Anda di halaman 1dari 7

1.

Judul : Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Status Sosial Ekonomi Keluarga dengan
Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 bulan di Puskesmas Banjar II
2. Variabel Penelitian
a. Variabel Independent (Variabel bebas)
Variabel bebas pada penelitian ini yaitu Pola Asuh Orang Tua dan Status
Sosial Ekonomi Keluarga
b. Variabel Dependent (Variabel Terikat)
Variabel terikat pada penelitian ini yaitu Stunting
3. Alat Ukur
Menggunakan Kuisioner dan Observasi
4. Responden siapa dan berapa populasi
Orang Tua yang mempunyai balita usia 24-59 bulan
Populasi dari keselurahan orang tua yang memiliki balita usia 24-59 bulan 170anak di
wilayah kerja Puskesmas II Banjar
Analisa GAP

No Harapan Kenyataan Data Pendukung


1 Kejadian stunting pada Kejadian stunting pada balita a. Berdasarkan data WHO 2017, lebih dari setengah balita
balita menurun meningkat stunting di dunia berasal dari Asia yaitu sebanyak 55%,
sedangkan lebih dari sepertiganya berasal dari afrika
yaitu sebanyak 39% dari 83,6 juta balita stunting di
Asia, proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan
(58,7%) dan yang kedua berasal dari Asia Tenggara
(14,9%). Indonesia termasuk negara ketiga dengan
prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara/South-
east Asia Regional (SEAR).
b. Menurut data dari Riskesdas 2018, terdapat 30,8%
balita yang mengalami stunting di Indonesia, dari
jumlah presentase tersebut ada 19,3% anak pendek dan
11,5% anak sangat pendek. Prevalensi stunting di
Indonesia mengalami penurunan dibandingakan hasil
data Riskesdas 2013 yaitu sebesar 37,2%
(Riskesdas,2018)
c. Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali tahun
2018 menyebutkan bahwa Provinsi Bali mengalami
penurunan 10,9% dibandingkan riskesdas 2013 yaitu
sebesar 32,6% dan pada tahun 2018 sebesar 21,7%.
Meskipun hasilnya mengalami penurunan yang
signifikan namun di beberapa kabupaten di Bali
mengalami peningkatan salah satunya di Kabupaten
Buleleng dimana pada tahun 2016 sebanyak 24,2%
menjadi 29% pada tahun 2017 (Dinas Kesehatan
Provinsi Bali,2018).
d. Data Profil Kesehatan Kabupaten Buleleng tahun 2020
menyebutkan stunting berada peringkat 1 di kabupaten
buleleng, gizi kurang dan buruk merupakan status gizi
yang didasarkan pada indeks berat badan menurut umur
(BB/U). pada tahun 2020, dari 28.688 balita usia 0-59
bulan yang ditimbang di kabupaten buleleng terdapat
1.064 balita gizi kurang (3,7%), dan terdapat 2.057
balita pendek dari 28.573 balita usia 0-59 bulan yang
diukur tinggi badannya (7,2%).
e. Hal ini di dukung oleh penelitian (Novelinda
Ch,Ratu,2018) terdapat hasil yang menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara anak usia 24-59bulan yang
dikategorikan stunting berdasarkan indeks antropometri
TB/U berjumlah 38,6%.
2 Pola Asuh Orang Tua Pola Asuh Orang Tua yang kurang a. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, diketahui
yang baik pada balita baik masih banyak terjadi bahwa sebesar 17,7% bayi usia di bawah lima tahun
dapat menurunkun sehingga kejadian stunting pada (balita) masih mengalami masalah gizi. Masalah gizi
stunting pada balita balita masih meningkat tersebut terdiri dari kejadian balita yang mengalami
gizi buruk sebesar 3,9% dan yang menderita gizi
kurang sebesar 13,8% (Riskesdas, 2018). Hal ini
menunjukkan Pola Asuh Orang Tua di Indonesia masih
kurang karena masih banyaknya balita yang mengalami
kurang gizi, dikarenakan pemberian makanan yang
tidak diperhatikan oleh orang tuanya.
b. Menurut Penelitian (Yuanta dkk,2018) Pola asuh
termasuk dalam pemberian makan dan pengasuhan
kesehatan memiliki hubungan yang signifikan terhadap
kejadian gizi kurang pada anak.
c. Hal ini didukung oleh penelitian (Aramico, dkk, 2017).
Pola asuh orang tua adalah perilaku orang tua dalam
mengasuh balita. Pola asuh orang tua merupakan salah
satu masalah yang dapat mempengaruhi terjadinya
stunting pada balita. Pola asuh orang tua yang kurang
atau rendah memiliki peluang lebih besar anak terkena
stunting dibandingkan orang tua dengan pola asuh baik.
Hasil uji statistik chi-square menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan
status gizi (p<0,001).
d. Menurut Penelitian (Murtini,2018) mengatakan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh
orang tua dengan kejadian stunting di wilayah kerja
puskesmas Lawawoi Kabupaten Sidrap. Hal ini
dibuktikan dari hasil penelitian Pola Asuh Orang Tua
dengan Stunting kategori pendek berjumlah 10
responden dengan persentase (40%), dan Pola Asuh
Orang Tua dengan kejadian Stunting kategori sangat
pendek berjumlah 11 responden dengan presentase
(44%).
3 Diharapkan Status Sosial- Status Sosial-Ekonomi Keluarga a. Data Badan Pusat Statistik tahun 2018 Persentase
Ekonomi Keluarga belum terpenuhi sehingga kejadian penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Utara sebesar
terpenuhi untuk stunting pada balita meningkat 7,80%. Persentase penduduk miskin di Kabupaten
menurunkan stunting pada Minahasa sebesar 6,99%. (BPS, 2018).
balita b. Menurut Penelitian (Yasinta N.Taraming,2019) Status
sosial ekonomi yang terdiri dari pendidikan ibu yang
rendah berjumlah 64,4% dan pendidikan ibu yang
tinggi berjumlah 35,6%. Sedangkan, untuk pendidikan
ayah yang rendah berjumlah 61,0% dan pendidikan
ayah yang tinggi berjumlah 39,0%. Pekerjaan ibu di
dalam rumah berjumlah 96,6% dan pekerjaan ibu di
luar rumah berjumlah 3,4%. Rata-rata pendapatan
keluarga yang ada di Desa Tiwoho adalah Rp.
790.000,-bulan. Memiliki hubungan antara pendapatan
keluarga dengan status gizi IMT/U.
FINER

FINER PENJELASAN
FEASIBLE
INTEREST
NOVELTY
ETHICAL
RELEVANT

Anda mungkin juga menyukai