Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

MEKANIKA TANAH

Dibuat oleh:
Anggoro Restu Fauzi (56192030029)

POLITEKNIK PENERBANGAN PALEMBANG


TEKNOLOGI REKAYASA BANDAR UDARA
PALEMBANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Mekanika Tanah
ini tepat pada waktunya demi memenuhi tugas mata kuliah teknik pengukuran dengan
dosen pengampu ibu Virma Septiani ST,. M. Si.

Penulis sendiri menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan serta masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan ini.

Laporan ini disesuaikan dengan berdasarkan materi-materi yang ada. Laporan ini
bertujuan agar taruna mengetahui prosedur yang dilaksanakan dalam melakukan
praktikum serta mendapatkan hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan. Serta dapat
memahami nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam berpikir dan bertindak.

Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan bagi pihak
yang membutuhkan.

Palembang, 20 September 2020

Anggoro Restu Fauzi

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………...….1

1.1 Latar Belakang………………..…………………………………………...…...…1


1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum….
………………………………………………...1

BAB II PEMBAHASAN……...…………….
……………………………………………..2

2.1 Sondir…………………………...………………………………………………...2
2.1.1 Kegunaan
2.1.2 Pelaksanaan
2.1.3 Peralatan
2.1.4 Prosedur Pelaksanaan
2.1.5 Perhitungan
2.1.6 Hasil Pengujian Sondir
2.2 Berat Jenis Tanah……………………………………………………………..2
2.2.1 Tujuan
2.2.2 Peralatan
2.2.3 Benda Uji
2.2.4 Prosedur
2.2.5 Perhitungan
2.2.6 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis
2.3 Analisa Butiran Tanah……………………………..8
3.1.1 Tujuan
3.1.2 Peralatan
3.1.3 Benda uji
3.1.4 Prosedur
3.1.5 Perhitungan
3.1.6 Hasil Pemeriksaan
2.4 Pengujian Batas Plastis

iii
4.1.1 Tujuan
4.1.2 Peralatan
4.1.3 Benda uji
4.1.4 Prosedur
4.1.5 Perhitungan
4.1.6 Hasil Pemeriksaan
2.5 Pengujian Batas Cair
5.1.1 Tujuan
5.1.2 Peralatan
5.1.3 Benda Uji
5.1.4 Prosedur
5.1.5 Perhitungan
5.1.6 Atterberg Limit
2.6 Pemadatan Tanah

BAB III METODE PERCOBAAN……………………………………………………......9

3.1 Waktu dan


Tempat………………………………………………………………...9
3.2 Alat dan Bahan………………………………...……………………………….....9
3.3 Prosedur Praktikum……………………………...………………………………..9
3.4 Hasil Praktikum…………………………...……………………………………..11
3.5 Perhitungan………………………………...……………………………………12

BAB IV KESIMPULAN………………………………………………………………....14

DAFTAR PUSTAKA…………………….………………………………………………
15

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyelidikan tanah dimaksudkan untuk mendapatkan data teknis tanah yang
ditujukan untuk merencanakan suatu jenis pondasi, jenis perkerasan, perkuatan tebing
yang aman dengan dimensi seekonomis mungkin. Data teknis ini umumnya dihasilkan
oleh test lapangan dan test laboratorium. Test lapangan dalam hal ini ditujukan untuk
mendapatkan data kekuatan tanah sedangkan test laboratorium yang dilakukan terhadap
contoh tanah yang diambil pada kedalaman tertentu di lapangan ditujukan untuk
mengetahui sifat fisik tanah, sifat deformasi dan sebagainya.
Ketelitian dari hasil yang diperoleh dari penyelidikan tanah tergantung dari banyak
faktor yang dimulai pada saat pertama kali proses penyelidikan dilakukan sampai dengan
cara penyelidikan di laboratorium dilaksanakan. Suatu penyelidikan tanah dikatakan
berhasil bila contoh tanah yang diambil terganggu sesedikit mungkin sehingga sesuai
dengan keadaannya dilapangan serta diselidiki di laboratorium sesuai dengan rencana
menurut standar prosedur yang berlaku. Penyelidikan baik di lapangan maupun di
laboratorium sebenarnya direncanakan untuk meniru keadaan yang dialami sesungguhnya
oleh tanah di lapangan terutama untuk mempelajari perubahan sifat teknisnya akibat
beban yang sedang dan akan dialami di lapangan.

1.2 Tujuan
Maksud dari pelaksanaan praktikum ini selain sebagai laporan akhir praktikum
mata kuliah Mekanika Tanah . Adapun tujuannya adalah sepaya penulis dapat
mengetahui dan memahami cara mencari berat isi , Berat Jenis , Atterberg limit , Analisa
Ukuran Butir, dan lain-lain dari suatu sample tanah dengan terjun langsung ke lapangan
melakukan percobaan. Selain itu, penulis dapat mengetahui cara kerja dari alat-alat yang
digunakan untuk percobaan yang terkait.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SONDIR
2.1.1 Kegunaan
Untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras serta sifat daya dukung
maupun daya lekat setiap kedalaman.
2.1.2 Pelaksanaan
Alat yang digunakan adalah Dutch Cone Penetrometer dengan bikonus
jenis Begeman kapasitas maksimum 250 kg/cm 2. Bikosinus yang digunakan
bekerja ganda sehingga dapat menunjukan tingkat kepadatan lapisan tanah yang
dicapai sehingga ujung konus dan geseran setempat yang diukur oleh geseran
mantel konus.
2.1.3 Peralatan
1. Mesin sondir
2. Satu set (30) buah batang stang sondir lengkap dengan stang dalam yang
panjangnya masing-masing 1,0 meter.
3. Manometer 2 buah:
 Kapasitas 0 – 60 kg/cm2
 Kapasitas 0 – 60 250 kg/cm2
4. Satu buah bikonus dan satu buah paten konus
5. Satu set angker
6. Perlengkapan: kunci pipa, kunci plunyer, palu, kunci manometer, waterpass,
dll.
7. Minyak hidrolik
2.1.4 Prosedur pelaksanaan
1. Pasang mesin tegak lurus di tempat yang akan diselidiki yang dioerkuat
dengan angker yangditanam kedalam tanah
2. Pasang traker, tekan stang dalam. Pada penekanan pertama ujung konus akan
bergerak kebawah sedalam 4 cm, kemudian baca manometer yang
menyatakan perlawanan ujung. Pada penekanan berikutnya konus dan
mantelnya bergerak kebawah 4 cm. nilai pada manometer yang terbaca
adalah nilai tahanan ujung dan perlawanan lekat
3. Tekan stang luar sampai kedalaman baru, penekanan stang dilakukan sampai
setiap kedalaman tambahan sebanyak 20 cm
4. Pekerha sondir dihentikan pada keadaan sebagai berikut:

2
 Jika bacaan pada manometer tiga kali berturut-turut menunjukan nilai
>150 kg/cm2
 Jika alat sondir terangkat keatas sedangkan bacaan manometer belum
menunjukan angka yang maksimum, maka alat sondir diberi
pemberat.
2.1.5 Perhitungan
1. Hambatan lekat (HL) dihitung dengan rumus:
A
HL= (JP-PK)
B
Dimana PK= perlawanan penetrasi konus (qc)
JK= jumlah perlawanan
2. Jumlah hambatan lekat:
JHLi = ∑ HL
Dimana i: kedalaman lapisan yang ditinjau
3. Grafik yang dibuat:
 Perlawanan penetrasi konus PK pada tiap kedalaman
 Jumlah hambatan pelekat (JHP) pada tiap kedalaman
A= interval pembacaan = 20 cm
luaskonus
B= factor alat = = 10 cm
luas torak
4. Keuntungan alat sondir:
 Dapat dengan cepat menentukan lapisan
 Dapat diperkirakan perbedaan lapisan
 Dengan rumus empiris hasilnya dapat digunakan untuk daya dukung
tiang
 Cukup baik untuk digunakan pada lapisan yang berbutir halus
5. Kekurangannya:
 Jika terdapat batuan lepas bisa memberikan indikasi lapisan keras
yang salah
 Tidak dapat mengetahui jenis tanah secara langsung
 Jika alat tidak lurus dan konus tidak bekerja dengan baik maka hasil
yang diperoleh bisa meragukan
2.1.6 Hasil Pengujian Sondir
Dikerjakan oleh : kelompok B (absen genap)
Tanggal dikerjakan : selasa, 29 juni 2021

3
Lokasi : Tanah Dibelakang Lab Mektan
Kedalaman Perlawanan Jumlah Jumlah gesekan Hambatan Jumlah Hambatan
MT (m) penetrasi konus perlawanan HP HG= HP-qc pelekat (HL) hambatan setempat
qc (kg/cm2) (Kg/cm2) (kg/cm2) 20 lekat HL
HL= HGx HS=
10 JHP 10
2
Kg/cm ) Kg/cm2)
0,00 - - 0 0
0,20 21 28,29 7,29 14,58 14,58 1,458
0,40 32 55,29 23,29 46,58 61,16 6,116
0,60 26 26,29 0,29 0,58 61,74 6,174
0,80 42 48,29 6,29 12,58 74,32 7,432
1,00 2 8,29 6,29 12,58 86,9 8,69
1,20 30 46,29 16,29 32,58 119,48 11,948
1,40 27 60,29 33,29 66,58 186,06 18,606
1,60 40 60,29 20,29 40,58 226,64 22,664
1,80 30 70,29 40,29 80,58 307,22 30,722
2,00 30 50,29 20,29 40,58 347,8 34,78
2,20 30 80,29 50,29 100,58 448,38 44,838
2,40 30 60,29 30,29 60,58 508,96 50,896
2,60 30 60,29 30,29 60,58 569,54 56,954
2,80 20 60,29 40,29 80,58 650,12 65,012
3,00 30 60,29 30,29 60,58 710,7 71,07
3,20 30 60,29 30,29 60,58 771,28 77,128
3,40 20 70,29 50,29 100,58 871,86 87,186
3,60 20 70,29 50,29 100,58 100,58 10,058
3,80 60 80,29 20,29 40,58 1.013,02 101,302
4,00 60 90,29 30,29 60,58 1.073,6 107,36
4,20 80 100,29 20,29 40,58 1.114,18 111,418
4,40 90 120,29 30,29 60,58 1.174,76 117,476
4,60 90 120,29 30,29 60,58 1.235,34 123,534
4,80 100 160,29 60,29 120,58 1.355,92 135,592
5,00 110 170,29 60,29 120,58 1.476,5 147,65

2.2 BERAT JENIS TANAH


2.2.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis butiran
tanah. Berat jenis tanah adalah perbandingan berat butiran tanah dan berat air
suling dengan isi yang pada suhu tertentu.
2.2.2 Peralatan
1. Pikonometer dengan kapasitas minimum 50 ml
2. Desikator

4
3. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai suhu
110⁰C
4. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
5. Termometer ukuran 0-50⁰C dengan ketelitian pembacaan 1⁰C
6. Saringan no.4, no.10, no,40 dan pan
7. Botol berisi air suling
8. Kompor listrik
9. Penjepit
2.2.3 Benda Uji
Benda uji harus melalui saringan no.4, untuk pemeriksaan benda jenis
yang akan dipakai untuk pemeriksaan analisa hydrometer, maka contoh harus
dipilih yang melalui saringan no.10 atau no.40. benda uji sebanyak lebih kurang
10-gram dalam keadaan kering oven dan didinginkan dalam desikator. Benda uji
yang tidak dikeringkan harus diketaui berat keringnya berdasarkan percobaan/
perhitungan kadar airnya.
Titik yang akan di bor, ditentukan terlebih dahulu sepadat mungkin
dengan titik sondir yang telah dilakukan. Bersihkan lokasi dari akar-akar dan
rumput-rumputan. Bersihkan juga drad-drad pada stang bor.
2.2.4 Prosedur
1. Cuci piknometer dengan air suling dan keringkan. Timbang berat piknometer
dan tutupnya(W1)
2. Masukkan benda uji kedalam piknometer dan timbangan bersama tutupnya
(W2).
3. Tambahkan air suling sehingga piknometer terisi dua pertiganya. Untuk tanah
yang mengandung lempung diamkan benda uji terendam selama kurang lebih
24 jam.
4. Didihkan isi piknometer dengan hati-hati selama 10 menit. Miringkan botol
sesekali untuk membantu mempercepat pengeluarkan udara yang tersekap.
5. Isilah piknometer dengan air suling dan biarkan piknometer beserta isinya
untuk mencapai suhu ruang. Tambahkan air suling seperlunya sampai tanda
batas atau sampai penuh. Tutuplah piknometer, keringkan bagian luarnya dan
timbang (W3).
6. Ukur suhu dan isi piknometer dengan ketelitian 1⁰C (T).

5
7. Bila isi piknometer belum diketahui maka tentukan isinya dengan mengisi
piknometer denga air suling yang suhunya sama dengan suhu pada langkah
ke 3, dan pasang tutupnya.
Keringkan bagian luarnya dan timbang. Koreksi berat terhadap suhu (W4),
W4 = W2 x K. Nilai K didapat dari tabel 1.
8. Pemeriksaan dilakukan dua kali. Apabila Gs yang didapat dari dua
pemerisaan berbeda lebih dari 3%, maka pemeriksaan harus diulang.
2.2.5 Perhitugan
( W 2−W 1 )
Hitung berat jenis contoh yaitu Gs=
( W 4−W 1 ) −( W 3−W 2 )
Dengan :

W1 = berat piknometer (gr)

W2 = berat piknometer dan tanah kering (gr)

W3 = berat piknometer, tanah dan air (gr)

W4 = berat piknometer dan air (gr)

Catatan : piknometer harus dikalibrasi sebelum digunakan.

Tabel 1. Faktor Koreksi

T⁰C 18 19 20 21 22 23 24
K 1,0016 1,0014 1,0012 1,001 1,0007 1,0005 1,0003
T⁰C 25 26 27 28 29 30 31
K 1,0000 0,9997 0,9995 0,9992 0,9989 0,9986 0,9983

Tabel 2. Berat jenis butiran tanag (Gs) untuk beragai jenis tanah

Jenis Tanah Gs
Sand (pasir) 2,65-2,67
Silvt sand (Lanau Berpasir) 2,67-2,70
Inorganic clay (lempung) 2,70-2,80
Organis soil (gambut) 1,00-2,60

6
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI REKAYASA BANDAR UDARA

POLITEKNIK PENERBANGAN PALEMBANG

JALAN ADI SUCIPTO SUKARAMI PALEMBANG

TELP. (0711) 410930 FAX. (0711) 420385

Prodi : TRBU 01 B Dikerjakan : Lab.Mekanika Tanah

Lokasi : Poltekbang Palembang Tanggal : Selasa, 3 Agustus 2021

No. Titik: Diperiksa :

2.2.6 HASIL PEMERIKSAAN BERAT JENIS

Nomor Cawan 1 2
Kedalaman (m) 2–3 2–3
1. Berat Labu (gr) 32,6 32,7
2. Berat Labu + Tanah Kering (gr) 59,7 57,7
3. Berat Tanah Kering = (W2 – W1) (gr) 27,4 25
4. Berat Labu + Air + Tanah (W3) (gr) 127,2 123,3
5. Berat Labu + Air = W4 (gr) 109,6 109,7
6. Isi Tanah (W2 – W1) + (W4 – W3) 9,5 11,4
7. Berat Jenis Tanah (gr/cm3) 2,85 2,19
8. Berat Jenis Tanah Rata-Rata (gr/cm 3) 2,52 2,52
Berat Jenis tanah

(W 2−W 1)
Gs =
( W 4−W 1 )−( W 3−W 1 )

Berat Jenis Butiran Tanah (Gs) untuk berbagai jenis tanah

Jenis Tanah Gs
Sand (Pasir) 2,65 – 2,67
Silty Sand (Lanau Kepasiran) 2,67 – 2,70
Inorganic Clay (Lempung) 2,70 – 2,80
Organic Soil (Gambut) 1,00 – 2,60
Maka, factor Gs memenuhi syarat karena > 3%.

7
2.3 PENGUJIAN ANALISA BUTIRAN TANAH

2.3.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butiran
agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan ayakan.
2.3.2 Peralatan
1. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
2. Satu set ayakan dengan ukuran: NO.4 (4,75 mm), no. 10 (2 mm), no.20 (0,85
mm), no.40 (0,425 mm), no.60 (0,25 mm), n0.100 (0,15 mm), n0.2000 (0,075
mm) san pan
3. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang tepat (kapasitas 110° C)
4. Mesin pengguncang saringan
5. Nampan, kuas, sikat kuning, sendok dan alat lainnya.
2.3.3 Benda uji
Benda yang diuji untuk analisis saringan harus dalam keadaan kering.
Berat minimum contoh tanah kira-kira 500 gram.
2.3.4 Prosedur
1. Benda uji dikeringkan didalam oven suhu 110◦C sampai berat konstan
2. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling atas. saringan diguncang dengan tangan atau mesin
penggentar selama 15 menit
3. Timbang berat tanah yang tertahan pada masing-masing ayakan
2.3.5 Perhitungan
Lakukan perhitungan sesuai dengan kolom-kolom yang tersedia
1. Hitung jumlah berat yang tertahan pada suatu ayakan dan ayakan diatas

∑ Wn(kolom 4)
2. Hitung persentase jumlah berat benda uji tertahan diatas suatu ayakan dan

∑ Wn
ayakan diatasnya terhadap berat total benda uji, Pn = x 100 %(kolom
Wt
5)
3. Hitung perentase lolos, Pn = 100-Rn% (kolom 6)
4. Buat grafik antara persentase lolos (kolom 6) dengan diameter masing-
masing ayakan (kolom2)
5. Hitung koefisien keseragman (Cu) dan koefisien kelengkungan (Ce)

8
D 60
Dimana: Cu=
D 10
D60 = 60% tanah mempunyai ukuran partikel <D60
10 = 10% tanah mempunyai ukuran partikel <D10
D 30
Cu=
D 60 D 10
D10 = ukuran butiran efektif
D30 = 30% tanah mempunyai ukuran partikel <D30
Grafik akumulasi antar apersentase lolos dengan diameter masing-masing
ayakan . Grafik ini dapat menunjukan baik buruknya sifat tanah tersebut .
Laporkan Cu dan Cc dengan bilangan 1 angka dibelkang koma . D15 dan D85
dapt dilaporkan apabila tanh tersebut akan digunakan sebagai filter .
Kesimpulan mengenai jenis tanah :
1#Cu#15 Cu mendekati 15 tanah baik
1#Cc#6 Cc mendekati 1-3 tanah baik

9
2.3.6 HASIL PEMERIKSAAN ANALISA SARINGAN

Dikerjakan oleh : Zumrotul khilmi


Prodi : TR01B
Lokasi : LAB. Mekanika tanah
Berat tanah kering : 1000 gram

Saringan Diameter Berat Kumulatif Kumulatif Lolos %


Butiran Tanah Tanah Tertahan
(mm) Tertahan Tertahan %
(gr) (gr)
No.4 4,75 236,70 236,70 23,673 76,327
No.10 2 362,55 601,25 36,460 39,867
No.20 0,850 171,32 772,57 17,134 22,733
No.40 0,425 115,28 887,85 11,530 11,203
No.100 0,15 59,26 947,11 5,926 52,77
No.200 0,075 21,10 968,21 2,110 3,167
PAN 31,66 999,87 3,16 0
Rata-rata = 999,87

10
2.4 PENGUJIAN BATAS PALSTIS
2.4.1 Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan batas kadar air suatu tanah
tersebut mempunyai sifat plastis. Pekerja dilakukan denngan cara menggiling
tanah dengan tangan sampai berdiameter 3 mm dan tidak retak.
2.4.2 Peralatan
1. Lumpang dan alut karet
2. Ayakan No. 40 (0,42 mm)
3. Gelas ukur 100 cc
4. Air suling
5. Plat kaca
6. Spatula
7. Batang pembanding diameter 3 mm
8. Cawan untuk pemeriksaan kadar air
9. Peralatan lainnya untuk pengukuran kadar air (oven, timbangan dan
desikator)
2.4.3 Benda uji
Contoh tanah yang telah kering udara atau contoh tanah tak terganggu
sebanyak kira-kira 50 gram. Contoh tanah dipersiapkan Bersama dengan contoh
tanah untuk pemeriksaan batas cair.
2.4.4 Prosedur
1. Hancurkan bongkahan contoh tanah dalam lumping untuk melepaskan butir-
butir tanah satu sama lainnya. Kemudian ayak dengan saringan no. 40.
2. Campur tanah dengan sejumlah air dan aduk sampai rata
3. Ambil adonan contoh tanah kira-kira sebesar ibu jari, kemudian geleng-
gelengkan diatas plat kaca dengan telapak tangan sehingga berbentuk batang
yang memanjang yang semakin lama makin kecil sampai terjadi retakan atau
putus-putus.
4. Bila retakan terjadi pada diameter lebih besar dari 3 mm, tambahkan air dan
aduk Kembali kemudian lakukan juga Langkah kerja 3, sebaliknya bila
retakan terjadi pada diameter lebih kecil dari 3 mm, maka biarkan contoh
tanah agak kering, kemudian lanjutkan Langkah kerja 3.
5. Bila retakan terjadi tepat pada diameter 3 mm, segera masukan batang
adonan tanah tersebut kedalam cawan dan tutuplah. Selanjutnya lakukan
pemeriksaan kadar air.

11
6. Lakukan Langkah kerja no 3 dan 5 sebanyak 2 kali.
2.4.5 Perhitungan
Lakukan perhitungan kadar air dan ambil angka rata-rata (PL). bila
perbedaan satu dengan yang lain lebih besar 5% maka pekerjaan harus di ulang.
Hasil percobaan ini digabung dengan hasil pemeriksaan batas cair (LL) untuk
menghitung index plastisitas (PI), dimana PI=LL-PL.Bila diketahui kadar air asli

(ωn−PL)
ωn , maka dapat dihitung liquidity index (LI) LI =
PI

12
2.4.6 HASIL PEMERIKSAAN BATAS PLASTIS
No cawan 1 2
Berat cawan kosong
W1 13,69 13,62
(gr)
Berat cawan +
W2 15,44 15,73
tanah basah (gr)
Berat cawan +
W3 14,83 15,05
tanah kering (gr)
Berat tanah kering W3 – W1 1,14 1,43
Berat air W2 – W3 0,61 0,68
53,50 44,05
W 2−W 3
Kadar air (W) = X 100
W 3−W 1 Nilai PL rata-rata + 48,77

Batas cair (LL) = 45,15 %

Batas plastis (PL) = 48,77%

IP = -3,62%

13
2.5 PENGUJIAN BATAS CAIR

2.5.1 Tujuan
Menentukan kadar air dimana tanah mulai menunjukan sifat sebagai
benda alir.
2.5.2 Peralatan
1. Mangkuk cassagrande
2. Air bersih atau air suling kira-kira 300 cm3
3. Lumping dan alu karet
4. Saringan no. 40 (0,42 mm)
5. Alat pembuat alur atau grooving tool, yaitu cassagrande, grooving tool,
berbentuk pipih, cocok untuk jenis tanah yang lebih plastis, dan ASTM
grooving tool, berbentuk bengkok tebal untuk tanah kurang plastis.
6. Gelas ukur 500 cm2
7. Plat kaca
8. Spatula untuk mengaduk sampel
9. Cawan kadar air
10. Peralatan lainnya untuk pengukuran kadar air (oven, timbangan dan
desikator)
2.5.3 Benda uji
contoh tanah yang telah dikeringkan diudara atau tanah menurut keadaan
aslu yang lunak sebanyak 300 gram.
2.5.4 Prosedur
1. Hancurkan bongkahan contoh tanah dalam lumping untuk melepaskan
butir-butir tanah satu sama lainnya. Kemudian ayak dengan saringan no.
40.
2. Letakkan contoh tanah yang lolos dari ayakan no 40 diatas plat kaca. Beri
air sedikit demi sedikit dan aduk sampai rata dengan menggunakan
spatula sehingga campuran menjadi adonan yang lembut.
3. Isikan adonan tanah kedalam mangkuk cassagrande dan ratakan
permukaan.
4. Buatlah alur tepat ditengahnya dengan menggunakan grooving tool.
5. Lakukan putaran handle magkuk cassagrande sambal menghitung jumlah
putaran dan memperhatikan Gerakan adonan tanah pada tengah alur

14
1
merapat sepanjang inci (13 mm). jumlah putaran itu disebutkan jumlah
2
“pukulan”.
6. Perlu di perhatikan setiap penggantian adonan tanah, mangkuk
cassagrande harus diberihkan. Langkah kerja 3 sampai 5 harus dikerjakan
dengan cepat karna penguapan air selama pelaksanaan akan menjadi
sumber kesalahan.
7. Ambillah adonan tanah bagian tengah mangkuk cassagrande kira-kira
sebesar ibujari, masukkan kedalam cawan dan tutup dengan rapi
sehingga tidak terjadi perubahan kadar air sampai waktu penentuan kadar
air.
8. Catat nomor cawan dan jumlah pukulan yang dilakukan terhadap adonan
tersebut.
9. Lakukan percobaan sedikitnya 4 kali, 2 dibawah 25 pukulan dan 2 diatas
25 pukulan
2.5.5 Perhitungan
1. Hitung kadar air terhadap masing-masing contoh
2. Tetapkan pasangan angka pukulan dengan kadar air
3. Gambar pada grafik semi llogaritma: jumlah pukulan pada axis X (skala
log) dan kadar air pada axis Y (skala linier)
4. Tarik garis regresi
5. Kadar air yng sesuai jumlah pukulan 25 adalah batas cair tanah tersebut
hasil percobaan kadar air yang merupakan batas cair (LL = liquid limit)
dinyatakan dalam %. Dapat juga dilaporkan flow index, yaitu kemiringan
garis regresi pada jumlah pukulan 10 dan 100. Pelapor dilakukan
Bersama-sama dengan hasil percobaan batas plastis

15
2.5.6 ATTERBERG LIMIT
Dikerjakan oleh : Zumrotul khilmi (Kelompok 1)

Prodi : TR01B

Lokasi : Lab. Mekanika tanah

No cawan 3 4
Jumlah pukulan N 71 68
Berat cawan kosong
W1 11,10 12,74
(gr)
Berat cawan +
W2 17,44 33,24
tanah basah (gr)
Berat cawan +
W3 15,45 26,92
tanah kering (gr)
Berat tanah kering W3 – W1 4,35 14,18
Berat air W2 – W3 1,99 6,32
W 2−W 3 45,74 44,56
Kadar air (W) = X 100
W 3−W 1 Rata” 45,15

16
PEMADATAN TANAH

Pemadatan tanah dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kekuatan tanah dan
mengurangi besarnya penurunan tanah yang tidak diinginkan. Tingkat pemadatan tanah
diukur dari berat volume kering tanah yang dipadatkan. Bila air ditambahkan kedalam
tanah yang sedang dipadatkan, air tersebut akan berfungsi sebagai unsur pembasah pada
partikel-partikel tanah yangakan lebih mudah bergerak satu sama lain dan membentuk
keududukan yang lebih rapat. Kadar air dimana harga berat volume kering maksimum
mencapai disebut kadar optimum.

Pengujian di laboratorium yang umum dilakukan untuk mendapatkan berat volume


kering maksimum dan kadar air optimum adalah pemadatan standard dan modified.
Kedua pengujian ini dimaksudkan untuk menetukan hubungan antara kadar air dan
kepadatan tanah dengan cara memadatkan tanah didalam cetakan silinder berukuran
tertentu dengan menggunakan alat penumbuk dan tinggi jatuh serta energy tumbukan
berbeda.

Perbedaan dari ke 2 jenis pemadatan tersebut terletak pada :

1. Standard
a. Alat penumbuk 2,45 kg dan tinggi jatuh 30,5 cm serta energi tumbukan 593,7
kJ/m3
b. Jumlah lapisan 2 lapis dengan 25 tumbukan berlapis.
2. Modified
a. Alat penumbuk 4,54 kg dan tinggi jatuh 45,7 cm serta energi tumbukan 2710,5
kJ/m3
b. Jumlah lapisan 5 lapisan dengan 56 tumbukan berlapis

Perhitungan berat volume kering dengan menggunakan rumus :

γ
γ d=
100+ ω

Dengan : γd = berat volume kering

ω = kadar air (%)

dari grafik berat isi tanah kering terhadap kadar air dari hasil percobaan didapat berat
volume kering maksimum dan kadar air optimum yang sesuai dengan berat volume kerinf
maksimum. Pada grafik tersebut ada garis zero void (ZAV) tang didapat dengan rumus :

17
Gs. γw
γ d=
1+Gs . ω

Dengan : Gs = berat jenis butiran tanah

γw = berat volume air

grafik pemadatan tidak boleh memotong garis zero air void dan pada harga kadar air yang
tinggi menjadi sejajar dengan garis tersebut.

18
PENGUJIAN PEMADATAN TANAH

2.6 Pengujian pemadatan tanah (standard)

2.6.1 Tujuan
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara kadar air
dan kepadatan tanah dengan cara memadatkan tanah didalam cetakan silinder
berukuran tertentu dengan menggunakan alat penumbuk 2,45 kg dan tinggi
jatuh 30,5 cm serta energi tumbukan 593,7 kJ/m3.

2.6.2 Peralatan
 Cetakan berdiameter 4” kapasitas 943 cm 3 atau diameter 6” mm
kapasitas 2124 cm3.
 Alat penumbuk logam.
 Alat untuk mengeluarkan contoh tanah.
 Oven
3
 Saringan 2”, , no. 4.
4

2.6.3 Benda uji


 Contoh tanah yang sudah dijemur, dihancurkan gumpalan-gumpalannya
dengan palu karet.
 Tentukan kadar air tanah tersebut.
 Pisahkan 5 buah sampel tanah masing-masing seberat 2 kg (untuk mold ɸ
4”) atau 4 kg (untuk moldɸ 6”) lalu masukkan kedalam kantong plastic.
Dengan cara sebagai berikut:
Semprotkan air sedikt demi sedikit sambal diaduk-aduk dengan tangan
sampai merata. Penambahan air dilakukan sampai didapat campuran
tanah yang bila dikepal dnegan tangan lalu dibuka, tidak hancur dan tidak
lengket ditangan. Setelah didapat campuran tanah seperti ini, catat jumlah
air yang ditambahkan tadi kemudian
 Masing-masing benda uji dimasukkan kedalam kantong plastic dan
disimpan selama 12 jam atau sampai kadar airnya merata.

19
2.6.4 Prosedur
 Timbang cetakan dengan keeping alasnya hingga ketelitian 1 gram. Beri
tanda mold tersebut agar tidak tertukar.
 Cetakan, alas dan leher disatukan dan ditempatkan pada landasan yang
kokoh.
 Ambil benda uji lalu dipadatkan dalam cetakan dengan cara sebagai
berikut:
 Pada tiap-tiap lapisan tanah dilakukan 25x pukulan dengan
pemukul standar.
 Tanah dipadatkan dalam 3 lapisan dengan perbedaan tebal
masing-masing tidak lebih dari 0,5 cm.
 Lepaskan leher sambungan dan potong kelebihan tanah dari bagian leher
dengan straight edge agar kelebihan tanah betul-betul rata dengan
permukaan cetakan.
 Timbang cetakan beserta keeping alas yang berisi benda uji dengan
ketelitian 5 gram.
 keluarkan benda uji dengan menggunakan extruder dan potong sebagian
kecil dari benda uji untuk menentukan kadar airnya (ω ¿ .
 Ulangi prosedur 3 sampai 6 untuk sampel lainnya.
2.6.5 Perhitungan
 Hitung berat volume basah dengan menggunakan rumus berikut:

W 2−W 1
γ=
V

Dengan:

γ =¿ berat volume basah

V = volume cetakan

W1 = berat cetakan + benda uji

W2 = berat cetakan

 Hitung berat volume kering dengan menggunakan rumus:

20
γ
γd =
100+ɷ

Dengan:

γd = berat volume kering

ɷ = kadar air (%)

Gambarkan garfik berat isi tanah kering terhadap kadar air dan hasil percobaan.
Kemudian gambarkan sebuah kurva yang paling mendekati titik-titik yang
digambarkan dan tentukan berat volume kering maksimum ini adalah kadar air
optimum. Kemudian gambarkan garis zero air void (ZAV) dengan rumus:

Gs . γw
γd =
1+ Gs. ɷ

Dengan: Gs = berat jenis butiran tanah

γw = berat volume air

Grafik pemadatan tidak boleh memotong garis zero air void dan pada harga kadar
air yang tinggi menjadi sejajar dengan garis tertentu.

21
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI REKAYASA BANDAR UDARA

POLITEKNIK PENERBANGAN PALEMBANG

JALAN ADI SUCIPTO SUKARAMI PALEMBANG

TELP. (0711) 410930 FAX. (0711) 420385

2.6.6 HASIL PERCOBAAN PEMADATAN STANDARD

Proyek :

Dikerjakan oleh : Zumrotul khilmi

Lokasi :

Tanggal dikerjakan : 3 September 2021

Deskripsi Tanah :

Jumlah lapisan tanah :

Dimensi silinder :

Volume cetakan :

Berat jenis butiran tanah:

Sampel No.
No. Cawan 1 2 3
Berat cawan + tanah basah (W2) 63,11 74,52 59,23
Berat cawan + tanah kering (W3)
Berat cawan (W) 11,24 13,64 14,28
Berat air (W2 – W3)
Berat tanah kering (W3 – W1)
(W 2 – W 3)
Kadar air x 100%
(W 3 – W 1)

Menentukan berat isi kering


Kadar air perkiraan
Kadar air sebenarnya
Berat tanah + cetakan 6,327 6,327 6,327
Berat cetakan 4,478 4,478 4,478
Isi cetakan
1
Berat tanah ( π d2 )
4

22
Berat Tanah
Berat isi ( ¿
Isi cetakan
Berat Isi
Berat isi kering ¿
W +1
ZAV

Grafik hasil perhitungan

Kadar air optimum :

Berat isi kering maksimum :

23
2.7 Pengujian Pemadatan Tanah (Modified)
2.7.1 Tujuan
Tujuan pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan hubungan
antara kadar air kepadatan tanah dengan cara memadatkan tanah didalam
cetakan silinder berukuran tertentu dengan menggunakan alat penumbuk
2710,5 kJ/m3.
2.7.2 Peralatan
Sama dengan pemadatan standard.
2.7.3 Benda Uji
Benda uji sama dengan percobaan standard. Kecuali jumlah contoh
tanah masing-masing pemeriksaan.
2.7.4 Prosedur
Sama dengan percobaan pemadatan standard, kecuali pemadatan
dilakukan dengan alat penumbuk modified 4,54 kg dengn tinggi jatuh 45,7
cm. Tanah dipadatkan dalam 5 lapisan dan tiap-tiap lapisan dipadatkan
dengan 56 tumbukan.
2.7.5 Perhitungan
2.7.6 Hasil
Sama dengan percobaan pemadatan standard.

24

Anda mungkin juga menyukai