Anda di halaman 1dari 12

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN REMAJA

“PENGEMBANGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA”

OLEH
KELOMPOK IV
PSIKOLOGI E

Andi Mario Salsabila (200701502081)


Andi Lilis Dwi Nurabdillah (200701501091)
Alfiah Ramdani (200701502097)
Nurul Fitriah AR (200701502129)
Muawanah Nurnahar Sar (200701500037)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2021/2022
PENDAHULUAN

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang


senantiasa memberikan kita kesehatan dan kekuatan sehingga kita mampu
menjalankan segala tugas dengan baik dan kami mampu mengumpulkan tugas
kami yang berjudul “Pengembangan Konsep Diri Pada Remaja” tepat pada
waktunya. Tugas ini kami buat untuk memenuhi tugas matakuliah Psikologi
Perkembangan Remaja sekaligus untuk menambahkan wawasan kami.

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini kami memiliki banyak


kekurangan baik dalam segi penulisan maupun dalam segi materi, sehingga saran
yang membangun sangat kami butuhkan. Kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua.

Makassar, 5 September 2021

Kelompok IV
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………....ii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………...1

A. Latar Belakang…………………………………………………………….1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………1

C. Tujuan……………………………………………………………………..1

BAB II ISI………………………………………………………………………....5

A. Perkembangan Diri……………..………………………………………….5

B. Identitas Diri……………………..………………………………………...7

C. Identitas Etnik……………….…………………………………………….8

BAB III PENUTUP………………………………………………………………10

A. Kesimpulan………………………………………………………………10
B. Saran……………………………………………………………………………10

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Santrock (2006) istilah remaja atau adolescence berasal
dari Bahasa latin yang memiliki arti ‘tumbuh’ menjadi dewasa.
Penggunaan istilah ini sangat luas, bisa meliputi emosional, kematangan
mental, social, dan fisik. Masa remaja merupakan masa peralihan dari
anak-anak menuju dewasa, masa ini juga sering disebut dengan masa
kelahiran kembali. Manusia akan merasakan seperti lahir kembali karena
di masa remaja ini, kita akan merasakan beragam perubahan pada berbagai
aspek dalam diri kita. Sehingga tidak jarang remaja merasa kebingungan
terhadap diri mereka sendiri.
Kebingungan yang melanda remaja dalam proses tumbuh kembang
yang dilaluinya bisa berdampak baik namun juga bisa berdampak buruk.
Ketika remaja belajar untuk mengenali dirinya dan mampu menerimanya
maka akan berdampak baik, sedangkan bagi remaja yang tidak bisa
menerima dirinya maka akan berdampak buruk.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas konsep diri
pada remaja. Sehingga kita akan memiliki gambaran umum mengenai
konsep diri yang dimiliki oleh remaja dan mampu memahami diri kita
dengan baik

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan Perkembangan Diri
2. Menjelaskan Identitas Diri
3. Menjelaskan Identitas Etnik

C. Tujuan
1. Mengetahui Perembangan Diri
2. Mengetahui Identitas Diri
3. Mengetahui Identitas Etnik
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Diri
1. Pemahaman Diri dan Orang Lain
Pemahaman diri pada masa remaja bersifat kompleks dan
melibatkan beberapa aspek seperti kemungkinan diri, diferensiasi,
kemungkinan diri, kesadaran diri, kemungkinan diri dan perlindungan
diri. Remaja lebih mampu menyadari perbedaan sikapnya dibandingkan
pada usia anak-anak. Perbedaan yang dimaksud adalah ketika seseorang
menyadari memiliki sikap yang berbeda jika dihadapkan pada
hubungan yang berbeda (Santrock:2016). Aspek penting dari diri yang
ideal atau imajiner adalah kemungkinan diri. Kemungkinan diri adalah
keadaan dimana kita merasa ingin menjadi atau takut terhadap apa.
Sehingga, kemungkinan diri remaja mencakup dua hal yaitu harapan
dan ketakutan.
Menurut Harter dan Lee (dalam Santrock:2016) remaja memiliki
kemungkinan yang besar untuk menujukkan sikap palsu mereka kepada
teman maupun kepada pasangannya, tetapi sangat sulit menutupi sikap
aslinya ketika telah memiliki hubungan yang erat. Mereka merasa
khawatir ketika menunjukkan sikap asli maka orang-orang tidak akan
memahaminya atau memaksanya berperilaku dengan cara yang salah
sehingga sebagian besar remaja hanya akan berani menunjukkan sikap
aslinya ketika mereka telah merasa dekat dan aman.
Dalam mengungkap identitas diri kepada orang lain, remaja akan
cenderung melakukan perlindungan diri. Remaja cenderung hanya akan
menceritakan sisi positifnya kepada orang lain seperti dirinya cantik,
baik, dan berprestasi daripada menceritakan sisi negatifnya. Aspek lain
dari pemahaman diri ialah kesadaran diri dan kemungkinan diri.
Kesadaran diri ini meliputi seberapa kenal kita dengan diri sendiri,
apakah kita sadar terhadap kelebihan dan kekurangan yang kita miliki.
Remaja bukan hanya perlu memahami diri sendiri tetapi juga perlu
memahami orang lain. Pada usia remaja, kita akan lebih memahami
bahwa orang lain memiliki perspektif dan pribadi yang berbeda-beda.
Hamper setiap hari kita terlibat dalam kegiatan pemantauan kognitif
social yang membuat kita lebih luas memantau dunia social
dibandingkan ketika berada pada usia anak-anak.

2. Harga Diri dan Konsep Diri


Menurut Susan (dalam Santrock: 2016) harga diri merupakan hasil
evaluasi diri yang kemudian diekspresikan dengan sikap terhadap diri
sendiri. Menurut Desmita (2014) konsep diri merupakan gagasan yang
dimiliki mengenai diri sendiri yang meliputi keyakinan, pandangan dan
penilaian terhadap diri sendiri. Sedangkan menurut Santrock (2006)
konsep diri merupakan suatu evaluasi diri terhadap segala lingkup
perubahan yang ada pada diri sendiri. Sehingga dapa disimpulkan
bahwa konsep diri merupakan cara pandang seseorang terhadap diri
sendiri yang meliputi segala aspek fisik maupun psikis. Remaja bisa
mengevaluasi dirinya dari beragam faktor seperti dari penampilan,
akademik, dan gaya hidup.
Konsep diri tidak terbentuk dari faktor keturunan atau bawaan lahir
karena ketika lahir kita belum memiliki pengetahuan dan belum bisa
menilai diri sendiri. Konsep diri bukan sekedar perasaan bangga
terhadap diri sendiri tetapi lebih kepada bagaimana seseorang mampu
mengenali dan menerima dirinya sendiri. Menurut Candles (dalam
Mudjiran : 2007) remaja yang mampu menilai dan menerima dirinya
dengan tepat akan menampakkan kebahagiaan dan memancarkan aura
positif meskipun tidak menutup kemungkinan ada saat mereka tidak
merasa berarti.
Dalam perilaku penghargaan diri terdapat dua jenis indikator yaitu
indikator positif dan indikator negatif. Kedua indicator tersebut
memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu
1. Indikator penghargaan diri positif:
 Memberikan arahan kepada orang lain dengan baik
 Menyesuaikan kualitas suara dengan situasi
 Mampu mengungkapkan pendapat dengan baik
 Bekerja sama dalam kelompok
 Mampu mengajak atau diajak berbicara oleh orang lain
 Mempertahankan kontak mata selama melakukan percakapan
 Ramah dengan orang lain
 Mempertahankan suasana nyaman antara diri dengan orang lain
 Berhati-hati dalam berbicara
2. Indikator penghargaan diri negatif:
 Merendahkan orang lain
 Mendramatis keadaan
 Melakukan sentuhan yang tidak pantas atau menghindari kontak
fisik
 Memberi alasan atas setiap kegagalan
 Membual secara berlebihan mengenai kehebatannya
 Tidak menyesuaikan kualitas bicara dengan baik
Harga diri seseorang mengalami proses naik turun selama
hidupnya. Pada usia remaja harga diri itu cenderung menurun
dikarenakan remaja masih dalam fase kebingungan mengenali dirinya.
Tetapi rendahnya harga diri pada remaja sebagian besar hanya bersifat
sementara. Bentuk fisik yang berubah dan keputusan yang sering tidak
dihargai oleh masyarakat merupakan faktor utama yang membuat harga
diri pada remaja akan mengalami penurunan. Selain itu, konteks sosial
juga berpengaruh penting dalam pengembangan harga diri remaja

B. Identitas diri
Identitas diri adalah keyakinan diri seseorang mengenai siapa dirinya.
Sehingga seseorang perlu mengenali dan memahami dirinya terlebih dahulu
untuk mengetahui identitas diri.
1. Pandangan Teori Erikson Mengenai Identitas
Identitas vs Kebingungan Identitas, tahap ini merupakan tahap
perkembangan kelima dalam rentang kehidupan manusia dan terjadi pada
usia remaja. Pada tahap ini manusia akan merasa kebingungan mengenai
siapa dirinya, apa dirinya, dan apa tujuan hidupnya. Hal ini dikarenakan
pada masa remaja kita akan menerima peran baru dan beragam perubahan
dari segala aspek. Remaja mengalami moratorium psikososial, yaitu
kesenjangan rasa keamanan masa kanak-kanak dan otonomi orang dewasa.
Dalam perjalanan mencari identitas, seseorang akan bereksperimen
dengan peran yang berbeda. Remaja yang berhasil menjalankan peran dan
identitas akan muncul dengan rasa percaya diri yang baru dan dapat
diterima. Sedangkan remaja yang gagal mengatasi krisis identitas akan
mengalami krisis identitas atau kebingungan identitas. Seseorang yang
berada dalam fase krisis identitas akan menarik diri dari pergaulan,
mengisolasi diri, dan menjauhkan dirinya dari dunia. Dalam proses
eksperimen peran, remaja mencoba untuk menyesuaikan diri dengan
beragam situasi yang ada sesuai dengan keinginannya. Banyak orang tua
yang marah dan bingung ketika sang anak tidak lagi menuruti kemauannya,
padahal dalam beberapa situasi itulah sang anak berusaha mencari identitas
dirinya dengan melakukan eksperimen peran.
2. Empat Status Identitas
James Marcia (dalam Santrock:2016) menyebutkan bahwa proses
perkembangan identitas dalam menyelesaikan krisis identitas memiliki
empat tahap yaitu difusi identitas, penyitaan identitas, moratorium identitas,
dan pencapaian identitas.
a) Difusi identitas merupakan keadaan ketika remaja belum mengalami
krisis identitas dan belum membuat komitmen apapun
b) Penyitaan identitas merupakan keadaan ketika remaja telah membuat
komitmen tetapi belum mengalami krisis identitas
c) Moratorium identitas merupakan keadaan ketika remaja berada pada
fase krisis identitas tetapi belum membuat komitmen yang jelas
terhadap suatu identitas
d) Pencapaian identitas merupakan keadaan ketika remaja mengalami
krisis identitas dan telah membuat komitmen mengenai bagaimana
dirinya.

C. Identitas Etnik
Identitas etnik adalah aspek dari diri yang meliputi rasa keanggotaan
pada suatu kelompok etnis dengan sikap dan perasaan yang terkait pada
kelompok tersebut. Dengan demikian, bagi remaja dari kelompok etnis
minoritas, proses pembentukan identitas memiliki dimensi tambahan: pilihan
antara dua atau lebih sumber identifikasi kelompok etnis mereka sendiri dan
budaya mayoritas. Banyak remaja menyelesaikan pilihan ini dengan
mengembangkan identitas bikultural. Artinya, mereka mengidentifikasi dalam
beberapa hal dengan kelompok etnis mereka dan dengan mengikuti cara
budaya mayoritas. Banyak kelompok etnis minoritas yang mengalami
diskriminasi dan stereotip saat mereka berinteraksi dengan orang lain yang
berasal dari etnis mayoritas. Waktu merupakan aspek yang mempengaruhi
identitas etnik, indikator identitas sering berubah seiring dengan berjalannya
waktu
Peneliti menyebutkan bahwa identitas etnis yang positif dapat
memberikan hasil positif untuk remaja dengan etnis minoritas. Hal tersebut
meliputi:
 Identitas etnis remaja dikaitkan dengan harga diri yang tinggi,
hubungan yang positif, motivasi akademik, dan tingkat depresi yang
lebih rendah
 Memiliki identitas etnis yang positif membantu menyangga beberapa
efek negatif dari diskriminasi yang dialami oleh remaja
 Warisan etnis positif remaja dikaitkan dengan harga diri yang lebih
tinggi, keterhubungan sekolah, dan fungsi sosial
 Eksplorasi merupakan aspek penting dalam membangun rasa aman
terhadap identitas etnis seseorang yang terkait dengan sikap positif
terhadap kelompok sendiri dan kelompok lain
 Sosialisasi budaya dikaitkan dengan harga diri yang lebih tinggi
melalui jalur sentralitas etnis
 Identitas etnis dikaitkan dengan penyesuaian pada remaja terutama
dengan menumbuhkan rasa makna yang positif
D. Perkembangan Religi dan Spiritual pada remaja

Sebuah studi perkembangan mengungkapkan bahwa religiusitas


menurun dari usia 14 menjadi 20 tahun di Amerika Serikat (Koenig,
McGue, & Iacono, 2008) (lihat Gambar 7). Dalam penelitian ini,
religiusitas dinilai dengan item-item seperti frekuensi beribadah, frekuensi
membahas ajaran agama, frekuensi memutuskan tindakan moral karena
alasan agama, dan pentingnya agama secara keseluruhan dalam kehidupan
sehari-hari.

Agama juga berperan dalam kesehatan remaja dan apakah mereka


terlibat dalam perilaku bermasalah (Salas-Wright & lainnya, 2012).
Sebuah meta-analisis baru-baru ini menemukan bahwa spiritualitas/
religiusitas berhubungan positif dengan kesejahteraan, harga diri, dan tiga
dari Lima besar faktor kepribadian (kesadaran, persetujuan, keterbukaan)
(Yonker, Schnabelrauch, & DeHaan, 2012) . Dalam metaanalisis ini,
spiritualitas/agama berhubungan negatif dengan perilaku berisiko dan
depresi. Dalam sampel acak nasional lebih dari 2.000 anak berusia 11
hingga 18 tahun, mereka yang religiusitasnya lebih tinggi cenderung tidak
merokok, minum alkohol, menggunakan ganja, membolos dari sekolah,
terlibat dalam kegiatan nakal, dan mengalami depresi. adalah rekan-rekan
mereka yang religiusitasnya rendah (Sinha, Cnaan, & Gelles, 2007).
Perubahan perkembangan yang terjadi antara lain:

1. Perubahan kognitif

Banyak perubahan kognitif yang dianggap mempengaruhi


perkembangan agama melibatkan teori perkembangan kognitif Piaget.
Lebih daripada di masa kanak-kanak, remaja berpikir abstrak, idealis, dan
logis. Peningkatan pemikiran abstrak memungkinkan remaja
mempertimbangkan berbagai ide tentang konsep agama dan spiritual. .
Meningkatnya idealisme remaja memberikan landasan untuk berpikir
tentang apakah agama adalah jalan terbaik untuk menciptakan dunia yang
lebih baik dan lebih ideal. Dan peningkatan penalaran logis remaja
memberi mereka kemampuan untuk mengembangkan hipotesis dan secara
sistematis memilah jawaban yang berbeda untuk pertanyaan spiritual
(Good & Willoughby, 2008).

2. Identitas
Selama masa remaja dan masa dewasa baru, terutama masa dewasa
yang baru muncul, perkembangan identitas menjadi fokus utama (Erikson,
1968; Kroger, 2015). Remaja dan orang dewasa yang baru muncul mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti ini: “Siapakah saya?” "Apa
yang saya semua tentang sebagai pribadi?" “Hidup seperti apa yang ingin
saya jalani?” Sebagai bagian dari pencarian identitas, remaja dan orang
dewasa yang baru muncul mulai bergulat dengan cara yang lebih canggih
dan logis dengan pertanyaan seperti “Mengapa saya ada di planet ini?”
“Apakah benar-benar ada Tuhan atau makhluk spiritual yang lebih tinggi,
atau apakah saya hanya mempercayai apa yang orang tua dan gereja
tanamkan dalam pikiran saya?” “Apa sebenarnya pandangan agama saya?”
Satu studi menemukan bahwa integrasi identitas mahasiswa, yang
didefinisikan sebagai "sejauh mana nilainilai moral seseorang telah
terintegrasi ke dalam identitas," terkait dengan orientasi keagamaan
intrinsik, didefinisikan sebagai "motivasi seseorang untuk terlibat dalam
praktik keagamaan," dan altruisme yang dilaporkan sendiri (Maclean,
Walker, & Matsuba, 2004).
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Konsep diri merupakan cara pandang seseorang terhadap diri sendiri yang
meliputi segala aspek fisik maupun psikis. Pemahaman diri pada masa remaja
bersifat kompleks dan melibatkan beberapa aspek seperti kemungkinan diri,
diferensiasi, kesadaran diri dan perlindungan diri. Identitas diri adalah keyakinan
diri seseorang mengenai siapa dirinya. Sehingga seseorang perlu mengenali dan
memahami dirinya terlebih dahulu untuk mengetahui identitas diri. Identitas etnik
adalah aspek dari diri yang meliputi rasa keanggotaan pada suatu kelompok etnis
dengan sikap dan perasaan yang terkait pada kelompok tersebut. Agama juga
berperan dalam kesehatan remaja yang berhubungan positif dengan kesejahteraan,
harga diri, dan tiga dari Lima besar faktor kepribadian (kesadaran, persetujuan,
keterbukaan)

Saran
Diharapkan bagi teman-teman untuk mencari sumber-sumber lain
mengenai pengembangan konsep diri pada remaja untuk menambah pengetahuan
baru dan tidak hanya berpatokan pada makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rosda Karya

Mudjiran, dkk. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Padang: UNP Press.

Santrock. (2006). Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup . Jakarta:


Erlangga

Santrock, John W. 2016. Adolescence 8th. UK: McGraw-Hill Education

Anda mungkin juga menyukai