Anda di halaman 1dari 111

HUBUNGAN ANTARA KANITIS PREMATUR

DENGAN KUALITAS HIDUP

TESIS

Oleh

PUTRI ASHRAF
NIM : 127041163

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
MEDAN
2018



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HUBUNGAN ANTARA KANITIS PREMATUR


DENGAN KUALITAS HIDUP

TESIS

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran


Klinik dalam Program Magister Kedokteran Klinik
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin pada

Oleh
PUTRI ASHRAF
NIM : 127041163

PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah penulis nyatakan dengan benar

Nama : Putri Ashraf


NIM : 127041163
Tanda tangan :

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Tesis : Hubungan antara Kanitis Prematur dengan Kualitas Hidup


Nama Mahasiswa : Putri Ashraf
Nomor Induk Mahasiswa : 127041163
Program Studi : Magister Kedokteran Klinik
Konsentrasi : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

(dr. Rointan Simanungkalit, SpKK (K),FINSDV,FAADV) (Dr.dr.Nelva K.Jusuf, SpKK(K),FINSDV,FAADV)


NIP. 196308201989022001 NIP. 196709151997022001

Program Magister Kedokteran Klinik Dekan


Ketua Program Studi

(Dr.dr.Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph),Sp.M(K)) (Dr.dr.Aldy Safruddin Rambe, SpS(K))


NIP : 197604172005012001 NIP: 196605241992031002

Tanggal Lulus: 09 Januari 2018

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Hubungan antara Kanitis Prematur dengan Kualitas Hidup

Putri Ashraf, Nelva Karmila Jusuf, Rointan Simanungkalit


Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara RSUP H. Adam Malik Medan-Indonesia

ABSTRAK
Latar Belakang : Kanitis prematur merupakan istilah yang digunakan apabila
rambut beruban muncul sebelum usia 20 tahun pada ras Kaukasia, sebelum usia 25
tahun pada ras Asia, dan sebelum usia 30 tahun pada ras Afrika, yang melibatkan
proses kompleks seperti variasi genetik, hormonal dan faktor lingkungan. Kualitas
hidup umumnya diukur dengan menggunakan kuesioner yang telah divalidasi. Body
Image Questionnaires (BIQ) merupakan kuesioner yang khusus menilai dampak
penampilan diri pada individu terhadap rasa percaya diri dan pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam praktek klinis, mengukur hubungan antara kanitis
prematur terhadap kualitas hidup dan memahami bagaimana hidup pasien
dipengaruhi oleh kanitis prematur dapat membantu dalam menentukan
penatalaksanaan yang paling tepat dan sesuai untuk pasien.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara kanitis prematur dan kualitas hidup
Metode : Penelitian ini merupakan suatu studi analitik observasional dengan
pengisian kuesioner Body Image Questionnaires (BIQ). Penentuan diagnosis
kanitis prematur berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis pada 63 subjek
kanitis prematur dan 114 subjek non kanitis prematur. Data yang terkumpul
kemudian diolah dan dianalisa secara analitik untuk melihat distribusi frekuensi
kualitas hidup pada subjek berdasarkan masing-masing karakteristik. Untuk melihat
hubungan antar variabel dilakukan uji chi square.
Hasil : Pada penelitian ini ditemukan hubungan antara kanitis prematur dengan
kualitas hidup (P<0.05), namun tidak ditemukan hubungan antara usia (P>0.05),
jenis kelamin (P>0.05) dan derajat keparahan kanitis prematur dengan kualitas
hidup (P>0.05).
Kesimpulan : Terdapat hubungan antara kanitis prematur dengan kualitas hidup,
namun tidak terdapat hubungan antara usia, jenis kelamin dan derajat keparahan
kanitis prematur dengan kualitas hidup.
Kata kunci : kanitis prematur, kualitas hidup, Body Image Questionnaires (BIQ)

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Association between Premature Canities with Quality of Life


Putri Ashraf, Nelva Karmila Jusuf, Rointan Simanungkalit
Departement of Dermato and Venereology Faculty of Medicine University of
Sumatera Utara Adam Malik General Hospital Medan-Indonesia

ABSTRACT
Background : Premature canities has been define as the onset of graying of hair
before the age of 20 in Caucasians, 25 in Asians, and 30 in Africans, involving
complex processes such as genetic, hormonal and environmental factors. Quality of
life is generally measured using a validated questionnaire. Body Image
Questionnaires (BIQ) is a questionnaire that specifically assesses the impact of self
appearance on the individual self-esteem and the influences in life. In clinical
practice, measuring the association of premature canities to quality of life and
understanding how a patient's life is affected by premature canities can be helpful
in determined the most appropriate and a better management for the patients.
Objective : To assessed the association of premature canities and quality of life.
Methods : This is an observational analytic study to assess the association of
premature canities and quality of life by filling out the Body Image Questionnaires
(BIQ). Diagnosis of premature canities based on anamnesis and clinical
examination in 63 subjects of premature canities and 114 subjects of non premature
canities. The data was collected and analyzed to measures the quality of life on
subjects based on each characteristic. The Chi-square test was used to assessed the
association between each variables.
Results : There is a significant association between premature canities and quality
of life (P <0.05), but there is no significant association between age (P> 0.05), sex
(P> 0.05) and severity of premature canities with quality of life (P> 0.05).
Conclusion : There is an association between premature canities with quality of
life, but there is no association between age, sex and severity of premature canities
and quality of life.
Keywords : premature canities, quality of life, Body Image Questionnaires (BIQ)


ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan seluruh

rangkaian punyusunan tesis ini yang berjudul “Hubungan antara Kanitis Prematur

dengan Kualitas Hidup” sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

Magister Kedokteran Klinik dalam bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.

Dalam menjalani pendidikan magister kedokteran klinik ini, berbagai pihak

telah turut berperan serta untuk membantu, memberikan dorongan dan masukan

kepada saya sehingga seluruh rangkaian kegiatan pendidikan ini dapat terlaksana

dengan baik. Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin menyampaikan

penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Yang Terhormat :

1. dr. Rointan Simanungkalit, SpKK(K), FINSDV, FAADV selaku pembimbing


utama tesis ini, yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta
dengan penuh kesabaran selalu membimbing, memberikan nasehat, masukan
dan koreksi dalam penyempurnaan tesis ini, serta telah memberikan motivasi
kepada saya selama menjalani pendidikan.
2. dr. Nelva K. Jusuf SpKK(K), FINSDV, FAADV selaku pembimbing kedua
tesis ini dan sebagai Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah bersedia
meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta telah membimbing, memberikan
nasehat, masukan, koreksi dan motivasi kepada saya selama proses penyusunan
tesis ini.

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3. Dr. dr. Imam B. Putra, MHA, SpKK, FINSDV, FAADV, selaku Ketua Program
Studi Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing, memberikan nasehat,
masukan dan motivasi kepada saya selama menjalani pendidikan sehari-hari.
4. Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph), SpM(K) sebagai Ketua
Program Studi Magister Kedokteran Klinik yang telah memberikan kesempatan
kepada saya untuk mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik di
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH,
MHum yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat
melaksanakan studi pada Universitas yang Bapak pimpin.
6. Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Dr. dr. Aldy
Safruddin Rambe, SpS(K), yang telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik di Departemen Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
7. dr. Chairiyah Tanjung, SpKK(K), FINSDV, FAADV, dr. Sri Wahyuni
Purnama, SpKK(K), FINSDV, FAADV, dan dr. Djohan, SpKK, Mked(DV)
sebagai anggota tim penguji, yang telah memberikan bimbingan dan koreksi
untuk penyempurnaan tesis ini.
8. Para Guru Besar Prof. Dr. dr. Irma D. Roesyanto Mahadi, SpKK (K), Alm. Prof.
dr. Mansur Nasution, SpKK(K) serta seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU, RSUP. H. Adam Malik Medan, RSU
Dr. Pirngadi Medan dan RS. USU, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu,
yang telah membantu dan membimbing saya selama mengikuti pendidikan
magister ini.
9. Bapak Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan, RSUD. Dr. Pirngadi dan RSU
Universitas Sumatera Utara, Medan yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas kepada saya selama menjalani pendidikan magister ini.
10. Kepala sekolah SMA Negeri 1, SMA Harapan 3 dan mahasiswa FK USU
beserta staf pengajar dan murid-murid yang telah membantu berjalannya
penelitian ini.

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

11. Dr.dr. Putri C. Eyanoer, Phd selaku pembimbing statistik yang telah banyak
membantu saya dalam metodologi penelitian dan pengolahan statistik penelitian
saya ini.
12. Seluruh staf/pegawai dan perawat di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin,
baik di RSUP. H. Adam Malik Medan, RS. Pirngadi dan RS.USU atas bantuan,
dukungan, dan kerjasama yang baik selama ini.
13. Seluruh subjek yang terlibat dalam penelitian saya, serta seluruh pasien yang
telah membantu saya memperoleh ilmu dan kesempatan belajar di bidang Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin sejak awal hingga akhir pendidikan.
14. Kedua orang tua saya tercinta, papa (Alm) Drs.H.M.Djakfar Is,Msi dan mimi
Hj.Asmawati, S.Ag yang dengan penuh cinta kasih, keikhlasan, doa, motivasi,
jerih payah, kesabaran, dan pengorbanan yang luar biasa untuk mengasuh,
mendidik, dan membesarkan saya. Tidak ada kata yang mampu menggantikan
rasa terima kasih saya atas semua pengorbanan, jerih payah dan kasih sayang
papa dan mimi selama ini, kiranya hanya Allah SWT yang dapat membalas
semuanya.
15. Yang tercinta bapak dan ibu mertua saya, ayah H. Teuku Tjut Ibrahim dan
nyanyak Hj. Cut Badriah atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepada
saya selama ini, kiranya hanya Allah SWT yang dapat membalas segalanya.
16. Yang tercinta dan terkasih, sahabat seumur hidup, suami saya ayah Teuku
Syahrial,SE terima kasih yang setulus-tulusnya atas segala pengorbanan,
kesabaran dan pengertiannya serta untuk selalu memberikan dukungan, doa,
semangat, dan bantuan disetiap saat hingga bunda dapat menyelesaikan
pendidikan ini. Semoga semua yang telah dilakukan senantiasa dibalas dengan
surga oleh Allah SWT.
17. Yang tercinta putri saya, Cut Fazira Anja Shaquilla, terima kasih bunda untuk
zira yang selalu memberikan pengertian tiada tara, cinta, kasih sayang,
kesabaran dan doa untuk bunda dan senantiasa menjadi pendorong semangat
bunda untuk menyelesaikan pendidikan ini.
18. Adik-adik tercinta, Akkar Arafat dan istri, Nusrat Numeiri dan suami, dan Ikrar
Cardova, terima kasih atas doa dan dukungan tiada henti yang senantiasa
diberikan kepada kakak selama menempuh pendidikan.

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

19. Kepada kakanda dr. T. M. Ichsan SpOG(K), terima kasih atas dukungan dan
doa yang senantiasa diberikan kepada saya selama menempuh pendidikan serta
kepada semua kakanda ipar dan keluarga besar Teuku Tjut Ibrahim serta handai
tolan yang tidak dapat disebutkan satu per satu khususnya yang di Medan, yang
telah banyak memberikan bantuan dan dukungan selama menempuh pendidikan
di Medan, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
20. Sahabat dan semua teman-teman saya, PPDS Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terutama dr.Cashtry
Meher, M.Ked(DV), SpDV, dr. Mahdalena, dr. Ivan Tarigan dan semua teman-
teman PPDS lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih
atas dukungan, bantuan, kerja sama, kebersamaan, waktu dan kenangan yang
tidak akan pernah terlupakan selama menjalani pendidikan ini.

Saya menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan tesis ini. Kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
Akhir kata, dengan penuh kerendahan hati, izinkanlah saya untuk
menyampaikan permohonan maaf yang setulus-tulusnya atas segala kesalahan,
kekhilafan dan kekurangan yang telah saya lakukan selama proses penyusunan tesis
dan selama saya menjalani pendidikan. Semoga segala bantuan, dorongan dan
petunjuk yang telah diberikan kepada saya selama menjalani pendidikan, kiranya
mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Medan, Januari 2018


Penulis

Putri Ashraf

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR ISI
Halaman

ABSTRAK ................................................................................................................ i
ABSTRACT.............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 4
1.3.1 Tujuan umum...................................................................... 4
1.3.2 Tujuan khusus ..................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kanitis Prematur .......................................................................... 7
2.1.1 Definisi .............................................................................. 7
2.1.2 Epidemiologi ..................................................................... 7
2.1.3 Fisiologi Kanitis.................................................................8
2.1.4 Etiologi dan Patogenesis Kanitis Prematur . ......................9
2.1.5 Gambaran Klinis................................................... ........... 16
2.1.6 Diagnosis dan Penilaian Derajat Keparahan Kanitis
Prematur.. ............................................................................... ...17
2.1.7 Diagnosis Banding........................................................... 20
2.1.7 Penatalaksanaan......... ...................................................... 21
2.2 Kualitas Hidup Subjek yang Mengalami Kanitis Prematur....... 23
2.2.1 Definisi......... ................................................................... 24
2.2.2 Aspek Psikologis dari Kanitis Prematur......... ................. 24
2.2.3 Penilaian Kualitas Hidup Subjek yang mengalami Kanitis
Prematur dengan Body Image Questionnaires (BIQ) ................ 26
2.3 Kerangka Teori......................................................................... . 29
2.4 Kerangka Konsep... ................................................................... 30
2.5 Hipotesis Penelitian... ................................................................ 30

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian ....................................................................... 31
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 31
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian................................................. 31
3.3.1 Populasi target ................................................................. 31
3.3.2 Populasi terjangkau ......................................................... 31
3.3.3 Sampel penelitian ............................................................ 31
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi..................................................... 32
3.5 Besar Sampel ............................................................................. 32
3.6 Cara Pengambilan Sampel Penelitian ........................................ 33
3.7 Identifikasi Variabel .................................................................. 33
3.6.1 Variabel bebas .................................................................. 33
3.6.2 Variabel terikat ….....……………………………………33
3.8 Cara Penelitian ........................................................................... 33
3.9 Definisi Operasional........ .......................................................... 35
3.10 Kerangka Operasional.. .............................................................. 37
3.11 Pengolahan Data ........................................................................ 38
3.12 Etika Penelitian .......................................................................... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Karakteristik Subjek Penelitian ................................................. 39
4.1.1 Karakteristik berdasarkan usia....................................... 39
4.1.2 Karakteristik berdasarkan jenis kelamin........................ 41
4.1.3 Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan ............... 42
4.1.4 Karakteristik berdasarkan lama menderita
kanitis prematur ........................................................... 43
4.1.5 Karakteristik berdasarkan derajat keparahan
kanitis prematur ........................................................... 44
4.2 Hubungan antara kanitis prematur dengan kualitas hidup......... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ................................................................................ 54
5.2 Saran ... ...................................................................................... 55

Daftar Pustaka......................................................................................................56
Lampiran

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR SINGKATAN

BIQ : Body Image Questionnaires


CDC : Centers for Disease Control and Prevention
CAD : Coronary Artery Desease
DNA : Deoxyribose Nucleic Acid
HWS : Hair Whitening Score
PGF2 alfa : Prostaglandin F2alpha
QOL : Quality of Life
SPA : Sindrom Premature Aging
SW : Sindrom Werner’s
T3 : Triidothyronine
T4 : Tetra-iodotironin
UV : Ultra Violet
WHO : World Health Organization

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR GAMBAR

No. Judul gambar Halaman

Gambar 2.1 Skala Hair whitening score (HWS) 19


Gambar 2.2 Diagram kerangka teori 28
Gambar 2.3 Diagram kerangka konsep penelitian 29
Gambar 3.10 Diagram kerangka operasional 36

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR TABEL

No Judul tabel Halaman

Tabel 4.1 Karakteristik berdasarkan usia 38


Tabel 4.2 Karakteristik berdasarkan jenis kelamin 40
Tabel 4.3 Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan 41
Tabel 4.4 Karakteristik berdasarkan lama menderita kanitis 42
prematur
Tabel 4.5 Karakteristik berdasarkan derajat keparahan kanitis 43
prematur
Tabel 4.6 Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur 44
dan non kanitis prematur berdasarkan nilai Body Image
Questionnaires (BIQ)
Tabel 4.7 Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur 46
dan non kanitis prematur berdasarkan usia
Tabel 4.8 Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur 47
dan non kanitis prematur berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.9 Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis 48
prematur dan non kanitis prematur berdasarkan tingkat
pendidikan
Tabel 4.10 Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur 50
dan non kanitis prematur berdasarkan lama menderita
kanitis prematur
Tabel 4.11 Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur 51
dan non kanitis prematur berdasarkan derajat keparahan
kanitis prematur

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Halaman
Lampiran 1 Naskah penjelasan kepada subjek penelitian 58
Lampiran 2 Persetujuan setelah penjelasan 60
Lampiran 3 Status penelitian 61
Lampiran 4 Body Image Questionnaires (BIQ) 64
Lampiran 5 Ethical clearance 63

Lampiran 6 Hasil SPSS 64

Lampiran 7 Daftar subjek kanitis prematur dan kontrol 75

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rambut merupakan suatu struktur kompleks dari sel-sel epitel berkeratin

dan merupakan suatu pelindung dari sinar matahari yang paling efektif.1 Rambut

mamalia telah berevolusi untuk memberikan perlindungan, kamuflase, kontrol suhu

dan identitas seksual.2 Penampilan rambut memainkan peran penting dalam

penampilan fisik seseorang dan persepsi diri secara keseluruhan.3 Namun, pada

manusia rambut dibiarkan panjang atau dipotong lebih karena alasan sosial dan

kosmetik saja, dan warna rambut dianggap tidak memiliki peran biologis yang

signifikan.3

Tanda yang jelas dari penuaan adalah rambut beruban. Dalam banyak

budaya, rambut beruban (kanitis) dipandang sebagai konsekuensi yang tidak

diinginkan dari proses penuaan, karena bertentangan dengan banyaknya keinginan

untuk terlihat lebih muda dari usia mereka.2 Mengingat peran penting yang

dimainkan oleh rambut dalam komunikasi sosial, rambut beruban yang timbul dini

sebelum waktunya memiliki dampak yang signifikan pada penampilan, harga diri,

dan penerimaan sosial budaya dari individu yang mengalaminya.4,5

Rambut beruban yang terjadi pada usia lebih awal disebut sebagai kanitis

prematur. Hal ini terutama dianggap disebabkan oleh genetik dengan interaksi

berbagai faktor lingkungan.6-9 Meskipun beruban dipahami sebagai hilangnya

pigmen pada batang rambut, namun sampai saat ini, penyebab kanitis prematur

belum dapat diketahui sepenuhnya.6

1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

Kanitis prematur dapat muncul sendiri tanpa patologi yang mendasari

sebagai kondisi autosomal dominan.10 Rambut mengalami kanitis prematur bila

terjadi sebelum usia 20 tahun pada ras Kaukasia, sebelum usia 30 tahun pada ras

Afrika, dan sebelum usia 25 tahun pada ras Asia. Selain itu disebutkan bahwa

kondisi kanitis prematur mungkin terkait dengan berbagai penyakit seperti anemia

pernisiosa, hipertiroidisme, dan penyakit autoimun tertentu dan bahkan penyakit

kardiovaskular dini.9-14

Meskipun penelitian molekuler yang ekstensif terus dilakukan untuk

memahami patogenesis kanitis prematur, pilihan pengobatan masih tetap jauh dari

memuaskan dan tidak ada terapi efektif yang tersedia. Beberapa terapi oral telah

dicoba dengan hasil yang tidak konsisten, sehingga meskipun terdapat berbagai

penelitian terbaru, namun terapi dan pencegahannya tetap sulit dipahami.6,14,15

Sebagian besar pasien mengalami masalah psikologis yang terkait dengan

penampilan fisik karena rambut uban yang timbul lebih dini dan dapat terlihat,

sehingga pasien merasa malu dengan penampilannya. Adanya stigma yang

berkembang dalam masyarakat, menyebabkan terjadinya suatu penolakan dan

penarikan diri pasien dari lingkungan sosial dimana hal ini dapat mempengaruhi

kualitas hidup penderita.16,17

Kualitas hidup umumnya diukur dengan menggunakan kuesioner yang telah

divalidasi. Beberapa instrumen telah didesain untuk digunakan pada berbagai

penyakit, khas untuk gangguan kulit atau memfokuskan pada satu penyakit tertentu.

Hingga saat ini belum ada kuesioner yang khusus menilai kualitas hidup

pada subjek yang mengalami kanitis prematur. Namun terdapat kuesioner yang



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3

dapat dipakai untuk menilai kualitas hidup berdasarkan penampilan diri individu

terhadap rasa percaya diri dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari.

Body Image Questionnaires (BIQ) merupakan salah satu kuesioner yang

khusus menilai dampak penampilan diri pada individu terhadap rasa percaya diri

dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari dimana hal ini pada akhirnya akan

mempengaruhi kualitas hidup seseorang. BIQ pertama kali dikembangkan oleh

Michele Koleck dkk pada tahun 1987 di Perancis. Kuesioner ini bertujuan untuk

menilai dimensi persepsi, perasaan, dan sikap seseorang terhadap tubuhnya atau

bagian dari tubuhnya. Pertanyaan dalam kuesioner mencakup jenis kelamin

individu, status kesehatannya dan perasaan emosional yang dirasakan berkaitan

dengan tampilan tubuh atau bagian tubuhnya.18

Kuesioner ini telah dipakai untuk berbagai kondisi kesehatan dan psikologi.

Saat ini BIQ telah banyak mengalami penyesuaian dan dapat dipakai oleh berbagai

kelompok usia dan dapat disesuaikan dengan berbagai kondisi kesehatan, telah

dipakai diberbagai negara dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Body Image

Questionnaires (BIQ) terdiri dari 15 pertanyaan yang mencakup pertanyaan seputar

gambaran diri atau bagian tubuh yang tidak disukai atau yang mengganggu

penampilan sehari-sehari, perasaan dan emosi, frekuensi dan waktu yang

dihabiskan terkait kondisi yang dialami, hubungan personal dan sosial, kemampuan

berkerja atau belajar terkait kondisi yang dialami, serta tindakan yang sudah pernah

dan akan dilakukan terkait kondisi yang dialami.18

Mengukur hubungan kanitis prematur terhadap kualitas hidup dapat

membantu seorang dokter dalam menangani pasien kanitis prematur untuk

memahami penyakit dari persepsi pasien. Dalam praktek klinis, memahami


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4

bagaimana hidup pasien dipengaruhi oleh kanitis prematur dapat membantu dalam

menentukan penatalaksanaan yang paling tepat dan sesuai untuk pasien.19,20

Berdasarkan survei pendahuluan pada sebagian populasi sampel penelitian

di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan, Sekolah Menengah Atas Harapan 3

Medan dan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan didapatkan

hasil pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan terdapat subjek yang

mengalami kanitis prematur sebanyak ±1-3 orang dalam 1 kelas yang berjumlah 40

orang siswa. Sedangkan pada Sekolah Menengah Atas Harapan 3 Medan terdapat

subjek yang mengalami kanitis prematur sebanyak ±1-2 orang dalam 1 kelas yang

berjumlah 30 orang siswa.

Pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan terdapat

subjek yang mengalami kanitis prematur sebanyak ±1-10 orang dalam satu

angkatan yang berjumlah ±200 orang mahasiswa. Adanya proses perjalanan kronis,

penatalaksanaan yang cukup sulit dan kompleksitas dari patogenesis kanitis

prematur, menyebabkan kanitis prematur menarik untuk dipelajari dan diteliti.

Sampai saat ini belum ditemukan penelitian yang spesifik mengenai kualitas hidup

pada penderita kanitis prematur di Indonesia khususnya di Sumatera Utara.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara kanitis prematur dengan kualitas hidup?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui hubungan antara kanitis prematur dengan kualitas

hidup.


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui hubungan kualitas hidup dengan usia subjek yang

mengalami kanitis prematur.

2. Mengetahui hubungan kualitas hidup dengan jenis kelamin

subjek yang mengalami kanitis prematur.

3. Mengetahui hubungan kualitas hidup dengan derajat keparahan

kanitis prematur.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Institusi Pendidikan

Membuka wawasan mengenai gambaran kualitas hidup pada subjek

yang mengalami kanitis prematur berdasarkan penilaian skala Body

Image Questionnaires (BIQ)

1.4.2 Institusi Kesehatan

Hasil penelitian diharapkan dapat berkontribusi meningkatkan

strategi melalui pendekatan multidimensi yang mencakup aspek

fisik, psikologis dan psikososial untuk meningkatkan kualitas hidup

subjek yang mengalami kanitis prematur.

1.4.3 Masyarakat

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

pemahaman masyarakat mengenai dampak kualitas hidup terutama

bagi subjek yang mengalami kanitis prematur dan subjek yang

mempunyai resiko mendapatkan kanitis prematur.


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6

1.4.4 Untuk pengembangan penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar ataupun

data pendukung untuk penelitian-penelitian selanjutnya mengenai

subjek yang mengalami kanitis prematur.


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanitis Prematur


2.1.1 Definisi

Istilah ‘grey” oleh negara Inggris dan “gray” oleh negara Amerika,

didefinisikan sebagai perubahan warna rambut yang membuat kita merasa lebih

tua.2

Hair graying (kanitis) merupakan tanda alamiah/natural yang berhubungan

dengan penuaan kronologis (umur) dan bervariasi dalam derajat terjadinya secara

individual.6,7 Kanitis, atau rambut beruban adalah proses penuaan kronologis dan

terjadi tanpa memandang jenis kelamin atau ras. Usia timbulnya rambut beruban

bervariasi pada berbagai ras dan etnis.6,15

Kanitis prematur merupakan istilah yang digunakan apabila rambut beruban

muncul sebelum usia 20 tahun pada ras Kaukasia, sebelum usia 25 tahun pada ras

Asia, dan sebelum usia 30 tahun pada ras Afrika, yang melibatkan proses kompleks

seperti variasi genetik, hormonal dan faktor lingkungan.6,7,9

2.1.2 Epidemiologi

Rambut beruban merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi baik pada

pria maupun wanita. Rata-rata onset usia timbulnya rambut uban fisiologis adalah

sekitar 34-44 tahun tergantung ras, dengan perkiraan sekitar 50% pria dan wanita

akan beruban saat berusia 50 tahun. Rambut beruban berkaitan erat dengan usia

kronologis, sebuah tinjauan dari proses rambut yang mulai memutih telah dilakukan

7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8

oleh Tobin dan Paus yang menyatakan bahwa usia rata-rata timbulnya uban

fisiologis untuk ras Kaukasia berada di pertengahan 30-an, sedangkan untuk ras

Asia di akhir 30-an dan untuk ras Afrika terjadi di pertengahan 40an.10,11

Onset usia timbulnya uban lebih bergantung pada genotipe individual, yang

mengacu pada variasi ras. Sebuah studi baru-baru ini melaporkan bahwa 6-23%

orang memiliki 50% rambut uban pada usia 50 tahun. Tidak ada perbedaan umur

antara pria dan wanita.3,7,15

2.1.3 Fisiologi Kanitis

Rambut merupakan produk berkeratin yang dihasilkan oleh folikel rambut,

struktur menyerupai tabung panjang dengan epidermis pada ujung atas. Jenis

rambut terdiri atas rambut lanugo, velus dan terminal. Rambut terdiri atas akar

rambut yang berada didalam kulit dan batang rambut yang berada diatas kulit.

Folikel rambut merupakan kesatuan dari akar rambut dan jaringan lapisan

pembungkus yang mengelilinginya.4,13

Panjang rata-rata siklus rambut manusia adalah sekitar 3,5 tahun dan rata-

rata onset usia timbulnya rambut uban fisiologis adalah sekitar 34-44 tahun

tergantung ras, hal ini menunjukkan terdapat sekitar 10 siklus rambut sebelum

mulai beruban. Pada awal siklus rambut dikaitkan dengan pembaharuan lengkap

unit folikel pigmen.2,10 Namun setelah sekitar 10 siklus rambut, pada siklus

berikutnya terjadi melanogenesis aktif yang menyebabkan peningkatan jumlah

batang rambut dengan kandungan sedikit pigmen (uban) atau hilangnya deposisi

pigmen secara total (rambut putih). Hal ini penting untuk dicatat bahwa batang

rambut individu tidak dengan sendirinya berubah menjadi abu-abu, namun terdapat

batang rambut baru yang berkembang di dalam folikel rambut dengan penurunan



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9

atau tidak adanya deposisi pigmen dan juga penurunan atau hilangnya produksi

melanin rambut dengan pigmen berkurang atau tidak berpigmen, yang akan muncul

dalam warna abu-abu atau putih karena perubahan refleksi cahaya dari tingkat

pigmen yang berbeda dari batang rambut.15,21

Dalam sebuah studi disebutkan bahwa rambut uban fisiologis normal pada

ras Kaukasia umumnya terjadi pada usia 34,2 tahun. Pada ras Afrika, onset sedikit

meningkat yaitu sekitar 43,9 tahun dan pada ras Asia yaitu sekitar 39 tahun.14,22,23

2.1.4 Etiologi dan Patogenesis Kanitis Prematur

Penuaan merupakan sebuah proses kompleks yang melibatkan variasi

genetik, hormonal dan faktor lingkungan. Seperti pada kulit, penuaan kulit kepala

dan rambut berkaitan dengan penuaan kronologis atau instrinsik serta penuaan

ekstrinsik yang disebabkan faktor lingkungan. Keduanya saling berkaitan dan

tumpang tindih. Faktor intrinsik berkaitan dengan genetik individu dan mekanisme

epigenetik dengan variasi antar individual. Beberapa contoh faktor instrinsik

diantaranya familial premature graying dan alopesia androgenetika. Faktor

ekstrinsik diantaranya seperti radiasi ultraviolet, merokok dan nutrisi.8,10,22

Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab timbulnya kanitis prematur

diantaranya :

1. Variasi Genetik

Proses penuaan pada kulit dan rambut dapat berjalan secara fisiologis sesuai

dengan pertambahan umur seperti pada penuaan murni atau normal (true aging),

atau lebih cepat dari pertambahan umur fisiologisnya seperti pada penuaan dini

(premature aging).9,12


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10

Proses penuaan pada rambut adalah proses kerusakan batang rambut karena

lingkungan dan kosmetik yang terjadi disekitar batang rambut yang lebih dikenal

sebagai weathering dan proses penuaan (aging) yang terjadi pada folikel rambut.7,12

Proses menua menyebabkan warna rambut beruban, dari kelabu (grey/gray hair)

sampai putih (white hair), yang variabilitasnya bersifat individual. Mekanisme

terjadinya hal ini dalam tingkat molekular masih belum jelas dan terus diteliti. 15,21

Bukti eksperimental mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa stress

oksidatif memegang peranan penting dalam proses penuaan. Pada awal tahun 1956,

Harman dkk pertama kali menyatakan teori “free radical theory aging”. Saat ini

teori tersebut merupakan salah satu teori yang paling banyak diterima yang

menjelaskan tentang mekanisme proses penuaan. Radikal bebas merupakan

molekul reaktif tanpa pasangan elektron yang dapat secara langsung merusak

berbagai struktur membran sel, lipid, protein dan DNA. Berbagai efek kerusakan

akibat spesies reaktif oksigen diantaranya menginduksi secara internal selama

proses metabolisme normal dan menginduksi secara eksternal memalui paparan

berbagai stress oksidatif dari lingkungan.2,24,25 Tubuh memiliki mekanisme

pertahanan endogen seperti enzim antioksidatif (superoxide dismutase, catalase,

gluthatione peroxidase) dan molekul non enzim antioksidatif (vitamin E, vitamin

C, gluthatione, ubiquinone) yang melindungi tubuh dari radikal bebas dengan

mengurangi dan menetralisir stress oksidatif. Produksi radikal bebas meningkat

sesuai usia sedangkan mekanisme pertahanan endogen menurun.

Ketidakseimbangan ini mengakibatkan kerusakan progresif struktur sel,

menghasilkan ageing phenotype. Ageing phenotype rambut bermanifestasi sebagai


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11

penurunan fungsi melanosit atau graying dan penurunan produksi rambut atau

alopesia.26,27,28

Terdapat studi di Korea yang menilai faktor resiko terjadinya kanitis

prematur dan hubungannya dengan riwayat keluarga, merokok, obesitas dan stress

dalam hubungannya dengan gaya hidup pada individu dengan kanitis prematur pada

pria Korea yang berusia kurang dari 30 tahun. Dari studi ini didapatkan bahwa

resiko memiliki kanitis prematur lebih tinggi pada kelompok dengan kelebihan

berat badan (overweight) dan obesitas dibandingkan kelompok berat badan normal.

Selain itu pada kelompok kanitis prematur sebanyak 33,3% memiliki riwayat

paternal dan 11,2% memiliki riwayat maternal dan sebanyak 4,6% memiliki

riwayat keluarga dengan kondisi yang sama pada kedua orang tua. Dalam studi ini

ditemukan bahwa adanya riwayat keluarga merupakan faktor risiko yang paling

kuat untuk kanitis prematur, khususnya riwayat keluarga secara paternal lebih

mempengaruhi dibandingkan riwayat keluarga maternal. Ini mungkin terjadi karena

timbulnya rambut kanitis sering terjadi lebih awal pada pria dibandingkan pada

wanita. Terdapat juga hipotesis lain yang menyatakan bahwa faktor genetik yang

mempengaruhi rambut kanitis berasal dari ayah dimana hal ini berkaitan dengan

stres oksidatif. 27

Selain itu terdapat sebuah studi di India yang menilai hubungan kanitis

prematur dengan riwayat keluarga, dimana didapatkan bahwa riwayat keluarga

dengan kanitis prematur didapat pada sekitar 75% kasus. Didapatkan silsilah tiga

generasi pada 52 kasus kanitis prematur baik secara maternal maupun paternal

namun tidak ditemukan adanya predileksi jenis kelamin. Selain itu sebanyak 15.4%

kasus memiliki silsilah keluarga tingkat pertama (saudara kandung dan orang tua).21


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12

Kanitis prematur juga dikaitkan dengan berbagai kondisi patologi termasuk

sindrom progeroid segmental, vitiligo, hipotiroid, defisiensi vitamin, mineral dan

obat-obatan. Selain itu gambaran patologi yang tidak terkait usia seperti Sindrom

Werner dan Sindrom Hutchinson-Gilford (progeria) menunjukkan gambaran klinis

prematur dengan karakteristik tertentu dari penuaan normal seperti katarak,

osteoporosis, aterosklerosis, kulit atopi, dan kanitis prematur.4,24,29

2. Perubahan warna rambut karena pengaruh lingkungan

Perubahan warna rambut dapat dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan

kimiawi. Merokok yang kronik berhubungan dengan kanitis prematur, karena

substansi toksik dari tembakau menyebabkan penurunan aktifitas melanosit yang

menghasilkan melanin.30,31

Dalam sebuah laporan kasus tunggal, merokok dilaporkan secara signifikan

berkorelasi dengan rambut kanitis, dan penurunan kapasitas regenerasi sel induk

yang dianggap menyebabkan kanitis prematur.6 Para penulis menduga

kemungkinan hal ini disebabkan oleh ciri etnis Y-link yang mungkin memiliki

kontrol pada retensi pigmen.32-34

Dari studi di Korea juga diketahui kanitis prematur juga lebih sering muncul

pada perokok dan pada kelompok dengan tingkat stress derajat sedang dan berat

dibanding dengan tingkat stress ringan. Dari studi tersebut didapatkan bahwa

merokok dan obesitas keduanya menjadi faktor risiko pada kanitis prematur dalam

penelitian ini dan keduanya diketahui berkaitan dengan stres oksidatif. Merokok

merupakan sumber radikal bebas yang mengakibatkan radikal bebas in vivo.

Obesitas secara independen terkait dengan stres oksidatif sistemik. Obesitas

memiliki efek pada melanogenesis melalui sistem hormonal. Morpurgo dkk


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13

menemukan bahwa resistensi leptin pada orang gemuk meningkatkan antagonis

melanocyte-stimulating hormone, yang menyebabkan penurunan melanogenesis

dan penurunan kapasitas untuk perbaikan DNA melanosit.27

3. Perubahan warna rambut akibat obat

Kanitis prematur juga telah dilaporkan sebagai efek samping dari

kemoterapi dan agen antimalaria yang dapat menyebabkan perubahan warna

rambut.9 Perubahan warna rambut disebabkan oleh interaksi biokimiawi didalam

sel melanosit rambut berkurang. Obat dapat juga mengubah mekanisme

perpindahan melanosom yaitu tidak bergabungnya pigmen ke dalam serat

rambut.6,16

Penyebab lainnya seperti mengkonsumsi obat-obatan tertentu termasuk

mephenesin, phenylthiourea, triparanol, fluoro butyrophenone, xylazine, faktor

pertumbuhan epidermal reseptor inhibitor imatinib dan alfa interferon, dan

penggunaan bahan kimia tertentu dan agen topikal yang diaplikasikan seperti

ditranol, chrysarobin, resorcin, dan analog prostaglandin F2 alfa (PGF2 alpha).6,10

Imatinib mesylate, dasatinib, pazopanib, dan sunitinib adalah inhibitor

golongan tirosin reseptor kinase yang berguna dalam pengobatan berbagai penyakit

keganasan, seperti leukemia myeloid kronis, tumor stroma gastrointestinal, dan

renal cell carcinoma. Obat ini dapat menghambat tirosin reseptor kinase c-kit yang

ditemukan didalam melanosit yang mencegah stimulasi melanosit dan

melanogenesis. Klorokuin diketahui dapat mengganggu produksi pheomelanin,

pigmen melanin yang bertanggung jawab untuk warna kuning dan merah, dengan

mekanisme yang tidak diketahui.14,24,35


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14

4. Perubahan warna rambut akibat gangguan nutrisi dan kelainan metabolisme

Perubahan warna rambut yang disebabkan oleh gangguan nutrisi terutama

terjadi pada individu yang mempunyai defek negatif pada metabolisme atau pada

individu dengan malnutrisi berat.36,37

Depigmentasi folikel rambut dilaporkan terjadi pada pasien hipotiroidisme

dan defisiensi vitamin B12. Penurunan T3 dan T4 yang ditemukan pada

hipotiroidisme menyebabkan berbagai efek pada folikel rambut termasuk kanitis

prematur, alopesia dan perubahan morfologi rambut. Evaluasi peran hormon tiroid

pada pertumbuhan dan pigmentasi rambut telah menunjukkan bahwa T3 dan T4

berperan langsung pada folikel rambut untuk meningkatkan melanogenesis serta

siklus fase anagen rambut.13 Tidak adanya efek stimulasi hormon tiroid pada

melanogenesis diduga memainkan peran penting dalam patogenesis kanitis

prematur pada hipotiroidisme. Defisiensi vitamin B12 yang berat dilaporkan dapat

menjadi penyebab kanitis prematur oleh mekanisme yang tidak diketahui.36,37

Fenilketonuria dan homosistinuria merupakan kelainan metabolisme asam

amino yang diwariskan. Fenilketonuria diwariskan secara autosomal resesif dengan

manifestasi berupa hipopigmentasi rambut, mata dan kulit serta retardasi mental.

Homosistinuria merupakan kelainan yang diwariskan secara autosomal resesif

dengan gambaran klinis hipopigmentasi rambut, kulit dan mata, abnormalitas

sistem saraf pusat dan abnormalitas skeletal.16,27

Hipopigmentasi reversibel rambut juga telah dicatat dalam hubungan

dengan kekurangan nutrisi seperti kehilangan protein kronis (karena kwashiorkor,

nephrosis, penyakit celiac, dan penyebab lain dari malabsorpsi), kekurangan zat

besi yang parah dan defisiensi tembaga.5,6


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15

5. Perubahan warna rambut akibat penyakit sistemik, penyakit sindrom dan

autoimun.

Kanitis prematur juga dikaitkan dengan berbagai kondisi patologi termasuk

sindrom progeroid segmental, vitiligo, hipotiroid, defisiensi vitamin, mineral dan

obat-obatan. Selain itu gambaran patologi yang tidak terkait usia seperti Sindrom

Werner dan Sindrom Hutchinson-Gilford (progeria) menunjukkan gambaran klinis

prematur dengan karakteristik tertentu dari penuaan normal seperti katarak,

osteoporosis, aterosklerosis, kulit atopi, dan kanitis prematur.4,24,29

Beberapa penyakit sistemik dapat secara tidak langsung mempengaruhi

warna rambut yang dapat terjadi pada penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa,

vitiligo, penyakit Addison, Grave Disease, hipogonadisme prematur, dan sindrom

Werner berhubungan dengan perkembangan kanitis prematur. Lima puluh lima

persen pasien dengan anemia pernisiosa ditemukan mendapatkan rambut beruban

sebelum usia 50 tahun, dibandingkan dengan hanya 30% pada kelompok kontrol.6,16

Sejumlah penelitian telah berusaha untuk menilai hubungan antara rambut

kanitis prematur dan risiko infark miokard, osteoporosis, dan masa hidup yang

singkat. Setelah mengendalikan faktor risiko koroner, Kopenhagen City Heart

Study menemukan bahwa terdapat peningkatan risiko infark miokard pada pria

dengan rambut beruban dini sebagian dan seluruhnya dibandingkan dengan laki-

laki tanpa kanitis prematur.27,33,34 Penelitian lain menunjukkan hubungan antara

rambut kanitis prematur dan penyakit kardiovaskuler.29,30

Beberapa penelitian menunjukkan rambut kanitis prematur yang terjadi

sebelum usia 40 tahun menjadi indikator penting dari kepadatan tulang yang rendah

dan osteopenia.36,37 Selain itu, rambut kanitis prematur telah terbukti kurang sering


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16

terjadi pada kelompok ras dengan kepadatan tulang yang lebih tinggi, menunjukkan

hubungan genetik yang mungkin terjadi pada kondisi ini. Kemungkinan suatu

penyebab yang tidak diketahui yang mempercepat kedua kondisi diatas perlu

dipelajari lebih lanjut.24,36,37

Sejumlah penelitian telah berusaha untuk menilai hubungan antara rambut

kanitis prematur dan risiko infark miokard, osteoporosis, dan masa hidup yang

singkat. Setelah mengendalikan faktor risiko koroner, Kopenhagen City Heart

Study menemukan bahwa terdapat peningkatan risiko infark miokard pada pria

dengan rambut beruban dini sebagian dan seluruhnya dibandingkan dengan laki-

laki tanpa kanitis prematur.27,33,34 Penelitian lain menunjukkan hubungan antara

rambut kanitis prematur dan penyakit kardiovaskuler.29,30

Beberapa penulis telah melaporkan rambut kanitis prematur menjadi faktor

risiko yang signifikan untuk penyakit arteri koroner (CAD).33,34 Dwivedi dkk.

melaporkan bahwa pasien CAD muda yang perokok berat juga mengembangkan

rambut kanitis prematur dan kebotakan. Mereka menyebutkan bahwa timbulnya

rambut kanitis prematur pada perokok kronis menunjukkan risiko lebih tinggi untuk

CAD dibandingkan yang normal.34,35

2.1.5 Gambaran Klinis

Kanitis biasanya lebih kasar, kaku, dan sulit ditangani daripada rambut

berpigmen. Gao dkk melaporkan bahwa rambut kanitis mengalami kerusakan UV

lebih parah dan membutuhkan perlindungan UV lebih dari rambut berwarna

gelap.5,8 Rambut kanitis sering gagal bertahan lama dalam pewarnaan baik

sementara maupun permanen.7,9


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17

Insiden rambut kanitis muncul terlepas dari jenis kelamin dan warna rambut.

Pada pria, kanitis biasanya dimulai dari area pelipis dan cambang. Pada wanita

biasanya akan dimulai dari sekitar batas rambut depan. Secara bertahap, rambut

kanitis akan meluas ke puncak kepala, sisi kepala dan belakang kepala. Tingkat di

mana warna rambut seorang individu berubah abu-abu tergantung pada genetika.

Tingkat timbulnya kanitis sangat bervariasi, tidak hanya tergantung dari berbagai

area dikulit kepala namun juga seluruh tubuh.3,5,9

Terdapat sebuah studi di India yang melibatkan 52 kasus kanitis prematur

yang timbul sebelum usia 20 tahun dan kontrol dengan jumlah yang sama

seusianya. Pada studi ini didapatkan onset usia timbulnya kanitis prematur paling

awal adalah 3 tahun dan rata-rata onset usia timbulnya kanitis prematur adalah

sebelum 16 tahun. Onset awal timbul kanitis dinilai dari lokasi tersering yaitu area

frontal sebesar 48.1%, diikuti dengan area vertex, oksipital dan temporal sebesar

34.6%, 13.5% dan 3.8%. Tidak satu pun dari kasus memiliki keterlibatan rambut

wajah atau jambang selain rambut kulit kepala. Daerah lain seperti bulu mata,

jenggot, kumis, cambang dan aksila atau lipat paha tidak terlihat pada satupun

subjek penelitian.21

Hal ini kontras dengan pola beruban fisiologis yang dimulai dari daerah

temporal dan cambang untuk pria dan wanita pada batas kulit kepala. Hal ini

mendorong hipotesis bahwa kanitis prematur memiliki entitas yang berbeda dan

tidak hanya menjadi bagian dari beruban fisiologis, meskipun kedua kondisi

menyatu pada usia lanjut.21


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18

2.1.6 Diagnosis dan Penilaian Derajat Keparahan Kanitis Prematur

Diagnosis kanitis prematur terutama berdasarkan pemeriksaan klinis.

Pemeriksaan tertentu seperti serum vitamin B12, asam folat, dan profil tiroid dapat

dilakukan pada individu dengan onset sangat awal serta tidak adanya riwayat

keluarga.36,37

Terdapat kebutuhan yang besar terhadap sistem penilaian yang bersifat

universal, objektif, dan dapat diandalkan dalam menilai derajat, tingkat keparahan

dan perkembangan kanitis prematur. Hal ini akan sangat membantu dalam

memastikan hubungan kanitis prematur dan faktor etiologi yang dicurigai dan juga

berfungsi sebagai patokan untuk penilaian efektivitas modalitas terapi. Penilaian

berdasarkan skor harus diperhatikan, mengingat berbagai area dikulit kepala dinilai

dengan pengukuran yang objektif mengenai tingkat atau jumlah rambut kanitis di

setiap area. Selain itu, sistem penilaian ideal seharusnya dapat menggambarkan

perkembangan rambut kanitis dari waktu ke waktu.14,34-38

Terdapat beberapa studi sebelumnya yang menilai derajat keparahan kanitis

prematur. Sebuah studi di India pernah dilakukan oleh Bhat dkk, yang meliputi

hanya 35 subjek (kasus dan kontrol) berusia kurang dari 20 tahun yang menilai

munculnya kanitis prematur. Dalam studi ini, penilaian kanitis prematur ditegakkan

berdasarkan pemeriksaan klinis dengan munculnya minimal 5 helai rambut uban

pada kulit kepala.14 Kulit kepala dibagi menjadi zona yang berbeda dan jumlah

beruban di setiap zona dapat dihitung sebagai persentase uban yang muncul

misalnya 1 atau 2 cm2. Satuan luas ini dapat dipilih sebagai bagian representatif

dari masing-masing zona misalnya, daerah yang menunjukkan beruban maksimum

di zona itu.14


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19

Sistem penilaian individu telah digunakan dalam studi epidemiologi dan

investigasi sebelumnya pada kanitis prematur. Dalam suatu studi di India oleh Bhat

dkk, digunakan format skala perhitungan uban, dimana penilaian dibagi menjadi :

kanitis derajat ringan (≤50 helai rambut uban), kanitis derajat sedang (51-100 helai

rambut uban) dan kanitis derajat berat (>100 helai rambut uban).6,14

Skor subjektif juga telah digunakan dalam dua studi di Korea. Dalam studi

intervensi acak buta ganda terkontrol dengan plasebo yang dilakukan oleh Jo dkk,

sebuah phototrichogram yang dimodifikasi digunakan di mana fotograph makro

dari 1 cm2 area melingkar, 2 cm dari vertex diambil pada awal dan kunjungan lebih

lanjut.6,14

Selain itu terdapat sebuah studi kasus-kontrol selama enam bulan dilakukan

di Hairline International Clinic di India dimana dalam studi ini sebanyak 50 subjek

(usia <25 tahun) dengan kanitis prematur termasuk 50 subjek kontrol seusianya

dilibatkan dalam penelitian tersebut. Dalam studi ini, kanitis prematur didefinisikan

sebagai 5 helai rambut uban atau lebih di kulit kepala pada kelompok usia antara

15 tahun hingga 25 tahun. Sebuah densitometer digunakan untuk menghitung

jumlah uban di daerah temporal, parietal, vertex dan oksipital.39

Selain itu terdapat studi di Turki dan India yang menilai hubungan antara

faktor resiko kardiovaskular dengan terjadinya kanitis prematur. Pada studi ini

digunakan skala gray/white-hair scale untuk menentukan persentase rambut

beruban. Hair whitening score (HWS) didefinisikan sesuai dengan persentase

rambut uban/ putih (HWS 1: hitam murni; HWS 2: hitam>putih; HWS 3:

hitam=putih; HWS 4: putih>hitam; HWS 5: putih alami). Pada presentasi, untuk

mengkategorikan data, skor rambut memutih (HWS) didefinisikan sesuai dengan


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20

persentase rambut putih (HWS 1 (sedikit/jarang): <25%; HWS 2 (ringan): 25-50%;

HWS 3 (sedang): 50-75%: HWS 4 (berat): 75-100%: HWS 5 (total/lengkap):

100%). Usia onset awal timbulnya uban, riwayat keluarga dan persentase

kerontokan rambut juga ditentukan.34,40,41

Gambar 2.1 : Skala Hair whitening score (HWS) yang digunakan untuk menilai persentase
derajat keparahan kanitis prematur. Dikutip sesuai aslinya dari kepustakaan no.33

2.1.7 Diagnosis Banding

Kanitis prematur dapat didiagnosis banding dengan :

Sindrom Premature Aging (SPA)

Sindrom Premature graying of hair ditemukan pada beberapa kelainan

genetik yang termasuk SPA diantaranya seperti Sindrom Werner’s (SW) yang

diwariskan secara autosomal recessive dengan manifestasi klinis pada kulit yang

dimulai pada usia dekade ketiga berupa perubahan sklerodermoid dengan atrofi

jaringan subkutan dan otot pada ekstremitas distal dan wajah, soft tissue wasting,

rambut tipis/alopesia, kanitis prematur, hiperkeratosis ulserasi, mottled

pigmentation dan telengiektasis.24,29


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21

Gangguan Rambut Hipomelanosis

Kanitis prematur perlu dibedakan dari gangguan rambut hipomelanosis.

Gangguan rambut hipomelanosis biasanya muncul dalam bentuk difus dan

terlokalisasi. Gangguan pigmen meliputi berbagai jenis albinisme okulokutaneus

termasuk Hermansky-Pudlak dan sindrom Chediak-Higashi dan sindrom Tietz.6

Penyakit dengan gangguan transfer melanosom memberikan karakteristik rambut

berwarna perak, diantaranya sindrom Griscelli, Elejalde, and Chediak–Higashi.

CROSS sindrom juga dapat muncul dengan rambut berwarna perak. Pada sindrom

Menkes, rambut jarang dan berwarna terang dengan gambaran seperti sabut baja

dan berhubungan dengan abnormalitas batang rambut. Sindrom metabolik seperti

fenilketonuria, histidinemia, dan homosistinuria juga timbul dengan rambut

berwarna terang. Sindrom Oasthouse, sebuah gangguan metabolisme metionin juga

menggambarkan rambut berwarna terang dan edema yang rekuren.24,29

Poliosis

Pemutihan rambut lokalisata, yang dikenal sebagai poliosis, dapat terjadi

pada vitiligo, piebaldism, sindrom Wardenburg, sindrom Woolf, sindrom

Ziprkowski Margolis, dan tuberous sklerosis. Rambut putih didapat secara

lokalisata menuntut dokter untuk mencari penyebab depigmentasi kulit yang

mendasari untuk menyingkirkan vitiligo.6 Sebuah laporan dari timbulnya rambut

beruban secara tiba-tiba dalam semalam (kanitis subita) telah dikaitkan dengan

vitiligo, telogen effluvium, dan alopesia areata. Sebuah episode akut alopesia areata

dapat muncul dengan rambut beruban yang timbul mendadak dalam semalam akibat

target yang sama pada rambut berpigmen yang disebabkan oleh gangguan

autoimun, dimana hal ini tidak pernah terjadi pada rambut kanitis sejati.24,29


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22

2.1.8 Penatalaksanaan

Terapi pada rambut kanitis prematur adalah tergantung pada penyebab dari

terjadinya kanitis. Rambut kanitis prematur yang diinduksi obat dapat kembali

seperti semula dengan penghentian atau pengurangan dosis agen penyebab,

sedangkan kanitis yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan hipotiroidisme

berpotensi untuk kembali seperti semula dengan pemberian vitamin dan

hormon.36,37

Meskipun penelitian molekuler yang ekstensif terus dilakukan untuk

memahami patogenesis kanitis prematur, pilihan pengobatan masih tetap jauh dari

memuaskan dan tidak ada terapi efektif yang tersedia. Beberapa terapi oral telah

dicoba dengan hasil yang tidak konsisten. Beberapa laporan dari pengobatan yang

berhasil adalah studi anekdot dan tidak pernah dikonfirmasi oleh uji coba lain. Hal

ini mengejutkan mengingat sejumlah besar pasien dengan kanitis prematur datang

ke rawat jalan departemen dermatologi dengan dampak psikologis dan sosial yang

mendalam akibat tanda penuaan dini. Sehingga, pasien secara sembarangan sering

diresepkan suplemen gizi yang mengandung berbagai kombinasi vitamin dan

mineral seperti biotin, kalsium pantothenate, seng, tembaga, dan selenium. Namun,

sampai saat ini, tingkat bukti ilmiah dalam literatur yang diterbitkan untuk

keberhasilan berbagai suplemen ini masih rendah.5,6

Warna rambut dianggap penting untuk fungsi sosial, sehingga berbagai

strategi telah dikembangkan untuk menyembunyikan, mencegah atau

mengembalikan rambut beruban. Penggunaan mineral, tanaman dan serangga untuk

mewarnai rambut didokumentasikan dalam artefak arkeolog pada sekitar 1500 SM,

dan pewarnaan rambut sangat populer saat ini dengan menggunakan berbagai


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23

pewarna rambut dan proses kimia. Bahan-bahan alami seperti minyak kelapa, daun

kari, bayam dan gooseberry serta asam amino dan nutrisi yang digunakan dalam

tradisi masyarakat tertentu yang efektivitasnya masih diteliti.2

Dengan tidak adanya cara alami untuk mengembalikan rambut beruban,

pewarna rambut masih menjadi andalan dalam mengatasi kehilangan warna rambut.

Jenis utama dari pewarna rambut yang digunakan saat ini adalah: pewarna rambut

sementara (pewarna tekstil), pewarna alami (henna), semi permanen (pewarna

langsung dengan berat molekul rendah), dan permanen (amina aromatik).3,7,9

Produk yang lebih baru untuk pewarnaan rambut yang sedang

dikembangkan misalnya pigmen yang dikemas dalam liposom. Belum ada bukti

ilmiah bahwa setiap suplemen, bahan herbal atau produk diet tertentu bisa

memperlambat, atau menghentikan rambut kanitis pada manusia.2

2.2 Kualitas Hidup Subjek Yang Mengalami Kanitis Prematur

2.2.1 Definisi
Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah keadaan

sejahtera secara fisik, mental, dan sosial bukan hanya sekedar tidak adanya penyakit

maupun cacat.16 Kemajuan medis yang semakin modern meningkatkan

kesembuhan dan menekan angka kematian, oleh sebab itu penting untuk mengukur

kesehatan tidak hanya dalam aspek penyelamat kehidupan tetapi juga kualitas hidup

mereka.41,42

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) tahun 2011,

kualitas hidup atau Quality of Life (QOL) adalah sebuah konsep multidimensi luas

yang mencakup evaluasi subjektif dari kehidupan. Kualitas hidup merupakan suatu

konsep yang dinilai dari berbagai aspek dan informasi tentang kesehatan fisik,


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24

sosial dan psikologis dimana sehat tidak hanya bebas dari penyakit, tetapi individu

juga harus mampu menjalani hidup secara produktif dan dapat menikmatinya.41,42

Kualitas hidup seseorang meliputi faktor-faktor seperti kesehatan fisik,

fungsional, emosional, dan intelektual, kerja, keluarga, teman dan lain-lain.

Beberapa peneliti membedakannya menjadi dua faktor utama yaitu: faktor objektif

dan faktor subjektif yang mempengaruhi kualitas hidup. Faktor objektif berkenaan

dengan diagnosis medis/psikologis, hasil tes laboratorium dan indikator dari status

sosial-ekonomi, sedangkan faktor subjektif meliputi penafsiran diri terhadap

kondisi fisik, mental, situasi sosial dan hubungan personal.43,44

2.2.2 Aspek Psikologis dari Kanitis Prematur

Mengingat peran penting rambut dalam komunikasi sosial, kanitis prematur

memiliki efek samping yang signifikan pada penampilan, harga diri, dan

penerimaan sosial budaya dari individu yang terkena. Kanitis prematur umumnya

tidak menular dan mengancam jiwa, namun penyakit ini memiliki dampak yang

signifikan pada penderitanya diantaranya terhadap kualitas hidup, dengan

melibatkan berbagai aspek dalam kehidupan mencakup efek fisik, psikologis,

psikososial dan emosional.41,42

Sebagian besar pasien akan mengalami masalah psikologis yang terkait

dengan penampilan fisik karena rambut uban yang timbul lebih dini dan dapat

terlihat, sehingga pasien merasa malu dengan penampilannya.6 Individu yang

terkena sering mengalami stigma sosial sehingga memberikan dampak negatif

dalam hubungan personal, pekerjaan dan karir.16,17 Adanya stigma yang

berkembang dalam masyarakat, menyebabkan terjadinya suatu penolakan dan


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25

penarikan diri pasien dari lingkungan sosial dimana hal ini dapat mempengaruhi

kualitas hidup penderita.13,16,17

Kanitis prematur dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien dengan

mengganggu kondisi mental pasien, penerimaan diri, kemampuan untuk berfungsi

secara sosial, dan kemampuan beradaptasi. Memperbaiki kualitas hidup sama

pentingnya dengan keberhasilan dalam pengobatan. Sehingga dengan

meningkatkan kualitas hidup, akan membantu membangun suatu hubungan dokter

dan pasien untuk memberikan suatu kontrol yang lebih baik pada keseluruhan aspek

penyakit.38,45

Sebuah studi kasus-kontrol selama enam bulan dilakukan di Hairline

International Clinic di India dimana dalam studi ini sebanyak 50 subjek (usia <25

tahun) dengan kanitis prematur termasuk 50 subjek kontrol seusianya dilibatkan

dalam penelitian tersebut. Studi ini menilai hubungan antara kanitis prematur

dengan gaya hidup dan kebiasaan makan yang tidak teratur. Gaya hidup dinilai

melalui anamnesis dengan pasien. Dari studi ini didapatkan bahwa sejumlah besar

pasien dengan kanitis prematur sebesar 0.5% memiliki gaya hidup monoton

dibandingkan dengan mereka yang menikmati gaya hidup yang dinamis. Penelitian

ini juga melaporkan proporsi yang signifikan sebanyak 0.88% dari pasien dengan

kanitis prematur yang memiliki kebiasaan makan yang tidak teratur dibandingkan

dengan mereka dengan kebiasaan makan yang teratur. Studi ini juga melaporkan

terdapat hubungan yang signifikan antara kanitis prematur dan merokok seperti

halnya dengan studi yang pernah dilakukan sebelumnya. Hasil dari studi ini secara

tidak langsung menunjukkan penurunan kualitas hidup pada penderita kanitis

prematur dibandingkan kelompok kontrolnya. 38,45


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26

2.2.3 Penilaian Kualitas Hidup Penderita Kanitis Prematur dengan Body Image

Questionnaires (BIQ)

Kualitas hidup umumnya diukur dengan menggunakan kuesioner yang telah

divalidasi. Beberapa instrumen telah didesain untuk digunakan pada berbagai

penyakit, khas untuk gangguan kulit atau memfokuskan pada satu penyakit tertentu.

Body Image Questionnaires (BIQ) merupakan kuesioner yang khusus menilai

dampak penampilan diri pada individu terhadap rasa percaya diri dan pengaruhnya

dalam kehidupan sehari-hari dimana hal ini akan mempengaruhi kualitas hidup

seseorang. BIQ pertama kali dikembangkan oleh Michele Koleck dkk pada tahun

1987 di Perancis dimana kuesioner ini bertujuan untuk menilai dimensi persepsi,

perasaan, dan sikap seseorang terhadap tubuhnya atau bagian dari tubuhnya,

dimana pertanyaan dalam kuesioner mencakup jenis kelamin individu, status

kesehatannya dan perasaan emosional yang dirasakan berkaitan dengan tampilan

tubuh atau bagian tubuhnya.38

Kuesioner ini awalnya berisi 19 pertanyaan yang berisi pertanyaan seputar

kesehatan, rasa percaya diri, perasaan takut, rasa kuatir, marah, rasa gembira dan

lainnya yang berkaitan dengan penampilan atau bagian tubuh yang tidak disukai.

Kuesioner ini telah dipakai untuk berbagai kondisi kesehatan dan psikologi. Tujuan

kuesioner ini adalah untuk menilai dan mengeksplorasi hubungan antara dimensi

persepsi gambaran tubuh atau bagian tubuh serta skala respon sikap. Selain itu

kuesioner ini juga bertujuan untuk menilai hubungan penampilan diri dengan rasa

penerimaan terhadap kondisi atau kekurangan tertentu baik dalam bentuk penyakit

maupun kondisi tertentu pada berbagai kelompok pasien.38


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27

Saat ini BIQ telah banyak mengalami penyesuaian dan dapat dipakai oleh

berbagai kelompok usia dan dapat disesuaikan dengan berbagai kondisi kesehatan,

telah dipakai diberbagai negara serta telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa.

BIQ saat ini terdiri dari 15 pertanyaan yang mencakup pertanyaan seputar gambaran

diri atau bagian tubuh yang tidak disukai atau yang mengganggu penampilan sehari-

sehari, perasaan dan emosi, frekuensi dan waktu yang dihabiskan terkait kondisi

yang dialami, hubungan personal dan sosial, kemampuan berkerja atau belajar

terkait kondisi yang dialami, serta tindakan yang sudah pernah dan akan dilakukan

terkait kondisi yang dialami.38

Hasil penilaian kuesioner digambarkan dengan memberikan skor untuk

setiap domain. Domain yang dinilai dari setiap pertanyaan memiliki lima tanggapan

alternatif seperti: “tidak mengganggu”, “kadang mengganggu”, “mengganggu” dan

“sangat mengganggu” dengan rentang skor 0 hingga 8. Skor total dihitung dengan

menjumlahkan nilai dari setiap pertanyaan, dimana skor yang lebih tinggi mewakili

penurunan lebih besar dari kualitas hidup. Semakin tinggi skor, semakin terganggu

kualitas hidup pasien. Kuisioner ini mudah dimengerti dan dapat langsung

diberikan kepada pasien untuk diisi tanpa penjelasan lebih lanjut. Kuisioner ini

biasanya diselesaikan dalam waktu 1 sampai 3 menit.38

Mengukur hubungan kanitis prematur terhadap kualitas hidup dapat

membantu seorang dokter yang bertanggungjawab dalam penatalaksanaan pasien

kanitis prematur untuk memahami penyakit dari persepsi pasien. Dalam penelitian

klinis, obat-obatan baru semakin sering dievaluasi menurut dampak terapi terhadap

kualitas hidup. Dalam praktek klinis, memahami bagaimana hidup pasien


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28

dipengaruhi oleh kanitis prematur dapat membantu dalam menentukan

penatalaksanaan yang paling tepat dan sesuai untuk pasien.


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29

2.3 Kerangka Teori


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30

2.4 Kerangka Konsep

Usia

Kualitas Hidup
Jenis Kelamin

Derajat
Keparahan

2.5 Hipotesis Penelitian

2.5.1 Hipotesis mayor

Terdapat hubungan antara kanitis prematur dengan kualitas hidup.

2.5.2 Hipotesis minor

1. Terdapat hubungan antara kualitas hidup dengan usia subjek yang

mengalami kanitis prematur.

2. Terdapat hubungan antara kualitas hidup dengan jenis kelamin subjek yang

mengalami kanitis prematur.

3. Terdapat hubungan antara kualitas hidup dengan derajat keparahan kanitis

prematur


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu studi analitik observasional dengan rancangan

potong lintang (cross sectional).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2017 hingga Agustus 2017, bertempat

di SMA Negeri 1 Medan, SMA Harapan 3 Medan dan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara Medan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Target

Subjek laki-laki dan perempuan yang mengalami kanitis prematur dan yang tidak

mengalami kanitis prematur dan berusia antara 15-25 tahun.

3.3.2 Populasi Terjangkau

Subjek yang mengalami kanitis prematur dan yang tidak mengalami kanitis

prematur di SMA Negeri 1 Medan, SMA Harapan 3 Medan dan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan yang dilakukan pemeriksaan pada

bulan Januari 2017 hingga Agustus 2017.

3.3.3 Sampel Penelitian

Populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi :

1. Berusia antara 15-25 tahun.

2. Bersedia ikut serta dalam penelitian dan menandatangani informed consent.

Kriteria Eksklusi :

1. Subjek yang mengalami Sindrom Premature Aging yang didiagnosis

berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis.

2. Subjek yang mengalami gangguan rambut hipomelanosis yang didiagnosis

berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis.

3. Subjek yang mengalami poliosis yang didiagnosis berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan klinis.

4. Subjek yang mengalami kanitis prematur disertai gangguan psikiatri (ansietas

dan depresi) yang didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis.

3.5 Besar Sampel

Untuk menghitung besar sampel penelitian, maka digunakan rumus berikut :

n = (Zα)2 PQ

d2

Zα : deviat baku alfa, untuk α = 0,05 maka Zα = 1,96


P : Perkiraan prevalensi variabel yang diteliti (kepustakaan 36% = 0,36)
d : presisi / tingkat ketetapan absolut yang dikehendaki, ditetapkan 10 % (0,1)
Q : 1- P

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

n = (Zα)2 PQ

d2

n = (1,96)2 x 0,36 x 0,64

(0,1)2

= 88,4

Berdasarkan hasil perhitungan, maka jumlah total sampel minimal adalah 89 orang

dengan jumlah minimal sampel untuk subjek dengan kanitis prematur adalah 32 orang

(36% dari total sampel minimal). Pada hasil penelitian ini total jumlah sampel yang

didapat adalah 177 orang dimana subjek dengan kanitis prematur yang didapat adalah

63 orang.

3.6 Cara Pengambilan Sampel Penelitian

Cara pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan metode consecutive

sampling.

3.7 Identifikasi Variabel

3.7.1 Variabel bebas : kanitis prematur.

3.7.2 Variabel terikat : kualitas hidup

3.8 Cara Penelitian

3.8.1 Pencatatan data dasar dilakukan oleh peneliti di lokasi tempat pengambilan

sampel penelitian. Pencatatan data dasar meliputi identitas sampel penelitian,

anamnesis dan pemeriksaan klinis. Penentuan diagnosis kanitis prematur

berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis pada rambut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

3.8.2 Pengisian kuesioner Body Image Questionnaires (BIQ)

Subjek yang terpilih melakukan pengisian kuesioner dibantu oleh peneliti untuk

menilai kualitas hidup berdasarkan Body Image Questionnaires (BIQ) yang

terdiri dari 15 pertanyaan yang terdiri atas beberapa kriteria yaitu: pertanyaan

seputar gambaran diri atau bagian tubuh yang tidak disukai atau yang

mengganggu penampilan sehari-sehari, perasaan dan emosi, frekuensi dan

waktu yang dihabiskan terkait kondisi yang dialami, hubungan personal dan

sosial, kemampuan berkerja atau belajar terkait kondisi yang dialami, serta

tindakan yang sudah pernah dan akan dilakukan terkait kondisi yang dialami.

3.8.3 Penilaian kuesioner Body Image Questionnaires (BIQ)

Subjek yang terpilih bersedia dilakukan penilaian kuesioner oleh peneliti.

Domain yang dinilai dari setiap pertanyaan memiliki lima tanggapan alternatif

seperti: “tidak mengganggu”, “kadang mengganggu”, “mengganggu” dan

“sangat mengganggu” dengan rentang skor 0 hingga 8. Skor total dihitung

dengan menjumlahkan nilai dari setiap pertanyaan, dimana skor yang lebih

tinggi mewakili penurunan kualitas hidup. Semakin tinggi skor, semakin

terganggu kualitas hidup pasien. Kualitas hidup dinyatakan baik apabila

didapatkan skor ≤ 24 dan kualitas hidup dinyatakan buruk apabila skor > 24.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

3.8.4 Uji validitas dan uji reliabilitas

Penelitian ini menggunakan data primer dengan alat bantu kuesioner. Sebelum

penelitian dilakukan, kuesioner telah diuji coba terlebih dulu oleh peneliti pada

populasi yang memiliki karakteristik hampir sama. Uji coba kuesioner

(instrumen) bertujuan untuk mengukur validitas dan reliabilitas. Berdasarkan

uji validitas dan reliabilitas didapatkan nilai Cronbach’s Alpha untuk jenis

pertanyaan subjektif adalah 0,87 dan untuk jenis pertanyaan emosional adalah

0,935. Nilai-nilai ini menunjukkan bahwa semua pertanyaan-pertanyaan

tersebut adalah valid dan reliabel.

3.9 Definisi Operasional

3.9.1 Kanitis prematur : Rambut uban yang muncul sebelum usia 25 tahun. Diagnosis

kanitis prematur ditegakkan peneliti dan pembimbing di lokasi tempat

pengambilan sampel penelitian.

Cara ukur : Anamnesis dan pemeriksaan klinis.

Hasil ukur : Kanitis prematur dan non kanitis prematur

Skala ukur : Nominal

3.9.2 Usia: Rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, usia dihitung berdasarkan

tanggal lahir, apabila lebih besar dari 6 bulan dilakukan pembulatan ke atas dan

apabila lebih kecil dari 6 bulan dilakukan pembulatan ke bawah.

Cara ukur : Kuesioner


Hasil ukur : Berdasarkan nilai mean dari distribusi data usia dan dinyatakan
dalam tahun
Skala ukur : Ordinal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

3.9.3 Jenis Kelamin : Perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis

sejak seseorang lahir.

Cara ukur : Anamnesis


Hasil ukur : Subjek laki-laki
Subjek perempuan
Skala ukur : Nominal

3.9.4 Derajat Keparahan Kanitis Prematur: Penilaian tingkat keparahan kanitis

prematur pada subjek penelitian yang terpilih.

Cara ukur : Format skala perhitungan uban


Hasil ukur : Derajat ringan (≤50 helai rambut uban)
Derajat sedang (51-100 helai rambut uban)
Derajat berat (>100 helai rambut uban)
Skala ukur : Ordinal

3.9.5 Kualitas hidup (QOL)

Suatu konsep yang dinilai dari berbagai aspek dan informasi tentang kesehatan

fisik, sosial dan psikologis dimana sehat tidak hanya bebas dari penyakit, tetapi

individu juga harus mampu menjalani hidup secara produktif dan dapat

menikmatinya.

Cara ukur : Kuesioner Body Image Questionnaires (BIQ)


Hasil ukur : Kualitas hidup baik : skor ≤ 24
Kualitas hidup buruk : skor > 24
Skala ukur : Ordinal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

3.10 Kerangka Operasional

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

3.11 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang didapat diolah dan dianalisa secara analitik untuk melihat distribusi

frekuensi kualitas hidup pada subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis

prematur berdasarkan masing-masing karakteristik dan selanjutnya disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisis dilakukan dengan menggunakan perangkat

lunak pengolah data. Untuk menganalisis hubungan antar variabel digunakan uji chi

square dengan level kebermaknaan < 0,05.

3.12 Ethical Clearance

Penelitian ini sudah memperoleh ethical clearance dengan surat

No.18/TGL/KEPK/FKUSU/RSUPHAM/2017 tertanggal 26 januari 2017 dari komite

etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Adam Malik Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini telah dilakukan pengisian kuesioner Body Image

Questionnaires (BIQ) yang berhubungan dengan kualitas hidup subjek yang

mengalami kanitis prematur terhadap 177 orang, yang dimulai dari bulan Januari 2017

hingga Agustus 2017. Semua subjek penelitian telah menjalani anamnesis,

pemeriksaan klinis, dan mengisi kuesioner Body Image Questionnaires (BIQ) untuk

selanjutnya dinilai hasil serta ditentukan skornya.

4.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik subjek yang mengalami kanitis prematur berdasarkan usia, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, berdasarkan derajat keparahan dan lama menderita kanitis

prematur dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.

4.1.1 Karakteristik berdasarkan usia

Tabel 4.1 Distribusi subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis
prematur berdasarkan usia

Kanitis Non Kanitis Total


Usia
n % n % n %
≤ 17 tahun 43 40.2% 64 59.8% 107 100.0%
> 17 tahun 20 28.6% 50 71.4% 70 100.0%

Total 63 35.6% 114 64.4% 177 100.0%

Tabel 4.1 menunjukkan distribusi subjek yang mengalami kanitis prematur dan

non kanitis prematur berdasarkan rentang usia dimana didapatkan mayoritas subjek

39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

yang mengalami kanitis prematur dijumpai pada kelompok usia kurang dari 17 tahun

(40.2%) diikuti dengan kelompok usia lebih dari 17 tahun sebesar 28.6%. Sedangkan

pada kelompok non kanitis prematur mayoritas berusia lebih dari 17 tahun (71.4%) dan

diikuti yang berusia kurang dari 17 tahun (59.8%). Berdasarkan data sampel penelitian,

pada penelitian ini onset usia paling awal subjek mengalami kanitis prematur adalah 9

tahun, dan rentang usia sampel pada penelitian ini paling muda adalah 15 tahun dan

usia paling tua adalah 25 tahun. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa subjek yang

mengalami kanitis prematur lebih banyak terjadi pada usia pubertas.

Kanitis prematur merupakan masalah yang cukup menonjol di kalangan umum,

terutama paling sering mempengaruhi usia muda. Pada penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh McDonough dkk menyebutkan kanitis prematur merupakan istilah yang

digunakan apabila rambut beruban muncul sebelum usia 20 tahun pada ras Kaukasia,

sebelum usia 25 tahun pada ras Asia, dan sebelum usia 30 tahun pada ras Afrika, yang

melibatkan proses kompleks seperti variasi genetik, hormonal dan faktor

lingkungan.6,7,9

Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian lainnya yang

dilakukan oleh Phandi dkk yang menyebutkan bahwa kanitis prematur pada ras Asia

sebanyak 88.5% muncul pada usia sebelum 25 tahun.21 Studi lainnya oleh Deepasheree

dkk di India juga menyebutkan bahwa onset usia timbulnya kanitis prematur yang

didapat paling awal adalah 3 tahun dan rata-rata onset usia timbulnya kanitis prematur

adalah sebelum usia 16 tahun.29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

4.1.2 Karakteristik berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.2 Distribusi subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis
prematur berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kanitis Non kanitis Total


Kelamin n % n % n %
Laki-laki 35 45.5% 42 54.5% 77 100.0%
Perempuan 28 28.0% 72 72.0% 100 100.0%

Total 63 35.6% 114 64.4% 177 100.0%



Dari tabel 4.2 didapatkan distribusi berdasarkan jenis kelamin subjek yang

mengalami kanitis prematur dan non kanitis prematur. Pada penelitian ini mayoritas

subjek yang mengalami kanitis prematur paling banyak adalah laki-laki (45.5%),

sedangkan pada perempuan sebesar 28.0 %. Sedangkan pada kelompok non kanitis

prematur mayoritas subjek adalah perempuan sebesar 72.0% sedangkan pada laki-laki

sebesar 54.5 %. Namun secara keseluruhan distribusi subjek baik kanitis prematur

maupun non kanitis prematur berdasarkan jenis kelamin didapatkan mayoritas

terbanyak adalah perempuan.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Deepasheree dkk dimana prevalensi terjadinya kanitis prematur lebih banyak terjadi

pada perempuan (51.9%) dibandingkan laki-laki (48.1%) dari total masing-masing 52

kasus dan kontrol.14,21

Dari penelitian lainnya oleh Hyoseung dkk di Korea yang menilai hubungan

kanitis prematur dengan riwayat keluarga dan gaya hidup disebutkan bahwa tidak

terdapat predileksi jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan.27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

Studi lainnya oleh Bhat dkk di India yang menilai profil subjek yang mengalami

kanitis prematur didapatkan rasio perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah

1:1 yang mengindikasikan tidak adanya predileksi jenis kelamin.29

4.1.3 Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 4.3 Distribusi subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis prematur
berdasarkan tingkat pendidikan
Kanitis Non kanitis Total
Pendidikan
n % n % n %
Perguruan
21 31.3% 46 68.7% 67 100.0%
Tinggi

SMA 42 38.2% 68 61.8% 110 100.0%


Total 63 35.6% 114 64.4% 177 100.0%

Dari tabel 4.3 didapatkan distribusi berdasarkan tingkat pendidikan subjek yang

mengalami kanitis prematur dan non kanitis prematur. Pada penelitian ini didapatkan

hasil berdasarkan tingkat pendidikan pada subjek kanitis prematur mayoritas adalah

siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebanyak 38.2% dan pada mahasiswa

Perguruan Tinggi sebanyak 31.3%. Pada kelompok subjek non kanitis prematur

mayoritas adalah siswa Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 68.7% sedangkan siswa

Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 61.8%. Secara keseluruhan distribusi subjek

baik kanitis prematur maupun non kanitis prematur berdasarkan tingkat pendidikan

mayoritas adalah pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini menunjukkan

bahwa kanitis prematur lebih banyak terjadi pada tingkat pendidikan yang lebih rendah

dibandingkan mereka dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi. Hal ini juga sesuai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

dengan hasil yang didapatkan berdasarkan distribusi usia dimana kanitis prematur

paling banyak didapatkan pada usia kurang dari 17 tahun.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh

Deepasheree dkk dan Phandi dkk terkait usia, hal ini mungkin terjadi dikarenakan

kanitis prematur lebih banyak ditemukan pada subjek usia pubertas.21,29

Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Bhat dkk juga didapatkan bahwa

kanitis prematur lebih sering terjadi pada subjek di Sekolah Menengah Atas

dibandingkan Perguruan Tinggi dengan usia rata-rata onset terjadinya kanitis prematur

adalah 15 tahun.29

4.1.4 Karakteristik berdasarkan lama menderita kanitis prematur

Tabel 4.4 Distribusi subjek yang mengalami kanitis prematur berdasarkan lama
menderita kanitis prematur

Lama Menderita n %
< 5 thn 42 66.6

5-10 th 18 28.6

> 10 th 3 4.8

Total 63 100.0

Dari tabel di atas, berdasarkan lama menderita kanitis prematur didapatkan

hasil subjek yang mengalami kanitis prematur paling banyak pada rentang usia kurang

dari 5 tahun (66.6 %), diikuti lama menderita selama 5-10 tahun (28.6%) dan persentase

terendah dijumpai pada kelompok subjek yang mengalami kanitis prematur selama >10

tahun sebanyak 4.8%. Hasil penelitian ini menunjukkan rentang waktu subjek yang

mengalami kanitis prematur paling banyak adalah kurang dari 5 tahun. Hal ini mungkin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

terjadi dimana berdasarkan data penelitian onset usia awal terjadinya kanitis prematur

pada subjek penelitian ini adalah sekitar 9 tahun dan mayoritas usia subjek pada

penelitian ini adalah kurang dari 17 tahun sehingga didapatkan hasil subjek yang

mengalami kanitis prematur dengan rentang waktu lama menderita yang belum terlalu

lama.

Hal ini sesuai dengan studi sebelumnya yang dilakukan oleh Bhat dkk dimana

didapatkan lama menderita kanitis prematur pada subjek paling banyak adalah kurang

dari 5 tahun.29 Namun hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya

yang didapatkan oleh Deepasheree dkk yang mendapatkan rata-rata rentang waktu

subjek yang mengalami kanitis prematur adalah lebih dari 10 tahun dimana onset usia

paling awal timbulnya kanitis prematur pada studi ini adalah 3 tahun.21

4.1.5 Karakteristik berdasarkan derajat keparahan kanitis prematur

Tabel 4.5 Distribusi subjek yang mengalami kanitis prematur berdasarkan derajat
keparahan kanitis prematur

Derajat Keparahan n %
Ringan 48 76.2

Sedang 10 15.9
Berat 5 7.9
Total 63 100.0

Pada penelitian ini penilaian derajat keparahan kanitis prematur didasarkan

pada adanya minimal 5 helai rambut uban dan digunakan format skala perhitungan

uban, dimana penilaian dibagi menjadi : kanitis prematur derajat ringan (≤50 helai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

rambut uban), kanitis prematur derajat sedang (51-100 helai rambut uban) dan kanitis

prematur derajat berat (>100 helai rambut uban).6,14

Berdasarkan tabel diatas tampak bahwa derajat keparahan kanitis prematur

paling banyak didapat adalah derajat ringan adalah sebesar 76.2% diikuti derajat

sedang sebesar 15.9% dan derajat berat sebesar 7.9% dari total 63 jumlah sampel

kanitis prematur.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Bhat dkk

dimana didapatkan derajat keparahan kanitis prematur paling banyak adalah derajat

sedang sebesar 65.7% dibandingkan dengan derajat ringan atau sedang, dari total

masing-masing 35 jumlah sampel dan kontrol.29

Studi lainnya oleh Hyoseung dkk di Korea yang menilai hubungan antara

kanitis prematur dan kualitas hidup pada subjek dengan usia kurang dari 30 tahun

didapatkan derajat keparahan kanitis prematur paling banyak adalah pada kanitis

prematur derajat berat dibandingkan dengan derajat ringan atau sedang.27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

4.2 Hubungan Antara Kanitis Prematur dengan Kualitas Hidup

4.2.1 Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis prematur
berdasarkan nilai Body Image Questionnaires (BIQ)

Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis prematur

berdasarkan nilai Body Image Questionnaires (BIQ) dapat dilihat pada tabel di bawah

ini.

Tabel 4.6 Distribusi subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis prematur
berdasarkan nilai Body Image Questionnaires (BIQ)

Kanitis Non kanitis Total


Kualitas Hidup Nilai p
n % n % n %

Baik (≤24 ) 12 13.5% 77 86.5% 89 100.0%


0.000
Buruk (>24) 51 58.0% 37 42.0% 88 100.0%
Total 63 35.6% 114 64.4% 177 100.0%

Mengingat peran penting rambut dalam komunikasi sosial, kanitis prematur

memiliki efek samping yang signifikan pada penampilan, harga diri, dan penerimaan

sosial budaya dari individu yang terkena. Kanitis prematur umumnya tidak menular

dan mengancam jiwa, namun penyakit ini memiliki dampak yang signifikan pada

penderitanya diantaranya terhadap kualitas hidup, dengan melibatkan berbagai aspek

dalam kehidupan mencakup efek fisik, psikologis, psikososial dan emosional.41,42

Kualitas hidup umumnya diukur dengan menggunakan kuesioner yang telah

divalidasi. Body Image Questionnaires (BIQ) merupakan kuesioner yang khusus

menilai dampak penampilan diri pada individu terhadap rasa percaya diri dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari dimana hal ini akan mempengaruhi kualitas

hidup seseorang.38

Pada penelitian ini didapatkan kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis

prematur berdasarkan Body Image Questionnaires (BIQ) mayoritas adalah dengan

kualitas hidup buruk sebesar 58.0% sedangkan kualitas hidup baik sebesar 13.5% dari

total 63 subjek kanitis prematur. Sedangkan pada subjek non kanitis prematur

didapatkan kualitas hidup baik sebesar 86.5%, dan kualitas hidup buruk sebesar 42.0%

dari total 114 subjek. Secara keseluruhan dari total 177 subjek (kanitis prematur dan

non kanitis prematur), subjek kanitis prematur memiliki kualitas hidup yang lebih

buruk dibandingkan dengan subjek non kanitis prematur. Berdasarkan uji statistik

didapatkan hubungan yang signifikan antara kejadian kanitis prematur dengan kualitas

hidup dengan nilai P<0.05.

Hasil penelitian ini memberikan hasil yang tidak jauh berbeda dengan studi

sebelumnya yang dilakukan oleh Jin Jo dkk di Korea yang menilai hubungan antara

kanitis prematur dengan gaya hidup. Dari studi ini didapatkan bahwa sejumlah besar

pasien dengan kanitis prematur (yaitu sebesar 0.5% dari total sampel 52 subjek kanitis

prematur dan kontrol dengan jumlah yang sama), memiliki gaya hidup monoton

dibandingkan dengan mereka yang menikmati gaya hidup yang dinamis. Hasil dari

studi ini menunjukkan penurunan kualitas hidup pada penderita kanitis prematur

dibandingkan dengan kelompok kontrolnya.37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

Studi lainnya oleh Chakrabarty di India yang menilai faktor-faktor yang

berperan dalam terjadinya kanitis prematur diantaranya menilai kebiasaan hidup,

kebiasaan makan yang tidak teratur, merokok serta faktor lainnya seperti kadar

hemoglobin, ferritin serum dan trace element, didapatkan terjadinya penurunan

kualitas hidup pada sampel yang memiliki kebiasaan merokok, kebiasaan hidup dan

kebiasaan makan yang tidak teratur sebesar 24% dari total masing-masing 50 sampel

kanitis prematur dan kontrolnya.41

4.2.2 Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis
prematur berdasarkan usia

Tabel 4.7 Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis
prematur berdasarkan usia
Kanitis prematur dapat muncul sendiri tanpa patologi yang mendasari sebagai
Baik (≤24) Buruk (>24) Total
Usia Nilai p
n % n % n %
≤17 tahun 57 53.3% 50 46.7% 107 100.0%

> 17 tahun 32 45.7% 38 54.3% 70 100.0% 0.203

Total 89 50.3% 88 49.7% 177 100.0%

kondisi autosomal dominan.10 Secara epidemiologi disebutkan onset usia timbulnya

uban lebih bergantung pada genotipe individual, yang mengacu pada variasi ras.6 Pada

populasi umum disebutkan rambut mengalami kanitis prematur bila terjadi sebelum

usia 20 tahun pada ras Kaukasia, sebelum usia 30 tahun pada ras Afrika, dan sebelum

usia 25 tahun pada ras Asia.9,14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

Tabel diatas menunjukkan kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis

prematur dan non kanitis prematur berdasarkan kelompok usia, didapatkan paling

banyak memiliki kualitas hidup buruk adalah pada kelompok usia lebih dari 17 tahun

(54.3%) dibandingkan dengan kelompok usia kurang dari 17 tahun (46.7%).

Sedangkan kualitas hidup baik paling banyak dijumpai pada kelompok usia kurang dari

17 tahun (53.3%). Hal ini menunjukkan bahwa subjek yang mengalami kanitis

prematur dan non kanitis prematur dengan usia lebih muda mayoritas memberikan

persentase kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan subjek dengan usia yang lebih

tua (>17 tahun). Namun berdasarkan uji statistik tidak didapatkan hubungan yang

signifikan antara kualitas hidup dengan usia pada subjek kanitis prematur dan non

kanitis prematur (nilai P>0.05).

Hasil penelitian ini memberikan hasil yang tidak jauh berbeda dengan studi

sebelumnya yang dilakukan oleh Jin Jo dkk di Korea dimana kualitas hidup yang lebih

buruk didapatkan pada subjek dengan usia lebih dari 20 tahun dari total sampel 52

subjek kanitis prematur dan kontrol dengan jumlah yang sama.37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

4.2.3 Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis prematur
berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.8 Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis
prematur berdasarkan jenis kelamin

Baik (≤ 24) Buruk (>24) Total Nilai


Jenis Kelamin
n % n % n % p

Laki-laki 42 54.5% 35 45.5% 77 100.0%


Perempuan 47 47.0% 53 53.0% 100 100.0% 0.199
Total 89 50.3% 88 49.7% 177 100.0%

Hasil pada tabel diatas menunjukkan hubungan antara kualitas hidup baik pada

subjek kanitis prematur dan non kanitis prematur berdasarkan jenis kelamin. Hasil

penelitian ini menunjukkan kualitas hidup buruk paling banyak didapatkan pada jenis

kelamin perempuan yaitu sebesar 53.0% dibandingkan pada laki-laki sebesar 45.5%.

Sedangkan kualitas hidup paling baik didapatkan pada laki-laki sebesar 54.5%

dibandingkan pada perempuan sebesar 47.0%. Akan tetapi berdasarkan uji statistik

tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara kualitas hidup dengan jenis kelamin

pada subjek kanitis prematur dan non kanitis prematur (nilai P>0.05).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

4.2.4 Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis prematur
berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 4.9 Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis
prematur berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Baik (≤ 24) Buruk (>24) Total


Nilai p
Pendidikan n % n % n %
Perguruan
29 43.3% 38 56.7% 67 100.0%
Tinggi
0.097
SMA 60 54.5% 50 45.5% 110 100.0%
Total 89 50.3% 88 49.7% 177 100.0%

Tabel diatas menunjukkan hubungan antara kualitas hidup dengan tingkat

pendidikan baik pada subjek kanitis prematur maupun non kanitis prematur. Dari hasil

penelitian ini didapatkan bahwa subjek dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengah

Atas (SMA) mayoritas memiliki kualitas hidup yang lebih baik (54.5%) dibandingkan

dengan subjek dengan pendidikan lebih tinggi (Perguruan Tinggi) yaitu sebesar 43.3%.

Sedangkan kualitas hidup buruk mayoritas terjadi pada subjek dengan tingkat

pendidikan lebih tinggi (Perguruan Tinggi) yaitu sebesar 56.7% dibandingkan dengan

subjek dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah (45.5%). Berdasarkan uji statistik

tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara kualitas hidup dengan tingkat

pendidikan pada subjek kanitis prematur dan non kanitis prematur (nilai P>0.05).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

4.2.5 Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur berdasarkan lama
menderita kanitis prematur

Tabel 4.10 Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis
prematur berdasarkan lama menderita kanitis prematur
Baik (≤ 24) Buruk (>24) Total
Lama Menderita Nilai p
n % n % n %
< 5 tahun 10 23.8% 32 76.2% 42 100.0%
5-10 tahun 2 10.5% 17 89.5% 19 100.0%
0.117
> 10 tahun 0 00.0% 2 100.0% 2 100.0%

Total 12 19.0% 51 81.0% 63 100.0%

Tabel 4.11 di atas menunjukkan hubungan kualitas hidup berdasarkan lama

menderita pada subjek kanitis prematur di mana mayoritas subjek dengan kualitas

hidup baik adalah subjek dengan durasi lama menderita kanitis prematur kurang dari 5

tahun (23.8%) diikuti dengan lama menderita 5-10 tahun sebesar 10.5%. Sedangkan

subjek dengan kualitas hidup buruk mayoritas didapatkan pada subjek dengan durasi

lama menderita kanitis prematur lebih dari 10 tahun (100.0%). Total seluruh subjek

kanitis prematur paling banyak memiliki kualitas hidup buruk bila dihubungkan

dengan durasi lamanya menderita kanitis prematur yaitu sebesar 81.0%. Hal ini

menunjukkan bahwa subjek yang mengalami kanitis prematur dengan masa durasi

lama menderita kanitis prematur lebih dari 10 tahun memiliki kualitas hidup yang lebih

buruk dibandingkan dengan subjek yang mengalami kanitis prematur dengan durasi

lama menderita yang lebih singkat atau kurang dari 5 tahun. Namun berdasarkan uji

statistik tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara kualitas hidup dengan lama

menderita pada subjek kanitis prematur (nilai P>0.05).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

Hasil penelitian ini berbeda dengan studi yang pernah dilakukan oleh

Deepasheree dkk dimana rata-rata rentang waktu subjek mengalami kanitis prematur

adalah lebih dari 10 tahun.21 Pada studi lainnya oleh Chakrabarty dkk juga

mengungkapkan lama menderita kanitis prematur yang dihubungkan dengan kualitas

hidup subjek dimana didapatkan subjek dengan lama menderita kanitis prematur lebih

dari 5 tahun memiliki kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan masa

durasi kurang dari 5 tahun.41

4.2.6 Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur berdasarkan derajat
keparahan kanitis prematur

Tabel 4.11 Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur berdasarkan derajat
keparahan kanitis prematur
Derajat Baik (≤ 24) Buruk (>24) Total Nilai p
Kanitis Prematur n % n % n %
Ringan 10 20.8% 38 79.2% 48 100.0%
Sedang 2 20.0% 8 80.0% 10 100.0% 1.000
Berat 0 00.0% 5 100.% 5 100.0%

Total 12 19.0% 51 81.0% 63 100.0%

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa kualitas hidup yang dihubungkan

dengan derajat keparahan kanitis prematur didapatkan bahwa subjek dengan kanitis

prematur derajat berat memiliki kualitas hidup yang lebih buruk dibandingkan dengan

subjek kanitis prematur derajat ringan (79.2%) dan derajat sedang (80.0%). Sedangkan

subjek dengan kualitas hidup baik mayoritas didapatkan pada subjek kanitis prematur

derajat ringan dibandingkan dengan derajat sedang (20.0%). Hal ini menunjukkan

bahwa dari total 63 subjek kanitis prematur mayoritas memiliki kualitas hidup yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

buruk bila dihubungkan dengan derajat kanitis prematur dimana semakin berat derajat

kanitis prematur menunjukkan kualitas hidup yang lebih buruk dibandingkan dengan

kanitis prematur derajat ringan. Namun berdasarkan uji statistik tidak didapatkan

hubungan yang signifikan antara kualitas hidup dengan derajat keparahan pada subjek

kanitis prematur (nilai P>0.05).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Jin Jo dkk yang

menilai hubungan antara kanitis prematur dengan gaya hidup yang mengungkapkan

hasil dimana subjek yang mengalami kanitis prematur derajat berat memiliki kualitas

hidup yang menurun dibandingkan dengan kanitis prematur derajat ringan dan derajat

sedang dari total sampel 52 subjek kanitis prematur dan kontrol dengan jumlah yang

sama.37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Telah dilakukan penelitian mengenai hubungan antara kanitis prematur dengan

kualitas hidup, dengan kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan nilai Body Image Questionnaires (BIQ), subjek dengan kanitis

prematur memiliki kualitas hidup yang lebih buruk dibandingkan dengan

subjek non kanitis prematur.

2. Semakin tinggi usia subjek baik kanitis prematur dan non kanitis prematur

maka semakin buruk kualitas hidupnya, namun tidak didapatkan hubungan

yang signifikan antara kualitas hidup berdasarkan usia pada subjek baik kanitis

prematur dan non kanitis prematur

3. Subjek dengan jenis kelamin perempuan memiliki kualitas hidup yang lebih

buruk dibandingkan subjek laki-laki baik pada kanitis prematur maupun non

kanitis prematur. Namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

kualitas hidup dengan jenis kelamin subjek kanitis prematur maupun non

kanitis prematur.

4. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas hidup dengan derajat

keparahan kanitis prematur.

55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

5.2 Saran

1. Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, diharapkan dapat

dilakukan penelitian lanjutan yang mencakup subjek kanitis prematur dengan

melakukan penelitian yang bersifat multicenter.

2. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian yang

menganalisis faktor-faktor lainnya yang berhubungan dengan kanitis prematur

seperti faktor kebiasaan, gaya hidup dan faktor nutrisi.

3. Dalam praktek klinis, diharapkan tenaga kesehatan dapat lebih memahami

kondisi kanitis prematur dari persepsi pasien dan bagaimana hidup pasien

dipengaruhi oleh kanitis prematur serta dapat membantu dalam menentukan

penatalaksanaan yang paling tepat dan sesuai untuk pasien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

DAFTAR PUSTAKA

1. Mistry S, Gosh JR, Bandyopadhyay AR. Histomorphological and Quantitative


Characteristics of Black and Gray Human Scalp Hair. Journal of Life Science.
2010;2(1):49-52.
2. Seiberg M. Age-induced hair greying-the multiple effects of oxidative stress.
International Journal of Cosmetic Science. 2013;(35):532-8.
3. Trüeb RM. Pharmacologic interventions in aging hair. Clinical Interventions in
Aging. 2006;(2):121-9.
4. McDonough PH, Schwartz RA. Premature Hair Graying. Pediatric
Dermatology. 2012;(89):161-5.
5. Trüeb RM. Oxidative stress in ageing of hair. Int J Trichol. 2009;(1):6-14.
6. Pandhi D, Khanna D. Premature graying of hair. Indian J Dermatol Venereol
Leprol 2013;(79):641-53.
7. Trüeb RM. Aging of hair. Journal of Cosmetic Dermatology.2005:(4):60-72.
8. Tobin DJ. Human hair pigmentation-biological aspects. International Journal
of Cosmetic Science. 2008;(30):233-57.
9. Flagler MJ, Schwartz JR, Robbins CR, Dawson TL. The Effects of Aging on
Hair-More Than Just Amount. Diunduh dari:
http://www.pgscience.com/files/pdf/Dr._Thomas_Dawson/Ch14_Effects_Agi
ng_Flagler_Robbins_Dawson.pdf. Update Februari 2016
10. Slominski A, et.al. Hair Follicle Pigmentation. J Invest Dermatol.
2005;124(1):13-21.
11. Praharsini IGAA. Kelainan warna rambut. Dalam : Wasitaatmadja SM,
Prakoeswa CRS, Sukanto H, Martodihardjo S, editor. “Everything About Hair”.
Jakarta:Badan Penerbit FKUI; 2014:1-100.
12. Wasitaatmadja SM. Penuaan rambut. Dalam : Wasitaatmadja SM, Prakoeswa
CRS, Sukanto H, Martodihardjo S, editor. “Everything About Hair”.
Jakarta:Badan Penerbit FKUI; 2014:205-12.
13. Toruan TL, Thaha MA. Struktur Rambut. Dalam : Wasitaatmadja SM,
Prakoeswa CRS, Sukanto H, Martodihardjo S, editor. “Everything About Hair”.
Jakarta:Badan Penerbit FKUI; 2014:1-9.
14. Sonthalia S, Sarkar R. Premature graying of hair: The voids and tiffs. Pigment
International. 2015;(2):73-5.
15. Eva M, Peters J, Imfeld D, Graub R. Graying of the human hair follicle. Journal
of Cosmetic Science. 2011;(62):121-5.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

16. Ahmed A, Leon A, Daniel C, Butler BS, Reichenberg J. Quality of Life Effects
of Common Dermatological Diseases. Frontline Medical Communications.
2013:101-9.
17. Barankin B, DeKoven J. Psychosocial effect of common skin diseases.
Canadian Family Physician. 2002;(48):712-6.
18. Michele K, Marilou BS. The Body-Image Questionnaire (BIQ): An Extension.
Department Of Psychology, University of Bordeaux 2, France.Perceptual and
Motor Skills. 2002;(94):189-96
19. Health-Related Quality of Life (HRQL). CDC. Diunduh dari:
http://cdc.gov/hrqol/concept.htm. Update februari 2016.
20. Steingrímsson E, Copeland NG, Jenkins N. Melanocyte Stem Cell Maintenance
and Hair Graying. National Cancer Institute. 2005;(12):9-12.
21. Deepasheree D, Aschana S. Profile of Indian patients With Premature Canities.
Indian Journal Of Dermatology Venereology and Leprology.2016;82(2):169-
72.
22. Arck PC, et.al. Towards a “free radical theory of graying”: melanocyte
apoptosis in the aging human hair follicle is an indicator of oxidative stress
induced tissue damage. The FASEB Journal. 2006;(20):1567-9.
23. Tobin DJ. Aging of the Hair Follicle Pigmentation System. International
Journal of Trichology. 2009;1(2):83-93. doi:10.4103/0974-7753.58550.
24. Christopher A, Dyer E, Sinclair J. The premature ageing syndromes: insights
into the ageing process. Age and Ageing. 1998;(27):73-80.
25. Cotsarelis G, Botchkarev V. Biology of Hair Follicles. Dalam: Goldsmith LA,
Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, editor. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw-Hill;
2012:960-72.
26. Paus R. A neuroendocrinological perspective on human hair follicle
pigmentation. Pigment Cell Melanoma Res. 2010;(24):89-106.
27. Hyoseung S, Hyeong HS. Association of premature hair graying with family
history, smoking, and obesity: A cross-sectional study. J Am Acad Dermatol.
2015;1(3):321-7.
28. Shi Y, et.al. Premature Graying as a Consequence of Compromised Antioxidant
Activity in Hair Bulb Melanocytes and Their Precursors. 2014;(9):1-9.
29. Bhat RM, Rashmi S. Epidemiological and Investigative Study of Premature
Graying of Hair in Higher Secondary and Pre-Univerdity School Children.
International Jurnal Of Technology . 2013;5:(1):17-21.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

30. Slominski A. Neuroendocrine activity of the melanocyte. Exp


Dermatol.2009;(9):760-3.
31. Alex A. A review and appraisal of the DNA damage theory of ageing. Diunduh
dari: https://www.cs.kent.ac.uk/people/staff/aaf/pub_papers.dir/Mutation-
Research-2011.pdf. Update Februari 2016.
32. Sabharwal R, Gupta A, Moon N, et al. Association Between Use of Tobacco
and Age on Graying of Hair. Nigerian Journal of Surgery : Official Publication
of the Nigerian Surgical Research Society. 2014;20(2):83-6. doi:10.4103/1117-
6806.137308.
33. Kocaman SA, Cetin M, Erdogan T, et.al. The Degree of premature hair graying
as an independent risk marker for coronary artery disease: a Predictor of
Biological Age Rather Than Chronological Age. Clinic of Cardiology, Rize
Education and Research Hospital. Rize Turkey. 2012;(12):457-63.
34. Erdogan T, Sinan KA. Premature Hair Whitening is an Independent Predictor
of Carotid Intima-media Thickness in Young and Middle-aged Men. Internal
Medicine. 2013; 52(29):36-45.
35. Zayed AA, Shahait AD, Ayoub MN, Yousef A-M. Smokers’ hair: Does
smoking cause premature hair graying? Indian Dermatology Online Journal.
2013;4(2):90-2. doi:10.4103/2229-5178.110586.
36. Aggarwal A, Srivastava S, Agarwal M, Dwivedi S. Premature Graying of Hair:
An Independent Risk Marker for Coronary Artery Disease in Smokers - A
Retrospective Case Control Study. Ethiopian Journal of Health Sciences.
2015;25(2):123-8.
37. Jin Jo S, et.al. Hair Graying Pattern Depends on Gender, Onset Age and
Smoking Habits. Journal Compilation Dermato-Venereologica. 2012:160-1.
38. Aggarwal A, Srivastava S. Premature graying of hair an indenpendent risk
marker for coronary artery disease in smokers: a retrospective case control
study. 2015;(5):123-8.
39. Kocaman SA, et.al. The degree of premature hair graying as an independent
risk marker for coronary artery disease: a predictor of biological age rather than
chronological age. Premature hair graying and CAD. 2012;(12): 457-63.
40. Archana S, Chander G. Graying Severity Score: A usefull tool for evaluation
of Premature Canities. Indian Dermatology Online Journal.2016;7(3):164-7.
41. Chakrabarty S, Krishnappa P. Factors Associated with Premature Hair Graying
in a Young Indian Population.2016;8(1):11-4. doi: 10.4103/0974-7753.179384.
42. Brandon J, et.al. Premature Hair Graying and Bone Mineral Density. Journal of
Clinical Endocrinology and Metabolism. 1997;(82):3580-4.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

43. Fatemi F, Ebrahimi NE, Shahmoradi V. Serum Iron, Zinc, and Copper
Concentration in Premature Graying of Hair. Biol Trace Elem Res.
2012;(146):30-4.
44. Schmid G. Skin Disorders and Quality of Life. International Encyclopedia of
Rehabilitation.2010:1-13.
45. Margareth CM. Measurement of Vital Signs for Skin Diseases. Vital Sign for
Skin Disease. 2005;(125):1-2.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

LAMPIRAN 1.
Naskah Penjelasan kepada Subjek Penelitian

Yth, Bapak / Ibu / Saudara / i…….

Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri, Saya dr.Putri Ashraf yang


bertugas di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara / RSUP H. Adam Malik Medan. Saat ini saya sedang
melaksanakan penelitian tentang rambut uban yang timbul dini dengan judul
“Hubungan Antara Kanitis Prematur Dengan Kualitas Hidup”.
Tujuan penelitian saya adalah untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pada
subjek yang mengalami Kanitis Prematur. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
untuk membuka wawasan mengenai dampak terhadap kualitas hidup pada subjek yang
mengalami Kanitis Prematur.

Kanitis Prematur merupakan istilah yang digunakan apabila rambut beruban


muncul sebelum usia sebelum usia 25 tahun yang melibatkan proses kompleks seperti
variasi genetik, hormonal dan faktor lingkungan.

Untuk menilai kualitas hidup pasien maka dilakukan pengukuran dengan


kuesioner Body Image Questionnaires (BIQ) yaitu kuesioner yang khusus menilai
dampak penampilan diri pada individu terhadap rasa percaya diri dan pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-hari dimana hal ini pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas
hidup seseorang. Kuesioner terdiri dari 14 pertanyaan yang mencakup pertanyaan
seputar gambaran diri atau bagian tubuh yang tidak disukai atau yang mengganggu
penampilan sehari-sehari, perasaan dan emosi, frekuensi dan waktu yang dihabiskan
terkait kondisi yang dialami, hubungan personal dan sosial, kemampuan berkerja atau
belajar terkait kondisi yang dialami, serta tindakan yang sudah pernah dan akan
dilakukan terkait kondisi yang dialami. Kemudian hasil pengukuran dinilai.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

Jika Bapak/Ibu/Saudara/i bersedia untuk ikut serta dalam penelitian ini, maka
saya akan melakukan tanya jawab terhadap Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengetahui
identitas pribadi secara lebih lengkap, melakukan pemeriksaan rambut dan kulit kepala,
diikuti dengan pengisian kuesioner Body Image Questionnaires (BIQ).

Penelitian ini bersifat sukarela dan tidak terdapat unsur paksaan apapun
terhadap Bapak / Ibu / Saudara / i serta kerahasiaan akan tetap dijaga. Jika Bapak / Ibu
/ Saudara / i di kemudian hari berubah pikiran dan ingin keluar dari penelitian, dapat
menghubungi saya melalui telepon genggam : 082360066826 ataupun mengunjungi
saya di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK-USU / RSUP Haji Adam
Malik Medan.

Bersama ini saya memohon izin kepada Bapak / Ibu / Saudara / i ……Untuk
menandatangani formulir persetujuan ikut serta dalam penelitian.

Persetujuan keikutsertaan Bapak / Ibu / Saudara / i terhadap pemeriksaan yang


dilakukan sesuai dengan penelitian ini dituangkan dalam naskah Persetujuan Setelah
Penjelasan (PSP). Demikianlah yang dapat saya sampaikan, atas perhatian Bapak / Ibu
/ Saudara / i diucapkan terima kasih.

Hormat Saya,
Peneliti

Dr. Putri Ashraf

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

LAMPIRAN 2
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)

Setelah mendapat penjelasan tentang penelitian “Hubungan Antara Kanitis


Prematur Dengan Kualitas Hidup” dan saya memahaminya, saya yang bertanda
tangan di bawah ini :
Nama : …………………………………………………....….........................
Jenis kelamin*: Laki-laki / perempuan
Umur : …………………………………………………….............................
Alamat : ………………………………………………………………..….......

dengan ini menyatakan secara sukarela SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian.
Demikianlah surat pernyataan persetujuan ini dibuat dengan sebenarnya dalam keadaan
sadar tanpa adanya paksaan dari siapapun.
Medan, 2017
Dokter pemeriksa Yang menyetujui

(dr. Putri Ashraf) ( )


* coret yang tidak perlu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

LAMPIRAN 3
STATUS PENELITIAN

Tanggal pemeriksaan :
Nomor urut penelitian :
Nomor catatan medik :

IDENTITAS
Nama :
Alamat :
Telp :
TTL :
Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
Bangsa/suku : 1. Batak 2. Jawa 3. Melayu
4. Minangkabau 5. Tionghoa 6. Lainnya
Agama : 1. Islam 2. Kristen Protestan
3. Kristen Katolik 4. Hindu 5. Budha
Pendidikan : 1. Belum sekolah
2. SD/ sederajat
3. SMP/ sederajat
4. Perguruan tinggi
Pekerjaan : 1. Pegawai Negeri Sipil / TNI/ Polri
2. Pegawai swasta
3. Wiraswasta
4. Tidak bekerja
Status : 1. Sudah menikah 2. Belum menikah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

ANAMNESIS
Status dermatologikus

• Lokalisasi : Rambut Kepala


• Manifestasi rambut uban timbul pertama kali pada usia :

• Riwayat keluarga dengan rambut uban timbul dini :

( ) Ya ( ) Tidak

• Bila Ya :

( ) Ibu / Keluarga Ibu

( ) Ayah / Keluarga Ayah

( ) Saudara Sekandung

• Riwayat penyakit keluarga :

• Riwayat penyakit terdahulu :

• Riwayat penggunaan obat :

• Riwayat penggunaan bahan-bahan tertentu

untuk menutupi uban di rambut :

PEMERIKSAAN FISIK
Status antropomentri

• Tinggi badan :
• Berat badan :
• Lingkar pinggang :

Status generalisata

• Keadaan umum :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

• Gizi :
• Tekanan darah :
• Frekuensi nadi :
• Suhu :
• Frekuensi pernapasan :

Status Lokalisata (Rambut Kepala)

• Jumlah rambut uban :

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

DIAGNOSIS BANDING :
DIAGNOSIS KERJA :
PENATALAKSANAAN :
PROGNOSIS :

• Quo ad vitam
• Quo ad functionam
• Quo ad sanactionam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

LAMPIRAN 4

BODY IMAGE QUESTIONNAIRE

Kuesioner ini merupakan bagian dari penilaian dalam penelitian. Semua


informasi akan dijaga secara rahasia. Terima kasih.

Sehari-hari, berapa menit atau jam yang anda habiskan untuk memikirkan
tentang penampilan rambut uban anda?

_____________ menit/hari Atau ______________ jam/hari

Silakan baca pertanyaan di bawah ini dengan hati-hati dan lingkari


jawaban yang paling menggambarkan perasaan Anda mengenai
penampilan rambut uban Anda.

1) Seberapa sering Anda dengan sengaja memeriksa rambut uban Anda?


(Termasuk melihat rambut uban Anda di cermin atau permukaan reflektif
lainnya seperti jendela toko atau melihat secara langsung atau meraba
rambut dengan jari-jari Anda).
0 2 4 6 8
|______________|______________|___________|____________|
Tidak ±5x/hari ±10x/hari ±20x/hari ±40x/hari
Pernah

2) Seberapa sering Anda merasa penampilan rambut uban Anda membuat


Anda merasa tidak menarik?
0 2 4 6 8
|______________|______________|___________|____________|
Menarik Sedikit tidak Tidak menarik Sangat tidak Samasekali
menarik menarik tidak menarik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

3) Seberapa sering penampilan rambut uban Anda menyebabkan Anda


stres/tertekan akhir-akhir ini?

0 2 4 6 8
|______________|______________|______________|_________|
Tidak stres Sedikit stres Cukup stres Stres sekali Sangat
stres

4) Seberapa sering penampilan rambut uban Anda menyebabkan Anda


menghindari suatu situasi atau aktivitas akhir-akhir ini?

0 2 4 6 8
|______________|______________|______________|_________|
Tidak Menghindar 1x Menghindar 1-3x Menghindar >3 Selalu
Menghindar Menghindar

5) Seberapa sering penampilan rambut uban Anda mengganggu pikiran


Anda? (artinya Anda sering berpikir tentang hal itu dan sulit untuk berhenti
memikirkannya)

0 2 4 6 8
|______________|______________|_____________|__________|
Tidak Kadang Mengganggu Mengganggu Selalu Sangat
mengganggu mengganggu mengganggu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

6). Seberapa besar rambut uban anda mengganggu kemampuan anda dalam
bekerja atau belajar (Mohon beri penilaian walaupuna anda tidak bekerja
atau kuliah : kami tertarik dalam kemampuan anda dalam bekerja atau
kuliah)

0 2 4 6 8
|______________|______________|_____________|__________|
Tidak Kadang Mengganggu Mengganggu Selalu Sangat
mengganggu mengganggu mengganggu

7). Seberapa besar pengaruh rambut uban anda terhadap kehidupan sosial
Anda?

0 2 4 6 8
|______________|______________|____________|___________|
Tidak Kadang Mengganggu Mengganggu Selalu Sangat
mengganggu mengganggu mengganggu

8). Seberapa besar Anda merasa bahwa penampilan adalah aspek penting
bagi anda

0 2 4 6 8
|______________|______________|____________|___________|
Tidak Kadang Penting Penting Selalu Penting Sangat
Penting penting

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

9). Menurut Anda, seberapa besar perhatian orang lain terhadap rambut
uban anda (Bila anda tidak melakukan kamuflase dengan baju, penutup
rambut atau make up)

0 2 4 6 8
|______________|______________|____________|___________|
Tidak Kadang perhatian Perhatian Selalu perhatian Sangat
perhatian perhatian

10). Apakah terdapat orang lain disekitar Anda yang juga memiliki rambut
uban seperti Anda dengan umur, jenis kelamin dan suku yang sama dengan
Anda?

0 2 4 6 8
|______________|______________|____________|___________|
Tidak ada Sedikit orang Beberapa orang Banyak Orang Semua
Orang

# Aktivitas apa yang anda lakukan dikarenakan rambut uban Anda? Mohon
baca situasi-situasi dibawah ini dan beri nilai untuk situasi yang mana
dihindari pada skala seperti yang berikut :

11). Saya memakai wig karena rambut uban saya

0 2 4 6 8
|______________|______________|____________|___________|
Tidak pernah Jarang Sering Sangat Sering Selalu

12). Saya akan mengatur rambut untuk menutupi uban


0 2 4 6 8
|______________|______________|____________|___________|
Tidak pernah Jarang Sering Sangat Sering Selalu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

13). Saya menyisir atau merawat rambut saya lebih dari kebanyakan
orang
0 2 4 6 8
|______________|______________|____________|___________|
Tidak pernah Jarang Sering Sangat Sering Selalu

14). Saya mencukur atau memotong rambut saya lebih dari kebanyakan
orang
0 2 4 6 8
|______________|______________|____________|___________|
Tidak pernah Jarang Sering Sangat Sering Selalu

15). Saya menggunakan obat obatan untuk merangsang pertumbuhan


rambut
0 2 4 6 8
|______________|______________|____________|___________|
Tidak pernah Jarang Sering Sangat Sering Selalu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

LAMPIRAN 5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

LAMPIRAN 6
Kategori Usia
kelompok
kontrol kasus Total
usia_grp ≤ 17 tahun Count 64 43 107

% within usia_grp 59.8% 40.2% 100.0%


> 17 tahun Count 50 20 70
% within usia_grp 71.4% 28.6% 100.0%
Total Count 114 63 177
% within usia_grp 64.4% 35.6% 100.0%

Kategori Jenis Kelamin


kelompok
kontrol kasus Total
jeniskelamin laki-laki Count 42 35 77
% within jeniskelamin 54.5% 45.5% 100.0%
perempuan Count 72 28 100
% within jeniskelamin 72.0% 28.0% 100.0%
Total Count 114 63 177
% within jeniskelamin 64.4% 35.6% 100.0%

Kategori Tingkat Pendidikan

kelompok
kontrol kasus Total
pendidikan perguruan tinggi Count 46 21 67
% within pendidikan 68.7% 31.3% 100.0%
SMA Count 68 42 110
% within pendidikan 61.8% 38.2% 100.0%
Total Count 114 63 177
% within pendidikan 64.4% 35.6% 100.0%


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

Kategori Lama Menderita Kanitis Prematur


Crosstab
kelompok
kasus Total
lama_grp < 5 tahun Count 42 42
% within kelompok 66.6% 66.6%
5-10 tahun Count 18 18
% within kelompok 28.6% 28.6%
>10 tahun Count 3 3
% within kelompok 4.8% 4.8%
Total Count 63 63

% within kelompok 100.0% 100.0%



Lama Menderita
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid < 5 tahun 42 23.8 66.6 66.6

5-10 tahun 18 10.2 28.6 28.6

>10 tahun 3 1.7 4.8 4.8


Total 63 35.7 100.0
Total 177 100.0



Kategori Derajat Keparahan Kanitis Prematur
Crosstab
kelompok
kasus Total
derajat_kanitis 1.00 Count 48 48
% within kelompok 76.2% 76.2%
2.00 Count 10 10
% within kelompok 15.9% 15.9%
3.00 Count 5 5
% within kelompok 7.9% 7.9%
Total Count 63 63
% within kelompok 100.0% 100.0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

derajat_kanitis

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 1.00 48 27.1 76.2 76.2

2.00 10 5.6 15.9 92.1


3.00 5 2.8 7.9 100.0
Total 63 35.6 100.0
Total 177 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

Descriptives

kelompok Statistic Std. Error


body image question kontrol Mean 20.1404 .98891
95% Confidence Interval Lower Bound 18.1812
for Mean
Upper Bound 22.0996

5% Trimmed Mean 19.5166

Median 18.0000

Variance 111.485

Std. Deviation 10.55862

Minimum 6.00

Maximum 48.00

Range 42.00

Interquartile Range 18.00

Skewness .680 .226


Kurtosis -.556 .449
kasus Mean 33.7460 1.34518
95% Confidence Interval Lower Bound 31.0571
for Mean
Upper Bound 36.4350

5% Trimmed Mean 33.1517

Median 30.0000

Variance 113.999

Std. Deviation 10.67703

Minimum 16.00

Maximum 60.00

Range 44.00

Interquartile Range 12.00

Skewness 1.062 .302


Kurtosis .714 .595

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

biq3 * kelompok 177 100.0% 0 .0% 177 100.0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

Distribusi subjek yang mengalami kanitis prematurdan non kanitis prematur


berdasarkan nilai Body Image Questionnaires (BIQ)
biq3 * kelompok Crosstabulation

kelompok

kontrol kasus Total

biq3 ≤ 24 (baik) Count 77 12 89

% within biq3 86.5% 13.5% 100.0%

% within kelompok 67.5% 19.0% 50.3%

> 24 (buruk) Count 37 51 88

% within biq3 42.0% 58.0% 100.0%

% within kelompok 32.5% 81.0% 49.7%

Total Count 114 63 177

% within biq3 64.4% 35.6% 100.0%

% within kelompok 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 38.174 1 .000
b
Continuity Correction 36.258 1 .000

Likelihood Ratio 40.318 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear 37.958 1 .000


Association

N of Valid Cases 177

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 31.32.

b. Computed only for a 2x2 table


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis prematur
berdasarkan usia
Crosstab

biq3

<=24 (baik) >24 (buruk) Total

usia_grp ≤17 tahun Count 57 50 107

% within usia_grp 53.3% 46.7% 100.0%

% within biq3 64.0% 56.8% 60.5%

> 17 tahun Count 32 38 70

% within usia_grp 45.7% 54.3% 100.0%

% within biq3 36.0% 43.2% 39.5%

Total Count 89 88 177

% within usia_grp 50.3% 49.7% 100.0%

% within biq3 100.0% 100.0% 100.0%



Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .967 1 .326
b
Continuity Correction .688 1 .407

Likelihood Ratio .968 1 .325

Fisher's Exact Test .358 .203

Linear-by-Linear Association .961 1 .327

N of Valid Cases 177

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 34.80.

b. Computed only for a 2x2 table






UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur dan non kanitis prematur
berdasarkan jenis kelamin
Crosstab

biq3

<=24 (baik) >24 (buruk) Total

jeniskelamin laki-laki Count 42 35 77

% within jeniskelamin 54.5% 45.5% 100.0%

% within biq3 47.2% 39.8% 43.5%

perempuan Count 47 53 100

% within jeniskelamin 47.0% 53.0% 100.0%

% within biq3 52.8% 60.2% 56.5%

Total Count 89 88 177

% within jeniskelamin 50.3% 49.7% 100.0%

% within biq3 100.0% 100.0% 100.0%



Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .991 1 .320
b
Continuity Correction .712 1 .399

Likelihood Ratio .992 1 .319

Fisher's Exact Test .364 .199

Linear-by-Linear Association .985 1 .321

N of Valid Cases 177

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 38.28.

b. Computed only for a 2x2 table







UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematurdan non kanitis prematur
berdasarkan tingkat pendidikan
Crosstab

biq3

<=24 (baik) >24 (buruk) Total

pendidikan perguruan tinggi Count 29 38 67

% within pendidikan 43.3% 56.7% 100.0%

% within biq3 32.6% 43.2% 37.9%

SMA Count 60 50 110

% within pendidikan 54.5% 45.5% 100.0%

% within biq3 67.4% 56.8% 62.1%

Total Count 89 88 177

% within pendidikan 50.3% 49.7% 100.0%

% within biq3 100.0% 100.0% 100.0%



Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 2.112 1 .146
b
Continuity Correction 1.686 1 .194

Likelihood Ratio 2.117 1 .146

Fisher's Exact Test .165 .097

Linear-by-Linear Association 2.101 1 .147

N of Valid Cases 177

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 33.31.

b. Computed only for a 2x2 table


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematurdan non kanitis prematur
berdasarkan lama menderita kanitis prematur
Crosstab

biq3

<=24 (baik) >24 (buruk) Total

lama_grp < 5 tahun Count 10 32 42

% within lama_grp 23.8% 76.2% 100.0%

5-10 tahun Count 2 17 19

% within lama_grp 10.5% 89.5% 100.0%

>10 tahun Count 0 2 2

% within lama_grp .0% 100.0% 100.0%

Total Count 12 51 63

% within lama_grp 19.0% 81.0% 100.0%



Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)


a
Pearson Chi-Square 1.983 2 .371

Likelihood Ratio 2.459 2 .292

Linear-by-Linear Association 1.945 1 .163

N of Valid Cases 63

a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .38.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

Kualitas hidup subjek yang mengalami kanitis prematur berdasarkan derajat


keparahan kanitis prematur
Crosstab

biq3

≤ 24 (baik) >24 (buruk) Total

derajat_kanitis 1.00 Count 10 38 48

% within derajat_kanitis 20.8% 79.2% 100.0%

2.00 Count 2 8 10

% within derajat_kanitis 20.0% 80.0% 100.0%

3.00 Count 0 5 5

% within derajat_kanitis .0% 100.0% 100.0%

Total Count 12 51 63

% within derajat_kanitis 19.0% 81.0% 100.0%



Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)


a
Pearson Chi-Square 1.282 2 .527

Likelihood Ratio 2.216 2 .330

Linear-by-Linear Association .884 1 .347

N of Valid Cases 63

a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .95.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

LAMPIRAN 7
Subjek Kanitis Prematur

Jenis Asal Hasil Jumlah Derajat Usia Lama Riwayat
Nama Usia Kelamin Pendidikan BIQ Uban Keparahan Muncul Menderita KP Genetik
No KP Uban
1. Nn. GE 21 P FK USU 30 58 Sedang 13 8 Ada
2. Tn. WJ 21 L FK USU 38 118 Berat 12 9 Ada
3. Tn. AR 20 L FK USU 38 121 Berat 12 8 Ada
4. Nn. H 18 P FK USU 40 78 Sedang 11 8 Ada
5. Nn. AWH 18 P FK USU 30 21 Ringan 12 6 Ada
6. Nn.CE 18 P FK USU 30 19 Ringan 13 5 Tidak Ada
7. Nn. MH 23 P FK USU 36 23 Ringan 15 8 Tidak Ada
8. Nn. HZ 22 P FK USU 34 27 Ringan 14 8 Ada
9. Tn. AA 21 L FK USU 34 58 Sedang 17 4 Ada
10. Nn. VR 23 P FK USU 56 52 Sedang 14 9 Ada
11. Tn. MI 21 L FK USU 30 28 Ringan 16 5 Ada
12. Tn. WXZ 25 L FK USU 60 78 Sedang 14 11 Tidak Ada
13. Tn. DF 21 L FK USU 40 118 Berat 10 11 Tidak Ada
14. Tn. RAC 21 L FK USU 32 22 Ringan 16 5 Tidak Ada
15. Nn. YR 17 P FK USU 28 29 Ringan 13 4 Ada
16. Nn. KO 19 P FK USU 36 23 Ringan 16 3 Ada
17. Nn. SJ 19 P FK USU 32 21 Ringan 12 7 Tidak Ada
18. Tn. RP 19 L FK USU 28 38 Ringan 9 10 Ada
19. Tn. RP 22 L FK USU 40 21 Ringan 16 6 Ada
20. Tn. FA 20 L FK USU 30 87 Sedang 17 3 Ada
21. Tn.LT 22 L FK USU 60 132 Berat 12 10 Ada
SMA Harapan
22. Nn. NA 15 P 3 Medan 26 14 Ringan 13 2 Ada



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
85

SMA Harapan Ada


23. Tn.MFA 16 L 3 Medan 24 17 Ringan 13 3
SMA Harapan Ada
24. Tn. MNH 16 L 3 Medan 18 22 Ringan 13 3
SMA Harapan Ada
25. Tn. RAM 15 L 3 Medan 24 29 Ringan 12 3
SMA Harapan Ada
26. Tn. MF 17 L 3 Medan 30 42 Ringan 13 4
SMA Harapan Ada
27. Tn. MN 17 L 3 Medan 30 83 Sedang 12 5
SMA Harapan Ada
28. Tn. MIN 17 L 3 Medan 22 31 Ringan 14 3
SMA Harapan
29. Tn. MS 16 L 3 Medan 30 27 Ringan 14 2 Tidak Ada
17 SMA Harapan Ada
30. Tn. ES L 3 Medan 28 14 Ringan 12 4
SMA Harapan Ada
31 Tn.MD B 16 L 3 Medan 28 14 Ringan 14 2
SMA Harapan Ada
32 Tn. MRP 16 L 3 Medan 38 17 Ringan 15 1
SMA Harapan Ada
33. Tn. RM 15 L 3 Medan 46 19 Ringan 11 4
SMA Harapan Ada
34. Tn.MN 17 L 3 Medan 40 17 Ringan 14 3
SMA Harapan Tidak Ada
35. Nn. NA 16 P 3 Medan 50 19 Ringan 13 3
SMA Harapan Tidak Ada
36. Nn. RN 17 P 3 Medan 50 11 Ringan 15 2
SMA Harapan Ada
37. Tn. PA 16 L 3 Medan 40 38 Sedang 12 4



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
86

SMA Harapan Ada


38. Tn. MR 17 L 3 Medan 32 68 Ringan 12 5
SMA Harapan Tidak Ada
39. Nn. RP 17 P 3 Medan 60 15 Ringan 16 1
SMA Harapan Tidak Ada
40. Nn. AR 17 P 3 Medan 60 21 Ringan 16 1
SMA Harapan Tidak Ada
41. Nn. DAS 17 P 3 Medan 54 19 Ringan 15 2
SMA Harapan Ada
42. Nn. ND 15 P 3 Medan 40 12 Ringan 13 2
SMA Negeri 1 Ada
43. Nn. ZU 16 P Medan 26 86 Ringan 13 3
SMA Negeri 1 Ada
44. Nn. RD 16 P Medan 28 41 Ringan 12 4
SMA Negeri 1
45. Nn. JT 16 P Medan 34 15 Ringan 12 4 Tidak Ada
SMA Negeri 1 Ada
46. Nn. TN 16 P Medan 28 19 Ringan 15 1
SMA Negeri 1 Ada
47. Nn. IA 16 P Medan 38 12 Ringan 13 3
SMA Negeri 1 Ada
48. Tn. MF 15 L Medan 30 19 Ringan 13 2
SMA Negeri 1
49. Tn. MIS 16 L Medan 30 178 Berat 13 3 Tidak Ada
SMA Negeri 1 Ada
50. Tn.MR 16 L Medan 32 18 Ringan 13 3
SMA Negeri 1 Ada
51. Tn. AR 16 L Medan 30 11 Ringan 14 3
SMA Negeri 1
52. Nn. A Z 17 P Medan 40 13 Ringan 14 3 Tidak Ada



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
87

SMA Negeri 1 Ada


53. Nn. LS 17 P Medan 30 17 Ringan 13 4
SMA Negeri 1 Ada
54. Tn. MDN 17 L Medan 26 12 Ringan 14 2
SMA Negeri 1 Ada
55. Tn. JA 17 L Medan 22 17 Ringan 15 3
SMA Negeri 1 Ada
56. Tn. IH 17 L Medan 22 53 Sedang 12 5
SMA Negeri 1 Ada
57. Nn. PM 17 P Medan 28 21 Ringan 14 3
SMA Negeri 1 Ada
58. Nn. JF 17 P Medan 24 18 Ringan 15 2
SMA Negeri 1 Ada
59. Nn. DM 17 P Medan 24 11 Ringan 15 2
SMA Negeri 1 Ada
60. Tn. TMF 17 L Medan 24 83 Sedang 10 7
SMA Negeri 1
61. Nn. CF 15 P Medan 22 15 Ringan 13 2 Tidak Ada
SMA Negeri 1 Tidak Ada
62. Nn. SN 15 P Medan 20 13 Ringan 13 2
SMA Negeri 1 Tidak Ada
63 Tn. AS 17 L Medan 16 13 Ringan 14 3



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
88

Subjek Non Kanitis Prematur



Asal Hasil
No Nama Usia Jenis Kelamin Pendidikan BIQ
1. Tn. MH 15 L SMAN 1 Medan 8
2. Nn. OJP 14 P SMAN 1 Medan 6
3. Tn. RO 17 L SMAN 1 Medan 8
4. Tn.RJ 17 L SMAN 1 Medan 12

5. Nn. WT 17 P SMAN 1 Medan 16


6. Nn. M 17 P SMAN 1 Medan 18
7. Nn. FY 17 P SMAN 1 Medan 46
8. Nn. N 17 P SMAN 1 Medan 22
9. Nn. DA 17 P SMAN 1 Medan 20
10. Tn. MP 17 L SMAN 1 Medan 28
11. Nn. AM 17 P SMAN 1 Medan 18
12. Nn.AH 17 P SMAN 1 Medan 18
13. Tn. RL 18 L SMAN 1 Medan 42
14. Tn. AJ 17 L SMAN 1 Medan 12
15. Nn. KR 16 P SMAN 1 Medan 26
16. Nn. AD 17 P SMAN 1 Medan 30
17. Tn. GS 18 L SMAN 1 Medan 12
18. Tn. LD 17 L SMAN 1 Medan 8
19. Nn. AN 17 P SMAN 1 Medan 16
20. Nn.RS 16 P SMAN 1 Medan 38
21. Nn. IN 17 P SMAN 1 Medan 18



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
89

22. Nn. PS 17 P SMAN 1 Medan 48


23. Tn. FL 17 L SMAN 1 Medan 10
24. Nn. JW 17 P SMAN 1 Medan 8
25. Nn. AW 16 P SMAN 1 Medan 36
26. Nn. JF 16 P SMAN 1 Medan 44
27. Tn. MA 16 L SMAN 1 Medan 8
28. Nn. NA 15 P SMAN 1 Medan 32
29. Tn. MF 16 L SMAN 1 Medan 12
30. Tn. AS 16 L SMAN 1 Medan 16
31. Tn. MM 16 L SMAN 1 Medan 16
32. Tn. RD 16 L SMAN 1 Medan 12
33. Nn. NA 16 P SMAN 1 Medan 24
34. Nn.NA 16 P SMAN 1 Medan 22
35. Tn. OI 16 L SMAN 1 Medan 8
36. Tn. MF 16 L SMAN 1 Medan 28
37. Nn.WN 15 P SMAN 1 Medan 32
38. Nn. FS 16 P SMAN 1 Medan 10
39. Tn. FA 15 L SMAN 1 Medan 32
40. Nn. MNY 16 P SMAN 1 Medan 28
41. Nn. FD 15 P SMAN 1 Medan 18
42. Nn. AS 15 P SMAN 1 Medan 12
43. Tn. MR 16 L SMAN 1 Medan 8
44. Tn. TMI 17 L SMAN 1 Medan 10
45. Tn. RFB 16 L SMAN 1 Medan 16
46. Nn.DN 16 P SMAN 1 Medan 10
47. Nn. HC 17 P SMAN 1 Medan 16



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
90

48. Nn. IZ 16 P SMAN 1 Medan 10


49. Nn. MP 16 P SMAN 1 Medan 34
50. Nn. SY 16 P SMAN 1 Medan 8
51. Nn. SA 16 P SMAN 1 Medan 32
52. Tn. MS 16 L SMAN 1 Medan 10
53. Nn. IF 16 P SMAN 1 Medan 34
SMA Harapan 3
54. Tn.MF 17 L Medan 32
SMA Harapan 3
55. Nn. LM 17 P Medan 14
SMA Harapan 3
56. Nn. YR 17 P Medan 8
SMA Harapan 3
57. Tn. HZ 17 L Medan 18
SMA Harapan 3
58. Nn. DE 17 P Medan 12
SMA Harapan 3
59. Tn. JT 17 L Medan 12
SMA Harapan 3
60. Nn. KA 18 P Medan 10
SMA Harapan 3
61. Tn. TF 17 L Medan 8
SMA Harapan 3
62. Tn. SI 16 L Medan 42
SMA Harapan 3
63. Tn. AP 18 L Medan 18



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
91

SMA Harapan 3
64. Nn. MN 17 P Medan 14
SMA Harapan 3
65. Nn. VH 16 P Medan 18
SMA Harapan 3
66. Nn. AC 16 P Medan 26
SMA Harapan 3
67. Tn. DA 16 L Medan 10
SMA Harapan 3
68. Tn. MR 17 L Medan 12
69. Nn. JA 21 P FK USU 22
70. Nn. KM 22 P FK USU 8
71. Nn. ZR 21 P FK USU 12
72. Nn. NU 22 P FK USU 26
73. Nn. ND 22 P FK USU 18
74. Nn. RA 21 P FK USU 12
75. Nn. FC 21 P FK USU 18
76. Tn.MR 21 L FK USU 16
77. Nn. FS 21 P FK USU 22
78. Nn. AA 21 P FK USU 12
79. Nn. AS 22 P FK USU 32
80. Tn. HYS 21 L FK USU 20
81. Tn. ID 23 L FK USU 8
82. Nn. CP 21 P FK USU 16
83. Tn. TO 22 L FK USU 10
84. Nn. EP 22 P FK USU 40



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
92

85. Nn. AAW 22 P FK USU 38


86. Nn. LP 22 p FK USU 36
87. Nn. DA 22 P FK USU 28
88. Nn. AL 22 P FK USU 36
89. Tn. IJ 21 L FK USU 20
90. Tn. AF 25 L FK USU 12
91. Nn. MI 24 P FK USU 24
92. Tn. MN 21 L FK USU 12
93. Tn.ME 26 L FK USU 32
94. Tn.MR 22 L FK USU 14
95. Nn. AS 22 P FK USU 18
96. Nn. GD 22 P FK USU 16
97. Tn.FF 22 L FK USU 30
98. Nn. SR 21 P FK USU 10
99. Nn.SS 23 P FK USU 14
100. Tn. SZ 23 L FK USU 10
101. Nn.LN 22 P FK USU 8
102. Nn. GT 22 P FK USU 26
103. Nn. LP 22 P FK USU 8
104. Nn. KA 21 P FK USU 24
105. Nn. SH 21 P FK USU 30
106. Nn. SRM 21 P FK USU 32
107. Nn. SAC 21 P FK USU 30
108. Tn. ST 22 L FK USU 16
109. Nn. NV 21 P FK USU 22
110. Nn. DA 22 P FK USU 30



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
93

111. Tn.ET 21 L FK USU 8


112. Nn. VD 21 P FK USU 30
113. Nn. SR 23 P FK USU 38
114. Nn.MR 22 P FK USU 32



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai