Disusun oleh : 1. Indiana Raditya A (D0219042) 2. Muhammad Alfhian N (D0219061) 3. Muh Amirul S (D0219062)
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET 2021 Latar Belakang Salah satu tahun paling istimewa yang pernah dialami bagi warga Indonesia ialah pada tahun 2014. Warga Indonesia dari Sabang hingga Merauke memulai kembali pelaksanaan pesta demokrasi berupa pemilihan umum (pemilu). Pemilu yang dilaksanakan di Indonesia menganut sistem negara demokrasi yang berlangsung secara periodik yaitu akan berjalan kesebelas kalinya. Setiap lima tahun sekali, warga negara Indonesia yang telah berumur 17 tahun diwajibkan untuk ikut andil dalam pemilihan umum. Hal ini dikarenakan pemilihan umum merupakan wadah untuk menyalurkan aspirasi politik yang akan disampaikan dan kegiatan pemilu adalah cara yang paling benar menurut sistem perwakilan. Pemilihan ini berlaku juga pada saat pemilihan presiden dan wakil presiden. Untuk meraih cita-cita suatu paslon yaitu kemenangan, biasanya pasangan paslon melakukan tindakan secara langsung kepada masyarakat. Beberapa teknik yang kerap kali dilakukan misalnya, melakukan kampanye kesehatan, pembagian bahan-bahan pokok berupa sembako, bantuan secara tunai, hingga janji-janji perbaikan infrastruktur. Pada saat orde baru, pelaksaan pemilihan umum terkesan ketinggalan jaman dan hanya memperbolehkan beberapa partai saja. Dengan demikian, pelaksanaan pemilihan umum terjadi perubahan mulai dari strategi yang dilakukan oleh paslon untuk mencapai kekuasaan politik. Perubahan sistem dunia politik juga memberikan peluang hadirnya partai baru dalam memeriahkan pesta demokrasi di Indonesia. Hal ini, serupa terjadi dalam pemilihan presiden/wakil presiden. Taktik kampanye yang dilakukan oleh suatu paslon politik, sepintas tidak ada perbedaan secara signifikan. Misal saja pemasaran barang-barang yang berguna (barang komersial), barang-barang rumah tangga, barang-barang elektronik, dan lain sebagainya. Selain itu, pasangan calon politik memiliki berbagai program kerja (perencanaan produk), upaya dan akses (harga), iklan dan publisitas (promotion), lokasi (place). Proses komunikasi yang dilakukan yaitu menggunakan pendekatan persuasif yang juga berguna untuk produk komersial. Adapun perbedaan yang dapat dilihat yaitu terdapat pada tujuan akhirnya, penjualan komersil lebih condong kepada tujuan pemegang saham (shareholder objectivies), sedangkan pemasaran dalam bidang sosial leboh condong kepada kenaikan tingkat kualitas hidup rakyat atau komunitas. Dengan demikian, perlu adanya taktik komunikasi politik antara masyarakat dalam pemilihan umum (pemilu) karena untuk mendapatkan kemenangan kekuasaan, setiap paslon saling berlomba satu dengan lainnya agar mendapat citra dari masyarakat (Firmanzah (2008: 244). Dasar dari suatu strategi adalah perencanan dan manajemen. Setiap strategi yang dikerjakan setiap paslon menentukan dan berperan dalam mendapatkan suara politik dan pemilihan umum. Strategi yang dilakukan oleh paslon pemilihan umum, berfungsi menentukan kemenangan suatu paslon dan mampu mewujudkan kekuatan yang berkesinambungan. Selanjutnya, kesepakatan strategi yang telah disepakati akan lebih mudah dan cepat apabila berjalan dengan semestinya, misalnya mampu menunjukkan strateginya secara fungsional (Effendy, 1993: 300). Dalam kompetensi politik modern, hal-hal seperti menarik simpati dan memenuhi kebutuhan masyarakat menjadi salah satu cara yang paling efisien. Pemilih yang berasal dari masyarakat merupakan poin utama bukan lagi sebagai obyek mobilitas, dengan demikian masyarakat mempunyai kebebasan dalam menentukan pilihan serta mengutarakan pilihannya. Terdapat konglomerat media yang menjadi kompetensi dalam pemilihan umum, sehingga semakin penting untuk dipahami. Bahkan kalangan pemilik media menjadi gawang dalam pemilihan umum legislatif 2014 karena didorong dengan hal-hal baru yang disukai masyarakat pada saat itu. Lembaga Survei Indonesia (LSI) menyatakan, bahwa ketertarikan masyarakat terhadap Partai Nasdem yang telah digelar pada tanggal 25 Februari-5 Maret 2012 kemungkinan karena iklan politik. Menurut data hasil survei LSI, apabila pemilu legislatif digelar pada saat ini, Partai Golkar mendapat 17,7 persen dukungan, PDIP 13,6 persen dukungan, Partai Demokrat 13,4 dukungan, serta Partai NasDem 5,9 dukungan. Dari data yang telah dikemukakan di atas, terdapat kenaikan pada Partai NasDem pada tahun 2010 yakni 0,3 persen, tahun 2011 naik 1,3 persen, dan awal Februari 2012 1,6 persen. Setelah itu, Partai NasDem mengalami lonjakan kenaikan yang cukup pesat menjadi 5,9 persen hanya dalam kurun waktu sebulan saja. Dari uraian yang telah dijelaskan, diperoleh bahwa media massa berperan sebagai sarana atau media iklan partai politik NasDem atas penerimaan suara partai pemilu tahun 2014. (https://www.viva.co.id/berita/politik/295239-iklan-tv-ikut-kerek-elektabilitas-nasdem). Kesimpulan