Anda di halaman 1dari 22

Nama : vidiyah yunica Hermayanti

Nim : 1801100503

Obat saluran pernafasan


1. Obat Saluran Pernafasan
Beberapa obat yang bekerja pada sistem pernafasan dengan bentuk sediaan antara
lain tablet/kapsul, tablet lepas lambat, sirup dan drop, balsam, inhaler, tetes
hidung, nebulizer. Jenis-jenis obat-obat respiratorik dibedakan berdasar efek
terhadap organ saluran pernafasan antara lain adalah:
1. Bronkodilator.
Bronkodilator (obat yang melebarkan saluran nafas), terbagi dalam 2 golongan
yaitu:
a. Simpatomimetik / adrenergik
a) Bekerja pada reseptor beta 2 (beta 2 agonis), contoh obat antara lain
orsiprenalin, Fenoterol, Terbutalin, Salbutamol
b) Obat-obat golongan ini tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan
semprotan.

Contoh produk :
a) Berupa semprotan: MDI (metered dose inhaler).
b) Berbentuk bubuk halus yang dihirup (ventolin diskhaler dan bricasma
turbuhaler)
c) Berupa cairan broncodilator (alupent, berotec, brivasma serta ventolin).
Obat ini dengan alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang
sangat halus) untuk selanjutnya dihirup.
b. Antikolinergika
Anti kolinergik mengika memblok reseptor muskarin dari saraf-saraf
kolinergis di otot polos bronchi, hingga aktivitas saraf adrenergis menjadi
dominan dengan efek bronchodilatasi.
Contoh obat : Ipratropium : Atrovent
c. Xantin (teofilin)
a. Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara
kerjanya berbeda, sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya
saling memperkuat.
b. Nama obat antara lain aminofilin supp, Aminofilin retard, Teofilin
c. Cara pemakaian :
a) Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut,
dengan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah.
b) Bentuk tablet dan sirup dengan efek merangsang lambung, sehingga
sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang
mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ni.
c) Teofilin terdapat juga dalam bentuk supositoria yang cara
pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan
jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya
muntah atau lambungnya kering)
2. Anti inflamasi
Pengobatan biasanya dengan antibiotik selama minimal 10 hari, agar infeksi tidak
terulang / kambuh. Obat pilihannya adalah Amoksisilin, Eritrosin, Sefradin dan
Sefaklor yang berdaya bakterisid terhadap antara lain bakteri – bakteri di atas.
Penggunaan anti inflamsi disesuaikan dengan jneis bakteri dan tingkat keparahan
penyakit.
1. Penekan sekresi dan edema
a. Ekspektoran
Golongan ini tidak menekan refleks batuk, melainkan bekerja dengan
mengencerkan dahak sehingga lebih mudah dikeluarkan. Dengan demikian
tidak rasional jika digunakan pada kasus batuk kering, sebab hanya akan
membebani tubuh dengan efek samping. Obat golongan ini harus
digunakan secara hati-hati pada penderita tukak lambung.
b. Dekongestan
Di antara beberapa jenis dekongestan, PPA (phenyl propanolamine)
merupakan obat yang paling banyak diributkan setelah Ditjen POM
(Sekarang Badan POM) menarik obat-obat flu yang mengandung PPA
lebih dari 15 mg. Di Amerika Serikat, obat ini selain dipakai di dalam obat
flu dan batuk, juga digunakan sebagai obat penekan nafsu makan yang
dijual bebas. Dalam dosis tinggi, PPA bisa meningkatkan tekanan darah.
Jika digunakan terus-menerus, dapat memicu serangan stroke. Untuk
mencegah efek buruk inilah, Dirjen POM membuat kebijakan membatasi
PPA di dalam obat flu dan obat batuk, maksimal 15 mg per takaran.
c. Antihistamin
Antihistamin merupakan salah satu komponenn yang umum terdapat
dalam obatobat flu, antihistamin digunakan karena adanya efek
antikolinergik, yang antara lain dapat mengurangi sekresi mukus. Obat ini
digunakan untuk mengatasi gejala bersin, rhinorrhoea, dan mataberair.
Antihistamin generasi pertama yang banyak digunakan antara lain adalah
CTM, difenhidramin,feniramin. Hasil uji klinik acak terkontrol RCT
(ramdomized clinical trial) antihistamin generasipertama menunjukkan
hasil yang positif untukmengatasi gejala flu, namun tidak terbukti
mencegah,mengobati atau mempersingkat seranganflu (Gitawati, 2014).
Histamin merupakan substansi yang diproduksi oleh tubuh sebagai
mekanisme alami untuk mempertahankan diri atas adanya benda asing.
Adanya histamin ini menyebabkan hidung kita berair dan terasa gatal,
yang biasanya dikuti oleh bersin-bersin. Selain berfungsi melawan alergi,
antihistamin juga punya aktivitas menekan refleks batuk, terutama
difenhidramin dan doksilamin. Efek samping, obat golongan ini bisa
menyebabkan mengantuk sehingga bahaya pada saat mau bepergian saat
mengendari kendaraan sendiri.
d. Kortikosteroid Kortikosteroid berkhasiat meniadakan efek mediator,
seperti peradangan dan gatal-gatal. Penggunaannya terutama bermanfaat
pada serangan asma akibat infeksi virus, selian itu juga pada infeksi
bakteri untuk melawan reaksi peradangan. Untuk mengurangi
hiperreaktivitas bronchi, zat-zat ini dapat diberikan per inhalasi atau
peroral. Penggunaan oral untuk jangka waktu lama hendaknya dihindari,
karena menekan fungsi anak ginjal dan dapat mengakibatkan osteoporosis.
Contoh obat : hidrokortison, deksamethason, beklometason, budesonid.
e. Antitusif Antitusif bekerja menghentikan batuk secara langsung dengan
menekan refleks batuk pada sistem saraf pusat di otak. Dengan demikian
tidak sesuai digunakan pada kasus batuk yang disertai dengan dahak
kental, sebab justru akan menyebabkan dahak sulit dikeluarkan.
A. Obat pada penyakit sistem pernapasan
1. Obat batuk
a. Patofisiologi batuk
Batuk adalah suatu reflek fisiologi yang dapat berlangsung baik dalam
keadaan sehat maupun sakit. Reflek tersebut terjadi lazimnya karena adanya
rangsangan pada selaput lendir pernapasan yang terletak di beberapa bagian
dari tenggorokan dan cabang-cabangnya. Reflek tadi berfungsi mengeluarkan
dan membersihkan saluran pernapasan dari zat- zat perangsang itu, sehingga
merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh. Reflek batuk dapat
ditimbulkan oleh karena radang (infeksi saluran pernapasan, alergi),
sebabsebab mekanis (debu), perubahan suhu yang mendadak dan rangsangan
kimia (gas, bau-bauan). Batuk (penyakit) terutama disebabkan oleh infeksi
virus, misal virus influenza dan bakteri.Batuk dapat pula merupakan gejala
yang lazim pada penyakit tifus, radang paru- paru, tumor saluran pernapasan,
dekompensasi jantung, asam atau dapat pula merupakan kebiasaan.
b. Pengobatan
Pengobatan batuk pertama- tama hendaknya ditunjukan pada mencari dan
mengobati penyebabnya.
Selanjutnya dilakukan pengobatan simptomatiknya, yang harus dibedakan
dahulu antara batuk produktif (batuk yang mengeluarkan dahak) dengan batuk
yang non produktif.
a) Batuk produktif merupakan suatu mekanisme perlindungan dengan fungsi
mengeluarkan zat asing (kuman, debu dan lainnya) dan dahak dari
tenggorokan. Maka pada azasnya jenis batuk ini tidak boleh ditekan.
Terhadap batuk demikian, digunakan obat golongan ekspektoransia yang
berguna untuk mencairkan dahak yang kental dan mempermudah
pengeluarannya dari saluran nafas.
b) Sebaliknya batuk yang tidak produktif, adalah batuk yang tidak berguna
sehinggga harus ditekan. Untuk menekan batuk jenis ini digunakan obat
golongan pereda batuk, yang berkhasiat menekan rangsangan batuk yang
bekerja sentral ataupun perifer.

Untuk batuk yang disebabkan alergi, digunakan yang dikombinasi dengan


ekspektoransia. Misalnya sirup Chlorphemin, mengandung antihistaminika
Promethazine dan Diphenhidramin. Kadang-kadang diperlukan ekspektoransia
dan pereda batuk dalam suatu kombinasi, untuk maksud mengurangi frekuensi
batuk, dan tiap kali batuk cukup dapat dikeluarkan dahak yang kotor.
c. Penggolongan obat
Obat batuk dapat dibagi dalam dua golongan besar :
a) Zat-zat yang bekerja sentral
Zat-zat ini menekan rangsangan batuk di pusat batuk yang terletak di
sumsum lanjutan (medula) dan mungkin juga bekerja di otak dengan efek
menenangkan. Zat ini terbagi atas :
 zat-zat adiktif, yaitu pulvis opii, pulvis doveri dan codein, karena dapat
menimbulkan ketagihan, penggunaannya harus hati – hati.
 zat-zat non adiktif, yaitu noskapin, dekstrometorfan, pentoksiverin,
prometazin dan diphenhidramin.
b) Zat – zat yang bekerja perifer Obat ini bekerja di luar SSP, dan dapat
dibagi atas beberapa kelompok, yaitu :
 Emolliensia, zat ini memperlunak rangsangan batuk, memperlicin
tenggorokan sehingga tidak kering dan melunakkan selaput lendir yang
teriritasi.
Contohnya Syrup Thymi, zat-zat lendir (seperti infus carrageen), akar
manis. Ekspetoransia, zat ini memperbanyak produksi dahak (yang
encer) dan mengurangi kekentalannya sehingga mempermudah
pengeluarannya dengan batuk. Beberpa jneis zat ini adalah Kalium
Iodida, Amonium klorida, Kreosot, Guaiakol, Ipeka dan minyak –
minyak atsiri.
 Mukolitika, zat ini bekerja mengurangi viskositas dahak
(mengencerkan dahak) dan mengeluarkannya. Zat ini efektif digunakan
untuk batuk dengan dahak yang kental.
Contohnya Asetilkarbosistein, Bromheksin, Mesna, Ambroksol.
 Zat-zat pereda, zat ini meredakan batuk dengan cara menghambat
reseptor sensibel di saluran napas.
Contohnya oksolamin dan Tipepidin.

c) Obat-obat tersendiri
 Kreosot
Zat cair kuning muda ini hasil penyulingan kayu sejenis pohon di
Eropa, mengandung kirakira 70 % Guaiakol sebagai zat aktifnya. Zat
ini mengurangi pengeluaran lendir pada bronchi dan membantu
menyembuhkan radang yang kronis, disamping khasiatnya sebagai
bakterisida. Berhubung baunya tidak enak dan merangsang mukosa
lambung, maka lebih banyak digunakan guaiakol dalam bentuk
esternya yaitu guaiakol karbonat, kalium guaiakol sulfonat dan gliseril
guaiakolat. Dalam usus, ester tersebut terurai menjadi guaiakol bebas.
Kreosot dapat pula digunakan sebagai obat sedotan (inhaler) dengan
uap air
 Ipecacuanhae Radix
Akar dari tanaman Psychotria ipecacuanha (Rubiaceae) ini
mengandung antara lain alkaloida emetin dan sefalin. Zat-zat itu
bersifat emetic, spasmolitik terhadap kejangkejang saluran pernafasan
dan mempertinggi secara reflektoris sekresi bronchial. Penggunaan
utamanya sebagai emetika pada kasus keracunan. Sebagai
ekspektoransia hanya digunakan terkombinasi dengan obat batuk
lainnya.
 Ammonium klorida
Berkhasiat sebagai secretolytic. Biasanya diberikan dalam bentuk
sirup, misalnya OBH. Pada dosis tinggi menimbulkan perasaan mual
dan muntah karena merangsang lambung.
 Kalium Iodida
Menstimulir sekresi cabang tenggorokan dan mencairkan dahak,
sehingga banyak digunakan dalam obat asma. Efek sampingnya berupa
gangguan tiroid, jerawat (acne), gatal-gatal (urticaria) dan struma
 Minyak terbang
Seperti minyak kayu putih, minyak permen, minyak anisi dan
terpenten. Berkhasiat mempertinggi sekresi dahak, melawan kejang
(spasmolitika), anti radang, dan bakteriostatistik lemah. Minyak
terpenten digunakan sebagai ekspektoransia dengan cara inhalasi, yang
dihirup bersama uap air, ternyata amat bermanfaat pada radang cabang
tenggorokan.
 Liquiritie Radix
Akar kayu manis dari tanaman Glycyrrhiza glabra, mengandung
saponin yaitu sejenis glukosida yang bersifat aktif di permukaan.
Khasiatnya berdasarkan sifatnya yang merangsang selaput lender dan
mempertinggi sekresi zat lendir.

2. Obat-obat Asma, Bronchitis dan Emfisema paru


a. Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya reaksi antigen-antibody dan serangan penyakit ini
antara lain :
a) asma, adalah menjaga kebersihan (sanitasi) seperti menyingkirkan semua
rangsangan luar terutama binatang-binatang peliharaan, rumah harus
dibersihkan setiap hari khususnya kasur, sprei dan selimut. Begitu juga
faktor aspesifik seperti perubahan suhu, dingin, asap dan kabut harus
dihindari.
b) Berhenti merokok, karena asap rokok dapat menimbulkan
bronkokonstriksi dan memperburuk asma.
c) Fisioterapi, menepuk – nepuk bagian dada guna mempermudah
pengeluaran sputum, latihan pernapasan dan relaksasi.
d) Mencegah infeksi primer, dengan vaksinasi influenza.
e) Pemberian antibiotika pada pasien asma dan bronchitis dengan infeksi
bakteri.
b. Pengobatan
Pengobatan asma dan bronchitis dapat dibagi atas 3 karagori, yaitu terapi
serangan akut, status asmathicus dan terapi pencegahan.
a) Terapi serangan akut
Pada keadaan ini pemberian obat bronchospasmolitik untuk melepaskan
kejang bronchi. Sebagai obat pilihan ialah Salbutamol atau Terbutalin,
sebaiknya secara inhalasi (efek 3 – 5 menit). Kemudian dibantu dengan
Aminophillin dalam bentuk suppositoria. Obat pilihan lain ialah Efedrin
dan Isoprenalin, dapat diberikan sebagai tablet, hanya saja efeknya baru
kelihatan setelah kurang lebih 1 jam. Inhalasi dapat diulang setelah 15
menit sebelum memberikan efek. Bila yang kedua ini juga belum
memberikan efek, perlu diberikan suntikan i.v. Aminophillin atau
Salbutamol, Hidrokortison atau Prednison. Sebagai tindakan akhir dengan
Adrenalin i.v. dengan diulangi 2 kali dalam 1 jam.
b) Status asmathicus
Pada keadaan ini efek bronchodilator hanya ringan dan lambat. Ini
disebabkan oleh blokade reseptor beta karena adanya infeksi dalam saluran
napas. Pengobatan dengan suntikan i.v. Salbutamol atau Aminophillin dan
Hidrokortison dosis tinggi (200 – 400 mg per jam sampai maksimum 4
gram sehari).
c) Terapi pencegahan
Dilakukan dengan pemberian bronchodilator misalnya Salbutamol,
Ipratropium atau teofillin, bila karena alergi perlu ditambahkan Ketotifen.
c. Penggolongan obat-obat asma
Berdasarkan mekanismenya, kerja obat-obat asma dapat dibagi dalam
beberapa golongan, yaitu :
a) Antialergika
zat – zat yang bekerja menstabilkan mastcell, hingga tidak pecah dan
melepaskan histamin. Obat ini sangat berguna untuk mencegah serangan
asma dan rhinitis alergis (hay fever). Termasuk kelompok ini adalah
kromoglikat. ß-2 adrenergika dan antihistamin seperti ketotifen dan
oksatomida juga memiliki efek ini.
b) Bronchodilator
Mekanisme kerja obat ini adalah merangsang sistem adrenergik sehingga
memberikan efek bronkodilatasi.
c) Adrenergika
Khususnya ß-2 simpatomimetika (ß-2-mimetik), zat ini bekerja selektif
terhadap reseptor ß-2 (bronchospasmolyse) dan tidak bekerja terhadap
reseptor ß-1 (stimulasi jantung). Kelompok ß-2mimetik seperti
Salbutamol, Fenoterol, Terbutalin, Rimiterol, Prokaterol dan Tretoquinol.
Sedangkan yang bekerja terhadap reseptor ß-2 dan ß-1 adalah Efedrin,
Isoprenalin, Adrenalin, dll.
d) Antikolinergika (Oksifenonium, Tiazinamium dan Ipratropium.)
Dalam otot polos terdapat keseimbangan antara sistem adrenergik dan
kolinergik. Bila reseptor ß-2 sistem adrenergik terhambat, maka sistem
kolinergik menjadi dominan, segingga terjadi penciutan bronchi.
Antikolinergik bekerja memblokir reseptor saraf kolinergik pada otot polos
bronchi sehingga aktivitas saraf adrenergik menjadi dominan, dengan efek
bronchodilatasi.
Efek samping : tachycardia, pengentalan dahak, mulut kering, obstipasi,
sukar kencing, gangguan akomodasi. Efek samping dapat diperkecil
dengan pemberian inhalasi.
e) Derivat xantin (Teofilin, Aminofilin dan Kolinteofinilat)
Mempunyai daya bronchodilatasi berdasarkan penghambatan enzim
fosfodiesterase. Selain itu, Teofilin juga mencegah pengingkatan
hiperaktivitas, sehingga dapat bekerja sebagai profilaksis. Kombinasi
dengan Efedrin praktis tidak memperbesar bronchodilatasi, sedangkan efek
tachycardia diperkuat. Oleh karena itu, kombinasi tersebut dianjurkan.
f) Antihistaminika (Ketotifen, Oksatomida, Tiazinamium dan Deptropin)
Obat ini memblokir reseptor histamin sehingga mencegah
bronchokonstriksi. Banyak antihistamin memiliki daya antikolinergika dan
sedatif.
g) Kortikosteroida (Hidrokortison, Prednison, Deksametason, Betametason)
Daya bronchodilatasinya berdasarkan mempertinggi kepekaan reseptor ß-
2, melawan efek mediator seperti gatal dan radang. Penggunaan terutama
pada serangan asma akibat infeksi virus atau bakteri. Penggunaan jangka
lama hendaknya dihindari, berhubung efeksampingnya, yaitu osteoporosis,
borok lambung, hipertensi dan diabetes. Efek samping dapat dikurangi
dengan pemberian inhalasi.
h) Ekspektoransia (KI, NH4Cl, Bromheksin, Asetilsistein)
Efeknya mencairkan dahak sehingga mudah dikeluarkan. Pada serangan
akut, obat ini berguna terutama bila lendir sangat kental dan sukar
dikeluarkan. Mekanisme kerja obat ini adalah merangsang mukosa
lambung dan sekresi saluran napas sehingga menurunkan viskositas lendir.
Sedangkan Asetilsistein mekanismenya terhadap mukosaprotein dengan
melepaskan ikatan disulfida sehingga viskositas lendir berkurang.
Obat system Syaraf Pusat
1. Obat-Obat Perangsang Sistem Saraf Pusat
Obat Perangsang Sistem Saraf Pusat antara lain :
1. AMFETAMIN
Indikasi : untuk narkolepsi, gangguan penurunan perhatian
Efek samping : Euforia dan kesiagaan, tidak dapat tidur, gelisah, tremor,
iritabilitas dan beberapa masalah kardiovaskular (Tachicardia, palpitasi, aritmia, dll)
Farmakokinetik : waktu paruh 4-30 jam, diekskresikan lebih cepat pada
urin asam daripada urin basa.
Reaksi yang merugikan : menimbulkan efek- efek yang buruk pada sistem saraf
pusat, kardiovaskuler, gastroinstestinal, dan endokrin.
Dosis : Dewasa: 5-20 mg & Anak > 6 th : 2,5-5 mg/hari.
2. METILFENIDAT
Indikasi : pengobatan depresi mental, pengobatan keracunan
depresan SSP, syndrom hiperkinetik pada anak
Efek samping : insomnia, mual, iritabilitas, nyeri abdomen, nyeri kepala,
Tachicardia
Kontraindikasi : hipertiroidisme, penyakit ginjal.
Farmakokinetik : diabsorbsikan melalui saluran cerna dan diekskresikan
melalui urin, dan waktu paruh plasma antara 1-2 jam
Farmakodinamik : mula- mula :0,5 – 1 jam P : 1 – 3 jam, L : 4-8 jam.
Reaksi yang merugikan : takikardia, palpitasi, meningkatkan hiperaktivitas.
Dosis pemberian : Dewasa : 10 mg 3x/hr & Anak : 0.25 mg/kgBB/hr.
3. KAFEIN
Indikasi : menghilangkan rasa ngantuk, menimbulkan daya pikir yang cepat,
perangsang pusat pernafasan dan fasomotor, untuk merangsang
pernafasan pada apnea bayi prematur.
Efek samping : sukar tidur, gelisah, tremor, tachicardia, pernafasan lebih cepat
Kontraindikasi : diabetes, kegemukan, hiperlipidemia, gangguan migren, sering
gelisah (anxious).
Farmakokinetik : kafein didistribusikan keseluruh tubuh dan diabsorbsikan dengan
cepat setelah pemberian, waktu paruh 3-7 jam, diekskresikan
melalui urin.
Reaksi yang merugikan : dalam jumlah yang lebih dari 500 mg akan mempengaruhi
SSP dan jantung.
Dosis pemberian : apnea pada bayi : 2.5-5 mg/kgBB/hr.
4. NIKETAMID
Indikasi : merangsang pusat pernafasan
Efek samping : pada dosis berlebihan menimbulkan kejang
Farmakokinetik : diabsorbsi dari segala tempat pemberian tapi lebih efektif dari IV
Dosis : 1-3 ml untuk perangsang pernafasan
5. DOKSAPRAM
Indikasi : perangsang pernafasan
Efek samping : hipertensi, tachicardia, aritmia, otot kaku, muntah
Farmakokinetik : mempunyai masa kerja singkat dalam SSP
Dosis : 0.5-1.5 mg/kgBB.
2. Jenis Obat-Obat Sistem Saraf Pusat & Mekanisme Kerjanya
1. Obat Anestetik
Obat anestetik adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit
dalam bermacan-macam tindakan operasi.
Anestetik Lokal : Obat yang merintangi secara reversible penerusan impuls-impuls
syaraf ke SSP (susunan syaraf pusat) pada kegunaan lokal dengan demikian dapat
menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, panas atau dingin.
Cara penggunaan obat Anestetik : Anestetik lokal umumnya digunakan secara
parenteral misalnya pembedahan kecil dimana pemakaian anestetik umum tidak
dibutuhkan. Anestetik local dibagi menjadi 3 jenis :
1. Anestetik permukaan, digunakan secara local untu melawan rasa nyeri dan gatal,
misalnya larutan atau tablet hisap untuk menghilangkan rasa nyeri di mulut atau
leher, tetes mata untuk mengukur tekana okuler mata atau mengeluarkan benda
asing di mata, salep untuk menghilangkan rasa nyeri akibat luka bakar dan
suppositoria untuk penderita ambient/ wasir.
2. Anestetik filtrasi yaitu suntikan yang diberikan ditempat yang dibius ujung-ujung
sarafnya, misalnya pada daerah kulit dan gusi.
3. Anestetik blok atau penyaluran saraf yaitu dengan penyuntikan disuatu tempat
dimana banyak saraf terkumpul sehingga mencapai daerah anestesi yang luas
misalnya pada pergelangan tangan atau kaki.

Obat – obat anestetik local umumnya yang dipakai adalah garam kloridanya yang
mudah larut dalam air.

Persyaratan Anestetik local

Anestetik local dikatakan ideal apabila memiliki beberapa persyaratan sebagai


berikut :

a. Tidak merangsang jaringan


b. Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf sentral
c. Toksisitas sistemis rendah
d. Efektif pada penyuntikan dan penggunaan local
e. Mula kerja dan daya kerjanya singkat untuk jangka waktu cukup lama
f. Larut dalam air dengan menghasilakan larutan yang stabil dan tahan pemanasan

Efek samping

Efek samping dari pengguna anestetik local terjadi akibat khasiat dari
kardiodepresifnya ( menekan fungsi jantung ), mengakibatkan hipersensitasi berupa
dermatitis alergi.

Penggolongan

Secara kimiawi anestetik local dibagi 3 kelompok yaitu :

1. Senyawa ester, contohnya prokain, benzokain, buvakain, tetrakain, dan


oksibuprokain
2. Senyawa amida, contohnya lidokain, mepivikain, bupivikain,, cinchokain dan
lain-lain.
3. Semua kokain, semua obat tersebut diatas dibuat sintesis.

Sediaan, indikasi, kontra indikasi dan efek samping

1. Bupivikain
Indikasi : anestetik lokal
2. Etil klorida
Indikasi : anestetik local
Efek samping : menekan pernafasan, gelisah dan mual
3. Lidokain
Indikasi : anestesi filtrasi dan anestesi permukaan, antiaritmia
Efek samping : mengantuk
4. Benzokain
Indikasi : anestesi permukaan dan menghilangkan rasa nyeri dan gatal
5. Prokain ( novokain )
Indikasi : anestesi filtrasi dan permukaan
Efek samping : hipersensitasi
6. Tetrakain
Indikasi : anestesi filtrasi
7. Benzilalkohol
Indikasi : menghilangkan rasa gatal, sengatan matahari dan gigi
Kontra indikasi : insufiensi sirkulasi jantung dan hipertensi
Efek samping : menekan pernafasan.
Penggolongan
Menurut penggunaannya anestetik umum digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Anestetik injeksi, contohnya diazepam, barbital ultra short acting ( thiopental dan
heksobarbital)
2. Anestetik inhalasi diberikan sebagai uap melalui saluran pernafasan. Contohnya
eter, dan lain-lain.
2. Obat Hipnotik dan Sedative
Hipnotik atau obat tidur berasal dari kata hynops yang berarti tidur, adalah
obat yang diberikan malam hari dalam dosis terapi dapat mempertinggi keinginan
tubuh normal untuk tidur, mempermudah atu menyebabkan tidur. Sedangkan
sedative adalah obat obat yang menimbulkan depresi ringan pada SSP tanpa
menyebabkan tidur, dengan efek menenangkan dan mencegah kejang-kejang. Yang
termasuk golongan obat sedative-hipnotik adalah: Ethanol
(alcohol),Barbiturate,fenobarbital,Benzodiazepam, methaqualon.
Insomnia dan pengobatannya :
Insomnia atau tidak bisa tidur dapat disebabkan oleh factor-faktor seperti :
batuk,rasa nyeri, sesak nafas, gangguan emosi, ketegangan, kecemasan, ataupun
depresi. Factor penyebab ini harus dihilangkan dengan obat-obatan yang sesuai
seperti:Antussiva, anelgetik, obat-obat vasilidator, anti depresiva, sedative atau
tranquilizer.
Persyaratan obat tidur yang ideal
1. Menimbulkan suatu keadaan yang sama dengan tidur normal
2. Jika terjadi kelebihan dosis, pengaruh terhadap fungsi lain dari system saraf pusat
maupun organ lainnya yang kecil.
3. Tidak tertimbun dalam tubuh
4. Tidak menyebabkan kerja ikutan yang negative pada keesokan harinya
5. Tidak kehilangan khasiatnya pada penggunaan jangka panjang

Efek samping

Kebanyakan obat tidur memberikan efek samping umum yng mirip dengan morfin
antara lain :

a. Depresi pernafasan, terutama pada dosis tinggi, contihnya flurazepam,


kloralhidrat, dan paraldehida.
b. Tekanan darah menurun, contohnya golongan barbiturate.
c. Hang-over, yaitu efek sisa pada keesokan harinya seperti mual, perasaan ringan di
kepala dan pikiran kacau, contohnya golongan benzodiazepine dan barbiturat.
d. Berakumulasi di jaringan lemak karena umumnya hipnotik bersifat lipofil.

Penggolongan

Secara kimiawi, obat-obat hipnotik digolongkan sebagai berikut :

a. Golongan barbiturate, seperti fenobarbital, butobarbital, siklobarbital,


heksobarbital,dll.
b. Golongan benzodiazepine, seperti flurazepam, nitrazepam, flunitrazepam dan
triazolam.
2. Golongan alcohol dan aldehida, seperti klralhidrat dan turunannya serta
paraldehida.
3. Golongan bromide, seperti garam bromide ( kalium, natrium, dan ammonium )
dan turunan ure seperti karbromal dan bromisoval.
4. Golongan lain, seperti senyawa piperindindion (glutetimida ) dan metaqualon.
3. Obat generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping

Diazepam
Indikasi : hipnotika dan sedative, anti konvulsi, relaksasi, relaksasi otot dan anti
ansietas (obat epilepsi).

Nitrazepam

Indikasi : seperti indikasi diazepam

Efek samping : pada pengguanaan lama terjadi kumulasi dengan efek sisa (hang over
), gangguan koordinasi dan melantu

Flunitrazepam

Indikasi : hipnotik, sedatif, anestetik premedikasi operasi.

Efek samping : amnesia (hilang ingatan )

Kloral hidrat

Indikasi : hipnotika dan sedative

Efek samping : merusak mukosa lambung usus dan ketagihan

Luminal

Indikasi : sedative, epilepsy, tetanus, dan keracunan strikhnin.

4. Obat Psikofarmaka / psikotropik

Obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf
pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, dan
digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik.

Psikofarmaka dibagi dalam 3 kelompok :

1. Neuroleptika yaitu obat yang berkerja sebagai anti psikotis dan sedative yang
dikenal dengan Mayor Tranquilizer.
2. Ataraktika/ anksiolitika yaitu obat yang bekerja sedative, relaksasi otot dan anti
konvulsi yang digunakan pada gangguan akibat gelisah/ cemas, takut, stress dan
gangguan tidur, dikenal dengan Minor Tranquilizer.
3. Psikostimulansia yaitu obat yang dapat mempertinggi inisiatif, kewaspadaan dan
prestasi fisik dan mental dimana rasa letih dan kantuk ditangguhkan, memberikan
rasa nyaman dan kadang perasaan tidak nyaman tapi bukan depresi.
4. Obat Antikonvulsan.
Obat mencegah & mengobati bangkitan epilepsi. Contoh : Diazepam,
Fenitoin,Fenobarbital, Karbamazepin, Klonazepam.
5. Obat Pelemas otot / muscle relaxant
Obat yg mempengaruhi tonus otot
6. Obat Analgetik atau obat penghalang nyeri
Obat atau zat-zat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran. Sedangkan bila menurunkan panas disebut Antipiretika.

Atas kerja farmakologisnya, analgetik dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu :

Analgetik Perifer (non narkotik), analgetik ini tidak dipengaruhi system saraf pusat.
Semua analgetik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu menurunkan suhu. Terdiri
dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.

Penggolongan:

Berdasarkan rumus kimianya analgetik perifer digolongkan menjadi :

1. Golongan salisilat
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin. Obat ini
diindikasikan untuk sakit kepala, neri otot, demam. Sebagai contoh aspirin dosis kecil
digunakan untuk pencegahan thrombosis koroner dan cerebral. Asetosal adalah analgetik
antipirentik dan anti. inflamasi yang sangat luas digunakan dan digolongkan dalam obat
bebas. Efek sampingnya yaitu perangsangan bahkan dapat menyebabkan iritasi lambung
dan saluran cerna.
2. Golongan para aminofenol
Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen (parasetamol ). Efek samping golongan ini
serupa denga salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sedang, dan
dapat menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam, dengan mekanisme efek sentral.
Efek samping dari parasetamol dan kombinasinya pada penggunaan dosis besar atau
jangka lama dapat menyebabkan kerusakan hati.
3. Golongan pirazolon(dipiron)
Dipiron sebagai analgetik antipirentik, karena efek inflamasinya lemah. Efek samping
semua derivate pirazolon dapat menyebabkan agranulositosis, anemia aplastik dan
trombositopenia.
4. Golongan antranilat
Digunakan sebagai analgetik karena sebagai anti inflamasi kurang efektif
dibandingkan dengan aspirin. Efek samping seperti gejala iritasi mukosa lambung dan
gangguan saluran cerna sering timbul.

Penggunaan :

Obat-obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa


memengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan.
Kebanyakan zat ini juga berdaya antipiretis dan/atau antiradang. Oleh karena itu tidak hanya
digunakan sebagai obat antinyeri, melainkan juga pada demam (infeksi virus/kuman,
selesma, pilek) dan peradangan seperti rematik dan encok.

Efek samping :

Yang paling umum adalah gangguan lambung-usus, kerusakan darah, kerusakan hati
dan ginjal dan juga reaksi alergi kulit. Efek-efek samping ini terutama terjadi pada
penggunaan lama atau dalam dosis tinggi. Oleh karena itu penggunaan anal-getika secara
kontinu tidak dianjurkan.

Analgetik Narkotik, Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti fraktur dan
kanker.

Nyeri pada kanker umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat empat, yaitu:

Obat perifer (non Opioid) peroral atau rectal; parasetamol, asetosal.

Obat perifer bersama kodein atau tramadol.

Obat sentral (Opioid) peroral atau rectal.

Obat Opioid parenteral.

Penggolongan analgetik narkotik adalah sebagai berikut :

a. Alkaloid alam : morfin,codein

b. Derivate semi sintesis : heroin

c. Derivate sintetik : metadon, fentanil

d. Antagonis morfin : nalorfin, nalokson, dan pentazooin.

Obat generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping


1. Morfin
Indikasi : analgetik selama dan setelah pembedahan
Kontra indikasi : depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut.
Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/ indiksi pada over dosis.
2. Kodein fosfat
Indikasi : nyeri ringan sampai sedang
Kontra indikasi : depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut
Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/ indiksi over dosis
3. Fentanil
Indikasi : nyeri kronik yang sukar diatasi pada kanker
Kontra indikasi : depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut
Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/indiksi over dosis
4. Petidin HCl
Indikasi : nyeri sedang sampai berat, nyeri pasca bedah
Kontra indikasi : depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut
Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/indiksi over dosis
5. Tremadol HCl
Indikasi : nyeri sedang sampai berat
Kontra indikasi : depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut
Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/indiksi over dosis

Nalorfin, Nalokson

Adalah antagonis morfin, bekerja meniadakan semua khasiat morfin dan bersifat
analgetik. Khusus digunakan pada kasus overdosis atau intoksikasi obat-obat analgetik
narkotik.

Antipiretik

adalah zat-zat yg dapat mengurangi suhu tubuh.

Obat Antimigrain

Obat yang mengobati penyakit berciri serangan-serangan berkala dari nyeri hebat
pada satu sisi.

Obat Anti Reumatik


Obat yang digunakan untuk mengobati atau menghilangkan rasa nyeri pada
sendi/otot, disebut juga anti encok. Efek samping berupa gangguan lambung usus, perdarahan
tersembunyi (okult ), pusing, tremor dan lain-lain. Obat generiknya Indomestasin,
fenilbutazon, dan piroksikam.

Obat Anti Depresan

Obat yang dapat memperbaiki suasana jiwa dapat menghilangkan atau meringankan
gejala-gejala keadaan murung yang tidak disebabkan oleh kesulitan sosial, ekonomi dan obat-
obatan serta penyakit.

Neuroleptika

Obat yang dapat menekan fungsi-fungsi psikis (jiwa) tertentu tanpa menekan fungsi-
fungsi umum seperti berfikir dan berkelakuan normal. Obat ini digunakan pada gangguan
(infusiensi) cerebral seperti mudah lupa, kurang konsentrasi dan vertigo. Gejalanya dapat
berupa kelemahan ingatan jangka pendek dan konsentrasi, vertigo, kuping berdengung, jari-
jari dingin, dan depresi.

Obat generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping :

1. Piracetam
Obat ini diindikasikan untuk gejala dengan proses menua seperti daya ingat berkurang,
terapi pada anak seperti kesulitan belajar.
2. Pyritinol HCl
Obat ini diindikasikan untuk pasca trauma otak, perdarahan otak, gejala degenerasi otak
sehubungan gangguan metabolism.
3. Mecobalamin
Obat ini diindikasikan untuk terapi neuropati perifer.

Obat Antiepileptika

Obat yang dapat menghentikan penyakit ayan, yaitu suatu penyakit gangguan syaraf
yang ditimbul secara tiba-tiba dan berkala, adakalanya disertai perubahan-perubahan
kesadaran.

Penyebab antiepileptika : pelepasan muatan listrik yang cepat, mendadak dan


berlebihan pada neuron-neuron tertentu dalam otak yang diakibatkan oleh luka di otak( abses,
tumor, anteriosklerosis ), keracunan timah hitam dan pengaruh obat-obat tertentu yang dapat
memprovokasi serangan epilepsi.

Jenis – Jenis Epilepsi :

1. Grand mal (tonik-tonik umum )


Timbul serangan-serangan yang dimulai dengan kejang-kejang otot hebat dengan
pergerakan kaki tangan tak sadar yang disertai jeritan, mulut berbusa,mata membeliak dan
disusul dengan pingsan dan sadar kembali.
2. Petit mal
Serangannya hanya singkat sekali tanpa disertai kejang.
3. Psikomotor (serangan parsial kompleks)
Kesadaran terganggu hanya sebagian tanoa hilangnya ingatan dengan memperlihatkan
perilaku otomatis seperti gerakan menelan atau berjalan dalam lingkaran.

Penggunaan :

a. untuk menghindari sel-sel otak


b. mengurangi beban social dan psikologi pasien maupun keluarganya
c. profilaksis/pencegahan sehingga jumlah serangan berkurang

Penggolongan :

1. Golongan hidantoin, adalah obat utama yang digunakan pada hamper semua jenis epilepsi.
Contoh fenitoin.
2. Golongan barbiturat, sangat efektif sebagi anti konvulsi, paling sering digunakan pada
serangan grand mal. Contoh fenobarbital dan piramidon.
3. Golongan karbamazepin, senyawa trisiklis ini berkhasiat antidepresif dan anti konvulsif.
4. Golongan benzodiazepine, memiliki khasiat relaksasi otot, hipnotika dan antikonvulsiv
yang termasuk golongan ini adalah desmetildiazepam yang aktif,klorazepam, klobazepam.
5. Golongan asam valproat, terutama efektif untuk terapi epilepsy umum tetapi kurang
efektif terhadap serangan psikomotor. Efek anti konvulsi asam valproat didasarkan
meningkatkan kadar asam gama amino butirat acid.

Obat generik, indikasi, kontra indikasi, efek samping

1. Fenitoin
Indikasi : semua jenis epilepsi,kecuali petit mal, status epileptikus
Kontra indikasi : gangguan hati, wanita hamil dan menyusui
Efek samping : gangguan saluran cerna, pusing nyeri kepala tremor, insomnia.
2. Penobarbital
Indikasi : semua jenis epilepsi kecuali petit mal, status epileptikus
Kontra indikasi: depresi pernafasan berat, porifiria
Efek samping :mengantuk, depresi mental
3. Karbamazepin
Indikasi : epilepsi semua jenis kecuali petit mal neuralgia trigeminus
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal, riwayat depresi sumsum tulang
Efek samping : mual,muntah,pusing, mengantuk, ataksia,bingung
4. Klobazam
Indikasi : terapi tambahan pada epilepsy penggunaan jangka pendek ansietas.
Kontra indikasi: depresi pernafasan
Efek samping : mengantuk, pandangan kabur, bingung, amnesia ketergantungan kadang-
kadang nyeri kepala, vertigo hipotensi.
5. Diazepam
Indikasi : status epileptikus, konvulsi akibat keracunan
Kontra indikasi : depresi pernafasan
Efek samping : mengantuk, pandangan kabur, bingung, antaksia, amnesia, ketergantungan,
kadang nyeri kepala.

Obat Antiemetika

Obat untuk mencegah / menghentikan muntah akibat stimulasi pusat muntah yang
disebabkan oleh rangsangan lambung usus, melalui CTZ (Cheme Receptor Trigger Zone) dan
melalui kulit otak.

Penggunaan :

Antiemetika diberikan kepada pasien dengan keluhan sebagai berikut :

1. Mabuk jalan
2. Mabuk kehamilan
3. Mual atau muntah yang disebabkan penyakit tertentu seperti pada pengobatan dengan
radiasi atau obat-obat sitostatik.

Penggolongan :
1. Anti histamin
Efek samping anti histamine ini adalah mengantuk. Anti histamine yang dipaki adalah
sinarizin, dimenhidrinat, dan prometazin, toklat.
2. Dopamin blokersinarizin
3. Metoklopramid dan fenotiazin
Bekerja secara selektif merintangi reseptor dopamine ke chemo reseptor trigger zone tetapi
tidak efektif untuk motion sickness. Obat yng dipaki adalah klorpromazin HCl,perfenazin,
proklorperazin dan trifluoperazin.
4. Domperidon
Bekerja berdasarkan peringatan reseptor dopamine ke CTZ. Efek samping jarang terjadi
hanya berupa kejang-kejang usus. Obat ini dipaki pada kasus mual dan muntah yang
berkaitan dengan obat-obatan sitostatika.
5. Antagonis serotonin
Bermanfaat pada pasien mual, muntah yang berkaitan dengan obat-obatan sitostatika.

Obat generic, indikasi, kontra indikasi, efek samping

1. Sinarizin
Indikasi : kelainan vestibuler seperti vertilago, tinnitus, mual dan muntah.
Kontra indikasi : kehamilan/ menyusui, hipotensi, dan serangan asma
Efek samping : gejala ekstra pyramidal, mengantuk, sakit kepala
2. Dimenhidrinat
Indikasi : mual, muntah, vertigo, mabuk perjalanan dan kelainan labirin
Kontra indikasi : serangan asma akut, gagal jantung dan kehamilan
Efek samping : mengantuk dan gangguan psikomotor
3. Klorpromazin HCl
Indikasi : mual dan muntah
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
4. Perfenazin
Indikasi : mual dan muntah berat
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
5. Proklorperazin
Indikasi : mual dan muntah akibat gangguan pada labirin
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
6. Trifluoperazin
Indikasi : mual dan muntah berat
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra pyramidal

Obat Parkinson (penyakit gemetaran )

Obat yang digunakan untuk mengobati penyakit Parkison yang ditandai dengan gejala
tremor, kaku otot,gangguan gaya berjalan, gannguan kognitif, persepsi, dan daya ingat.
Penyakit ini terjadi akibat proses degenerasi yang progresif dan sel-sel otak sehingga
menyebabkan terjadinya defisiensi neurotransmitter yaitu dopamin.

Gejala – gejala Parkison dapat dikelompokan sebagai berikut :

a. Gangguan motorik positif, misalnya terjadi tremor dan rigiditas. Gangguan negative
misalnya terjadi hipokinesia.
b. Gejala vegetatif, seperti air liur dan air mata berlebihan, muka pucat dan kaku.
c. Gangguan psikis, seperti berkurangnya kemampuan mengambil keputusan, merasa
tertekan.

Penyebab penyakit Parkinson :

a. Idiopatik (tidak diketahui sebabnya)


b. Radang, trauma, anterosklerosis pada otak
c. Efek samping obat psikofarmaka

Penggunaan

Meskipun pengobatan parkison tidak dapat mencegah progesi penyakit, tetapi sangat
memperbaiki kualitas dan harapan hidup kebanyakan pasien. Karena itu pemberian obat
sebaiknya dimulai dengan dosis rendah dan ditingkatkan sedikit demi sedikit.

Penggolongan

Berdasarkan cara kerjanya dibagi menjadi :

a. Obat anti muskarinik, seperti triheksifenidil/ benzheksol, digunakan pada pasien dengan
gejala ringan dimana tremor adalah gejala yang dopamin.
b. Obat anti dopaminergik, seperti levodopa, bromokriptin. Untuk penyakit Parkinson
idiopatik, obat pilihan utama adalah levodopa.
c. Obat anti dopamine antikolinergik, seperti amantadine.
d. Obat untuk tremor essensial, seperti haloperidol, klorpromazine, primidon.

Anda mungkin juga menyukai