Anda di halaman 1dari 164

STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DAN POST


OPERASI PADA NY “N” P 3 A 0 DENGAN PLASENTA
PREVIA TOTALIS DI RSUD DEPATI BAHRIN
TAHUN 2019

OLEH:
UTAMI PURNAMA NINGSIH
NIM : 0916012

AKADEMI KEBIDANAN SUNGAILIAT BANGKA


PROGRAM DIPLOMA III KEBIDANAN
TAHUN 2019
STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DAN POST


OPERASI PADA NY “N” P 3 A 0 DENGAN PLASENTA
PREVIA TOTALIS DI RSUD DEPATI BAHRIN
TAHUN 2019

Studi Kasus Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Memperoleh Gelar


AHLI MADYA KEBIDANAN

OLEH:
UTAMI PURNAMA NINGSIH
NIM : 0916012

AKADEMI KEBIDANAN SUNGAILIAT BANGKA


PROGRAM DIPLOMA III KEBIDANAN
TAHUN 2019

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Studi Kasus Yang Berjudul

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DAN POST


OPERASI PADA NY “N” P 3 A 0 DENGAN PLASENTA
PREVIA TOTALIS DI RSUD DEPATI BAHRIN
TAHUN 2019

Telah disetujui untuk dianjurkan dihadapan Tim Penguji Studi Kasus


Akademi Kebidanan Sungailiat Bangka Pada :

Hari :
Tanggal : Juni 2019

Pembimbing I, Pembimbing II,

(Nurita, S.ST., M.Kes) (Megawati, S.ST., M.Kes)

Mengetahui,
Direktur Akademi Kebidanan Sungailiat Bangka

(Nurita, S.ST., M.Kes)

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Studi kasus yang berjudul : “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dan Post

Operasi Pada Ny “N” P 3 A 0 Dengan Plasenta Previa Totalis Di Rsud Depati

Bahrin Tahun 2019”, Telah dipertahankan oleh Utami Purnama Ningsih, NIM :

1916012 dihadapan Tim Penguji Studi Kasus Akademi Kebidanan Sungailiat Bangka

pada hari ….. tanggal ….. dan diharapkan masukan tim penguji.

Nama Penguji Tanda Tangan

1. Rosmawati, SKM.,M.Kes ( )

2. Nurita, S.ST.,M.Kes ( )

3. Megawati, S.ST.,M.Kes ( )

Mengetahui

Direktur Akademi Kebidanan Sungailiat Bangka

(Nurita,S.ST.,M.Kes)

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO
Serumit apapun persoalan hidup mu, seberat apapun beban yang kau pikul.
Percayalah, kerja keras dan semangat pantang menyerah adalah kunci dari
sebuah kesuksesan.

Persembahan
Dengan Mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmatnya akhirnya saya dapat menyelesaikan Studi Kasus Ini dan akan Saya
persembahakan untuk:
1. Ibu Asnawati Dan Bapak Makmun Iskandar dan keluarga besar saya yang
telah memberi kekuatan, doa, semangat dan dukungan dalam menyelesaikan
studi kasus ini.
2. Teman-Teman Angkatan IX semoga kita sukses Kedepannya,Amin.
3. Teman satu Bimbingan (Desi Aryani) Terimakasih Kebersamaan nya.
4. Untuk Teman-Teman Khusus nya Maghdalia dan Nurhandayani Tri Ayu,
terimakasih atas suka dan duka selama 3 tahun ini.
5. Untuk Dosen Pembimbing I (Nurita,S.ST.M.Kes.) Dan Pembimbing II
(Megawati S.ST,M.Kes) Terima kasih atas dukungan dan bimbingan nya.

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Utami Purnama Ningsih

Nomor Induk Mahasiswa : 09.16.012

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal lahir : Sungailiat, 04 Agustus 1998

Agama:Islam

Nama Orang Tua

- Ayah : Makmun Iskandar

- Ibu : Asnawati

Anak ke : 1 dari 2 bersaudara

Alamat : Jl.jendral Sudirman Parit Padang Kec.

Sungailiat Kab. Bangka

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri 15 Sungailiat : Lulus Tahun 2010

2. SMP Negeri 5 Sungailiat: Lulus Tahun 2013

3. SMK Kesehatan Mutiara Mandiri Sugailiat: Lulus Tahun 2016

4. D III Kebidanan Akbid Sungailiat Bangka: Lulusan Tahun 2019

vi
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Puji dan syukur saya panjatkan dengan segala kebesaran-Nya yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Studi

Kasus yang berjudul “ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DAN

POST OPERASI PADA NY “N” P 3 A 0 DENGAN PLASENTA PREVIA

TOTALIS DI RSUD DEPATI BAHRINTAHUN 2019”, sebagai persyaratan

pemenuhan tugas semester VI untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Akademi

Kebidanan Sungailiat Bangka.

Pada kesempatan ini saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu dr.Hj.Erma Lizani, selaku ketua Yayasan Mutiara Mandiri Sungailiat

Bangka

2. Ibu Nurita, SST.,M.Kes, Selaku Direkter Akademi Kebidanan Sungailiat

Bangka, sekaligus Dosen Pembimbing I Saya pada Studi Kasus ini.

3. Ibu Megawati S.ST.,M.Kes Selaku Pembimbing II.

4. Ibu Rosmawati SKM.,M.Kes selaku Penguji.

5. Bapak Drg. Mulyono Susanto,M.H.S.M selaku kepala Dinas Kesehatan

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

6. Ibu Dr. Tjen Suryani MM. selaku kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

Bangka.

vii
7. Direktur RSUD Depati Bahrin Sungailiat Dr.Jasminar dan seluruh pegawai

RSUD Depati Bahrin Sungailiat Bangka yang telah membantu dalam

penyusunan Proposal Studi Kasus ini dimulai dari pengumpulan data dan

tugas akhir.

8. Seluruh dosen dan TU Akademi Kebidanan Sungailiat Bangka yang telah

membantu dalam pembuatan Studi Kasus ini.

9. Kedua orang tua yang telah mendukug dalam pembuatan studi kasus ini.

10. Teman-teman satu angkatan IX yang telah membantu dalam pembuatan studi

kasus ini.

Dalam penyusunan Studi Kasus ini, Peneliti menyadari masih adanya

kekurangan baik dari sisi isi maupun penulisan sehingga kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat diperlukan, guna kesempurnaan selanjutnya dimasa

yang akan datang.

Akhir kata saya mengharapkan semoga Studi Kasus ini dapat bermanfaat

bagi setiap pembaca, sehingga dapat memberikan inspirasi yang positif.

Sungailiat, Juni 2019

Pengkaji

(Utami Purnama Ningsih)

viii
DAFTAR ISI

HALAM JUDUL ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
MOTT DAN PERSEMBAHAN v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GRAFIK xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 10
C. Tujuan Penelitian 10
1. Tujuan Umum 10
2. Tujuan Khusus 10
D. Ruang Lingkup 11
E. Manfaat Penelitian 12
1. Bagi Institusi Pendidikan 12
2. Bagi Pengkaji 12
3. Bagi Pasien 12
4. Bagi Lahan Praktik 12
F. Metode Pengolahan Data 13
1. Metode Pengkajian 13
2. Metode Pengumpulan Data 14
G. Sistematika Penulisan 15

ix
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Persalinan
1. Pengertian Persalinan 17
2. Tahapan Persalinan 18
3. Tanda-Tanda Persalinan 18
4. Bentuk Persalinan 20
5. Tujuan Asuhan persalinan 21
B. Plasenta Previa
1. Pengertian 21
2. Etiologi 22
3. Diagnosis 25
4. Patofisiologi 28
5. Klasifikasi 33
6. Gambaran Klinik 35
7. Komplikasi 36
8. Penatalaksanaan 37
9. Sectio Caesarea 47
C. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
1. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan ........................................ 48
a. Pengertian SOAP .................................................................. 48
b. Tujuan catatan SOAP............................................................. 48
c. Manfaat Catatan SOAP ......................................................... 49
d. Tahap-tahap Manajemen SOAP ........................................... 49
e. Langkah-langkah Manajemen ............................................. 50
D. Landasan Hukum yang Mendasari Asuhan Kebidanan
1. Kompetensi 60
2. Izin dan Penyelenggara Praktik Bidan 62
BAB III TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian........................................................................................ 86

x
a. Data Subjektif............................................................................. 86
b. Data Objektif............................................................................... 88
2. Asuhan Kebidanan........................................................................... 92
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................ 130

BAB V PENUTUP........................................................................................ 142


a. Kesimpulan...................................................................................... 142
b. Saran ............................................................................................... 144

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah kematian Ibu Menurut Faktor penyebab kematian

di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016 6

Tabel 1.2 Jumlah Kematian Ibu Menurut Faktor Penyebab Kematian

di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2017 7

Tabel 1.3 Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) Bersalin di

Dinas Kesehatan Kab. Bangka Tahun 2016-2018 8

Tabel 1.4 Jumlah keseluruhan Ibu bersalin di RSUD Depati Bahrin

Tahun 2016–2018 9

xii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Jumlah keseluruhan Ibu bersalin di RSUD Depati Bahrin

Sungailiat Tahun 2016-2018 9

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Surat Izin Mencari Data di RSUD Depati Bahrin

Lampiran II Surat Permohonan Izin Mencari Data Dinkes

Lampiran III Surat Balasan dari Pihak RSUD Depati Bahrin

Lampiran IV Surat Balasan dari Pihak Dinkes Kabupaten Bangka

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut laporan dari WHO, kematian ibu umumnya terjadi akibat

komplikasi saat, dan pasca kehamilan. Adapun jenisjenis komplikasi yang

menyebabkan mayoritas kasus kematian ibu sekitar 75% dari total kasus

kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, tekanan darah tinggi saat kehamilan,

komplikasi persalinan, dan aborsi yang tidak aman (WHO, 2014).

Untuk kasus Indonesia sendiri, berdsarkan data dari Pusat Kesehatan dan

Informasi Kemenkes (2014) penyebab utama kematian ibu dari tahun 2010-2013

adalah perdarahan (30,3% pada tahun 2013) dan hipertensi (27,1% pada tahun

2013). Hal ini sangat ironis, mengingat berbagai penyebab kematian ibu di atas

sebenarnya dapat dicegah, jika sang ibu mendapatkan perawatan medis yang

tepat (Kemenkes, 2014).

Menurut Word Health Organization (WHO, 2010) kematian ibu adalah

kematian seorang perempuan dalam masa hamil atau dalam 42 hari setelah

kehamilan berakhir dengan sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan

tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan.Pada tahun 2013 AKI

didunia sebesar 210 kematian per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di negara

berkembang 14 kali lebih tinggi bila dibandingkan negara maju, yaitu 230 per

100.000 kelahiran (WHO, 2014).


2

Berdasarkan laporan WHO (2014), kematian ibu di dunia disebabkan pre-

eklamsi 28%, perdarahan 27%, eklampsi 14%, aborsi tidak aman 8%, infeksi

11%, penyulit persalinan 9%, dan emboli 14%. Menurut Profil Kesehatan

Indonesia (2012) kasus obstetrik terbanyak (56,06%) disebabkan oleh penyulit

kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya diikuti dengan kehamilan yang

berakhir abortus (26%). Penyebab kematian terbesar adalah pre eklampsi dan

eklampsi dengan case fatality rate (CFR) 2,35%, proporsi kasusnya 49 % dari

keseluruhan kasus obstetri.

Menurut kementrian kesehatan RI tahun 2010, tiga faktor utama

kesehatan ibu melahirkan adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi terdiri

atas solusio 11%. Pada sebuah laporan oleh chikaki, dkk disebutkan perdarahan

obstetrik yang sampai menyebabkan kematian maternal terdiri atas solusio

plasenta 19%, koagulopati 14%, robekan jalan lahir termasuk ruptur uteri 16%,

plasenta previa 7% dan plasenta akreta atau inkreta dan perkreta 6% dan atonia

uteri (Prawirohardjo, Sarwono. 2009).

Kasus perdarahan sebagai penyebab utama kematian ibu dapat terjadi

pada masa kehamilan, persalinan dan masa nifas. Salah satu penyebab

perdarahan tersebut adalah plasenta previa yaitu plasenta yang berimplementasi

pada segmen bawah rahim (SBR) sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh

atau sebagian dari Ostium Uteri Internum (OUI). Pada beberapa rumah sakit

umum pemerintah angka kejadian plasenta previa berkisar 1,7% sampai 2,9%,
3

sedangkan di negara maju kejadiannya lebih rendah yaitu <1% (Prawirohardjo,

Sarwono, 2008).

Penyebab terjadinya plasenta previa secara pasti sulit ditentukan namun

ada beberapa faktor yang meningkatkan terjadinya plasenta previa seperti jarak

kehamilan, paritas tinggi dan usia diatas 35 tahun (Prawirohardjo, Sarwono.

2008). Menurut hasil penelitian wardana (2002), plasenta terjadi 1,3 lebih sering

pada ibu yang sudah beberapa kali melahirkan (multipara) dari pada ibu yang

baru pertama kali melahirkan (primipara). Semakin tua umur ibu maka

kemungkinan untuk mendapatkan plasenta previa lebih besar. Pada ibu yang

melahirkan dalam usia 40 tahun berisiko 2,6 kali untuk terjadinya plasenta previa

(Santoso, 2006). Plasenta previa juga sering terjadi pada kehamilan ganda dari

pada kehamilan tunggal.

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada

tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim (SBR) sehingga menutupi

sebagian atau seluruh permukaan jalan lahir (Ostium uteri Internum) dan oleh

karenanya bagian terendah sering kali terkendala memasuki pintu atas panggul

(PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam lahir. Pada keadaan normal

plasenta umumnya terletak di corpus uteri bagian depan atau belakang agak ke

arah fundus uteri (Sarwono, 2008).

Sejalan dengan bertambah besarnya segmen bawah rahim (SBR) ke arah

proksimalme mungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah

rahim (SBR) ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim (SBR)
4

seolah plasenta tersebut berimigrasi. Ostium Uteri yang secara dinamik mendatar

dan meluas dalam persalinan kala I bisa mengubah luas permukaan serviks yang

tertutup oleh plasenta (Sarwono, 2009).

Plasenta previa adalah plasena yang menutupi ostium uteri internum baik

sepenuhnya atau sebagian atau meluas up dekat dengan leher rahim yang

menyebabkan perdarahan saat serviks berdilatasi (Hull et al.,2014)

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada

tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian

atau seluruh pembukaan jalan lahir (Mochtar, 1998).

Plasenta previa merupakan salah satu penyebab perdarahan antepartum.

Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam yang terjadi pada

kehamilan diatas 28 minggu (Manuaba, 2014).

Prevalensi Plasenta Previa di Negara maju berkisar antara 0,26%-2,06%

dari seluruh jumlah kehamilan. Sedangkan di Indonesia dilaporkan oleh beberapa

peneliti berkisar antara 2,4%-3,56% dari seluruh kehamilan. Angka kejadian

Plasenta Previa relatif tetap 3 dekade, yaitu rata-rata 0,36%-0,37%, tetapi pada

decade selanjutnya angka kejadian meningkat menjadi 0,48%, mungkin

disebabkan karena meningkatnya faktor resiko terjadinya Plasenta Previa seperti

umur ibu yang semakin tua, kelahiran secara bedah sesar, paritas yang tinggi

serta Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Angka

Kematian Ibu (AKI) akibat persalinan di Indonesia masih tinggi yaitu

2008/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 26/1.000


5

kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2013). Angka Kematian Ibu merupakan salah

satu indikator untuk melihat derajat kesejahteraan perempuan dan target yang

telah ditentukan dalam tujuan pembangunan Millennium Development Goals

(MDGs) tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan

dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko 2 jumlah

kematian ibu atau 102/100.000 kelahiran hidup, maka dari itu upaya untuk

mewujudkan target tersebut masih membutuhkan komitmen dan usaha keras

yang terus menerus (Kemenkes RI, 2013).

Plasenta previa yaitu plasenta yang tumbuh di tempat yang rendah di

daerah penipisan-pembukaan pada segmen bawah rahim. Karena itu, plasenta

terletak lebih rendah dari janin (mendahului letak janin) dan dapat menghalangi

pelahiran pervaginam (Benson, 2008).

Menurut FK. UNPAD. 1996, plasenta previa adalah plasenta yang

implantasinya tidak normal, rendah sekali sehingga menutupi seluruh atatu

sebagian ostium internal. Angka kejadian plasenta previa adalah 0,4-0,6 % dari

keseluruhan persalinan.

Plasenta previa adalah keadaaan dimana plasenta berimplantasi pada

tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian

atau seluruh pembukaan jalan lahir (Ostium Uteri Internal) (Rustam mochtar,

1998).

Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen

bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
6

lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak di bagian atas uterus (Hanifa

Winkjosastro, 2005). Hasil penelitian Yang et al. Tahun 2008 menunjukkan

sekitar 0,33% ibu hamil ras kulit putih mengalami plasenta previa, sedangkan

pada ibu hamil ras kulit hitam sekitar 0,30% yang mengalami plesenta previa.

Frekuensi plasenta previa di Cina (0,56%), Jepang (0,51%), Filipina (0,76%),

India (0,45%), Korea (0,59%), Vietnam (0,44%) dan Asia lainnya atau

Kepulauan Pasifik (0,44%) (Yang et al., 2008). Prevalensi plasenta previa di

Indonesia pada tahun 2005 adalah 2,77% dan 0,85% diantaranya meninggal

(Kemenkes RI, 2007).

Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada

tahun 2016 sebanyak 24 orang menurun dari Tahun 2015 sebanyak 31 orang.

Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan, ekslampsia, infeksi dan lain-

lain (Profil Dinkes Prov. Kep. Bangka Belitung Tahun 2016).

Tabel 1.1
Jumlah Kematian Ibu Menurut Faktor Penyebab Kematian di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016
No Kab/Kota Kematian Ibu
Perdarahan HDK Infeksi Lain-Lain Jumlah
1. Bangka 1 3 0 2 6
2. Belitung 1 0 0 3 4
3. Bangka Barat 0 4 0 1 5
4. Bangka Tengah 0 2 0 0 2
5. Bangka Selatan 0 0 0 0 0
6. Belitung Timur 1 0 0 1 2
7. Pangkal Pinang 1 2 0 2 5
Provinsi 4 11 0 9 24
7

Kematian ibu berdasarkan penyebab kematiannya adalah 4 orang atau

16,6% karena perdarahan, 11 orang atau 45,83% karena hipertensi dalam

kehamilan dan 9 orang atau 37,5% karena lain-lain. Kematian ibu paling banyak

terdapat di Kabupaten Bangka sebanyak 6 orang (25% dari total kematian ibu)

dan yang tidak ada kematian terdapat di Kabupaten Bangka Selatan. AKI di

Provinsi Bangka Belitung mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.tahun

2016 Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah

92,23/100.000 kelahiran hidup (Profil Dinkes Prov. Kep. Bangka Belitung Tahun

2016).

Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Bangka Belitung pada tahun

2017 Kematian ibu di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2017 sebanyak

21 orang menurun dari tahun 2016 sebanyak 24 orang (Profil Dinkes Prov. Kep.

Bangka Belitung Tahun 2017).

Tabel 1.2
Jumlah Kematian Ibu Menurut Faktor Penyebab Kematian di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2017
No Kab/Kota Kematian Ibu
Perdarahan HDK Infeksi Lain-Lain Jumlah
1. Bangka 0 1 0 3 4
2. Belitung 2 3 0 1 6
3. Bangka Barat 1 1 0 2 4
4. Bangka Tengah 0 0 0 0 0
5. Bangka Selatan 0 1 0 1 2
6. Belitung Timur 1 0 0 0 1
7. Pangkal Pinang 1 0 0 3 4
Provinsi 5 6 0 10 21
8

Kematian ibu berdasarkan penyebab kematiannya adalah 5 orang atau

23,80% karena perdaraha, 6 orang atau 28,57% karena hipertensi dalam

kehamilan dan 10 orang atau 47,61% disebabkan karena lain-lain. Kematian ibu

paling banyak terdapat di Kabupaten Belitung sebanyak 6 orang (28,67% dari

total kematian ibu) dan yang tidak ada kematian ibu terdapat di Kabupaten

Bangka Tengah (Profil Dinkes Provinsi Bangka Belitung Tahun 2017). AKI di

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Mengalami penurunan dari tahun

sebelumnya .Tahun 2017 Angka Kematian Ibu di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung adalah 82,49/100.000 kelahiran hidup (Profil Dinkes Prov. Kepuluan

Bangka Belitung Tahun 2017).

Munurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka angka kematian ibu

bersalin tahun 2016/2017 secara menyeluruh sebanyak 0% Kasus, pada tahun

2018 kematian ibu berdasarkan penyebab kematian dengan perdarahan sebanyak

5 orang atau 0,07% dari 6.361 kelahiran hidup. Dari data tersebut terjadi

peningkatan pada kematian ibu (Profil Dinkes kabupaten bangka 2016-2018).

Tabel 1.3
Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) Bersalin di Dinas Kesehatan Kab. Bangka
Tahun 2016-2018

No Tahun Jumlah Persentase


1 2016 0 0%
2 2017 0 0%
3 2018 2 0,03 %
Data jumlah keseluruhan ibu bersalin di RSUD Depati Bahrin dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :


9

Tabel 1.4
Jumlah Keseluruhan Ibu Bersalin di RSUD Depati Bahrin Sungailiat Bangka
Tahun 2016-2018.
No. Jumlah Persentase Tahun
1. 128 Ibu Bersalin 11,71% 2016
2. 124 Ibu Bersalin 8,06% 2017
3. 110 Ibu Bersalin 6,36% 2018

Grafik 1.1
Jumlah Keseluruhan Ibu Bersalin Di RSUD Depati Bahrin Sungailiat Bangka
Tahun 2016-2018

12

10

8
11,71%
6 8,06%
6,36%
4

0
Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Berdasarkan Tabel diatas yang diperoleh dari Rekam Medik RSUD Depati

Bahrin Sungailiat Pada Tahun 2016 Jumlah seluruh ibu bersalin 128 jiwa dan yang

menderita plasenta previa 15 jiwa dengan persentasi (11,71%) dan pada Tahun

2017 jumlah seluruh ibu bersalin sebanyak 124 jiwa dan yang menderita plasenta

previa 10 jiwa dengan persentasi (8,06%) Sedangkan pada tahun 2018 jumlah

seluruh ibu bersalin 110 jiwa dan yang menderita plasenta previa 7 jiwa dengan

persentasi (6,36%) (Rekam Medik. RSUD Depati Bahrin).


10

Berdasarkan temuan kasus diatas dapat dilihat bahwa, terdapat kenaikan

terhadap angka Kematian Ibu di Kab. Bangka yang disebabkan dengan

perdarahan. Sehingga pengkaji tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul

“Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dan Post Operasi Pada Ny. N P 3 A 0

Dengan Plasenta Previa Totalis Di RSUD Depati Bahrin Tahun 2019”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas, dengan tingginya angka

kematian ibu di Kabupaten Bangka, maka pengkaji tertarik untuk dapat

merumuskan masalah dan mengintervensi “bagaimana melakukan asuhan

kebidanan pada ibu bersalin dengan Plasenta Previa Totalis”.

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Dapat melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif dan mampu

menggunakan pendekatan manajemen SOAP kedalam di RSUD Depati

Bahrin Sungailiat Bangka.

2. Tujuan Khusus

A. Dapat melaksanakan pengkajian data sebjectif terhadap ibu bersalin

dengan plasenta previa totalis.

B. Dapat melaksanakan pengkajian data Objektif tehadap ibu bersalin dengan

plasenta previa totalis.

C. Dapat melaksanakan pengkajian analisa data dengan melakukan

pengumpulan data pada ibu bersalin dengan plasenta previa totalis.


11

D. Melaksanakan tindakan Asuhan Kebidanan serta Mengevaluasi setia

tindakan yang telah diberikan pada ibu bersalin plasenta previa totalis.

E. Dapat merencanakan dan melaksanakan asuhan pada ibu bersalin dengan

plasenta previa totalis secara efektif dan efesien dan mengevaluasi setiap

tindakan yang telah diberikan sehingga kita bisa memantau kondisi ibu

bersalin dengan plasenta previa totalis.

D. Ruang Liangkup

1. Sasaran

Sasaran dalam study kasus kebidanan ini adalah ibu bersalin dengan

plasenta previa totalis.

2. Tempat

a. Study kasus ini dilaksanakan diruang bersalin RSUD Depati Bahrin

Sungailiat tahun 2019.

b. Tempat Alternatif jika tidak ada kejadian plasenta previa di ruang bersalin

RSUD Depati Bahrin Sungailiat maka saya akan mengkonsultasikan

dengan pembimbing saya apakah bisa untuk melakukan penelitian di RS

yang lain.

3. Waktu

Waktu pelaksanakan study kasus ini dilakukan dari tanggal 06 – 11

Mei 2019 dan dilanjutkan kunjungan rumah pada tanggal 14 – 21 Mei 2019.
12

Studi kasus ini dilakukan dengan pengkajian data, wawancara dan tatalaksana

kasus menggunakan SOAP.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil studi kasus ini, dapat di gunakan sebagai bahan/materi

proses belajar yang dapat ditingkatkan. Bacaan yang dapat memberi

informasi terbaru serta menjadi sumber referensi. Untuk pengkajian

selanjutnya.

2. Bagi Pengkaji

Dapat digunakan untuk menambah berbagai wawasan dan pengetahuan

tentang penatalaksanaan Ibu Bersalin dengan Plasenta Previa Totalis serta

menerapkan teori yang didapat selama perkuliahan di Akademi Kebidanan

Sungailiat Bangka dan dilahan praktek.

3. Bagi Pasien

Diharapkan dari hasil studi kasus ini pasien dapat melahirkan dengan

keadaan baik dan aman dan tidak dapat dijumpai adanya komplikasi lainnya.

4. Bagi Lahan Praktek

Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan mutu

pelayanan dalam memberikan asuhan kebidanan, khususnya pada kasus

Pasenta Previa totalis di RSUD Depati Bahrin Sungailiat secara

komprehensif, sehingga Angka Kematian Ibu (AKI) dapat diturunkan.

F. Metode Pengolahan Data


13

1. Metode pengkajian

a. Studi kepustakaan

Yaitu pengkaji mempelajari literatur-literatur yang relevan dengan

masalah yang dibahas sebagai dasar teoritis yang digunakan dalam

pembahasan studi kasus ini.

b. Studi kasus

Pengkaji melaksanakan studi kasus pada ibu bersalin dengan Plasenta

Previa Totalis. Dengan menggunakan pendekatan asuhan kebidanan yang

meliputi: pengkajian dan analisa data, merumuskan diagnosa/masalah

aktual dan potensial, melaksanakan tindakan dan mengevaluasi asuhan

kebidanan serta mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan pada ibu

bersalin dengan Plasenta Previa Totalis.

c. Studi Dokumentar

Studi dokumentar merupakan suatu teknik hasil USG, list kontrol.

Pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-

dokumen baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen

yang telah diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan

dipadukan membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh.

Jadi studi dokumen tidak sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau

melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumen

yang dilaporkan.

2. Metode Pengumpulan Data


14

a. Pengamatan

Yaitu dengan melakukan pengamatan perilaku dan keadaan pasien untuk

memperoleh data tentang masalah kesehatan dan tingkat kesehatan pasien.

Melihat perkembangan kondisi pasien apakah sudah dalam keadaan baik

atau belum.

b. Anamnesa

Yaitu digunakan untuk mengumpulkan data, dimana penulis mendapatkan

keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penulis

bercakap-cakap langsung dengan orang tersebut. Dengan dilakukan secara

langsung kepada klien mengenai penyakitnya, dan dilakukan dengan cara

bertanya kepada keluarga atau orang lain.

c. Pengkajian Fisik

Pengkajian yang dapat dipandang sebagai bagian tahap pengkajian pada

proses kebidanan atau tahap pengkajian dan pemeriksaan klinis dari

system pelayanan terintegrasi, yang prinsipnya menggunakan cara-cara

yang sama dengan pengkajian fisik yaitu inspeksi, palpasi, auskultasi dan

perkusi dengan menggunakan format pengkajian.

G. Sistematika penulisan

BAB I :PENDAHULUAN
15

Dalam BAB ini penulis menjelaskan secara singkat mengenai

latar belakang, perumusan masalah, manfaat study kasus,

tujuan study kasus, keaslian study kasus dan sistematika

penulisan.

BAB II :TINJAUAN PUSTAKA

Dalam BAB ini berisi yang pertama tentang konsep dasar

teori plasenta previa yang meliputi pengertian, klasifikasi,

etologi, faktor resiko, patofisiologi, diagnosa, komplikasi,

penangan, dan konsep dasar manajemen kebidanan.

BAB III :TINJAUAN KASUS

Dalam BAB ini berisi tentang jenis study kasus, lokasi study

kasus, subyek study kasus, waktu study kasus, teknik

pengumpulan data, dan alat-alat yang dibutuhkan.

BAB IV :TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

BAB ini menyajikan laporan kasus dengan menggunakan

manajemen kebidanan dengan metode SOAP. Pembahasan

berisi tentang kesenjangan teori praktek yang penulis temukan

sewaktu pengambilan kasus dengan pendekatan asuhan

kebidanan dengan metode SOAP.

BAB V :PENUTUP
16

Berisi tentang kesimpulan dan saran.kesimpulan dirumuskan

untuk menjawab tujuan penulis dan merupakan inti dari

pembahasan penanganan plasenta previa.Saran merupakan

alternatif pemecahan masalah hendaknya bersifat realitas

oprasional yang artinya saran itu dapat dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Persalinan

1. Definisi persalinan

Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta, dan selaput ketuban

keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada

usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya

penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan

menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir

dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi

uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (JNPK-KR, 2013. Pengertian

Persalinan.http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/56829/Cha

pter%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y. Di akses tanggal 2 April 2019).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang cukup bulan dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir

atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan

bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini di mulai dengan

adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks

secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Sulistyawati, 2010.

Hal. 4).
18

Asuhan Persalinan normal adalah suhan Persalinan Normal ini adalah

persalinan bersih dan aman serta untuk mencegah terjadinya komplikasi. Bagi

para bidan yang belum mengenal Asuhan Persalinan Normal dilakukan

adanya pengenalan dan pelatihan APN (Magdalena, 2017. Persepsi Bidan

Tentang Pelaksanaan Program Asuhan Persalinannormal Di Kecamatan

Kota Kudus Jurnal Kebidanan dan Kesehatan. Hal. 83. Vol. 7, No. 1).

2. Tahapan Persalinan

Menurut Ari Sulistyawati (2010) hal. 7 ada empat kala dalam persalinan:

a. Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung sejak adanya kontraksi

dan dilatasi serviks sampai pembukaan 10 cm (pembukaan lengkap).

b. Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan lengkap

sampai bayi lahir.

c. Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta dan

selaput ketuban, setelah kala II yang berlangsung tidak lebih dari 30

menit.

d. Kala IV adalah dimulai dari lahirnya plasenta selama 1 – 2 jam, pada kala

IV dilakukan observasi terhadap perdarahan pasca persalinan, paling

sering terjadi pada 2 jam pertama.

3. Tanda-tanda Persalinan

Menurut Ari Sulistyawati, (2010) hal. 10 , tanda–tanda persalinan sebagai

berikut:
19

a. His persalinan

Karakter dari his persalinan.

1) Pinggang terasa sakit menjalar ke depan.

2) Sifat his teratur, interval makin pendek dan kekuatan makin besar.

3) Terjadi perubahan pada serviks.

4) Jika pasien menambah aktifitasny, misalnya dengan berjalan, maka

kekuatannya bertambah.

b. Pengeluaran Lendir dan Darah

Dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan pada serviks yang

menimbulkan:

1) Pendataran dan pembukaan.

2) Pembukaan menyebabkan selaput lendir yang terdapat pada kanalis

servikalis terlepas.

3) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.

c. Pengeluaran Cairan

Sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput

ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan dapat

berlangsung dalam 24 jam. Namun jika ternyata tidak tercapai, maka

persalinan akhirnya diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya ekstraksi

vakum atau section caesaria.


20

4. Bentuk Persalinan

Bentuk persalinan menurut para ahli :

a. Menurut Manuaba adalah :

1) Persalinan Spontan

Bila persalinan berlangsung dengan tenaga sendiri.

2) Persalinan Buatan.

Bila persalinan dengan rangsangan sehingga terdapat kekuatan untuk

persalinan.

3) Persalinan Anjuran

Persalinan yang paling ideal sudah tentu persalinan spontan karena

tidak memerlukan bantuan apapun yang mempunyai trauma persalinan

yang paling ringan sehingga kualitas sumber daya manusia dapat

terjamin.

b. Menurut Asrinah, (2010)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/49257/Chapter

%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y.

1) Persalinan spontan adalah bila seluruh persalinan berlangsung dengan

kekuatan ibu sendiri.

2) Persalinan buatan adalah bila persalinan berlangsung dengan bantuan

kekuatan dari luar.

3) Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk

persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan pemberian rangsang.


21

5. Tujuan Asuhan Persalinan

Tujuan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan

memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui

upaya yang terintegrasi dan lengkap,tetapi dengan intervensi yang 8

seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat

terjaga pada tingkat yang dinginkan (optimal). Melalui pendekatan ini maka

setiap intervensi yang diaplikasikan dalam Asuhan Persalinan Normal (APN)

harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat

intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan (JNPK-

KR, 2013. Pengertian Persalinan.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/56829/Chapter

%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y. Di akses tanggal 2 April 2019.

B. Plasenta Previa

1. Definisi Plasenta Previa

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada

tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi

sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir ostium uteri internal dan oleh

karenanya bagian terendah sering kali terkendala memasuki Pintu Atas

Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan

normal plasenta umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang

agak ke arah fundus uteri (Sarwono, 2013. Hal. 495).


22

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen

bawah rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari

ostium uteri internum.sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan

meluasnya segmen bawah rahim kearah proksimal memungkinkan plasenta

yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti

perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut bermigrasi. Ostium

uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu

bisa mengubah luas pembukaan serviks yang tertutup oleh plasenta.

Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau klasifikasi dari plasenta previa

ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam masa antenatal maupun dalam masa

intranatal, baik dengan ultrasonografi maupun pemeriksaan digital. Oleh

karena itu, pemeriksaan ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam

asuhan antenatal ataupun intranatal (Sarwono, 2013. Hal. 495).

2. Etiologi

Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim

belumlah diketahui dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista

menimpa desidua di daerah segmen bawah rahim tanpa latar belakang lain

yang mungkin. Teori lain mengemukakan sebagai salah satu penyebabnya

adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, mungkin sebagian akibat

dari proses radang atau atrofi. Peritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim misalnya

bekas bedah sesar, kerokan, miomektomi, dan sebagainya berperan dalam

proses peradangan dan kejadian atrofi di endometrium yang semuanya dapat


23

dipandang sebagai faktor resiko bagi terjadinya plasenta previa. Cacat bekas

bedah sesar berperan menaikkan insiden dua sampai tiga kali. Pada

perempuan perokok dijumpai insidensi plasenta previa lebih tinggi 2 kali lipat.

Hipoksemia akibat korban mono-oksida hasil pembakaran rokok

menyebabkan plasenta menjadi hipertrofi sebagai upaya kompensasi. Plasenta

yang terlalu besar seperti pada kehamilan ganda dan eritroblastosis fetalis bisa

menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah rahim

sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internal (Sarwono,

2013. Hal. 496).

Menurut Saifudin (2009) hal. 90, etiologi plasenta previa kadang-kadang

terjadi pada ibu dengan:

a. Umur

1) Umur < 20 tahun

Umur aman untuk melahirkan dan persalinan adalah 20-35

tahun. Plasenta previa terjadi pada umur muda karena endometrium

belum sempurna. Keadaan endometrium yang kurang baik

menyebabkan plasenta harus tunbuh menjadi luas untuk mencukupi

kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau

menutupi ostium uteri internum. Endometrium yang kurang baik juga

dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik

yaitu di tempat yang rendah dekat ostium uteri internum.


24

2) Umur >35 tahun

Prevalensi plasenta previa meningkat 3 kali pada umur ibu >

35 tahun. Plasenta previa dapat terjadi pada umur diatas 35 tahun

karena endometrium yang kurang subur dapat meningkatkan kejadian

plasenta previa. Peningkatan umur ibu merupakan faktor risiko

plasenta previa, karena sklerosis pembuluh darah arteli kecil dan

arteriole miometrium menyebabkan aliran darah ke endometrium tidak

merata sehingga plasenta tumbuh lebih lebar dengan luas permukaan

yang lebih besar, untuk mendapatkan aliran darah yang adekuat.

b. Paritas

Paritas adalah kelahiran bayiyangmampu bertahan hidup.Paritas

dicapai pada usia kehamilan 20 minggu atau berat janin 500 gram

(http://digilib.unila.ac.id/20696/14/BAB%20II.pdf, diakses tanggal 4

April 2019).

Plasenta previa lebih sering pada paritas tinggi dari pareitas

rendah. Plasenta previa terjadi 1,3 kali lebih sering pada ibu yang sudah

beberapa kali melahirkan (Primipara). Paritas 1-3 merupakan paritas

paling aman bila ditinjau dari sudut kematian ibu. Paritas lebih dari 3

dapat menyebabkan angka kematian ibu tinggi.

c. Riwayat persalinan

Operasi sesarea yang berulang memungkinkan terjadinya

komplikasi. Salah atu komplikasi yang potensial adalah plasenta


25

abnormal, salah satunya yaitu plasenta previa. Resiko melahirkan berkali-

kali membuat letak plasenta terlalu dekat dengan leher rahim, sehingga

jika leher rahim terbuka dapat menyebabkan keguguran dan perdarahan

hebat.

Riwayat persalinan sesarea akan meningkatkan resiko terjadinya

plasenta previa yaitu 3,9% lebih tinggi bila dibandingkan dengan

angka1,9%untuk keseluruhan populasi obstetrik.

3. Diagnosis

Ada beberapa penilaian untuk mendiagnosa plasenta previa. Penilaian

awal adalah dengan anamnesa plasenta previa. Pada saat anamnesa dapat

diketahui kapan terjadi perdarahan (perdarahan plasenta previa terjadi pada

kehamilan sekitar 28 minggu) dan bagaimana sifat perdarahan (sifat

perdarahan plasenta previa adalah tanpa rasa sakit, terjadi secara tiba-tiba,

tanpa sebab yang jelas, dapat berulang, perdarahan menimbulkan penyulit

pada ibu maupun janin dalam rahim (Sarwono, 2013 Hal. 498).

Trans abdominal ultrasonografi dalam keadaan kandung kemih yang

dikosongkan akan memberi kepastian diagnosis plasenta previa dengan

ketepatan tinggi sampai 96%-98%. Transperineal sonografi dapat mendeteksi

ostium uteri internum dan segmen bawah rahim dan teknik ini dilaporkan

90% positive predictive value dan 100% negative predictive value dalam

diagnosis plasenta previa. Magnetic Resonance Imaging (MRI) juga dapat


26

dipergunakan untuk mendeteksi kelainan pada plasenta termasuk plasenta

previa (Sarwono, 2013. Hal. 498).

Jika plasenta previa terdeteksi pada akhir tahun pertama atau trimester

kedua, sering kali lokasi plasenta akan bergeser ketika rahim membesar, ini

dapat dilakukan pemeriksaan USG. Beberapa wanita mungkin bahkan tetap

tidak terdiagnosis sampai persalinan, terutama dalam kasus-kasus plasenta

previa sebagian.

a. Anamnesis

Pada anamnesis dapat dinyatakan beberapa hal yang berkaitan dengan

perdarahan antepartum seperti umur kehamilan saat terjadinya perdarahan,

apakah ada rasa nyeri, warna dan bentuk terjadinya perdarahan, frekuensi

serta banyaknya perdarahan. Perdarahan jalan lahir pada kehamilan

setelah 22 minggu berlangsung tanpa rasa nyeri, tanpa alasan, terutama

pada multigravida.

1) Pemeriksaan luar

a) Inspeksi

Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau

sedikit, darah beku dan sebagainya. Jika telah berdarah banyak

maka ibu kelihatan anemis.

b). Palpasi

Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah,

sering dijumpai kesalahan letak janin, bagian terbawah janin belum


27

turun, apabila letak kepala, biasanya kepala masih goyang atau

terapung (floating) atau mengolak di atas pintu atas panggul..

c). Ultrasonografi (USG)

Menegakkan diagnosa plasenta previa dapat pula dilakukkan

dengan pemeriksaan ultrasonografi. Penentuan letak plasenta

dengan cara ini ternyata sangat tepat, tidak menimbulkan bahaya

radiasi bagi ibu dan janinnya, dan tidak rasa nyeri. USG abdomen

selama trimester kedua menunjukkan penempatan plasenta previa.

Trans vaginal Ultrasonografi dengan keakuratan dapat mencapai

100%  identifikasi plasenta previa. Trans abdominal ultrasonografi

dengan keakuratan berkisar 95%.

Dengan USG dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi

plasenta terhadap ostium. Bila jarak tepi kurang dari 5 cm disebut

plasenta letak rendah. Bila tidak dijumpai plasenta previa,

dilakukan pemeriksaan inspekulo untuk melihat sumber

perdarahan lain.

d). Pemeriksaan inspekulo.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan

berasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan

vagina. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum,

adanya plasenta previa harus dicurigai.


28

4. Patofisiologi

Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan

20 minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta

menipis. Umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus

lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan

pembukaan serviks menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta

dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.

Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot

segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal

(Cuningham et al, 2005. Cunningham FG, et al, 2012. Obstetri Williams

Vol. 1 (23rd ed). Jakarta: EGC. Hal. 392.

http://library.usu.ac.id/download/fk/obstetri-tmhanafiah2.pdf). 

Pada usia kehamilan yang lanjut umumnya pada trimester ketiga dan

mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah

rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui

tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis

yang bertumbuh menjadi bagian dari plasenta. Dengan melebarnya isthmus

uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi di situ

sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai

tapak plasenta. Demikian pula pada waktu serviks mendatar (effacement) dan

membuka (dilatation) ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat
29

laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu

dari ruangan intervillus dari plasenta (Sarwono, 2013. Hal. 496).

Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu

perdarahan pada plasenta previa pasti akan terjadi (unavoidable bleeding).

Perdarahan di tempat itu relatif dipermudah dan diperbanyak oleh karena

segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat

karena elemen otot yang dimilikinya sangat minimal, dengan akibat pembuluh

darah pada tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan

berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi yang melibatkan

sinus yang besar dari plasenta di mana perdarahan akan berlangsung lebih

banyak dan lebih lama.

Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim itu akan berlangsung

progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan mengulang kejadian

perdarahan. Demikian perdarahan akan berulang tanpa sesuatu sebab lain

(causless). Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri

(painless). Pada plasenta yang menutupi ostium uteri internum perdarahan

terjadi lebih awal dalam kehamilan oleh karena segmen bawah rahim

terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu pada ostium uteri

internum. Sebaliknya, pada plasenta previa parsialis atau letak rendah,

perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan

(Sarwono, 2013. Hal. 499).


30

Perdarahan pertama biasanya sedikit dan cenderung lebih banyak pada

perdarahan berikutnya. Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan

di bawah 30 minggu tetapi lebih separuh kejadiannya pada usia kehamilan 34

minggu ke atas. Berhubung tempat perdarahan terletak dekat dengan ostium

uteri internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir ke luar rahim dan

tidak membentuk hematoma retroplasenta yang mampu merusak jaringan

lebih luas dan melepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan

demikian, sangat jarang terjadi koagulopati pada plasenta previa (Panjaitan,

2011).

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim

yang tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya

plasenta melekat lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta

akreta dan plasenta inkreta, bahkan plasenta perkreta yang pertumbuhan

vilinya bisa sampai menembus ke buli-buli dan ke rektum bersama plasenta

previa. Plasenta akreta dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang

sebelumnya pernah bedah sesar. Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh

mudah robek karena kurangnya elemen otot yang terdapat di sana. Kedua

kondisi ini berpotensi meningkatkan kejadian perdarahan pasca persalinan

pada plasenta previa, misalnya dalam kala tiga karena plasenta sukar melepas

dengan sempurna (retention placentae), atau setelah uri lepas.

Plasenta previa dapat mengganggu proses persalinan dengan terjadinya

perdarahan. Implantasi plasenta di segmen bawah rahim dapat disebabkan


31

oleh endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi,

endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mampu

memberikan nutrisi janin, vili korealis pada korion leave yang persisten

(Sarwono, 2013 hal. 499).

Perdarahan antepartum disebabkan oleh plasenta previa umumnya

terjadi pada trimester ketiga karena pada saat itu segmen bawah rahim lebih

mengalami perubahan karena berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan.

Menurut Manuaba 2008, implementasi plasenta di segmen bawah rahim dapat

disebabkan :

a. Endomentrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi.

b. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk

mampu memberikan nutrisi ke janin.

c. Vili korealis pada korion leave (korion yang gundul yang persisten.

Penyebab utama pada perdarahan trimester tiga yaitu plasenta previa yang

memiliki tanda khas dengan perdarahan tanpa rasa sakit. Perdarahan

diperkirakan terjadi dalam hubungan dengan perkembangan segmen

bawah rahim (SBR) pada trimester tiga.

Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan

lebih melebar lagi dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh

pada segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tdak dapat diikuti oleh

plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari

dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya


32

berwarna merah segar berlainan dengan darh yang disebabkan oleh

solusio plasenta yang berwarna kehitam-hitaman. Sumber perdarahan

ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding

uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannya

tidak dapat dihindari karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah

uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak

sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III

dengan plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta,

makin dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada Plasenta

Previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada plasenta letak lebih rendah

yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai (Joseph, 2010.

Patofisiologi Plasenta previa. http://google.com-plasentaprevia.pdf).

Faktor-faktor yang bisa menyebabkan ibu hamil mengalami plasenta previa

adalah sebagai berikut:

a. Pernah melahirkan anak kembar.

b. Kehamilan sebelumnya mengalami kondisi yang sama.

c. Pernah melahirkan denga operasi Caesar.

d. Hamil di atas usia 35 tahun.

e. Pernah menjalani operasi untuk rahim misalnya akibat keguguran atau

miom.

f. Merokok dan/atau menggunakan narkotika.


33

5. Klasifikasi Plasenta Previa

Terdapat beberapa istilah yang berkaitan dengan jumlah paritas,

yaitu: Primipara (seorang wanita yang telah melahirkan bayi aterm sebanyak

satu kali), Multipara (seorang wanita yang telah pernah melahirkan anak

hidup beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali), dan

Grandemultipara (seorang wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih dari

lima kali).

Klasifikasi Plasenta Previa didasarkan atas terabanya jaringan

plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, karena klasifikasi

tidak didasarkan pada keadaan anatomi melainkan pada keadaan fisiologis

yang dapat berubah-ubah, maka klasifikasi ini dapat berubah setiap waktu

misalnya pada pembukaan yang masih kecil, seluruh pembukaan yang masih

besar, keadaan ini akan menjadi plasenta previa lateralis.

a. Klasifikasi menurut Sarwono, 2013 hal. 496 :

1) Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi

seluruh ostium uteri internum.

2) Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian

ostium uteri internum.

3) Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada

pinggir ostium uteri internum.

4) Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen

bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak
34

kurang lebih 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lbih dari 2

cm dianggap plasenta letak normal.

b. Klasifikasi Menurut De Snoo

Klasifikasi Menurut De Snoo, berdasarkan pembukaan 4-5 cm dibagi

menjadi dua yaitu :

1) Plasenta previa sentralis ( totalis ), bila pada pembukaan 4-5 cm terapa

plasenta menutupi seluruh ostium.

2) Plasenta previa lateralis, bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian

pembukaan ditutupi oleh plasenta, dapat dibagi menjadi :

a. Plasenta previa lateralis posterior, bila sebagian menutupi ostium

bagian belakang.

b. Plasenta previa lateralis anterior, bila sebagian menutupi ostium

bagian depan.

c. Plasenta previa lateralis marginalis, bila bagian kecil atau hanya

pinggir ostium yang ditutupi plsenta (Hanafiah, 2004. Obstetri

Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara. Hal. 1-2. http://library.usu.ac.id/download/fk/obstetri-

tmhanafiah2.pdf

c. Klasifikasi Menurut Browne

1) Tingkat 1 = Lateral plasenta previa. Pinggir bawah plasenta berinsersi

sampai ke segmen bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir

pembukaan.
35

2) Tingkat 2 = Marginal plasenta previa. Plasenta mencapai pinggir

pembukaan.

3) Tingkat 3 = Complete plasenta previa. Plasenta menutupi ostium

waktu tertutup, dan tidak menutupi bila pembukaan hamper lengkap.

4) Tingkat 4 = Central plasenta previa. Plasenta menutupi seluruhnya

pada pembukaan hamper lengkap (Sofian, 2012).

6. Gambaran Klinik

Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan uterus

keluar melalui vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya baru terjadi pada

akhir trimester kedua ke atas. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak

dan berhenti sendiri. Perdarahan kembali terjadi tanpa sesuatu sebab yang

jelas setelah beberapa waktu kemudian, jadi berulang. Pada setiap

pengulangan terjadi perdarahan yang lebih banyak bahkan seperti mengalir.

Pada plasenta letak rendah perdarahan baru terjadi pada waktu mulai

persalinan; perdarahan bisa sedikit sampai banyak mirip pada solusio

plasenta. Perdarahan bisa berlangsung sampai pascapersalinan. Perdarahan

bisa juga bertambah disebabkan serviks dan segmen bawah rahim pada

plasenta previa lebih rapuh dan mudah mengalami robekan. Robekan lebih

mudah terjadi pada upaya pengeluaran plasenta dengan tangan misalnya pada

retensio plasenta sebagai komplikasi plasenta akreta. Berhubung plasenta

terletak pada bagian bawah, maka pada palpasi abdomen sering ditemui

bagian terbawah janin masih tinggi di atas simfisis dengan letak janin tidak
36

dalam letak memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa

nyeri dan perut tidak tegang (Sarwono, 2013. Ha. 497).

Perdarahan tanpa alasan dan rasa nyeri merupakan gejala utama dan

pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur

atau bekerja biasa.Perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak

akan berakibat fatal. Akan tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu banyak

dari sebelumnya apalagi kalau sebelumnya dilakukan pemeriksaan dalam.

Walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi pada trimester III, akan

tetapi tidak jarang pula dimulai pada kehamilan 20 minggu.

7. Komplikasi Plasenta Previa

Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang

menderita plasenta previa, di antaranya ada yang bisa menimbulkan

perdarahan yang cukup banyak dan fatal. Pembentukan segmen rahim tejadi

secara ritmik, maka pelepasan plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat

berulang dan semakin banyak, dan perdarahan yang terjadi itu tidak dapat

dicegah sehingga penderita menjadi anemia bahkan syok. plasenta yang

berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat segmen ini yang tipis

mudahlah jarringan trofoblas dengan kemampuan invasinya menerobos ke

dalam miometrium bahkan sampai ke perimetrium dan menjadi sebab dari

kejadian plsenta inkreta dan bahkan plasenta perkreta. Paling rigan adalah

plasenta akreta yang perlekatannya lebih kuat tetapi villinya masih belum

masuk ke dalam miometrium. Walaupun biasanya tidak seluruh permukaan


37

maternal plasenta mengalami akreta atau inkreta akan tetapi dengan demikian

terjadi retensio plasenta dan pada bagian plsenta yang sudah terlepas

timbullah perdarahan dalam kala tiga. Komplikasi ini lebih sering terjadi pada

uterus yang pernah sektio sesarea. Dilaporkasn plasenta akreta terjadi 10%

sampai 35% pada pasien yang pernah sektio sesarea satu kali, naik menjadi

60% sampai 65% bila telah sektio sesarea 3 kali (Sarwono, 2013. Hal. 499).

Ada beberapa komplikasi yang bila terjadi pada ibu hamil dengan Plasenta

Previa, yaitu :

a. Komplikasi pada ibu

1) Dapat terjadi anemi bahkan syok.

2) Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim.

3) Infeksi pada perdarahan yang banyak.

b. Komplikasi pada janin

1) Kelainan letak janin.

2) Prematuritas, morbiditas dan mortalitas yang tinggi.

3) Asfiksia intra uteri sampai dengan kematian.

8. Penatalaksanaan

Setiap ibu dengan perdarahan antepartum harus segera dikirim ke

rumah sakit yang memiliki fasilitas melakukan transfusi darah dan operasi.

Perdarahan yang terjadi pertama kali jarang sekali, atau boleh dikatakan tidak

pernah menyebabkan kematian, asal sebelumnya tidak diperiksa-dalam.


38

Jangan sekali-kali melakukan pemeriksaan dalam kecuali dalam keadaan siap

operasi. 

a. Pencegahan

Untuk menghindari resiko fatal yang bisa disebabkan karena

kondisi plasenta previa, ibu hamil yang mengalami hal ini sebaiknya

jangan menggunakan produk pembersih vagina yang dijual bebas atau

obat-obatan lainnya. Ibu hamil dengan kondisi ini juga sebaiknya jangan

berhubungan seks terlebih dahulu hingga dinyatakan aman.

Kondisi plasenta previa seperti telah disebutkan rentan

menyebabkan pendarahan yang dapat membahayakan baik ibu maupun si

janin, pendarahan dapat terjadi pada saat masa kehamilan, sebelum

melahirkan, bahkan setelah melahirkan. Darah yang keluar bermacam-

macam banyaknya mulai hanya berupa tetesan sampai seperti saat haid.

b. Penanganan plasenta previa (Sri Utami, 2017. Penatalaksanaan Asuhan

Kebidanan Pada Ny. A Dengan Plasenta Previa.

https://docs.google.com/viewerng/viewer?

url=http://repository.poltekkesbdg.info/files/original/e906a3ea794bfadcb0

6db83409ac79f4.pdf. Hal. 24-27)

1). Terapi ekspektatif (pasif)

Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita

dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melakukan kanalis


39

servisis. Supaya diagnosis dilakukan secara invasif. Pemantauan klinis

dilakukan secara ketat dan baik.

Syarat-syarat terapi ekspektatif:

a) Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian

berhenti.

Penanganan pasif pada kasus kehamilan preterm dengan

perdarahan sedikit kemudian berhenti di maksudkan dapat

memberikan kesempatan pada janin untuk tetap tumbuh dan

berkembang dalam kandungan sampai janin matur. Dengan demikian

angka kesakitan dan kematian neonatal karena kasus preterm dapat

ditekan.

b) Belum ada tanda-tanda inpartu

Menunda tindakan pengakhiran kehamilan segera pada kasus

plasenta previa bila tidak terdapat tanda-tanda inpartu ditunjukkan

untuk mempertahankan janin dalam kandungan. Hal ini memberikan

peluang janin untuk tetap berkembang dalam kandungan lebih lama

sampai aterm, dan dengan demikian pula kemungkinan janin hidup

diluar kandungan lebih besar lagi.

c). Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas

normal).

Selama ibu tidak memiliki riwayat anemia, terapi pasif dapat

dilakukan karena kemungkinan perdarahan berkelanjutan kecilterjadi


40

karena kadar hb normal bila sebelumnya tidak dilakukan pemeriksan

dalam.

d). Janin masih hidup

Bila janin masih hidup, berarti besar kemungkinan janin

masih dapat bertahan dalam kandungan sapai janin matur. Sehingga

tidak perlu mengakhiri kehamilan dengan segera karena hanya akan

memperkecil kesempatan hidup janin bila sudah berada di luar

kandungan.

2. Terapi aktif

Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan

pervaginam yang aktif dan banyak, harus segera dilaksanankan secara

aktif tanpa memandang maturitas janin. Cara menyelesaikan

persalinan dengan plasenta previa:

a. Section caesaria

Prinsip utama dalam melakukan section caesaria adalah untuk

menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tidak

punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.

b. Melahirkan Pervaginam

Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta.

Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai

barikut:
41

1) Amniotomi dan akselerasi

Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/marginalis

dengan pembukaan > 3 cm serta presentasi kepal. Dengan

memecah ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah

rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus

belum ada atau masih lemah, akselerasi dengan infuse

oksitosin.

2). Versi Braxton Hicks

Tujuan melakukan versi Braxton Hicks ialah mengadakan

tamponade plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi

Braxton Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.

3). Versi dengan Cunam Willet

Kulit kepala janin dijepitn dengan Cunam Willet, kemudian

beri beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan

ini kurang efekyif untuk menekan plasenta dan seringkali

menyebabkan perdarahan pada kulit kepala. Tindakan ini

biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan

perdarahan tidak aktif.

Penanganan yang dapat dilakukan adalah Terapi Ekspektatif. Tujuan

ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis

dilakukan secara non invasif. Syarat-syarat terapi ekspektatif adalah

kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti;


42

belum ada tanda-tanda inpartu; keadaan umum ibu cukup baik (kadar

haemoglobin dalam batas normal) dan janin masih hidup (Sri Utami, 2017

Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Ny. A Dengan Plasenta Previa.

https://docs.google.com/viewerng/viewer?

url=http://repository.poltekkesbdg.info/files/original/e906a3ea794bfadcb06

db83409ac79f4.pdf. Hal. 28).

Penanganan yang dilakukan adalah rawat inap, tirah baring dan

berikan antibiotik profilaksis. Kemudian lakukan pemeriksaan USG untuk

mengetahui implantasi plasenta, usia kehamilan, profil biofisik, letak dan

presentasi janin. Setelah itu berikan tokolitik bila ada kontraksi. Uji

pematangan paru janin dapat dilakukan dengan Tes Kocok (Bubble

Test) dari hasil amnionsentesis. Bila setelah usia kehamilan di atas 34

minggu, plasenta masih berada di sekitar ostium uteri internum, maka

dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga perlu di lakukan observasi

dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat

darurat. Dan apabila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37

minggu masih lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan dengan

pesan untuk segera kembali ke rumah sakit apabila terjadi perdarahan

ulang (Sri Utami, 2017. Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Ny. A

Dengan Plasenta Previa.https://docs.google.com/viewerng/viewer?

url=http://repository.poltekkesbdg.info/files/original/e906a3ea794bfadcb06

db83409ac79f4.pdf. Hal. 24-30).


43

Penatalaksanaan konservatif merupakan tindakan yang tepat ketika

janin belum matur (menurut berat atau usia kehamilan < 36 minggu) dan

perdarahan yang terjadi tidak berlebihan. Pada beberapa keadaan tertentu,

tirah baring dan pengamatan ketat terhadap kesejahteraan ibu dan janinnya

sering kali dapat menghasilkan penghentian perdarahan dan memberikan

waktu yang cukup bagi janin untuk matang. Apabila janin telah memiliki

ukuran dan usia gestasi yang cukup, apabila persalinan telah dimulai, atau

apabila perdarahan telah cukup mengancam kesejahteraan wanita atau

janin, pelahiran dapat dimulai. Pada keadaan darurat, pelahiran harus

dilakukan tanpa melihat usia gestasi janin (Sri Utami, 2017.

Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Ny. A Dengan Plasenta Previa.

Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Ny. A Dengan Plasenta Previa.

https://docs.google.com/viewerng/viewer?

url=http://repository.poltekkesbdg.info/files/original/e906a3ea794bfadcb06

db83409ac79f4.pdf. Hal. 24-32).

Penanganan lain yang dapat dilakukan adalah Terapi Aktif.

Penanganan ini dilakukan terminasi kehamilan. Rencanakan terminasi

kehamilan jika janin matur; janin mati atau menderita anomali atau

keadaan yang mengurangi kelangsungan hidupnya (misalnya anensefali);

dan pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa

memandang maturitas janin Selain adanya Terapi Ekspektatif. Kasus

dengan plasenta previa mempunyai risiko tinggi untuk mengalami


44

perdarahan pasca persalinan dan plasenta akreta/ inkreta, suatu kelainan

yang biasa ditemui pada lokasi jaringan parut bekas seksio sesarea (Sri

Utami, 2017 Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Ny. A Dengan

Plasenta Previa. https://docs.google.com/viewerng/viewer?

url=http://repository.poltekkesbdg.info/files/original/e906a3ea794bfadcb06

db83409ac79f4.pdf. Hal. 31-32).

Agar mengurangi resiko pendarahan dan melahirkan secara prematur

dan tidak normal, sebaiknya ibu hamil dengan plasenta previa melakukan

hal-hal berikut ini:

a. Bed rest

Banyak-banyaklah istirahat agar tidak terjadi tekanan pada area rahim

dan plasenta, jangan mengangkat barang-barang yang berat dan

sebaiknya menggunakan toilet duduk pada saat buang air.

b. Rajin kontrol

Jika pada usia kehamilan sudah memasuki trisemester ketiga

plasentanya menutupi sebagian rahim namun tidak mengalami

pendarahan, Anda harus sering rutin kontrol ke dokter untuk memantau

kondisi rahim dan perkembangan janin. Keputusan untuk melahirkan

normal atau tidak dilihat dari letak plasenta yang menutupi jalan rahim.

c. Pelvic rest

Karena rentan terjadi pendarahan, ibu hamil sebaiknya tidak melakukan

treatment apapun pada area vagina seperti membersihkan cairan


45

pembersih, melakukan hubungan seks, atau memakai pembalut vagina.

Jika ingin mencegah noda darah melebar ke mana-mana gunakan saja

pembalut dari kain seperti kain popok atau celana dalam yang sudah

rusak dan tidak dipakai sebagai pengganti pembalut kapas.

Meskipun agak jarang, namun plasenta previa bukan

merupakan kondisi yang darurat. Asalkan ibu hamil rajin ke dokter dan

melakukan USG untuk memantau letak plasenta dan kondisi janin,

komplikasi pada saat persalinan bisa diminimalisir. Pada kondisi yang

sudah parah atau pendarahan yang terjadi sangat banyak, biasanya ibu

hamil harus diopname agar dokter bisa memantau dengan intensif.

Karena penyebab pastinya belum diketahui, cara untuk

mencegah mengalami plasenta previa adalah dengan memenuhi

kebutuhan nutrisi bagi ibu hamil maupun janin agar plasenta bisa

menyalurkan nutrisi dan oksigen dengan baik kepada janin. Ibu hamil

juga tidak disarankan untuk merokok karena pada umumnya rokok

adalah biang dari banyak masalah kesehatan. Asap rokok yang

mengandung racun akan berbahaya bagi janin karena apa yang masuk

ke dalam tubuh ibu masuk juga ke dalam tubuh janin.

Penatalaksanaan pada pasien dengan kasus plasenta previa

berupa observasi tanda vital, perdarahan, pemberian tokolitik,

pematangan paru, dan terminasi kehamilan. Pemberian tokolitik berupa

nifedipin 10 mg diberikan 3 kali dengan interval 20 menit dilanjutkan


46

pemberian nifedipine 30 mg per hari. Pemberian nifedipin yang

merupakan golongan penyekat kanal kalsium berfungsi untuk

menurunkan konsentrasi kadar kalsium intra miosit sehingga secara

langsung menurunkan aktivitas miometri yang berkaitan dengan

terjadinya kontraksi (his). Pematangan paru janin dengan Dexametason

iv 6 mg per 12 jam selama 2 hari. Pemberian kortikosteroid pada pasien

tersebut bertujuan untuk mempercepat maturitas paru janin sehingga

bila terminasi kehamilan dilakukan bayi tersebut mampu untuk bernafas

secara spontan. Pemberian kortikosteroid akan menstimulasi pneumosit

tipe 2 sehingga meningkatkan produksi surfaktan dan menstimulasi

perkembangan paru janin. Terminasi kehamilan pada kasus ini

dilakukan per abdominal (sectio cesarea) akibat terjadinya recurrent

bleeding pada masa konservatif. Terminasi kehamilan per abdominal

(sectio cesarea) menjadi pilihan dalam tatalaksana plasenta previa. Hal

ini disebabkan implantasi plasenta pada segemn bawah rahim yang

menutupi OUE akan menghalangi lahirnya janin secara pervaginam.

Persalinan section caesarea pada plasenta previa dilakukan pada semua

plasenta previa totalis, janin hidup atau meninggal, serta semua plasenta

previa marginalis karena perdarahan yang sulit dikontrol (Meurah,

2017).
47

9. Sectio Caesarea (SC)

a. Pengertian Sectio Caesarea

Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan

membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut,

section caesarea juga dapat didefinisikan sebagai bsuatu histektomia

untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 2011).

b. Jenis-jenis Sectio caesarea

a. Sectio caesarea transperitonealis

1) Sectio caesarea klasik atau korporal dengan insisi memanjang

pada korpus uteri.

2) Sectio caesarea iskemika atau profunda atau low cervical dengan

insisi pada segmen bawah rahim.

3) Sectio caesarea ekstraperitonealis, yaitu Sectio caesarea tanpa

membuka peritonium parietale, dengan demikian, tidak membuka

kavum abdominis (Mochtar, 2011).

c. Indikasi Sectio Caesarea

Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar Sectio

Caesarea menurut Muchtar (2011) adalah:

a. Plasenta previa

b. Panggul sempit

c. Disproporsi sefalopelvik
48

d. Ruptura uteri mengancam

e. Partus lama

f. Partus tak maju

g. Distosia serviks

h. Pre-eklamsi dan hipertensi

C. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

1. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan

Menurut Sulfiani, 2017 Karya Tulis Ilmiah. http://repositori.uin-

alauddin.ac.id/7803/1/Sulfiani_opt.pdf. hal. 70-71, konsep dasar manajemen

kebidanan yaitu:

a. Pengertian SOAP

SOAP adalah catatan yang tertulis secara singkat, lengkap dan bermanfaat

bagi bidan, atau pemberian asuhan yang lain mulai dari data Subjektif,

Objektif, Assesment, Planning.

b. Tujuan Catatan SOAP

1. Menciptakan catatan permanen tentang asuhan yang diberikan

2. Memungkinkan berbagai informasi antara pemberian asuhan

3. Menfasilitasi asuhan yang berkesinambungan

4. Memungkinkan pengevaluasian dari asuhan yang diberikan

5. Memberikan data untuk catatan nasional, riset dan statistik, mortalitas

dan morbilitas
49

6. Meningkatkan pemberian asuhan yang lebih aman dan bermutu tinggi

kepada pasien.

c. Manfaat Catatan SOAP

1. Pendokumentasian metode SOAP merupakan kemajuan informasiyang

sistematis yang mengorganisir pertemuan dan kesimpulan bidan

menjadi rencana asuhan

2. Metode ini merupakan penyaringan intisari dari proses pelaksanaan

kebidanan untuk tujuan penyediaan dan pendokumentasian asuhan

3. SOAP merupakan urutan-urutan dalam mengorganisir pikiran bidan

dan pemberian asuhan yang menyeluruh.

d. Tahap-tahap manajemen SOAP

(S) Subjektif : Informasi atau data yang diperoleh dari apa

yang dilakukan oleh klien.

(O) Objektif : Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan

dirasakan

(A) Assesment : Kesimpulan yang dibuat untuk mengambil

suatu diagnosa berdasarkan data subjektif dan

data objektif.

(P) Planning : Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesusai

dengan kesimpulan.
50

e. Langkah- langkah Pengkajian Asuhan Kebidanan

1. Data Subjektif

a) Nama

Nama jelas dan lengkap, bila perlu panggilan sehari-hari agar tidak

keliru dalam memberikan penanganan.

b) Umur

Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti

kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental

dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun

rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.

c) Agama

Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing

atau mengarahkan pasien dalam berdoa.

d) Pendidikan

Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk

mengetahuisejauh-mana ringkat intelektualnya, sehingga bidan

dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.

e) Suku/bangsa

Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari hari.


51

f) Pekerjaan

Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial

ekonominya,karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien

tersebut.

g) Alamat

Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila

diperlukan.

2. Data Objektif

a) Keadaan umum pasien

Mengetahui keadaan pasien secara umum, untuk menentukan

tindakan yang harus dilakukan pada pasien.

b) Kesadaran pasien

1. Composmentis

Keadaan dimana pasien mengalami kesadaran penuh dengan

memberikan respon yang cukup.

2. Apatis

Pasien bersikap acuh tak acuh dengan keadaan sekitarnya.

3. Samnolen

Pasien memiliki kesadaran yang lebih rendah.


52

4. Sopor

Pasien memberikan sedikit respon terhadap rangsangan yang

kuat. Hal tersebut bisa ditandai dengan adanya reflex pupil

terhadap cahaya yang masih positif.

5. Koma

Pasien tidak dapat bereaksi terhadap stimulus atau rangsangan

apapun. Refleks pupil terhadap cahaya sudah tidak ada.

c) Tanda-tanda Vital

1. Suhu

Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa

nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang

disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan,

selain itu bisa juga disebabkan karena isirahat dan tidur yang

diperpanjang selama awal persalinan.Tetapi pada umumnya

setelah 12 jam post partum suhu tubuh kembali normal.

Kenaikan suhu yang mencapai > 38ºC adalah mengarah

ketanda tanda infeksi.

2. Nadi

Nadi berkisar antara 60-80x/menit. Denyut nadi di atas 100

x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu

infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses

persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan.


53

Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan disebabkan

karena adanya vitium kordis. Beberapa ibu post partum

kadang-kadang mengalami bradikardi puerperal, yang denyut

nadinya mencapai serendah-rendahnya 40 sampai 50x/menit,

beberapa alasan telah diberikan sebagai penyebab yang

mungkin, tetapi belum ada penelitian yang membuktikan

bahwa hal itu adalah suatu kelainan.

3. Pernapasan

Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu

sekitar 20-30x/menit.

4. Tekanan darah

Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum,

tetapi keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila

tidak ada penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam 2

bulan pengobatan (APN, 2007. Buku Acuan Persalinan

Normal. Jakarta: JNPK-KR. https://abstrak.ta.uns.ac.id. Hal.

8).

d) Pemeriksaan obstetrik

1. Inspeksi

Perlu dilakukan untuk mengetahui pengeluaran pervaginam

apakah sesuai dengan masa nifasnya serta pengeluaran ASI.


54

2. Palpasi

Untuk mengetahui involusi uteri seperti : TFU, dikontraksinya

dan lochea serta keadaan payudara apakah terdapat benjolan,

pembesaran kelenjar atau abses, serta bagaimana keadaan

putting.

3. Perkusi

Bagaimana keadaan reflek patella.

e) Pemeriksaan Head to Toe

Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Menjelaskan pemeriksaan fisik yang dilakukan.:

1. Muka : konjungtiva merah muda, sklera putih,

oedema tidak ada, mulutbersih, gigi tidak karies.

2. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada

bendungan venajugularis, tidak ada pembengkakan kelenjar

tiroid.

3. Dada : Keadaan buah dada dan puting susu Simetris/ tidak

Konsistensi, ada pembengkakan/tidak, Puting menonjol/tidak,

lecet/tidak.

4. Keadaan abdomen

a) Uterus Normal:

1. Berkontraksi baik
55

2. Tidak berada di atas ketinggian fundal saat masa nifas

segera

b) Abnormal:

Di atas ketinggian fundus saat masa post partum segera

Kandung kemih : bisa buang air/ tak bisa buang air

5. Keadaan genitalia

a) Lochea Normal :

1. Merah hitam (lochea rubra)

2. Bau biasa

3. Tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku

(ukuran kecil)

4. Jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya

ganti pembalut setiap 3-5 jam)

b) Lochea Abnormal :

1. Merah terang

2. Bau busuk

3. Mengeluarkan darah beku

6. Keadaan perineum

Oedema, hematoma, bekas luka episiotomy / robekan, hecting.

Keadaan anus: hemorrhoid/tidak.


56

7. Keadaan ekstremitas

a. Varices

b. Oedema

c. Refleks patella

8. Pemeriksaan Laboratorium

a. Darah

Haemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika

Hb < 1g% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit,

Trombosit

9. Riwayat kesehatan ibu

a. Riwayat kesehatan yang lalu

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : Jantung, DM,

Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa

nifas ini.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan

adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada

hubungannya dengan masa nifas dan bayinya.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan


57

pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga

yang menyertainya.

d. Riwayat KB

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan

kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama

menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa

nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa.

10. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

a. Nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minum,

frekuensi, banyaknya,jenis makanan, makanan pantangan.

b. Eliminasi

Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang

air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau

serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna,

jumlah.

c. Istirahat

Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam

pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca,

mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur,

kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang. Istirahat


58

sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat

yang cukup dapat mempercepat penyembuhan.

d. Personal hygiene

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga

kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena

pada masa nifas masih mengeluarkan lochea.

e. Aktivitas

Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada

pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap

kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat

mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi.

11. Diagnosa Potensial

Dalam langkah ini mengkaji dan mengidentifikasi masalah

potensial berdasarkan diagnosa dan masalah yang sudah di

identifikasi.

12. Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Dalam langkah ini melanjutkan manajemen terhadap

diagnosa atas masalah yang telah diidentifikasi atau yang

sudah dengan berkolaborasi dengan dokter Obgyn.

a. Perencanaan yang menyeluruh berkaitan dengan infeksi

nifas.

1) Observasi keadaan umum dan TTV.


59

2) Observasi kontraksi dan perdarahan pervaginam.

3) Berikan penjelasan tentang kesehatan ibu.

4) Kolaborasi dengan dokter ahli dalam

penatalaksanaan perdarahan karena robekan jalan

lahir.

b. Perencanaan menyeluruh berkaitan dengan diagnosa

potensial terjadinya perdarahan. Rencana tindakan yang

dilakukan :

1) Beritahu ibu tentang penyebab perdarahan.

2) Berikan motivasi kepada ibu.

3) Anjurkan ibu untuk massase fundus uteri

c. Melaksanakan Perencanaan

Dalam langkah ini pelayanan dilaksanakan sesuai yang

telah direncanakanberkaitan dengan diagnosa, yaitu :

a. Memperbaiki keadaan umum pasien

1) Mengobservasi keadaan umum dan TTV.

2) Memeriksa kontraksi, tinggi fundus dan

perdarahan pervaginam.

3) Memberikan penjelasan tentang kesehatan ibu.

4) Berkolaborasi dengan dokter ahli dalam

penatalaksanaan perdarahan karena robekan

jalan lahir.
60

5) Memberikan konseling tentang masa nifas

(APN, 2007. Buku Acuan Persalinan Normal.

Jakarta: JNPK-KR. https://abstrak.ta.uns.ac.id.

Hal. 8).

b. Menghentikan perdarahan :

1) Pastikan tekanan darah ibu tidak tinggi.

2) Lakukan injeksi metergin 1 ampul/ IM.

3) Pasang cairan infuse.

4) Persiapkan alat-alat heacting.

5) Melakukan heacting.

c. Perawatan paska tindakan :

1) Obserasi TTV.

2) Catat kondisi pasien dan lanjutkan terapi dokter

Sp.OG.

3) Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan untuk menilai keefektifan

rencana asuhan kebidanan yang mengacu pada

diagnosa, masalah dan kebutuhan.

D. Landasan Hukum yang Mendsari Dalam Praktik Kebidanan

1. Kompetensi Bidan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 369/MenKes/VII/2007 tentang Standar Profesi Bidan dan


61

Tentang Izin Bidan Dalam Penyelenggaraan Praktik Bidan. BAB yang

membahas praktik bidan terdapat di BAB III. Sedangkan pasal yang

membahas tentang praktek bidan adalah sebagai berikut :

Kompetensi ke -1 : Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan

keterampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masya rakat dan etik yang

membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya,

untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.

Kompetensi ke -2 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,

pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan

menyeluruh dimasyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan

keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang

tua.

Kompetensi ke -3 : Bidan member asuhan antenatal bermutu tinggi

untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi: deteksi

dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.

Kompetensi ke-4 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,

tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin

selama persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi

kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan

bayinya yang baru lahir.


62

2. Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan

Dalam penyelenggaraan praktik bidan terdapat UU yang mengatur

semua pelaksanaan kebidanan yang menjadi pedoman dalam setiap pelayanan

yang dilakukan oleh seorang bidan contohnya PerMenkes. Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 28 tahun 2017 tentang

Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan;

1) Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang

telah teregistrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Praktik Kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang dilakukan

oleh Bidan dalam bentuk asuhan kebidanan.

3) Surat Tanda Registrasi Bidan yang selanjutnya disingkat STRB adalah

bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah kepada Bidan yang telah

memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

4) Surat Izin Praktik Bidan yang selanjutnya disingkat SIPB adalah bukti

tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada

Bidan sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik

kebidanan.
63

5) Praktik Mandiri Bidan adalah tempat pelaksanaan rangkaian kegiatan

pelayanan kebidanan yang dilakukan oleh Bidan secara perorangan.

6) Instansi Pemberi Izin adalah instansi atau satuan kerja yang ditunjuk oleh

pemerintah daerah kabupaten/kota untuk menerbitkan izin sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

7) Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang

digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik

promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

8) Organisasi Profesi adalah wadah berhimpunnya tenaga kesehatan bidan di

Indonesia.

9) Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang

kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh

Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

10) Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan daerah otonom.

11) Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang kesehatan.
64

PERIZINAN

Pasal 2

Dalam menjalankan Praktik Kebidanan, Bidan paling rendah memiliki

kualifikasi jenjang pendidikan diploma III kebidanan.

STRB

Pasal 3

1) Setiap Bidan harus memiliki STRB untuk dapat melakukan praktik

keprofesiannya.

2) STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh setelah Bidan

memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

3) STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5 (lima) tahun.

4) Contoh surat STRB sebagaimana tercantum dalam formulir II yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 4

STRB yang telah habis masa berlakunya dapat diperpanjang selama

memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

SIPB

Pasal 5

1) Bidan yang menjalankan praktik keprofesiannya wajib memiliki SIPB.


65

2) SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Bidan yang

telah memiliki STRB.

3) SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk 1(satu) Fasilitas

Pelayanan Kesehatan.

4) SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama STR Bidan

masih berlaku, dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan.

Pasal 6

1) Bidan hanya dapat memiliki paling banyak 2 (dua) SIPB.

2) Permohonan SIPB kedua, harus dilakukan dengan menunjukan SIPB

pertama.

Pasal 7

SIPB diterbitkan oleh Instansi Pemberi Izin yang ditunjuk pada Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota.

1) Penerbitan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditembuskan

kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.

2) Dalam hal Instansi Pemberi Izin merupakan dinas kesehatan

kabupaten/kota, Penerbitan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tidak ditembuskan.

Pasal 8

1) Untuk memperoleh SIPB, Bidan harus mengajukan permohonan kepada

Instansi Pemberi Izin dengan melampirkan:


66

a) Fotokopi STRB yang masih berlaku dan dilegalisasi asli.

b) Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki surat izin praktik.

c) Surat pernyataan memiliki tempat praktik.

d) Surat keterangan dari pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tempat

Bidan akan berpraktik.

e) Pas foto terbaru dan berwarna dengan ukuran 4X6 cm sebanyak 3 (tiga)

lembar;

f) Rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat dan

g) Rekomendasi dari Organisasi Profesi.

2) Persyaratan surat keterangan dari pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

tempat Bidan akan berpraktik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d

dikecualikan untuk Praktik Mandiri Bidan.

3) Dalam hal Instansi Pemberi Izin merupakan dinas kesehatan

kabupaten/kota, persyaratan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf f tidak diperlukan.

4) Untuk Praktik Mandiri Bidan dan Bidan desa, Rekomendasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf f dikeluarkan oleh dinas kesehatan

kabupaten/kota setelah dilakukan visitasi penilaian pemenuhan persyaratan

tempat praktik Bidan.


67

5) Contoh surat permohonan memperoleh SIPB sebagaimana tercantum

dalam formulir III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Menteri ini.

6) Contoh SIPB sebagaimana tercantum dalam formulir IV yang merupakan

bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 9

1) Dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak berkas

permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) diterima dan

dinyatakan lengkap, Instansi Pemberi Izin harus mengeluarkan SIPB sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Pernyataan lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan

dengan surat tanda penerimaan kelengkapan berkas.

Pasal 10

SIPB dinyatakan tidak berlaku dalam hal:

1) Tempat praktik tidak sesuai lagi dengan SIPB.

2) Masa berlaku STRB telah habis dan tidak diperpanjang.

3) Dicabut oleh pejabat yang berwenang memberikan izin atau

4) Bidan meninggal dunia.

Pasal 11

1) Bidan warga negara asing yang akan menjalankan Praktik Kebidanan di

Indonesia harus memiliki sertifikat kompetensi, STR sementara, dan SIPB.


68

2) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh Bidan

warga negara asing setelah lulus evaluasi kompetensi.

3) Evaluasi kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh STR sementara.

4) Untuk memperoleh SIPB, Bidan warga negara asing harus melakukan

permohonan kepada Instansi Pemberi Izin dan memenuhi persyaratan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1).

5) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidan warga negara

asing harus memenuhi persyaratan lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 12

STR sementara dan SIPB bagi Bidan warga negara asing sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 11 berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat

diperpanjang hanya untuk 1 (satu) tahun berikutnya.

Pasal 13

1) Bidan warga negara Indonesia lulusan luar negeri yang akan melakukan

Praktik Kebidanan di Indonesia harus memiliki STRB dan SIPB.

2) STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh setelah melakukan

proses evaluasi kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.
69

3) Untuk memperoleh SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidan

warga negara Indonesia lulusan luar negeri harus melakukan permohonan

kepada Instansi Pemberi Izin dan memenuhi persyaratan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1).

Pasal 14

1) Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilarang mempekerjakan Bidan

yang tidak memiliki SIPB.

2) Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) harus melaporkan Bidan yang bekerja dan berhenti bekerja di Fasilitas

Pelayanan Kesehatannya pada tiap triwulan kepada kepala dinas kesehatan

kabupaten/kota dengan tembusan kepada Organisasi Profesi.

PENYELENGGARAAN KEPROFESIAN

Pasal 15

1) Bidan dapat menjalankan Praktik Kebidanan secara mandiri dan/atau

bekerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

2) Praktik Kebidanan secara mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berupa Praktik Mandiri Bidan.

3) Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

berupa:

a) Klinik.

b) Puskesmas.
70

c) Rumah sakit.

d) Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.

Pasal 16

1) Bidan yang berpraktik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan berupa puskesmas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) huruf b meliputi :

a) Bidan yang melakukan praktik kebidanannya di puskesmas.

b) Bidan desa.

2) Bidan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan Bidan

yang memiliki SIPB di puskesmas, dan bertempat tinggal serta

mendapatkan penugasan untuk melaksanakan Praktik Kebidanan dari

Pemerintah Daerah pada satu desa/kelurahan dalam wilayah kerja

puskesmas yang bersangkutan.

3) Praktik Bidan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan tempat

praktik bidan desa sebagai jaringan Puskesmas.

4) Dalam rangka penjaminan mutu pelayanan kesehatan praktik Bidan desa

sebagai jaringan Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dinas

kesehatan kabupaten/kota setempat harus melakukan penilaian pemenuhan

persyaratan tempat yang akan dipergunakan untuk penyelenggaraan praktik

Bidan desa dengan menggunakan Formulir 1 yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.


71

5) Hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) menjadi dasar

rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf f,

sebelum SIPB untuk Bidan desa diterbitkan.

Pasal 17

Bidan desa dapat mengajukan Permohonan SIPB kedua berupa Praktik

Mandiri Bidan, selama memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 8 ayat (1) dan mengikuti ketentuan:

1) Lokasi praktik mandiri bidan yang diajukan, berada pada satu

desa/kelurahan sesuai dengan tempat tinggal dan penugasan dari

pemerintah daerah;

2) Memiliki tempat Praktik Mandiri Bidan tersendiri yang tidak bergabung

dengan tempat praktik Bidan desa; dan

3) Waktu praktik mandiri bidan yang diajukan, tidak bersamaan dengan waktu

pelayanan praktik bidan desa.

KEWENANGAN

Pasal 18

Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki kewenangan

untuk memberikan:

1) Pelayanan kesehatan ibu.

2) Pelayanan kesehatan anak.

3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.


72

Pasal 19

1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a

diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa

nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan.

2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

pelayanan:

a) Konseling pada masa sebelum hamil.

b) Antenatal pada kehamilan normal.

c) Persalinan normal.

d) Ibu nifas normal.

e) Ibu menyusui dan

f) Konseling pada masa antara dua kehamilan.

3) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), Bidan berwenang melakukan:

a) Episiotomy.

b) Pertolongan persalinan normal.

c) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II.

d) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan.

e) Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil.

f) Pemberian Vitamin a dosis tinggi pada ibu nifas.


73

g) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu

eksklusif.

h) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum.

i) Penyuluhan dan konseling.

j) Bimbingan pada kelompok ibu hamil dan

k) Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.

Pasal 20

1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b

diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak prasekolah.

2) Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) Bidan berwenang melakukan:

a) Pelayanan neonatal esensial.

b) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan.

c) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah

dan

d) Konseling dan penyuluhan.

3) Pelayanan noenatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

meliputi inisiasi menyusui dini, pemotongan dan perawatan tali pusat,

pemberian suntikan Vit K1, pemberian imunisasi B0, pemeriksaan fisik

bayi baru lahir, pemantauan tanda bahaya, pemberian tanda identitas diri,
74

dan merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil dan

tepat waktu ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang lebih mampu.

4) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:

a) Penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan jalan

nafas, ventilasi tekanan positif, dan/atau kompresi jantung.

b) Penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan BBLR melalui

penggunaan selimut atau fasilitasi dengan cara menghangatkan tubuh

bayi dengan metode kangguru.

c) Penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alkohol atau

povidon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih dan kering dan

d) Membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir dengan

infeksi gonore (GO).

5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi kegiatan

penimbangan berat badan, pengukuran lingkar kepala, pengukuran tinggi

badan, stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini peyimpangan tumbuh

kembang balita dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining

Perkembangan (KPSP).

6) Konseling dan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d

meliputi pemberian komunikasi, informasi, edukasi (KIE) kepada ibu dan


75

keluarga tentang perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, tanda bahaya

pada bayi baru lahir, pelayanan kesehatan, imunisasi, gizi seimbang,

PHBS, dan tumbuh kembang.

Pasal 21

Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c, Bidan berwenang

memberikan:

1) Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana dan

2) Pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.

PELIMPAHAN KEWENANGAN

Pasal 22

Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Bidan memiliki

kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan:

1) Penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan dan/atau

2) Pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan secara

mandat dari dokter.

Pasal 23

1) Kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan penugasan dari

pemerintah sesuai kebutuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf

a, terdiri atas:
76

a) Kewenangan berdasarkan program pemerintah dan

b) Kewenangan karena tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu wilayah

tempat Bidan bertugas.

2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh Bidan setelah

mendapatkan pelatihan.

3) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan oleh

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah bersama organisasi profesi

terkait berdasarkan modul dan kurikulum yang terstandarisasi sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4) Bidan yang telah mengikuti pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

berhak memperoleh sertifikat pelatihan.

5) Bidan yang diberi kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

mendapatkan penetapan dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.

Pasal 24

1) Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Bidan ditempat kerjanya, akibat

kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus sesuai dengan

kompetensi yang diperolehnya selama pelatihan.

2) Untuk menjamin kepatuhan terhadap penerapan kompetensi yang diperoleh

Bidan selama pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas

kesehatan kabupaten/kota harus melakukan evaluasi pasca pelatihan di

tempat kerja Bidan.


77

3) Evaluasi pasca pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan

paling lama 6 (enam) bulan setelah pelatihan.

Pasal 25

1) Kewenangan berdasarkan program pemerintah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a, meliputi:

a) Pemberian pelayanan alat kontrasepsi dalam rahim dan alat kontrasepsi

bawah kulit.

b) Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit

tertentu.

c) Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai dengan pedoman yang

ditetapkan.

d) Pemberian imunisasi rutin dan tambahan sesuai program pemerintah.

e) Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu

dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan.

f) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan

anak sekolah.

g) Melaksanakan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan

terhadap infeksi menular seksual (IMS) termasuk pemberian kondom,

dan penyakit lainnya.

h) Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif

lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi dan


78

i) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas.

2) Kebutuhan dan penyediaan obat, vaksin, dan/atau kebutuhan logistik

lainnya dalam pelaksanaan Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 26

1) Kewenangan karena tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu wilayah

tempat Bidan bertugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1)

huruf b tidak berlaku, dalam hal telah tersedia tenaga kesehatan lain dengan

kompetensi dan kewenangan yang sesuai.

2) Keadaan tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu wilayah tempat Bidan

bertugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh kepala dinas

kesehatan kabupaten/kota setempat.

Pasal 27

1) Pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan secara

mandat dari dokter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf b

diberikan secara tertulis oleh dokter pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan

tingkat pertama tempat Bidan bekerja.

2) Tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya

dapat diberikan dalam keadaan di mana terdapat kebutuhan pelayanan yang


79

melebihi ketersediaan dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat

pertama tersebut.

3) Pelimpahan tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada

ayat

(1) dilakukan dengan ketentuan:

a) Tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kompetensi yang telah

dimiliki oleh Bidan penerima pelimpahan.

b) Pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah pengawasan

dokter pemberi pelimpahan.

c) Tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk mengambil keputusan klinis

sebagai dasar pelaksanaan tindakan.

d) Tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus menerus.

4) Tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

menjadi tanggung jawab dokter pemberi mandat, sepanjang pelaksanaan

tindakan sesuai dengan pelimpahan yang diberikan.

KEWAJIBAN DAN HAK

Pasal 28

Dalam melaksanakan praktik kebidanannya, Bidan berkewajiban untuk:

1) Menghormati hak pasien.

2) Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan

yang dibutuhkan.
80

3) Merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat ditangani

dengan tepat waktu.

4) Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.

5) Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangan-undangan.

6) Melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelayanan lainnya yang

diberikan secara sistematis.

7) Mematuhi standar profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur

operasional.

8) Melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan Praktik Kebidanan

termasuk pelaporan kelahiran dan kematian.

9) Pemberian surat rujukan dan surat keterangan kelahiran.

10) Meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan

pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya.

Pasal 29

Dalam melaksanakan praktik kebidanannya, Bidan memiliki hak:

1) Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan pelayanannya

sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur

operasional.
81

2) Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan/atau

keluarganya.

3) Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan kewenangan.

4) Menerima imbalan jasa profesi.

Pasal 33

1) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32, bangunan

Praktik Mandiri Bidan harus bersifat permanen dan tidak bergabung fisik

bangunan lainnya.

2) Ketentuan tidak bergabung fisik bangunan lainnya sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) tidak termasuk rumah tinggal perorangan, apartemen, rumah,

toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis.

3) Dalam hal praktik mandiri berada di rumah tinggal perorangan, akses pintu

keluar masuk tempat praktik harus terpisah dari tempat tinggal perorangan.

4) Bangunan praktik mandiri Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

harus memperhatikan fungsi, keamanan, kenyamanan dan kemudahan

dalam pemberian pelayanan serta perlindungan keselamatan dan kesehatan

bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak dan orang usia

lanjut.

Pasal 34

Persyaratan prasarana Praktik Mandiri Bidan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 30 ayat (2) paling sedikit memiliki:


82

1) Sistem air bersih.

2) Sistem kelistrikan atau pencahayaan yang cukup.

3) Ventilasi/sirkulasi udara yang baik dan

4) Prasarana lain sesuai kebutuhan.

Pasal 35

Persyaratan peralatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) berupa

peralatan Praktik Mandiri Bidan harus dalam keadaan terpelihara dan

berfungsi dengan baik untuk menyelenggarakan pelayanan.

Pasal 36

1) Persyaratan obat dan bahan habis pakai Praktik Mandiri Bidan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) meliputi pengelolaan obat

dan bahan habis pakai yang diperlukan untuk pelayanan antenatal,

persalinan normal, penatalaksanaan bayi baru lahir, nifas, keluarga

berencana, dan penanganan awal kasus kedaruratan kebidanan dan bayi

baru lahir.

2) Obat dan bahan habis pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya

diperoleh dari apotek melalui surat pesanan kebutuhan obat dan bahan

habis pakai.

3) Bidan yang melakukan praktik mandiri harus melakukan

pendokumentasian surat pesanan kebutuhan obat dan bahan habis pakai


83

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) serta melakukan pengelolaan obat

yang baik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4) Contoh surat pesanan obat dan bahan habis pakai sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) tercantum dalam formulir V yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 37

Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan bangunan, prasarana, peralatan,

dan obat-obatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 sampai dengan Pasal

36 tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Menteri ini.

Pasal 38

1) Praktik Mandiri Bidan harus melaksanakan pengelolaan limbah medis.

2) Pengelolaan limbah medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dilakukan melalui kerjasama dengan institusi yang memiliki instalasi

pengelolaan limbah.

Pasal 39

1) Praktik Mandiri Bidan harus memasang papan nama pada bagian atau

ruang yang mudah terbaca dengan jelas oleh masyarakat umum dengan

ukuran 60x90 cm dasar papan nama berwarna putih dan tulisan berwarna

hitam.
84

2) Papan nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat

nama Bidan, nomor STRB, nomor SIPB, dan waktu pelayanan.

Pasal 40

1) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus melakukan penilaian terhadap

pemenuhan persyaratan Praktik Mandiri Bidan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 30 sampai dengan Pasal 36, dengan menggunakan instrumen

penilaian sebagaimana tercantum dalam Formulir I yang merupakan bagian

tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

2) Hasil penilaian kelayakan sebagaimana dimaksud pada huruf (1), menjadi

dasar dalam pembuatan rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

ayat (1) huruf f.

Pasal 41

1) Praktik Mandiri Bidan tidak memerlukan izin penyelenggaraan sebagai

Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

2) Izin penyelenggaraan Praktik Mandiri Bidan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) melekat pada SIPB yang bersangkutan.

Pasal 42

1) Bidan dalam menyelenggarakan Praktik Mandiri Bidan dapat dibantu oleh

tenaga kesehatan lain atau tenaga nonkesehatan.

2) Tenaga kesehatan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki

SIP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


85

Pasal 43

1) Bidan yang berhalangan sementara dalam melaksanakan praktik kebidanan

dapat menunjuk Bidan pengganti dan melaporkannya kepada kepala

puskesmas setempat.

2) Bidan pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki SIPB

dan tidak harus SIPB di tempat tersebut.

Pasal 44

Dalam rangka melaksanakan praktik kebidanan, Praktik Mandiri Bidan

dapat melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana antenatal sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pasal 45

(1) Bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan

pelayanan yang diberikan.

(2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan ke puskesmas

wilayah tempat praktik.

(3) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dan

disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Ketentuan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikecualikan

bagi Bidan yang melaksanakan praktik di Fasilitas Pelayanan

Kesehatan selain Praktik Mandiri Bidan.


BAB III
TINJAUAN KASUS

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny. “N” G3 P2 A0 Dengan Plasenta


Previa Totalis Di RSUD Depati Bahrin Sungailiat Tahun 2019
Tempat : RSUD Depati Bahrin Sungailiat

Waktu : Tanggal 06 Mei – 19 Mei 2019

Tempat Pemeriksaan : Tanggal Pengkajian : 06 MEI 2019


RSUD Depati Bahrin Tempat Pengkajian : RSUD Depati
Bahrin
PENGKAJIAN ASUHAN A. DATA SUBJEKTIF
KEBIDANAN DAN KANDUNGAN 1. Identitas Klien
Nama Ibu : Ny. “N”
Umur : 39 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT

Nama Suami : Tn. “S”


Umur : 41 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh Harian
Alamat : Jl. Jendral Sudirman
Parit Padang
2. Keluhan Utama : Ibu mengatakan keluar darah segar tanpa disertai mules.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
-
1. Penyakit Menular : HIV/AIDS TBC - Hepatitis -
2. Penyakit Keturunan : Hipertensi - Diabetes Melitus -
87

Asma Jantung -
4. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Hipertensi - Diabetes Melitus- Perdarahan ante partum -
Perdarahan PP- HEG - Pernah dirawat di RS -
Penyakit Keturunan - Penyakit Menular -
5. Riwayat Operasi
Pernah dirawat (tidak pernah ) Kapan (tidak pernah) Dimana (tidak pernah)
Pernah di Operasi (tidak pernah ) Kapan (tidak pernah) Dimana (tidak pernah)
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Hipertensi - Diabetes Melitus - Penyakit Menular -
PMS- Riwayat Kembar -
7. Riwayat Menstruasi
Umur Menarche : 14 thn Jumlah darah : 3 x ganti pembalut
Lama Haid : 7 hari, Teratur
HPHT : 28-08-2018 HPL : 04-05-2019
Keluhan : Dismenorrhea - Spoting -
Menorragia - Pre Menstruasi Syndrome-
8. Riwayat Perkawinan : Ya, Lama Perkawinan 9 thn
9. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu
G3 P2 A0 HIDUP : 2
Tgl.
Penolo Anak Ibu
Tahu Umur Jenis
N Tempat ng Penyu K/ K/
n Keham Persali J PP
o Partus Persali lit BB U U Laktasi
partu ilan nan K B
nan
s
1 2008 dirumah Atem Normal Dukun - P 2,9 48 B B +

2 2014 BPM Aterm Normal Bidan - L 2,6 48 B B +


3 Ini

10. Riwayat Kehamilan Sekarang


Ibu pernah memeriksa kehamilannya ke Bidan, ANC 5 Kali. TM1 1kali, TM2 1
kali, TM3 3 kali. Gerakan janin pertama kali dirasakan pada usia kehamilan 4
88

bulan. Ibu sudah pernah di imunisasi TT, Status TT 4 kali. BB sebelum hamil
48 kg.
11. Riwayat Keluarga Berencana
Metode KB yang pernah dipakai : Suntik 3 bulan
Lama pemakaian KB : 2 tahun
Komplikasi dari KB : Perdarahan- PID/Radang panggul-
12. Pola Kebutuhan sehari-hari
Pola makan : 3 kali/hari
Pola minum : 8 gelas/hari, Kebiasaan minum : Alkohol, obat-obatan/jamu kopi
(tidak ada )
Pola Eliminasi BAK : 8 kali/hari Warna : jernih
BAB : 1 kali/hari Konsistensi : lunak
Pola Istirahat : Tidur : 7 Jam/hari, Tidur terakhir jam : -
Pola Personal Hygiene : Mandi 2 kali/hari, gosok gigi 3 kali/hari, ganti pakaian
2 kali/hari
Pola hubungan seksual : 2 kali/minggu, keluhan : tidak ada
Pola Psikososial : Penerimaan klien terhadap kehamilan ini :sangat senang
Sosial support dari suami orang tua 
keluarga lain 
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : baik Kesadaran : composmenti BB/TB : 57 Kg/ 158 cm
Tekanan Darah : 120/70 mmHg Nadi : 80 x/menit Pernafasan : 20 x/menit
0
Suhu : 36,7 C Lila : 24 cm
89

2. Pemeriksaan fisik
Kepala : Simetris - Benjolan patologis -
Rambut : Warna hitam - Kerontokan rambut- Ketombe -
Muka : Pucat- Oedem - Cloasma Gravidarum -
Mata : Pandangan kabur- Sclera/ Ikterik- Konjungtiva pucat-
Hidung : Sekret - Polip -
Leher : Pemb. Kel.Tiroid- Pemb. Kel. Limfe-
Pemb. Kel. Jugularis -
Dada dan Mammae : Simetris Areola Hyperpigmentasi 

Tumor - Puting susu menonjol  Kolostrum (+/+)
Ekstermitas : Tungkai simetris/ Asimetris, Oedem,  -
Reflek Patella + / +
3. Pemeriksaan Khusus
a. Obstetric
Abdomen
1) Inspeksi : Membesar arah memanjang- Melebar- Linea Alba-
Linea Nigra- Striae Gravidarum Striae Albican-
-
Luka bekas operasi-
2) Palpasi : TFU : 33 cm, persentasi Kepala, Puka, Bokong, U
3) Taksiran Berat Janin : 3255 gram
X
4) Auskultasi : DJJ 144 /menit, Teratur
Punctum Maksimum : 3 jari dibawah px
5) His/ Kontraksi
Frekuensi : tidak ada
Lamanya :-
Teratur/ tidak : -
b. Gynekologi
Ano Genital
90

1) Inspeksi
Pengaturan darah per vulva
Darah Lendir - Air Ketuban -
2) Inspekulo
Vagina : Tidak ada kelainan (Normal)
Portio : Tebal
3) Vaginal toucher
Portio tebal, Pembukaan 2 cm, Ketuban + , Presentasi kepala, -
4) Kesan Panggul : normal (disimpulkan dari hasil VT)
4. Pemeriksaan Penunjang
Darah : 11,8 gr% , Gol. Darah : O
Urine Reduksi : -
USG : ada DJJ (144x/menit)
Urine Protein :-
91

C. ANALISA DATA
Diagnosa Kebidanan
G3 P2 A 0, Hamil 35 minggu 5 hari, Janin tunggal, Hidup intrauterin, Presentasi
kepala, UUK kadep, Inpartu kala I fase laten.
Diagnosa Masalah
DS : Ibu mengatakan hamil anak ketiga, tidak pernah keguguran.
Ibu mengatakan keluar darah segar dari vaginanya tanpa disertai mules.
DO : Ny.” N” G3 P2 A0 usia kehamilan 35 minggu 5 hari, dengan
KU : baik, kesadaran : compos mentis, TTV : TD = 120/70 mmHg ,
P : 80 x/m , RR: 20 x/m , T : 36,7 C
Leopoid 1 : TFU 33 cm, 3 jari bawah PX, TBJ 3255 gram.
Leopold 2 : Teraba bagian sebelah kanan panjang seperti papan (puka)
Leopold 3 : Teraba bagian yang bulat keras dan melenting (kepala).
Leopold 4 : Bagian terbawah janin belum masuk PAP (Konvergen).
Auskultasi : DJJ 144x/m
HIS / kontraksi: tidak ada
Inspeksi : keluar darah segar dari vaginanya tanpa disertai rasa mules
karena plasenta Previa totalis.
VT : pembukaan : 2 cm
portio : tebal
ketuban : utuh
D. PENATALAKSANAAN
1. Mengobservasi keadaan umum ibu dan TTV
2. Memberitahu hasil pemeriksaan.
3. Memberitahu tentang informant consent.
4. Memastikan ibu dalam keadaan sadar.
5. Mengobservasi TTV.
6. Memastikan ibu sedang dalam keadaan puasa.
7. Memastikan ibu tidak memakai perhiasan/gigi palsu.
92

8. Menggantikan baju pasien dengan baju operasi.


9. Memastikan IUFD dan cateter sudah terpasang dengan baik.
10. Memberitahu keluarga untuk menyiapakan pakaian ibu dan bayi.
11. Membantu menyiapkan alat – alat dan bahan sc.
12. Mendampingi ibu masuk ke ruangan operasi.
13. Menganjurkan ibu agar bersikap tenang dan santai.
14. Membantu ibu untuk naik ke meja operasi.

PENATALAKSANAAN
NAMA : Ny.”N” NO. RM :
UMUR : 39 thn TANGGAL : 06 MEI 2019 KELAS
TANGGAL/JAM CATATAN PERKEMBANGAN NAMA
(SOAP) &
PARAF
S : Ibu mengatakan hamil anak ketiga dan tidak
pernah keguguran.
Ibu mengatakan keluar darah dari vaginanya
tanpa disertai rasa mules.
O : Ny.”N” G3 P2 A0 usia kehamilan 35
minggu 5 hari, dengan :
06 Mei 2019 KU : baik, kesadaran : compos mentis, TTV :
22.45 WIB TD = 120/70 mmHg , P : 80 x/m ,
RR: 20 x/m , T : 36,7 C
Leopoid 1 : TFU 33 cm, 3 jari bawah PX,
TBJ 3255 gram.
Leopold 2 : Teraba bagian sebelah kanan
panjang seperti papan (puka).
Leopold 3 : Teraba bagian yang bulat keras
dan melenting (kepala).
Leopold 4 : Bagian terbawah jani belum
93

masuk PAP (Konvergen).


Auskultasi : DJJ 144x/m
HIS / kontraksi: tidak ada
Inspeksi : keluar darah segar dari vaginanya
VT : pembukaan : 2 cm
Portio : tebal
Ketuban : utuh
A : Ny.”N” G3 P2 A0 usia kehamilan 35 minggu 5
hari inpartu kala I fase laten dengan plasenta
previa totalis.
P:
1. Mengobservasi keadaan umum dan TTV

Ibu dan VT
Evaluasi : Keadaan umum baik dan TTV
normal TD 120/70 mmHg, Nadi 80 x/i, RR
20 x/i, Suhu 36,7 C,VT: pembukaan 2cm,
DJJ: 144x/m, PPV keluar darah segar tanpa
disertai rasa mules.
2. Memberitahu ibu dan keluarga hasil
pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik,
tetapi plasenta dalam posisi abnormal atau
plasenta previa totalis yang menutupi
seluruh jalan lahir sehingga ibu harus
melakukan persalinan dengan section
caesarea.
Evaluasi : ibu dan keluarga mengetahui hasil
pemeriksaan
3. Memberitahu suami/keluarga pasien untuk
94

menandatangani surat persetujuan


(informant consent) terhadap tindakan yang
akan dilakukan, atau apabila terjadi
komplikasi yang tidak diinginkan.
Evaluasi : suami/keluarga sudah melakukan
informant consent/ menandatangani surat
persetujuan.
4. Memastikan ibu dalam keadaan sadar.
E : ibu dalam keadaan sadar
5. Mengobservasi TTV.
E : hasil pemeriksaan normal
6. Memastikan ibu sedang keadaan puasa.
E : ibu sudah puasa sejak 6 jam yang lalu
7. Memastikan ibu tidak memakai
perhiasan/gigi palsu.
E : ibu tidak menggunakan perhiasan dan
gigi palsu
8. Menggantikan baju pasien dengan baju
operasi dan melepaskan pakaian ibu bagian
belakang untuk mengatur posisi ibu dalam
keadaan duduk tegak dan kepala menunduk
kearah dada agar mempermudah dilakukan
pembiusan pada spinal lumbal V ibu
kemudian mmembantu ibu untuk berbaring
terlentang kemudian pasang oksigen, pasang
SPO2, pasang tensi meter dan alat
pendeteksi pada pergelangan kaki.
E : baju pasien sudah diganti dengan baju
95

operasi dan sudah disuntik obat pembiusan.


9. Memastikan IVFD dan cateter sudah
terpasang dengan baik.
E : IVFD sudah terpasang dengan baik
10. Memberitahu keluarga untuk menyiapakan
pakaian ibu dan bayi seperti : kain panjang,
pembalut ukuran besar, bedong, topi, kaos
kaki dan tangan.
E : pakaian ibu dan bayi sudah disiapkan
11. Membantu menyiapkan alat – alat dan bahan
sc yang terdiri dari :
a. Meja 1 berisi : ( jas operasi 4 buah, duk
bawah bokong pasien, duk atas, duk kiri,
duk kanan dan duk lubang besar,
handuk/kain kecil serta handscon steril.
b. Meja II berisi : ( instrument steril yang
terdiri dari : kom betadine, kom NaCL,
nirbiken selang section, mess no 10 dan
hand mess no 3, vicryl, towel klem
( doek klem 5, dressing forsep 1 buah,
pinset anatomis 1 buah, pinset sirugis 1
buah, klem koher 2 buah, gunting benang
1 buah, gunting jaringan 1 buah, needle
holder 2 buah, ovum forsep 4 buah,
forsep pean 4 buah, klem desinfeksi 1
buah, klem tali pusat 2 buah, langen hak
2 buah, hak blass 1 buah, dan pisau
cauter.
96

c. Meja III berisi : ( mesin couter)


d. Meja IV berisi : ( meja operasi dilapisi
perlak, alas bokong, underpad, serta
persiapan box bayi. Persiapan obat-
obatan, seperti : ondacetron, ranitidine,
oxytocin, ketorolac,dexamethasone,
metergin, tramadol, dan obat anastesi
bupivacaine (buvanest, bifanex, atau
decain).
E : alat dan bahan operasi sudah
disiapkan.
12. Mendampingi ibu masuk ke ruangan
operasi.
E : ibu sudah didampingi
13. Menganjurkan ibu agar bersikap tenang dan
santai.
E : ibu sudah dalam keadaan tenang
14. Membantu ibu untuk naik ke meja operasi
E : ibu sudah di meja operasi.
Soap intra operasi
Pukul : 08.15 WIB
S : ibu merasa cemas dan takut saat proses
operasi dimulai
O : keadaan umum : sedang
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/m
RR : 20 x/m
T : 36,5 ˚c
97

A : Ny. “N” G3 P2 A0 dengan intra sectio


caesarea atas indikasi plasenta previa totalis.
P:
1. Memberitahu ibu bahwa proses section
caesarea akan segera dimulai pada pukul
08.30.
E : ibu mengerti
2. Membantu ibu untuk duduk dengan wajah
menunduk kearah dada untuk injeksi anastesi
spinal dimulai.
E : ibu mengerti
3. Mengamati penyuntikan anastesi spinal
lumbal V
E : ibu sudah disuntikkan
4. Mengamati proses operasi yang dilakukan
oleh dr. SpOG
Tanggal 07 Mei E: operasi sedang berlangsung.
2019 5. Mengamati dokter dan asisten melahirkan
Pukul 09.07 Bayi bayi : bayi lahir tanggal 07 mei 2019 pukul
Lahir 09.07 WIB jenis kelamin perempuan, BB
2900 gram, PB 50 cm, anus (+), kelainan
congenital (-), bayi segera menangis kuat
E : bayi sudah dilahirkan.
6. Mengamati plasenta dan selaput plasenta
dilahirkan
E : plasenta lahir lengkap
7. Mengamati dokter menjahit lapisan uterus
E : lapisan uterus sudah dijahit
98

8. Mengamati dokter menjahit lapisan abdomen


sampai ke kulit abdomen
E : abdomen sudah dijahit
9. Memberitahu ibu bahwa tindaka section
caesarea sudah selesai
E : ibu mengatakan lega dan senang
10. Membantu asisten membersihkan ibu
E : ibu sudah dibersihkan
11. Memakaikan pembalut dan sarung pada ibu
E : ibu bersedia
12. Mendorong ibu ke ruangan post operasi
E : ibu sudah dipindahkan keruangan
perawatan.

Soap post operasi


Operasi selesai pukul 09.30.
Pukul : 09 : 45 WIB
S : ibu mengatakan sangat lega dan senang
karena proses operasi telah selesai dilakukan.
Ibu mengeluh menggigil kedinginan
O : keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Jumlah urine : 150 cc berwarna kuning
Konsistensi : cair
Perdarahan pervaginam : 75 cc
Perdarahan bekas operasi : (-)
TFU : setinggi pusat
IVFD : RL 20 tetes/m
Pemeriksaan TTV :
99

TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/m
RR : 20 x/m
T : 37,5˚C
A : Ny. “N” P3 A0 post section caesarea atas
indikasi plasenta previa totalis.
P:
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
E : hasil normal
2. Memberikan konseling kepada ibu dan
keluarga bahwa rasa menggigil dan
kedinginan merupakan efek dari obat
bius/anastesi yang diberikan kepada ibu saat
operasi
E : ibu dan keluarga mengerti
3. Memberitahu keluarga agar dapat membantu
ibu untuk bergerak – gerakkan kaki dan
badannya setelah 12 jam post operasi.
E : keluarga mengerti dan bersedia
membantu ibu
4. Memberitahu kepada keluarga agar ibu bisa
harus mampu bangun dan duduk 24 jam post
operasi.
E : keluarga mengerti
5. Memberitahu kepada keluarga agar ibu
melanjutkan terapi yang diberikan oleh
dokter : IVFD RL 20 tetes/m, injeksi
ketorolac 1 ampul/8 jam, injeksi cefotaxime
100

1 ampul/8 jam.
E : ibu dan keluarga mengerti dan bersedia
melnjutkan terapi
6. Memberitahukan keluarga agar ibu bersedia
makan makanan yang bergizi
E : keluarga bersedia
7. Memberitahukan keluarga agar ibu
memberikan ASI saja kepda bayinya sampai
berumur 6 bulan
E : keluarga bersedia membantu ibu
8. Melakukan pendokumentasian
E : pendokumentasi telah dilakukan

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS POST OPERASI


PADA NY ”N” P3 A0 HARI KE- 1
101

DI RSUD DEPATI BAHRIN SUNGAILIAT


Tempat Pemeriksaan : Tanggal Pengkajian : 07 MEI 2019
RSUD Depati Bahrin Tempat Pengkajian : RSUD Depati
SUNGAILIAT Bahrin Sungailiat
PENGKAJIAN ASUHAN A. DATA SUBJEKTIF
KEBIDANAN DANKANDUNGAN 1. Identitas Klien
Nama Ibu : NY. “N”
Umur : 39 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT

Nama Suami : TN.”S”


Umur : 41 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh Harian
Alamat : Jl. Jendral Sudirman
Parit Padang
2. Keluhan Utama : Ibu mengatakan nyeri dibagian bawah perut

3. Riwayat Kesehatan Sekarang


Penyakit Menular : HIV/AIDS- TBC - Hepatitis -
Penyakit Keturunan : Hipertensi - Diabetes Melitus-
Asma Jantung -
4. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Hipertensi- Diabetes Melitus- Perdarahan ante partum-
Perdarahan PP- HEG- Pernah dirawat di RS -
Penyakit Keturunan - Penyakit Menular -
102

5. Riwayat Operasi
Pernah dirawat (tidak pernah) Kapan (tidak ada) Dimana (tidak ada)
Pernah di Operasi (pernah) Kapan (07 mei 2019) Dimana (di RSUD Depati
Bahrin Sungailiat)
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Hipertensi Diabetes Melitus Penyakit Menular
- - -
PMS- Riwayat Kembar -

7. Riwayat Menstruasi

Umur Menarche : 14 thn Jumlah darah : 3 x ganti pembalut

Lama Haid : 7 hari, Teratur

HPHT : 28-08-2018 HPL : 04-05-2019

Keluhan : Dismenorrhea- Spoting -

Menorragia - Pre Menstruasi Syndrome -


8. Riwayat Perkawinan : ya, Lama Perkawinan .....9......thn

9. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu


P 3 A 0 HIDUP : 3
Tgl. Anak Ibu
Temp Penol
Tahu Umur Jenis K K
N at ong Peny
n Keha Persali J P / /
o Partu Persal ulit BB laktasi
Partu milan nan K B U U
s inan
s
1 2008 Diru Ater Norma Duku - p 2,9 4 B B +
mah m l n 8
2 2014 BPM Ater Norma Bidan - L 2,6 4 B B +
m l 8
103

3 2019 RS Ater SC Dokte Plas P 2,9 5 B B +


m r enta 0
previ
a
10. Riwayat Persalinan Sekarang
Tempat melahirkan : RSUD Depati Bahrin Sungailiat
Ditolong oleh : Dokter
Jenis Persalinan : sectio caesarea
Lama persalinan : 9 jam 45 menit
Catatan waktu
Kala I : 9 jam 31 menit
Kala II : 10 menit
Dipimpin meneran : -
Kala III : 04 menit
Kala IV : 2 jam setelah persalinan jam : 10.00-12.00 wib
Ketuban pecah : - kelainan : ada / tidak
Spontan / Amniotomi
Komplikasi/ kelainan dalam persalinan
Lama persalinan : 11 jam 45 menit
Plasenta : lengkap
Manual ( Indikasi )
Lengkap, ukuran : ....50.....cm, Berat..500...........gram
Kelainan plasenta : Tidak Ada
Panjang tali pusat : 50 cm
Kelainan tali pusat : tidak ada
Perineum : ..........√.........Utuh
......---.......Robekan tingkat...........
......---.......Episiotomi
.......---......Anastesi
104

.......---.......Jahitan
Perdarahan : Kala I :........50..........ml
Kala II :.......100.........ml
Kala III & IV :.......150.........ml
Selama operasi :.......± 250.....m
Tindakan lain : ........ ada...............Infus cairan RL
........tidak ada...............Transfusi golongan darah
11. Riwayat Keluarga Berencana
Metode KB yang pernah dipakai : suntik 3 bulan
Lama pemakaian KB : 2 tahun
Komplikasi dari KB : Perdarahan - PID/Radang panggul-
12. Pola Kebutuhan sehari-hari
Pola makan : 3 kali/hari
Pola minum : 8 gelas/hari, Kebiasaan minum : Alkohol, obat-obatan/jamu,
kopi (tidak)
Pola Eliminasi BAK : 6 kali/hari Warna : jernih
BAB : 1 kali/hari Konsistensi : lunak
Pola Istirahat : Tidur : 7 Jam/hari, Tidur terakhir jam : -
Pola Personal Hygiene : Mandi 2 kali/hari, gosok gigi 3 kali/hari,
ganti pakaian 2 kali/hari
Pola hubungan seksual : 1 kali/seminggu, keluhan : tidak ada
Pola Psikososial : Penerimaan klien terhadap kehamilan ini :
Sosial support dari suami :  orang tua 
keluarga lain 
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : baik, Kesadaran : composmentis, BB/TB : 57 Kg 158 cm
Tekanan Darah : 110/70 mmHg, Nadi : 80 x/menit, Pernafasan : 20 x/menit
0
Suhu : 36,7 C Lila : 24 cm
2. Pemeriksaan fisik
 -
105

Kepala : Simetris Benjolan patologis


Rambut : Warna hitam  Kerontokan rambut- Ketombe-
Muka : Pucat- Oedem - Cloasma Gravidarum-
Mata : Pandangan kabur - Sclera/ Ikterik-
Konjungtiva pucat -
Hidung : Sekret - Polip -
Leher : Pemb. Kel.Tiroid- Pemb. Kel. Limfe -
Pemb. Kel. Jugularis -
Dada dan Mammae : Simetris Teraba benjolan - Nyeri tekan
Ekstermitas : Tungkai simetris/Asimetris, Oedem, -
Reflek Patella + / +
3. Pemeriksaan Khusus
c. Obstetri
1. Payudara
a) Kolustrum : ada
b) Pembengkakan : tidak ada
2. Abdomen
a) Inspeksi
1) Luka bekas operasi : ada
2) Lain-lain : tidak ada
b) Palpasi
1) TFU : setinggi pusat
2) Kontraksi Uterus : baik
3) Kandung kemih : kosong
3. Genitalia
a) Lochea : rubra
b) Luka jalan lahir : tidak ada
106

4. Pemeriksaan Penunjang
Darah : Hb 10,4 gr% , Gol. Darah : O

C. ANALISA DATA
Diagnosa Kebidanan
P3 A 0 , post section caesarea atas indikasi plasenta previa totalis hari ke 1
Diagnosa Masalah
DS : Ny.”N” mengatakan nyeri perut bekas operasi
Kebutuhan
Kolaborasi dengan dokter Sp.OG
DO : keadaan umum baik
TTV: TD : 110/70 mmHg RR : 20 x/m
P : 80 x/m T : 36,7 C
D. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan pemeriksaan TTV dan KU
2. Mengobservasi jumlah pengeluaran darah pervaginam dan kontraksi uterus
3. Memberikan penjelasan kepada ibu tentang nyeri perut yang dirasakan
4. Mengajarkan ibu tehnik relaksasi
5. Memberitahu ibu untuk melakukan mobilisai dini
6. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi
7. Memberikan terapi sesuai dengan advis dokter
8. Menganjurkan ibu untuk beristirahat yang cukup
9. Memberitahu ibu untu menjaga kehangatan bayi
10. Mengingatkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan dirinya secara mandiri,
atau dengan bantuan dari keluarga
11. Melakukan konseling tentang pemberian ASI eklusif
12. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang bila ada
keluhan/indikasi tertentu.
13. Melakukan pendokumentasian
107

PENATALAKSANAAN
Asuhan kebidanan hari ke 1
NAMA : Ny.”N” NO. RM :
UMUR : 39 thn TANGGAL : 07 MEI 2019 KELAS
TANGGAL/JA CATATAN PERKEMBANGAN NAMA &
M (SOAP) PARAF
S : Ny. “N” mengatakan telah melahirkan
anak ke tiga dan tidak pernah keguguran,
Ibu mengatakan nyeri bekas operasi.
O : Keadaan umum ibu baik, dengan hasil
pemeriksaan
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 90 x/m
RR : 26 x/m
07 MEI 2019 Suhu : 36 ˚C
09.15 WIB Lila : 24 cm
TFU : 2 jari dibawah pusat
Lochea : rubra
A : Ny. “N” P3 A0 post section caesarea atas
indikasi plasenta previa totalis hari ke 1
P:
1. Mengobservasi keadaan umum ibu dan
TTV
E : Keadaan umum baik, TTV telah
dilakukan dengan hasil pemeriksaan
TD : 110/ 80 mmHg,
Nadi 90 x/m, Suhu : 36 ˚c, RR 26 x/m
2. Melakukan pemeriksaan kontraksi
108

uterus, lochea
E : kontraksi uterus baik TFU 2 jari
dibawah pusat dan lochea rubra.
3. Memberikan penjelasan kepada ibu
tentang nyeri perut yang dirasakan
karena obat efek obat bius yang sudah
habis
E : ibu mengerti
4. Mengajarkan ibu tehnik relaksasi
dengan cara menarik nafas dari hidung
kemudian menghembuskan secara
perlahan melalui mulut dan
mengompres bagian yang nyeri dengan
air hangat
E : ibu mengetahui tehnik relaksasi
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan
mobilasi dini seperti : bergerak, miring
kiri dan kanan secara pelan-pelan
E : ibu mengerti dan melakukannya
6. Menganjurkan ibu untuk
mengkonsumsi makanan bergizi
E :   Ibu sudah mengerti tentang
perlunya makanan bergizi pada masa
penyembuhan
7. Kolaborasi dengan dr. Sp.OG dalam
pemberian terapi :
- Infuse D5 % : RL 1:1 20 tetesx/m
- Ketorolac 2x1
109

- Injeksi ceftriaxone 2x1


- Asam mefenamat
E : terapi telah dilakukan
8. Menganjurkan ibu untuk beristirahat
E : ibu sudah beristirahat
9. Memberitahu ibu dan keluarga untuk
selalu menjaga kehangatan bayinya
dengan cara : membedong, menyelimuti
baji serta memakaikan topi, kaos kaki
dan tangan
E : ibu dan keluarga bersedia
10. Mengingatkan ibu untuk selalu menjaga
kebersihan dirinya secara mandiri, atau
dengan bantuan dari keluarga
E : Pasien sudah dibersihkan dan sudah
ganti pembalut.
11. Melakukan konseling tentang
pemberian ASI eksklusif pada bayinya
sampai usia 6 bulan tanpa makanan
pendamping
E : ibu berjanji akan melakukan
pemberian ASI eksklusif tanpa
makanan pendamping.
12. Menganjurkan ibu untuk segera
melaporkan ke tenaga kesehatan apabila
ada keluhan
E : ibu berjanji akan segera melaporkan
bila ada keluhan.
110

13. Melakukan pendokumentasian


E : Dokumentasi telah dilakukan
PENATALAKSANAAN
Asuhan kebidanan hari ke 2
NAMA : Ny.”N” NO. RM :
UMUR : 39 thn TANGGAL : 08 MEI 2019 KELAS
TANGGAL/JA CATATAN PERKEMBANGAN NAMA &
M (SOAP) PARAF
S : Ny. “N” mengatakan telah melahirkan
anak ke tiga dan tidak pernah keguguran,
Ibu mengatakan nyeri bekas operasi
sudah berkurang.
O : Keadaan umum ibu baik, dengan hasil
pemeriksaan
TD : 110/80 mmHg
08 MEI 2019 Nadi : 90 x/m
10.30 WIB RR : 26 x/m
Suhu : 36 ˚C
Lila : 24 cm
TFU : 2 jari dibawah pusat
Lochea : rubra
A : Ny. “N” P3 A0 post section caesarea atas
indikasi plsenta previa totalis hari ke 2
P:
1. Mengobservasi keadaan umum ibu dan
TTV
E : Keadaan umum baik, TTV telah
dilakukan dengan hasil pemeriksaan TD
: 110/ 80 mmHg, Nadi 90 x/m, Suhu :
111

36 ˚c, RR, 26 x/m


2. Melakukan pemeriksaan kontraksi
uterus dan lochea
E : kontraksi uterus baik TFU 2 jari
dibawah pusat, lochea rubra.
3. Mengajarkan ibu tehnik relaksasi
dengan cara menarik nafas dari hidung
kemudian menghembuskan secara
perlahan melalui mulut dan
mengompres bagian yang nyeri dengan
air hangat
E : ibu mengetahui tehnik relaksasi
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan
mobilasi dini seperti : bergerak, miring
kiri dan kanan secara pelan-pelan
E : ibu mengerti dan melakukannya
5. Kolaborasi dengan dr. Sp.OG dalam
pemberian terapi :
- Infus D5 % : RL 1:1 20 tetesx/m
- Ketorolac 2x1
- Injeksi ceftriaxone 2x1
- Asam mefenamat
E : terapi telah dilakukan
6. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi
makanan bergizi
E :   Ibu sudah mengerti tentang
perlunya makanan bergizi pada masa
penyembuhan
112

7. Menganjurkan ibu untuk beristirahat


E : ibu sudah beristirahat
8. Memberitahu ibu untuk selalu menjaga
kebersihan dirinya secara mandiri, atau
dengan bantuan dari keluarga
E : Pasien sudah dibersihkan dan sudah
ganti pembalut.
9. Melakukan konseling tentang
pemberian ASI eksklusif pada bayinya
sampai usia 6 bulan tanpa makanan
pendamping
E : ibu berjanji akan melakukan
pemberian ASI eksklusif tanpa
makanan pendamping
10. Menganjurkan ibu untuk segera
melaporkan ke tenaga kesehatan apabila
ada keluhan
E : ibu berjanji akan segera melaporkan
bila ada keluhan.
11. Melakukan pendokumentasian
E : Dokumentasi telah dilakukan

PENATALAKSANAAN
Asuhan kebidanan hari ke 3
NAMA : Ny.”N” NO. RM :
UMUR : 39 thn TANGGAL : 09 MEI 2019 KELAS
TANGGAL/JA CATATAN PERKEMBANGAN NAMA &
M (SOAP) PARAF
S : Ny. “N” mengatakan telah melahirkan
113

anak ke tiga dan tidak pernah keguguran,


Ibu mengatakan nyeri bekas operasi
sudah berkurang.
O : Keadaan umum ibu baik, dengan hasil
pemeriksaan
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 90 x/m
RR : 26 x/m
09 MEI 2019 Suhu : 36 ˚C
10.25 WIB Lila : 24 cm
TFU : 2 jari dibawah pusat
Lochea : rubra
A : Ny. “N” P3 A0 post section caesarea atas
indikasi plsenta previa totalis hari ke 3
P:
1. Mengobservasi keadaan umum ibu dan
TTV
E : Keadaan umum baik, TTV telah
dilakukan dengan hasil pemeriksaan TD
: 110/ 80 mmHg, Nadi 90 x/m, Suhu :
36 ˚c, RR, 26 x/m
2. Melakukan pemeriksaan kontraksi
uterus dan lochea
E : kontraksi uterus baik TFU 2 jari
dibawah pusat dan lochea
sanguinolenta.
3. Mengajarkan ibu tehnik relaksasi
dengan cara menarik nafas dari hidung
114

kemudian menghembuskan secara


perlahan melalui mulut dan
mengompres bagian yang nyeri dengan
air hangat
E : ibu mengetahui tehnik relaksasi
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan
mobilasi dini seperti : bergerak, miring
kiri dan kanan secara pelan-pelan
E : ibu mengerti dan melakukannya
5. Kolaborasi dengan dr. Sp.OG dalam
pemberian terapi :
- Infus D5 % : RL 1:1 20 tetesx/m
- Ketorolac 2x1
- Injeksi ceftriaxone 2x1
- Asam mefenamat
E : terapi telah dilakukan
6. Menganjurkan ibu untuk
mengkonsumsi makanan bergizi
E :   Ibu sudah mengerti tentang
perlunya makanan bergizi pada masa
penyembuhan
7. Menganjurkan ibu untuk beristirahat
E : ibu sudah beristirahat
8. Memberitahu ibu dan keluarga untuk
selalu menjaga kehangatan bayinya
dengan cara : membedong, menyelimuti
baji serta memakaikan topi, kaos kaki
dan tangan
115

E : ibu dan keluarga bersedia


9. Memberitahu itu untuk menjaga luka
operasi dan menggantikan verban pada
luka operasi agar tetap kering
E : Perban luka operasi sudah diganti
dan keadaan luka operasi sudah kering
10. Memberitahu ibu untuk selalu menjaga
kebersihan dirinya secara mandiri, atau
dengan bantuan dari keluarga
E : Pasien sudah dibersihkan dan sudah
ganti pembalut.

11. Melakukan konseling tentang


pemberian ASI eksklusif pada bayinya
sampai usia 6 bulan tanpa makanan
pendamping
E : ibu berjanji akan melakukan
pemberian ASI eksklusif tanpa
makanan pendamping
12. Menganjurkan ibu untuk segera
melaporkan ke tenaga kesehatan apabila
ada keluhan
E : ibu berjanji akan segera melaporkan
bila ada keluhan.
13. Melakukan pendokumentasian
E : Dokumentasi telah dilakukan
116

PENATALAKSANAAN
Asuhan kebidanan hari ke 4
NAMA : Ny.”N” NO. RM :
UMUR : 39 thn TANGGAL : 10 MEI 2019 KELAS
TANGGAL/JA CATATAN PERKEMBANGAN NAMA &
M (SOAP) PARAF
S : Ny. “N” mengatakan telah melahirkan anak
ke tiga dan tidak pernah keguguran,
Ibu mengatakan nyeri bekas operasi sudah
berkurang.
O : Keadaan umum ibu baik, dengan hasil
pemeriksaan
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 90 x/m
RR : 26 x/m
10 MEI 2019 Suhu : 36 ˚C
09.05 WIB Lila : 24 cm
117

TFU : 2 jari dibawah pusat


Lochea : sanguinolenta
A : Ny. “N” P3 A0 post section caesarea atas
indikasi plsenta previa totalis hari ke 4
P:
1. Mengobservasi keadaan umum ibu
dan TTV
E : Keadaan umum baik, TTV telah
dilakukan dengan hasil pemeriksaan
TD : 110/ 80 mmHg, Nadi 90 x/m, Suhu
: 36 ˚c, RR, 26 x/m
2. Melakukan pemeriksaan kontraksi
uterus dan lochea.
E : kontraksi uterus baik TFU 2 jari
dibawah pusat,dan lochea sanguinolenta.
3. Mengajarkan ibu tehnik relaksasi
dengan cara menarik nafas dari hidung
kemudian menghembuskan secara
perlahan melalui mulut dan mengompres
bagian yang nyeri dengan air hangat
E : ibu mengetahui tehnik relaksasi
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan
mobilasi dini seperti : bergerak, miring
kiri dan kanan secara pelan-pelan
E : ibu mengerti dan melakukannya
5. Kolaborasi dengan dr. Sp.OG dalam
pemberian terapi :
- Infus D5 % : RL 1:1 20 tetesx/m
118

- Ketorolac 2x1
- Injeksi ceftriaxone 2x1
- Asam mefenamat
E : terapi telah dilakukan
6. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi
makanan bergizi
E :   Ibu sudah mengerti tentang
perlunya makanan bergizi pada masa
penyembuhan
7. Menganjurkan ibu untuk beristirahat
E : ibu sudah beristirahat
8. Memberitahu ibu dan keluarga untuk
selalu menjaga kehangatan bayinya
dengan cara : membedong, menyelimuti
baji serta memakaikan topi, kaos kaki
dan tangan
E : ibu dan keluarga bersedia
9. Memberitahu itu untuk menjaga luka
operasi dan menggantikan perban pada
luka operasi agar tetap kering
E : perban luka operasi sudah diganti
dan keadaan luka operasi sudah kering
10. Memberitahu ibu untuk selalu menjaga
kebersihan dirinya secara mandiri, atau
dengan bantuan dari keluarga
E : Pasien sudah dibersihkan dan
sudaHganti pembalut.
11. Melakukan konseling tentang pemberian
119

ASI eksklusif pada bayinya sampai usia


6 bulan tanpa makanan pendamping
E : ibu berjanji akan melakukan
pemberian ASI eksklusif tanpa makanan
pendamping
12. Menganjurkan ibu untuk segera
melaporkan ke tenaga kesehatan apabila
ada keluhan
E : ibu berjanji akan segera melaporkan
bila ada keluhan.
13. Melakukan pendokumentasian
E : Dokumentasi telah dilakukan

PENATALAKSANAAN
Asuhan kebidanan hari ke 5
NAMA : Ny.”N” NO. RM :
UMUR : 39 thn TANGGAL : 11 MEI 2019 KELAS
TANGGAL/JA CATATAN PERKEMBANGAN NAMA &
M (SOAP) PARAF
S : Ny.“N” mengatakan telah melahirkan anak
ke tiga dan tidak pernah keguguran,
Ibu mengatakan nyeri bekas operasi sudah
berkurang.
O : Keadaan umum ibu baik, dengan hasil
pemeriksaan
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 90 x/m
11 MEI 2019 RR : 23 x/m
10.35 WIB Suhu : 36 ˚C
120

Lila : 24 cm
TFU : 2 jari dibawah pusat
Lochea : sanguinolenta
A : Ny. “N” P3 A0 post section caesarea atas
indikasi plsenta previa totalis hari ke 5
P:
1. Mengobservasi keadaan umum ibu
dan TTV
E : Keadaan umum baik, TTV telah
dilakukan dengan hasil pemeriksaan TD
: 110/ 80 mmHg, Nadi 90 x/m, Suhu :
36 ˚c, RR, 26 x/m
2. Melakukan pemeriksaan kontraksi
uterus dan lochea.
E : kontraksi uterus baik TFU 2 jari
dibawah pusat dan lochea
sanguinolenta.
3. Menganjurkan ibu untuk melakukan
mobilasi dini seperti : bergerak, miring
kiri dan kanan secara pelan-pelan
E : ibu mengerti dan melakukannya
4. Melakukan up infuse
E : up infus sudah dilakukan
5. Memberitahu ibu bahwa boleh pulang
hari ini
E : ibu merasa senang karena sudah
diperbolehkan pulang
6. Memberitahu ibu untuk melanjutkan
121

terapi yang dianjurkan sesuai dengan


advis Dokter Sp.OG
E : ibu mengerti penjelasan yang
diberikan
7. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi
makanan bergizi
E :   Ibu sudah mengerti tentang
perlunya makanan bergizi pada masa
penyembuhan.
8. Menganjurkan ibu untuk beristirahat
E : ibu sudah beristirahat
9. Memberitahu ibu dan keluarga untuk
selalu menjaga kehangatan bayinya
dengan cara : membedong, menyelimuti
baji serta memakaikan topi, kaos kaki
dan tangan dan menjaga tali pusat agar
tetap kering
E : ibu dan keluarga bersedia
10. Memberitahu itu untuk menjaga luka
operasi dan menggantikan perban pada
luka operasi agar tetap kering
E : perban luka operasi sudah diganti
dan keadaan luka operasi sudah kering
11. Memberitahu ibu untuk selalu menjaga
kebersihan dirinya secara mandiri, atau
dengan bantuan dari keluarga
E : Pasien sudah dibersihkan dan sudah
ganti pembalut.
122

12. Melakukan konseling tentang


pemberian ASI eksklusif pada bayinya
sampai usia 6 bulan tanpa makanan
pendamping
E : ibu berjanji akan melakukan
pemberian ASI eksklusif tanpa makanan
pendamping.
13. Menganjurkan ibu untuk melakukan
kunjungan ulang bila ada
keluhan/indikasi tertentu.
E : ibu berjanji apabila ada keluhan
akan segera datang ketempat pelayanan
kesehatan terdekat
14. Melakukan pendokumentasian
E : Dokumentasi telah dilakukan

PENATALAKSANAAN
Asuhan kebidanan KF 2 ( 1 minggu )
NAMA : Ny. “N” NO. RM :
UMUR : 39 thn TANGGAL : 14 MEI 2019 KELAS
TANGGAL/JA CATATAN PERKEMBANGAN NAMA &
M (SOAP) PARAF
S : Ny. “N” mengatakan telah melahirkan
anak ke tiga dan tidak pernah keguguran,
Ibu mengatakan nyeri bekas operasi sudah
berkurang.
O : Keadaan umum ibu baik, dengan hasil
pemeriksaan
TD : 110/80 mmHg
123

Nadi : 82 x/m
14 MEI 2019 RR : 22 x/m
09.45 WIB Suhu : 36 ˚C
Lila : 24 cm
TFU : 3 jari diatas simfisis
Lochea : serosa
A : Ny. “N” P3 A0 post section caesarea atas
indikasi plsenta previa totalis hari ke 6

P:
1. Mengobservasi keadaan umum ibu
dan TTV
E : Keadaan umum baik, TTV telah
dilakukan dengan hasil pemeriksaan
TD : 110/ 80 mmHg, Nadi 82 x/m,
Suhu : 36 ˚c, RR, 22 x/m
2. Melakukan pemeriksaan kontraksi
uterus dan lochea.
E : kontraksi uterus baik TFU 3jari
diatas simfisi dan lochea serosa.
3. Memberitahu ibu dan keluarga untuk
selalu menjaga kehangatan bayinya
dengan cara : membedong, menyelimuti
baji serta memakaikan topi, kaos kaki
dan tangan dan menjaga tali pusat agar
tetap kering
E : ibu dan keluarga bersedia
4. Memberitahu itu untuk menjaga luka
124

operasi dan menggantikan verban pada


luka operasi agar tetap kering
E : Verban luka operasi sudah diganti
dan keadaan luka operasi sudah kering
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang
cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan dan tidak dianjurkan untuk
melakukan pekerjaan yang berat untuk
mencegah terjadinya indikasi pada luka
jahitan operasi
E : ibu mengerti dan bersedia
melakukannya
6. Memberikan konseling tentang
perawatan payudara dengan cara :
a. Menjaga payudara tetap bersih dan
kering, terutama pada putting susu.
b. Apabila putting susu lecet oleskan
ASI pada sekitar putting susu setiap
kali selesai menyusui
c. Ibu sebaiknya menggunaka BH yang
menyongkong payudara

E : ibu mengerti konseling yang


diberikan

7. Melakukan konseling tentang


pemberian ASI eksklusif pada bayinya
sampai usia 6 bulan tanpa makanan
pendamping
125

E : ibu berjanji akan melakukan


pemberian ASI eksklusif tanpa makanan
pendamping
8. Menganjurkan ibu untuk melakukan
kunjungan ulang bila ada
keluhan/indikasi tertentu.
E : ibu berjanji apabila ada keluhan
akan segera datang ketempat pelayanan
kesehatan terdekat
9. Melakukan pendokumentasian
E : Dokumentasi telah dilakukan

PENATALAKSANAAN
Asuhan kebidanan KF3 ( 2 minggu)
NAMA : Ny.”N” NO. RM :
UMUR : 39 thn TANGGAL : 21 MEI 2019 KELAS
TANGGAL/JA CATATAN PERKEMBANGAN NAMA &
M (SOAP) PARAF
S : Ny. “N” mengatakan telah melahirkan
anak ke tiga dan tidak pernah keguguran,
Ibu mengatakan nyeri bekas operasi sudah
berkurang.
O : Keadaan umum ibu baik, dengan hasil
pemeriksaan
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/m
21 MEI 2019 RR : 21 x/m
10.05 WIB Suhu : 36 ˚C
Lila : 24 cm
126

TFU : sudah tidak teraba dari luar


Lochea : serosa.
A : Ny. “N” P3 A0 post section caesarea atas
indikasi plasenta previa totalis hari ke 7
P:
1. Mengobservasi keadaan umum ibu
dan TTV
E : Keadaan umum baik, TTV telah
dilakukan dengan hasil pemeriksaan
TD : 120/ 80 mmHg, Nadi 80 x/m, Suhu
: 36 ˚c, RR, 21 x/m
2. Melakukan pemeriksaan kontraksi
uterus dan lochea.
E : kontraksi uterus baik TFU sudah
tidak teraba dari luar dan lochea serosa.
3. Memberitahu ibu dan keluarga untuk
selalu menjaga kehangatan bayinya
dengan cara : membedong, menyelimuti
baji serta memakaikan topi, kaos kaki
dan tangan dan menjaga tali pusat agar
tetap kering
E : ibu dan keluarga bersedia
4. Memberitahu itu untuk menjaga luka
operasi dan menggantikan verban pada
luka operasi agar tetap kering
E : Verban luka operasi sudah diganti
dan keadaan luka operasi sudah kering
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang
127

cukup untuk mencegah kelelahan yang


berlebihan dan tidak dianjurkan untuk
melakukan pekerjaan yang berat untuk
mencegah terjadinya indikasi pada luka
jahitan operasi
E : ibu mengerti dan bersedia
melakukannya

6. Memberikan konseling tentang


perawatan payudara dengan cara :
a. Menjaga payudara tetap bersih dan
kering, terutama pada putting susu.
b. Apabila putting susu lecet oleskan
ASI pada sekitar putting susu setiap
kali selesai menyusui
c. Ibu sebaiknya menggunaka BH yang
menyongkong payudara
E : ibu mengerti konseling yang
diberikan
7. Menganjurkan ibu untuk membawa
bayinya ke posyandu untuk mendapatka
imunisasin dasar
E : ibu mau membawa bayinya ke
posyandu
8. Memberikan konseling mengenai alat
kontrasepsi seperti : pil, IUD, implant,
suntik 1 bulan dan 3 bulan
E : ibu mengerti
128

9. Memberikan support kepada ibu untuk


tetap memberikan ASI Eksklusif selama
6 bulan
E : ibu berjanji akan melakukan
pemberian ASI eksklusif tanpa makanan
pendamping.
10. Menganjurkan ibu untuk melakukan
kunjungan ulang bila ada
keluhan/indikasi tertentu.
E : ibu berjanji apabila ada keluhan
akan segera datang ketempat pelayanan
kesehatan terdekat
11. Melakukan pendokumentasian
E : Dokumentasi telah dilakukan
129
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada tanggal 06 Mei 2019 ibu datang ke RSUD Depati Bahrin Sungailiat

bersama suami dan keluarganya, ibu mengeluh keluar darah dari vaginanya tanpa

disertai rasa mules, Setelah melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang

ibu diantar keruang bersalin, dari hasil anamnesa ibu berumur 39 tahun, ini kehamilan

ketiga, dan tidak pernah keguguran dan kehamilan saat ini mengalami indikasi yaitu

posisi plasenta yang abnormal sehingga menutupi jalan lahir, ibu direncanakan

dilakukan section caesarea. Menurut Decherney 2007 bahwa indikasi dilakukannya

section caesarea yaitu atas indikasi ibu. Asuhan kebidanan Pada Ibu bersalin Ny.”N”

P3 A0 dengan Plasenta Previa Totalis, yang pengumpulan datanya dilakukan sencara

mandiri, langsung dari pasien ataupun penunjang. Kelengkapan data sesuai dengan

kasus yang dihadapi, meliputi data subjektif dan data objektif. Salah satu penyebab

pendarahan saat kehamilan adalah plasenta previa yang dapat menyebabkan

perdarahan (Prawirohardjo). Data objektif dilakukan dengan melengkapi keadaan

umum, tanda-tanda vital, pemeriksaan obstetrik yang meliputi inspeksi dan palpasi

serta pemeriksaan dalam.

Menurut Manuaba (2010), faktor-faktor resiko terjadinya plasenta previa

dapat disebabkan karena gangguan kesuburan endometrium sehingga perlu perluasan

implantasi. Keadaan ini terjadi pada ibu dengan multiparitas dengan jarak hamil

pendek, ibu yang beberapa kali menjalani seksio sesarea, ibu dengan riwayat dilatasi
131

dan kuretase, ibu dengan gizi rendah, dan ibu dengan usia hamil pertama di atas 35

tahun. Selain itu adanya pelebaran implantasi plasenta pada kehamilan ganda juga

dapat menjadi faktor penyebab kejadian plasenta previa karena pada kehamilan

ganda memerlukan perluasan plasenta untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin

karena endometrium kurang subur.

Berdasarkan pengkajian dalam kasus plasenta previa totalis ditemukan faktor

penyebab terjadinya plasenta previa yaitu usia ibu lebih dari 35 tahun. Dalam asuhan

kebidanan pada Ny. “N” berdasarkan identifikasi yang dilakukan ada kesesuaian

antara teori faktor penyebab terjadinya plasenta previa dengan penyebab plasenta

previa pada kasus Ny. “N”.

Setiap ibu dengan perdarahan antepartum harus segera dikirim ke rumah sakit

yang memiliki fasilitas melakukan transfusi darah dan operasi. Perdarahan yang

terjadi pertama kali jarang sekali, atau boleh dikatakan tidak pernah menyebabkan

kematian, asal sebelumnya tidak diperiksa-dalam. Jangan sekali-kali melakukan

pemeriksaan dalam kecuali dalam keadaan siap operasi (Sumapraja,2005). 

Berdasarkan pengkajian dalam kasus plasenta previa totalis Dalam asuhan

kebidanan pada Ny. “N” berdasarkan identifikasi yang dilakukan bahwa ada

kesenjangan antara teori dengan keadaan yang dialami oleh Ny. “N”.

Hasil pengkajian diperoleh KU : baik, kesadaran : compos mentis, TTV : TD

= 120/70 mmHg , P : 80 x/m , RR: 20 x/m , T : 36,7 C, Leopoid 1 : TFU 33 cm, 3

jari bawah PX, TBJ 3255 gram, Leopold 2 Teraba bagian sebelah kanan panjang
132

seperti papan (puka), Leopold 3 : Teraba bagian yang bulat keras dan melenting

(kepala), Leopold 4 : Bagian terbawah jani belum masuk PAP (Konvergen),

Auskultasi : DJJ 144x/m, HIS / kontraksi: tidak ada, Inspeksi : keluar darah segar dari

vaginanya, tanpa disertai rasa mules karena plasenta Previa totalis, VT : pembukaan

2 cm, portio : tebal, ketuban : utuh.

Menurut Prawirohardjo 2008, Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta

berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga

menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir ostium uteri internal dan oleh

karenanya bagian terendah sering kali terkendala memasuki Pintu Atas Panggul

(PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan normal plasenta

umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus

uteri.

Berdasarkan pengkajian dalam kasus plasenta previa totalis ditemukan bahwa

dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal. Dalam asuhan kebidanan pada

Ny. “N” berdasarkan identifikasi yang dilakukan ada kesesuaian antara teori dengan

keadaan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga menutupi

sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir ostium uteri internal yang terjadi pada

Ny.”N”.

Menurut prawirohadjo 2008, cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta

previa totalis adalah section caesarea, karena prinsip utama dalam melakukan section

caesarea untuk mrnyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tidak

punya harapan hidup tindakan ini harus dilakukan, dengan tujuan untuk melahirkan
133

janin dengan segera sehingga uterus dapat berkontraksi dengan baik untuk

menghentikan pendarahan, dan menghindari kemungkinan terhjadinya robekan pada

servik uteri, jika janin dilahirkan pervaginam.

Berdasarkan pengkajian dalam kasus plasenta previa totalis ditemukan bahwa

Ny.”N” harus melakukan persalinan dengan section caesarea. Dalam asuhan

kebidanan pada Ny. “N” berdasarkan identifikasi yang dilakukan ada kesesuaian

antara teori dengan persalinan yang terjadi pada Ny.”N”.

Sebelum tindakan sectio caesarea dimulai memastikan ibu dalam keadaan

sadar, sudah berpuasa puasa dan tidak memakai perhiasan/gigi palsu. Menggantikan

baju pasien dengan baju operasi dan melepaskan pakaian ibu bagian belakang untuk

mengatur posisi ibu dalam keadaan duduk tegak dan kepala menunduk kearah dada

agar mempermudah dilakukan pembiusan pada spinal lumbal V ibu kemudian

mmembantu ibu untuk berbaring terlentang kemudian pasang oksigen, pasang SPO2,

pasang tensi meter dan alat pendeteksi pada pergelangan kaki. Memastikan IVFD dan

cateter sudah terpasang dengan baik, memberitahu keluarga untuk menyiapakan

pakaian ibu dan bayi seperti : kain panjang, pembalut ukuran besar, bedong, topi,

kaos kaki dan tangan. Setelah itu membantu asisten dokter menyiapkan alat – alat dan

bahansectio caesarea yang terdiri dari :

a. Meja 1 berisi : ( jas operasi 4 buah, duk bawah bokong pasien, duk atas, duk kiri,

duk kanan dan duk lubang besar, handuk/kain kecil serta handscon steril.

b. Meja II berisi : ( instrument steril yang terdiri dari : kom betadine, kom NaCL,

nirbiken selang section, mess no 10 dan hand mess no 3, vicryl, towel klem
134

( doek klem 5, dressing forsep 1 buah, pinset anatomis 1 buah, pinset sirugis 1

buah, klem koher 2 buah, gunting benang 1 buah, gunting jaringan 1 buah, needle

holder 2 buah, ovum forsep 4 buah, forsep pean 4 buah, klem desinfeksi 1 buah,

klem tali pusat 2 buah, langen hak 2 buah, hak blass 1 buah, dan pisau cauter.

c. Meja III berisi : (mesin couter)

d. Meja IV berisi : (meja operasi dilapisi perlak, alas bokong, underpad, serta

persiapan box bayi. Persiapan obat-obatan, seperti : ondacetron, ranitidine,

oxytocin, ketorolac,dexamethasone, metergin, tramadol, dan obat anastesi

bupivacaine (buvanest, bifanex, atau decain).

Mendampingi ibu masuk ke ruangan operasi dan memberitahu ibu agar

bersikap tenang dan santai, membantu ibu untuk naik ke meja operasi. Bayi lahir

pukul 09.07 WIB jenis kelamin perempuan , BB 2900 gram, PB 50 cm, anus (+),

kelainan congenital (-), bayi segera menangis kuat, berapa menit kemudian

melahirkan plasenta. Plasenta lahir lengkap, ukuran: 50 cm, Berat 500 gram Kelainan

plasenta : Tidak Ada, Panjang tali pusat: 50 cm, Kelainan tali pusat : tidak ada.

Setelah section caesarea ibu diantar ke ruang nifas untuk di observasi dan

menjalani perawatan. Selama di ruang nifas, ibu dilakukan observasi pemeriksaan

dan pencatatan tanda-tanda vital 2 jam selanjutnya dengan hasil : keadaan umum :

baik, Kesadaran : compos mentis, Jumlah urine : 150 cc berwana kuning, Konsistensi

: cair, Perdarahan pervaginam : 75 cc, Perdarahan bekas operasi : (-), TFU : 2 jari

dibawah pusat, IUFD : RL 20 tetes/m Pemeriksaan TTV : TD : 110/70 mmHg, N : 80

x/m, RR : 20 x/m, T : 37,5˚C, diberikan terapi sesuai dengan advis dokter Sp.OG
135

yaitu pemberian cairan melalui intra vena, analgetik, antibiotik, kateterisasi serta

mobilisasi bertahap.

Pengkajian ini dilakukan selama 5 hari di ruang nifas, di RSUD Depati Bahrin

Sungailiat dan dilanjutkan dengan 2 hari kunjungan rumah setelah ibu pulang

kerumah, tujuannya untuk melihat perkembangan kondisi Ny.“N”. Penatalaksanaan

ini dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang telah disusun sesuai berdasarkan

analisa/assesment oleh pengkaji:

Pada hari pertama : Selasa 07 Mei 2019, pukul 09.15 WIB

1. Mengobservasi keadaan umum ibu dan TTV

Keadaan umum baik, TTV telah dilakukan dengan hasil pemeriksaan TD :

110/ 80 mmHg, Nadi 90 x/m, Suhu : 36 ˚c, RR 26 x/m

2. Melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, lochea kontraksi uterus baik TFU 2

jari dibawah pusat dan lochea rubra.

3. Memberikan penjelasan kepada ibu tentang nyeri perut yang dirasakan karena

obat efek obat bius yang sudah habis

4. Mengajarkan ibu tehnik relaksasi dengan cara menarik nafas dari hidung

kemudian menghembuskan secara perlahan melalui mulut dan mengompres

bagian yang nyeri dengan air hangat

5. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilasi dini seperti : bergerak, miring

kiri dan kanan secara pelan-pelan.


136

6. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti buah-

buahan, sayur-sayuran untuk membantu proses produksi ASI dan membantu

proses penyembuhan

7. Kolaborasi dengan dr. Sp.OG dalam pemberian terapi :

- Infuse D5 % : RL 1:1 20 tetesx/m

- Ketorolac 2x1

- Injeksi ceftriaxone 2x1

- Asam mefenamat

8. Menganjurkan ibu untuk beristirahat

9. Memberitahu ibu dan keluarga untuk selalu menjaga kehangatan bayinya

dengan cara : membedong, menyelimuti baji serta memakaikan topi, kaos kaki

dan tangan

10. Mengingatkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan dirinya secara mandiri,

atau dengan bantuan dari keluarga

11. Melakukan konseling tentang pemberian ASI eksklusif pada bayinya sampai

usia 6 bulan tanpa makanan pendamping

12. Menganjurkan ibu untuk segera melaporkan ke tenaga kesehatan apabila ada

keluhan

13. Melakukan pendokumentasian

Pada hari ke 2 : Rabu 08 Mei 2019, pukul 10.30 WIB

1. Mengobservasi keadaan umum ibu dan TTV


137

Keadaan umum baik, TTV telah dilakukan dengan hasil pemeriksaan TD :

110/ 80 mmHg, Nadi 90 x/m, Suhu : 36 ˚c, RR, 26 x/m

2. Melakukan pemeriksaan kontraksi uterus dan lochea

kontraksi uterus baik TFU 2 jari dibawah pusat, lochea rubra.

3. Mengajarkan ibu tehnik relaksasi dengan cara menarik nafas dari hidung

kemudian menghembuskan secara perlahan melalui mulut dan mengompres

bagian yang nyeri dengan air hangat

4. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilasi dini seperti : bergerak, miring

kiri dan kanan secara pelan-pelan

5. Kolaborasi dengan dr. Sp.OG dalam pemberian terapi :

- Infuse D5 % : RL 1:1 20 tetesx/m

- Ketorolac 2x1

- Injeksi ceftriaxone 2x1

- Asam mefenamat

6. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi seperti buah-

buahan, sayur-sayuran untuk membantu proses produksi ASI dan membantu

proses penyembuhan

7. Menganjurkan ibu untuk beristirahat

8. Memberitahu ibu untuk selalu menjaga kebersihan dirinya secara mandiri,

atau dengan bantuan dari keluarga

9. Melakukan konseling tentang pemberian ASI eksklusif pada bayinya sampai

usia 6 bulan tanpa makanan pendamping


138

10. Menganjurkan ibu untuk segera melaporkan ke tenaga kesehatan apabila ada

keluhan

11. Melakukan pendokumentasian.

Pada hari ke 3: Kamis 09 mei 2019, pukul 10.25 WIB

1. Mengobservasi keadaan umum ibu dan TTV

Keadaan umum baik, TTV telah dilakukan dengan hasil pemeriksaan TD :

110/ 80 mmHg, Nadi 90 x/m, Suhu : 36 ˚c, RR, 26 x/m

2. Melakukan pemeriksaan kontraksi uterus dan lochea

kontraksi uterus baik TFU 2 jari dibawah pusat dan lochea sanguinolenta.

3. Mengajarkan ibu tehnik relaksasi dengan cara menarik nafas dari hidung

kemudian menghembuskan secara perlahan melalui mulut dan mengompres

bagian yang nyeri dengan air hangat

4. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilasi dini seperti : bergerak, miring

kiri dan kanan secara pelan-pelan

5. Kolaborasi dengan dr. Sp.OG dalam pemberian terapi :

- Infuse D5 % : RL 1:1 20 tetesx/m

- Ketorolac 2x1

- Injeksi ceftriaxone 2x1

- Asam mefenamat
139

6. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi seperti buah-

buahan, sayur-sayuran untuk membantu proses produksi ASI dan membantu

proses penyembuhan.

7. Menganjurkan ibu untuk beristirahat

8. Memberitahu ibu dan keluarga untuk selalu menjaga kehangatan bayinya

dengan cara : membedong, menyelimuti baji serta memakaikan topi, kaos kaki

dan tangan

9. Memberitahu itu untuk menjaga luka operasi dan menggantikan verban pada

luka operasi agar tetap kering.

10. Memberitahu ibu untuk selalu menjaga kebersihan dirinya secara mandiri,

atau dengan bantuan dari keluarga

11. Melakukan konseling tentang pemberian ASI eksklusif pada bayinya sampai

usia 6 bulan tanpa makanan pendamping

12. Menganjurkan ibu untuk segera melaporkan ke tenaga kesehatan apabila ada

keluhan

13. Melakukan pendokumentasian.

Pada hari ke 4 : Jumat 10 Mei 2019, pukul 09.05 WIB

1. Mengobservasi keadaan umum ibu dan TTV

Keadaan umum baik, TTV telah dilakukan dengan hasil pemeriksaan TD :110/

80 mmHg, Nadi 90 x/m, Suhu : 36 ˚c, RR, 26 x/m

2. Melakukan pemeriksaan kontraksi uterus dan lochea.


140

kontraksi uterus baik TFU 2 jari dibawah pusat,dan lochea sanguinolenta.

3. Mengajarkan ibu tehnik relaksasi dengan cara menarik nafas dari hidung

kemudian menghembuskan secara perlahan melalui mulut dan mengompres

bagian yang nyeri dengan air hangat

4. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilasi dini seperti : bergerak, miring

kiri dan kanan secara pelan-pelan

5. Kolaborasi dengan dr. Sp.OG dalam pemberian terapi :

- Infus D5 % : RL 1:1 20 tetesx/m

- Ketorolac 2x1

- Injeksi ceftriaxone 2x1

- Asam mefenamat

6. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi seperti buah-

buahan, sayur-sayuran untuk membantu proses produksi ASI dan membantu

proses penyembuhan.

7. Menganjurkan ibu untuk beristirahat

8. Memberitahu ibu dan keluarga untuk selalu menjaga kehangatan bayinya

dengan cara : membedong, menyelimuti baji serta memakaikan topi, kaos kaki

dan tangan

9. Memberitahu itu untuk menjaga luka operasi dan menggantikan verban pada

luka operasi agar tetap kering

10. Memberitahu ibu untuk selalu menjaga kebersihan dirinya secara mandiri,

atau dengan bantuan dari keluarga


141

11. Melakukan konseling tentang pemberian ASI eksklusif pada bayinya sampai

usia 6 bulan tanpa makanan pendamping

12. Menganjurkan ibu untuk segera melaporkan ke tenaga kesehatan apabila ada

keluhan

13. Melakukan pendokumentasian.

Pada hari ke 5 : Sabtu 11 Mei 2019, pukul 10.35 WIB

1. Mengobservasi keadaan umum ibu dan TTV

Keadaan umum baik, TTV telah dilakukan dengan hasil pemeriksaan TD :

110/ 80 mmHg, Nadi 90 x/m, Suhu : 36 ˚c, RR, 26 x/m

2. Melakukan pemeriksaan kontraksi uterus dan lochea.

kontraksi uterus baik TFU 2 jari dibawah pusat dan lochea sanguinolenta.

3. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilasi dini seperti : bergerak, miring

kiri dan kanan secara pelan-pelan

4. Melakukan up infus

5. Memberitahu ibu bahwa boleh pulang hari ini

6. Memberitahu ibu untuk melanjutkan terapi yang dianjurkan sesuai dengan

advis Dokter Sp.OG

7. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi seperti buah-

buahan, sayur-sayuran untuk membantu proses produksi ASI dan membantu

proses penyembuhan.

8. Menganjurkan ibu untuk beristirahat


142

9. Memberitahu ibu dan keluarga untuk selalu menjaga kehangatan bayinya

dengan cara : membedong, menyelimuti baji serta memakaikan topi, kaos kaki

dan tangan dan menjaga tali pusat agar tetap kering

10. Memberitahu itu untuk menjaga luka operasi dan menggantikan verban pada

luka operasi agar tetap kering

11. Memberitahu ibu untuk selalu menjaga kebersihan dirinya secara mandiri,

atau dengan bantuan dari keluarga

12. Melakukan konseling tentang pemberian ASI eksklusif pada bayinya sampai

usia 6 bulan tanpa makanan pendamping

13. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang bila ada

keluhan/indikasi tertentu.

14. Melakukan pendokumentasian.

Pada KF2 (1 minggu) : Selasa 14 Mei 2019, pukul 09.45 WIB

1. Mengobservasi keadaan umum ibu dan TTV

Keadaan umum baik, TTV telah dilakukan dengan hasil pemeriksaan TD :

110/ 80 mmHg, Nadi 82 x/m, Suhu : 36 ˚c, RR, 22 x/m

2. Melakukan pemeriksaan kontraksi uterus dan lochea.

kontraksi uterus baik TFU 3 jari diatas simfisis dan lochea serosa.

3. Memberitahu ibu dan keluarga untuk selalu menjaga kehangatan bayinya

dengan cara : membedong, menyelimuti baji serta memakaikan topi, kaos kaki

dan tangan dan menjaga tali pusat agar tetap kering


143

4. Memberitahu itu untuk menjaga luka operasi dan menggantikan verban pada

luka operasi agar tetap kering

5. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang

berlebihan dan tidak dianjurkan untuk melakukan pekerjaan yang berat untuk

mencegah terjadinya indikasi pada luka jahitan operasi.

6. Memberikan konseling tentang perawatan payudara dengan cara :

a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama pada putting susu.

b. Apabila putting susu lecet oleskan ASI pada sekitar putting susu setiap

kali selesai menyusui.

c. Ibu sebaiknya menggunaka BH yang menyongkong payudara

7. Melakukan konseling tentang pemberian ASI eksklusif pada bayinya sampai

usia 6 bulan tanpa makanan pendamping

8. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang bila ada

keluhan/indikasi tertentu.

9. Melakukan pendokumentasian.

Pada KF3 ( 2 minggu) : Selasa 21 Mei 2019, pukul 09.45 WIB

1. Mengobservasi keadaan umum ibu dan TTV

Keadaan umum baik, TTV telah dilakukan dengan hasil pemeriksaan TD :

110/ 80 mmHg, Nadi 80 x/m, Suhu : 36 ˚c, RR, 21 x/m

2. Melakukan pemeriksaan kontraksi uterus dan lochea.

kontraksi uterus baik TFU sudah tidak teraba dari luar dan lochea serosa.
144

3. Memberitahu ibu dan keluarga untuk selalu menjaga kehangatan bayinya

dengan cara : membedong, menyelimuti baji serta memakaikan topi, kaos kaki

dan tangan dan menjaga tali pusat agar tetap kering

4. Memberitahu itu untuk menjaga luka operasi dan menggantikan verban pada

luka operasi agar tetap kering.

5. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang

berlebihan dan tidak dianjurkan untuk melakukan pekerjaan yang berat untuk

mencegah terjadinya indikasi pada luka jahitan operasi

6. Memberikan konseling tentang perawatan payudara dengan cara :

a. payudara tetap bersih dan kering, terutama pada putting susu.

b. Apabila putting susu lecet oleskan ASI pada sekitar putting susu setiap

kali selesai menyusui.

c. Ibu sebaiknya menggunaka BH yang menyongkong payudara

7. Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke posyandu untuk mendapatka

imunisasi dasar

8. Memberikan konseling mengenai alat kontrasepsi seperti : pil, IUD, implant,

suntik 1 bulan dan 3 bulan

9. Memberikan support kepada ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif pada

bayinya sampai usia 6 bulan tanpa makanan pendamping

10. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang bila ada

keluhan/indikasi tertentu.
145

11. Melakukan pendokumentasian.

Prosedur perencanaan dan pelaksanaan asuhan kebidanan yang telah

dilakukan pada Ny.”N” dengan section caesarea karena plasenta previa totalis

sebanyak 5 hari di RSUD Depati Bahrin Sungailiat yaitu dari tanggal 06 Mei

2019 sampai dengan tanggal 11 Mei 2019 dengan hasil pemeriksaan TD :

110/80 mmHg, Nadi : 90 x/m, RR : 23 x/m, Suhu : 36 x/m, TFU : 2 jari

dibawah pusat, Lochea : sanguinolenta. Dan dilanjutkan pemantauan

perkembangan 2 kali di rumah Ny.”N” di jl. Jendral Sudirman parit padang,

kunjungan pertama pada tanggal 14 Mei 2019 dengan hasil pemeriksaan :

TD : 110/80 mmHg, Nadi : 82 x/m, RR : 22 x/m, Suhu : 36 x/m, TFU : 3 jari

diatas simfisis, Lochea : sanguinolenta. Dan kunjungan ke dua dilakukan pada

tanggal 21 Mei 2019 dengan hasil pemeriksaan : TD : 120/80 mmHg, Nadi :

80 x/m, RR : 21 x/m, Suhu : 36 x/m, TFU : sudah tidak teraba dari luar,

Lochea : serosa.

Jadi hasil pemeriksaan kondisi Ny.”N” dari hari pertama sampai hari keempat

belas post operasi mengalami perubahan menjadi baik.

Evaluasi akhir dari seluruh asuhan kebidanan yang telah dilakukan bahwa

pasien dalam keadaan membaik karena asuhan yang diberikan sesuai dengan

prosedur sehingga tidak ada komplikasi dari kasus yang dialami pasien.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah pengkaji melakukan Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Ny.”N”

P3 A0 dengan plasenta previa totalis maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengkaji dapat melakukan pengkajian selama 1 minggu dari tanggal 06 mei –

11 Mei 2019, dan di lanjutkan kunjungan rumah pada tanggal 14 mei dan 21

Mei 2019.

2. Pengkaji dapat menegakkan diagnosa kebidanan dan diagnose potensial pada

kasus Ny.”N” dengan plasenta previa totalis.

3. Pengkaji telah memberikan asuhan tindakan segera pada kasus Ny.”N”

dengan plasenta previa totalis dan menerapkan teori tentang penatalaksanaan

plasenta previa totalis.

Setiap ibu dengan perdarahan antepartum harus segera dikirim ke rumah

sakit yang memiliki fasilitas melakukan transfusi darah dan operasi.

Perdarahan yang terjadi pertama kali jarang sekali, atau boleh dikatakan tidak

pernah menyebabkan kematian, asal sebelumnya tidak diperiksa-dalam.

Jangan sekali-kali melakukan pemeriksaan dalam kecuali dalam keadaan siap

operasi (Sumapraja, 2009). 


143

Berdasarkan pengkajian dalam kasus plasenta previa totalis dalam

asuhan kebidanan pada Ny. “N” berdasarkan identifikasi yang dilakukan

bahwa ada kesenjangan antara teori dengan keadaan yang dialami oleh Ny.

“N”.

Pengkaji telah membuat perencanaan serta telah di implementasi

antara lain memberikan perawatan paska tindakan section caesarea,

mengobservasi tanda-tanda vital, dan mengobservasi luka bekas operasi,

sesuai dengan teori yang ada, dengan hasil, ibu dipulangkan ke rumah dengan

keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD : 110/80 mmHg, Nadi :

90 x/m, RR : 26 x/m, Suhu : 36 x/m, TFU : 2 jari dibawah pusat, Lochea :

sanguinolenta,. Setelah dilakukan perawatan sesuai dengan prosedur bahwa

kasus dengan plasenta previa totalis dalam kondisi baik, dan ibu diberikan

asuhan kunjungan rumah selama 2 kali dengan hasil evaluasi, tanda-tanda

vital, TD : 120/80 mmHg, Nadi : 80 x/m, RR : 21 x/m, Suhu : 36 x/m, TFU :

sudah tidak teraba dari luar, Lochea : serosa, dan tidak ada tanda-tanda ineksi

pada luka bekas operasi, serta bekas jahitan sudah kering. Dan ibu sudah

berencana menggunakan alat kontrasepsi.

4. Pelaksanaan asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada Ny.”N” P3 A0

dengan plasenta previa totalis. Asuhan yang diberikan pada Ny.”N” terdiri

dari : TD : 110/80 mmHg, Nadi : 90 x/m, RR : 23 x/m, Suhu : 36 x/ TFU : 2

jari dibawah pusat, Lochea : sanguinolenta. Mengajarkan cara perawatan luka

bekas operasi dengan menggantikan verban dan menjaga agar tetap kering
144

sehingga mempercepat proses penyembuhan, Menganjurkan ibu untuk

istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan dan tidak

dianjurkan untuk melakukan pekerjaan yang berat untuk mencegah terjadinya

indikasi pada luka jahitan operasi. Memberikan konseling tentang perawatan

payudara dengan cara : Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama

pada putting susu. Apabila putting susu lecet oleskan ASI pada sekitar putting

susu setiap kali selesai menyusui, Ibu sebaiknya menggunaka BH yang

menyongkong payudara, menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi dan minum setiap hari paling sedikit 8 gelas/hari dan dianjurkan

minum setiap kali menyusui, memberikan konseling tentang perawatan masa

nifas dengan cara menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan vulva

hygiene, dan menganjurkan ibu untuk segera membawa bayinya ke posyandu

untuk mendapatkan imunisasi dasar. Pada kasus Ny.”N” tidak ada komplikasi

karena asuhan yang diberikan sesuai dengan prosedur yang ada.

B. Saran

Dari adanya kesimpulan diatas maka pengkaji dapat memberikan saran

sebagai berikut :

1. Bagi pegkaji

Dalam penatalaksanaan Asuhan Kebidanan pada Ny”N” dengan plasenta

previa totalis, dapat menambah berbagai wawasan dan pengetahuan tentang


145

penatalaksanaan plasenta previa totalis pada ibu bersalin serta menerapkan teori

yang didapat selama perkuliahan di Akademi Kebidanan Sungailiat Bangka dan

dilahan praktek. Dalam memberikan Asuhan Kebidanan selanjutnya untuk lebih

meningkatkan Standar Pelayanan Kebidanan yaitu Standar Pelayanan 3T :

Terlambat dalam mencapai fasilitas (Transportasi kerumah sakit/puskesmas,

karena jauh), terlambat dalam mendapatkan pertolongan yang cepat dan tepat di

fasilitas pelayanan (kurang lengkap atau tenaga medis kurang), terlambat dalam

mengenali tanda bahaya kehamilan dan persalinan.

2. Bagi Institusi

a.  Lahan Praktek

Diharapkan pelayanan di RSUD Depati Bahrin Sungailiat, sebagai bahan

masukkan bagi tenaga kesehatan agar lebih meningatkan mutu pelayanan

dalam memberikan asuhan kebidanan sesuai standar kode etik bidan.

Khususnya pada kasus plasenta previa secara komprehensif, sehingga

Angka Kematian ibu (AKI) dapat diturunkan.

b.  Akademik

Diharapkan hasil studi kasus ini mahasiswa dapat mengikuti perkembangan

yang terjadi berkaitan dengan Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin dengan

plasenta previa dan dapat digunakan sebagai bahan atau materi proses

belajar dan bacaan yang dapat memberikan informasi serta menjadi sumber

refrensi untuk pengkajian selanjutnya.


146

3. Bagi pasien

Diharapkan dari hasil studi kasus ini pasien dapat melahirkan dan masa nifas

dengan keadaan baik dan aman dan tidak dapat dijumpai adanya komplikasi

lainnya.

4. Bagi pengkaji lain

Di harapkan bagi pengkaji lain yang berminat mengembangankan kasus ini,

untuk lebih mengembangkan literatur-literatur yang umum.

Anda mungkin juga menyukai