1 PB
1 PB
Populasi dan Manajemen Pemeliharaan serta Pola Pemasaran Ternak Itik (Studi Kasus di Desa
Pematang Balam Kecamatan Hulu Palik Kabupaten Bengkulu Utara)
Population and Maintenance Management as well as Marketing Patterns of Ducks (Case
Study in Pematang Balam Village, Hulu Palik District, North Bengkulu Regency)
ABSTRACT
This research was aimed to identify the development of the population of ducks and find out the management
system and marketing patterns of ducks. This research was conducted for four months in Pematang Balam
Village, Hulu Palik Subdistrict, North Bengkulu Regency, Bengkulu Province. The method used was the survey
method, with interviews directly to farmers. The variables observed were respondent's identity, duck population,
maintenance management, and livestock marketing patterns. The results of the study were presented in tabular
form, and analyzed descriptively. Based on the results of the study of the population of ducks from 10
respondents were 187 ducks, the management system for raising ducks in Pematang Balam village was still
inefficient, and furthermore, the marketing patterns for duck in Pematang Balam Village were carried out by
selling through collectors, and determining direct prices by breeders. It was expected that with the identification
of population identification and maintenance management and marketing patterns that existed at this time, the
development of duck farming could develop well and could have a positive impact on improving the
management system.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengidentifikasi perkembangan populasi ternak itik dan mengetahui sistem
manajemen serta pola pemasaran ternak itik. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret s/d Juni 2018 di Desa
Pematang Balam Kecamatan Hulu Palik Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu. Metoda yang dilakukan
adalah metoda survey, dengan wawancara langsung kepada peternak. Peubah yang diamati adalah identitas
responden, populasi itik, manajemen pemeliharaan, dan pola pemasaran ternak. Hasil penelitian disajikan dalam
bentuk tabel, dan dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian populasi ternak itik dari 10 responden
yang ada sebanyak 187 ekor itik, sistem manajemen pemeliharan ternak itik di Desa Pematang Balam masih
belum efesien, dan selanjutnya untuk pola pemasaran ternak itik di Desa Pematang Balam dilakukan dengan cara
dijual melalui pedagang pengumpul, dan penentuan harga langsung oleh peternak. Diharapkan dengan adanya
infromasi identifikasi populasi dan manajamen pemeliharaan serta pola pemasaran yang ada pada saat ini, maka
dalam pengembangannya usaha peternakan itik ini dapat berkembang dengan baik dan bisa memberikan dampak
positif pada peningkatan sistem manajemennya.
99 | Populasi dan manajemen pemeliharaan serta pola pemasaran ternak itik...(Bieng et al., 2020)
MATERI DAN METODE dipersiapkan untuk mendapatkan informasi
dari peternak. Data primer terdiri dari:
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Identitas responden, manajemen
Maret 2018 s/d Juni 2018 di Desa Pematang pemeliharaan ternak itik (manajemen bibit,
Balam, Kecamatan Hulu Palik, Kabupaten reproduksi, kandang dan fasilitasnya,
Bengkulu Utara. Alat dan bahan yang pemberian pakan dan pemberantasan
digunakan dalam penelitian ini antara lain penyakit), populasi ternak, pola pemasaran
seperti kuisioner, alat tulis dan kamera. ternak itik, dan data sekunder dapat diperoleh
Disamping itu sejumlah peternak itik yang dari data dan catatan yang sudah ada
tergabung dalam kelompok maupun individu sebelumnya. Data tersebut didapat dari
Desa Pematang Balam, Kecamatan Hulu intansi dan lembaga-lembaga yang berkaitan
Palik, Kabupaten Bengkulu Utara. dengan penelitian ini maupun literature-
literatur ataupun pustaka yang sudah ada.
Tahapan Penelitian
Data yang Dikumpulkan
Survey Pendahuluan
Penelitian survey merupakan suatu Identitas Responden
teknik pengumpulan dari informasi yang Identitas Peternak meliputi nama
dilakukan dengan cara menyusun daftar peternak, alamat peternak, umur peternak,
pertanyaan yang diajukan pada responden. pekerjaan peternak, pendidikan terakhir
Data yang diambil dalam penelitian ini yaitu peternak, tujuan pemeliharaan, dan lama
data primer dan data sekunder (Kalangi, beternak itik.
2017). Survei pendahuluan dilakukan dengan
tujuan untuk menentukan lokasi penelitian Populasi Ternak Itik
dan keberadaan peternak Itik di Desa Data yang berkaitan dengan populasi
Pematang Balam, Kecamatan Hulu Palik, yang dikumpulkan meliputi: jumlah ternak
Kabupaten Bengkulu Utara. Hasil survei (induk, jantan, anak) dan jumlah kematian.
yang telah dilakukan dianalsis apakah Populasi ternak itik diketahui dengan cara
program penenelitian yang akan dilakukan mensesus ternak itik dan wawancara
sudah tepat atau perlu pembenahan lokasi langsung ke peternak yang ada dilokasi
penelitian. penelitian.
Penentuan Responden Manajemen Pemeliharaan
Responden di tentukan secara sengaja Manajemen pemeliharaan diketahui
(purposive) yaitu seluruh peternak itik yang dengan cara mengamati secara langsung
ada di Desa Pematang Balam, Kecamatan sistem pemeliharaan pada setiap peternak itik
Hulu Palik, Kabupaten Bengkulu Utara. yang ada di Desa Pematang Balam,
Berdasarkan penelitian data peternak itik Kecamatan Hulu Palik, Kabupaten Bengkulu
yang ada di Desa Pematang Balam, Utara. Data yang berkaitan dengan
Kecamatan Hulu Palik, Kabupaten Bengkulu manajemen yang dikumpulkan meliputi 1).
Utara. pemilihan bibit (bibit ternak itik, asal bibit,
jenis bibit, umur bibit, dan bobot bibit), 2)
Metode Pengumpulan Data reproduksi (cara perkawinan, rasio pejantan
Data yang dikumpulkan dalam dan betina, perlakuan pejantan dan betina
penelitian ini adalah primer dan sekunder. saat kawin, kandang khusus untuk kawin), 3)
Data primer diperoleh melalui pengamatan kandang dan fasilitasnya (konstruksi bahan
langsung ke lokasi penelitian dan mendatangi kandang, ukuran kandang, perlengkapan
langsung peternak yang dipilih sebagai kandang, bentuk kandang, arah kandang), 4)
sampel dengan cara wawancara (dept pemberian pakan (waktu dan frekuensi
interview) dan menunjukkan daftar pemberian pakan,
pertanyaan atau kuisioner yang telah
101 | Populasi dan manajemen pemeliharaan serta pola pemasaran ternak itik...(Bieng et al., 2020)
SMP sebanyak 20%, SMA sebanyak 40% lama pemeliharan diatas 37 bulan sebanyak
dan Sarjana sebanyak 20%. Menurut 20%. Lama pemeliharaan sangat
Setiawan (2019), tingkat pendidikan formal mempengaruhi populasi ternak itik, semakin
ikut mempengaruhi peternak dalam lama beternak maka pengalaman yang
mengelola jenis usahanya, semakin tinggi didapat juga semakin tinggi dalam
pendidikan maka wawasannya akan semakin pemeliharaan. Untuk tujuan pemeliharaan
meningkat dan semakin mudah dalam ternak itik dari ke-10 responden bertujuan
menerima inovasi serta teknologi yang untuk menambah pendapatan keluarga.
berkembang. Mata pencarian atau pekerjaan Menurut Hardjosworo et al. (2002) bahwa
pokok responden peternak itik di Desa itik merupakan ternak pertama yang
Pematang Balam Kecamatan Hulu Palik dibudidayakan dan dipasarkan sebagai
Kabupaten Bengkulu Utara sebagian besar sumber pendapatan, disamping itu, itik
petani sawit sebanyak 90% dan PNS mempunyai daya tahan yang lebih baik
sebanyak 10%. Kebanyakan petenak yang dibandingkan unggas lainnya.
ada di Desa Pematang Balam Kecamatan
Hulu Palik Kabupaten Bengkulu Utara Populasi Ternak Itik
memilih beternak sebagai pakerjaan Ternak itik merupakan salah satu
sampingan atau tambahan, di luar pekerjaan komoditi unggas yang mempunyai peran
pokoknya sebagai petani. Mata pencarian cukup penting sebagai penghasil telur dan
atau pekerjaan pokok responden peternak itik daging untuk mendukung ketersediaan
di Desa Pematang Balam Kecamatan Hulu protein hewan (Anwar, 2015). Populasi dan
Palik Kabupaten Bengkulu Utara sebagian hasil produksi ternak itik yang berada di
besar petani sawit sebanyak 90% dan PNS Desa Pematang Balam, Kabupaten Bengkulu
sebanyak 10%. Kebanyakan petenak yang Utara dapat dilihat pada Tabel 2. Pada Tabel
ada di Desa Pematang Balam Kecamatan ini menunjukkan bahwa populasi ternak itik
Hulu Palik Kabupaten Bengkulu Utara yang banyak tidak menjamin produksi telur
memilih beternak sebagai pekerjaan akan ikut tinggi. Hal ini tercermin dari data
sampingan atau tambahan, di luar pekerjaan diatas yang menyatakan bahwa populasi 16 -
pokoknya sebagai petani. 28 dapat menghasilkan produksi telur dengan
Lama pemeliharaan tenak itik juga presentase 68,75- 76,46% sedangkan
bervariasi. Pemeliharaan terlama adalah 8 populasi ternak itik yang terdiri dari 235
tahun dan terendah 8 bulan. Lama hanya sebatas 68,08%.
pemeliharan 1-18 bulan sebanyak 50%, lama
pemeliharan 17-36 bulan sebanyak 30% dan
Dapat dilihat pada Tabel 3 bahwa jenisnya, berasal dari peternakan yang
peternak lokal di Desa Pematang Balam memiliki catatan kinerja tentunya dengan
Kecamatan Hulu Palik Kabupaten Bengkulu kriteria-kriteria dari bibit tersebut. Bibit yang
Utara mengadakan bibit dengan cara akan diternakkkan di seleksi terlebih dahulu,
membeli DOD sebanyak 60% dan cara dengan menyeleksi bibit yang sehat atau
budidayadiri sebanyak 40%. Hal ini tidak terkena penyakit, dan mampu
dikarenakan kurangnya pemahaman dalam berkembang biak sebaik tetuanya (Raharjo,
membudidayakan ternak itik karena sering 2009).
terjadi kegagalan saat menetas. Dalam sistem Dalam pengadaan DOD maupun fase
menejemen pemeliharaan itik, asal bibit indukan (layer) memiliki keuntungan dan
merupakan hal yang mendasar dari jumlah kerugian masing-masing. Salah satu
produksi yang didapatkan. Dengan memilih keuntungan memilih memelihara pada fase
bibit yang baik memiliki keseragaman dan anakan (starter) hingga fase pertumbuhan
keunggulan dalam jumlah produksi. Masalah (grower) harga relatif lebih murah, namun
yang dihadapi peternak selama ini iyalah pemeliharaannya membutuhkan waktu yang
belum adanya pembibitan yang memadai panjang atau lama berkisar 6-8 bulan untuk
untuk menghasilkan pembibitan yang berproduksi menghasilkan telur. Dengan
berkualitas (Prasetyo et al., 2010). demikian dalam kurung waktu yang lama,
Pemilihan bibit didasarkan pada jenis itik dapat terserang penyakit atau predator
ternak, turunan, dan postur. Bibit harus jelas lain sebelum berproduksi, sehingga ternak
103 | Populasi dan manajemen pemeliharaan serta pola pemasaran ternak itik...(Bieng et al., 2020)
itik banyak mati sebelum berproduksi. Bibit mempemudah peternak saat pengawasan.
indukan memiliki waktu yang singkat untuk Berkaitan dengan sistem kandang dan
berproduksi, namun kekurangannya adalah fasilitasnya meliputi kontruksi kandang,
harga bibit ternak itik yang berasal dari perlengkapan kandang, bentuk kandang dapat
indukan harganya relatif lebih mahal dilihat pada Tabel 4.
dibandingkan dengan fase starter.
Sistem pemeliharaan dengan pola Konstruksi Bahan Kandang
intensif, yaitu itik dipelihara di dalam Kontruksi kandang perlu diperhatikan,
kandang dan seluruh aktivitas dilakukan di karena kontruksi kandang yang baik dapat
dalam kandang seperti pemberian pakan, memberikan rasa nyaman dan aman pada
kesehatan dan kontrol pertumbuhannya ternak itik (Herman, 2002). Kontruksi
(Rahayu, 2019). Sistem pemeliharaan ternak kandang yang diterapkan meliputi atap
itik didesa pematang balam 30% kandang, dinding kandang, lantai kandang,
menggunakan sistem secara intensif. Sistem perlengkapan kandang dan bentuk kandang
pemeliharan secara semi-intensif itik di dapat dilihat pada Tabel 4.
umbar (digembalakan) serta dikandangkan
dengan sistem ini pakan yang diperoleh Atap Kandang
selain dari diumbar juga diberikan pakan Bahan yang tersedia untuk dijadikan
pada saat pengandangan, sitem pemeliharan atap kandang banyak tersedia, yaitu seng,
ternak secara semi-intensif sebanyak 70%. genteng, rumbia, dan alang-alang. Sebelum
Perubahan sistem pemeliharaan ternak itik ke memutuskan pemilihan bahan yang akan
arah intensif memerlukan upaya peningkatan dibuat atap kandang, sebaiknya harus
kualitas bibit yang hanya bisa dicapai melalui memperhatikan ketahanan bahan, efisiensi
pengembangan sistem pembibitan ternak itik penggunaan dan harga bahan yang akan
(Prasetyo, 2006). digunakan sebagai atap kandang tersebut
(Herman, 2002). Pada Tabel 4 terlihat bahwa
Reproduksi. atap kandang yang digunakan oleh peternak
Reproduksi ternak itik dilakukan atau responden 100% dari seng. Bila dilihat
secara tradisional dengan perbandingan dari efisiensinya atap seng kurang bagus bila
jantan dan betina 1:7 ekor. Pada dasarnya digunakan sebagai atap karena selain mahal,
reprouksi ternak itik tanpa adanya introduksi atap seng juga tidak menyerap panas. Dengan
ternak itik unggul. Itik umumnya mengalami demikian akan menyebabkan suhu pada
pubertas (masak kelamin) pada kisaran umur ruangan akan tinggi, akan berdampak pada
20-22 minggu dengan masa produksi sekitar fisiologi ternak itik seperti stress akibat pans,
15 bulan. Jika dibandingkan dengan ayam sehingga dapat menurunkan produktivitas
ras, itik menempati posisi kedua terbesar ternak itik. Dalam penggunaan atap kandang
sebagai penghasil telur (30-40%) sebagai sebaiknya dipilih bahan yang meyerap panas,
total konsumsi telur Indonesia (Sa’diyah, misalnya genteng atau rumbia, karena kedua
2016). bahan atap tersebut sama-sama dapat
menyerap panas dalam penggunaanya dan
Kandang dan Fasilitasnya harga relatif lebih murah.
Kandang dan fasilitasnya merupakan
salah satu hal yang perlu di perhatikan untuk Dinding Kandang Itik
menentukan hasil produksi yang diperoleh. Dinding kandang sangat diperlukan
Adapun persyaratan kandang yang harus untuk melindungi ternak itik dari berbagai
dipenuhi adalah mudah dibersihkan, sirkulasi gangguan dari luar seperti angin, predator,
udara lancar dan cukup mendapatkan sinar terik matahari, dan air hujan. Pada tabel 3
matahari (Sibuea, 2016). Fungsi dari terlihat 6 peternak atau responden
kandang sebagai tempat berlindung, menggunak papan sebagai bahan dinding
beristirahat dan juga tempat bertelur, serta kandang, dan 4 peternak atau responden yang
fasilitas kandang berfungsi untuk
105 | Populasi dan manajemen pemeliharaan serta pola pemasaran ternak itik...(Bieng et al., 2020)
Manajemen Pemberian Pakan Itik
107 | Populasi dan manajemen pemeliharaan serta pola pemasaran ternak itik...(Bieng et al., 2020)
UCAPAN TERIMAKASIH Manajemen Pemeliharaan Ternak Itik
Petelur di Kecamatan Kakas Barat
Ucapan terimakasih kepada Program Kabupaten Minahasa. Jurnal Zootek
Pascasarjana Pengelolaan Sumberdaya Alam (Zootek Journal). 37 (2): 216-223.
(PSA) Universitas Bengkulu yang telah
memberikan bantuan berupa dana penelitian, Mangisah, I. dan B. Sukamto. 2016. Pelatihan
sehingga penelitian ini bisa terlaksana Budidaya Itik Secara Semi Intensif Dan
Penetasan Telur di Desa Kebakalan
dengan baik.
Banjarnegara. Jurnal INFO. Edisi 13 (1):
13-28.
DAFTAR PUSTAKA
Margaretha, F. dan A. R. Ramadhan. 2010.
Anwar, N., S. P. Utama, dan Reswita. 2015.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Efisiensi Usaha Pembibitan Itik Modern
struktur modal pada industri manufaktur
dan Tradisional pada Skala Rumah
di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis
Tangga di Kabupaten Lebong. Jurnal
dan Akuntansi 12: 119-130.
AGRISEP. 14 (1): 26-38.
Pasaribu, F. 2007. Hubungan karakteristik
Azis, R. dan D. Kurniawan. 2019. Strategi
pegawai dengan produktivitas kerja.
Peningkatan Kemampuan Peternak Itik
Jurnal Ichsan Gorontalo 2 (1): 627-637.
Melalui Pelatihan Manajemen Pakan Itik
terhadap Kelompok Peternak Itik Hibrida
Prasetyo, L. H. 2006. Strategi dan Peluang
Super di Desa Slorok Kecamatan Doko
Pengembangan Pembibitan Ternak Itik.
Kabupaten Blitar. Jurnal Pengabdian dan
Jurnal WARTAZOA. 16 (3): 109-115.
Pemberdayaan Nusantara (JPPNu). 1 (1):
25-31. Prasetyo, L. H., P. P. Ketaren, A. R. Setioko, A.
Suparyanto, E. Juwarini, T. Susanti, dan
Basuki, P. 1985. Studi Tipe Kandang Kereman,
S. Sopiyana. 2010. Panduan budidaya
Panggung, Individual, dan Kualitas
dan usaha ternak itik. Balai Penelitian
Pakan Terhadap Performans Produksi
Ternak. Bogor.
Kelinci. Laporan Penelitian. Fakultas
Peternakan. Universitas Gajah Mada. Rahardi, F. M dan R. Hartono. 2003. Agribisnis
Yogyakarta. Peternakan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Gumelar, A. P. dan A. Rahmat. 2016. Potentional Raharjo, B.K.D. 2009. Pengembangan Usaha
Duck Egg Production in Livestock Ducks Ternak Itik di Kabupaten Tegal. Fakultas
Group Putri Mandiri Karawang, West Peternakan Universitas di Ponegoro.
Java. Journal of Animal Husbandry Semarang.
Science (JANHUS). 1 (1) : 44- 51.
Rahayu, T. P., L.Waldi, dan M. S. I. Pradipta.
Hardjosworo, P. S., A. R. Setioko, P. P. Ketaren, 2019. Kualitas Ransum Itik Magelang
L. H. Prasetyo, A. P. Sinurat dan pada Pemeliharaan Intensif dan Semi
Rukmiasih. 2002. Perkembangan Intensif terhadap Bobot Badan dan
Teknologi Peternakan Unggas Air di Produksi Telur. Bulletin of Applied
Indonesia. Pros. Lokakarya Unggas Air. Animal Research (BAAR). 1 (1): 8-14.
Bogor, 6 - 7 Agustus 2001. Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor, Rasyaf, M. 1991. Pengelolaan Produksi Telur.
Bogor dan Balai Penelitian Ternak, Kanisius. Yogyakarta.
Ciawi. Hal: 22 -41.
Sa’diyah, H., Anggraeni, dan D. Sudrajat. 2016.
Herman, R. 2002. Pengenalan Kandang dan Performan Produksi Itik Alabio (Anas
Pengembangan Peternakan. Badan plathyrynchos Borneo) yang Diberi
Litbang Pertanian, Bogor. Ransum Komersil dengan Tambahan
Kromium (Cr) Organik. Jurnal
Mamarimbing, D., J. K. J. Kalangi dan B. F. J. Peternakan Nusantara. 2 (2): 55-60.
Sondakh, J. Lainawa. 2017. Analisis
109 | Populasi dan manajemen pemeliharaan serta pola pemasaran ternak itik...(Bieng et al., 2020)