TESIS
Oleh
PUTRI ASHRAF
NIM : 127041163
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TESIS
Oleh
PUTRI ASHRAF
NIM : 127041163
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PERSETUJUAN
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Latar Belakang : Kanitis prematur merupakan istilah yang digunakan apabila
rambut beruban muncul sebelum usia 20 tahun pada ras Kaukasia, sebelum usia 25
tahun pada ras Asia, dan sebelum usia 30 tahun pada ras Afrika, yang melibatkan
proses kompleks seperti variasi genetik, hormonal dan faktor lingkungan. Kualitas
hidup umumnya diukur dengan menggunakan kuesioner yang telah divalidasi. Body
Image Questionnaires (BIQ) merupakan kuesioner yang khusus menilai dampak
penampilan diri pada individu terhadap rasa percaya diri dan pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam praktek klinis, mengukur hubungan antara kanitis
prematur terhadap kualitas hidup dan memahami bagaimana hidup pasien
dipengaruhi oleh kanitis prematur dapat membantu dalam menentukan
penatalaksanaan yang paling tepat dan sesuai untuk pasien.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara kanitis prematur dan kualitas hidup
Metode : Penelitian ini merupakan suatu studi analitik observasional dengan
pengisian kuesioner Body Image Questionnaires (BIQ). Penentuan diagnosis
kanitis prematur berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis pada 63 subjek
kanitis prematur dan 114 subjek non kanitis prematur. Data yang terkumpul
kemudian diolah dan dianalisa secara analitik untuk melihat distribusi frekuensi
kualitas hidup pada subjek berdasarkan masing-masing karakteristik. Untuk melihat
hubungan antar variabel dilakukan uji chi square.
Hasil : Pada penelitian ini ditemukan hubungan antara kanitis prematur dengan
kualitas hidup (P<0.05), namun tidak ditemukan hubungan antara usia (P>0.05),
jenis kelamin (P>0.05) dan derajat keparahan kanitis prematur dengan kualitas
hidup (P>0.05).
Kesimpulan : Terdapat hubungan antara kanitis prematur dengan kualitas hidup,
namun tidak terdapat hubungan antara usia, jenis kelamin dan derajat keparahan
kanitis prematur dengan kualitas hidup.
Kata kunci : kanitis prematur, kualitas hidup, Body Image Questionnaires (BIQ)
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
Background : Premature canities has been define as the onset of graying of hair
before the age of 20 in Caucasians, 25 in Asians, and 30 in Africans, involving
complex processes such as genetic, hormonal and environmental factors. Quality of
life is generally measured using a validated questionnaire. Body Image
Questionnaires (BIQ) is a questionnaire that specifically assesses the impact of self
appearance on the individual self-esteem and the influences in life. In clinical
practice, measuring the association of premature canities to quality of life and
understanding how a patient's life is affected by premature canities can be helpful
in determined the most appropriate and a better management for the patients.
Objective : To assessed the association of premature canities and quality of life.
Methods : This is an observational analytic study to assess the association of
premature canities and quality of life by filling out the Body Image Questionnaires
(BIQ). Diagnosis of premature canities based on anamnesis and clinical
examination in 63 subjects of premature canities and 114 subjects of non premature
canities. The data was collected and analyzed to measures the quality of life on
subjects based on each characteristic. The Chi-square test was used to assessed the
association between each variables.
Results : There is a significant association between premature canities and quality
of life (P <0.05), but there is no significant association between age (P> 0.05), sex
(P> 0.05) and severity of premature canities with quality of life (P> 0.05).
Conclusion : There is an association between premature canities with quality of
life, but there is no association between age, sex and severity of premature canities
and quality of life.
Keywords : premature canities, quality of life, Body Image Questionnaires (BIQ)
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
rangkaian punyusunan tesis ini yang berjudul “Hubungan antara Kanitis Prematur
dengan Kualitas Hidup” sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Magister Kedokteran Klinik dalam bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Sumatera Utara.
telah turut berperan serta untuk membantu, memberikan dorongan dan masukan
kepada saya sehingga seluruh rangkaian kegiatan pendidikan ini dapat terlaksana
dengan baik. Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin menyampaikan
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Dr. dr. Imam B. Putra, MHA, SpKK, FINSDV, FAADV, selaku Ketua Program
Studi Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing, memberikan nasehat,
masukan dan motivasi kepada saya selama menjalani pendidikan sehari-hari.
4. Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph), SpM(K) sebagai Ketua
Program Studi Magister Kedokteran Klinik yang telah memberikan kesempatan
kepada saya untuk mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik di
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH,
MHum yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat
melaksanakan studi pada Universitas yang Bapak pimpin.
6. Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Dr. dr. Aldy
Safruddin Rambe, SpS(K), yang telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik di Departemen Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
7. dr. Chairiyah Tanjung, SpKK(K), FINSDV, FAADV, dr. Sri Wahyuni
Purnama, SpKK(K), FINSDV, FAADV, dan dr. Djohan, SpKK, Mked(DV)
sebagai anggota tim penguji, yang telah memberikan bimbingan dan koreksi
untuk penyempurnaan tesis ini.
8. Para Guru Besar Prof. Dr. dr. Irma D. Roesyanto Mahadi, SpKK (K), Alm. Prof.
dr. Mansur Nasution, SpKK(K) serta seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU, RSUP. H. Adam Malik Medan, RSU
Dr. Pirngadi Medan dan RS. USU, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu,
yang telah membantu dan membimbing saya selama mengikuti pendidikan
magister ini.
9. Bapak Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan, RSUD. Dr. Pirngadi dan RSU
Universitas Sumatera Utara, Medan yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas kepada saya selama menjalani pendidikan magister ini.
10. Kepala sekolah SMA Negeri 1, SMA Harapan 3 dan mahasiswa FK USU
beserta staf pengajar dan murid-murid yang telah membantu berjalannya
penelitian ini.
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11. Dr.dr. Putri C. Eyanoer, Phd selaku pembimbing statistik yang telah banyak
membantu saya dalam metodologi penelitian dan pengolahan statistik penelitian
saya ini.
12. Seluruh staf/pegawai dan perawat di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin,
baik di RSUP. H. Adam Malik Medan, RS. Pirngadi dan RS.USU atas bantuan,
dukungan, dan kerjasama yang baik selama ini.
13. Seluruh subjek yang terlibat dalam penelitian saya, serta seluruh pasien yang
telah membantu saya memperoleh ilmu dan kesempatan belajar di bidang Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin sejak awal hingga akhir pendidikan.
14. Kedua orang tua saya tercinta, papa (Alm) Drs.H.M.Djakfar Is,Msi dan mimi
Hj.Asmawati, S.Ag yang dengan penuh cinta kasih, keikhlasan, doa, motivasi,
jerih payah, kesabaran, dan pengorbanan yang luar biasa untuk mengasuh,
mendidik, dan membesarkan saya. Tidak ada kata yang mampu menggantikan
rasa terima kasih saya atas semua pengorbanan, jerih payah dan kasih sayang
papa dan mimi selama ini, kiranya hanya Allah SWT yang dapat membalas
semuanya.
15. Yang tercinta bapak dan ibu mertua saya, ayah H. Teuku Tjut Ibrahim dan
nyanyak Hj. Cut Badriah atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepada
saya selama ini, kiranya hanya Allah SWT yang dapat membalas segalanya.
16. Yang tercinta dan terkasih, sahabat seumur hidup, suami saya ayah Teuku
Syahrial,SE terima kasih yang setulus-tulusnya atas segala pengorbanan,
kesabaran dan pengertiannya serta untuk selalu memberikan dukungan, doa,
semangat, dan bantuan disetiap saat hingga bunda dapat menyelesaikan
pendidikan ini. Semoga semua yang telah dilakukan senantiasa dibalas dengan
surga oleh Allah SWT.
17. Yang tercinta putri saya, Cut Fazira Anja Shaquilla, terima kasih bunda untuk
zira yang selalu memberikan pengertian tiada tara, cinta, kasih sayang,
kesabaran dan doa untuk bunda dan senantiasa menjadi pendorong semangat
bunda untuk menyelesaikan pendidikan ini.
18. Adik-adik tercinta, Akkar Arafat dan istri, Nusrat Numeiri dan suami, dan Ikrar
Cardova, terima kasih atas doa dan dukungan tiada henti yang senantiasa
diberikan kepada kakak selama menempuh pendidikan.
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19. Kepada kakanda dr. T. M. Ichsan SpOG(K), terima kasih atas dukungan dan
doa yang senantiasa diberikan kepada saya selama menempuh pendidikan serta
kepada semua kakanda ipar dan keluarga besar Teuku Tjut Ibrahim serta handai
tolan yang tidak dapat disebutkan satu per satu khususnya yang di Medan, yang
telah banyak memberikan bantuan dan dukungan selama menempuh pendidikan
di Medan, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
20. Sahabat dan semua teman-teman saya, PPDS Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terutama dr.Cashtry
Meher, M.Ked(DV), SpDV, dr. Mahdalena, dr. Ivan Tarigan dan semua teman-
teman PPDS lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih
atas dukungan, bantuan, kerja sama, kebersamaan, waktu dan kenangan yang
tidak akan pernah terlupakan selama menjalani pendidikan ini.
Saya menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan tesis ini. Kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
Akhir kata, dengan penuh kerendahan hati, izinkanlah saya untuk
menyampaikan permohonan maaf yang setulus-tulusnya atas segala kesalahan,
kekhilafan dan kekurangan yang telah saya lakukan selama proses penyusunan tesis
dan selama saya menjalani pendidikan. Semoga segala bantuan, dorongan dan
petunjuk yang telah diberikan kepada saya selama menjalani pendidikan, kiranya
mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Putri Ashraf
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................................ i
ABSTRACT.............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 4
1.3.1 Tujuan umum...................................................................... 4
1.3.2 Tujuan khusus ..................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 5
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Pustaka......................................................................................................56
Lampiran
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR SINGKATAN
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Halaman
Lampiran 1 Naskah penjelasan kepada subjek penelitian 58
Lampiran 2 Persetujuan setelah penjelasan 60
Lampiran 3 Status penelitian 61
Lampiran 4 Body Image Questionnaires (BIQ) 64
Lampiran 5 Ethical clearance 63
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 1
PENDAHULUAN
dan merupakan suatu pelindung dari sinar matahari yang paling efektif.1 Rambut
penampilan fisik seseorang dan persepsi diri secara keseluruhan.3 Namun, pada
manusia rambut dibiarkan panjang atau dipotong lebih karena alasan sosial dan
kosmetik saja, dan warna rambut dianggap tidak memiliki peran biologis yang
signifikan.3
Tanda yang jelas dari penuaan adalah rambut beruban. Dalam banyak
untuk terlihat lebih muda dari usia mereka.2 Mengingat peran penting yang
dimainkan oleh rambut dalam komunikasi sosial, rambut beruban yang timbul dini
sebelum waktunya memiliki dampak yang signifikan pada penampilan, harga diri,
Rambut beruban yang terjadi pada usia lebih awal disebut sebagai kanitis
prematur. Hal ini terutama dianggap disebabkan oleh genetik dengan interaksi
pigmen pada batang rambut, namun sampai saat ini, penyebab kanitis prematur
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
terjadi sebelum usia 20 tahun pada ras Kaukasia, sebelum usia 30 tahun pada ras
Afrika, dan sebelum usia 25 tahun pada ras Asia. Selain itu disebutkan bahwa
kondisi kanitis prematur mungkin terkait dengan berbagai penyakit seperti anemia
kardiovaskular dini.9-14
memahami patogenesis kanitis prematur, pilihan pengobatan masih tetap jauh dari
memuaskan dan tidak ada terapi efektif yang tersedia. Beberapa terapi oral telah
dicoba dengan hasil yang tidak konsisten, sehingga meskipun terdapat berbagai
penampilan fisik karena rambut uban yang timbul lebih dini dan dapat terlihat,
penarikan diri pasien dari lingkungan sosial dimana hal ini dapat mempengaruhi
penyakit, khas untuk gangguan kulit atau memfokuskan pada satu penyakit tertentu.
Hingga saat ini belum ada kuesioner yang khusus menilai kualitas hidup
pada subjek yang mengalami kanitis prematur. Namun terdapat kuesioner yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
dapat dipakai untuk menilai kualitas hidup berdasarkan penampilan diri individu
khusus menilai dampak penampilan diri pada individu terhadap rasa percaya diri
dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari dimana hal ini pada akhirnya akan
Michele Koleck dkk pada tahun 1987 di Perancis. Kuesioner ini bertujuan untuk
menilai dimensi persepsi, perasaan, dan sikap seseorang terhadap tubuhnya atau
Kuesioner ini telah dipakai untuk berbagai kondisi kesehatan dan psikologi.
Saat ini BIQ telah banyak mengalami penyesuaian dan dapat dipakai oleh berbagai
kelompok usia dan dapat disesuaikan dengan berbagai kondisi kesehatan, telah
dipakai diberbagai negara dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Body Image
gambaran diri atau bagian tubuh yang tidak disukai atau yang mengganggu
dihabiskan terkait kondisi yang dialami, hubungan personal dan sosial, kemampuan
berkerja atau belajar terkait kondisi yang dialami, serta tindakan yang sudah pernah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
bagaimana hidup pasien dipengaruhi oleh kanitis prematur dapat membantu dalam
hasil pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan terdapat subjek yang
mengalami kanitis prematur sebanyak ±1-3 orang dalam 1 kelas yang berjumlah 40
orang siswa. Sedangkan pada Sekolah Menengah Atas Harapan 3 Medan terdapat
subjek yang mengalami kanitis prematur sebanyak ±1-2 orang dalam 1 kelas yang
subjek yang mengalami kanitis prematur sebanyak ±1-10 orang dalam satu
angkatan yang berjumlah ±200 orang mahasiswa. Adanya proses perjalanan kronis,
Sampai saat ini belum ditemukan penelitian yang spesifik mengenai kualitas hidup
hidup.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
kanitis prematur.
1.4.3 Masyarakat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah ‘grey” oleh negara Inggris dan “gray” oleh negara Amerika,
didefinisikan sebagai perubahan warna rambut yang membuat kita merasa lebih
tua.2
dengan penuaan kronologis (umur) dan bervariasi dalam derajat terjadinya secara
individual.6,7 Kanitis, atau rambut beruban adalah proses penuaan kronologis dan
terjadi tanpa memandang jenis kelamin atau ras. Usia timbulnya rambut beruban
muncul sebelum usia 20 tahun pada ras Kaukasia, sebelum usia 25 tahun pada ras
Asia, dan sebelum usia 30 tahun pada ras Afrika, yang melibatkan proses kompleks
2.1.2 Epidemiologi
Rambut beruban merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi baik pada
pria maupun wanita. Rata-rata onset usia timbulnya rambut uban fisiologis adalah
sekitar 34-44 tahun tergantung ras, dengan perkiraan sekitar 50% pria dan wanita
akan beruban saat berusia 50 tahun. Rambut beruban berkaitan erat dengan usia
kronologis, sebuah tinjauan dari proses rambut yang mulai memutih telah dilakukan
7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
oleh Tobin dan Paus yang menyatakan bahwa usia rata-rata timbulnya uban
fisiologis untuk ras Kaukasia berada di pertengahan 30-an, sedangkan untuk ras
Asia di akhir 30-an dan untuk ras Afrika terjadi di pertengahan 40an.10,11
Onset usia timbulnya uban lebih bergantung pada genotipe individual, yang
mengacu pada variasi ras. Sebuah studi baru-baru ini melaporkan bahwa 6-23%
orang memiliki 50% rambut uban pada usia 50 tahun. Tidak ada perbedaan umur
struktur menyerupai tabung panjang dengan epidermis pada ujung atas. Jenis
rambut terdiri atas rambut lanugo, velus dan terminal. Rambut terdiri atas akar
rambut yang berada didalam kulit dan batang rambut yang berada diatas kulit.
Folikel rambut merupakan kesatuan dari akar rambut dan jaringan lapisan
Panjang rata-rata siklus rambut manusia adalah sekitar 3,5 tahun dan rata-
rata onset usia timbulnya rambut uban fisiologis adalah sekitar 34-44 tahun
tergantung ras, hal ini menunjukkan terdapat sekitar 10 siklus rambut sebelum
mulai beruban. Pada awal siklus rambut dikaitkan dengan pembaharuan lengkap
unit folikel pigmen.2,10 Namun setelah sekitar 10 siklus rambut, pada siklus
batang rambut dengan kandungan sedikit pigmen (uban) atau hilangnya deposisi
pigmen secara total (rambut putih). Hal ini penting untuk dicatat bahwa batang
rambut individu tidak dengan sendirinya berubah menjadi abu-abu, namun terdapat
batang rambut baru yang berkembang di dalam folikel rambut dengan penurunan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
atau tidak adanya deposisi pigmen dan juga penurunan atau hilangnya produksi
melanin rambut dengan pigmen berkurang atau tidak berpigmen, yang akan muncul
dalam warna abu-abu atau putih karena perubahan refleksi cahaya dari tingkat
Dalam sebuah studi disebutkan bahwa rambut uban fisiologis normal pada
ras Kaukasia umumnya terjadi pada usia 34,2 tahun. Pada ras Afrika, onset sedikit
meningkat yaitu sekitar 43,9 tahun dan pada ras Asia yaitu sekitar 39 tahun.14,22,23
genetik, hormonal dan faktor lingkungan. Seperti pada kulit, penuaan kulit kepala
dan rambut berkaitan dengan penuaan kronologis atau instrinsik serta penuaan
tumpang tindih. Faktor intrinsik berkaitan dengan genetik individu dan mekanisme
diantaranya :
1. Variasi Genetik
Proses penuaan pada kulit dan rambut dapat berjalan secara fisiologis sesuai
dengan pertambahan umur seperti pada penuaan murni atau normal (true aging),
atau lebih cepat dari pertambahan umur fisiologisnya seperti pada penuaan dini
(premature aging).9,12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
Proses penuaan pada rambut adalah proses kerusakan batang rambut karena
lingkungan dan kosmetik yang terjadi disekitar batang rambut yang lebih dikenal
sebagai weathering dan proses penuaan (aging) yang terjadi pada folikel rambut.7,12
Proses menua menyebabkan warna rambut beruban, dari kelabu (grey/gray hair)
terjadinya hal ini dalam tingkat molekular masih belum jelas dan terus diteliti. 15,21
oksidatif memegang peranan penting dalam proses penuaan. Pada awal tahun 1956,
Harman dkk pertama kali menyatakan teori “free radical theory aging”. Saat ini
teori tersebut merupakan salah satu teori yang paling banyak diterima yang
molekul reaktif tanpa pasangan elektron yang dapat secara langsung merusak
berbagai struktur membran sel, lipid, protein dan DNA. Berbagai efek kerusakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
penurunan fungsi melanosit atau graying dan penurunan produksi rambut atau
alopesia.26,27,28
prematur dan hubungannya dengan riwayat keluarga, merokok, obesitas dan stress
dalam hubungannya dengan gaya hidup pada individu dengan kanitis prematur pada
pria Korea yang berusia kurang dari 30 tahun. Dari studi ini didapatkan bahwa
resiko memiliki kanitis prematur lebih tinggi pada kelompok dengan kelebihan
berat badan (overweight) dan obesitas dibandingkan kelompok berat badan normal.
Selain itu pada kelompok kanitis prematur sebanyak 33,3% memiliki riwayat
paternal dan 11,2% memiliki riwayat maternal dan sebanyak 4,6% memiliki
riwayat keluarga dengan kondisi yang sama pada kedua orang tua. Dalam studi ini
ditemukan bahwa adanya riwayat keluarga merupakan faktor risiko yang paling
kuat untuk kanitis prematur, khususnya riwayat keluarga secara paternal lebih
timbulnya rambut kanitis sering terjadi lebih awal pada pria dibandingkan pada
wanita. Terdapat juga hipotesis lain yang menyatakan bahwa faktor genetik yang
mempengaruhi rambut kanitis berasal dari ayah dimana hal ini berkaitan dengan
stres oksidatif. 27
Selain itu terdapat sebuah studi di India yang menilai hubungan kanitis
dengan kanitis prematur didapat pada sekitar 75% kasus. Didapatkan silsilah tiga
generasi pada 52 kasus kanitis prematur baik secara maternal maupun paternal
namun tidak ditemukan adanya predileksi jenis kelamin. Selain itu sebanyak 15.4%
kasus memiliki silsilah keluarga tingkat pertama (saudara kandung dan orang tua).21
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
obat-obatan. Selain itu gambaran patologi yang tidak terkait usia seperti Sindrom
menghasilkan melanin.30,31
berkorelasi dengan rambut kanitis, dan penurunan kapasitas regenerasi sel induk
kemungkinan hal ini disebabkan oleh ciri etnis Y-link yang mungkin memiliki
Dari studi di Korea juga diketahui kanitis prematur juga lebih sering muncul
pada perokok dan pada kelompok dengan tingkat stress derajat sedang dan berat
dibanding dengan tingkat stress ringan. Dari studi tersebut didapatkan bahwa
merokok dan obesitas keduanya menjadi faktor risiko pada kanitis prematur dalam
penelitian ini dan keduanya diketahui berkaitan dengan stres oksidatif. Merokok
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
rambut.6,16
penggunaan bahan kimia tertentu dan agen topikal yang diaplikasikan seperti
golongan tirosin reseptor kinase yang berguna dalam pengobatan berbagai penyakit
renal cell carcinoma. Obat ini dapat menghambat tirosin reseptor kinase c-kit yang
pigmen melanin yang bertanggung jawab untuk warna kuning dan merah, dengan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
terjadi pada individu yang mempunyai defek negatif pada metabolisme atau pada
prematur, alopesia dan perubahan morfologi rambut. Evaluasi peran hormon tiroid
siklus fase anagen rambut.13 Tidak adanya efek stimulasi hormon tiroid pada
prematur pada hipotiroidisme. Defisiensi vitamin B12 yang berat dilaporkan dapat
manifestasi berupa hipopigmentasi rambut, mata dan kulit serta retardasi mental.
nephrosis, penyakit celiac, dan penyebab lain dari malabsorpsi), kekurangan zat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
autoimun.
obat-obatan. Selain itu gambaran patologi yang tidak terkait usia seperti Sindrom
warna rambut yang dapat terjadi pada penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa,
sebelum usia 50 tahun, dibandingkan dengan hanya 30% pada kelompok kontrol.6,16
kanitis prematur dan risiko infark miokard, osteoporosis, dan masa hidup yang
Study menemukan bahwa terdapat peningkatan risiko infark miokard pada pria
dengan rambut beruban dini sebagian dan seluruhnya dibandingkan dengan laki-
sebelum usia 40 tahun menjadi indikator penting dari kepadatan tulang yang rendah
dan osteopenia.36,37 Selain itu, rambut kanitis prematur telah terbukti kurang sering
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
terjadi pada kelompok ras dengan kepadatan tulang yang lebih tinggi, menunjukkan
hubungan genetik yang mungkin terjadi pada kondisi ini. Kemungkinan suatu
penyebab yang tidak diketahui yang mempercepat kedua kondisi diatas perlu
kanitis prematur dan risiko infark miokard, osteoporosis, dan masa hidup yang
Study menemukan bahwa terdapat peningkatan risiko infark miokard pada pria
dengan rambut beruban dini sebagian dan seluruhnya dibandingkan dengan laki-
risiko yang signifikan untuk penyakit arteri koroner (CAD).33,34 Dwivedi dkk.
melaporkan bahwa pasien CAD muda yang perokok berat juga mengembangkan
rambut kanitis prematur pada perokok kronis menunjukkan risiko lebih tinggi untuk
Kanitis biasanya lebih kasar, kaku, dan sulit ditangani daripada rambut
gelap.5,8 Rambut kanitis sering gagal bertahan lama dalam pewarnaan baik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
Insiden rambut kanitis muncul terlepas dari jenis kelamin dan warna rambut.
Pada pria, kanitis biasanya dimulai dari area pelipis dan cambang. Pada wanita
biasanya akan dimulai dari sekitar batas rambut depan. Secara bertahap, rambut
kanitis akan meluas ke puncak kepala, sisi kepala dan belakang kepala. Tingkat di
mana warna rambut seorang individu berubah abu-abu tergantung pada genetika.
Tingkat timbulnya kanitis sangat bervariasi, tidak hanya tergantung dari berbagai
yang timbul sebelum usia 20 tahun dan kontrol dengan jumlah yang sama
seusianya. Pada studi ini didapatkan onset usia timbulnya kanitis prematur paling
awal adalah 3 tahun dan rata-rata onset usia timbulnya kanitis prematur adalah
sebelum 16 tahun. Onset awal timbul kanitis dinilai dari lokasi tersering yaitu area
frontal sebesar 48.1%, diikuti dengan area vertex, oksipital dan temporal sebesar
34.6%, 13.5% dan 3.8%. Tidak satu pun dari kasus memiliki keterlibatan rambut
wajah atau jambang selain rambut kulit kepala. Daerah lain seperti bulu mata,
jenggot, kumis, cambang dan aksila atau lipat paha tidak terlihat pada satupun
subjek penelitian.21
Hal ini kontras dengan pola beruban fisiologis yang dimulai dari daerah
temporal dan cambang untuk pria dan wanita pada batas kulit kepala. Hal ini
mendorong hipotesis bahwa kanitis prematur memiliki entitas yang berbeda dan
tidak hanya menjadi bagian dari beruban fisiologis, meskipun kedua kondisi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
Pemeriksaan tertentu seperti serum vitamin B12, asam folat, dan profil tiroid dapat
dilakukan pada individu dengan onset sangat awal serta tidak adanya riwayat
keluarga.36,37
universal, objektif, dan dapat diandalkan dalam menilai derajat, tingkat keparahan
dan perkembangan kanitis prematur. Hal ini akan sangat membantu dalam
memastikan hubungan kanitis prematur dan faktor etiologi yang dicurigai dan juga
berdasarkan skor harus diperhatikan, mengingat berbagai area dikulit kepala dinilai
dengan pengukuran yang objektif mengenai tingkat atau jumlah rambut kanitis di
setiap area. Selain itu, sistem penilaian ideal seharusnya dapat menggambarkan
prematur. Sebuah studi di India pernah dilakukan oleh Bhat dkk, yang meliputi
hanya 35 subjek (kasus dan kontrol) berusia kurang dari 20 tahun yang menilai
munculnya kanitis prematur. Dalam studi ini, penilaian kanitis prematur ditegakkan
pada kulit kepala.14 Kulit kepala dibagi menjadi zona yang berbeda dan jumlah
beruban di setiap zona dapat dihitung sebagai persentase uban yang muncul
misalnya 1 atau 2 cm2. Satuan luas ini dapat dipilih sebagai bagian representatif
di zona itu.14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
investigasi sebelumnya pada kanitis prematur. Dalam suatu studi di India oleh Bhat
dkk, digunakan format skala perhitungan uban, dimana penilaian dibagi menjadi :
kanitis derajat ringan (≤50 helai rambut uban), kanitis derajat sedang (51-100 helai
rambut uban) dan kanitis derajat berat (>100 helai rambut uban).6,14
Skor subjektif juga telah digunakan dalam dua studi di Korea. Dalam studi
intervensi acak buta ganda terkontrol dengan plasebo yang dilakukan oleh Jo dkk,
dari 1 cm2 area melingkar, 2 cm dari vertex diambil pada awal dan kunjungan lebih
lanjut.6,14
Selain itu terdapat sebuah studi kasus-kontrol selama enam bulan dilakukan
di Hairline International Clinic di India dimana dalam studi ini sebanyak 50 subjek
(usia <25 tahun) dengan kanitis prematur termasuk 50 subjek kontrol seusianya
dilibatkan dalam penelitian tersebut. Dalam studi ini, kanitis prematur didefinisikan
sebagai 5 helai rambut uban atau lebih di kulit kepala pada kelompok usia antara
Selain itu terdapat studi di Turki dan India yang menilai hubungan antara
faktor resiko kardiovaskular dengan terjadinya kanitis prematur. Pada studi ini
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
100%). Usia onset awal timbulnya uban, riwayat keluarga dan persentase
Gambar 2.1 : Skala Hair whitening score (HWS) yang digunakan untuk menilai persentase
derajat keparahan kanitis prematur. Dikutip sesuai aslinya dari kepustakaan no.33
genetik yang termasuk SPA diantaranya seperti Sindrom Werner’s (SW) yang
diwariskan secara autosomal recessive dengan manifestasi klinis pada kulit yang
dimulai pada usia dekade ketiga berupa perubahan sklerodermoid dengan atrofi
jaringan subkutan dan otot pada ekstremitas distal dan wajah, soft tissue wasting,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
CROSS sindrom juga dapat muncul dengan rambut berwarna perak. Pada sindrom
Menkes, rambut jarang dan berwarna terang dengan gambaran seperti sabut baja
Poliosis
beruban secara tiba-tiba dalam semalam (kanitis subita) telah dikaitkan dengan
vitiligo, telogen effluvium, dan alopesia areata. Sebuah episode akut alopesia areata
dapat muncul dengan rambut beruban yang timbul mendadak dalam semalam akibat
target yang sama pada rambut berpigmen yang disebabkan oleh gangguan
autoimun, dimana hal ini tidak pernah terjadi pada rambut kanitis sejati.24,29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
2.1.8 Penatalaksanaan
Terapi pada rambut kanitis prematur adalah tergantung pada penyebab dari
terjadinya kanitis. Rambut kanitis prematur yang diinduksi obat dapat kembali
sedangkan kanitis yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan hipotiroidisme
hormon.36,37
memahami patogenesis kanitis prematur, pilihan pengobatan masih tetap jauh dari
memuaskan dan tidak ada terapi efektif yang tersedia. Beberapa terapi oral telah
dicoba dengan hasil yang tidak konsisten. Beberapa laporan dari pengobatan yang
berhasil adalah studi anekdot dan tidak pernah dikonfirmasi oleh uji coba lain. Hal
ini mengejutkan mengingat sejumlah besar pasien dengan kanitis prematur datang
ke rawat jalan departemen dermatologi dengan dampak psikologis dan sosial yang
mendalam akibat tanda penuaan dini. Sehingga, pasien secara sembarangan sering
mineral seperti biotin, kalsium pantothenate, seng, tembaga, dan selenium. Namun,
sampai saat ini, tingkat bukti ilmiah dalam literatur yang diterbitkan untuk
mewarnai rambut didokumentasikan dalam artefak arkeolog pada sekitar 1500 SM,
dan pewarnaan rambut sangat populer saat ini dengan menggunakan berbagai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
pewarna rambut dan proses kimia. Bahan-bahan alami seperti minyak kelapa, daun
kari, bayam dan gooseberry serta asam amino dan nutrisi yang digunakan dalam
pewarna rambut masih menjadi andalan dalam mengatasi kehilangan warna rambut.
Jenis utama dari pewarna rambut yang digunakan saat ini adalah: pewarna rambut
dikembangkan misalnya pigmen yang dikemas dalam liposom. Belum ada bukti
ilmiah bahwa setiap suplemen, bahan herbal atau produk diet tertentu bisa
2.2.1 Definisi
Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah keadaan
sejahtera secara fisik, mental, dan sosial bukan hanya sekedar tidak adanya penyakit
kesembuhan dan menekan angka kematian, oleh sebab itu penting untuk mengukur
kesehatan tidak hanya dalam aspek penyelamat kehidupan tetapi juga kualitas hidup
mereka.41,42
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) tahun 2011,
kualitas hidup atau Quality of Life (QOL) adalah sebuah konsep multidimensi luas
yang mencakup evaluasi subjektif dari kehidupan. Kualitas hidup merupakan suatu
konsep yang dinilai dari berbagai aspek dan informasi tentang kesehatan fisik,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
sosial dan psikologis dimana sehat tidak hanya bebas dari penyakit, tetapi individu
juga harus mampu menjalani hidup secara produktif dan dapat menikmatinya.41,42
Beberapa peneliti membedakannya menjadi dua faktor utama yaitu: faktor objektif
dan faktor subjektif yang mempengaruhi kualitas hidup. Faktor objektif berkenaan
dengan diagnosis medis/psikologis, hasil tes laboratorium dan indikator dari status
memiliki efek samping yang signifikan pada penampilan, harga diri, dan
penerimaan sosial budaya dari individu yang terkena. Kanitis prematur umumnya
tidak menular dan mengancam jiwa, namun penyakit ini memiliki dampak yang
dengan penampilan fisik karena rambut uban yang timbul lebih dini dan dapat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
penarikan diri pasien dari lingkungan sosial dimana hal ini dapat mempengaruhi
dan pasien untuk memberikan suatu kontrol yang lebih baik pada keseluruhan aspek
penyakit.38,45
International Clinic di India dimana dalam studi ini sebanyak 50 subjek (usia <25
dalam penelitian tersebut. Studi ini menilai hubungan antara kanitis prematur
dengan gaya hidup dan kebiasaan makan yang tidak teratur. Gaya hidup dinilai
melalui anamnesis dengan pasien. Dari studi ini didapatkan bahwa sejumlah besar
pasien dengan kanitis prematur sebesar 0.5% memiliki gaya hidup monoton
dibandingkan dengan mereka yang menikmati gaya hidup yang dinamis. Penelitian
ini juga melaporkan proporsi yang signifikan sebanyak 0.88% dari pasien dengan
kanitis prematur yang memiliki kebiasaan makan yang tidak teratur dibandingkan
dengan mereka dengan kebiasaan makan yang teratur. Studi ini juga melaporkan
terdapat hubungan yang signifikan antara kanitis prematur dan merokok seperti
halnya dengan studi yang pernah dilakukan sebelumnya. Hasil dari studi ini secara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
2.2.3 Penilaian Kualitas Hidup Penderita Kanitis Prematur dengan Body Image
Questionnaires (BIQ)
penyakit, khas untuk gangguan kulit atau memfokuskan pada satu penyakit tertentu.
dampak penampilan diri pada individu terhadap rasa percaya diri dan pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-hari dimana hal ini akan mempengaruhi kualitas hidup
seseorang. BIQ pertama kali dikembangkan oleh Michele Koleck dkk pada tahun
1987 di Perancis dimana kuesioner ini bertujuan untuk menilai dimensi persepsi,
perasaan, dan sikap seseorang terhadap tubuhnya atau bagian dari tubuhnya,
kesehatan, rasa percaya diri, perasaan takut, rasa kuatir, marah, rasa gembira dan
lainnya yang berkaitan dengan penampilan atau bagian tubuh yang tidak disukai.
Kuesioner ini telah dipakai untuk berbagai kondisi kesehatan dan psikologi. Tujuan
kuesioner ini adalah untuk menilai dan mengeksplorasi hubungan antara dimensi
persepsi gambaran tubuh atau bagian tubuh serta skala respon sikap. Selain itu
kuesioner ini juga bertujuan untuk menilai hubungan penampilan diri dengan rasa
penerimaan terhadap kondisi atau kekurangan tertentu baik dalam bentuk penyakit
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
Saat ini BIQ telah banyak mengalami penyesuaian dan dapat dipakai oleh
berbagai kelompok usia dan dapat disesuaikan dengan berbagai kondisi kesehatan,
telah dipakai diberbagai negara serta telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa.
BIQ saat ini terdiri dari 15 pertanyaan yang mencakup pertanyaan seputar gambaran
diri atau bagian tubuh yang tidak disukai atau yang mengganggu penampilan sehari-
sehari, perasaan dan emosi, frekuensi dan waktu yang dihabiskan terkait kondisi
yang dialami, hubungan personal dan sosial, kemampuan berkerja atau belajar
terkait kondisi yang dialami, serta tindakan yang sudah pernah dan akan dilakukan
setiap domain. Domain yang dinilai dari setiap pertanyaan memiliki lima tanggapan
“sangat mengganggu” dengan rentang skor 0 hingga 8. Skor total dihitung dengan
menjumlahkan nilai dari setiap pertanyaan, dimana skor yang lebih tinggi mewakili
penurunan lebih besar dari kualitas hidup. Semakin tinggi skor, semakin terganggu
kualitas hidup pasien. Kuisioner ini mudah dimengerti dan dapat langsung
diberikan kepada pasien untuk diisi tanpa penjelasan lebih lanjut. Kuisioner ini
kanitis prematur untuk memahami penyakit dari persepsi pasien. Dalam penelitian
klinis, obat-obatan baru semakin sering dievaluasi menurut dampak terapi terhadap
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
Usia
Kualitas Hidup
Jenis Kelamin
Derajat
Keparahan
2. Terdapat hubungan antara kualitas hidup dengan jenis kelamin subjek yang
prematur
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 3
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2017 hingga Agustus 2017, bertempat
Subjek laki-laki dan perempuan yang mengalami kanitis prematur dan yang tidak
Subjek yang mengalami kanitis prematur dan yang tidak mengalami kanitis
31
Kriteria Inklusi :
Kriteria Eksklusi :
pemeriksaan klinis.
n = (Zα)2 PQ
d2
n = (Zα)2 PQ
d2
(0,1)2
= 88,4
Berdasarkan hasil perhitungan, maka jumlah total sampel minimal adalah 89 orang
dengan jumlah minimal sampel untuk subjek dengan kanitis prematur adalah 32 orang
(36% dari total sampel minimal). Pada hasil penelitian ini total jumlah sampel yang
didapat adalah 177 orang dimana subjek dengan kanitis prematur yang didapat adalah
63 orang.
sampling.
3.8.1 Pencatatan data dasar dilakukan oleh peneliti di lokasi tempat pengambilan
Subjek yang terpilih melakukan pengisian kuesioner dibantu oleh peneliti untuk
terdiri dari 15 pertanyaan yang terdiri atas beberapa kriteria yaitu: pertanyaan
seputar gambaran diri atau bagian tubuh yang tidak disukai atau yang
waktu yang dihabiskan terkait kondisi yang dialami, hubungan personal dan
sosial, kemampuan berkerja atau belajar terkait kondisi yang dialami, serta
tindakan yang sudah pernah dan akan dilakukan terkait kondisi yang dialami.
Domain yang dinilai dari setiap pertanyaan memiliki lima tanggapan alternatif
dengan menjumlahkan nilai dari setiap pertanyaan, dimana skor yang lebih
didapatkan skor ≤ 24 dan kualitas hidup dinyatakan buruk apabila skor > 24.
Penelitian ini menggunakan data primer dengan alat bantu kuesioner. Sebelum
penelitian dilakukan, kuesioner telah diuji coba terlebih dulu oleh peneliti pada
uji validitas dan reliabilitas didapatkan nilai Cronbach’s Alpha untuk jenis
pertanyaan subjektif adalah 0,87 dan untuk jenis pertanyaan emosional adalah
3.9.1 Kanitis prematur : Rambut uban yang muncul sebelum usia 25 tahun. Diagnosis
3.9.2 Usia: Rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, usia dihitung berdasarkan
tanggal lahir, apabila lebih besar dari 6 bulan dilakukan pembulatan ke atas dan
3.9.3 Jenis Kelamin : Perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis
Suatu konsep yang dinilai dari berbagai aspek dan informasi tentang kesehatan
fisik, sosial dan psikologis dimana sehat tidak hanya bebas dari penyakit, tetapi
individu juga harus mampu menjalani hidup secara produktif dan dapat
menikmatinya.
Data yang didapat diolah dan dianalisa secara analitik untuk melihat distribusi
frekuensi kualitas hidup pada subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis
lunak pengolah data. Untuk menganalisis hubungan antar variabel digunakan uji chi
etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/Rumah Sakit Umum Pusat Haji
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
mengalami kanitis prematur terhadap 177 orang, yang dimulai dari bulan Januari 2017
pemeriksaan klinis, dan mengisi kuesioner Body Image Questionnaires (BIQ) untuk
kelamin, tingkat pendidikan, berdasarkan derajat keparahan dan lama menderita kanitis
Tabel 4.1 Distribusi subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis
prematur berdasarkan usia
Tabel 4.1 menunjukkan distribusi subjek yang mengalami kanitis prematur dan
non kanitis prematur berdasarkan rentang usia dimana didapatkan mayoritas subjek
39
yang mengalami kanitis prematur dijumpai pada kelompok usia kurang dari 17 tahun
(40.2%) diikuti dengan kelompok usia lebih dari 17 tahun sebesar 28.6%. Sedangkan
pada kelompok non kanitis prematur mayoritas berusia lebih dari 17 tahun (71.4%) dan
diikuti yang berusia kurang dari 17 tahun (59.8%). Berdasarkan data sampel penelitian,
pada penelitian ini onset usia paling awal subjek mengalami kanitis prematur adalah 9
tahun, dan rentang usia sampel pada penelitian ini paling muda adalah 15 tahun dan
usia paling tua adalah 25 tahun. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa subjek yang
terutama paling sering mempengaruhi usia muda. Pada penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh McDonough dkk menyebutkan kanitis prematur merupakan istilah yang
digunakan apabila rambut beruban muncul sebelum usia 20 tahun pada ras Kaukasia,
sebelum usia 25 tahun pada ras Asia, dan sebelum usia 30 tahun pada ras Afrika, yang
lingkungan.6,7,9
Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian lainnya yang
dilakukan oleh Phandi dkk yang menyebutkan bahwa kanitis prematur pada ras Asia
sebanyak 88.5% muncul pada usia sebelum 25 tahun.21 Studi lainnya oleh Deepasheree
dkk di India juga menyebutkan bahwa onset usia timbulnya kanitis prematur yang
didapat paling awal adalah 3 tahun dan rata-rata onset usia timbulnya kanitis prematur
Tabel 4.2 Distribusi subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis
prematur berdasarkan jenis kelamin
mengalami kanitis prematur dan non kanitis prematur. Pada penelitian ini mayoritas
subjek yang mengalami kanitis prematur paling banyak adalah laki-laki (45.5%),
sedangkan pada perempuan sebesar 28.0 %. Sedangkan pada kelompok non kanitis
prematur mayoritas subjek adalah perempuan sebesar 72.0% sedangkan pada laki-laki
sebesar 54.5 %. Namun secara keseluruhan distribusi subjek baik kanitis prematur
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Deepasheree dkk dimana prevalensi terjadinya kanitis prematur lebih banyak terjadi
Dari penelitian lainnya oleh Hyoseung dkk di Korea yang menilai hubungan
kanitis prematur dengan riwayat keluarga dan gaya hidup disebutkan bahwa tidak
Studi lainnya oleh Bhat dkk di India yang menilai profil subjek yang mengalami
kanitis prematur didapatkan rasio perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah
Tabel 4.3 Distribusi subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis prematur
berdasarkan tingkat pendidikan
Kanitis Non kanitis Total
Pendidikan
n % n % n %
Perguruan
21 31.3% 46 68.7% 67 100.0%
Tinggi
Dari tabel 4.3 didapatkan distribusi berdasarkan tingkat pendidikan subjek yang
mengalami kanitis prematur dan non kanitis prematur. Pada penelitian ini didapatkan
hasil berdasarkan tingkat pendidikan pada subjek kanitis prematur mayoritas adalah
siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebanyak 38.2% dan pada mahasiswa
Perguruan Tinggi sebanyak 31.3%. Pada kelompok subjek non kanitis prematur
mayoritas adalah siswa Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 68.7% sedangkan siswa
Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 61.8%. Secara keseluruhan distribusi subjek
baik kanitis prematur maupun non kanitis prematur berdasarkan tingkat pendidikan
mayoritas adalah pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini menunjukkan
bahwa kanitis prematur lebih banyak terjadi pada tingkat pendidikan yang lebih rendah
dibandingkan mereka dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi. Hal ini juga sesuai
dengan hasil yang didapatkan berdasarkan distribusi usia dimana kanitis prematur
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh
Deepasheree dkk dan Phandi dkk terkait usia, hal ini mungkin terjadi dikarenakan
Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Bhat dkk juga didapatkan bahwa
kanitis prematur lebih sering terjadi pada subjek di Sekolah Menengah Atas
dibandingkan Perguruan Tinggi dengan usia rata-rata onset terjadinya kanitis prematur
adalah 15 tahun.29
Tabel 4.4 Distribusi subjek yang mengalami kanitis prematur berdasarkan lama
menderita kanitis prematur
Lama Menderita n %
< 5 thn 42 66.6
5-10 th 18 28.6
> 10 th 3 4.8
Total 63 100.0
hasil subjek yang mengalami kanitis prematur paling banyak pada rentang usia kurang
dari 5 tahun (66.6 %), diikuti lama menderita selama 5-10 tahun (28.6%) dan persentase
terendah dijumpai pada kelompok subjek yang mengalami kanitis prematur selama >10
tahun sebanyak 4.8%. Hasil penelitian ini menunjukkan rentang waktu subjek yang
mengalami kanitis prematur paling banyak adalah kurang dari 5 tahun. Hal ini mungkin
terjadi dimana berdasarkan data penelitian onset usia awal terjadinya kanitis prematur
pada subjek penelitian ini adalah sekitar 9 tahun dan mayoritas usia subjek pada
penelitian ini adalah kurang dari 17 tahun sehingga didapatkan hasil subjek yang
mengalami kanitis prematur dengan rentang waktu lama menderita yang belum terlalu
lama.
Hal ini sesuai dengan studi sebelumnya yang dilakukan oleh Bhat dkk dimana
didapatkan lama menderita kanitis prematur pada subjek paling banyak adalah kurang
dari 5 tahun.29 Namun hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya
yang didapatkan oleh Deepasheree dkk yang mendapatkan rata-rata rentang waktu
subjek yang mengalami kanitis prematur adalah lebih dari 10 tahun dimana onset usia
paling awal timbulnya kanitis prematur pada studi ini adalah 3 tahun.21
Tabel 4.5 Distribusi subjek yang mengalami kanitis prematur berdasarkan derajat
keparahan kanitis prematur
Derajat Keparahan n %
Ringan 48 76.2
Sedang 10 15.9
Berat 5 7.9
Total 63 100.0
pada adanya minimal 5 helai rambut uban dan digunakan format skala perhitungan
uban, dimana penilaian dibagi menjadi : kanitis prematur derajat ringan (≤50 helai
rambut uban), kanitis prematur derajat sedang (51-100 helai rambut uban) dan kanitis
paling banyak didapat adalah derajat ringan adalah sebesar 76.2% diikuti derajat
sedang sebesar 15.9% dan derajat berat sebesar 7.9% dari total 63 jumlah sampel
kanitis prematur.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Bhat dkk
dimana didapatkan derajat keparahan kanitis prematur paling banyak adalah derajat
sedang sebesar 65.7% dibandingkan dengan derajat ringan atau sedang, dari total
Studi lainnya oleh Hyoseung dkk di Korea yang menilai hubungan antara
kanitis prematur dan kualitas hidup pada subjek dengan usia kurang dari 30 tahun
didapatkan derajat keparahan kanitis prematur paling banyak adalah pada kanitis
4.2.1 Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis prematur
berdasarkan nilai Body Image Questionnaires (BIQ)
Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis prematur
berdasarkan nilai Body Image Questionnaires (BIQ) dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 4.6 Distribusi subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis prematur
berdasarkan nilai Body Image Questionnaires (BIQ)
memiliki efek samping yang signifikan pada penampilan, harga diri, dan penerimaan
sosial budaya dari individu yang terkena. Kanitis prematur umumnya tidak menular
dan mengancam jiwa, namun penyakit ini memiliki dampak yang signifikan pada
menilai dampak penampilan diri pada individu terhadap rasa percaya diri dan
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari dimana hal ini akan mempengaruhi kualitas
hidup seseorang.38
Pada penelitian ini didapatkan kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis
kualitas hidup buruk sebesar 58.0% sedangkan kualitas hidup baik sebesar 13.5% dari
total 63 subjek kanitis prematur. Sedangkan pada subjek non kanitis prematur
didapatkan kualitas hidup baik sebesar 86.5%, dan kualitas hidup buruk sebesar 42.0%
dari total 114 subjek. Secara keseluruhan dari total 177 subjek (kanitis prematur dan
non kanitis prematur), subjek kanitis prematur memiliki kualitas hidup yang lebih
buruk dibandingkan dengan subjek non kanitis prematur. Berdasarkan uji statistik
didapatkan hubungan yang signifikan antara kejadian kanitis prematur dengan kualitas
Hasil penelitian ini memberikan hasil yang tidak jauh berbeda dengan studi
sebelumnya yang dilakukan oleh Jin Jo dkk di Korea yang menilai hubungan antara
kanitis prematur dengan gaya hidup. Dari studi ini didapatkan bahwa sejumlah besar
pasien dengan kanitis prematur (yaitu sebesar 0.5% dari total sampel 52 subjek kanitis
prematur dan kontrol dengan jumlah yang sama), memiliki gaya hidup monoton
dibandingkan dengan mereka yang menikmati gaya hidup yang dinamis. Hasil dari
studi ini menunjukkan penurunan kualitas hidup pada penderita kanitis prematur
kebiasaan makan yang tidak teratur, merokok serta faktor lainnya seperti kadar
kualitas hidup pada sampel yang memiliki kebiasaan merokok, kebiasaan hidup dan
kebiasaan makan yang tidak teratur sebesar 24% dari total masing-masing 50 sampel
4.2.2 Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis
prematur berdasarkan usia
Tabel 4.7 Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis
prematur berdasarkan usia
Kanitis prematur dapat muncul sendiri tanpa patologi yang mendasari sebagai
Baik (≤24) Buruk (>24) Total
Usia Nilai p
n % n % n %
≤17 tahun 57 53.3% 50 46.7% 107 100.0%
uban lebih bergantung pada genotipe individual, yang mengacu pada variasi ras.6 Pada
populasi umum disebutkan rambut mengalami kanitis prematur bila terjadi sebelum
usia 20 tahun pada ras Kaukasia, sebelum usia 30 tahun pada ras Afrika, dan sebelum
prematur dan non kanitis prematur berdasarkan kelompok usia, didapatkan paling
banyak memiliki kualitas hidup buruk adalah pada kelompok usia lebih dari 17 tahun
Sedangkan kualitas hidup baik paling banyak dijumpai pada kelompok usia kurang dari
17 tahun (53.3%). Hal ini menunjukkan bahwa subjek yang mengalami kanitis
prematur dan non kanitis prematur dengan usia lebih muda mayoritas memberikan
persentase kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan subjek dengan usia yang lebih
tua (>17 tahun). Namun berdasarkan uji statistik tidak didapatkan hubungan yang
signifikan antara kualitas hidup dengan usia pada subjek kanitis prematur dan non
Hasil penelitian ini memberikan hasil yang tidak jauh berbeda dengan studi
sebelumnya yang dilakukan oleh Jin Jo dkk di Korea dimana kualitas hidup yang lebih
buruk didapatkan pada subjek dengan usia lebih dari 20 tahun dari total sampel 52
4.2.3 Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis prematur
berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.8 Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis
prematur berdasarkan jenis kelamin
Hasil pada tabel diatas menunjukkan hubungan antara kualitas hidup baik pada
subjek kanitis prematur dan non kanitis prematur berdasarkan jenis kelamin. Hasil
penelitian ini menunjukkan kualitas hidup buruk paling banyak didapatkan pada jenis
kelamin perempuan yaitu sebesar 53.0% dibandingkan pada laki-laki sebesar 45.5%.
Sedangkan kualitas hidup paling baik didapatkan pada laki-laki sebesar 54.5%
dibandingkan pada perempuan sebesar 47.0%. Akan tetapi berdasarkan uji statistik
tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara kualitas hidup dengan jenis kelamin
pada subjek kanitis prematur dan non kanitis prematur (nilai P>0.05).
4.2.4 Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis prematur
berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 4.9 Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis
prematur berdasarkan tingkat pendidikan
pendidikan baik pada subjek kanitis prematur maupun non kanitis prematur. Dari hasil
penelitian ini didapatkan bahwa subjek dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengah
Atas (SMA) mayoritas memiliki kualitas hidup yang lebih baik (54.5%) dibandingkan
dengan subjek dengan pendidikan lebih tinggi (Perguruan Tinggi) yaitu sebesar 43.3%.
Sedangkan kualitas hidup buruk mayoritas terjadi pada subjek dengan tingkat
pendidikan lebih tinggi (Perguruan Tinggi) yaitu sebesar 56.7% dibandingkan dengan
subjek dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah (45.5%). Berdasarkan uji statistik
tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara kualitas hidup dengan tingkat
pendidikan pada subjek kanitis prematur dan non kanitis prematur (nilai P>0.05).
4.2.5 Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur berdasarkan lama
menderita kanitis prematur
Tabel 4.10 Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis
prematur berdasarkan lama menderita kanitis prematur
Baik (≤ 24) Buruk (>24) Total
Lama Menderita Nilai p
n % n % n %
< 5 tahun 10 23.8% 32 76.2% 42 100.0%
5-10 tahun 2 10.5% 17 89.5% 19 100.0%
0.117
> 10 tahun 0 00.0% 2 100.0% 2 100.0%
menderita pada subjek kanitis prematur di mana mayoritas subjek dengan kualitas
hidup baik adalah subjek dengan durasi lama menderita kanitis prematur kurang dari 5
tahun (23.8%) diikuti dengan lama menderita 5-10 tahun sebesar 10.5%. Sedangkan
subjek dengan kualitas hidup buruk mayoritas didapatkan pada subjek dengan durasi
lama menderita kanitis prematur lebih dari 10 tahun (100.0%). Total seluruh subjek
kanitis prematur paling banyak memiliki kualitas hidup buruk bila dihubungkan
dengan durasi lamanya menderita kanitis prematur yaitu sebesar 81.0%. Hal ini
menunjukkan bahwa subjek yang mengalami kanitis prematur dengan masa durasi
lama menderita kanitis prematur lebih dari 10 tahun memiliki kualitas hidup yang lebih
buruk dibandingkan dengan subjek yang mengalami kanitis prematur dengan durasi
lama menderita yang lebih singkat atau kurang dari 5 tahun. Namun berdasarkan uji
statistik tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara kualitas hidup dengan lama
Hasil penelitian ini berbeda dengan studi yang pernah dilakukan oleh
Deepasheree dkk dimana rata-rata rentang waktu subjek mengalami kanitis prematur
adalah lebih dari 10 tahun.21 Pada studi lainnya oleh Chakrabarty dkk juga
hidup subjek dimana didapatkan subjek dengan lama menderita kanitis prematur lebih
dari 5 tahun memiliki kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan masa
4.2.6 Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur berdasarkan derajat
keparahan kanitis prematur
Tabel 4.11 Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur berdasarkan derajat
keparahan kanitis prematur
Derajat Baik (≤ 24) Buruk (>24) Total Nilai p
Kanitis Prematur n % n % n %
Ringan 10 20.8% 38 79.2% 48 100.0%
Sedang 2 20.0% 8 80.0% 10 100.0% 1.000
Berat 0 00.0% 5 100.% 5 100.0%
dengan derajat keparahan kanitis prematur didapatkan bahwa subjek dengan kanitis
prematur derajat berat memiliki kualitas hidup yang lebih buruk dibandingkan dengan
subjek kanitis prematur derajat ringan (79.2%) dan derajat sedang (80.0%). Sedangkan
subjek dengan kualitas hidup baik mayoritas didapatkan pada subjek kanitis prematur
derajat ringan dibandingkan dengan derajat sedang (20.0%). Hal ini menunjukkan
bahwa dari total 63 subjek kanitis prematur mayoritas memiliki kualitas hidup yang
buruk bila dihubungkan dengan derajat kanitis prematur dimana semakin berat derajat
kanitis prematur menunjukkan kualitas hidup yang lebih buruk dibandingkan dengan
kanitis prematur derajat ringan. Namun berdasarkan uji statistik tidak didapatkan
hubungan yang signifikan antara kualitas hidup dengan derajat keparahan pada subjek
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Jin Jo dkk yang
menilai hubungan antara kanitis prematur dengan gaya hidup yang mengungkapkan
hasil dimana subjek yang mengalami kanitis prematur derajat berat memiliki kualitas
hidup yang menurun dibandingkan dengan kanitis prematur derajat ringan dan derajat
sedang dari total sampel 52 subjek kanitis prematur dan kontrol dengan jumlah yang
sama.37
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
2. Semakin tinggi usia subjek baik kanitis prematur dan non kanitis prematur
yang signifikan antara kualitas hidup berdasarkan usia pada subjek baik kanitis
3. Subjek dengan jenis kelamin perempuan memiliki kualitas hidup yang lebih
buruk dibandingkan subjek laki-laki baik pada kanitis prematur maupun non
kualitas hidup dengan jenis kelamin subjek kanitis prematur maupun non
kanitis prematur.
4. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas hidup dengan derajat
55
5.2 Saran
kondisi kanitis prematur dari persepsi pasien dan bagaimana hidup pasien
DAFTAR PUSTAKA
16. Ahmed A, Leon A, Daniel C, Butler BS, Reichenberg J. Quality of Life Effects
of Common Dermatological Diseases. Frontline Medical Communications.
2013:101-9.
17. Barankin B, DeKoven J. Psychosocial effect of common skin diseases.
Canadian Family Physician. 2002;(48):712-6.
18. Michele K, Marilou BS. The Body-Image Questionnaire (BIQ): An Extension.
Department Of Psychology, University of Bordeaux 2, France.Perceptual and
Motor Skills. 2002;(94):189-96
19. Health-Related Quality of Life (HRQL). CDC. Diunduh dari:
http://cdc.gov/hrqol/concept.htm. Update februari 2016.
20. Steingrímsson E, Copeland NG, Jenkins N. Melanocyte Stem Cell Maintenance
and Hair Graying. National Cancer Institute. 2005;(12):9-12.
21. Deepasheree D, Aschana S. Profile of Indian patients With Premature Canities.
Indian Journal Of Dermatology Venereology and Leprology.2016;82(2):169-
72.
22. Arck PC, et.al. Towards a “free radical theory of graying”: melanocyte
apoptosis in the aging human hair follicle is an indicator of oxidative stress
induced tissue damage. The FASEB Journal. 2006;(20):1567-9.
23. Tobin DJ. Aging of the Hair Follicle Pigmentation System. International
Journal of Trichology. 2009;1(2):83-93. doi:10.4103/0974-7753.58550.
24. Christopher A, Dyer E, Sinclair J. The premature ageing syndromes: insights
into the ageing process. Age and Ageing. 1998;(27):73-80.
25. Cotsarelis G, Botchkarev V. Biology of Hair Follicles. Dalam: Goldsmith LA,
Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, editor. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw-Hill;
2012:960-72.
26. Paus R. A neuroendocrinological perspective on human hair follicle
pigmentation. Pigment Cell Melanoma Res. 2010;(24):89-106.
27. Hyoseung S, Hyeong HS. Association of premature hair graying with family
history, smoking, and obesity: A cross-sectional study. J Am Acad Dermatol.
2015;1(3):321-7.
28. Shi Y, et.al. Premature Graying as a Consequence of Compromised Antioxidant
Activity in Hair Bulb Melanocytes and Their Precursors. 2014;(9):1-9.
29. Bhat RM, Rashmi S. Epidemiological and Investigative Study of Premature
Graying of Hair in Higher Secondary and Pre-Univerdity School Children.
International Jurnal Of Technology . 2013;5:(1):17-21.
43. Fatemi F, Ebrahimi NE, Shahmoradi V. Serum Iron, Zinc, and Copper
Concentration in Premature Graying of Hair. Biol Trace Elem Res.
2012;(146):30-4.
44. Schmid G. Skin Disorders and Quality of Life. International Encyclopedia of
Rehabilitation.2010:1-13.
45. Margareth CM. Measurement of Vital Signs for Skin Diseases. Vital Sign for
Skin Disease. 2005;(125):1-2.
LAMPIRAN 1.
Naskah Penjelasan kepada Subjek Penelitian
Jika Bapak/Ibu/Saudara/i bersedia untuk ikut serta dalam penelitian ini, maka
saya akan melakukan tanya jawab terhadap Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengetahui
identitas pribadi secara lebih lengkap, melakukan pemeriksaan rambut dan kulit kepala,
diikuti dengan pengisian kuesioner Body Image Questionnaires (BIQ).
Penelitian ini bersifat sukarela dan tidak terdapat unsur paksaan apapun
terhadap Bapak / Ibu / Saudara / i serta kerahasiaan akan tetap dijaga. Jika Bapak / Ibu
/ Saudara / i di kemudian hari berubah pikiran dan ingin keluar dari penelitian, dapat
menghubungi saya melalui telepon genggam : 082360066826 ataupun mengunjungi
saya di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK-USU / RSUP Haji Adam
Malik Medan.
Bersama ini saya memohon izin kepada Bapak / Ibu / Saudara / i ……Untuk
menandatangani formulir persetujuan ikut serta dalam penelitian.
Hormat Saya,
Peneliti
LAMPIRAN 2
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)
dengan ini menyatakan secara sukarela SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian.
Demikianlah surat pernyataan persetujuan ini dibuat dengan sebenarnya dalam keadaan
sadar tanpa adanya paksaan dari siapapun.
Medan, 2017
Dokter pemeriksa Yang menyetujui
LAMPIRAN 3
STATUS PENELITIAN
Tanggal pemeriksaan :
Nomor urut penelitian :
Nomor catatan medik :
IDENTITAS
Nama :
Alamat :
Telp :
TTL :
Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
Bangsa/suku : 1. Batak 2. Jawa 3. Melayu
4. Minangkabau 5. Tionghoa 6. Lainnya
Agama : 1. Islam 2. Kristen Protestan
3. Kristen Katolik 4. Hindu 5. Budha
Pendidikan : 1. Belum sekolah
2. SD/ sederajat
3. SMP/ sederajat
4. Perguruan tinggi
Pekerjaan : 1. Pegawai Negeri Sipil / TNI/ Polri
2. Pegawai swasta
3. Wiraswasta
4. Tidak bekerja
Status : 1. Sudah menikah 2. Belum menikah
ANAMNESIS
Status dermatologikus
( ) Ya ( ) Tidak
• Bila Ya :
( ) Saudara Sekandung
PEMERIKSAAN FISIK
Status antropomentri
• Tinggi badan :
• Berat badan :
• Lingkar pinggang :
Status generalisata
• Keadaan umum :
• Gizi :
• Tekanan darah :
• Frekuensi nadi :
• Suhu :
• Frekuensi pernapasan :
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
DIAGNOSIS BANDING :
DIAGNOSIS KERJA :
PENATALAKSANAAN :
PROGNOSIS :
• Quo ad vitam
• Quo ad functionam
• Quo ad sanactionam
LAMPIRAN 4
Sehari-hari, berapa menit atau jam yang anda habiskan untuk memikirkan
tentang penampilan rambut uban anda?
0 2 4 6 8
|______________|______________|______________|_________|
Tidak stres Sedikit stres Cukup stres Stres sekali Sangat
stres
0 2 4 6 8
|______________|______________|______________|_________|
Tidak Menghindar 1x Menghindar 1-3x Menghindar >3 Selalu
Menghindar Menghindar
0 2 4 6 8
|______________|______________|_____________|__________|
Tidak Kadang Mengganggu Mengganggu Selalu Sangat
mengganggu mengganggu mengganggu
6). Seberapa besar rambut uban anda mengganggu kemampuan anda dalam
bekerja atau belajar (Mohon beri penilaian walaupuna anda tidak bekerja
atau kuliah : kami tertarik dalam kemampuan anda dalam bekerja atau
kuliah)
0 2 4 6 8
|______________|______________|_____________|__________|
Tidak Kadang Mengganggu Mengganggu Selalu Sangat
mengganggu mengganggu mengganggu
7). Seberapa besar pengaruh rambut uban anda terhadap kehidupan sosial
Anda?
0 2 4 6 8
|______________|______________|____________|___________|
Tidak Kadang Mengganggu Mengganggu Selalu Sangat
mengganggu mengganggu mengganggu
8). Seberapa besar Anda merasa bahwa penampilan adalah aspek penting
bagi anda
0 2 4 6 8
|______________|______________|____________|___________|
Tidak Kadang Penting Penting Selalu Penting Sangat
Penting penting
9). Menurut Anda, seberapa besar perhatian orang lain terhadap rambut
uban anda (Bila anda tidak melakukan kamuflase dengan baju, penutup
rambut atau make up)
0 2 4 6 8
|______________|______________|____________|___________|
Tidak Kadang perhatian Perhatian Selalu perhatian Sangat
perhatian perhatian
10). Apakah terdapat orang lain disekitar Anda yang juga memiliki rambut
uban seperti Anda dengan umur, jenis kelamin dan suku yang sama dengan
Anda?
0 2 4 6 8
|______________|______________|____________|___________|
Tidak ada Sedikit orang Beberapa orang Banyak Orang Semua
Orang
# Aktivitas apa yang anda lakukan dikarenakan rambut uban Anda? Mohon
baca situasi-situasi dibawah ini dan beri nilai untuk situasi yang mana
dihindari pada skala seperti yang berikut :
0 2 4 6 8
|______________|______________|____________|___________|
Tidak pernah Jarang Sering Sangat Sering Selalu
13). Saya menyisir atau merawat rambut saya lebih dari kebanyakan
orang
0 2 4 6 8
|______________|______________|____________|___________|
Tidak pernah Jarang Sering Sangat Sering Selalu
14). Saya mencukur atau memotong rambut saya lebih dari kebanyakan
orang
0 2 4 6 8
|______________|______________|____________|___________|
Tidak pernah Jarang Sering Sangat Sering Selalu
LAMPIRAN 5
LAMPIRAN 6
Kategori Usia
kelompok
kontrol kasus Total
usia_grp ≤ 17 tahun Count 64 43 107
kelompok
kontrol kasus Total
pendidikan perguruan tinggi Count 46 21 67
% within pendidikan 68.7% 31.3% 100.0%
SMA Count 68 42 110
% within pendidikan 61.8% 38.2% 100.0%
Total Count 114 63 177
% within pendidikan 64.4% 35.6% 100.0%
Kategori Derajat Keparahan Kanitis Prematur
Crosstab
kelompok
kasus Total
derajat_kanitis 1.00 Count 48 48
% within kelompok 76.2% 76.2%
2.00 Count 10 10
% within kelompok 15.9% 15.9%
3.00 Count 5 5
% within kelompok 7.9% 7.9%
Total Count 63 63
% within kelompok 100.0% 100.0%
derajat_kanitis
Descriptives
Median 18.0000
Variance 111.485
Minimum 6.00
Maximum 48.00
Range 42.00
Median 30.0000
Variance 113.999
Minimum 16.00
Maximum 60.00
Range 44.00
Cases
kelompok
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 31.32.
Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis prematur
berdasarkan usia
Crosstab
biq3
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 34.80.
Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis prematur
berdasarkan jenis kelamin
Crosstab
biq3
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 38.28.
Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematurdan non kanitis prematur
berdasarkan tingkat pendidikan
Crosstab
biq3
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 33.31.
Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematurdan non kanitis prematur
berdasarkan lama menderita kanitis prematur
Crosstab
biq3
Total Count 12 51 63
N of Valid Cases 63
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .38.
biq3
2.00 Count 2 8 10
3.00 Count 0 5 5
Total Count 12 51 63
N of Valid Cases 63
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .95.
LAMPIRAN 7
Subjek Kanitis Prematur
Jenis Asal Hasil Jumlah Derajat Usia Lama Riwayat
Nama Usia Kelamin Pendidikan BIQ Uban Keparahan Muncul Menderita KP Genetik
No KP Uban
1. Nn. GE 21 P FK USU 30 58 Sedang 13 8 Ada
2. Tn. WJ 21 L FK USU 38 118 Berat 12 9 Ada
3. Tn. AR 20 L FK USU 38 121 Berat 12 8 Ada
4. Nn. H 18 P FK USU 40 78 Sedang 11 8 Ada
5. Nn. AWH 18 P FK USU 30 21 Ringan 12 6 Ada
6. Nn.CE 18 P FK USU 30 19 Ringan 13 5 Tidak Ada
7. Nn. MH 23 P FK USU 36 23 Ringan 15 8 Tidak Ada
8. Nn. HZ 22 P FK USU 34 27 Ringan 14 8 Ada
9. Tn. AA 21 L FK USU 34 58 Sedang 17 4 Ada
10. Nn. VR 23 P FK USU 56 52 Sedang 14 9 Ada
11. Tn. MI 21 L FK USU 30 28 Ringan 16 5 Ada
12. Tn. WXZ 25 L FK USU 60 78 Sedang 14 11 Tidak Ada
13. Tn. DF 21 L FK USU 40 118 Berat 10 11 Tidak Ada
14. Tn. RAC 21 L FK USU 32 22 Ringan 16 5 Tidak Ada
15. Nn. YR 17 P FK USU 28 29 Ringan 13 4 Ada
16. Nn. KO 19 P FK USU 36 23 Ringan 16 3 Ada
17. Nn. SJ 19 P FK USU 32 21 Ringan 12 7 Tidak Ada
18. Tn. RP 19 L FK USU 28 38 Ringan 9 10 Ada
19. Tn. RP 22 L FK USU 40 21 Ringan 16 6 Ada
20. Tn. FA 20 L FK USU 30 87 Sedang 17 3 Ada
21. Tn.LT 22 L FK USU 60 132 Berat 12 10 Ada
SMA Harapan
22. Nn. NA 15 P 3 Medan 26 14 Ringan 13 2 Ada
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
85
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
86
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
87
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
88
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
89
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
90
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
91
SMA Harapan 3
64. Nn. MN 17 P Medan 14
SMA Harapan 3
65. Nn. VH 16 P Medan 18
SMA Harapan 3
66. Nn. AC 16 P Medan 26
SMA Harapan 3
67. Tn. DA 16 L Medan 10
SMA Harapan 3
68. Tn. MR 17 L Medan 12
69. Nn. JA 21 P FK USU 22
70. Nn. KM 22 P FK USU 8
71. Nn. ZR 21 P FK USU 12
72. Nn. NU 22 P FK USU 26
73. Nn. ND 22 P FK USU 18
74. Nn. RA 21 P FK USU 12
75. Nn. FC 21 P FK USU 18
76. Tn.MR 21 L FK USU 16
77. Nn. FS 21 P FK USU 22
78. Nn. AA 21 P FK USU 12
79. Nn. AS 22 P FK USU 32
80. Tn. HYS 21 L FK USU 20
81. Tn. ID 23 L FK USU 8
82. Nn. CP 21 P FK USU 16
83. Tn. TO 22 L FK USU 10
84. Nn. EP 22 P FK USU 40
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
92
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
93
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA