Anda di halaman 1dari 15

STUDI KASUS RUMAH SAKIT

KASUS 5

Dosen Pengampu
Apt. Dwi Ningsih, M.Pharm.

Disusun oleh:
Kelas B1
Kelompok 5
Galuh Octaviani Palupi (2120424732)
I Putu Wiratama Widya Putra (2120424737)

UNIVERSITAS SETIA BUDI


PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER-42
SURAKARTA
2021
1. DIARE DENGAN SYOK HIPOVOLEMIK
Pasien Tn. R umur 41 tahun, jenis kelamin laki laki, status kawin, pendidikan SMA,
pekerjaan swasta, agama Islam, alamat Tulakan Polokarto. Diagnosa medis Diare dengan
dehidrasi dan syok hipovolemik grade 3, dirawat sejak tanggal 29 Januari 2019, No register
184578.
Riwayat kesehatan pasien dengan keluhan utama mengatakan mual, muntah. Riwayat
penyakit sekarang pada tanggal 26 Januari 2019, pasien BAB cair 10-13 kali perhari, warna
kekuningan kemudian diperiksa ke dokter tetapi belum sembuh, dan pada tanggal 29 Januari
2009 oleh keluarga dibawa ke IGD RSUD dengan keluhan mual, muntah, badan lemas, diare
10-13 kali perhari, konsistensi cair, warna kekuningan, mual, pusing, linglung kemudian
pasien mondok dan dirawat di bangsal Melati.
Riwayat penyakit dahulu: pasien mengatakan dahulu pernah sakit tifus pada bulan
Desember 2008 dan rirawat di RSUD Sragen selama 4 hari. Riwayat penyakit keluarga :
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, dan
penyakit menurun seperti Hipertensi, DM dll.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran menurun, keadaan umum lemas,
Tanda-tanda vital:
Nadi 105 kali per menit, TD 90/60 mmHg, suhu 37˚ celcius, respirasi 30 kali per menit.
Terapi sbb
Diagnosis : diare disertai mual dengan dehidrasi berat dan syok hipovolemi
Pasien mendapatkan resep dokter yang harus segera ditebus di instalasi farmasi RS
Pemerintah Kota Surakarta
RUMAH SAKIT ENGGAL SENGGAL
Jl. Let.Jen. Sutoyo Mojosongo Surakarta

Dokter: Shafa Alyana R Surakarta, 29 Januari 2019


Ruang rawat/Poloklinik : Bangsal Rajawali 102

CITO
R/Noepinefrin inj. 1 vial
Simm 5 µg bolus iv

R/ Infus RL fl 3
Simm 21 tpm inj

R/ Infus RL fl 3
Simm 21 tpm inj

R/ metoklopramid tab 10
S3 dd 2 po

R/ Zink 20mg tab 10


S2dd1 tab po

Tugas :
1. Buatlah latar belakang singkat, tentang patofisologi dan farmakoterapinya
2. Masukkan data base pasien ke dalam format database (termasuk data subyektif
dan obyektif)
3. Buatlah assessment termasuk melakukan skrining resep dokter
4. Buatlah rekomendasi terapi pada pasien, rute pemberian, regimentasi dosis, dan
karakteristik fisika– kimia obat.
5. Sampaikan kepada dokter penulis resep jika resep pada masalah (tulis bagaimana
cara menyampaikannya ke dokter).
6. Bagaimana pelayanan resep obat cito di RS?
7. Sarankan terapi non farmakologi untuk mendukung penyembuhan pasien
8. Lakukan Pemantauan Terapi Obat
1. Buatlah latar belakang singkat, tentang patofisologi dan farmakoterapinya
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya
tiga kali atau lebih) dalam satu hari. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokan
dalam 6 golongan besar yaitu infeksi disebabkan oleh bakteri, virus atau invasi parasit,
malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainya (DEPKES RI,
2011).
Diare terjadi karena adanya Infeksi (bakteri, protozoa, virus, dan parasit) alergi,
malabsorpsi, keracunan, obat dan defisiensi imun adalah kategori besar penyebab diare.
Pada balita, penyebab diare terbanyak adalah infeksi virus terutama Rotavirus
(Permatasari, 2012). Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak
dampak yang dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin
yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan
akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam
basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan
mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan malabsorpsi. Dan bila tidak mendapatkan
penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik. Secara klinis
penyebab diare dapat dikelompokan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi (disebakan
oleh bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi
dan sebab-sebab lainya (DEPKES RI, 2011).
Berdasarkan patofisiologinya, diare dapat dibagi atas 3 kelompok:
 Osmotic diarrhoe, yang terjadi karena isi usus menarik air dari mukosa. Hal ini
ditemukan malabsorbsi, dan defisiensi laktase.
 Secretori diarrhoea, pada keadaan ini usus halus, dan usus besar tidak
menyerap air dan garam, tetapi mengsekresikan air dan elektrolit. Fungsi yang
terbalik ini dapat disebabkan pengaruh toksin bakteri, garam empedu,
prostaglandin, dan lain-lain. Cara terjadinya, melalui rangsangan oleh cAMP
(cyclic AMP) pada sel mukosa usus.
 Exudative diarrhoea, ditemukan pada inflamasi mukosa seperti pada colitis
ulcerativa, atau pada tumor yang menimbulkan adanya serum, darah, dan
mukus.
Secara keseluruhan, diare dapat menyebabkan hipersekresi air dan elektrolit. Hal
ini tentunya akan menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan (dehidrasi). Dehidrasi
yang terus menerus selnajutnya akan berdampak pada kejadian syok hipovolemi, dimana
tubuh tidak mendapat suplai cairan yang adekuat secara tiba-tiba.
Syok hipovolemik terjadi akibat penurunan volume intravaskular, baik karena
kehilangan cairan ekstraseluler atau kehilangan darah. Tubuh mengkompensasi dengan
peningkatan tonus simpatis yang mengakibatkan peningkatan denyut jantung,
peningkatan kontraktilitas jantung, dan vasokonstriksi perifer. Perubahan pertama pada
tanda vital yang terlihat pada syok hipovolemik meliputi peningkatan tekanan darah
diastolik dengan tekanan nadi yang menyempit. Saat status volume terus menurun,
tekanan darah sistolik turun. Akibatnya, pengiriman oksigen ke organ vital tidak mampu
memenuhi kebutuhan oksigen. Sel beralih dari metabolisme aerob ke metabolisme
anaerob, mengakibatkan asidosis laktat. Saat dorongan simpatis meningkat, aliran darah
dialihkan dari organ lain untuk mempertahankan aliran darah ke jantung dan otak. Ini
menyebarkan iskemia jaringan dan memperburuk asidosis laktat. Jika tidak dikoreksi,
akan terjadi perburukan gangguan hemodinamik dan, pada akhirnya, kematian.
Farmakoterapi
Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati diare dikelompokkan menjadi
beberapa kategori: anti motilitas, adsorben, senyawa antisekresi, antibiotik, enzim, dan
usus. mikroflora. Biasanya obat ini tidak bersifat kuratif melainkan paliatif.
a. Opiat dan turunan opioid menunda transit konten intraluminal atau meningkatkan
kapasitas usus, memperpanjang kontak dan penyerapan. Keterbatasan opiat adalah
potensi kecanduan (perhatian nyata dengan penggunaan jangka panjang) dan
memburuknya diare di diare menular yang dipilih.
b. Loperamide sering direkomendasikan untuk mengatasi diare akut dan kronis. Diare
yang berlangsung 48 jam setelah dimulainya loperamide memerlukan perhatian medis.
c. Adsorben (seperti kaolin-pektin) digunakan untuk menghilangkan gejala Adsorben tidak
spesifik dalam aksinya; mereka menyerap nutrisi, racun, obat-obatan, dan cairan
pencernaan. Pemberian bersama dengan obat lain mengurangi ketersediaan hayati.
d. Bismut subsalisilat sering digunakan untuk pengobatan atau pencegahan diare (diare
perjalanan) dan memiliki efek antisekresi, antiinflamasi, dan antibakteri. Bismut
subsalisilat mengandung beberapa komponen yang mungkin beracun jika diberikan
dalam berlebihan untuk mencegah atau mengobati diare.
e. Preparasi Lactobacillus dimaksudkan untuk menggantikan mikroflora kolon. ini
seharusnya mengembalikan fungsi usus dan menekan pertumbuhan mikroorganisme
patogen. Namun, diet produk susu yang mengandung 200 hingga 400 g laktosa atau
dekstrin adalah sama efektifnya dalam rekolonisasi flora normal.
Syok Hipovolemik diberikan cairan garam isotonus yang diteteskan dengan cepat (hati-
hati terhadap asidosis hiperkloremia) atau dengan cairan garam seimbang seperti Ringer
laktat (RL) atau NaC1 0,9. Pemberian 1-2 L pada orang dewasa dalam 20-30 menit
diharapkan dapat mengembalikan keadaan hemodinamik. Setelah pemberian cairan
dilakukan terus pemantauan tanda vital dan hemodinamiknya. Pada hypovolemia yang
persisten, dapat diberikan pula obat-obat inotropik, seperti dopamine, dobutamine,
vasopressin untuk menjaga kinerja ventrikel.Untuk muntah perlu di berikan domperidon.
2. Masukkan data base pasien ke dalam format database (termasuk data subyektif dan
obyektif)
FORM DATABASE PASIEN
Identitas Pasien
Nama : Tn R
Tanggal lahir : 20 Januari 1978
Umur : 41 tahun
Alamat : Jl. Tulakan Polokarto
No. Rekam Medis : 184578
Tanggal MRS : 29-01-2019
Tanggal Pemeriksaan : 29-01-2019
Riwayat Penyakit dahulu
- Mual muntah
Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada
Riwayat Pengobatan
-

Riwayat Sosial
-

Riwayat Alergi
- Tidak ada

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Keterangan
Penurunan kesaradan Iya
Kelemasan Iya

Objektif Subjektif
Nama: Tn R Pasien mengalami mual muntah.
Umur : 41 tahun Pada tanggal 26 Januari 2019, pasien BAB
Jenis kelamin: Laki-laki cair 10-13 kali perhari, warna kekuningan.
Tanda vital: Pada tanggal 29 Januari 2019 pasien
Nadi 105 kali per menit, TD 90/60 mmHg, mengalami mual, muntah, badan lemas,
suhu 37˚ celcius, respirasi 30 kali per diare 10-13 kali perhari, konsistensi cair,
menit. warna kekuningan, mual, pusing, dan
Diagnosis: diare disertai mual dengan linglung.
dehidrasi berat dan syok hipovolemi Pada pemeriksaan fisik didapatkan
Pasien mendapatkan terapi: kesadaran menurun, keadaan umum lemas.
norepinefrin injeksi 5 mg 1 vial, infus RL Dulu pernah mengalami tifus.
fl 3, infus RL fl 3, metokloperamid 3x1
tab, zink 20 mg 1x1 tab
3. Buatlah assessment termasuk melakukan skrining resep dokter
a. Skrining administrasi
No Kelengkapan Resep Ada Tidak ada
Inscriptio
1 Nama rumah sakit 
2 Alamat rumah sakit 
3 Nama dokter 
4 No. SIP 
5 Nomor telepon 
6 Tempat dan Tanggal Penulisan 
Resep
Invocation
1 Tanda R/ 
Prescriptio
1 Nama obat 
2 Kekuatan Obat 
3 Bentuk Sediaan 
4 Jumlah yang diminta 
Signatura
1 Aturan pemakaian obat 
Subscripto
1 Tanda tangan/paraf dokter 
Pro
1 Nama pasien 
2 Umur pasien 
3 Alamat pasien 
4 Berat Badan 
5 Jenis kelamin 

b. Skrining Farmasetis
Kriteria Permasalahan Pengatasan
Bentuk sediaan -
Kekuatan sediaan -
Banyaknya Obat -
Stabilitas -
Kompatibilitas -

c. Pertimbangan Klinis
Kriteria Permasalahan Pengatasan
Ketepatan Indikasi -
Dosis Obat -
Duplikasi dan/atau Double pemberian infus RL Konfirmasi ke dokter
polifarmasi fl 3
Reaksi obat yang tidak -
diinginkan
Kontraindikasi -

ASSESMENT
Problem Subyektif Obyektif Terapi Interaksi DRP
Medik
Diare  Mual
 Metoklopramid
disertai Muntah
mual,
 Diare  Zinc
dehidrasi
berat, dan  Nadi
syok  Syok 105x  Duplikasi
 Infus RL
hipovolemi Hipovolemi permen pada resep
it
 TD
90/60  Norepinefrin
mmHg
 Pada resep yang diterima pasien, terdapat double pemberian infus RL fl 3. Hal ini
perlu dikonfirmasi kembali kepada dokter penulis resep tersebut.
 Diresep dan kasus nama, umur dan alamat pasien berbeda
 BB pasien tidak ada
4. Buatlah rekomendasi terapi pada pasien, rute pemberian, regimentasi dosis, dan
karakteristik fisika– kimia obat.
 Norepinefrin 
Rute pemberian : bolus iv
Regiment dosis : 1 vial 5 mg 
Indikasi   : terapi syok hipovolemi
Karakteristik fisika-kimia:
Serbuk hablur; putih atau agak abu-abu; tidak berbau; perlahan berwarna gelap jika
terpapar udara dan cahaya. Memberikan reaksi asam terhadap lakmus P, pH lebih
kurang 3,5. Meleleh pada suhu  antara 98° dan 104° tanpa pengeringan sebelumnya,
lelehan menjadi keruh. Kelarutan Mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol;
praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.
 Infus RL
Rute pemberian : intravena
Regiment dosis : fl 3 kecepatan infus 21 tpm
Indikasi : untuk mengatasi dehidrasi
Karakteristik fisika-kimia:
 Kalium Klorida (KCl). Stabilitas: Stabil dan harus disimpan dalam wadah
tertutup rapat, ditempat sejuk dan kering.
 Natrium Klorida (NaCl). Stabilitas: Stabil dalam bentuk larutan.
 -Na Laktat. Stabilitas: mudah terbakar dan terurai setelah pemanasan
 Metoklopramid
Rute pemberian : peroral
Regiment dosis : 3 x 1tab sebelum makan
Indikasi : untuk mengatasi keluhan mual
Karakteristik fisika-kimia :
serbuk kristalin berwarna putih atau praktis putih, tak berbau atau praktis tak berbau.
Sangat mudah larut dalam air,larut dalam alkohol, agak sukar larut dalam kloroform,
praktis tidak larut dalam eter. Bobot molekul 299,796. Titik lebur 147,25˚C

 Zinc
Rute pemberian : peroral
Regiment dosis : 1 x sehari setelah makan selama 10 hari
Indikasi : mengatasi kemungkinan defisiensi zinc akibat diare
Karakteristik fisika-kimia:
padatan putih tanpa aroma dan rasa pahit Seng oksida memiliki dua struktur yang
mungkin: heksagonal dan kubik, tetapi kristal heksagonal adalah yang paling umum.
Senyawa ini memiliki berat molekul 81,38 g / mol dan kepadatan 5,606 g / ml. Titik
leburnya adalah 1975 ° C, di mana ia mulai terurai

5. Sampaikan kepada dokter penulis resep jika resep pada masalah (tulis bagaimana
cara menyampaikannya ke dokter).
Apoteker : Selamat Pagi Dok, mohon maaf jika mengganggu waktunya, sebelumnya
perkenalkan saya apoteker Galuh Octaviani mohon izin untuk
mengkonfirmasi terkait resep pasien atas nama Tn. R (41 thn) dengan No.
register 184578.
Dokter : Benar, mbak apoteker. Tn. R merupakan pasien saya. Ada apa ya ?
Apoteker : Begini dok, resep yang dokter tulis untuk pasien Tn. R sudah saya skrining
dan ada beberapa penulisan yang kurang lengkap, diantaranya:
 BB pasien tidak diketahui sehingga untuk dosis penggunaan infus RL
belum bisa ditentukan.
 Kemudian Duplikasi pemberian infus Ringer Lactat fls 6. Dalam resep,
dokter menuliskan infus RL fl 3 sebanyak 2 kali.Apa benar untuk resep
pasien Tn R diberikan infus RL sebanyak 6 botol dok? Karena apabila dosis
ringer laktat ini terlalu banyak diberikan dapat memengaruhi kadar
elektrolit dalam tubuh, dok.
Dokter : Oh, begitu ya mbak apoteker. Baik, untuk BB pasien 50 kg tadi saya lupa
menulisnya. Kemudian, untuk Infus RL dihilangkan satu saja mbak, berarti
hanya 3 fls. Apakah ada lagi?
Apoteker : Baik dokter, sepertinya sudah cukup. Maaf mengganggu waktunya dan
Terimakasih.
Dokter : Saya juga terimakasih mbak atas informasi dan konfirmasi terapi pasien.

6. Bagaimana pelayanan resep obat cito di RS?

 Perawat membawa resep obat cito ke instalasi farmasi


 Petugas farmasi mendahulukan pekerjaan resep tersebut untuk
selanjutnya resep tersebut direkapitulasi dan segera diberikan obatnya.
 Petugas menyediakan obat dan langsung diserahkan kepada perawat
 Perawat mengambil obat tersebut dan langsung diserahkan kepada
pasien.

7. Sarankan terapi non farmakologi untuk mendukung penyembuhan pasien


Terapi non farmakologi DIARE DENGAN SYOK HIPOVOLEMIK:
 Banyak minum air putih dan mengkonsumsi makanan yang dapat menambah
cairan (air, sayur bening, sup buah). Untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
Hindari mengkonsumsi alcohol, susu.
 Hindari makanan yang kasar, kemudian konsumsi makanan seperti bubur, roti,
pisang selama pengobatan.
 Hindari makanan dan minuman yang tidak bersih, karena bisa saja diare nya
disebabkan karena makanan dan minuman yang kotor dan sembarangan.
 Cuci tangan pakai sabun dan air bersih sebelum makan dan sesudah buang air
besar.
 Rebus air terlebih dahulu sebelum dikonsumsi
 Menghindari makanan pedas yang dapat memicu terjadinya diare.
 Tutuplah makanan untuk mencegah kontaminasi tikus, lalat, dan serangga.

8. Lakukan Pemantauan Terapi Obat.


Pemantauan terapi penggunaan obat dilakukan terhadap simptom seperti mual,
muntah, badan lemas, diare 10-13 kali perhari, konsistensi cair, warna kekuningan, mual,
pusing, linglung yang dialami pasien. Obat-obatan yang digunakan diharapkan dapat
meningkatkan kembali kualitas hidup pasien. Jika dalam proses terapi dirasa tidak
membuahkan hasil yang maksimal, perlu dilakukan pemeriksaan kembali oleh dokter
guna diagnosa lebih lanjut mengenai penyebab keluhan yang dialami pasien tersebut.
Dilakukan pemantauan pemeriksaan penunjang pada pasien seperti pemantauan BB
(Berat Badan) pasien, pemantauan elektrolit pasien, pemantauan durasi penggunaan infus
RL dan zinc, dan pemantauan obat metoklopramid karena obat ini dapat melalui sawar
darah otak dengan mudah dan dapat memblok reseptor dopamin di area tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
DiPiro J.T., B.G. Wells, T.L. Schwinghammer, dan DiPiro C. V. 2015. Pharmacotherapy Handbook.
Ninth Edition. McGraw-Hill Education Companies: Inggris.
MIMS Indonesia. Lactated Ringers solution. Mims.com. 2018. Diakses dari:
https://www.mims.com/indonesia/drug/info.

Anda mungkin juga menyukai