PENYAKIT HIPERTENSI
OLEH
KELOMPOK :
FAKULTAS KESEHATAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan asuhan keperawatan ini. Dalam makalah yang penulis buat ini,
penulis membahas mengenai “Asuhan Keperawatan Agregat Lansia Dengan
Penyakit Hipertensi”. Sehubungan dengan tersusunnya asuhan keperawatan ini,
penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dan membimbing dalam penulisan makalah ini. Secara
khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa,S.Kp.,M.Ng.,Ph.D Selaku Rektor ITEKES
BALI.
2. Bapak Ns. Kadek Nuryanto, S. Kep., MNS selaku Dekan Fakultas Kesehatan.
3. Ibu Anak Agung Ayu Yuliati Darmini, S.Kep. Ns., MNS selaku Ketua
Program Studi Sarjana Keperawatan.
4. Ibu Ns. Sarah Kartika Wulandari., S.Kep.,M.Kep. Selaku Dosen Keperawatan
Keperawatan Komunitas
5. Rekan – rekan yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Ada pun materi yang diambil dalam pengerjaan makalah ini dibuat dengan
melalui beberapa metode pengerjaanya itu dengan menggunakan sumber bacaan
secara langsung dalam bentuk buku-buku panduan dan melalui informasi
langsung dari internet. Tidak lupa penulis memohon maaf apabila dalam makalah
ini terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam penyusunan.
Penulis
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
a. Tingkat Individu.
b. Tingkat Keluarga.
1.2.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari
pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke
bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang
akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa
hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana system saraf
simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi.Untuk pertimbangan gerontology.
Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh
perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan
arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner
& Suddarth, 2002).
1.2.7 Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi
menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi
Setianto (Depkes ,2007) adalah diantaraya : penyakit pembuluh darah
otak seperti stroke, pendarahan otak, transient ischemic attack (TIA).
Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark
miokard acute (IMA) . penyakit ginjal sepertigagal ginjal. Penyakit
mata seperti pendarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.
1.2.8 Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas
dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan
dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90
mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:
1. Terapi tanpa obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suprtif pada hipertensi
sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5
gr/hr
Diet rendah kolesterol dan rendah asalm lemak jenuh
Penurunan berat badan
Penurunanan asupan etanol
Menghentikan merokok
Diet tinggi kalium
b. Latihan fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah
yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga
yang mempunyai empat prinsip yaitu:
Macam olah raga yaitu isotosin dan dinamis seperti lari,
jogging,bersepeda, berenang dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80% dari
kapasitas aerobic atau 72-87% dari denyut nadi maksimal
yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat
ditentukan dengan rumus 220- umur.
Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada daam
zona latihan.
Frekuensi latihan sebaiknya 3x perminggu dan paling baik
5x perminggu.
c. Edukasi psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi
meliputi :
a) Tenik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tenik yang dipakai untuk
menunjukan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan
tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak
normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatic seperti nyeri kepala dan
migraine, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan keteganggan.
b) Tenik Relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tenik yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan,
dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.
c) Pendidikan kesehatan (penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk
meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit
hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi
lebih lanjut.
2. Terapi dengan obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan
tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah
komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah
kuat. Pengobatan hipertesi umumnya perlu dilakukan seumur
hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh
Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint National committee on
detection, evaluating and treatment of high blood pressure,
USA, 1998) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat
beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat
digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada
pada penderita.
Pengobatan meliputi :
a. Step 1 : Obat pilihan pertama :diuretika, beta
blocker, Ca antagonis ,ACE inhibitor
b. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan
Dosis obat pertama dinaikan
Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
Ditambah obat ke-2 jenis lain, dapat berupa
diuretika,beta blocker, Ca antagonis ,Alpa blocker,
clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
Obat ke-2 diganti
Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : Alternatif pemberian oabtnya
Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Re-evaluasi dan konsultasi
1. Pengkajian
1. Lingkungan fisik
Dilihat di lingkungan kelompok penderita hipertensi,
kebersihan lingkungan kualitas air, pembuangan limbah,
kualitas udara, kualitas makanan, akses dan aktifitas
kelompok dewasa dalam pemenuhan kebutuhan. Data dapat
dikumpulkan dengan winshield survey dan observasi.
2. Pelayanan kesehatan dan social
Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus kelompok
hipertensi melalui puskesmas, pengobatan tradisional atau
fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Ekonomi
Dilihat dari jumlah pendapatan keluarga, jenis pekerjaan
penanggungjawab, jumlah penghasilan dan pengeluarannya.
6. Komunikasi
a. Komunikasi formal: media komunikasi yang digunakan
oleh kelompok hipertensi untuk memperoleh informasi
pengetahuan tentang kesehatan melalui buku dan
sosialisasi dari tenaga kesehatan.
b. Komunikasi informal
Komunikasi/ diskusi yang dilakukan kelompok hipertensi
dengan tenaga kesehatan, orang yang berpengalaman dan
lingkungan dalam masyarakat dalam menyelesaikan
masalah kelompok hipertensi.
7. Pendidikan
Tingkat pendidikan yang mempengaruhi pengetahuan dan
sikap dalam meningkatkan derajat kesehatan.
8. Rekreasi
Tempat rekreasi yang digunakan oleh kelompok hipertensi.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Penurunan curah jantung b.d Peningkatan afterload,Vasokontriksi
dan iskemia miokard
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskulerserebral
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi
hasil
1 Resiko Penurunan curah NOC NIC
jantung b.d Peningkatan Setelah dilakukan asuhan 1. Evaluasi adanya
afterload,Vasokontriksi dan keperawatan diharapkan (intensitas, lokasi, dura
iskemia miokard Kriteria hasil : 2. Catat adanya distrimia
1. tanda vital dalam Jantung.
Rentang normal 3. Catat adanya tanda dan
(tekanan darah, gejala penurunan cardia
nadi, respirasi) output
2. Dapat 4. Monitor status
mentoleransi kardiovaskuler
aktivitas,tidak 5. Monitor status
ada asites pernapasan yang
3. Tidak ada edema menandakan gagal
paru perifer,dan jantung
tidak ada 6. Monitor abdomen
kelelahan. sebagai indikator
4. Tidak ada penurunan perfusi
penurunan 7. Monitor balance cairan
kesadaran 8. Monitor adanya
perubahan tekanan dara
9. Monitor respon pasien
terhadap efek obat
antiritmia
10. Atur periode latihan da
istirahat untuk
menghindari kelelahan
11. Monitor toleransi
aktivitaspasien
12. Monitor adanya dyspne
fatique, takipnea, dan
ortopnea
13. Anjurkan untuk
menurunkan stress
dengan cara sholat dan
beribadah
14. Pemantauan tanda vital
15. Monitor tekanan darah,
nadi, suhu, dan
pernapasan
16. Catat adanya fluktasi
tekanan darah
17. Monitor vs saat pasien
berbaring duduk atau
berdiri
4. Implementasi
5. Evaluasi
(Nursalam, 2013).