Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Sain Peternakan Indonesia P-ISSN 1978-3000

Available at https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jspi/index E-ISSN 2528-7109


DOI: https://doi.org/10.31186/jspi.id.15.1.98-109 Volume 15 Nomor 1 edisi Januari-Maret 2020

Populasi dan Manajemen Pemeliharaan serta Pola Pemasaran Ternak Itik (Studi Kasus di Desa
Pematang Balam Kecamatan Hulu Palik Kabupaten Bengkulu Utara)
Population and Maintenance Management as well as Marketing Patterns of Ducks (Case
Study in Pematang Balam Village, Hulu Palik District, North Bengkulu Regency)

B. Brata, E. Soetrisno, T. Sucahyo dan B. D. Setiawan


Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu
Jln. WR.Supratman, Kandang Limun, Bengkulu
Corresponding email: Biengbrata@gmail.com

ABSTRACT
This research was aimed to identify the development of the population of ducks and find out the management
system and marketing patterns of ducks. This research was conducted for four months in Pematang Balam
Village, Hulu Palik Subdistrict, North Bengkulu Regency, Bengkulu Province. The method used was the survey
method, with interviews directly to farmers. The variables observed were respondent's identity, duck population,
maintenance management, and livestock marketing patterns. The results of the study were presented in tabular
form, and analyzed descriptively. Based on the results of the study of the population of ducks from 10
respondents were 187 ducks, the management system for raising ducks in Pematang Balam village was still
inefficient, and furthermore, the marketing patterns for duck in Pematang Balam Village were carried out by
selling through collectors, and determining direct prices by breeders. It was expected that with the identification
of population identification and maintenance management and marketing patterns that existed at this time, the
development of duck farming could develop well and could have a positive impact on improving the
management system.

Key words: population, maintenance management, marketing patterns, ducks, Bengkulu

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengidentifikasi perkembangan populasi ternak itik dan mengetahui sistem
manajemen serta pola pemasaran ternak itik. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret s/d Juni 2018 di Desa
Pematang Balam Kecamatan Hulu Palik Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu. Metoda yang dilakukan
adalah metoda survey, dengan wawancara langsung kepada peternak. Peubah yang diamati adalah identitas
responden, populasi itik, manajemen pemeliharaan, dan pola pemasaran ternak. Hasil penelitian disajikan dalam
bentuk tabel, dan dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian populasi ternak itik dari 10 responden
yang ada sebanyak 187 ekor itik, sistem manajemen pemeliharan ternak itik di Desa Pematang Balam masih
belum efesien, dan selanjutnya untuk pola pemasaran ternak itik di Desa Pematang Balam dilakukan dengan cara
dijual melalui pedagang pengumpul, dan penentuan harga langsung oleh peternak. Diharapkan dengan adanya
infromasi identifikasi populasi dan manajamen pemeliharaan serta pola pemasaran yang ada pada saat ini, maka
dalam pengembangannya usaha peternakan itik ini dapat berkembang dengan baik dan bisa memberikan dampak
positif pada peningkatan sistem manajemennya.

Kata Kunci: populasi, manajemen pemeliharaan, pola pemasaran, itik, Bengkulu

PENDAHULUAN usaha peternakan yang banyak memberikan


manfaat dalam memenuhi kebutuhan pangan
Peternakan merupakan salah satu yang terus meningkat dan pencitaan lapangan
subsektor pertanian yang sangat diperlukan kerja. Tingkat pendapatan masyarakat di
untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan bidang pertanian atau peternakan belum
masyarakat, terutama kebutuhan gizi protein sepenuhnya dapat mencukupi kebutuhan
hewani. Komoditas terbesar di peternakan hidupnya, karena hasil kegiatan yang ada saat
saat ini berasal pada sektor perunggasan, ini tidak dapat diandalkan sebagai
hampir 70% di Sektor peternakan dan pendapatan utama (Aziz, 2019). Kondisi
didominasi perunggasan (Yulistiya, 2016). geografis, ekologi ketersediaan air dan
Usaha Ternak Itik merupakan salah satu kesuburan lahan di beberapa wilayah di

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 15 (1) 2020 Edisi Januari-Maret | 98


Bengkulu memiliki karaterisik yang cocok dengan Bukit Barisan. Berdasarkan data
untuk usaha ternak itik. Ternak itik juga desa dan kelurahan tahun pada tahun 2017,
dapat memberikan produk ganda sebagai jumlah penduduk desa Pematang Balam
penghasil daging dan juga dapat sebagai sebanyak 1.609 orang dengan jumlah kepala
penghasil telur. Daging dan telur sebagai keluarga sebanyak 426 kepala keluarga. Mata
produk ternak itik mengandung gizi yang pencarian masyarakat mayoritas adalah
lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, petani dengan jumlah 900 orang dan diikuti
karbohidrat, vitamin dan mineral. Dampak oleh buruh sebanyak 130 orang dan peternak
dari mengkonsumsi protein hewani berasal sebanyak 219 orang dan sisanya pegawai
dari daging dan telur yang rendah yakni negeri dan lain-lain. Berdasarkan luas area
berpengaruh pada kualitas Sumber Daya yang ada di Desa Pematang Balam terdapat
Manusia menjadi rendah, kondisi tersebut 1752 ha yang terdiri dari pemukinan 300 ha,
disebabkan pada kondisi persaingan global perkebunan, 427 ha, pekarangan, 159 ha,
yang semakin ketat (Margaretha and persawahan 869 ha dan sisanya prasara
Ramadhan, 2010). umum dan lain-lain.
Produktivitas ternak, temasuk ternak Ternak yang dipelihara oleh
itik ditentukan oleh dua faktor utama yaitu, masyarakat desa Pematang Balam adalah
faktor genetik dan lingkungan. Oleh karena sapi 800 ekor, ayam kampung 1500 ekor,
itu perbaikan mutu genetik itik dan ayam broiler ekor, itik 100 ekor, angsa 4 ekor
lingkungan manajemen pemeliharaan akan dan kambing sebanyak 300 ekor. Dilihat dari
meningkatkan produktivitas ternak tersebut. kepemilikan ternak itik, jumlah pemilk
Kebanyakan peternak memelihara ternak itik ternak sapi 400 orang, ayam kampung 500
masih dengan cara tradisional yakni dengan orang, ayam broiler sebanyak 3 orang,
cara dilepas di area lahan persawahan kambing sebanyak 150 orang dan itik
(Mangisah, 2016). Dengan sempitnya areal sebanyak 25 orang. Berdasarkan data yang
pengembalaan dan banyaknya kasus ada dan dengan dengan ketersedian lahan
kematian ternak akibat keracunan pestisida, yang cukup, jumlah peternak itik yang cukup
maka cara ini makin kurang efektif. Salah banyak namun mempunyai populasi yang
satu usaha yang dipandang mampu mengatai sedikit maka pengembangan ternak itik salah
masalah ini adalah dengan mengalihkan pada satu usaha yang cocok dikembangkan di desa
sistem pemeliharan yang intensif (Suharno Pematang Balam.
dan Setiawan, 2012). Berdasarkan uraian di atas, terdapat
Manajemen pemasaran merupakan beberapa masalah yang terjadi pada
proses kegiatan aktivitas menyalurkan pengembangan ternak itik di Desa Pematang
produk dari produsen ke konsumen. Balam yaitu 1) perlu pengkajian populasi
Pemasaran merupakan ujung tombak ternak itik yang sesuai dengan potensi daerah
kegiatan ekonomi dalam sektor agribisnis dan kepemilikannya, 2) mengkaji manajemen
peternakan. Peternak atau pengusaha yang pemeliharaan itik sesuai dengan tingkat
menghasilkan produk peternakan pasti produktivitasnya, 3) mengkaji pola
menginginkan produknya sampai dan pemasaran ternak itik sehingga tidak
diterima oleh konsumen yang harus melalui menghadapi nilai jual yang rendah. Luaran
beberapa kegiatan pemasaran (Rahardi dan yang diperoleh dari hasil penelitian ini, dapat
Hartono, 2003). memperbaiki data tentang populasi ternak
Desa Pematang Balam, Kecamatan itik serta melakukan introduksi system
Hulu Palik, Kabaupaten Benkulu Utara manajemen pemeliharaan serta pemasaran
merupakan salah satu Desa yang ada di ternak itik khususnya di desa Pematang
Provinsi Bengkulu yang berbatasan sebelah Balam kecamatan Hulu Palik kabupaten
Utara dengan Desa Air Tik Gambir, sebelah Bengkulu Utara.
Selatan dengan Air Lado, sebelah Barat
dengan Air Telatang dan sebelah Timur

99 | Populasi dan manajemen pemeliharaan serta pola pemasaran ternak itik...(Bieng et al., 2020)
MATERI DAN METODE dipersiapkan untuk mendapatkan informasi
dari peternak. Data primer terdiri dari:
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Identitas responden, manajemen
Maret 2018 s/d Juni 2018 di Desa Pematang pemeliharaan ternak itik (manajemen bibit,
Balam, Kecamatan Hulu Palik, Kabupaten reproduksi, kandang dan fasilitasnya,
Bengkulu Utara. Alat dan bahan yang pemberian pakan dan pemberantasan
digunakan dalam penelitian ini antara lain penyakit), populasi ternak, pola pemasaran
seperti kuisioner, alat tulis dan kamera. ternak itik, dan data sekunder dapat diperoleh
Disamping itu sejumlah peternak itik yang dari data dan catatan yang sudah ada
tergabung dalam kelompok maupun individu sebelumnya. Data tersebut didapat dari
Desa Pematang Balam, Kecamatan Hulu intansi dan lembaga-lembaga yang berkaitan
Palik, Kabupaten Bengkulu Utara. dengan penelitian ini maupun literature-
literatur ataupun pustaka yang sudah ada.
Tahapan Penelitian
Data yang Dikumpulkan
Survey Pendahuluan
Penelitian survey merupakan suatu Identitas Responden
teknik pengumpulan dari informasi yang Identitas Peternak meliputi nama
dilakukan dengan cara menyusun daftar peternak, alamat peternak, umur peternak,
pertanyaan yang diajukan pada responden. pekerjaan peternak, pendidikan terakhir
Data yang diambil dalam penelitian ini yaitu peternak, tujuan pemeliharaan, dan lama
data primer dan data sekunder (Kalangi, beternak itik.
2017). Survei pendahuluan dilakukan dengan
tujuan untuk menentukan lokasi penelitian Populasi Ternak Itik
dan keberadaan peternak Itik di Desa Data yang berkaitan dengan populasi
Pematang Balam, Kecamatan Hulu Palik, yang dikumpulkan meliputi: jumlah ternak
Kabupaten Bengkulu Utara. Hasil survei (induk, jantan, anak) dan jumlah kematian.
yang telah dilakukan dianalsis apakah Populasi ternak itik diketahui dengan cara
program penenelitian yang akan dilakukan mensesus ternak itik dan wawancara
sudah tepat atau perlu pembenahan lokasi langsung ke peternak yang ada dilokasi
penelitian. penelitian.
Penentuan Responden Manajemen Pemeliharaan
Responden di tentukan secara sengaja Manajemen pemeliharaan diketahui
(purposive) yaitu seluruh peternak itik yang dengan cara mengamati secara langsung
ada di Desa Pematang Balam, Kecamatan sistem pemeliharaan pada setiap peternak itik
Hulu Palik, Kabupaten Bengkulu Utara. yang ada di Desa Pematang Balam,
Berdasarkan penelitian data peternak itik Kecamatan Hulu Palik, Kabupaten Bengkulu
yang ada di Desa Pematang Balam, Utara. Data yang berkaitan dengan
Kecamatan Hulu Palik, Kabupaten Bengkulu manajemen yang dikumpulkan meliputi 1).
Utara. pemilihan bibit (bibit ternak itik, asal bibit,
jenis bibit, umur bibit, dan bobot bibit), 2)
Metode Pengumpulan Data reproduksi (cara perkawinan, rasio pejantan
Data yang dikumpulkan dalam dan betina, perlakuan pejantan dan betina
penelitian ini adalah primer dan sekunder. saat kawin, kandang khusus untuk kawin), 3)
Data primer diperoleh melalui pengamatan kandang dan fasilitasnya (konstruksi bahan
langsung ke lokasi penelitian dan mendatangi kandang, ukuran kandang, perlengkapan
langsung peternak yang dipilih sebagai kandang, bentuk kandang, arah kandang), 4)
sampel dengan cara wawancara (dept pemberian pakan (waktu dan frekuensi
interview) dan menunjukkan daftar pemberian pakan,
pertanyaan atau kuisioner yang telah

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 15 (1) 2020 Edisi Januari-Maret | 100


jumlah pemberian pakan, ketersediaan pakan menggunakan tenaga kerja keluarga. Usaha
kandang, jenis pakan yang diberikan, 5) ternak itik petelur diminati oleh masyarakat
pemberantasan penyakit (selalu menjaga karena pemeliharaannya yang mudah
kebersihan lingkungan kandang, pencegahan dilakukan. Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat
penyakit itiki, obat yang digunakan, waktu jumlah responden sebanyak 10 orang dari
pencegahan penyakit, dan 6) pasca panen satu Desa yaitu Desa Pematang Balam
(cara penjualan produksi ternak itik, harga Kecamatan Hulu Palik Kabupaten Bengkulu
pemaaran ternak itik). Utara. Umur responden bervariasi, umur
responden tertua 62 tahun dan temuda 27
Pola Pemasaran Ternak Itik tahun. Umur responden 20-40 tahun
Variabel yang dapat diamati dalam sebanyak 30%, 41-55 sebanyak 30% dan 56-
pola pemasaran yaitu: cara penjualan ternak, 70 sebanyak 40%. Usia produktif merupakan
kriteria penentuan harga, dan waktu modal utama dalam pengembangan suatu
penjualan ternak. usaha peternakan karena di usia ini peternak
memeliki peluang yang lebih besar untuk
Analisis Data mengembangkan usahanya. Kemampuan dan
Data yang diperoleh ditabulasi dan kondisi fisik pada manusia akan optimal jika
disajikan dalam bentuk table atau grafik lalu berada pada skala umur yang masih
di bahas secara deskriptif. produktif, dimana usia yang masih produktif
adalah umur 25-64 tahun (Setiawan, 2019).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan
Identitas Responden oleh Pasaribu (2007) bahwa usia akan sangat
Usaha ternak itik petelur pada mempengaruhi produktivitas kerja, dimana
umumnya merupakan usaha skala kecil akan mengalami penurunan dengan semakin
(peternakan rakyat) sehingga hanya bertambahnya usia seseorang.

Tabel 1. Identitas Responden Penelitian


No
Karekteristik Jumlah Responden Presentase (%)
1 Jumlah responden 10 100
2 Alamat peternak
Pematang Balam 10 100
3 Umur Responden
20-40 3 30
41-55 3 30
56-70 4 40
4 Pendidikan
Tamat SD 2 20
Tamat SMP 2 20
Tamat SMA 4 40
Tamat Sarjana (S1) 2 20
5 Pekerjaan Pokok
Petani 9 90
PNS 1 10
6 Lama pemeliharaan ternak itik
1-18 (bulan) 5 50
17-36 (bulan) 3 30
≥ 37 (bulan) 2 20
7 Tujuan Pemeliharaan Ternak Itik
Menambah Pendapatan Keluarga 10 100
Sumber: Hasil Penelitian (2018)

Karakteristik peternak itik di Desa Kabupaten Bengkulu berdasarkan tingkat


Pematang Balam Kecamatan Hulu Palik pendidikan beragam yaitu SD sebanyak 20%,

101 | Populasi dan manajemen pemeliharaan serta pola pemasaran ternak itik...(Bieng et al., 2020)
SMP sebanyak 20%, SMA sebanyak 40% lama pemeliharan diatas 37 bulan sebanyak
dan Sarjana sebanyak 20%. Menurut 20%. Lama pemeliharaan sangat
Setiawan (2019), tingkat pendidikan formal mempengaruhi populasi ternak itik, semakin
ikut mempengaruhi peternak dalam lama beternak maka pengalaman yang
mengelola jenis usahanya, semakin tinggi didapat juga semakin tinggi dalam
pendidikan maka wawasannya akan semakin pemeliharaan. Untuk tujuan pemeliharaan
meningkat dan semakin mudah dalam ternak itik dari ke-10 responden bertujuan
menerima inovasi serta teknologi yang untuk menambah pendapatan keluarga.
berkembang. Mata pencarian atau pekerjaan Menurut Hardjosworo et al. (2002) bahwa
pokok responden peternak itik di Desa itik merupakan ternak pertama yang
Pematang Balam Kecamatan Hulu Palik dibudidayakan dan dipasarkan sebagai
Kabupaten Bengkulu Utara sebagian besar sumber pendapatan, disamping itu, itik
petani sawit sebanyak 90% dan PNS mempunyai daya tahan yang lebih baik
sebanyak 10%. Kebanyakan petenak yang dibandingkan unggas lainnya.
ada di Desa Pematang Balam Kecamatan
Hulu Palik Kabupaten Bengkulu Utara Populasi Ternak Itik
memilih beternak sebagai pakerjaan Ternak itik merupakan salah satu
sampingan atau tambahan, di luar pekerjaan komoditi unggas yang mempunyai peran
pokoknya sebagai petani. Mata pencarian cukup penting sebagai penghasil telur dan
atau pekerjaan pokok responden peternak itik daging untuk mendukung ketersediaan
di Desa Pematang Balam Kecamatan Hulu protein hewan (Anwar, 2015). Populasi dan
Palik Kabupaten Bengkulu Utara sebagian hasil produksi ternak itik yang berada di
besar petani sawit sebanyak 90% dan PNS Desa Pematang Balam, Kabupaten Bengkulu
sebanyak 10%. Kebanyakan petenak yang Utara dapat dilihat pada Tabel 2. Pada Tabel
ada di Desa Pematang Balam Kecamatan ini menunjukkan bahwa populasi ternak itik
Hulu Palik Kabupaten Bengkulu Utara yang banyak tidak menjamin produksi telur
memilih beternak sebagai pekerjaan akan ikut tinggi. Hal ini tercermin dari data
sampingan atau tambahan, di luar pekerjaan diatas yang menyatakan bahwa populasi 16 -
pokoknya sebagai petani. 28 dapat menghasilkan produksi telur dengan
Lama pemeliharaan tenak itik juga presentase 68,75- 76,46% sedangkan
bervariasi. Pemeliharaan terlama adalah 8 populasi ternak itik yang terdiri dari 235
tahun dan terendah 8 bulan. Lama hanya sebatas 68,08%.
pemeliharan 1-18 bulan sebanyak 50%, lama
pemeliharan 17-36 bulan sebanyak 30% dan

Tabel 2. Populasi dan produktivitas peternakan rakyat


Populasi
Responden Produksivitas Persentase (%)
Starter- grower Layer
1 - 11 5 45,45
2 - 12 6 50,00
3 - 13 7 53,84
4 - 13 9 69,23
5 - 16 11 68,75
6 - 17 13 76,46
7 - 22 15 68,18
8 - 23 17 73,91
9 - 28 20 71,42
10 20 235 160 68,08
Sumber: Hasil Penelitian (2018)

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 15 (1) 2020 Edisi Januari-Maret | 102


Produksi telur tidak hanya ternak dengan semaunya. Perhatian kepada
dipengaruhi oleh populasi saja tetapi ada ternak, kebersihan kendang dan kebersihan
factor lain seperti faktor pakan. Hal dalam pemeliharaan sangat diperlukan untuk
tersebut sejalan dengan pendapat Subagja mendapat jumlah produksi yang tinggi.
(2017) bahwa jumlah pemberian pakan itik
juga berpengaruh terhadap produksi telur Manajemen Pemeliharaan
itik. Pasalnya itik tidak mampu menghasilkan
telur jika jumlah pakan yang dikonsumsi Pemilihan Bibit Ternak Itik
tidak memenuhi kebutuhan produksinya. Berkaitan dengan proses
Selain dari pakan juga ada manajemen pemeliharaan, maka faktor yang beperan
pemeliharaan yang dilakukan peternak dalam proses tesebut adalah faktor pemilihan
kepada ternaknya sendiri. Hal ini sesuai bibit. Untuk pemilihan bibit ternak itik yang
dengan pendapat Rasyaf (1991), peternak diamati ialah bibit asal bibit, jenis bibit dan
yang memelihara ternaknya dengan baik lokasi pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel
akan mendapatkan laju produksi yang lebih 3 berikut ini:
baik dari pada peternak yang memelihara

Tabel 3. Pemilihan bibit ternak itik


No Keterangan Jumlah responden Persentase (%)
1 Asal bibit
Beli bibit itik (DOD) 6 60
Budidaya 4 40
2 Jenis bibit
Pedaging 0 0
Petelur 10 100
3 Lokasi pemeliharaan
Intensif 3 30
Semi-Intensif 7 70
Tradisional 0 0
Sumber: Hasil penelitian (2018)

Dapat dilihat pada Tabel 3 bahwa jenisnya, berasal dari peternakan yang
peternak lokal di Desa Pematang Balam memiliki catatan kinerja tentunya dengan
Kecamatan Hulu Palik Kabupaten Bengkulu kriteria-kriteria dari bibit tersebut. Bibit yang
Utara mengadakan bibit dengan cara akan diternakkkan di seleksi terlebih dahulu,
membeli DOD sebanyak 60% dan cara dengan menyeleksi bibit yang sehat atau
budidayadiri sebanyak 40%. Hal ini tidak terkena penyakit, dan mampu
dikarenakan kurangnya pemahaman dalam berkembang biak sebaik tetuanya (Raharjo,
membudidayakan ternak itik karena sering 2009).
terjadi kegagalan saat menetas. Dalam sistem Dalam pengadaan DOD maupun fase
menejemen pemeliharaan itik, asal bibit indukan (layer) memiliki keuntungan dan
merupakan hal yang mendasar dari jumlah kerugian masing-masing. Salah satu
produksi yang didapatkan. Dengan memilih keuntungan memilih memelihara pada fase
bibit yang baik memiliki keseragaman dan anakan (starter) hingga fase pertumbuhan
keunggulan dalam jumlah produksi. Masalah (grower) harga relatif lebih murah, namun
yang dihadapi peternak selama ini iyalah pemeliharaannya membutuhkan waktu yang
belum adanya pembibitan yang memadai panjang atau lama berkisar 6-8 bulan untuk
untuk menghasilkan pembibitan yang berproduksi menghasilkan telur. Dengan
berkualitas (Prasetyo et al., 2010). demikian dalam kurung waktu yang lama,
Pemilihan bibit didasarkan pada jenis itik dapat terserang penyakit atau predator
ternak, turunan, dan postur. Bibit harus jelas lain sebelum berproduksi, sehingga ternak

103 | Populasi dan manajemen pemeliharaan serta pola pemasaran ternak itik...(Bieng et al., 2020)
itik banyak mati sebelum berproduksi. Bibit mempemudah peternak saat pengawasan.
indukan memiliki waktu yang singkat untuk Berkaitan dengan sistem kandang dan
berproduksi, namun kekurangannya adalah fasilitasnya meliputi kontruksi kandang,
harga bibit ternak itik yang berasal dari perlengkapan kandang, bentuk kandang dapat
indukan harganya relatif lebih mahal dilihat pada Tabel 4.
dibandingkan dengan fase starter.
Sistem pemeliharaan dengan pola Konstruksi Bahan Kandang
intensif, yaitu itik dipelihara di dalam Kontruksi kandang perlu diperhatikan,
kandang dan seluruh aktivitas dilakukan di karena kontruksi kandang yang baik dapat
dalam kandang seperti pemberian pakan, memberikan rasa nyaman dan aman pada
kesehatan dan kontrol pertumbuhannya ternak itik (Herman, 2002). Kontruksi
(Rahayu, 2019). Sistem pemeliharaan ternak kandang yang diterapkan meliputi atap
itik didesa pematang balam 30% kandang, dinding kandang, lantai kandang,
menggunakan sistem secara intensif. Sistem perlengkapan kandang dan bentuk kandang
pemeliharan secara semi-intensif itik di dapat dilihat pada Tabel 4.
umbar (digembalakan) serta dikandangkan
dengan sistem ini pakan yang diperoleh Atap Kandang
selain dari diumbar juga diberikan pakan Bahan yang tersedia untuk dijadikan
pada saat pengandangan, sitem pemeliharan atap kandang banyak tersedia, yaitu seng,
ternak secara semi-intensif sebanyak 70%. genteng, rumbia, dan alang-alang. Sebelum
Perubahan sistem pemeliharaan ternak itik ke memutuskan pemilihan bahan yang akan
arah intensif memerlukan upaya peningkatan dibuat atap kandang, sebaiknya harus
kualitas bibit yang hanya bisa dicapai melalui memperhatikan ketahanan bahan, efisiensi
pengembangan sistem pembibitan ternak itik penggunaan dan harga bahan yang akan
(Prasetyo, 2006). digunakan sebagai atap kandang tersebut
(Herman, 2002). Pada Tabel 4 terlihat bahwa
Reproduksi. atap kandang yang digunakan oleh peternak
Reproduksi ternak itik dilakukan atau responden 100% dari seng. Bila dilihat
secara tradisional dengan perbandingan dari efisiensinya atap seng kurang bagus bila
jantan dan betina 1:7 ekor. Pada dasarnya digunakan sebagai atap karena selain mahal,
reprouksi ternak itik tanpa adanya introduksi atap seng juga tidak menyerap panas. Dengan
ternak itik unggul. Itik umumnya mengalami demikian akan menyebabkan suhu pada
pubertas (masak kelamin) pada kisaran umur ruangan akan tinggi, akan berdampak pada
20-22 minggu dengan masa produksi sekitar fisiologi ternak itik seperti stress akibat pans,
15 bulan. Jika dibandingkan dengan ayam sehingga dapat menurunkan produktivitas
ras, itik menempati posisi kedua terbesar ternak itik. Dalam penggunaan atap kandang
sebagai penghasil telur (30-40%) sebagai sebaiknya dipilih bahan yang meyerap panas,
total konsumsi telur Indonesia (Sa’diyah, misalnya genteng atau rumbia, karena kedua
2016). bahan atap tersebut sama-sama dapat
menyerap panas dalam penggunaanya dan
Kandang dan Fasilitasnya harga relatif lebih murah.
Kandang dan fasilitasnya merupakan
salah satu hal yang perlu di perhatikan untuk Dinding Kandang Itik
menentukan hasil produksi yang diperoleh. Dinding kandang sangat diperlukan
Adapun persyaratan kandang yang harus untuk melindungi ternak itik dari berbagai
dipenuhi adalah mudah dibersihkan, sirkulasi gangguan dari luar seperti angin, predator,
udara lancar dan cukup mendapatkan sinar terik matahari, dan air hujan. Pada tabel 3
matahari (Sibuea, 2016). Fungsi dari terlihat 6 peternak atau responden
kandang sebagai tempat berlindung, menggunak papan sebagai bahan dinding
beristirahat dan juga tempat bertelur, serta kandang, dan 4 peternak atau responden yang
fasilitas kandang berfungsi untuk

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 15 (1) 2020 Edisi Januari-Maret | 104


menggunakan bambu sebagai bahan dinding diternakkan.
kandang pada kandang ternak itik yang

Tabel 4. Sistem perkandangan ternak itik


No Karakteristik Jumlah Responden Presentase
1 Kontruksi Bahan kandang
a.) Atap kendang
Seng 10 100
Rumbia 0 0
Genteng 0 0
b.) dinding kendang
papan 6 60
Seng 0 0
Bambu 4 40
c.) Lantai kendang
Bambu 0 0
Semen 0 0
Tanah 10 100
2 Perlengkapan Kandang
kandang produksi 10 100
tempat pakan 10 100
tempat minum 10 100
kandang tetas 1 10
kandang DOD 1 10
3 Bentuk kandang
kandang koloni 10 100
Sumber: Hasil penelitian (2018).

Lantai Kandang Itik yang memiliki kandang tetas sebanyak 1


Pembuatan lantai kandang dapat peternak atau responden, dan kandang DOD
menggunakan bahan-bahan seperti bahan sebanyak 1 peternak dan responden. Hal ini
dari kawat, bambu, papan, dan tanah (Basuki, disebabkan karena ke-9 peternak atau
1985). Bahan lantai kandang yang responden lainnya beternak itik lebih sedikit.
digunakan oleh peternak atau responden di
Desa Pematang Balam, Kecamatan Hulu Bentuk Kandang
Palik, Kabupaten Bengkulu Utara dapat Bentuk kandang yang digunakan oleh
dilihat pada tabel dapat terlihat 10 responden peternak atau responden di Desa Pematang
menggunakan tanah sebagai lantai kandang Balam, Kecamatan Hulu Palik, Kabupaten
pada kandang ternak itik yang diternakkan. Bengkulu Uatra adalah bentuk kandang
Pengguanaan tanah sebagai lantai kandang koloni. Penggunaan kandang koloni memiliki
disebabkan karena responden yang beternak keuntungan tersendiri, keuntungan
itik masih dalam skala kecil sehingga modal penggunaan kandang koloni terletak pada
yang dikeluarkan masih relatif sedikit. biaya yang relatif murah, dan kelemahan
menggunakan kandang koloni adalah pada
Perlengkapan Kandang saat pemberian pakan tidak efektif
Berdasarkan tabel dan grafik, dapat disebabkan karena pada ternak itik berebut
dilihat ke-10 peternak atau responden pakan pada saat pakan diberika.
memiliki kandang produksi, tempat makan,
dan tempat minum. Peternak atau responden

105 | Populasi dan manajemen pemeliharaan serta pola pemasaran ternak itik...(Bieng et al., 2020)
Manajemen Pemberian Pakan Itik

Tabel 5. Manajemen pemberian pakan ternak itik


No Keterangan Jumlah Responden Presentase (%)
1 Sumber Pakan
Beli 10 100
Milik Sendiri 0 0
Ternak mencari Pakan Sendiri 0 0
2 Jumlah Pakan Yang Diberikan
1-10 (Kg) 9 90
11-20 (Kg) 0 0
21-30 (Kg) 1 10
3 Bahan Makanan
Dedak dan Konsentrat 10 100
Waktu Pemberian Pakan
4 0 0
Siang
Sore 10 100
5 Frekuensi Pemberian Pakan
1 kali sehari 0 0
2 kali sehari 10 100
3 kali sehari 0 0
Sumber: Hasil Penelitian (2018)
Sumber pakan yang diberikan oleh pada ternak itik diberi secara non ad libitum,
petenak di sebayak 100% sumber pakan yang sehingga pakan yang diberikan tidak
diberikan berasal dari beli. Jumlah pakan tercecer. Pakan yang palatabel (disukai) akan
yang diberikan dalam seharinya 1-10 kg dikonsumsi ternak Itik dalam jumlah yang
sebanyak 90%, dan 21-30 kg sebanyak 10%. lebih banyak daripada ransum yang tidak
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan palatabel, ketika kebutuhan gizi terpenuhi
oleh Gumelar (2016) bahwa, pemberian dengan baik, maka pertambahan bobot
pakan yang diberikan disesuaikan dengan badan pun akan lebih baik dan menghasilkan
jumlah itik per kandang, suhu lingkungan, efisiensi penggunaan ransum yang baik pula
kondisi kesehatan, dan bobot badan. Bahan (Toana, 2008).
pakan yang diberikan oleh seluruh
responden/peternak berupa dedak dan Manajemen Pemberantasan Penyakit
konsentrat. Waktu pemberian pakan sendiri Manajemen pemberantasan penyakit
diberikan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan meliputi: menjaga kebersihan kandang,
sore hari, dan frekuensi pemberian pakan pencegahan penyakit, dan waktu pencegahan
diberikan 2 kali sehari. Ketersediaan pakan penyakit dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Pencegahan dan pengobatan penyakit oleh peternak


No Karakteristik Jumlah Responden Presentasi
1 Menjaga kebersihan kandang
Ya 10 100
Tidak 0 0
2 Pencegahan penyakit
Vaksinasi 0 0
Sanitasasi 10 100
3 waktu pencegahan penyakit
Sebelum terserang 10 100
Sedang terserang 0 0
Sesudah terserang 0 0
Sumber: Hasil penelitian (2018).

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 15 (1) 2020 Edisi Januari-Maret | 106


Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat Berdasarkan hasil penelitian pada
bahwa peternak itik di Desa Pematang Balam responden peternak itik yang diamati di Desa
selalu menjaga kebersihan kandang dengan Pematang Balam Kecamatan Hulu Palik
dilakukan sanitasasi secara rutin. Pencegahan Kabupaten Bengkulu Utara meliputi cara
penyakit pada ternak itik dilakukan sebelum penjualan ternak, kreteria penentu harga, dan
terserang penyakit dengan melakukan waktu penjualan ternak. Ternak yang
sanitasi kandang secara rutin. Penyakit yang dipasarkan oleh responden peternak itik
sering menyerang ternak itik di Desa terbesar di Desa Pematang Balam Kecamatan
Pematang Balam yaitu, stress yang Hulu Palik Kabupaten Bengkulu Utara dijual
disebabkan misalnya, kebisingan, adanya umumnya dengan cara melalui pedagang
predator, kurang kebebasan bermain dekat pengumpul dan pedagang pengencer. Kriteria
air, berpindah-pindah tempat, dan pertukaran penentuan harga pada peternak yang diteliti
jenis pakan. yaitu ditentukan langsung oleh peternak dan
Pencegahan dapat dilakukan dengan tidak ada harga pasar.
menghindari gangguan yang dapat Menurut Sihombing (2011), pemasaran
menimbulkan stress, dengan cara memelihara dapat dikatakan efisien apabila memenuhi
lingkungan dan menjaga kebersihan dua syarat yaitu mampu menyampaikan
lingkungan peternakan. White eye (mata hasil-hasil dari petani ke konsumen dengan
memutih) disebabkan oleh virus ini biaya yang murah dan mampu mengadakan
menyerang itik pada segala umur dan yang pembagian yang adil dari keseluruhan harga
paling peka adalah itik umur < 2 bulan. yang dibayar konsumen akhir kepada semua
Pencegahan dan pengobatan bisa dilakukan pihak yang terlibat dalam kegiatan
dengan memberikan air minum dan pakan produksi dan jalur tataniaga tersebut.
yang telah di campur dengan antibiotika. Hal
ini sesuai dengan pendapat Sibuea (2016), KESIMPULAN
pencegahan penyakit adalah lebih baik dari
pada mengobatinya dan setiap penyakit Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
belum tentu dapat menyebabkan kematian, 1. Populasi ternak itik dari 10
tetapi bisa menurunkan produksi. Ini berarti, peternak/responden yang ada di Desa
harus selalu menjaga kebersihan kandang dan Pematang Balam Kecamatan Hulu
lingkungan sekitar sebelum penyakit Palik Kabupaten Bengkulu Utara
menyerang ternak yang dipelihara, serta Provinsi Bengkulu sebanyak 187 ekor
melakukan sanitasi, menurut Gumelar ternak itik.
(2016). Sanitasi yang dilakukan yaitu 2. Sistem manejemen pemeliharaan
membersihkan, lantai kandang dengan ternak itk yang diterapkan peternak di
peralatan sapu dibarengi dengan semprotan Desa Pematang Balam Kecamatan
air, bak pakan dan tempat air minum dan Hulu Palik Kabupaten Bengkulu
tempat berenang setiap hari, agar kondisi air Utara Provinsi Bengkulu masih
tetap bersih. kurangnya manejemen pemeliharaan
yang baik.
Pola Pemasaran Ternak Itik 3. Pola Pemasaran ternak itik di Desa
Aktifitas pola pemasaran peternakan Pematang Balam Kecamatan Hulu
merupakan salah satu kegiatan yang paling Palik Kabupaten Bengkulu Utara
penting, dimana pada kegiatan ini tujuannya Provinsi Bengkulu dijual melalui
adalah menyalurkan produk berupa telur itik pedagang pengumpul dan pengecer,
dari peternak sampai konsumen akhir yang penentuan harga oleh peternak dan
melibatkan beberapa lembaga pemasaran waktu penjualan seluruh fase ternak
untuk memudahkan produsen dalam dan produksi telur.
menyalurkan hasil produksi ternak itik
tersebut (Sukirno, 2005).

107 | Populasi dan manajemen pemeliharaan serta pola pemasaran ternak itik...(Bieng et al., 2020)
UCAPAN TERIMAKASIH Manajemen Pemeliharaan Ternak Itik
Petelur di Kecamatan Kakas Barat
Ucapan terimakasih kepada Program Kabupaten Minahasa. Jurnal Zootek
Pascasarjana Pengelolaan Sumberdaya Alam (Zootek Journal). 37 (2): 216-223.
(PSA) Universitas Bengkulu yang telah
memberikan bantuan berupa dana penelitian, Mangisah, I. dan B. Sukamto. 2016. Pelatihan
sehingga penelitian ini bisa terlaksana Budidaya Itik Secara Semi Intensif Dan
Penetasan Telur di Desa Kebakalan
dengan baik.
Banjarnegara. Jurnal INFO. Edisi 13 (1):
13-28.
DAFTAR PUSTAKA
Margaretha, F. dan A. R. Ramadhan. 2010.
Anwar, N., S. P. Utama, dan Reswita. 2015.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Efisiensi Usaha Pembibitan Itik Modern
struktur modal pada industri manufaktur
dan Tradisional pada Skala Rumah
di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis
Tangga di Kabupaten Lebong. Jurnal
dan Akuntansi 12: 119-130.
AGRISEP. 14 (1): 26-38.
Pasaribu, F. 2007. Hubungan karakteristik
Azis, R. dan D. Kurniawan. 2019. Strategi
pegawai dengan produktivitas kerja.
Peningkatan Kemampuan Peternak Itik
Jurnal Ichsan Gorontalo 2 (1): 627-637.
Melalui Pelatihan Manajemen Pakan Itik
terhadap Kelompok Peternak Itik Hibrida
Prasetyo, L. H. 2006. Strategi dan Peluang
Super di Desa Slorok Kecamatan Doko
Pengembangan Pembibitan Ternak Itik.
Kabupaten Blitar. Jurnal Pengabdian dan
Jurnal WARTAZOA. 16 (3): 109-115.
Pemberdayaan Nusantara (JPPNu). 1 (1):
25-31. Prasetyo, L. H., P. P. Ketaren, A. R. Setioko, A.
Suparyanto, E. Juwarini, T. Susanti, dan
Basuki, P. 1985. Studi Tipe Kandang Kereman,
S. Sopiyana. 2010. Panduan budidaya
Panggung, Individual, dan Kualitas
dan usaha ternak itik. Balai Penelitian
Pakan Terhadap Performans Produksi
Ternak. Bogor.
Kelinci. Laporan Penelitian. Fakultas
Peternakan. Universitas Gajah Mada. Rahardi, F. M dan R. Hartono. 2003. Agribisnis
Yogyakarta. Peternakan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Gumelar, A. P. dan A. Rahmat. 2016. Potentional Raharjo, B.K.D. 2009. Pengembangan Usaha
Duck Egg Production in Livestock Ducks Ternak Itik di Kabupaten Tegal. Fakultas
Group Putri Mandiri Karawang, West Peternakan Universitas di Ponegoro.
Java. Journal of Animal Husbandry Semarang.
Science (JANHUS). 1 (1) : 44- 51.
Rahayu, T. P., L.Waldi, dan M. S. I. Pradipta.
Hardjosworo, P. S., A. R. Setioko, P. P. Ketaren, 2019. Kualitas Ransum Itik Magelang
L. H. Prasetyo, A. P. Sinurat dan pada Pemeliharaan Intensif dan Semi
Rukmiasih. 2002. Perkembangan Intensif terhadap Bobot Badan dan
Teknologi Peternakan Unggas Air di Produksi Telur. Bulletin of Applied
Indonesia. Pros. Lokakarya Unggas Air. Animal Research (BAAR). 1 (1): 8-14.
Bogor, 6 - 7 Agustus 2001. Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor, Rasyaf, M. 1991. Pengelolaan Produksi Telur.
Bogor dan Balai Penelitian Ternak, Kanisius. Yogyakarta.
Ciawi. Hal: 22 -41.
Sa’diyah, H., Anggraeni, dan D. Sudrajat. 2016.
Herman, R. 2002. Pengenalan Kandang dan Performan Produksi Itik Alabio (Anas
Pengembangan Peternakan. Badan plathyrynchos Borneo) yang Diberi
Litbang Pertanian, Bogor. Ransum Komersil dengan Tambahan
Kromium (Cr) Organik. Jurnal
Mamarimbing, D., J. K. J. Kalangi dan B. F. J. Peternakan Nusantara. 2 (2): 55-60.
Sondakh, J. Lainawa. 2017. Analisis

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 15 (1) 2020 Edisi Januari-Maret | 108


Setiawan, B. D., Arfa’i, dan Y. S. Nur. 2019. Suharno, B. 2002. Beternak Itik Secara Intensif.
Evaluation of Business Management Jakarta: Penebar Swadaya.
Systems of Bali Cattle Breeding
Integrated with the Palm Oil Plantation in Sukirno, S. 2005. Mikro Ekonomi Teori
Pasaman Barat District, West Sumatera Pengantar edisi ketiga. Rajagrafindo
Province. Jurnal Ilmiah Peternakan Persada. Jakarta.
Terpadu (JIPT). 7 (3): 276-286.
Toana, N. M. 2008. Pengaruh Pemberian
Sibuea, M. B. 2016. Analisa Ekonomi Usaha Tepung Kunyit (Curcuma domestica
Ternak Itik Pedaging di Kabupaten Val.) dalam Ransum terhadap
Langkat. Jurnal Riset Agribisnis & Performans Produksi Itik (Anas Spp)
Peternakan. 1 (2): 1-12. Periode Bertelur J. Agroland 15 (2): 140
– 143.
Sihombing, L. 2011. Tataniaga Hasil Pertanian.
USU Press. Medan. Yulistiya, E., P. Edy, dan S. Suharyati. 2016. The
Effect Of Inactived Avian Influenza
Subagja, H., B. Prasetyo, dan H. Nurjanah. 2017. Vaccine Doses in Male Ducks Againts
Faktor Produksi Usaha Ternak Itik Production of White Blood Cells and
Petelur Semi Intensif di Kabupaten Antibody Titers. Jurnal Ilmiah
Jember. Jurnal Ilmiah INOFASI. 17 (2): Peternakan Terpadu (JIPT). 4 (4): 272-
67-72. 276.

Suharno, B. dan T. Setiawan. 2012. Beternak Itik


Petelur di Kandang Batterai. Penebar
Swadaya. Jakarta.

109 | Populasi dan manajemen pemeliharaan serta pola pemasaran ternak itik...(Bieng et al., 2020)

Anda mungkin juga menyukai