Anda di halaman 1dari 2

Nama : Markus Hasibuan

Kelas : XII IPS 2

Tablet dan Pembelajaran Daring Menggunakan Internet

Era pembelajaran digital akan segera dimulai. Tidak lama lagi guru dan siswa di sekolah tanah
air akan menggunakan buku-buku elektronik yang disajikan dalam sebuah perangkat keras
bernama tablet. Dalam statistik, Indonesia merupakan Negara nomor 5 pengguna telepon pintar
terbesar di dunia dengan jumlah kurang lebih 83 juta jiwa. Jumlah ini menurut techinasia
diperkirakan 14% dari total penduduk di Indonesia. Tingginya pengguna telepon pintar dengan
aplikasi yang mirip dengan tablet merupakan salah satu indikasi masyarakat melek teknologi
digital dan merupakan potensi besar bagi guru dan siswa di tanah air dalam mengusung
pembelajaran digital di sekolah.

Dalam banyak literature disebutkan bahwa integrasi teknologi dalam kegiatan belajar mengajar
berdampak positif tidak hanya pada hasil belajar siswa, tetapi juga pada motivasi, tingkat
kepercayaan diri siswa, serta pola berpikir siswa dalam proses pembelajaran. TIK dalam
pembelajaran juga mencakup penggunaan tablet sebagai media dan sumber pembelajaran.
Perangkat tablet memungkinkan format buku elektronik dengan dukungan image, audio dan
video sehingga materi pembelajaran menjadi menarik serta dapat dengan mudah dipahami oleh
siswa.

Sebenarnya, penggunaan tablet untuk membaca buku elektronik bukanlah hal yang baru di dunia
pendidikan tanah air. Tahun 2008 Departemen pendidikan nasional (sekarang Kemdikbud)
mengeluarkan buku sekolah elektronik (BSE). Untuk mendukung program buku elektronik
tersebut, pemerintah memberikan sarana pendukungnya yaitu e-book reader (perangkat keras
untuk membaca buku elektronik) ke sekolah. Sayangnya, kualitas e-book reader yang dibagikan
oleh pemerintah berkualitas rendah sehingga untuk membaca konten buku elektronik diperlukan
waktu loading yang cukup lama. Sehingga dibandingkan dengan buku konvensional sangat tidak
efektif. Jumlah perangkat e-book reader yang diterima oleh sekolah juga masih sangat terbatas
dan sehingga tidak mencukupi kebutuhan siswa. Pada akhirnya sekolah harus mencetak buku
elektronik tersebut dalam format kertas dengan dukungan dana dari pemerintah. Masalah
lainnya adalah terkait dengan penggunaan dan perawatan. Kemampuan guru dan siswa dalam
menggunakan perangkat TIK di sekolah tidak sebanding dengan kemampuan merawat perangkat
teknologi tersebut. Bahkan banyak sekolah yang tidak memiliki pegawai dengan kemampuan
khusus merawat dan memperbaiki perangkat TIK. Akibatnya, banyak perangkat TIK di sekolah
yang rusak karena minim perawatan. Bila pemerintah serius dengan tekad pembelajaran digital
maka perangkat TIK yang dibagikan ke sekolah harus benar-benar dengan kualitas yang baik,
serta mendukung sekolah dengan dana dan bimbingan perawatan perangkat TIK.

Membawa tablet kedalam proses pembelajaran tentunya harus diiringi dengan pendidikan
literasi digital supaya teknologi canggih tersebut dapat digunakan untuk penemuan baru
khususnya dalam meningkatkan hasil pembelajaran di sekolah. Menurut Rubble dan Bailey
(2007), literasi digital diartikan sebagai sebuah kemampuan untuk menggunakan teknologi
digital dan tahu kapan dan bagaimana menggunakannya. Di sekolah, pendidikan literasi digital
harus mencakup dua hal yaitu pendidikan literasi informasi dan literasi media informasi. Bila
siswa tidak dibekali dengan pengetahuan tentang informasi dan media ini maka budaya aktivitas
digital yang bijak tidak akan terbentuk dan pada akhirnya berdampak negatif terhadap
penggunaan perangkat TIK dikelas pembelajaran. Di negara-negara maju, pendidikan literasi
terintegrasi dengan kurikulum sekolah sebagai penyeimbang penggunaan teknologi
pembelajaran di kelas. Contoh saja Skotlandia, pendidikan tentang literasi digital dimulai
dengan pengenalan beragam bentuk informasi dan bagaimana menyaring informasi tersebut.
Disekolah-sekolah Skotlandia siswa juga diajarkan bagaimana menggunakan internet secara
bijak, bagaimana mengevaluasi informasi yang disajikan, serta dibimbing bagaimana
menyeimbangkan aktivitas di dunia maya dan di kehidupan nyata sehari-hari.

Berdasarkan penelitian yang dikemukakan oleh Daniel T. Willingham, profesor di Universitas


Virgina, Amerika Serikat, anak-anak yang menggunakan media belajar digital memerlukan
waktu lebih lama ketika mereka membaca buku di perangkat elektronik seperti e-book reader,
laptop, tablet, atau ponsel. Mereka juga memerlukan waktu lebih lama untuk mengerti materi
yang disampaikan melalui perangkat elektronik dibandingkan dengan buku teks biasa.

Penggunaan perangkat teknologi canggih di kelas pembelajaran tentunya harus dengan kesiapan
guru yang baik. Guru yang siap dengan sikap terbuka menggunakan TIK akan berpengaruh
positif terhadap aktivitas pembelajaran. Kesiapan guru bukan hanya ditunjukkan oleh seberapa
mampu guru menggunakan TIK tetapi juga tingkat pengetahuan guru tentang teknologi,
pedagogi dan materi pembelajaran. Dalam banyak literature pengetahuan guru tentang tiga
aspek teknologi, pedagogi dan materi pelajaran merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan pembelajaran berbasis TIK sehingga pembelajaran tersebut dapat bermakna.
Dengan pengetahuan ini guru tahu jenis teknologi yang tepat untuk memfasilitasi sebuah topic
pembelajaran serta capaian yang akan diperoleh melalui dukungan teknologi tersebut. Selain itu,
guru juga mampu dalam melakukan control penggunaan TIK oleh siswa selama proses
pembelajaran sehingga kegiatan yang tidak terkait dengan aktivitas belajar siswa dapat
dihindari. Untuk mendukung kesiapan guru ini pemerintah harus memberikan membimbing
kepada guru dalam menggunakan perangkat TIK selama pembelajaran melalui program
pelatihan yang berkesinambungan dan tepat sasaran. Bila guru telah memilik kemampuan dan
pengetahuan TIK yang memadai, maka guru dapat memainkan perannya dalam mensukseskan
program pemerintah tentang pembelajaran digital di sekolah.

Penggunaan teknologi di bidang Pendidikan dapat memberikan manfaat besar jika diiringi
dengan integrasi kurikulum, didukung oleh teknisi yang profesional, siswa-siswi yang bijak
dalam penggunaan sesuai pertuntukkannya, serta peran orang tua dalam menyediakan akses
teknologi.

Anda mungkin juga menyukai