Disusun Oleh:
Nurfadilah
01925030
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan “Tugas
Keperawatan Keluarga Asuhan Keperawatan dengan Resiko Ca Hepar Faktor
Genetik”. Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman
yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari sempurna dan
disana sini masih banyak kekurangan dan, oleh sebab itu saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Pada kesempatan ini juga kami tak lupa mengucapkan terima kasih.Dan semoga
dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-
teman.Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jantung merupakan pusat dari sistem peredaran darah mahluk hidup. Salah
satunya ada pada manusia yang berfungsi untuk memompakan darah ke berbagai
organ untuk metabolisme hidup manusia. Efisiensi jantung sebagai pemompa
bergantung pada nutrisi dan oksigen yang cukup pada otot jantung. Sirkulasi pada
arteri koroner meliputi seluruh permukaan jantung dan membawa oksigen yang
dibutuhkan oleh otot-otot jantung melalui cabang-cabang kecil intra-miokardial
(Muttaqin, 2014).
World Health Organization WHO (2017) menyatakan ada empat penyakit
tidak menular noncommunicable diseases (NCDs) terbesar yang sering terjadi.
Penyakit tersebut adalah penyakit kardiovaskular (penyakit jantung koroner, gagal
jantung, payah jantung, hipertensi dan stroke), kanker, penyakit pernapasan kronis
dan diabetes. Dari empat penyakit tersebut penyakit kardiovaskuler dengan diagnosa
medis penyakit jantung koroner merupakan permasalahan yang masih tinggi dan
menjadi penyakit pembunuh tertinggi di negara maju dan juga negara berkembang
seperti Indonesia.
Penyakit jantung koroner atau PJK terjadi oleh sebab suplai darah ke otot
jantung berkurang sebagai akibat tersumbatnya (obstruksi) pembuluh darah arteri
koronaria (Wijaya dkk: 4, 2013). Penyakit jantung koroner ini terutama dipicu dari
adanya arterosklerosis yang menimbun lipid serta jaringan fibrosa dalam arteri 2
koronaria, sehingga secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah (Price,
2006).
Coronary heart desease (CHD) atau yang disebut PJK, mempengaruhi 16,3
juta jiwa di Amerika Serikat 7,3 juta kasus mengarah pada infark miokard dan 9 juta
kasus mengarah pada angina pektoris dalam riset American Heart Assosiation (Roger
et al., 2011). Penyakit jantung koroner biasanya disebabkan oleh terganggunya
peredaran darah ke miokardium akibat penimbunan plak arterosklerosis di arteri
koroner. Di benua Australia kasus Penyakit Jantung Koroner pada usia kebih dari 60
tahun mewakili 70% kasus dan sudah mengarah ke infark miokardium akut, 61%
kasus intervensi koronaria perkutan (percutaneous coronary interventions), dan 73%
kasus pembedahan tandu pintas arteri koronaria (coronary artery bypass graft
surgery) (Chang, Daly, & Elliott, 2010). Penyakit jantung koroner dapat terjadi tanpa
tanda gejala khusus atau dapat langsung mengarah menuju angina pectoris, syndrome
arteri koroner akut, infark miokard (serangan jantung), disritmia, gagal jantung, dan
bahkan kematian yang tiba-tiba dalam (Lemone, Burke, & Bauldoff: 909, 2011).
Penyakit jantung koroner ini biasanya disebabkan oleh terganggunya
peredaran darah ke miokardium akibat penimbunan plak arterosklerosis di arteri
koroner. Adanya penyempitan dan penyumbatan arteri koronaria inilah pemicu dari
ketidakseimbangan kebutuhan oksigen sehingga terjadi peningkatan metabolisme
anaerob yang memproduksi asam laktat dan menimbulkan nyeri dada yang bersifat
akut (Muttaqin, 2014).
Nyeri Akut pada daerah dada merupakan pengalaman sensorik atau emosional
yang berkaitan dengan terjadinya kerusakan jaringan yang dapat bersifat aktual atau 4
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari tiga bulan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Nyeri
bisa terjadi diseluruh area tubuh salah satunya terdapat di daerah dada. Nyeri dada
atau chest pain adalah perasaan tidak enak yang menggangu daerah dada dan
seringkali merupakan rasa nyeri yang diproyeksikan pada dinding dada (referred
pain), sementara nyeri koroner adalah rasa sakit yang terjadi akibat terjadinya iskemik
miokard karena suplai aliran darah koroner pada suatu saat tidak mencukupi untuk
kebutuhan metabolisme miokard (Padila, 2013).
Dampak yang ditimbulkan dari Penyakit Jantung Koroner dengan nyeri akut
akibat iskemia yang berkelanjutan mengindikasikan adanya infark. Penelitian Susilo
(2013) menunjukkan bahwa infark miokard lebih sering terjadi pada laki-laki (70,8%)
5 setelah terjadinya iskemia, rupture miokard juga terjadi dengan adanya plak 50-70%
yang tidak stabil tipis dan mudah erosi. Sekitar 15% sampai 20% pasien penyakit
jantung koroner dengan angina khususnya angina tak stabil akan menimbulkan infark
miokard (Hudak, 2012). Aritmia, disfungsi otot jantung, aneurisma ventrikel kiri,
perikarditis, thrombus mural, Angina pektoris berulang juga merupakan dampak yang
bisa terjadi jika nyeri tidak ditanggulangi (Nuratif & Kusuma, 2015).
Solusi yang dapat digunakan sebagai perawat adalah memberikan asuhan
keperawatan secara menyeluruh pada pasien PJK dengan nyeri akut yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Sesuai
hasil pengkajian dan diagnosa keperawatan terhadap keluhan dan segera dalam
memberikan implementasi yang sudah direncanakan dalam asuhan keperawatan untuk
menangani penyakit jantung koroner dan mengevaluasi hasil dari Asuhan
keperawatan yang diberikan. PJK tidak hanya bisa diatasi hanya dengan tindakan
farmakologis tanpa melibatkan intervensi non Farmakologis. Intervensi non
farmakologis ini mencakup terapi agen fisik dan intervensi perilaku kognitif pasien
yang ada dalam asuhan keperawatan (Muttaqin, 2014)
Berdasarkan data di atas dan untuk mengaplikasikan mata kuliah keluarga
penulis melakukan pengkajian di kelurahan Tugu Utara jakarta utara. Dengan
kewajiban mengambil 1 kasus, membawa kasus kelolaan yang dibahas dari BAB 1-
BAB 5 yang penulis angkat yaitu Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Resiko
Kanker Hati Faktor Genetik Nn.R di balai/pos RT. 002 RW 016 Kelurahan Tugu
Utara Koja Jakarta Utara.
B. Rumusan masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan keluarga dengan resiko jantung koroner?
C. Tujuan
1 Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan keluarga dengan jantung koroner pada
keluarga
2 Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui mengetahui konsep dasar keluarga
b. Untuk mengetahui konsep medis penyakit jantung koroner
c. Untuk mengetahui asuhan keperawatan keluarga meliputi tahap pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.
D. Ruang lingkup
Dalam penulisan laporan ini, penulis membahas asuhan keperawatan keluarga
dengan penyakit jantung koroner di RT 002 RW 016 , Tugu Utara, Koja, Jakarta
Utara.
E. Metode penulisan
Dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus yang menggunakan teknik:
1. Wawancara
2. Pemeriksaan fisik
3. Studi kepustakaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Friedman (2010), keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan
oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya
sebagai bagian dari keluarga. Dan Suprahitno mendefinisikan keluarga adalah
individual yang terdapat ikatan perkawinan dan hubungan darah yang tinggal
bersama dalam satu atap (Serumah) dengan peran masing-masing serta keterkaitan
emosional.
2. Tipe-Tipe Keluarga
Perkembangan tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang
mengelompokan. Menurut Suprajitno (2004) secara tradisional keluarga di
kelompokan menjadi dua, yaitu:
a. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah,
ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah anggota lain
yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenenk, paman-bibi)
Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualis, pengelompokan tipe keluarga selain kedua diatas berkembang
menjadi:
a. Keluarga bentukan kembali (Dyadic Family) adalah keluarga baru yang
terbentuk daro pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
Keadaan ini di Indonesia juga menjadi tren karena adanya pengaruh gaya
hidup barat yang zaman dahulu jarang seklai ditemui sehingga seorang yang
telah bercerai atau ditinggal pasangannya cenderung hidup sendiri untuk
membesarkan anak-anaknya.
b. Orang tua tunggal (Single Parent Family) adalah keluargayang terdiri dari
salah satu orang tua dengan anak-anaknya akibat perceraian atau ditinggal
pasangannya.
c. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (The Unmarried Teenage Mother)
d. Orang dewasa (laki-laki atau peremuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah
menikah (The Single Adult Living Alone). Kecenderunagn di Indonesia juga
meningkat dengan tidak mau direpotkan oleh pasangan atau anaknya kelak
jika telah menikah. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (The
Non Married Heterosexsual Cohabiting Familly). Biasanya dapat dijumpai
pada daerah kumuh perkotaan (besar), tetapi pada akhirnya mereka dinikahkan
oleh pemerintah daerah (kabupaten atau kota) meskipun usia pasangan
tersebut telah tua demi status anak-anaknya. Keluarga yang dibentuk oleh
pasangan yang berjenis kelamin sama (Gay and Lesbian Family).
3. Tugas Keluarga
Dalam sebuh keluarga ada beberapa tugas yang diambilnya:
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
b. Memelihara sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
c. Pembagian tugas masing-masing sesuai dengan kedudukannya masing-masing
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga (Mubarak dkk,
2012)
4. Funsi Keluarga
Menurut Ali (2010) fungsi keluarga sebagai berikut:
a. Fungsi ekonomi, yaitu diharapkan menjadi keluarga yang produktif yang
mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber
daya keluarga.
b. Funsi mendapat status sosial, yaitu keluarga yang dapat dilihat dan
dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang berada disekitarnya
c. Fungsi pendidikan, yaitu keluarga yang mempunyai peran dan tanggung jawab
yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan
dewasanya.
d. Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan
mampu menciptakan kehidupan sosial yang mirip dengan luar rumah.
e. Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan kesehatan yang primer dalam rangka melindungi dan mencegah
terhadap penyakityang mungkin dialami keluarga.
f. Fungsi religious, yaitu merupakan tempat belajar tentang agama dan
mengamalkan ajaran keagamaan
g. Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan
yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah.
h. Fungsi reproduksi, bukan hanya menggembangkan keturunan, tetapi juga
merupakan tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal
(menyeluruh) diantaranya seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks
bagi anak dan yang lainnya.
i. Fungsi afeksi, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada diluar rumah.
5. Struktur Keluarga
Menururt Mubarak (2012), struktur keluarga terdiri dari:
a. Struktur Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur, terbuka,
melibatkan emosi, konflik selesai da nada hirati kekuatan, komunikasi
keluarga bagi pengirim : mengemukakan pesan, jelas dan berkualitas, meminta
dan menerima umpan balik. Penerima : mendengarkan pesan, memberikan
umpan balik dan valid.
b. Struktur Peran
Yang dimaksud struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan
sesuai posisi social yang diberikan. Jadi pada struktur peran bisa bersifat
formal atau informa.
c. Struktur Kekuatan
Yang dimaksud adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol atau
mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain, Legitimate Power (hak),
Referent Power (ditiru), Expert Power (keahlian), Reward Power (hadiah),
Coertive Power (paksa) dan Affektif Power.
d. Struktur Nilai dan Norma
Nilai adalah system ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga
dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima
pada lingkungan sosial tertentu berarti disini adalah lingkungan keluarga dan
lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
D. Patofisiologi
Patofisiologi dari PJK dimulai dari adanya aterosklerosis atau pengerasan
arteri dari penimbunan endapan lipid, trombosit, neutrofil, monosit dan makrofag di
seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel) sampai akhirnya ke tunika
medika (lapisan otot polos). Arteri yang paling sering terkena adalah arteri koronaria
(Potter & Perry, 2010).
Kondisi ini dapat terjadi setelah cedera pada sel endotel atau dari stimulus
lain, cedera pada sel endotel meningkatkan permeabelitas terhadap berbagai
komponen plasma, termasuk asam lemak dan triglesirida. Kolesterol dan lemak
plasma mendapat akses ke tunika intima karena permeabilitas lapisan endotel
meningkat, pada tahap indikasi dini kerusakan teradapat lapisan lemak diarteri.
Patofisiologi nyeri dada yang bersifat akut berawal dari ketidakseimbangan suplai
oksigen dan nutrisi ke bagian miokard jantung berkurang yang menyebabkan
terjadinya metabolisme secara anaerob yang menghasilkan asam laktat sehingga
terjadi nyeri serta fatique pada penderita penyakit jantung koroner (Padila, 2013).
Proses pembentukan energi ini sangat tidak efisien dan menyebabkan
terbentuknya asam laktat sehinga menurunkan pH miokardium dan menyebabkan
nyeri dada yang berkaitan dengan angina pektoris. Ketika kekurangan oksigen pada
jantung dan sel-sel otot jantung berkepanjangan dan iskemia miokard yang tidak
tertasi maka terjadilah kematian otot jantung yang dikenal sebagai miokard infark
(Potter & Perry, 2010).
Iskemia adalah suatu keadaan kekurangan oksigen yang bersifat sementara
dan reversible. Manifestasi hemodinamika yang sering terjadi adalah peningkatan
ringan tekanan darah dan denyut jantung sebelum timbul nyeri dada yang bersifat
akut. Ini merupakan respon kompensasi simpatis terhadap berkurangnya fungsi
miokardium. Angina pektoris adalah nyeri dada yang menyertai iskemia miokardium,
angina sering dipicu oleh aktifitas yang meningkatkan kebutuhan miokardium akan
oksigen, seperti latihan fisik dan hilang selama beberapa menit dengan istirahat atau
pemberian nitrogliserin. Iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan
menyebabkan kerusakan seluler yang irreversibel dan kematian otot atau nekrosis
inilah yang disebut infark. Secara fungsional infark miokardium akan menyebabkan
perubahan-perubahan seperti daya kembang dinding ventrikel, pengurangan curah
sekuncup, pengurangan fraksi ejeksi, peningkatan volume akhir diastolik ventrikel kiri
(Price, 2006).
Pelepasan neurotransmitter eksitatori seperti prostaglandin, bradikinin, kalium,
histamin, dan substansi P akibat menurunya pH jantung dan kerusakan sel. Subtansi
yang peka terhadap nyeri terdapat pada serabut nyeri di cairan ekstraseluler,
menyebarkan “pesan” adanya nyeri dan menyebabkan inflamasi (Potter & Perry,
2010).
Serabut nyeri memasuki medulla spinalis melalui tulang belakang melewati beberapa
rute hingga berakhir di gray matter (lapisan abu-abu) medulla spinalis.Setelah impuls-
impuls nyeri berjalan melintasi medulla spinalis, thalamus menstransmisikan
informasi ke pusat yang lebih tinggi di otak, sistem limbik; korteks 13 somatosensori;
dan gabungan korteks. Ketika stimulus nyeri mencapai korteks serebral, maka otak
mengintepretasikan kualitas nyeri dan merespon informasi dari pengalaman yang
telah lalu, pengetahuan, serta faktor budaya yang berhubungan dengan persepsi nyeri.
Sesaat setelah otak menerima adanya stimulus nyeri, terjadi pelepasan
neurotransmitter inhibitor seperti opiud endonegeus (endorphin dan enkefalin),
serotonin (5HT), norepinefrin, dan asam aminobutirik gamma (GABA) yang bekerja
untuk menghambat transmisi nyeri dan membantu menciptakan efek analgesik (Potter
& Perry, 2010)
E. Pencegahan
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit jantung
koroner, antara lain:
Menerapkan pola makan sehat
Hindari kebiasaan merokok
Rutin berolahraga
Menjaga berat badan ideal
Menjaga tekanan darah tetap normal
Mengendalikan kadar gula darah normal
Mengurangi konsumsi alkohol
Mengonsumsi obat-obat yang diresepkan oleh dokter
F. Komplikasi
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik meliputi pemeriksaan EKG 12 lead yang dikerjakan
waktu istirahat pemeriksaan radiologis, pemeriksaan laboratorium terutama untuk
menemukan faktor risiko, pemeriksaan ekocardiografi dan radio nuclide miokardial
imaging (RNMI) waktu isitirahat dan stress fisis ataupun obat-obatan, sampai
ateriografi koroner dan angiografi ventrikel kiri (Wijaya dkk: 4, 2013). Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan selama terjadinya episode nyeri adalah, pantau takikardi
atau disritmia dengan saturasi, rekam EKG lengkap T inverted, ST elevasi atau
depresi dan Q patologis, pemeriksaan laboratorium kadar enzim jantung Creatinin
kinase(CK), Creatinin kinase M-B(CKMB), Laktat dehidrogenase (LDH), fungsi hati
serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) dan serum glutamic pyruvate
transaminase (SGPT), profil lipid Low desinty lipoprotein (LDL) dan High desinty
lipoprotrein (HDL), foto thorax, echocardiografi, kateterisasi jantung. (Padila, 2013).
Fokus perawat adalah pain management atau mengontrol nyeri, melakukan
pengkajian terus-menerus, melaporkan gejala, serta memberikan pasien dan keluarga
penyuluhan (Hudak, 2012).
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT JANTUNG KORONER
PENGKAJIAN
1. Identitas
- Usia : Biasanya menyerang dewasa dan orang tua
- Jenis kelamin : Kanker hati sering terjadi pada laki – laki dari pada
perumpuan.
- Pekerjaan : Dapat ditemukan pada orang dengan aktivitas yang berlebihan
2. Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama : Keluhan pasien pada waktu dikaji.
- Riwayat penyakit dahulu : Pasien dahulu pernah menderita penyakit apa
dan bagaimana pengobatanya.
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat penyakit keluarga
4. Pemeriksaan fisik
Menurut Doengoes, 1999 hasil pemeriksaan fisik pada pasien kanker hati adalah:
1. Tanda – tanda vital : Tekanan darah meningkat, nadibradikardial,
suhu meningkat, pernafasan
2. Mata : Skera ikterik
3. Mulut : Mukosa kering, bibir pucat
4. Abdomen : Terdapat nyeri tekan pada kuadran
kanan atas, pembesaran hati, asites,
permukaan teraba ireguler.
5. Kulit : Gatal – gatal ( pruritus )
6. Ekstremitas : Mengalami kelemahan, peningkatan edema
5. Pemeriksaan penunjang
Hasil :
1. Laboratorium:
500 mg/dl, HbsAg positf dalam serum, Kalium, Kalsium.≥ Darah lengkap ; SGOT,
SGPT, LDH, CPK, Alkali Fostatase.
· AST / SGOT meningkat Nn ( 10 – 40 unit (4,8 -19 U/L)
· ALT / SGPT meningkat Nn ( 5 – 35 unit (2,4 – 17 U/L)
· LDH meningkat Nn (165 – 400 unit (80 – 192 U/L)
· Alkali Fostatase meningkat Nn ( 2 -5 unit (20 – 90 IU/L)
· Albumin menurun Nn ( 3,5 – 5,5 g/dl (35-55 g/L)
· Globulin meningkat Nn ( 1,5 – 3,0 g/dl (15-30g/L)
6. Pemeriksaan radiologi
- Pemeriksaan barium esofagus : Menunjukkan peningkatan tekanan portal.
- Foto rongent abdomen : Pada penderita kanker hati akan terlihat perubahan
ukuran hati.
- Arteriografi pembuluh darah seliaka : Untuk melihat hati dan pankreas.
- Laparoskopi : Melihat perbedaan permukaan hati antara lobus kanan
dengan kiri sehingga jika ada kelainan akan terlihat jelas.
- Biobsi hati : Menentukan perubahan anatomis pada jaringan hati
- Ultrasonografi : Memperlihatkan ukuran – ukuran organ abdomen.
Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diet yang tidak adekuat,ketidakmampuan untuk memproses/mencerna
makanan,anorexia,mual dan muntah.
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium/masukan
cairan ,penurunan protein plasma ,malnutrisi.
c. Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
akibat pengumpulan cairan intra abdomen (asites).
d. Nyeri berhubungan dengan tegangnya dinding perut (asites).
e. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan
pruritus,edema dan asites.
Kolaborasi:
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diit TKTP,KH,rendah lemak
Kolaborasi pemberian obat penambah nafsu makan,anti mual/muntah.
Awasi pemeriksaan lab : glukosa serum,albumin,protein total,ammonia.
Diagnosa II
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium/masukan cairan,
penurunan protein plasma,malnutrisi.
Mandiri:
Batasi asupan Na+ dan cairan jika diintruksikan.
Ukur intake dan output,timbang BB tiap hari ,dan catat peningkatan BB> 5 kg/hari
Awasi TD,CVP,dan catat DVJ
Kaji derajat pitting edema
Ukur lingkar abdomen
Dorong untuk tirah baring bila ada asites
Kolaborasi:
Awasi albumin serum dan e- (k+ dan Na+)
Batasi Na+ dan cairan sesuai indikasi
Berikan diuretik = furosemide (lasix),spirolaktan
Diagnosa III
Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat
pengumpulan cairan intra abdomen (asites)
Mandiri:
Awasi frekuensi ,kedalaman dan upaya pernapasan
Pertahankan kepala TT tinggi
Ubah posisi dengan sering ,dorong napas dalam,dan Latihan
Selidiki perubahan tingkat kesadaran
Monitor TTV tiap 2 jam
Anjurkan klien untuk banyak istirahat
Kolaborasi :
Awasi seri AGD,Ro dada
Berikan O2 sesuai indikasi
Siapkan untuk prosedur parasentesis
Diagnosa IV
TUJUAN :
- Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan
sesuai indikasi nyeri.
- Melaporkan penghilangan nyeri maksimal / kontrol dengan pengaruh minimal
pada AKS.
INTERVENSI :
Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi , frekwensi, durasi dan intensitas ( 0-
10) dan tindakan penghilang rasa nyeri misalkan berikan posisi yang duduk
tengkurap dengan dialas bantal pada daerah antara perut dan dada.
Berikan tindakan kenyamanan dasar misalnya reposisi, gosok punggung.
Kaji tingkat nyeri.
RASIONAL :
Memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan / keefektifan intervensi
misalnya : nyeri adalah individual yang digabungkan baik respons fisik dan
emosional.
Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.
Kontrol nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS.
Diagnosa V
TUJUAN :
- Mengedentifikasi fiksi intervensi yang tepat untuk kondisi kusus.
- Berpartisipasi dalam tehnik untuk mencegah komplikasi / meningkatkan
penyembuhan.
INTERVENSI :
Kaji kulit terhadap efek samping terapi kanker. Perhatikan kerusakan atau
perlambatan penyembuhan.
Mandikan dengan air hangat dan sabun.
Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering
dari pada menggaruk.
Balikkan / ubah posisi dengan sering.
Anjurkan pasein untuk menghindari krim kulit apapun ,salep dan bedak
kecuali seijin dokter.
RASIONAL :
Efek kemerahan atau reaksi radiasi dapat terjadi dalam area radiasi dapat
terjadi dalam area radiasi. Deskuamasi kering dan deskuamasi kering, ulserasi.
Mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit.
Membantu mencegah friksi atau trauma fisik.
Untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit/ jaringan
yang tidak perlu
Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi keperawatan, maka hal yang perlu di evaluasi dari
tindakan yang telah kita lakukan yaitu :
1. Kebutuhan akan nutrisi dapat terpenuhi
2. Nyeri yang dirasakan klien dapat berkurang
3. Klien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan tubuh
4. Klien dapat turut berpartisipasi dalam tehnik untuk mencegah komplikasi.
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas kepala keluarga :
Nama : Ny.E
Umur : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Bugis
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jln. Permata III,Tugu Utara,Koja,Jakarta Utara
Nomor : 081381453773
Telepon
b. Komposisi Keluarga :
Penyakit yang
J Hubungan Imunisasi
No Nama Umur Pend Pekerjaan pernah diderita
K keluarga
BCG Polio DPT HB Campak
1 Ny.E ♀ 48 SM IRT Istri Gastritis,Kolesterol
2 An.D ♀ 20 A Mahasiswa Anak Anemia
3 An.R ♀ 16 SM Pelajar Anak
A
SMP
c. Genogram
X X X
X X X X
Ket:
= Perempuan X = Meninggal = Klien
= Laki - laki - - - - - = Tinggal serumah
Type Keluarga :
1) Jenis tipe keluarga :
Tipe keluarga tradisional: keluarga besar dengan struktur keluarga patrilokal
2) Masalah yang terjadi dengan type tersebut :
Tidak ada masalah dari tipe yang diterapkan tersebut.
d. Suku Bangsa
1) Asal suku bangsa :
Bugis
e. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan :
Seluruh anggota keluarga menganut agama Islam dan keluarga yakin bahwa hanya
Allah SWT yang bisa menyembuhkan segala penyakit. Semua penyakit datangnya
dari Allah SWT dan akan sembuh oleh pertolongan Allah SWT melalui
pengobatan dan terapi yang dilakukan di pelayanan
f. kesehatan.Status Sosial Ekonomi Keluarga :
An.D telah bekerja disambingi oleh kuliah,berpenghasilan 4 – 5 juta perbulan
yang digunankan untuk keperluan pembayaran perkuliahan dan kebutuhan
keluarga.
g. Aktivitas rekreasi keluarga :
Keluarga Ny.E keluarga tidak pernah pergi rekreasi, keluarga hanya
menghabisakan waktu dirumah bersama keluarga,, kecuali ada acara keluaraga,
dan merayakan idul fitri dan tahun baru.
2. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua) :
Keluarga Ny.E memliki 2 orang anak. Anak pertama berumur 20 tahun duduk di
bangku kuliah
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kenadalanya :
Keluarga Ny.E mengatakan saat ini tidak ada kendala dalam perkembangan
keluarga.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti :
1) Riwayat kesehatan keluarga saat ini :
Ny.E mengatakan tidak ada keluhan. Pada saat pengkajian observasi TTV,
TD: 120/80 mmHg, DN: 88 x/menit, RR: 24 x/menit.
An.R mengatakan tiadak ada keluhan dikaji TTV, TD: 120/80 mmHg, DN:
80x/menit, RR: 22x/menit.
Riwayat penyakit keturunan : (dari keluarga suami dan istri)
Ny.E mengatakan memiliki penyakit keturunan dari pihak suami seperti
penyakit Liver,Hepatitis B dan CA Hepar
2) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan :
Rumah Sakit dan puskesmas
3. Pengkajian Lingungan
a. Karakteristik Rumah : Bentuk rumah permanen, dinding dan lantai semen.
1) Luas rumah : 6 x 9 m2
2) Type rumah : Permanen
3) Kepemilikan : Pribadi
4) Jumlah dan ratio kamar / : 2 kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga.
ruangan : 17 ventilasi dan jendela
5) Ventilasi/jendela : ada
6) Septic tank : ada/tidak : Menggunakan air pa, yang bersih dan tidak
7) Sumber air minum berbau
8) Sampah (limbah RT) : Untuk limbah, ada tempat penampung
9) Kebersihan lingkungan khusus
: Cukup baik, sampah dibuang ditempat
10) Denah rumah penampungan semetara
:
Ket:
T
: teras :
dapur
: kamar : 9m
r.cuci
: ruang tamu
: ruang makan
: WC 6m
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW :
Tetangga dan komunitas disekitar tempat tinggal Ny.E mayoritas bekerja sebagai
Pedagang, Pengrajin home industri dan masih memilik nilai gotong royong yang
tinggi.
c. Mobilitas geografis keluarga :
Keluarga mengatakan belum pernah pindah rumah.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :
Keluarga memiliki kebiasaan makan bersama setidaknya 1 kali sehari. Dan selalu
menyempatkan untuk berkumpul setiap ada waktu luang dan kesempatan.
Interaksi dengan masyarakat sekitar baik-baik saja.
e. Sistem pendukung keluarga :
Ny.E mengatakan jika ada keluarga yang sakit segera dibawa klinik karena jarak
yang tidak jauh kecuali penyakit keluarga parah langsung di bawa kerumah sakit
besar, rumah sakit umum daerah koja. Keluarga memiliki fasilitas asuransi
kesehatan untuk anggota keluarga yang sakit.
4. Struktur Keluarga :
a. Pola / cara komunikasi keluarga :
Menurut Ny.E komunikasi di dalam keluarganya biasa menggunakan bahasa
indonesia.
b. Struktur kekuatan keluarga :
Menurut Ny.E struktur kekuatan keluarganya sudah cukup baik .
c. Struktur peran :
Menurut Ny.E struktur peran dalam keluarganya sudah bisa berjalan dengan
baik.Anak tertua nya sudah bekerja dan mampu membiayai dirinya sendiri dan
keluarga
d. Nilai dan norma keluarga :
Nilai dan norma yang berlaku di dalam keluarga Ny.E adalah nilai agama dan adat
yang berlaku di lingkungan masyarakat setempat.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif :
Ny.E selalu memberikan nasihat kepada anaknya jika melakukan kesalahan,
senantiasa mencurahkan kasih sayang untuk keluarganya dan berani mengakui
kesalahnnya.
b. Fungsi sosialisasi :
Keluarga Ny.E selalu menjaga hubungan baik dengan sesama anggota keluarga
dan juga masyarakat di sekitar tempat tinggal keluarga.
c. Fungsi perawatan kesehatan :
1) Pengetahuan dan persepsi keluarga tentang penyakit / masalah kesehatan
keluarganya
Keluarga kurang mengetahui tentang masalah kesehatan keluarganya
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Keluarga cukup mampu mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat
pada anggota keluarga yang sedang menderita sakit dengan pemeriksaan dasar
seperti pemeriksaan tanda vital.
3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, termasuk
kemampuan memelihara lingkungan dan menggunakan sumber/fasilitas
kesehatan. Untuk merawat sendiri anggota keluarga yang sakit belum mampu.
Keluarga sudah mampu menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
dimasyarakat. Jika ada anggota keluarganya yang sakit Ny.E langsung
membawanya ke tempat praktik mandiri dan rumah sakit.
d. Fungsi reproduksi
Keluarga Ny.E sudah tidak berencana untuk menambah anak lagi, karena suami
telah meninggal.
e. Fungsi ekonomi
Menurut pengakuan keluarga penghasilan yang didapat oleh keluarga tiap bulan
sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
6. Stress dan Koping Keluarga
a. Stressor jangka pendek : Tidak ada
b. Stressor jangka panjang : Tidak ada
c. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor :
Keluarga menerima kondisi sekarang ini dengan iklas sambil terus berusaha untuk
lebih giat bekerja.
d. Strategi koping yang digunakan : berdoa, bekerja/berusaha, dan iklas.
e. Strategi adaptasi disfungsional : tidak ada
7. Pemeriksaan Fisik : (dilakukan pada semua anggota keluarga)
Ny.E mengatakan tidak ada keluhan. Pada saat pengkajian observasi TTV, TD:
120/80 mmHg, DN: 88 x/menit, RR: 24 x/menit.
An.R mengatakan tiadak ada keluhan dikaji TTV, TD: 120/80 mmHg, DN:
80x/menit, RR: 22x/menit.
Riwayat penyakit keturunan : (dari keluarga suami dan istri)
Ny.E mengatakan memiliki penyakit keturunan dari pihak suami seperti penyakit
Liver,Hepatitis B dan CA Hepar
8. Harapan Keluarga :
Diharapkan perawat dapat bertugas didaerah dekat dari rumah penduduk supaya
keluarga mendapat pertolongan yang segera dari perawat. Perawat itu harus rela
menolong orang kapan pun situasi dan dimana pun mau membantu keluarga baik
dirumah penduduk maupun dipelayanan kesehatan.
DO :
TD: 120/80 mmHg
DN:80x/menit
RR: 22x/menit.
D. Tindakan/Implementasi
No Tanggal Diagnosa Implementasi Paraf Paraf
Dx Keperawatan Mhs Kepala
Keluarg
1 25 Okt Kurang pengetahuan 1. Mengkaji status kesehatan anggota keluarga Ny.E
2021 berhubungan dengan 2. Menjelaskan tentang masalah kesehatan yang N
U
faktor resiko penyakit sedang dihadapi oleh keluarga Ny.E utama nya R
genetic Ca.Hepar pada An.R F
3. Menjelaskan tindakan yang harus diambil jika
A
D
salah satu anggota keluarga yang sakit I An.R
4. Menjelaskan usaha – usaha untuk mencegah L
A
terjadinya gangguan kesehatan pada anggota
H
keluarga lainnya.
5. Menanyakan kepada anggota keluarga apakah
sudah mengerti dengan masalah kesehatan yang
dihadapi
E. Evaluasi
Paraf
No Tangga Diagnosa Paraf
Evaluasi (SOAP) Kepala
Dx l Keperawatan Mhs
Keluarga
1 29 Kurang S:
Oktober pengetahuan - Keluarga mengatakan sudah N
2021 berhubungan mengerti cara pencegahan U
dengan faktor terhadap resiko penyakit genetic R
resiko penyakit atau faktor keturunan F
genetic Ca.Hepar O: A An.R
- An.R tampak baik. TTV : DP D
132/90mmHg, N: 89x/m RR I
0
21x/m, T 37,4 C L
A : Ketidak mampuan keluarga A
mengenal masalah kesehatan H
teratasi
P: motivasi keluarga untuk
mempertahankan derajat kesehatan
dan penkes lagi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ca Hepar atau yang biasa disebut kanker hati adalah Tumor ganas primer
pada hati yang berasal dari sel parenkim atau epitel saluran empedu atau metastase
dari tumor jaringan lainnya dan kanker hati terjadi apabila sel kanker berkembang
pada jaringan hati.
Ca Hepar dipengaruhi oleh beberapa faktor,Utama nya faktor
genetic.Diperlukan cek Kesehatan yang rutin untuk mengendeteksi penderita nya
sejak dini dan memiinimalisir angka kematian yang disebabkan oleh Ca.Hepar itu
sendiri,ada banyak hal sebagai Langkah pencegahan seperti menjaga pola
makan,mangatur jam istirahat tubuh,tidak mengkonsumsi minuman
beralkohol,menghindari rokok dan meminum ramuan jamu herbal jamu temulawak.
B. Saran
Diharapkan kepada keluarga untuk memeriksakan Kesehatan keluarga secara rutin
dan melakukan penerapan upaya upaya pencegahan dari Ca Hepar itu sendiri agar
mampu meminilimasir resiko terkena nya Ca Hepar itu sendiri diluar faktor genetik.
DAFTAR PUSTAKA