Disusun Oleh:
Nurfadilah (01925030)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Penyayang, Kami panjatkan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan “Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Gerontik dengan
Akut Miokard Infark(AMI).” Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan Laporan
Pendahuluan ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun penulisannya.
Dalam proses penyusunan Laporan Pendahuluan ini, tentu saja saya mengalami banyak
permasalahan. Namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya Laporan
Pendahuluan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, saya
mengucapkan terima kasih kepada yaitu Bapak Riski Pebrian Pratama,S.Kep.,M.Kes yang
telah membimbing kami dalam proses penyusunan laporan ini.
Penulis
KONSEP DASAR
WHO dan UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1
Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang
berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008).
Dalam buku ajar Geriatri, Prof. Dr .R. Boedhi Darmojo dan Dr. H. Hadi Martono
(1994) mengatakan bahwa "menua" (mejadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan dan memperbaiki kerusakan yang di deritannya.
3. Faktor Penyebab
Faktor penyebab Akut Miokard Infark (AMI): (kasuari, 2002)
1. Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor
a) Faktor pembuluh darah :
Aterosklerosis.
Spasme
Arteritis
b) Faktor sirkulasi :
Hipotensi
Stenosos aurta
Insufisiensi
c) Faktor darah :
Anemia
Hipoksemia
Polisitemia
2. Curah jantung yang meningkat :
Aktifitas berlebihan
Emosi
Makan terlalu banyak
hypertiroidisme
3. Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
Kerusakan miocard
Hypertropimiocard
Hypertensi diastolic
Secara garis besar terdapat dua jenis factor resiko bagi setiap orang untuk terkena
AMI, yaitu factor resiko yang bisa dimodifikasi dan factor resiko yang tidak bisa
dimodifikasi
1. Faktor Resiko Yang Dapat Dimodifikasi. Merupakan factor resiko yang
bisa dikendalikan sehingga dengan intervensi tertentu maka bisa dihilangkan.
Yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya:
a. Merokok
Peran rokok dalam penyakit jantung koroner ini antara lain:
menimbulkan aterosklerosis; peningkatan trombogenessis dan
vasokontriksi; peningkatan tekanan darah; pemicu aritmia jantung,
meningkatkan kebutuhan oksigen jantung, dan penurunan kapasitas
pengangkutan oksigen. Merokok 20 batang rokok atau lebih dalam
sehari bisa meningkatkan resiko 2-3 kali disbanding yang tidak
merokok.
b. Konsumsi alcohol
Meskipun ada dasar teori mengenai efek protektif alcohol dosis
rendah hingga moderat, dimana ia bisa meningkatkan trombolisis
endogen, mengurangi adhesi platelet, dan meningkatkan kadar HDL
dalam sirkulasi, akan tetapi semuanya masih controversial. Tidak
semua literature mendukung konsep ini, bahkan peningkatan dosis
alcohol dikaitkan dengan peningkatan mortalitas cardiovascular karena
aritmia, hipertensi sistemik dan kardiomiopati dilatasi.
c. Infeksi
Infeksi Chlamydia pneumoniae , organisme gram negative
intraseluler dan penyebab umum penyakit saluran perafasan,
tampaknya berhubungan dengan penyakit koroner aterosklerotik
d. Hipertensi sistemik.
Hipertens sistemik menyebabkan meningkatnya after load yang
secara tidak langsung akan meningkan beban kerja jantung. Kondisi
seperti ini akan memicu hipertropi ventrikel kiri sebagai kompensasi
dari meningkatnya after load yang pada akhirnya meningkatan
kebutuhan oksigen jantung.
e. Obesitas
Terdapat hubungan yang erat antara berat badan, peningkatan
tekanan darah, peningkatan kolesterol darah, DM tidak tergantung
insulin, dan tingkat aktivitas yang rendah.
f. Kurang olahraga
Aktivitas aerobic yang teratur akan menurunkan resiko terkena
penyakit jantung koroner, yaitu sebesar 20-40 %.
g. Penyakit Diabetes
Resiko terjadinya penyakit jantung koroner pada pasien dengan
DM sebesar 2- 4 lebih tinggi dibandingkan orang biasa. Hal ini
berkaitan dengan adanya abnormalitas metabolisme lipid, obesitas,
hipertensi sistemik, peningkatan trombogenesis (peningkatan tingkat
adhesi platelet dan peningkatan trombogenesis).
2. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dimodifikasi. Merupakan factor resiko yang
tidak bisa dirubah atau dikendalikan, yaitu diantaranya
a. Usia
Resiko meningkat pada pria datas 45 tahun dan wanita diatas 55 tahun
(umumnnya setelah menopause)
b. Jenis Kelamin
Morbiditas akibat penyakit jantung koroner (PJK)pada laki-laki dua kali
lebih besar dibandingkan pada perempuan, hal ini berkaitan dengan
estrogen endogn yang bersifat protective pada perempuan. Hal ini terbukti
insidensi PJK meningkat dengan cepat dan akhirnya setare dengan laki
pada wanita setelah masa menopause
c. Riwayat Keluarga
Riwayat anggota keluarga sedarah yang mengalami PJK sebelm usia 70
tahun merupakan factor resiko independent untuk terjadinya PJK. Agregasi
PJK keluarga menandakan adanya predisposisi genetic pada keadaan ini.
Terdapat bukti bahwa riwayat positif pada keluarga mempengaruhi onset
penderita PJK pada keluarga dekat
d. RAS
Insidensi kematian akiat PJK pada orang Asia yang tinggal di Inggris lebih
tinggi dibandingkan dengan peduduk local, sedangkan angka yang rendah
terdapat pada RAS apro-karibia
e. Geografi
Tingkat kematian akibat PJK lebih tinggi di Irlandia Utara, Skotlandia, dan
bagian Inggris Utara dan dapat merefleksikan perbedaan diet, kemurnian
air, merokok, struktur sosio-ekonomi, dan kehidupan urban.
f. Tipe kepribadian
Tipe kepribadian A yang memiliki sifat agresif, kompetitif, kasar, sinis, gila
hormat, ambisius, dan gampang marah sangat rentan untuk terkena PJK.
Terdapat hubungan antara stress dengan abnnormalitas metabolisme lipid.
g. Kelas sosial
Tingkat kematian akibat PJK tiga kali lebih tinggi pada pekerja kasar laki-
laki terlatih dibandingkan dengan kelompok pekerja profesi (missal dokter,
pengacara dll). Selain itu frekuensi istri pekerja kasar ternyata 2 kali lebih
besar untuk mengalami kematian dini akibat PJK dibandingkan istri pekerja
professional/non-manual
12
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Identitas Pasien
usia 35-55 tahun. Klien yang menderita Infark Miokard Akut (IMA)
Keluhan utama yang timbul pada pasien dengan Infark Miokard Akut
(IMA) yaitu nyeri dada yang khas (seperti tertekan, berat, atau penuh).
Infark Miokard Akut (IMA) banyak ditemukan pada pekerja swasta atau
karyawan swasta.
c) Riwayat kesehatan
nitrat.
2) Riwayat merokok.
d) Keadaan Umum
(IMA) biasanya baik atau kompos mentis (CM) dan akan berubah
a. B1 (Breathing)
b. B2 (Blood)
14
i. Inspeksi
ii. Palpasi
iii. Auskultasi
iv. Perkusi
c. B3 (Brain)
miokardium.
d. B4 (Bledder)
klien. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguri pada
e. B5 (Bowel)
f. B6 (Bone)
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan atau
untuk mengurangi, mencegah atau menghilangkan masalah kesehatan klien yang ada
Dilihat dari status kesehatan klien, diagnosa dapat dibedakan menjadi aktual, potensial,
falidasi perawat karena ada batasan mayor. Contoh: jalan nafas tidak efektif karena
lebih positif (atau kekutaan). Contoh: potensial peningkatan status kesehatan klien
16
yang memperlukan data tambahan sebagai faktor pendukung yang lebih akurat.
Jadi yang di maksud diagnose keperawatan adalah pernyataan yang jelas yang berkaitan
dengan masalah yang didapat pada pasien baik itu secara aktual, potensial, resiko atau
kemungkinan.
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien Infark Miokard Akut (IMA) :
b) Aktual/ resiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan perubahan
3. Intervensi Keperawatan
5) Menentukan tujuan
d) Merumuskan intervensi
Jadi yang dimaksud dengan intervensi keperawatan adalah rencana tindakan untuk
berdasarkan prioritas masalah, tujuan dan kriteria hasil dengan melihat acuan teori
4. Implementasi Keperawatan
Adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan dan keputusan sendiri
18
b) Tindakan kolaborasi
Adalah tindakan yang dilakukan atas dasar hasil keputusan bersama, seperti dokter
dilakukan terhaadap klien sesuai dengan intervensi yang telah dibuat baik itu secara
5. Evaluasi Keperawatan
Tujuan dari evaluasi adalah ntuk mengetahui sejauh mana perawat dapat dicapai dan
d) Melihat bahasan diatas, yang dimaksud dengan evaluasi merupakan hasil pencapaian
Budiman, Fentia dkk. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan
pada Pasien Infark Miokard Akut di Ruangan CVCU RSUP Prof.DR.R.D. Kandou
Manado. <https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/j kp/articel/view/10139/9725> dilihat
13 Januari 2018