Tanpa Judul 5
Tanpa Judul 5
``KEWENANGAN DAERAH´´
Disusun Oleh :
Nama : Anjas Martha Sagita
NIM : D1AO17034
Kelas : A2
Fakultas Hukum
Universitas Mataram
2020/2021
BAB I
Latar Belakang
Lembaga Pemerintahan Daerah (PEMDA) adalah organisasi yang diberikan
kekuasaan dari Pemerintah Pusat, melaksanakan dan mengatur kepentingan bangsa dan
negara di suatu daerah yang mempunyai sistem atau aturan yang terstruktur secara rinci
sehingga dalam pelaksanaanya Pemerintah Daerah mempunyai pedoman aturan untuk
menyelenggarakan pemerintahan tersebut. Berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun
2006 Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem
dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Lembaga pemerintahan
di bentuk untuk melayani dan mengayomi masyarakat luas, salah satunya dengan
adanya pembangunan-pembangunan di daerah-daerah tidak hanya kota besar saja. Yang
bertujuan untuk memajukan setiap daerah yang menjadi kewenangan Pemerintah
Daerah. Demi mewujudkan kemajuan tersebut Pemerintah Pusat memberikan
wewenang kepada Pemerintah Daerah untuk melakukan otonomi daerah, tentunya
dengan diberikan kewenangan tersebut Pemerintah Daerah tidak ada batasan untuk
melakukan kegiatan pembangunan atau pemerintahan.
Dengan adanya Undang- undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian menjadi
UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah, dan Undang-undang Nomor 25
Tahun 1999 yang kemudian menjadi UU No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan
keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Penerapan perimbangan keuangan
antara pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah di Indonesia tercermin dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik juga didasarkan atas azas
desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Berdasarkan UU No.32 Tahun
2004 pengertian Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakasa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat (Suparmoko, 2002:18). Dengan adanya program tersebut daerah
memilki kewenangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri termasuk jumlah macam
dan bagaimana Pemerintah Daerah memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai
dengan kebutuhan masing-masing. Otonomi daerah bertujuan agar pengaturan
pemerintahan tidak hanya dilakukan pada Pemerintah Pusat, oleh sebab itu otonomi
daerah dilakukan agar Pemerintah Daerah dapat memiliki atau memenuhi haknya
sehingga pemerintahan dan pembangunan di setiap daerah dapat berjalan lancar sesuai
yang di
targetkan. Selain itu dengan adanya otonomi daerah pemerintahan setiap daerah dapat
mengukur berapa besar kebutuhan yang diperlukan di daerah tersebut terutama daerah-
daerah yang mempunyai kebutuhan yang khusus atau lebih banyak. Hal ini tentunya
memudahkan Pemerintah Pusat untuk meninjau setiap daerah di setiap provinsi di
Indonesia. Adanya otonomi daerah juga menuntut pemerintah untuk mengatur keuangan
dengan mandiri, dengan adanya hal tersebut maka Pemerintah Daerah tidak akan
bergantung lagi pada bantuan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi.
Kewajiban Pemerintah Pusat untuk memenuhi kebutuhan setiap daerah menjadi lebih
ringan sebab kewajiban tersebut sudah dialihkan kepada Pemerintah Daerah. Adanya
desentralisasi sebagai perwujudan dari otonomi daerah yang mempunyai arti bahwa
segala urusan, tugas dan wewenang diberikan kepada Kepala Daerah untuk mengurus
sendiri segala urusan yang terkait dengan pemerintahan dan urusan masyarakat setempat
dengan tidak mengabaikan peraturan perundang-undangan. Otonomi daerah
menggunakan prinsip otonomi yang seluas-luasnya, mempunyai artian Pemerintah
Daerah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah
diluar urusan Pemerintah Pusat.
BAB II
Pembahasan
Lebih jauh lagi Pasal 9 UU No. 22 Tahun 1999 mengatur kewenangan propinsi sebagai
daerah otonom dan sebagai wilayah administrasi. Kewenangan tersebut meliputi:
1. Kewenangan dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten dan
kota, serta kewenangan dalam bidang pemerintahan tertentu lainnya,
2. Kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan oleh daerah kabupaten/
kota.
3. Sebagai wilayah administrasi mencakup kewenangan dalam bidang
pemerintahan yang dilimpahkan kepada gubernur selaku wakil pemerintah
pusat.
Selain kewenangan-kewenangan umum yang telah disebutkan diatas, bagi
daerah
kabupaten dan daerah kota diwajibkan menyelenggarakan kewenangan wajib sebagai
berikut: (1) pekerjaan umum; (2) kesehatan; (3) pendidikan dan kebudayaan; (4)
pertanian; (5) perhubungan; (6) industri dan perdagangan; (7) penanaman modal; (8)
lingkungan hidup; (9) pertanahan; (10) koperasi; dan (11) tenaga kerja.
Untuk daerah kota disamping kewajiban diatas juga diwajibkan untuk menyediakan
kebutuhan utilitas kota sesuai kondisi dan kebutuhan kota yang bersangkutan, utilitas
kota ini antara lain: (1) pemadam kebakaran; (2) kebersihan; (3) pertamanan; dan (4)
tata kota .
Kewenangan daerah kabupaten dan daerah kota diatas berlaku juga di kawasan otorita
yang terletak
didaerahnya. Kawasan otorita yang dimaksud meliputi: (1) badan otorita; (2) kawasan
pelabuhan; (3) kawasan bandar udara; (4) kawasan perumahan; (5) kawasan industri; (6)
kawasan perkebunan; (7) kawasan pertambangan; (8) kawasan kehutanan; (9) kawasan
pariwisata; (10) kawasan jalan bebas hambatan; (11) kawasan lain yang sejenis.
Selain itu, berbagai kewenangan yang dipunyainya daerah juga dapat ditugasi
oleh pusat untuk membantu melaksanakan kewenangan yang seharusnya dilaksanakan
oleh pusat (Tugas Pembantuan). Untuk penugasan ini undang-undang mensyaratkan
harus disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Dalam
pelaksanaannya daerah wajib melaporkan dan mempertanggungjawabkannya kepada
pemerintah pusat.
Oleh karena itu desentralisasi dan otonomi daerah sebagaimana dirumuskan dalam UU
No. 22 Tahun 1999 secara eksplisit merupakan kewenangan yang dimiliki pemerintah
daerah untuk mengurus dan mengelola berbagai urusan penyelenggaraan pemerintahan
di daerah bagi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Karenanya
pemerintah daerah harus menjadikan otonomi daerah dan desentralisasi sebagai modal
awal bagi upaya peningkatan pelayanan masyarakat dan pembangunan daerah yang
berorientasi untuk kepentingan daerah. Sehingga paradigma "pembangunan di daerah"
akan berubah menjadi "pembangunan daerah", di daerah, oleh daerah, untuk
kepentingan daerah.
Di masa depan hanya program pembangunan yang memiliki karakter
kepentingan nasional (national interest) atau bersifat strategis nasional (national
strategic) yang masih tetap akan dilakukan oleh pemerintah pusat guna memelihara
kepentingan nasional dalam rangka negara kesatuan. Salah satu contoh dari upaya pusat
didalam kegiatan ini adalah pelaksanaan program pembangunan infrastruktur lintas
wilayah dalam rangka meningkatkan arus sumber daya lintas wilayah, dan program-
program di berbagai bidang dalam rangka pemerataan pembangunan antar wilayah,
antar daerah, dan antar kelompok.
Urusan-urusan dan wewenang yang sudah diserahkan kepada daerah
kabupaten/kota kegiatannya tidak akan diusulkan ke pusat melalui propinsi.
Kegiatankegiatan yang sudah menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota cukup
dikoordinasikan di tingkat kabupaten/kota bagi kelurahan/desa dan kecamatan yang ada
di wilayahnya. Sedangkan usulan kegiatan yang mencakup lintas kabupaten atau kota
dan atau bersifat strategis propinsi cukup dibahas ditingkat propinsi. Usulan kegiatan
yang mencakup lintas propinsi dan atau bersifat kepentingan nasional dapat diusulkan
dan dibahas ditingkat nasional. Forum "Konasbang" didalam masa transisi dan dimasa
depan diharapkan akan lebih sederhana, bersifat konsultasi dan koordinasi sebagai
upaya pemadu-serasian antara perencanaan makro dan perencanaan regional serta
daerah. Usulan yang dibahaspun akan semakin sedikit jumlahnya. Pendanaan
pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan di daerah, mekanisme dan dasar
pengalokasiannyapun akan berubah sesuai dengan jiwa UU No. 25/1999. Dana transfer
dari pusat yang berupa alokasi umum akan bersifat "block grant", yang besarannya
untuk setiap daerah sudah tetap dan baku sesuai dengan formula yang saat ini sedang
dirumuskan. Dengan demikian pada setiap akhir tahun anggaran yang berjalan daerah
dapat memperkirakan berapa dana yang akan diterimanya dari pusat sebagai dana
alokasi umum.
BAB III
Kesimpulan
Dengan akan segera diterbitkannya berbagai peraturan pelaksanaan atas UU
No.22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999, maka pelaksanaan desentralisasi dan
otonomi daerah dapat segera dilakukan. Namun demikian persiapan untuk pelaksanaan
di daerah seyogyanya segera dimulai tanpa menunggu terbitnya peraturan tersebut.
Desentralisasi dan perluasan otonomi daerah adalah suatu kesempatan yang baik bagi
penyelenggara pemerintahan di daerah dalam menunjukan kinerjanya melayani
masyarakat dan sekaligus juga merupakan tantangan bagi daerah untuk meningkatkan
diri didalam menghadapi pelaksanaannya. Sehingga melalui desentralisasi dan
perluasan otonomi daerah akan dihasilkan suatu penyelenggraan pemerintahan di daerah
yang bersifat melayani masyarakat, efisien, demokratis, aspiratif, responsif, terbuka dan
bertanggung jawab.Pembagian kewenangan tersebut diatas telah memenuhi: 1)kriteria
eksternalitas (mempertimbangkan dampak/akibat yang ditimbulkan dari suatu
penyelenggaraan urusan pemerintahan); apabila dampak yang ditimbulkan bersifat lokal
maka urusan pemerintahan tersebut menjadi kewenangan kabupaten/kota, apabila
dampaknya bersifat regional maka menjadi kewenangan provinsi, dan apabila
dampaknya bersifat nasional maka menjadi kewenangan pemerintah. 2)kriteria
akuntabilitas bahwa tingkat pemerintahan yang menangani sesuatu bagian urusan adalah
tingkat pemerintahan yang lebih langsung/dekat dengan dampak/akibat dari urusan yang
ditangani tersebut; sehingga akuntabilitas penyelenggaraan bagian urusan pemerintahan
tersebut kepada masyarakat akan lebih terjamin. 3)kriteria efisiensi; yaitu pembagian
kewenangan urusan pemerintahan yang mempertimbangkan tersedianya sumber daya
(personil, dana, dan peralatan) untuk mendapatkan ketepatan, kepastian, dan kecepatan
hasil yang harus dicapai dalam penyelenggaraan bagian urusan; artinya apabila suatu
bagian urusan dalam penanganannya dipastikan akan lebih berdaya guna dan berhasil
guna dilaksanakan oleh provinsi dan/atau kabupaten/kota dibandingkan apabila
ditangani oleh pemerintah maka bagian urusan tersebut diserahkan kepada provinsi
dan/atau kabupaten/kota
Daftar Pustaka :
http://www.gresnews.com/berita/tips/108542-kewenangan-pemerintah-daerah/
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah, Jakarta 1999.