Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN


RESIKO CA HEPAR FAKTOR GENETIK

Disusun Oleh:
Nurfadilah
01925030

YAYASAN JAYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN HUSADA KARYA JAYA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan “Tugas
Keperawatan Keluarga Asuhan Keperawatan dengan Resiko Ca Hepar Faktor
Genetik”. Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman
yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari sempurna dan
disana sini masih banyak kekurangan dan, oleh sebab itu saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Pada kesempatan ini juga kami tak lupa mengucapkan terima kasih.Dan semoga
dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-
teman.Amin.

Jakarta, 12 November 2018

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jantung merupakan pusat dari sistem peredaran darah mahluk hidup. Salah
satunya ada pada manusia yang berfungsi untuk memompakan darah ke berbagai
organ untuk metabolisme hidup manusia. Efisiensi jantung sebagai pemompa
bergantung pada nutrisi dan oksigen yang cukup pada otot jantung. Sirkulasi pada
arteri koroner meliputi seluruh permukaan jantung dan membawa oksigen yang
dibutuhkan oleh otot-otot jantung melalui cabang-cabang kecil intra-miokardial
(Muttaqin, 2014).
World Health Organization WHO (2017) menyatakan ada empat penyakit
tidak menular noncommunicable diseases (NCDs) terbesar yang sering terjadi.
Penyakit tersebut adalah penyakit kardiovaskular (penyakit jantung koroner, gagal
jantung, payah jantung, hipertensi dan stroke), kanker, penyakit pernapasan kronis
dan diabetes. Dari empat penyakit tersebut penyakit kardiovaskuler dengan diagnosa
medis penyakit jantung koroner merupakan permasalahan yang masih tinggi dan
menjadi penyakit pembunuh tertinggi di negara maju dan juga negara berkembang
seperti Indonesia.
Penyakit jantung koroner atau PJK terjadi oleh sebab suplai darah ke otot
jantung berkurang sebagai akibat tersumbatnya (obstruksi) pembuluh darah arteri
koronaria (Wijaya dkk: 4, 2013). Penyakit jantung koroner ini terutama dipicu dari
adanya arterosklerosis yang menimbun lipid serta jaringan fibrosa dalam arteri 2
koronaria, sehingga secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah (Price,
2006).
Coronary heart desease (CHD) atau yang disebut PJK, mempengaruhi 16,3
juta jiwa di Amerika Serikat 7,3 juta kasus mengarah pada infark miokard dan 9 juta
kasus mengarah pada angina pektoris dalam riset American Heart Assosiation (Roger
et al., 2011). Penyakit jantung koroner biasanya disebabkan oleh terganggunya
peredaran darah ke miokardium akibat penimbunan plak arterosklerosis di arteri
koroner. Di benua Australia kasus Penyakit Jantung Koroner pada usia kebih dari 60
tahun mewakili 70% kasus dan sudah mengarah ke infark miokardium akut, 61%
kasus intervensi koronaria perkutan (percutaneous coronary interventions), dan 73%
kasus pembedahan tandu pintas arteri koronaria (coronary artery bypass graft
surgery) (Chang, Daly, & Elliott, 2010). Penyakit jantung koroner dapat terjadi tanpa
tanda gejala khusus atau dapat langsung mengarah menuju angina pectoris, syndrome
arteri koroner akut, infark miokard (serangan jantung), disritmia, gagal jantung, dan
bahkan kematian yang tiba-tiba dalam (Lemone, Burke, & Bauldoff: 909, 2011).
Penyakit jantung koroner ini biasanya disebabkan oleh terganggunya
peredaran darah ke miokardium akibat penimbunan plak arterosklerosis di arteri
koroner. Adanya penyempitan dan penyumbatan arteri koronaria inilah pemicu dari
ketidakseimbangan kebutuhan oksigen sehingga terjadi peningkatan metabolisme
anaerob yang memproduksi asam laktat dan menimbulkan nyeri dada yang bersifat
akut (Muttaqin, 2014).
Nyeri Akut pada daerah dada merupakan pengalaman sensorik atau emosional
yang berkaitan dengan terjadinya kerusakan jaringan yang dapat bersifat aktual atau 4
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari tiga bulan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Nyeri
bisa terjadi diseluruh area tubuh salah satunya terdapat di daerah dada. Nyeri dada
atau chest pain adalah perasaan tidak enak yang menggangu daerah dada dan
seringkali merupakan rasa nyeri yang diproyeksikan pada dinding dada (referred
pain), sementara nyeri koroner adalah rasa sakit yang terjadi akibat terjadinya iskemik
miokard karena suplai aliran darah koroner pada suatu saat tidak mencukupi untuk
kebutuhan metabolisme miokard (Padila, 2013).
Dampak yang ditimbulkan dari Penyakit Jantung Koroner dengan nyeri akut
akibat iskemia yang berkelanjutan mengindikasikan adanya infark. Penelitian Susilo
(2013) menunjukkan bahwa infark miokard lebih sering terjadi pada laki-laki (70,8%)
5 setelah terjadinya iskemia, rupture miokard juga terjadi dengan adanya plak 50-70%
yang tidak stabil tipis dan mudah erosi. Sekitar 15% sampai 20% pasien penyakit
jantung koroner dengan angina khususnya angina tak stabil akan menimbulkan infark
miokard (Hudak, 2012). Aritmia, disfungsi otot jantung, aneurisma ventrikel kiri,
perikarditis, thrombus mural, Angina pektoris berulang juga merupakan dampak yang
bisa terjadi jika nyeri tidak ditanggulangi (Nuratif & Kusuma, 2015).
Solusi yang dapat digunakan sebagai perawat adalah memberikan asuhan
keperawatan secara menyeluruh pada pasien PJK dengan nyeri akut yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Sesuai
hasil pengkajian dan diagnosa keperawatan terhadap keluhan dan segera dalam
memberikan implementasi yang sudah direncanakan dalam asuhan keperawatan untuk
menangani penyakit jantung koroner dan mengevaluasi hasil dari Asuhan
keperawatan yang diberikan. PJK tidak hanya bisa diatasi hanya dengan tindakan
farmakologis tanpa melibatkan intervensi non Farmakologis. Intervensi non
farmakologis ini mencakup terapi agen fisik dan intervensi perilaku kognitif pasien
yang ada dalam asuhan keperawatan (Muttaqin, 2014)
Berdasarkan data di atas dan untuk mengaplikasikan mata kuliah keluarga
penulis melakukan pengkajian di kelurahan Tugu Utara jakarta utara. Dengan
kewajiban mengambil 1 kasus, membawa kasus kelolaan yang dibahas dari BAB 1-
BAB 5 yang penulis angkat yaitu Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Resiko
Kanker Hati Faktor Genetik Nn.R di balai/pos RT. 002 RW 016 Kelurahan Tugu
Utara Koja Jakarta Utara.
B. Rumusan masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan keluarga dengan resiko jantung koroner?
C. Tujuan
1 Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan keluarga dengan jantung koroner pada
keluarga
2 Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui mengetahui konsep dasar keluarga
b. Untuk mengetahui konsep medis penyakit jantung koroner
c. Untuk mengetahui asuhan keperawatan keluarga meliputi tahap pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.
D. Ruang lingkup
Dalam penulisan laporan ini, penulis membahas asuhan keperawatan keluarga
dengan penyakit jantung koroner di RT 002 RW 016 , Tugu Utara, Koja, Jakarta
Utara.
E. Metode penulisan
Dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus yang menggunakan teknik:
1. Wawancara
2. Pemeriksaan fisik
3. Studi kepustakaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Pengertian Keluarga
Menururt UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Perkembangan Keluarga Sejahtera, keluarga adalah inti terkecil dari masyrakat
yang terdiri dari suami-isteri,atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan
anaknya, atau ibu dan anaknya. Ketiga pengertian tersebut mempunyai persamaan
bahwa dalam keluarga terdapat ikatan perkawinan dan berhubungan darah yang
tinggal bersama dalam satu atap (serumah) dengan pernah masing-masing serta
ketertarikan emosional (Dalam Ali: 2010).

Menurut Friedman (2010), keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan
oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya
sebagai bagian dari keluarga. Dan Suprahitno mendefinisikan keluarga adalah
individual yang terdapat ikatan perkawinan dan hubungan darah yang tinggal
bersama dalam satu atap (Serumah) dengan peran masing-masing serta keterkaitan
emosional.

2. Tipe-Tipe Keluarga
Perkembangan tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang
mengelompokan. Menurut Suprajitno (2004) secara tradisional keluarga di
kelompokan menjadi dua, yaitu:
a. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah,
ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah anggota lain
yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenenk, paman-bibi)
Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualis, pengelompokan tipe keluarga selain kedua diatas berkembang
menjadi:
a. Keluarga bentukan kembali (Dyadic Family) adalah keluarga baru yang
terbentuk daro pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
Keadaan ini di Indonesia juga menjadi tren karena adanya pengaruh gaya
hidup barat yang zaman dahulu jarang seklai ditemui sehingga seorang yang
telah bercerai atau ditinggal pasangannya cenderung hidup sendiri untuk
membesarkan anak-anaknya.
b. Orang tua tunggal (Single Parent Family) adalah keluargayang terdiri dari
salah satu orang tua dengan anak-anaknya akibat perceraian atau ditinggal
pasangannya.
c. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (The Unmarried Teenage Mother)
d. Orang dewasa (laki-laki atau peremuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah
menikah (The Single Adult Living Alone). Kecenderunagn di Indonesia juga
meningkat dengan tidak mau direpotkan oleh pasangan atau anaknya kelak
jika telah menikah. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (The
Non Married Heterosexsual Cohabiting Familly). Biasanya dapat dijumpai
pada daerah kumuh perkotaan (besar), tetapi pada akhirnya mereka dinikahkan
oleh pemerintah daerah (kabupaten atau kota) meskipun usia pasangan
tersebut telah tua demi status anak-anaknya. Keluarga yang dibentuk oleh
pasangan yang berjenis kelamin sama (Gay and Lesbian Family).

3. Tugas Keluarga
Dalam sebuh keluarga ada beberapa tugas yang diambilnya:
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
b. Memelihara sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
c. Pembagian tugas masing-masing sesuai dengan kedudukannya masing-masing
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga (Mubarak dkk,
2012)

4. Funsi Keluarga
Menurut Ali (2010) fungsi keluarga sebagai berikut:
a. Fungsi ekonomi, yaitu diharapkan menjadi keluarga yang produktif yang
mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber
daya keluarga.
b. Funsi mendapat status sosial, yaitu keluarga yang dapat dilihat dan
dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang berada disekitarnya
c. Fungsi pendidikan, yaitu keluarga yang mempunyai peran dan tanggung jawab
yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan
dewasanya.
d. Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan
mampu menciptakan kehidupan sosial yang mirip dengan luar rumah.
e. Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan kesehatan yang primer dalam rangka melindungi dan mencegah
terhadap penyakityang mungkin dialami keluarga.
f. Fungsi religious, yaitu merupakan tempat belajar tentang agama dan
mengamalkan ajaran keagamaan
g. Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan
yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah.
h. Fungsi reproduksi, bukan hanya menggembangkan keturunan, tetapi juga
merupakan tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal
(menyeluruh) diantaranya seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks
bagi anak dan yang lainnya.
i. Fungsi afeksi, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada diluar rumah.

5. Struktur Keluarga
Menururt Mubarak (2012), struktur keluarga terdiri dari:
a. Struktur Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur, terbuka,
melibatkan emosi, konflik selesai da nada hirati kekuatan, komunikasi
keluarga bagi pengirim : mengemukakan pesan, jelas dan berkualitas, meminta
dan menerima umpan balik. Penerima : mendengarkan pesan, memberikan
umpan balik dan valid.
b. Struktur Peran
Yang dimaksud struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan
sesuai posisi social yang diberikan. Jadi pada struktur peran bisa bersifat
formal atau informa.
c. Struktur Kekuatan
Yang dimaksud adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol atau
mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain, Legitimate Power (hak),
Referent Power (ditiru), Expert Power (keahlian), Reward Power (hadiah),
Coertive Power (paksa) dan Affektif Power.
d. Struktur Nilai dan Norma
Nilai adalah system ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga
dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima
pada lingkungan sosial tertentu berarti disini adalah lingkungan keluarga dan
lingkungan masyarakat sekitar keluarga.

6. Tahap Perkembangan Keluarga


Menurut (Mubarak, dkk, 2012), perkembangan keluarga adalah proses perubahan
yang teradi pada system keluarga meliputi: perubahan pola interaksi dan
hubungan antara anggotanya disepanjang waktu. Setiap tahapnya keluarga
memiliki tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat
dilalui dengan sukses, tingkat perkembangan keluarga ditandai oleh umur anak
yang tertua.
a. Tahap I pasangan baru atau keluarga Baru (Beginning Family)
Keluarga baru dimulai pada saat suami dan isteri membentuk keluarga melalui
perkawinan yang sah dan meningalkan keluarga masing-masing. Suami dan
isteri yang membentuk keluarga baru perlu mempersiapkan kehidupan yang
baru dan dengan keluarga dan kelompok sosial pasangan masing-masing
belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan
pasangannya. Tugas perkembangan pada tahap ini:
1) Membina hubungan intim dan kepuasan bersama
2) Menetapkan tujuan bersama
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
4) Merencanakan anak KB
5) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk
menjadi orang tua.
b. Tahap II kelahiran anak pertama (Child Bearing)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran
anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun).
Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam keluarga,
sehingga pasangan harus beradaptasi dengan peran uyntuk memenuhi
kebutuhan bayi. Seiring dengan kelahiran bayi, pasangan merasa diabaikan
karena perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi. Suami merasa belum siap
menjadi ayah atau sebaliknya isteri belum siap menjadi ibu (Mubarak, 2012).
Tugas perkembangan:
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Membagi peran dan tanggung jawab
3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang
menyenangkan
4) Mempersiapkan biaya atau dana Child Bearing
5) Memfasilitaskan role learning anggota keluarga
6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
7) Mengadakan kebiasaan agama secara rutin
c. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (Families with preschool)
Tahap ini dimulais aat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap kebutuhan dan
minat anak prasekolah dalam meningkatkan pertumbuhannya. Orang tua
mempunyai peran untuk menstimulasi perkembangan individual anak
khususnya kemandirian anak agar tugas perkembangan anak pada fase ini
tercapai. Tugas perkembangan keluarga:
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain juga harus terpenuhi
4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun diluar
keluarga (Keluarga lain dan lingkungan sekitar)
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak
d. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with school children)
Tahap ini dimulai pada saat anak tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun
dan berakhir pada usia 12 tahun. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing
anak memiliki aktivitas dan minat sendiri. Pada tahap ini keluarga (orang tua)
perlu belajar berpisah dengan anak, memberi kesempatan pada anak untuk
bersosialisasi baik aktivitas di sekolah maupun di luar sekolah. Tugas
perkembangan keluarga:
1) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan, semangat
belajar
2) Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan
3) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual
4) Menyediakan aktivitas untuk anak
5) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti degan mengikutsertakan anak
e. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teeagers)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir usia
19 atau 20 tahun yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya.
Tujuan keluarga adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab
serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih
dewasa. tugas perkemangan keluarga:
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat
remaja yang sudah bertambah dewasa dan mengingkat otonominya
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara naka, dan orang tua, hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
4) Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
f. Tahai VI keluarga dengan anak dewasa (launching center families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Tujuan utama
pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan
dalam melepas anak untuk hidup sendiri. Keluarga mempersiapkan anaknya
yang tertua untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap membantu anak
terakhir untuk lebih mandiri. Orang tua akan merasa kehilangan peran dalam
merawat anak dan merasa kosong karena anak-anak sudah tidak tinggal
serumah lagi. Untuk mengatasi keadaan ini orang tua perlu melakukan
aktivitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan dan tetap memelihara
hubungan dengan anak. Tugas perkembangan keluarga:
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orang tua suami atau isteri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anaknya
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
6) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-
anaknya
g. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families)
Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pension atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa
pasangan fase ini dirasa sulit karena masalah lanjut usia, perpisahan dengan
anak dan perasaan gagal sebagai orang tua. Tugas perkembangan keluarga :
1) Memeprtahankan kesehatan
2) Mempunyai lebih banyak waktu dam kebebasan dalam arti mengolah
minat sosial dan waktu santai
3) Memulihkan hubungan antara generasi muda tua
4) Keakraban dengan pasangan
5) Memelihara hubungan/kontak dengan anak keluarga
6) Persiapan masa tua atau pension dan meningkatkan keakraban pasangan
h. Tahap VIII keluarga lanjut usia
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai pada saat salah satu pasangan
pension, berlanjut salah satu pasangan meninggal sampai keduanya
meninggal. Hal ini merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena
berbagai proses stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Stressor
tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan
sosial, kehilang pekerjaan serta perasaan menurunnya produktivitas dan fungsi
kesehatan. Lanjut usia umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal dirumah
sendiri dari pada tinggal bersama anaknya. Orang tua juga perlu melakukan
file review dengan mengenang pengalaman kehiduoan dan keberhasilan di
masa lalu agar orang tua merasakan bahwa hidupnya berkualitas dan berarti.
Tugas perkembangan keluarga:
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik
dan pendapatan
3) Mempertahankan keakraban suami isteri dan saling merawat
4) Mempertahankan hubugan dengan anak dan sosial masyarakat
5) Melakukan file review
6) Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan kematian

7. Tugas keluarga di Bidang Kesehatan


Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di
bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi:
a. Mengenali masalah kesehatan keluarga, orang tua perlu mengenal keadaan
kesehatan dan perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil
apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak lagsung menjadi perhatian
orang tua/keluarga. Apabila menyadsri adanya perubahan keluarga, perlu
dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar
perubahannya.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini
merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang sesuai
dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar
masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga
mempunyai keterbatasan dapat meminta bantua kepada orang lain di
lingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Sering kali keluarga
telah mengambil tindakam yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki
keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian,
anggota keluarga lanjutan atau perawatan kesehatan perlu memperoleh
tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau dirumah apa
bila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk
pertolongan pertama.
d. Memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga. (Ali,
2010)

B. Konsep Dasar Penyakit Jantung Koroner


1. Pengertian Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu kondisi dimana
ketidakseimbangan antara suplai darah ke otot jantung berkurang sebagai akibat
tersumbatnya pembuluh darah arteri koronaria dengan penyebab tersering adalah
aterosklerosis (Wijaya dkk, 2013). PJK merupakan gangguan fungsi jantung
akibat otot jantung kekurangan darah dari penyempitan pembuluh darah koroner.
Secara klinis, ditandai dengan nyeri dada terasa tidak nyaman di dada atau dada
terasa tertekan berat ketika sedang mendaki juga pada kerja berat ataupun
berjalan terburu buru pada saat berjalan datar atau berjalan jauh (RISKESDAS,
2013).
Dapat disimpulkan, PJK merupakan suatu penyakit pada organ jantung
akibat penimbunan plak berupa lipid atau jaringan fibrosa yang menghambat
suplai oksigen dan nutrisi ke bagian otot jantung sehingga menimbulkan
kelelahan otot bahkan kerusakan yang biasanya diproyeksikan sebagai rasa tidak
enak oleh klien secara subyektif seperti rasa ditekan benda berat, ditindih, dan
ditusuk.

2. Klasifikasi Penyakit Jantung Koroner


Pada PJK klasifikasi dapat dibedakan menjadi empat yaitu asimtomatik
(silent myocardial ischemia) yang tidak pernah mengeluh nyeri dada baik saat
istirahat atau beraktifitas, angina pektoris stabil (STEMI) terdapat yaitu nyeri
yang berlangsung 1-5 menit dan hilang timbul dan biasanya terdapat depresi
segmen ST pada pengukuran EKG, angina pektoris tidak stabil (NSTEMI) yaitu
nyeri dada yang berlangsung bisa lebih dari lima menit dan terjadi bisa pada saat
istirahat biasanya akan terdapat deviasi segmen ST pada rekaman hasil EKG,
Infark miokard yaitu nyeri dada yang terasa ditekan, diremas berlangsung selama
30 menit atau bahkan lebih biasanya hasil rekaman EKG terdapat elevasi segmen
ST (Potter & Perry, 2010).

C. Tanda dan Gejala


Manifestasi klinis pada PJK ini khas yang menimbulkan gejala dan komplikasi
sebagai akibat penyempitan lumen arteri penyumbatan aliran darah ke jantung.
Sumbatan aliran darah berlangsung progresif, dan suplai darah tidak adekuat
(iskemia) yang ditimbulkannya akan membuat sel-sel otot iskemia terjadi dalam
berbagai tingkat, manifestasi utama dari iskemia miokardium adalah sesak nafas, rasa
lelah berkepanjangan, irama jantung yang tidak teratur dan nyeri dada atau biasa
disebut Angina Pektoris. Angina pektoris adalah nyeri dada yang hilang timbul, tidak
diserati kerusakan irreversibel sel-sel jantung terdiagnosis PJK.(Wijaya dkk: 4, 2013).

D. Patofisiologi
Patofisiologi dari PJK dimulai dari adanya aterosklerosis atau pengerasan
arteri dari penimbunan endapan lipid, trombosit, neutrofil, monosit dan makrofag di
seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel) sampai akhirnya ke tunika
medika (lapisan otot polos). Arteri yang paling sering terkena adalah arteri koronaria
(Potter & Perry, 2010).
Kondisi ini dapat terjadi setelah cedera pada sel endotel atau dari stimulus
lain, cedera pada sel endotel meningkatkan permeabelitas terhadap berbagai
komponen plasma, termasuk asam lemak dan triglesirida. Kolesterol dan lemak
plasma mendapat akses ke tunika intima karena permeabilitas lapisan endotel
meningkat, pada tahap indikasi dini kerusakan teradapat lapisan lemak diarteri.
Patofisiologi nyeri dada yang bersifat akut berawal dari ketidakseimbangan suplai
oksigen dan nutrisi ke bagian miokard jantung berkurang yang menyebabkan
terjadinya metabolisme secara anaerob yang menghasilkan asam laktat sehingga
terjadi nyeri serta fatique pada penderita penyakit jantung koroner (Padila, 2013).
Proses pembentukan energi ini sangat tidak efisien dan menyebabkan
terbentuknya asam laktat sehinga menurunkan pH miokardium dan menyebabkan
nyeri dada yang berkaitan dengan angina pektoris. Ketika kekurangan oksigen pada
jantung dan sel-sel otot jantung berkepanjangan dan iskemia miokard yang tidak
tertasi maka terjadilah kematian otot jantung yang dikenal sebagai miokard infark
(Potter & Perry, 2010).
Iskemia adalah suatu keadaan kekurangan oksigen yang bersifat sementara
dan reversible. Manifestasi hemodinamika yang sering terjadi adalah peningkatan
ringan tekanan darah dan denyut jantung sebelum timbul nyeri dada yang bersifat
akut. Ini merupakan respon kompensasi simpatis terhadap berkurangnya fungsi
miokardium. Angina pektoris adalah nyeri dada yang menyertai iskemia miokardium,
angina sering dipicu oleh aktifitas yang meningkatkan kebutuhan miokardium akan
oksigen, seperti latihan fisik dan hilang selama beberapa menit dengan istirahat atau
pemberian nitrogliserin. Iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan
menyebabkan kerusakan seluler yang irreversibel dan kematian otot atau nekrosis
inilah yang disebut infark. Secara fungsional infark miokardium akan menyebabkan
perubahan-perubahan seperti daya kembang dinding ventrikel, pengurangan curah
sekuncup, pengurangan fraksi ejeksi, peningkatan volume akhir diastolik ventrikel kiri
(Price, 2006).
Pelepasan neurotransmitter eksitatori seperti prostaglandin, bradikinin, kalium,
histamin, dan substansi P akibat menurunya pH jantung dan kerusakan sel. Subtansi
yang peka terhadap nyeri terdapat pada serabut nyeri di cairan ekstraseluler,
menyebarkan “pesan” adanya nyeri dan menyebabkan inflamasi (Potter & Perry,
2010).
Serabut nyeri memasuki medulla spinalis melalui tulang belakang melewati beberapa
rute hingga berakhir di gray matter (lapisan abu-abu) medulla spinalis.Setelah impuls-
impuls nyeri berjalan melintasi medulla spinalis, thalamus menstransmisikan
informasi ke pusat yang lebih tinggi di otak, sistem limbik; korteks 13 somatosensori;
dan gabungan korteks. Ketika stimulus nyeri mencapai korteks serebral, maka otak
mengintepretasikan kualitas nyeri dan merespon informasi dari pengalaman yang
telah lalu, pengetahuan, serta faktor budaya yang berhubungan dengan persepsi nyeri.
Sesaat setelah otak menerima adanya stimulus nyeri, terjadi pelepasan
neurotransmitter inhibitor seperti opiud endonegeus (endorphin dan enkefalin),
serotonin (5HT), norepinefrin, dan asam aminobutirik gamma (GABA) yang bekerja
untuk menghambat transmisi nyeri dan membantu menciptakan efek analgesik (Potter
& Perry, 2010)

E. Pencegahan
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit jantung
koroner, antara lain:
 Menerapkan pola makan sehat
 Hindari kebiasaan merokok
 Rutin berolahraga
 Menjaga berat badan ideal
 Menjaga tekanan darah tetap normal
 Mengendalikan kadar gula darah normal
 Mengurangi konsumsi alkohol
 Mengonsumsi obat-obat yang diresepkan oleh dokter

F. Komplikasi

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik meliputi pemeriksaan EKG 12 lead yang dikerjakan
waktu istirahat pemeriksaan radiologis, pemeriksaan laboratorium terutama untuk
menemukan faktor risiko, pemeriksaan ekocardiografi dan radio nuclide miokardial
imaging (RNMI) waktu isitirahat dan stress fisis ataupun obat-obatan, sampai
ateriografi koroner dan angiografi ventrikel kiri (Wijaya dkk: 4, 2013). Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan selama terjadinya episode nyeri adalah, pantau takikardi
atau disritmia dengan saturasi, rekam EKG lengkap T inverted, ST elevasi atau
depresi dan Q patologis, pemeriksaan laboratorium kadar enzim jantung Creatinin
kinase(CK), Creatinin kinase M-B(CKMB), Laktat dehidrogenase (LDH), fungsi hati
serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) dan serum glutamic pyruvate
transaminase (SGPT), profil lipid Low desinty lipoprotein (LDL) dan High desinty
lipoprotrein (HDL), foto thorax, echocardiografi, kateterisasi jantung. (Padila, 2013).
Fokus perawat adalah pain management atau mengontrol nyeri, melakukan
pengkajian terus-menerus, melaporkan gejala, serta memberikan pasien dan keluarga
penyuluhan (Hudak, 2012).
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT JANTUNG KORONER

 PENGKAJIAN
1. Identitas
- Usia : Biasanya menyerang dewasa dan orang tua
- Jenis kelamin : Kanker hati sering terjadi pada laki – laki dari pada
perumpuan.
- Pekerjaan : Dapat ditemukan pada orang dengan aktivitas yang berlebihan

2. Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama : Keluhan pasien pada waktu dikaji.
- Riwayat penyakit dahulu : Pasien dahulu pernah menderita penyakit apa
dan bagaimana pengobatanya.
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat penyakit keluarga

3. Data fokus terkait perubahan pola fungsi


Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya pada kerusakan atau gangguan
hati menurut doengoes, 1999 adalah :
- Aktivitas : Klien akan mengalami kelelahan , kelemahan, malaise
- Sirkulasi : Bradikardi akibat hiperbilirubin berat, akterik pada sclera, kulit
dan membran mukosa.
- Eliminasi: Warna urin gelap ( seperti teh ), diare feses warna tanah liat.
- Makanan dan cairan : Anoreksia, berat badan menurun, perasaan mual dan
muntah, terjadi peningkatan edema, asites.
- Neurosensori : Peka terhadap rangsangan, cenderung tidur, asteriksis
- Nyeri / Kenyamanan : Kram abdomen, nyeri tekan pada abdomen kuadran
kanan atas, mialgia, sakit kepala, gatal – gatal.
- Keamanan : Urtikaria, demam, eritema, splenomegali, pembesaran nodus
servikal posteior
- Seksualitas : Perilaku homoseksual aktif atau biseksual pada wanita dapat
meningkatkan faktor resiko.

4. Pemeriksaan fisik
Menurut Doengoes, 1999 hasil pemeriksaan fisik pada pasien kanker hati adalah:
1. Tanda – tanda vital : Tekanan darah meningkat, nadibradikardial,
suhu meningkat, pernafasan
2. Mata : Skera ikterik
3. Mulut : Mukosa kering, bibir pucat
4. Abdomen : Terdapat nyeri tekan pada kuadran
kanan atas, pembesaran hati, asites,
permukaan teraba ireguler.
5. Kulit : Gatal – gatal ( pruritus )
6. Ekstremitas : Mengalami kelemahan, peningkatan edema

5. Pemeriksaan penunjang
Hasil :
1. Laboratorium:
500 mg/dl, HbsAg positf dalam serum, Kalium, Kalsium.≥ Darah lengkap ; SGOT,
SGPT, LDH, CPK, Alkali Fostatase.
· AST / SGOT meningkat Nn ( 10 – 40 unit (4,8 -19 U/L)
· ALT / SGPT meningkat Nn ( 5 – 35 unit (2,4 – 17 U/L)
· LDH meningkat Nn (165 – 400 unit (80 – 192 U/L)
· Alkali Fostatase meningkat Nn ( 2 -5 unit (20 – 90 IU/L)
· Albumin menurun Nn ( 3,5 – 5,5 g/dl (35-55 g/L)
· Globulin meningkat Nn ( 1,5 – 3,0 g/dl (15-30g/L)

6. Pemeriksaan radiologi
- Pemeriksaan barium esofagus : Menunjukkan peningkatan tekanan portal.
- Foto rongent abdomen : Pada penderita kanker hati akan terlihat perubahan
ukuran hati.
- Arteriografi pembuluh darah seliaka : Untuk melihat hati dan pankreas.
- Laparoskopi : Melihat perbedaan permukaan hati antara lobus kanan
dengan kiri sehingga jika ada kelainan akan terlihat jelas.
- Biobsi hati : Menentukan perubahan anatomis pada jaringan hati
- Ultrasonografi : Memperlihatkan ukuran – ukuran organ abdomen.
 Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diet yang tidak adekuat,ketidakmampuan untuk memproses/mencerna
makanan,anorexia,mual dan muntah.
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium/masukan
cairan ,penurunan protein plasma ,malnutrisi.
c. Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
akibat pengumpulan cairan intra abdomen (asites).
d. Nyeri berhubungan dengan tegangnya dinding perut (asites).
e. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan
pruritus,edema dan asites.

 Fokus Intervensi dan Rasional


Diagnosa I
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diet
yang tidak adekuat ,ketidakmampuan untuk memproses/mencerna makanan ,anorexia,
mual dan muntah.
Mandiri :
 Dorong klien untuk makan,libatkan orang terdekat ,dan pilih makanan yang disukai
klien.
 Berikan makanan sedikit tapi sering
 Berikan perawatan mulut sebelum makan
 Timbang BB tiap hari
 Tambahkan garam bila diizinkan

Kolaborasi:
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diit TKTP,KH,rendah lemak
 Kolaborasi pemberian obat penambah nafsu makan,anti mual/muntah.
 Awasi pemeriksaan lab : glukosa serum,albumin,protein total,ammonia.

Diagnosa II
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium/masukan cairan,
penurunan protein plasma,malnutrisi.
Mandiri:
 Batasi asupan Na+ dan cairan jika diintruksikan.
 Ukur intake dan output,timbang BB tiap hari ,dan catat peningkatan BB> 5 kg/hari
 Awasi TD,CVP,dan catat DVJ
 Kaji derajat pitting edema
 Ukur lingkar abdomen
 Dorong untuk tirah baring bila ada asites

Kolaborasi:
 Awasi albumin serum dan e- (k+ dan Na+)
 Batasi Na+ dan cairan sesuai indikasi
 Berikan diuretik = furosemide (lasix),spirolaktan

Diagnosa III
Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat
pengumpulan cairan intra abdomen (asites)
Mandiri:
 Awasi frekuensi ,kedalaman dan upaya pernapasan
 Pertahankan kepala TT tinggi
 Ubah posisi dengan sering ,dorong napas dalam,dan Latihan
 Selidiki perubahan tingkat kesadaran
 Monitor TTV tiap 2 jam
 Anjurkan klien untuk banyak istirahat

Kolaborasi :
 Awasi seri AGD,Ro dada
 Berikan O2 sesuai indikasi
 Siapkan untuk prosedur parasentesis

Diagnosa IV
TUJUAN :
- Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan
sesuai indikasi nyeri.
- Melaporkan penghilangan nyeri maksimal / kontrol dengan pengaruh minimal
pada AKS.
INTERVENSI :
 Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi , frekwensi, durasi dan intensitas ( 0-
10) dan tindakan penghilang rasa nyeri misalkan berikan posisi yang duduk
tengkurap dengan dialas bantal pada daerah antara perut dan dada.
 Berikan tindakan kenyamanan dasar misalnya reposisi, gosok punggung.
 Kaji tingkat nyeri.
RASIONAL :
 Memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan / keefektifan intervensi
misalnya : nyeri adalah individual yang digabungkan baik respons fisik dan
emosional.
 Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.
 Kontrol nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS.

Diagnosa V
TUJUAN :
- Mengedentifikasi fiksi intervensi yang tepat untuk kondisi kusus.
- Berpartisipasi dalam tehnik untuk mencegah komplikasi / meningkatkan
penyembuhan.
INTERVENSI :
 Kaji kulit terhadap efek samping terapi kanker. Perhatikan kerusakan atau
perlambatan penyembuhan.
 Mandikan dengan air hangat dan sabun.
 Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering
dari pada menggaruk.
 Balikkan / ubah posisi dengan sering.
 Anjurkan pasein untuk menghindari krim kulit apapun ,salep dan bedak
kecuali seijin dokter.
RASIONAL :
 Efek kemerahan atau reaksi radiasi dapat terjadi dalam area radiasi dapat
terjadi dalam area radiasi. Deskuamasi kering dan deskuamasi kering, ulserasi.
 Mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit.
 Membantu mencegah friksi atau trauma fisik.
 Untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit/ jaringan
yang tidak perlu

Dapat meningkatkan iritasi atau reaksi secara nyata.

 Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi keperawatan, maka hal yang perlu di evaluasi dari
tindakan yang telah kita lakukan yaitu :
1. Kebutuhan akan nutrisi dapat terpenuhi
2. Nyeri yang dirasakan klien dapat berkurang
3. Klien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan tubuh
4. Klien dapat turut berpartisipasi dalam tehnik untuk mencegah komplikasi.

BAB IV
LAPORAN KASUS

A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas kepala keluarga :
Nama : Ny.E
Umur : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Bugis
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jln. Permata III,Tugu Utara,Koja,Jakarta Utara
Nomor : 081381453773
Telepon

b. Komposisi Keluarga :
Penyakit yang
J Hubungan Imunisasi
No Nama Umur Pend Pekerjaan pernah diderita
K keluarga
BCG Polio DPT HB Campak
1 Ny.E ♀ 48 SM IRT Istri      Gastritis,Kolesterol
    
2 An.D ♀ 20 A Mahasiswa Anak Anemia
    
3 An.R ♀ 16 SM Pelajar Anak
A
SMP
c. Genogram

X X X

X X X X

Ket:
= Perempuan X = Meninggal = Klien
= Laki - laki - - - - - = Tinggal serumah

Type Keluarga :
1) Jenis tipe keluarga :
Tipe keluarga tradisional: keluarga besar dengan struktur keluarga patrilokal
2) Masalah yang terjadi dengan type tersebut :
Tidak ada masalah dari tipe yang diterapkan tersebut.
d. Suku Bangsa
1) Asal suku bangsa :
Bugis
e. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan :
Seluruh anggota keluarga menganut agama Islam dan keluarga yakin bahwa hanya
Allah SWT yang bisa menyembuhkan segala penyakit. Semua penyakit datangnya
dari Allah SWT dan akan sembuh oleh pertolongan Allah SWT melalui
pengobatan dan terapi yang dilakukan di pelayanan
f. kesehatan.Status Sosial Ekonomi Keluarga :
An.D telah bekerja disambingi oleh kuliah,berpenghasilan 4 – 5 juta perbulan
yang digunankan untuk keperluan pembayaran perkuliahan dan kebutuhan
keluarga.
g. Aktivitas rekreasi keluarga :
Keluarga Ny.E keluarga tidak pernah pergi rekreasi, keluarga hanya
menghabisakan waktu dirumah bersama keluarga,, kecuali ada acara keluaraga,
dan merayakan idul fitri dan tahun baru.
2. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua) :
Keluarga Ny.E memliki 2 orang anak. Anak pertama berumur 20 tahun duduk di
bangku kuliah
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kenadalanya :
Keluarga Ny.E mengatakan saat ini tidak ada kendala dalam perkembangan
keluarga.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti :
1) Riwayat kesehatan keluarga saat ini :
Ny.E mengatakan tidak ada keluhan. Pada saat pengkajian observasi TTV,
TD: 120/80 mmHg, DN: 88 x/menit, RR: 24 x/menit.
An.R mengatakan tiadak ada keluhan dikaji TTV, TD: 120/80 mmHg, DN:
80x/menit, RR: 22x/menit.
Riwayat penyakit keturunan : (dari keluarga suami dan istri)
Ny.E mengatakan memiliki penyakit keturunan dari pihak suami seperti
penyakit Liver,Hepatitis B dan CA Hepar
2) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan :
Rumah Sakit dan puskesmas
3. Pengkajian Lingungan
a. Karakteristik Rumah : Bentuk rumah permanen, dinding dan lantai semen.
1) Luas rumah : 6 x 9 m2
2) Type rumah : Permanen
3) Kepemilikan : Pribadi
4) Jumlah dan ratio kamar / : 2 kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga.
ruangan : 17 ventilasi dan jendela
5) Ventilasi/jendela : ada
6) Septic tank : ada/tidak : Menggunakan air pa, yang bersih dan tidak
7) Sumber air minum berbau
8) Sampah (limbah RT) : Untuk limbah, ada tempat penampung
9) Kebersihan lingkungan khusus
: Cukup baik, sampah dibuang ditempat
10) Denah rumah penampungan semetara
:
Ket:
T
: teras :
dapur
: kamar : 9m
r.cuci
: ruang tamu
: ruang makan
: WC 6m
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW :
Tetangga dan komunitas disekitar tempat tinggal Ny.E mayoritas bekerja sebagai
Pedagang, Pengrajin home industri dan masih memilik nilai gotong royong yang
tinggi.
c. Mobilitas geografis keluarga :
Keluarga mengatakan belum pernah pindah rumah.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :
Keluarga memiliki kebiasaan makan bersama setidaknya 1 kali sehari. Dan selalu
menyempatkan untuk berkumpul setiap ada waktu luang dan kesempatan.
Interaksi dengan masyarakat sekitar baik-baik saja.
e. Sistem pendukung keluarga :
Ny.E mengatakan jika ada keluarga yang sakit segera dibawa klinik karena jarak
yang tidak jauh kecuali penyakit keluarga parah langsung di bawa kerumah sakit
besar, rumah sakit umum daerah koja. Keluarga memiliki fasilitas asuransi
kesehatan untuk anggota keluarga yang sakit.

4. Struktur Keluarga :
a. Pola / cara komunikasi keluarga :
Menurut Ny.E komunikasi di dalam keluarganya biasa menggunakan bahasa
indonesia.
b. Struktur kekuatan keluarga :
Menurut Ny.E struktur kekuatan keluarganya sudah cukup baik .
c. Struktur peran :
Menurut Ny.E struktur peran dalam keluarganya sudah bisa berjalan dengan
baik.Anak tertua nya sudah bekerja dan mampu membiayai dirinya sendiri dan
keluarga
d. Nilai dan norma keluarga :
Nilai dan norma yang berlaku di dalam keluarga Ny.E adalah nilai agama dan adat
yang berlaku di lingkungan masyarakat setempat.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif :
Ny.E selalu memberikan nasihat kepada anaknya jika melakukan kesalahan,
senantiasa mencurahkan kasih sayang untuk keluarganya dan berani mengakui
kesalahnnya.
b. Fungsi sosialisasi :
Keluarga Ny.E selalu menjaga hubungan baik dengan sesama anggota keluarga
dan juga masyarakat di sekitar tempat tinggal keluarga.
c. Fungsi perawatan kesehatan :
1) Pengetahuan dan persepsi keluarga tentang penyakit / masalah kesehatan
keluarganya
Keluarga kurang mengetahui tentang masalah kesehatan keluarganya
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Keluarga cukup mampu mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat
pada anggota keluarga yang sedang menderita sakit dengan pemeriksaan dasar
seperti pemeriksaan tanda vital.
3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, termasuk
kemampuan memelihara lingkungan dan menggunakan sumber/fasilitas
kesehatan. Untuk merawat sendiri anggota keluarga yang sakit belum mampu.
Keluarga sudah mampu menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
dimasyarakat. Jika ada anggota keluarganya yang sakit Ny.E langsung
membawanya ke tempat praktik mandiri dan rumah sakit.
d. Fungsi reproduksi
Keluarga Ny.E sudah tidak berencana untuk menambah anak lagi, karena suami
telah meninggal.
e. Fungsi ekonomi
Menurut pengakuan keluarga penghasilan yang didapat oleh keluarga tiap bulan
sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
6. Stress dan Koping Keluarga
a. Stressor jangka pendek : Tidak ada
b. Stressor jangka panjang : Tidak ada
c. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor :
Keluarga menerima kondisi sekarang ini dengan iklas sambil terus berusaha untuk
lebih giat bekerja.
d. Strategi koping yang digunakan : berdoa, bekerja/berusaha, dan iklas.
e. Strategi adaptasi disfungsional : tidak ada
7. Pemeriksaan Fisik : (dilakukan pada semua anggota keluarga)
Ny.E mengatakan tidak ada keluhan. Pada saat pengkajian observasi TTV, TD:
120/80 mmHg, DN: 88 x/menit, RR: 24 x/menit.
An.R mengatakan tiadak ada keluhan dikaji TTV, TD: 120/80 mmHg, DN:
80x/menit, RR: 22x/menit.
Riwayat penyakit keturunan : (dari keluarga suami dan istri)
Ny.E mengatakan memiliki penyakit keturunan dari pihak suami seperti penyakit
Liver,Hepatitis B dan CA Hepar

8. Harapan Keluarga :
Diharapkan perawat dapat bertugas didaerah dekat dari rumah penduduk supaya
keluarga mendapat pertolongan yang segera dari perawat. Perawat itu harus rela
menolong orang kapan pun situasi dan dimana pun mau membantu keluarga baik
dirumah penduduk maupun dipelayanan kesehatan.

B. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga


1. Analisa Data
Data Masalah Kesehatan Masalah Keperawatan
DS :
- Keluarga Ny.E
Kurang pengetahuan Kurang pengetahuan keluarga
mengatakan
khawatir terhadap berhubungan dengan faktor tentang resiko terkena
an.R nya rakut
resiko penyakit genetik penyakit Ca Hepar karena
bila anak
menurunkan faktor genetik.
penyakit dari
ayah nya yaitu
CA Hepar

DO :
TD: 120/80 mmHg
DN:80x/menit
RR: 22x/menit.

2. Prioritas Masalah Kesehatan


Diagnosa 1: Kurang pengetahuan berhubungan dengan faktor resiko penyakit genetic Ca.Hepar

Kriteria Skala Skore Pembenaran


Sifat masalah : saat ini masalah
 Resiko Tinggi 2/3 x 1 = 2/3 4/6 belum terjadi tetapi
jika tidak di cegah
dapat menambah
factor resiko terkena
Kemungkinan penyakit tersebut.
masalah dapat diubah
 Sebagian 1/2 x 2 = 1 6/6 jika mengalami
gejala dapat langsung
memeriksakan
kondisi tubuh secara
rutin

Potensial untuk Keluarga Ny.E


dicegah kurang sigap dalam
 Rendah 1/3 x 1 = 1/3 2/6 mengantisipasi
terjadinya penyakit
Hepar B

Menonjolnya Saat ini dalam


masalah keluarga Ny.E
 Segera diatasi 2/2 x 1 = 1 6/6 sedang tidak sakit.
TOTAL SKOR 18/6 = 3

Daftar Prioritas Masalah


No. Masalah Kesehatan Score
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan faktor resiko
penyakit genetic Ca.Hepar 3

C. Perencanaaan Keperawatan Keluarga


No. Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Par
Keperawatan
1 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan - Keluarga An.R mengerti - Mengkaji status
berhubungan dengan tindakan keperawatan dan mengenal masalah kesehatan anggota
faktor resiko penyakit selama 1 jam ksehatan yang dihadapi keluarga An.R
genetic Ca.Hepar diharapkan keluarga - Keluarga An.R - Jelaskan tentang
Ny.E dan an.R dapat mengenal dan dapat masalah kesehatan
mengerti dan melaksanakan tindakan yang sedang
mengenal masalah pencegahan apa yang dihadapi oleh
A
kesehatan yang harus dilakukan untuk anggota keluarga.
M
dihadapi upaya pencegahan - Jelaskan tindakan E
L
penyakit genetic. yang harus diambil
I
jika salah satu A
anggota keluarga ada
yang sakit
- Jelaskan usaha –
usaha untuk
mencegah terjadinya
gangguan kesehatan
pada anggota
keluarga lainnya.

D. Tindakan/Implementasi
No Tanggal Diagnosa Implementasi Paraf Paraf
Dx Keperawatan Mhs Kepala
Keluarg
1 25 Okt Kurang pengetahuan 1. Mengkaji status kesehatan anggota keluarga Ny.E
2021 berhubungan dengan 2. Menjelaskan tentang masalah kesehatan yang N
U
faktor resiko penyakit sedang dihadapi oleh keluarga Ny.E utama nya R
genetic Ca.Hepar pada An.R F
3. Menjelaskan tindakan yang harus diambil jika
A
D
salah satu anggota keluarga yang sakit I An.R
4. Menjelaskan usaha – usaha untuk mencegah L
A
terjadinya gangguan kesehatan pada anggota
H
keluarga lainnya.
5. Menanyakan kepada anggota keluarga apakah
sudah mengerti dengan masalah kesehatan yang
dihadapi

2 26 Kurang pengetahuan 1. Mengkaji kesehatan anggota keluarga yang sakit, N


Oktober berhubungan dengan menanyakan keadaan kesehatannya. U
2021 R
faktor resiko penyakit 2. Menanyakan kepada anggota keluarga apakah F
genetic Ca.Hepar sudah mengerti dengan masalah kesehatan yang A An.R
dihadapi
D
I
3. Memberikan ramuan herbal sebagai upaya L
pencegahan Ca.Hepar A
H
4.Mengkaji pengetahuan keluarga Tn “B” tentang
masalah kesehatan yang dihadapi

E. Evaluasi
Paraf
No Tangga Diagnosa Paraf
Evaluasi (SOAP) Kepala
Dx l Keperawatan Mhs
Keluarga
1 29 Kurang S:
Oktober pengetahuan - Keluarga mengatakan sudah N
2021 berhubungan mengerti cara pencegahan U
dengan faktor terhadap resiko penyakit genetic R
resiko penyakit atau faktor keturunan F
genetic Ca.Hepar O: A An.R
- An.R tampak baik. TTV : DP D
132/90mmHg, N: 89x/m RR I
0
21x/m, T 37,4 C L
A : Ketidak mampuan keluarga A
mengenal masalah kesehatan H
teratasi
P: motivasi keluarga untuk
mempertahankan derajat kesehatan
dan penkes lagi.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ca Hepar atau yang biasa disebut kanker hati adalah Tumor ganas primer
pada hati yang berasal dari sel parenkim atau epitel saluran empedu atau metastase
dari tumor jaringan lainnya dan kanker hati terjadi apabila sel kanker berkembang
pada jaringan hati.
Ca Hepar dipengaruhi oleh beberapa faktor,Utama nya faktor
genetic.Diperlukan cek Kesehatan yang rutin untuk mengendeteksi penderita nya
sejak dini dan memiinimalisir angka kematian yang disebabkan oleh Ca.Hepar itu
sendiri,ada banyak hal sebagai Langkah pencegahan seperti menjaga pola
makan,mangatur jam istirahat tubuh,tidak mengkonsumsi minuman
beralkohol,menghindari rokok dan meminum ramuan jamu herbal jamu temulawak.

B. Saran
Diharapkan kepada keluarga untuk memeriksakan Kesehatan keluarga secara rutin
dan melakukan penerapan upaya upaya pencegahan dari Ca Hepar itu sendiri agar
mampu meminilimasir resiko terkena nya Ca Hepar itu sendiri diluar faktor genetik.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.


Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi edisi revisi 3. Jakarta : EGC
Friedman, Marilyn M., Vicky R Bowden dan Elaine G Jones. 2010. Buku Ajar Keperawatan
Keluarga. Jakarta : EGC.
Nanda NIC-NOC. (2013). Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda
NIC-NOC. Jakarta : Media Action.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia/ PAPDI.2014. buku Ajar Ilmu
Keperawatan Penyakit Dalam jilid 2 Edisi 6. Jakarta: Interna Publishing ed Siti Setiati
Dkk.
Suprajitno. 2004. Asuhan keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : EGC.
Kemenkes : https://www.kemkes.go.id/article/view/20072900002/termasuk-silent-killer-
hepatitis-bisa-dicegah-dan-diobati.html
Prasetyo,Doddy Yumam. 2021. Faktor Kualitas Hidup Pasien Kanker. Vol-9 no 2 hal 322-
333. Yogyakarta. ISSN 2527-8487 .

Anda mungkin juga menyukai