Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

“PENGARUH PANDEMI COVID-19 TERHADAP


PEREKONOMIAN DUNIA”

Dosen: Dr. Imamudin Yuliadi, S.E., M.Si.

Disusun Oleh:

Lutfiah Putri Arindra, 20190430058, C

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PRODI ILMU EKONOMI

2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Munculnya virus baru yang dapat menular menggemparkan seluruh dunia, virus
ini bernama virus Covid-19. Jenis virus ini dapat menular melalui air liur dan juga cairan
yang berasal dari hidung saat kita bersin. Virus terbaru ini berasal dari Kota Wuhan di
negara China. Gejala dari virus Covid-19 hampir sama dengan gejala Infzluenza biasa.
Gejalanya meliputi bersin, batuk, indra pengecap tidak bisa merasakan makanan, indra
penciuman tidak bisa mencium bau-bauan, dan masih banyak lagi. Jarang yang
menyadari bahwa adanya gejala yang dirasakan itu termasuk dari terinfeksinya tubuh
karena virus Covid-19.

Tak hanya ada di negara China saja, tetapi virus ini tersebar luas di berbagai
negara di dunia. Penyebaran virus Covid-19 begitu cepat dan tak terduga akan berdampak
di seluruh dunia. Ditularkan dari manusia ke manusia secara tidak sadar membuat virus
Covid-19 meningkatkan kasus positif. Sudah banyak kasus orang yang tidak
terselamatkan karena virus ini menginfeksi bagian paru-paru. Akibatnya, penderita akan
sulit untuk bernafas atau mengalami sesak nafas.

Tak dapat di pungkiri apabila kasus pandemi ini mengakibatkan kesulitan di


bidang perekonomian di seluruh dunia. Tak hanya di negara Indonesia saja yang
mengalami penurunan konsumsi pasar. Semua kegiatan ekonomi jadi terhambat karena
semakin merebaknya orang yang terinfeksi oleh virus Covid-19. Banyaknya
pembangunan-pembangunan yang belum terselesaikan hingga yang belum terealisasikan
di tunda karena harus menghadapi pandemi ini. Tak hanya pemerintah yang rugi akan
terjadinya hal tersebut, tetapi masyarakat juga sangat mengalami dampak yang diberikan
oleh virus Covid-19.
Sejak munculnya virus Covid-19 di bulan Desember pada tahun 2019 lalu, tak
hanya merugikan dalam aspek kesehatan saja. Masa pandemi ini bahkan sangat
berpengaruh dalam aspek perekomomian di seluruh dunia. Pengurangan yang terjadi
pada lapangan pekerjaan menjadikan para masyarakat diseluruh dunia mengalami
penurunan pertumbuhan ekonomi yang sangat drastis. Turunnya permintaan pasar yang
terjadi karena menurunnya pendapatan masyarakat merupakan salah satu pengaruh besar
yang terjadi di masa pandemic Covid-19 ini.

Dalam aspek perekonomian ini pengaruh terbesarnya yaitu terdapat pada proses
kegiatan ekspor, impor, distribusi, dan masih banyak kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya.
Terhambatnya kegiatan ini dikarenakan setiap negara menerapkan jaga jarak dan harus
mematuhi protokol kesehatan. Sebagaimana yang telah di instruksikan oleh para tenaga
medis dari masing-masing negara. Bahkan kegiatan belajarpun harus tertunda. Hanya di
beberapa negara saja yang masih bisa menikmati kegiatan pembelajaran.

Semakin banyak dibukanya kegiatan perkonomian yang seharusnya dilaksanakan


akan memiliki dampak positif dan negatifnya tersendiri. Maka, masing-masing negara
harus siap menerima resiko pada kebijakan yang negara itu sendiri pilih. Dilansir dari
WHO bahwa wabah Covid-19 ini di tetapkan sebagai wabah penyakit yang memiliki
pengaruh buruk pada perekonomian. Terjadinya perubahan drastis antara jumlah
penawaran dan permintaan akan menjadikan perubahan pula terhadap pendapatan
nasional.

B. Rumusan Masalah
1. Apa dampak virus Covid-19 dalam perekonomian dunia?
2. Bagaimana pengaruh masa pandemic ini terhadap masyarakat di dunia?
3. Bagaimana kebijakan yang harus di terapkan?
4. Apa yang harus dilakukan agar perekonomian terkendali?
BAB II

ISI

A. LANDASAN TEORI
1. Pertumbuhan Ekonomi Masa Pandemi Covid-19 di Dunia
Munculnya kasus positif yang semakin hari semkin meningkat, membuat
hal ini berdampak pada perekonomian. Kesusahan yang dialami masing-masing
negara yang terdampak virus Covid-19 memiliki tantangannya masing-masing.
Pada negara Indonesia, ekonomi mengalami krisis yang teramat berat. Bahkan,
dibandingkan krisis ekonomi pada tahun 1998 masih sedikit jauh.
Pertumbuhan ekonomi yang terhambat mengakibatkan banyaknya rakyat-
rakyat yang kesusahan. Naiknya angka presentase kemiskinan di dunia ini juga
menjadi masalah yang serius. Dimana permintaan barang daan jasa lebih sedikit
di bandingkan dengan penawarannya. Di infokan bahwa pihak IMF menyatakan
jika kerugian 12 triliun dolar merupakan kerugian dari perekonomian global yang
disebabkan oleh adanya virus Covid-19.
Melemahnya kegiatan perekonomian menjadi penyebab mengapa
sekarang banyaknya negara yang mengalami krisis ekonomi. Adanya kebijakan
yang menyatakan untuk membatasi ruang gerak lingkup manusia. Seperti
diberlakukannya social distancing yang mana kegiatan ini menghindari
banyaknya kerumunan orang. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir atau
mengurangi adanya penambahan kasus positif.
Diperkirakan pertumbuhan ekonomi di dunia secara global akan
mengalami penurunan sebesar 2,4% pada tahun lalu,2020. Bahkan, pabrik-pabrik
besar yang sudah terkenal akan produknya pun melakukan pembatasan produksi
karena adanya virus Covid-19. Salah satu dampak yang dialami dengan adanya
pembatasan suatu produksi yaitu perusahaan melakukan PHK. Kondisi ini
mengakibatkan bertambah banyaknya angka pengangguran. Di Indonesia sendiri,
ada 1,8 juta orang yang tercatat terkena PHK.
2. Dampak Pandemi pada Perekonomian Secara Global
Pandemi Covid-19 tak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi
berdampak pada semua kegiatan ekonomi. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa
beberapa negara memilih menerapkan kebijakan lock down. Yang dimana tidak
ada orang yang boleh keluar rumah saat pandemic berlangsung. Hal ini sudah
dipastikan bahwa adanya penurunan pertumbuhan ekonomi. Karena terbatasnya
kegiatan ekonomi yang dapat dilakukan.
Beberapa bidang di rugikan karena adanya virus Covid-19. Sebagai salah
satu contoh yaitu bidang pariwisata. Beberapa transportasi berhenti beroperasi
karena diberlakukannya lock down di beberapa negara. Sektor pariwisata
terancam gulung tikar karena jarangnya turis yang berwisata. Di Indonesia
sendiri, setidaknya sudah ada 20 agen travel yang menyatakan bahwa adanya cuti.
Bentuk cuti ini adalah diluar tanggungan, karena pihak travel tidak sanggup
membayar jasa pada pegawainya.
Naiknya angka pengangguran yang signifikan ini juga menjadi masalah
pertumbuhan ekonomi. Bahkan tak hanya di dalam pertumbukan ekonomi saja,
tetapi juga bermasalah dalam pertumbuhan sumber daya manusia. Bertambahnya
angka pengangguran akan meningkatnya angka kemiskinan. Bahkan negara
majupun mengalami peningkatan pada angka kemiskinannya.
Tak lupa bahwa adanya pandemic Covid-19 ini membuat harga emas
melonjak drastis. Sejak 2020 lalu, harga emas batangan per gramnya mencapai
harga Rp 851.000,00. Masyarakat percaya bahwa emas merupakan investasi yang
paling aman untuk masa sekarang ini. Karena harga emas terus naik seiring
berjalannya waktu, jadi emas merupakan aset yang menguntungkan. Ini adalah
cara aman untuk para investor-investor yang menanamkan uangnya pada emas.
Tingginya permintaan pasar atas logam mulia ini terus meningkat karena
adanya pandemic Covid-19. Para investor memilih berinvestasi dengan membeli
emas juga memiliki alasan yang masuk akal. Salah satunya adalah sebagai asset
berharga yang tidak akan menjadikan inflasi. Banyak investor yang akan ber
investasi pada pasar, tetapi mereka juga telah memikirkan resiko yang akan di
hadapi apabila kasus positif belum menurun. Jadi, sebagian asetnya di
investasikan di pasar dan setengahnya memilih di investasikan dalam bentuk
logam mulia.

B. ANALISIS HASIL
Meskipun sekarang masih lebih berfokus dalam pembangunan ekonominya yang
tertunda di bandingkan pada pembangunan kesehatannya, perekonomian dunia belum
pulih. Sebagai salah satu contoh bahwa pertumbuhan perekonomian di negara Indonesia
mencapai -2,9% sampai -1,1%. Dan apabila di total selama satu tahun penuh, maka akan
turun sebesar -1,7% sampai 0,6%. Hal ini membuat kita akan timbulnya resesi ekonomi
atau krisis ekonomi. Dampak kerugian akibat virus Covid-19 dapat mencapai USD 211
milliar. Kerugian ini tersebar pada beberapa sektor, seperti sektor rumah tangga,
korporasi, pemerintah, dan juga perbankan. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi dimana
virus ini berada yaitu di China juga menurun, yang sebelumnya mencapai 5,7% menjadi
4,8%. Mengingat negara China merupakan negara dengan perekonomian terbesar ke 2 di
dunia.
Dalam analisis ini melihat bahwa dampak pandemic covid-19 mempengaruhi
perekonomian global di 3 sektor yaitu pasar saham, surat utang dan nilai emas. Bukan
hanya hal tersebut dalam negeri saja sangat terdampak karena sebagian besar ekspor-
impor berasal dari cina.
 Pasar Modal, covid-19 membuat mental investor panik untuk berinvestasi
pada pasar modal dan membuat pasar modal menjadi tertekan. Virus
Corona yang ganas telah membuat investor lari kocar-kacir dari pasar
saham global.
 Surat Utang, menurut (Burhanuddin & Abdi, 2020) “dalam 3 tahun
terakhir telah mengambil keputusan tiba-tiba ditengah kondisi Virus
Corona (Covid-19) dengan memutuskan untuk tidak tertarik dengan surat
utang yang dikeluarkan oleh AS, karena Imbal hasil (yield) surat utang AS
bertenor 10 tahun yang berada di level terendahnya dalam sejarah.”
 Perdagangan Emas, hingga bulan maret tahun 2020 emas telah mencapai
nilai sekitar Rp. 800.000, mengingat nilai emas di 3 bulan sebelumnya
masih dikisaran harga Rp. 600.000. Saat ini emas menjadi salah satu
bentuk investasi yang diminati.
 Dampak bagi Indonesia, dalam konteks internasional Indonesia menerima
dampak sangat berat pada bidang perdagangan, pariwisata, dan investasi.
Penerimaan pajak sektor perdagangan juga mengalami penurunan padahal
perdagangan memiliki kontribusi kedua terbesar terhadap penerimaan
pajak. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor migas dan
non-migas mengalami penurunan yang disebabkan karena China
merupakan importir minyak mentah terbesar. Sektor-sektor penunjang
pariwisata seperti hotel, restoran maupun pengusaha retail pun juga akan
terpengaruh dengan adanya virus Corona. “Okupansi hotel mengalami
penurunan sampai 40 persen yang berdampak pada kelangsungan bisnis
hotel.”(Putra & Dana, 2016)

Anda mungkin juga menyukai