Anda di halaman 1dari 44

 

Visi:

Pada tahun 2023 menghasilkan Ners yang unggul dalam asuhan keperawatan
lanjut usia dengan menerapkan I lmu dan Tekonologi K eperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH


KESEHATAN SISTEM PERNAPASAN TB PARU 

Program Studi : Prodi Profesi Ners Tingkat III

Mata Kuliah : Keperawatan Keluarga

Pembimbing : Mia Fatma Ekasari, M.Kep.,Ns. Sp. Kep. Kom

Kelompok :2

Anggota :1. Anissa Triwijaya Tumuyu (P3.73.20.2.17.002)

2. Else Zulfia Ningsih (P3.73.20.2.17.012)

3. Kornelia Stephanie (P3.73.20.2.17.021)

4. Layla Rizqiyah (P3.73.20.2.17.022)

5. Nisrina Rifqi Syukria (P3.73.20.2.17.025)

6. Noviola Lolita (P3.73.20.2.17.026)

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

PRODI PROFESI NERS

2019/2020

i
 

KATA PENGANTAR

mat-Nya sehingga makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Masalah Kesehatan Sistem Pernafasan TB Paru” dapat s
s dalam

menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih ditujukan kepada :


1.  Ibu Mia Fatma Ekasari, M.Kep.,Ns. Sp. Kep. Kom selaku dosen
 pempimbing tim penulis mata kuliah Keperawatan Keluarga di Poltekkes
Kemenkes Jakarta III.
2. Orang Tua yang telah memberikan doa, arah, dukungan, dan dorongan

dari segi material maupun moral.


Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan

masih banyak kekurangan dari kualitas maupun kuantitas dari ilmu pengetahuan
yang penulis kuasai. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik

yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan dimasa mendatang. Atas


 perhatian dan waktunya penulis ucapkan terima kasih.

Bekasi, Agustus 2019

Penulis

ii
 

DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii 
DAFTAR ISI................................................................................................ iii 
BAB I.................................................................................................................. 5 
PENDAHULUAN............................................................................................... 5 
A.   Latar Belakang ..................................................................................... 5 
B.   Tujuan ........................................................................................................ 6 
C.   Ruang Lingkup ..................................................................................... 6 
D.   Sistematika Penulisan ...........................................................................6 
BAB II................................................................................................................. 7 
TINJAUAN TEORI....................................................................................... 7 
A.   Konsep dasar Keluarga ........................................................................7 
1.   Pengertian Keluarga .............................................................................7 
2.   Fungsi Keluarga ...................................................................................7 
3.   Tipe Keluarga .......................................................................................8 
4.   Bentuk keluarga ................................................................................... 8 
5.   Tingkat Perkembangan Keluarga ........................................................9 
6.   Lima Tugas Keluarga dan Bidang Kesehatan ...................................11 
B.   Konsep dasar Tuberkulosis Paru .......................................................12 
1.   Pengertian Tuberkulosis Paru ............................................................12 
2.   Etiologi Tuberkulosis Paru .................................................................13 
3.   Faktor risiko tuberkulosis paru ......................................................14 
4.   Patofisiologi TB Paru ..............................................................................17 
5.   Manifestasi Klinis ....................................................................................19 
6.   Pemeriksaan Diagnostik  ..........................................................................20 
7.   Pemeriksaan Medis ............................................................................21 
8.   Komplikasi ...............................................................................................21 
BAB III.............................................................................................................. 22 
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA......................................................2 
A.   Pengkajian ...............................................................................................2 

iii
 

B.   Diagnosa. .................................................................................................8 
C.   Perencanan ..............................................................................................8 
D.   Implementasi ...........................................................................................9 
E.   Evaluasi .................................................................................................10 
BAB IV.............................................................................................................. 12 
SIMPULAN SARAN........................................................................................ 12 
A.   Simpulan.......................................................................................................12 
B.   Saran.............................................................................................................12 
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 13 

iv
 

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Penyakit TB paru merupakan penyakit menular dan kronis (menahun)
yang telah lama dikenal oleh masyarakat. TB Paru disebabkan oleh kuman
 Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri ini ditemukan pertama kali oleh Robert
Koch. Bakteri ini sangat kecil dan bersifat tahan terhadap larutan asam atau
disebut juga Basil Tahan Asam (BTA). Bakteri ini banyak ditemukan dalam
dahak atau sputum pada orang yang menderita TB. Bakteri ini sebagian besar
menyerang organ paru, tetapi juga dapat menyerang organ tubuh yang lain.
Bakteri ini timbul karena lingkungan yang kotor dan lembab, dan ada
keluarga atau orang dekat yang mengidap TB Paru. Kuman ini menyerang
orang yang sedang imunitasnya rendah, maka orang tersebut akan sakit
(Misnadiarly, 2006).
Penyakit TB Paru dapat dihindari dengan cara menutup mulut saat batuk
dan bersin, tidak meludah di sembarang tempat, tidak merokok dan minum-
minuman berakohol, olahraga teratur, menjaga kebersihan lingkungan,
memberikan ventilasi yang cukup agar sinar matahari dapat masuk ke dalam
ruangan karena bakteri TB Paru dapat mati jika terkena cahaya matahari.
Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makana yang bergizi dan
mendapat imunisasi BCG secara lengkap.
 Namun masih banyaknya kasus TB Paru, disebabkan oleh faktor
kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang cara penularan penyakit
TB Paru. TB Paru dapat disembuhkan dengan minum obat anti TB dengan
 betul, yaitu sesuai dengan petunjuk dokter atau petugas kesehatan lainnya.
Di Indonesia, Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan (Infodatin,
2018) mencata jumlah kasus baru TBC mencapai 420 ribu kasus pada tahun
2017.

5
 

B.   Tujuan
1.   Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran mengenai konsep penyakit TB Paru dan asuhan
keperawatan pada keluarga dengan masalah pernafasan: TB Paru.
2.   Tujuan Khusus
a.  Dapat melakukan pengkajian keperawatan keluarga dengan TB Paru
 b.  Dapat menetapkan diagnosis keperawatan keluarga dengan TB Paru
c.  Dapat merencanakan tindakan keperawatan keluarga dengan TB Paru
d.  Dapat melaksanakan tindakan keperawatan keluarga dengan TB Paru
e.  Dapat melakukan evaluasi keperawatan keluarga dengan TB Paru

C.   Ruang Lingkup
1.   Memahami konsep penyakit TB Paru
2.   Memahami konsep asuhan keperawatan keluarga dengan masalah
kesehatan sistem pernafasan TB Paru mulai dari pengkajian, diagnosis,
 perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan

3.  Memahami penyelesaian kasus TB Paru pada keluarga

D.   Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyelesaian dari makalah ini, maka penulis menyusu
sistematika penulisan sebagai berikut:
1.   Bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, tujuan, ruang
lingkup, dan sistematika penulisan.
2.   Bab II Tinjauan Teori membahas tentang Konsep Penyakit TB Paru, dan
Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Masalah Kesehatan Sistem
Pernafasan TB Paru.
3.   Bab III Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Masalah Kesehatan Sistem
Pernafasan TB Paru.
4.   Bab IV Penutup berisi simpulan dan saran.
5.  Daftar Pustaka 

6
 

BAB II

TINJAUAN TEORI

A.  Konsep dasar Keluarga


  Pengertian Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-
ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan
diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Friedman (1998, dalam
Suprajitno, 2004).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan Depkes
RI (1998 dalam Effendy, 1998)
Sayekti (1994 dalam Suprajitno 2004) berpendapat bahwa keluarga
adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara
orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-
laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa
anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah
tangga. 

2.  Fungsi Keluarga


Menurut Friedman (1998, dalam Suprajitno, 2004), mengemukakan ada 5
fungsi keluarga yaitu: 
a.  Fungsi afektif
Yaitu berhubungan dengan fungsi-fungsi internal keluarga, pelindung
dan dukungan psikososial bagi para anggotanya. Keluarga melakukan
tugas-tugas yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang
sehat bagi anggotanya dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan
anggotanya.
 b.  Fungsi sosialisasi
Yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu
melaksanakan sosialisasi dimana anggota keluarga belajar disiplin,

7
 

norma budaya prilaku melalui interaksi dalam keluarga selanjutnya


individu mampu berperan dalam masyarakat.
c.  Fungsi reproduksi 
Yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan menambah
sumber daya manusia. 
d.  Fungsi Ekonomi 

Yaitu fungsi memenuhi kebutuhan keluarga seperti : makan, pakaian,


 perumahan dan lain-lain. Fungsi
e.  Perawatan Keluarga 

Yaitu keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan asuhan


kesehatan/perawatan, kemampuan keluarga melakukan asuhan
keperawatan atau pemeliharaan kesehatan mempengaruhi status
kesehatan keluarga dan individu. 
3.  Tipe Keluarga

Tipe-tipe keluarga secara umum dikemukakan untuk mempermudah


tentang pemahaman keluarga. Adapun tipe-tipe keluarga menurut
Suprajitno (2004) antara lain: 
a.  Keluarga inti (konjungal)
Yaitu keluarga yang menikah sebagai orangtua atau pemberian
nafkah, keluarga ini terdiri dari suami, istri dan anak mereka anak
kandung, anak adopsi atau keduanya. 
b.   Keluarga orientasi (keluarga asal)
Yaitu untuk keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan.
1)   Keluarga besar
Yaitu keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan (oleh
darah), yang paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi
yaitu salah satu teman keluarga ini. Berikut ini termasuk sanak
keluarga: kakek, nenek, tante, paman dan sepupu.
4.  Bentuk keluarga

Ada enam tipe atau bentuk keluarga menurut Effendy (1998) a. 


Keluarga inti ( Nuclear Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.

8
 

 b.  Keluarga besar ( Exstende Family)


Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara misalnya,
nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
c.   Keluarga berantai (Serial family) 
Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah
lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d.   Keluarga duda/janda ( single family)
Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.

e.  Keluarga berkomposisi (composite)


Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara
 bersama.
f.  Keluarga kabitas (cababitation)
g.  Adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk
suatu keluarga

5.   Tingkat Perkembangan Keluarga


Seperti individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan
yang berturut-turut keluarga sebagai sebuah unit juga mengalami tahap-
tahap perkembangan yang berturut-turut. Adapun delapan tahap siklus
kehidupan keluarga menurut Friedman (1998) antara lain:
a.  Tahap I : keluarga pemula (juga menunjuk pasangan menikah atau
tahap pernikahan)
Tugasnya adalah :
1)   Membangun perkawinan yang saling memuaskan
2)   Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis
3)   Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai
orang tua)
 b.Tahap II : keluarga yang sedang mengasuh anak (anak tertua adalah
 bayi sampai umur 30 tahun)
Tugasnya adalah :
1)   Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap

9
 

2)   Rekonsiliasi tugas untuk perkembangan yang bertentangan dan


kebutuhan anggota keluarga
3)   Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
4)   Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran-peran orang tua dan kakek dan nenek.
c.  Tahap III : keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua
 berumur 2 hingga 6 bulan)
Tugasnya adalah :
1)  Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : rumah, ruang
 bermain, privasi, keamanan.
2)  Mensosialisasikan anak.
3)  Mengintegrasikan anak yang sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak-anak yang lain.
4)  Mempertahankan hubungan yang sehat dalam (hubungan
 perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) dan diluar
keluarga (keluarga besar dan komunitas).
d.Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur
hingga 13 tahun)
Tugasnya adalah :
1)   Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya
yang sehat.
2)   Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
3)   Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
e.  Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13
hingga 20 tahun)
Tugasnya :

1)  Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika


remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri.
2)  Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
3)  Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.

10
 

f.  Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda


(mencakup anak pertama sampai terakhir yang meninggalkan rumah)
Tugasnya :
1)  Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota
keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.
2)  Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan.
3)  Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dan suami
maupun istri.
g.Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiunan)
Tugasnya :
1)  Menyelidiki lingkungan yang meningkatkan kesehatan
2)  Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan
 penuh arti dengan para orang tua, lansia dan anak-anak.
h.Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiunan dan lansia
Tugasnya :

1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan


2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
3) Mempertahankan hubungan perkawinan
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
5) Mempertahankan ikatan keluarga antara generasi
6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka.

6.   Lima Tugas Keluarga dan Bidang Kesehatan


Seperti dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai
tugas dibidang kesehatan menurut Suprajitno (2004) yang perlu
dipahami dan dilakukan meliputi :
a.   Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti, orang tua
 perlu mengenal kesehatan.

11
 

 b.  Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga yang utama untuk
mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,
dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
c.   Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan Perawatan
dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila
keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk
 pertolongan pertama.
d.   Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga.
e.   Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi
keluarga.

B.  Konsep dasar Tuberkulosis Paru


  Pengertian Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis merupakan infeksi jaringan paru-paru oleh


Mycobacterium Tuberculosa. Bakteri ini ditularkan bersama udara
inspirasi, kemudian merusak jaringan paru-paru sehingga paru-paru
menjadi berongga dan terbentuk jaringan ikat di paru-paru (Irianto, 2012).
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim
 paru- paru dan disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis (Somantri,
2009). Tuberkulosis merupakan sebagai suatu infeksi akibat
Mycobacterium Tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ,
terutama paru-paru dengan gejala yang sangat bervariasi (Junaidi, 2010). Dari
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Tuberkulosis Paru
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis suatu basil tahan asam yang menyerang
 parenkim paru yang dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh
darah dan dapat menular melalui udara.

12
 

2.  Etiologi Tuberkulosis Paru


Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberculosis.
Basil ini tidak bisa berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan,
sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikrobakteria
tuberkulosis yaitu Tipe Human dan Tipe Bovin. Basil Tipe Bovin berada
dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usus. Basil Tipe
Human bisa berada di bercak ludah (droplet) dan di udara yang
 berasal dari penderita tuberkulosis dan orang yang terkena rentan
terinfeksi bila menghirupnya.
Setelah organisme terinhalasi dan masuk paru-paru bakteri
dapat bertahan hidup dan menyebar ke nodus limfatikus local.
Penyebaran melalui aliran darah ini dapat menyebabkan tuberkulosis
 pada organ lain dimana infeksi laten dapat bertahan hingga bertahun-
tahun.
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh basil mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman
yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-
0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah
yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap
gangguan kimia dan fisik (Wahid, A., 2013).

Tuberkulosis paru merupakan infeksi pada saluran pernapasan


yang vital. Basil Mycobacterium masuk ke dalam jaringan paru melalui
saluran napas (droplet infection) sampai alveoli dan terjadilah infeksi
 primer. Kemudian, di kelenjar getah bening terjadilah primer kompleks
yang disebut tuberkulosis primer. Dalam sebagian besar kasus, bagian
yang terinfeksi ini dapat mengalami penyembuhan. Peradangan terjadi
sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil
Mycobacterium pada usia 1-3 tahun. Sedangkan, post primer
tuberculosis (reinfection) adalah peradangan yang terjadi pada jaringan
 paru yang disebabkan oleh penularan ulang (Ardiansyah, 2012).

13
 

3.  Faktor risiko tuberkulosis paru


a.  Merokok
Merokok didapati memiliki pertalian dengan meningkatkan
dampak buat mendapati kanker paru-paru, penyakit jantung koroner,
 bronchitis kronik dan kanker kandung kemih. Adat merokok
meningkatkan efek buat terkena TB paru jumlahnya 2,2 kali. Kepada th
1973 mengkonsumsi rokok di Indonesia per orang per tahun yakni 230
 batang, relatif lebih rendah bersama 430 batang/orang/tahun di Sierra
Leon, 480 batang/orang/tahun di Ghana dan 760 batang/orang/tahun di
Pakistan (Achmadi, 2005). Prevalensi merokok kepada nyaris seluruh
 Negeri berkembang lebih dari 50% berjalan terhadap cowok dewasa,
sedangkan perempuan perokok kurang dari 5%. Bersama adanya
rutinitas merokok akan menolong untuk terjadinya infeksi TB Paru.
 b.  Kelembaban hawa atau Udara
Kelembaban hawa dalam lokasi untuk mendapatkan kenyamanan,
di mana kelembaban yang optimum berkisar 60% bersama temperatur
kamar 22° – 30°C. Kuman TB Paru dapat serta-merta mati bila terkena
sinar matahari segera, namun akan berkukuh hidup sewaktu sekian
 banyak jam di area yang gelap dan lembab.

c.  Keadaan rumah


Keadaan rumah akan jadi salah satu aspek dampak penularan
 penyakit TBC. Atap, dinding dan lantai mampu jadi ruang perkembang
 biakan kuman.Lantai dan dinding yang sulit dibersihkan akan
menyebabkan penumpukan debu, maka akan dijadikan juga sebagai
fasilitas yang baik bagi berkembangbiaknya kuman Mycrobacterium
tuberculosis.
d.   Kepadatan hunian kamar tidur
Luas lantai bangunan rumah sehat harus mencukupi untuk
 penghuni di dalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut
harus disesuaikan bersama jumlah penghuninya agar tidak
menyebabkan overload.  Aspek ini tidak sehat, dikarenakan
kurangnya
 pasokan oksigen bagi setiap penghuni di rumah tersebut. Serta apabila

14
 

salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah


menular pada anggota keluarga lainnya.
Persyaratan kepadatan hunian untuk semua rumah rata - rata
dinyatakan dalam m2/orang. Luas minimum per orang sangat relatif
tergantung dari mutu bangunan dan sarana yang sedia. Untuk rumah
sederhana luasnya minimum 10 m2/orang. Untuk kamar tidur dipakai
luas lantai minimum 3 m2/orang. Untuk mencegah penularan penyakit
 pernapasan, jarak antara pinggir ruang tidur yang satu dengan yang lain
minimum 90 centimeter. Kamar tidur sebaiknya tidak ditempati lebih
dari dua orang, kecuali untuk suami istri dan anak dibawah 2 tahun.
Untuk menjamin volume udara yang mumpuni, di syaratkan serta langit-
langit minimum tingginya 2,75 meter.
e.   Tingkah Laku
Tabiat atau tingkah laku bisa terdiri dari wawasan, sikap dan
 perbuatan. Wawasan penderita TB Paru yang kurang berkaitan erat
dengan penularan, bahaya dan kiat pengobatan dapat berpengaruh
kepada sikap dan prilaku yang merupakan orang sakit dan pada
akhirnya mengakibatkan sumber penularan bagi orang disekelilingnya.
f.   Faktor Jenis Kelamin
Di benua Afrika tidak sedikit tuberkulosis terutama menyerang
cowok. Pada tahun 1996 jumlah penderita TB Paru laki  –  laki nyaris
dua kali lipat di bandingkan jumlah penderita TB Paru perempuan,
merupakan 42,34% terhadap laki laki dan 28,9 persen perempuan.
Antara tahun 1985-1987 penderita TB paru laki - laki cenderung
meningkat sejumlah 2,5%, sedangkan penderita TB Paru perempuan
menurun sebesar 0,7%. TB paru lebih sering menyerang laki laki di
 bandingkan dengan perempuan karena sebagian besar perokok adalah
laki – laki sehingga laki – laki rentan terjangkitnya TB paru.
g.   Faktor Usia
Penularan penyakit tuberkulosis di Amerika adalah berdasarkan
aspek usia, jenis kelamin, ras, serta pasien yang sudah terjangkit AIDS.
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di New York terhadap Panti

15
 

 penampungan beberapa orang gelandangan menunjukkan bahwa bisa


infeksi tuberkulosis aktif meningkat berdasarkan faktor usia. Kejadian
 paling tinggi tuberkulosis paru umumnya pada usia dewasa muda. Di
Indonesia diperkirakan 75% penderita TB Paru yakni pada usia
 produktif yakni 15-50 tahun.

h.  Tugas atau Pekerjaan


Jenis pekerjaan menentukan risiko apa yang akan dihadapi tiap-tiap
individu. Apabila pekerja tersebut bekerja di lingkungan yang berdebu,
 paparan partikel debu di daerah terpapar akan memengaruhi terjadinya
masalah di saluran pernapasan. Paparan kronis udara yang tercemar
akan meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit
saluran pernafasan dan kebanyakan TB Paru.
Jenis tugas seseorang pun memengaruhi pendapatan keluarga yang
dapat memiliki resiko pada gaya hidup sehari-hari, diantaranya yaitu
makanan. Pemeliharaan kesehatan diluar itu serta dapat mempengaruhi
individu yang berada di dalam rumah tersebut. Kepala keluarga yang
memiliki pendapatan di bawah UMR akan mengonsumsi makanan
dengan kadar gizi yang kurang ataupun tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan gizinya maupun anggota keluarganya, maka status gizi yang
dimiliki keluarga tersebut yaitu kurang gizi dan akan memperbesar
risiko untuk terpapar penyakit infeksi diantaranya TB Paru.
i.  Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi wawasan
seseorang diantaranya yaitu berkaitan dengan rumah yang memenuhi
syarat kesehatan dan pengetahuan orang tersebut mengenai penyakit TB
Paru, maka orang tersebut dapat terhindar dari paparan virus tb paru.
 j.  Ventilasi
Ventilasi memiliki banyak fungsi. Fungsi yang pertama merupakan
untuk menjaga aliran udara di dalam rumah tersebut agar tetap
seimbang. Faktor ini berarti keseimbangan oksigen yang dimanfaatkan
oleh penghuni rumah tersebut terus terjaga. Kurangnya ventilasi akan
menyebabkan kurangnya oksigen di dalam rumah, di samping itu

16
 

kurangnya ventilasi dapat menyebabkan kelembaban udara di dalam


ruang naik yang akan menyebabkan terjadinya proses penguapan cairan
hingga menyebabkan ruangan tersebut pengap. Kelembaban ini
merupakan fasilitas yang baik untuk pertumbuhan bakteri-bakteri
 patogen/ bakteri penyebab penyakit, contohnya kuman TB.
Kegunaan lain dari ventilasi ialah untuk membuang udara di sekitar
ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, dikarenakan
udara senantiasa bersirkulasi di sekitar ruangan. Bakteri yang terbawa
oleh udara akan menyebar seiring dengan sirkulasi yang ada di ruangan
tersebut. Kegunaan yang terakhir yaitu untuk menjaga agar area kamar
tidur senantiasa masih di dalam kelembaban (humiditiy) yang optimum.
k.   Pencahayaan
Untuk mendapatkan sinar matahari baik di pagi hari maupun di
siang hari, luas jendela kaca minimum 20% luas lantai. Sinar matahari
ini sangat berguna dikarenakan mampu membunuh bakteri-bakteri
 patogen di dalam rumah, contohnya basil TB, sebab itu rumah yang
sehat harus memiliki jalan masuk cahaya yang baik.
l.   Kondisi Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi berkenaan erat dengan pendidikan, kondisi
sanitasi lingkungan, gizi dan akses pada layanan kesehatan. Penurunan
 pendapatan akan menyebabkan kurangnya kekuatan daya beli dalam
memenuhi kebutuhan pangan. Maka, akan berpengaruh pada status gizi.
Bila status gizi tidak baik sehingga akan menyebabkan kekebalan tubuh
menurun sehingga memudahkan terkena paparan virus TB Paru.
m.   Status Gizi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa individu yang status gizinya
kurang, memiliki dampak 3,7 kali lebih besar untuk menderita TB Paru
 berat di bandingkan dengan orang yang status gizinya cukup atau lebih.
Kekurangan gizi akan berpengaruh pada daya tahan tubuh dan respon
immunologik pada penyakit.

4.  Patofisiologi TB Paru

17
 

Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil M. Tuberculosis.


Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu
 berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan M.
Tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru
(lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran
darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan
area lain dari paru (lobus atas).
Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respon dengan
melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi
fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis
menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini
mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang menyebabkan
 bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu
setelah terpapar bakteri.
Interaksi antara M. Tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada
masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang
disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan
mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma
selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah
dari massa tersebut disebut ghon tubercle.
Materi yang terdiri dari makrofag dan bakteri menjadi
nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang penampakannya seperti
keju (necrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi kalsifikasi dan akhirnya
membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi nonaktif.
Setelah infeksi awal, jika respon sistem imun tidak adekuat maka
 penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul
akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali
menjadi aktif. Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga
menghasilkan necrotizing caseosa di dalam bronkhus. Tuberkel yang
ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut. Paru
yang terinfeksi akan meradang, kemudian mengakibatkan timbulnya
 bronkopneumonia, membentuk tuberkel dan seterusnya. Pneumonia

18
 

seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan
 basil terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Makrofag
yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian
 bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit
(membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan
granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan menimbulkan
respon berbeda, kemudian pada akhirnya akan membentuk suatu kapsul
yang dikelilingi oleh tuberkel (Smeltzer & Bare, 2001).

5.  Manifestasi Klinis


Tuberkulosis sering dijuluki “the  great imitator”  yaitu
suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit
lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam.
Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga
diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinis TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan,
gejala respiratorik dan gejala sistemik.
a.  Gejala respiratorik meliputi:
1)   Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan
yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non
 produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila
sudah ada kerusakan jaringan.
2)   Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin
tampak berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan
darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk
darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat
ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya
 pembuluh darah yang pecah.
3)   Sesak napas

19
 

Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah


luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti
efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.
4)    Nyeri dada
 Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang
ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura
terkena.
 b.  Gejala sistemik, meliputi:
1)   Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada
sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul
dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa
 bebas serangan makin pendek.
2)   Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia,
 penurunan berat badan serta malaise. Timbulnya gejala
 biasanya gradual dalam beberapa minggu - bulan, akan tetapi
 penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun
 jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia

6.  Pemeriksaan Diagnostik


Menurut Depkes RI (2002) ada tiga jenis pemeriksaan untuk TB paru
yaitu:
a.  Pemeriksaan sputum BTA
Diagnosa TB paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan
ditemukan BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil
 pemeriksaan dirinya akan positif apabila sedikitnya 2 dan 3 sputum
SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) BTA positif. Pemeriksaan sputum juga
dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan.

20
 

 b.  Rontgen
Foto rontgen dada dapat menunjang menegakkan diagnosa TB. Paling
mungkin bila ditemukan infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus
atau kelenjar paratrakeal
c.  Tes Montoux / Tuberculin
Tes ini sering digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa TB
 paru anak-anak. Biasanya dipakai montoux tes dengan menyuntikkan
0,1 cc tuberkulin secara intrakutan. Pembacaan dilakukan 48-72 jam
setelah penyuntikan.

7.  Pemeriksaan Medis


Tujuan pengobatan Tuberculosis ialah memusnahkan basil tuberkulosis
dengan cepat dan mencegah kambuh. Obat yang digunakan untuk
Tuberculosis digolongkan atas dua kelompok yaitu:
a.  Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,
Pirazinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih
dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan
obat-obat ini.
 b.  Obat sekunder : Exionamid, Paraminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,
Kapreomisin dan Kanamisin.

8.  Komplikasi
Pada anak dengan tuberculosis biasanya sering terjadi komplikasi.
Menurut Wallgren, ada 3 komplikasi dasar Tuberculosis paru pada anak,
yaitu penyebaran  limfohematogen,  Tuberculosis endobronkial, dan
Tuberculosis paru kronik.
Sebanyak 0,5-3% penyebaran limfohematogen  akan menjadi
Tuberculosis milier atau meningitis Tuberculosis, hal ini biasanya terjadi 3-
6 bulan setelah infeksi primer.
Tuberkulosis endobronkial  (lesi segmental   yang timbul akibat
 pembesaran kelenjar regional ) dapat terjadi dalam waktu yang lebih lama

21
 

(3-9 bulan). Terjadinya  Tuberculosis  paru kronik  sangat


bervariasi, Tuberculosis
paru  kronik  biasanya terjadi akibat reaktivasi kuman di dalam
lesi yang tidak mengalami resolusi sempurna. Reaktivasi ini jarang terjadi
pada anak, tetapi sering pada remaja dan dewasa muda.
Tuberkulosis ekstrapulmonal dapat terjadi pada 25-30% anak yang
terinfeksi Tuberculosis. Tuberculosis tulang dan sendi terjadi pada 5-10%
anak yang terinfeksi, dan paling banyak terjadi dalam 1 tahun tetapi dapat
 juga 2-3 tahun kemudian. Tuberculosis ginjal biasanya terjadi 5-25 tahun
setelah infeksi primer.

A.  Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Masalah


Kesehatan Sistem Pernafasan TB Paru
1.   Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat
untuk mengukur keadaan klien (keluarga) yang memakai patokan
norma-norma kesehatan pribadi maupun sosial serta integritas dan
kesanggupan untuk mengatasi masalah.
a.  Pengumpulan data (Friedman, 1998)
1)   Data umum
a)   Identitas kepala keluarga
 b)  Komposisi keluarga
c)  Genogram
d)   Tipe keluarga
e)   Latar belakang keluarga (etnis)
f)   Agama
g)   Status sosial ekonomi
h)   Aktivitas rekreasi keluarga
2)   Tahap dan riwayat perkembangan keluarga
a)  Tahap perkembangan keluarga saat ini
 b)  Tahap perkembangan kelaurga yang belum terpenuhi
c)  Riwayat keluarga sebelumnya
3)   Data lingkungan

22

Anda mungkin juga menyukai