan akhirnya setare dengan laki
pada wanita setelah masa menopause
c. Riwayat Keluarga
Riwayat anggota keluarga sedarah yang mengalami PJK  sebelm usia 70
tahun merupakan factor resiko independent untuk terjadinya PJK. Agregasi
PJK keluarga menandakan adanya predisposisi genetic pada keadaan ini.
Terdapat bukti bahwa riwayat positif pada keluarga mempengaruhi onset
penderita PJK pada keluarga dekat
d. RAS
Insidensi kematian akiat PJK pada orang Asia yang tinggal di Inggris lebih
tinggi dibandingkan dengan peduduk local, sedangkan angka yang rendah
terdapat pada RAS apro-karibia
e. Geografi
Tingkat kematian akibat PJK lebih tinggi di Irlandia Utara, Skotlandia, dan
bagian Inggris Utara dan dapat merefleksikan perbedaan diet, kemurnian
air, merokok, struktur sosio-ekonomi, dan kehidupan urban.
f. Tipe kepribadian
Tipe kepribadian A yang memiliki sifat agresif, kompetitif, kasar, sinis, gila
hormat, ambisius, dan gampang marah  sangat rentan untuk terkena PJK.
Terdapat hubungan antara stress dengan abnnormalitas metabolisme lipid.
g. Kelas sosial
Tingkat kematian akibat PJK tiga kali lebih tinggi pada pekerja kasar laki-
laki terlatih dibandingkan dengan kelompok pekerja profesi (missal dokter,
pengacara dll). Selain itu frekuensi istri pekerja kasar ternyata 2 kali lebih
besar untuk mengalami kematian dini akibat PJK dibandingkan istri pekerja
professional/non-manual
12

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Konsep Askep Infark Miokard Akut (IMA)

1. Pengkajian

a) Identitas Pasien

Pada klien penderita Infark Miokard Akut (IMA)diantaranya terjadi pada

usia 35-55 tahun. Klien yang menderita Infark Miokard Akut (IMA)

umumnya adalah lak-laki.

b) Keluhan utama Infark Miokard Akut (IMA)

Keluhan utama yang timbul pada pasien dengan Infark Miokard Akut

(IMA) yaitu nyeri dada yang khas (seperti tertekan, berat, atau penuh).

Infark Miokard Akut (IMA) banyak ditemukan pada pekerja swasta atau

karyawan swasta.

c) Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

1) Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur.

2) Faktor perangsang nyeri yang spontan.

3) Kualitas nyeri: rasa nyeri digambarkan dengan rasa sesak yang

berat atau mencekik.

4) Lokasi nyeri: dibawah atau sekitar leher, dengan dagu belakang,

bahu atau lengan.

5) Beratnya nyeri: dapat dikurangi dengan istirahat atau pemberian

nitrat.

6) Waktu nyeri: berlangsung beberapa jam atau hari, selama

serangan pasien memegang dada atau menggosok lengan kiri.


13

7) Diaforeasi, muntah, mual, kadang-kadang demam, dispnea.

8) Syndrom syock dalam berbagai tingkatan.

b. Riwayat kesehatan dahulu

1) Riwayat pembuluh darah arteri.

2) Riwayat merokok.

3) Kebiasaan olahraga yang tidak teratur.

4) Riwayat Diabetes Melitus, hipertensi, gagal jantung kongestif.

5) Riwayat penyakit pernafasan kronis.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat keluarga penyakit jantung atau Infark Miokard Akut (IMA),

Diabetes Melitus, stroke, hipertensi, penyakit vaskuler periver.

d) Keadaan Umum

Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien Infark Miokard Akut

(IMA) biasanya baik atau kompos mentis (CM) dan akan berubah

sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat.

a. B1 (Breathing)

Klien terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal dan mengeluh

sesak napas seperti tercekik. Dispnea kardiak biasanya ditemukan.

Sesak napas terjadi akibat pengerahan tenaga dan disebabkan oleh

kenaikan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri yang meningkatkan

tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat kegagalan

peningkatan curah darah oleh ventrikel kiri pada saat melakukan

kegiatan fisik. Dispnea kardiak pada Infark Miokardium yang kronis

dapat timbul pada saat istirahat.

b. B2 (Blood)
14

i. Inspeksi

Inspeksi adanya jaringan parut pada dada klien. Keluhan lokasi

nyeri biasanya didaerah substernal atau nyeri diatas perikardium.

Penyebaran nyeri dapat meluas didada. Dapat terjadi nyeri dan

ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.

ii. Palpasi

Denyut nadi perifer melemah. Thrill pada Infark Miokard Akut

(IMA)tanpa komplikasibiasanya ditemukan.

iii. Auskultasi

Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume

sekuncup yang disebabkan Infark Miokard Akut (IMA). Bunyi

jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya tidak

ditemukan pada Infark Miokard Akut (IMA) tanpa komplikasi.

iv. Perkusi

Batas jantung tidak mengalami pergeseran.

c. B3 (Brain)

Kesadaran umum klien biasanya CM. Tidak ditemukan sianosi

perifer. Pengkajian obyektif klien, yaitu wajah meringis, perubahan

postur tubuh, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat yang

merupakan respon dari adanya nyeri dada akibat infark pada

miokardium.

d. B4 (Bledder)

Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan

klien. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguri pada

klien dengan Infark Miokard Akut (IMA)karena merupakan tanda


15

awal syok kardiogenik.

e. B5 (Bowel)

Klien biasanya mengalami mual dan muntah. Pada palpasi abdomen

ditemukan nyeri tekan pada ke empat kuadran, penurunan peristaltik

usus yang merupakan tanda utama Infark Miokard Akut (IMA).

f. B6 (Bone)

Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Klien sering merasa

kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, dan

jadwal olahraga tidak teratur. Tanda klinis lain yang ditemukan

adalah takikardi, dispnea pada saat istirahat maupun saat beraktivitas.

Kaji personale hegiene klien dengan menanyakan apakah klien

mengalami kesulitan melakukan tugas perawatan diri.

2. Kemungkinan Diagnosa yang Muncul

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan atau

masalah aktual atau resiko mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan

untuk mengurangi, mencegah atau menghilangkan masalah kesehatan klien yang ada

pada tanggung jawabnya (Tarwoto&Wartonah).

Dilihat dari status kesehatan klien, diagnosa dapat dibedakan menjadi aktual, potensial,

resiko dan kemumgkinan.

a) Aktual: Diagnose keperawatan menggambarkan menilaian klinik yang harus di

falidasi perawat karena ada batasan mayor. Contoh: jalan nafas tidak efektif karena

adanya akumulasi secret.

b) Potensial: Diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi klien kearah yang

lebih positif (atau kekutaan). Contoh: potensial peningkatan status kesehatan klien
16

berhubungan dengaan intake nutrisi yang adekuat.

c) Resiko: Diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi klinis individu lebih

rentan mengalami masalah. Contoh: Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah

berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang manajemen penyakit.

d) Kemungkinan: Diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi klinik individu

yang memperlukan data tambahan sebagai faktor pendukung yang lebih akurat.

Jadi yang di maksud diagnose keperawatan adalah pernyataan yang jelas yang berkaitan

dengan masalah yang didapat pada pasien baik itu secara aktual, potensial, resiko atau

kemungkinan.

Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien Infark Miokard Akut (IMA) :

a) Nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen dengan

kebutuhan miokardium akibat sekunder dari penurunan suplai darah kemiokardium,

peningkatan produksi asam laktat.

b) Aktual/ resiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan perubahan

frekuensi, irama, konduksi elektrikal.

3. Intervensi Keperawatan

Terdapat empat hal yang harus diperhatikan :

a) Menentukan prioritas masalah

a. Berdasarkan hirarki Maslow, yaitu: fisiologis, keamanan atau keselamatan,

mencintai, harga diri, dan aktualisasi diri.

b. Berdasarkan Griffith-Kenney, dengan urutan

1) Ancaman kehidupan kesehatan .

2) Sumber daya dan dana tersedia.


17

3) Peran serta klien.

4) Prinsip ilmiah dan praktek keperawatan

5) Menentukan tujuan

b) Dalam menentukan tujuan,

Digambarkan kondisi yang diharapkan disertai jangka waktu.

c) Menentukan kriteria hasil

Terdapat hal-hal berikut yang diperhatikan :

a. Bersifat spesifik dalam hal isi dan waktu

b. Bersifat realistik, dalam menentukan tujuan harus dimpertimbangkan faktor

fisiologi atau patologi.

c. Dapat diukur, pasien dapat menyebutkan tujuan dan dapat mendemostrasikan.

d. Mempertimbangkan keinginan dan keadaan pasien

d) Merumuskan intervensi

Dengan mengacu pada Nursing Intervention Classification (NIC) dan Nursing

Outcome Clasification (NOC).

Jadi yang dimaksud dengan intervensi keperawatan adalah rencana tindakan untuk

menghilangkan atau mencegah permasalahan kesehatan yang dihadapi klien dengan

berdasarkan prioritas masalah, tujuan dan kriteria hasil dengan melihat acuan teori

kebutuhan dasar manusia/hirarki Maslow.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana

keperawatan. Tindakan yang mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi.

a) Tindakan mandiri (Independen)

Adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan dan keputusan sendiri
18

bukan merupakan petunjuk atau perintah kesehatan lain.

b) Tindakan kolaborasi

Adalah tindakan yang dilakukan atas dasar hasil keputusan bersama, seperti dokter

atau petugas kesehatan lain .

Berdasarkan referensi diatas, impelementasi merupakan tindakan nyata yang

dilakukan terhaadap klien sesuai dengan intervensi yang telah dibuat baik itu secara

mandiri atau kolaborasi.

5. Evaluasi Keperawatan

Tujuan dari evaluasi adalah ntuk mengetahui sejauh mana perawat dapat dicapai dan

memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikat.

Langkah-langkah evaluasi sebagai berikut :

Daftar tujuan-tujuan pasien.

a) Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.

b) Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien.

c) Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.

d) Melihat bahasan diatas, yang dimaksud dengan evaluasi merupakan hasil pencapaian

yang telah dilakukan dengan berdasarkan kriteri


Gustiyani, Risa dkk. (2016). Pengalaman Perawat dalam Penanganan Pasien Penyakit
Kardiovaskuler dengan AMI (Akut Miokard Infark)di IGD RSU dr. Soediran Mangun
Sumarso Wonogiri. <http://digilib.stikeskusumahus ada.ac.id/files/disk1/33/01-gdl-
risagustiy-1631-1-artikel-6.pdf> dilihat 12 Januari 2018

Budiman, Fentia dkk. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan
pada Pasien Infark Miokard Akut di Ruangan CVCU RSUP Prof.DR.R.D. Kandou
Manado. <https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/j kp/articel/view/10139/9725> dilihat
13 Januari 2018

Anda mungkin juga menyukai