Anda di halaman 1dari 27

NILAI-NILAI KARAKTER (KEMENDIKBUD NO.

20 TH 2018)
(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Nilai, Karakter, dan Anti Korupsi)
Dosen Pengampu:
Fajri Arif Wibawa, M.Pd

Disusun Oleh:
Hertanti
(1801041020)

KELAS B
JURUSAN TADRIS PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
METRO
TP. 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya. Sholawat beserta salam selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad SAW, beserta
keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan mudah-mudahan kita termasuk kedalam umat beliau yang
mendapatkan hidayah serta syafaatnya di yaumul qiyamah kelak. Aamiin.
Atas berkat rahmat Allah SWT. Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“NILAI-NILAI KARAKTER (KEMENDIKBUD NO. 20 TH 2018)”. Adapun makalah
Pendidikan Nilai, Karakter, dan Anti Korupsi ini telah penulis usahakan semaksimal mungkin
dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung dan membantu penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan
dalam penyusunan kata-kata maupun penguasaan materi. Hal ini karena kemampuan dan
pengalaman kami yang masih terbatas. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima
saran dan kritikan dari berbagai pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah yang
selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat dipergunakan dengan
sebaik-baiknya.

Seputih Raman, 8 Mei 2020.

penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
A. Mandiri ................................................................................................. 3
B. Demokratis ........................................................................................... 5
C. Rasa Ingin Tahu ................................................................................... 6
D. Semangat Kebangsaan ......................................................................... 8
E. Cinta Tanah Air ................................................................................... 10
F. Menghargai Prestasi ............................................................................. 12
G. Komunikatif ......................................................................................... 13
H. Cinta Damai ......................................................................................... 14
I. Gemar Membaca .................................................................................. 16
J. Peduli Lingkungan ............................................................................... 18
K. Peduli Sosial......................................................................................... 19
L. Bertanggung Jawab .............................................................................. 21
M. Penerapan Dalam Proses Pembelajaran ............................................... 22
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 23
A. Kesimpulan ......................................................................................... 23
B. Saran .................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Era globalisasi telah membawa pengaruh ataupun dampak secara luas di belahan
bumi manapun, tak terkecuali di negri indonesia kita tercinta ini. Dampak globalisasi
memiliki dua sisi yaitu sisi positif dan sisi negatif. Sisi positif salah satunya kerjasama
sedangkan sisi negatifnya yaitu munculnya tindak kekerasan dan kriminalitas. Khusnya
remaja atau pemuda saat ini, memiliki kebiasaan yang mengikuti perkembangan gaya hidup
yang sedang tren dan budaya kebarat-baratan mulai dari cara berpakaian, gaya bicara dan
pergaulan yang selalu mengikuti perkembangan teknologi. Hal ini akan berdampak pada
karakter generasi pemuda bangsa. Menyikapi fenomena tersebut, dunia pendidikan harus
memberikan peranan penting dalam mengubah moral dan karakter bangsa menjadi karakter
yang baik. Pelaksanaan pendidikan yang ada di Indonesia diikuti dengan perkembangan
zaman menjadi salah satu penentu dan dijadikan tolak ukur diperlukannya kualitas pendidikan
yang baik sehingga akan menciptakan sumber daya manusia yang cerdas dan berkualitas.
Karena bagaimanapun, pendidikan itu merupakan senjata yang sangat penting dalam
memajukan bangsa indonesia, untuk itu jika bangsa ini ingin maju maka kita harus
memajukan bangsa indonesia terlebih dahulu.
Pada prinsipnya, pendidikan itu merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan proses belajar mengajar dalam pembelajaran agar peserta didik mampu
mengembangkan bakat dan potensi yang ia miliki. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional
yang terdapat dalam Undang-Undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003
menjelaskan bahwa pendiidkan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh karena itu,
untuk mewujudkan nilai-nilai karakter yang ada pada Permendikbud No. 20 tahun 2018
dilakukan dengan memasukkan nilai-nilai karakter pada setiap mata pelajaran.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mandiri?
2. Apa pengertian dari demokratis?
3. Apa yang dimaksud dengan rasa ingin tahu?
4. Jelaskan apa yang dimaksud semangat kebangsaan!
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan cinta tanah air!
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan menghargai prestasi!
7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan komunikatif!
8. Jelaskan apa yang dimaksud dengan cinta damai!
9. Jelaskan apa yang dimaksud dengan gemar membaca!
10. Jelaskan apa yang dimaksud dengan peduli lingkungan!
11. Jelaskan apa yang dimaksud dengan peduli sosial!
12. Jelaskan apa yang dimaksud dengan bertanggung jawab!
13. Bagaimana penerapan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran!

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian mandiri.
2. Untuk mengetahui pengertian demokratis.
3. Untuk mengetahui pengertian rasa ingin tahu.
4. Untuk mengetahui pengertian semangat kebangsaan.
5. Untuk mengetahui pengertian cinta tanah air.
6. Untuk mengetahui pengertian menghargai prestasi.
7. Untuk mengetahui pengertian komunikatif.
8. Untuk mengetahui pengertian cinta damai.
9. Untuk mengetahui pengertian gemar membaca.
10. Untuk mengetahui pengertian peduli lingkungan.
11. Untuk mengetahui pengertian peduli sosial.
12. Untuk mengetahui pengertian bertanggung jawab.
13. Untuk mengetahui bagaimana penerapan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mandiri
Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti berdiri sendiri dan tidak
bergantung kepada oranglain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemandirian adalah
“keadaan yang dapat dilakukan sendiri tanpa bergantung kepada kemampuan oranglain.
Kemandirian seseorang dapat dilihat dari tingkah laku yang menunjukkan sikap mandiri atau
tingkah laku yang mandiri. Mandiri dapat diartikan sebagai bekerja sendiri. Membantu siswa
untuk belajar mandiri itu berarti kita telah menolong mereka dari bantuan oranglain. Jadi,
dalam melakukan aktifitas apapun akan merasa bebas melakukan hal sendiri dan bebas dari
rasa takut dan membuat siswa menjadi pemberani. Kemandirian seseorang bukan dilihat oleh
usia, melakinkan dilihat dari bagaimana ia berprilaku. Dengan demikian, orang yang lebih
muda belum tentu tidak memiliki karakter mandiri bisa saja justru yang lebih tua belum
memiliki karakter mandiri. Beberapa prilaku mandiri yang dapat ditunjukkan oleh seseorang
dapat diidentifikasi seperti :
1. menemukan jati diri atau identitas diri
2. memiliki kemampuan yang intesif
3. dapat membuat pertimbangan sendiri dalam melakukan sesuatu
4. dapat memenuhi kebutuhan sendiri
5. dapat bertanggung jawab atas segala perbuatan yang ia lakukan
6. mampu memilih jalan sendiri dan melepaskan diri dari keterikatan yang tidak perlu
7. dapat mengambil keputusan sendiri secara tegas
8. tekun
9. percaya diri dalam situasi apapun
10. selalu mempunyai keinginan sendiri untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan oranglain
11. selalu puas terhadap diri sendiri atas apa yang telah ia kerjakan
Belajar mandiri merupakan kegiatan belajar secara aktif yang telah didorong oleh
niat atau motif dalam menguasai suatu kompetensi yang berguna dalam menyelesaikan suatu
permasalahan yang dibangun dengan ilmu pengetahuan atau kompetensi yang telah ia miliki.
Seseorang yang sedang menjalankan kegiatan belajar secara mendiri, lebih termotivasi oleh

3
yang mendorongnya untuk belajar. Bukan oleh kemampuan fisik kegiatan belajarnya.
Biasanya belajar mandiri lebih ditentukan oleh motif belajar yang timbul didalam diri
pembelajar, maka seorang pendidik dalam proses pembelajaran sangat dituntut untuk dapat
menumbuhkan niat dan motif belajar pada peserta didik. Oleh karena itu, peserta didik harus
bersungguh-sungguh dalam menguasai bidang studinya. Selain itu, pendidik juga harus
menguasai berbagai teknik dan metode yang menarik dalam proses pembelajaran, supaya
peserta didik tertarik oleh materi dan tertarik untuk mempelajarinya sendiri lebih jauh.
Melalui kebiasaan belajar sendiri, hal ini akan menumbuhkan karakter mandiri dalam siswa.
Cara meningkatkan karakter mandiri pada siswa yaitu :
1. Pengembangan motivasi belajar
Menumbuhkan motivasi dalam belajar merupakan komponen pertama konsep belajar
mandiri, karena dengan adanya semangat atau motivasi belajar yang tinggi peserta didik
akan terbiasa untuk mencari tau sendiri materi dan akan menjadi sebuah kebiasaan yaitu
belajar mandiri. Ada 6 faktor yang berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa yaitu
antara lain sikap, kebutuhan, rangsangan, emosi, kompetensi, dan penguatan.
2. Menerapkan sistem belajar aktif
Belajar aktif merupakan komponen kedua dalam konsep belajar mandiri. Belajar aktif ini
dianggap sebagai strategi untuk mencapai tujuan belajar mandiri tetapi juga sekaligus
sebagai model pembelajaran yang berguna untuk menumbuhkan motivasi belajar. Untuk
menerapkan sistem belajar aktif ini dapat dilakukan dengan menerapkan model problem-
based learning (PBL) dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran ini menerangkan
kepada peserta didik untuk dapat menganalisis suatu masalah, mencari data, menemukan
jawaban dan menyimpulkan jawaban terhadap suatu masalah.
Menurut Hurlock faktor-faktor yang memengaruhi kemandirian adalah:
a. Pola asuh Orang tua
Orang tua dengan pola asuh demokratis sangat merangsang kemandirian anak, dimana
orang tua merupakan madrasah pertamanya anak2 dan ayah sebagai kepala madrasah
pertama bagi anak-anak. Untuk itu orang tua memiliki peran sebagai pembimbing yang
memperhatikan setiap aktivitas dan kebutuhan anak, terutama yang berhubungan dengan
studi dan pergaulannya baik dilingkungan keluarga dan sekolah.

4
b. Urutan posisi anak
Anak pertama sangat diharapkan untuk menjadi contoh dan menjaga adiknya lebih
berpeluang mandiri dibandingkan anak bungsu yang mendapatkan perhatian berlebihan
dari orang tua dan saudara-saudaranya berpeluang kecil untuk mandiri. Selanjutnya
menurut Benjamin Spok mengatakan bahwa ada beberapa yang mempengaruhi
kemandirian anak antara lain:
1) Rasa percaya diri anak
Rasa percaya diri anak dibentuk ketika anak diberikan kepercayaan untuk melakukan
suatu hal yang mampu ia mampu kerjakan sendiri. Rasa percaya diri dapat dibentuk
sejak anak masih bayi. Rasa percaya diri ini akan menjadikan anak untuk mandiri.
2) Kebiasaan
Salah satu peranan orang tua dalam kehidupan sehari-hari adalah membentuk kebiasaan
anak. Jika anak terlalu dibiasakan dengan kemanjaan dan selalu dilayani maka anak
tersebut akan manja selalu bergantung kepada orangtuanya dan tidak bisa mandiri.
3) Disiplin
Kemandirian berkaitan erat dengan sekali dengan yang namanya disiplin, sebelum
anaknya dapat mendisiplinkan dirinya sendiri ia terlebih dahulu harus di disiplinkan
oleh orang tuanya.1
Mandiri adalah suatu sikap untuk tidak menggantungkan diri kepada keputusan oranglain
dalam menyelesaikan suatu masalah. Karakter mandiri ini harus diterapkan pada peserta didik
karena karakter mandiri ini merupakan karakter yang sangat baik dalam menyelesaikan suatu
persoalan. Kemandirian sangat berhubungan dengan pribadi yang mandiri, kreatif dan mampu
berdiri sendiri dengan memiliki kepercayaan diri yang mampu membuat seseorang sebagai
individu yang mampu melakukan segala hal dengan sendiri.

B. Demokratis
Mustari mengatakan bahwa demokratis adalah cara berfikir, bersikap, bertindak yang
menilai sama antara hak dan kewajiban dirinya dan oranglain. Nilai-nilai demokratis ini
dipercaya akan mampu membawa kehidupan berbangsa dan bernegara dalam semangat

1
Toni Nasution, “MEMBANGUN KEMANDIRIAN SISWA MELALUI PENDIDIKAN KARAKTER” Vol. 2, no. 1 (June 2018):
Hal. 1-9.

5
egalitarian dibandingkan dengan ideologi non demokrasi. Agar peserta didik dilingkungan
sekolah dapat menjadi pribadi yang demokratis maka pelaksanaan seluruh kegiatan sekolah
hendaknya harus sesuai dengan nilai-nilai demokratis. Pada dasarnya, demokrasi dapat
tercipta karena adanya sikap saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Kurniawan
mengatakan bahwa sesuatu dapat dikatakan demokratis ketika :
1. Menyelesaikan persoalan dengan damai dan melembaga
2. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu elemen masyarakat yang
sedang berubah
3. Menyelenggarakan pergantian pemimpin secara teratur
4. Membatasi segala sesuatu yang berkaitan dengan kekerasan
5. Menghargai serta mengakui adanya keaneragaman
6. Menjamin tegaknya sebuah keadilan
Contoh sikap demokratis disekolah yaitu :
1. Membiasakan diri untuk selalu bermusyawarah dengan teman-teman guna ingin
mendapatkan suara yang adil dalam memecahkan suatu masalah
2. Menerima kekalahan dengan iklas dalam setiap pemilihan apapun
3. Mengemukakan pendapatnya didepan teman-teman
4. Memberikan kesempatan untuk pemimpin dalam bekerja dengan baik
5. Melaksanakan segala aturan pemimpin2

C. Rasa Ingin Tahu


Pendidikan karakter diartikan sebagai usaha yang sungguh-sungguh untuk
memahami, membentuk, memupuk nilai-nilai etika, baik untuk diri sendiri maupun untuk
semua warga masyarakat atau warga negara secara keseluruhan. Dalam konteks pelaksanaan
pendidikan, pendidikan karakter dapat diartikan sebagai proses pemberian tuntunan
peserta/anak didik agar menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati,
pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter sangat penting untuk dilakukan
berdasarkan penelitian Raharjo yang menyimpulkan bahwa Pendidikan karakter dapat
mempengaruhi akhlak mulia peserta didik. Serta penelitian Towaf yang menyatakan Karakter
menjadi sebuah pola, baik itu pikiran, sikap maupun tindakan, yang melekat pada diri

2
Ari Wijaya, “SIKAP DEMOKRATIS,” 2016.

6
seseorang dengan sangat kuat dan sulit dihilangkan. Maka dari itu, untuk membentuk karakter
siswa, secara khusus rasa ingin tahu maka dibutuhkan instrumen pendidikan seperti pengajar
yang berkompeten, sumber belajar yang memadai, serta yang terpenting adalah tindakan
pembelajaran berupa pendekatan, model, metode, ataupun strategi pembelajaran yang tepat.
Sehingga efektif dan efisien dalam menumbuhkan serta menguatkan kedua karakter tersebut
pada diri siswa. Rasa ingin tahu merupakan suatu tingkah laku untuk mengetahui dan terus
mencari tahu terhadap sesuatu permasalahan. Rasa ingin tahu adalah cara berfikir, sikap, dan
prilaku yang mencerminkan rasa penasaran dan keingintahuan yang tinggi terhadap segala
apapun yang ia lihat, dengar dan pelajari secara mendalam. Rasa ingin tahu merupakan modal
awal bagi siswa dalam proses pembelajaran. Jika siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
maka ia akan lebih semangat dalam menggali ilmu. Dengan rasa keingintahuan yang tinggi
pula siswa akan belajar lebih guna untuk memenuhi kehausan akan pengetahuan yang ingin ia
ketahui. Melalui keingintahuannya siswa akan mulai belajar dan menemukannya sendiri.
Praktik penguatan karakter rasa ingin tahu harus disertai dengan model pembelajaran
yang sesuai. Sehingga karakter tersebut secara bertahap atau bersamaan terimplementasi
dalam prilaku siswa. Untuk melihat tumbuh atau tidaknya rasa ingin tahu, maka dibutuhkan
beberapa indikator. Indikator tersebut akan menunjukkan perilaku siswa dalam pembelajaran
yang mencerminkan munculnya karakter rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu siswa dapat dilihat
dari munculnya beberapa tingkah laku siswa yaitu :
1. Dilihat dari ia menggunakan beberapa alat indera untuk menyelidiki materi pembelajaran
2. Mengajukan pertanyaan tentang objek dan peristiwa.
3. Menunjukkan minat pada hasil percobaan
Karakter rasa ingin tahu sangat penting yang harus dikembangkan oleh guru kepada peserta
didiknya. Diharapkan dengan munculnya karakter tersebut pada peserta didik akan menambah
keterampilan peserta didik dalam memecahkan masalah. Serta dapat membentuk manusia
yang dapat berkembang mengikuti perkembangan zaman yang semakin berubah-ubah. Pada
proses pembelajaran penemuan ( discovery learning) , partisipasi aktif dari tiap siswa, dan
mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan merupakan hal yang penting. Untuk itu
dalam menunjang proses proses pembelajaran penemuan perlu diciptakan lingkungan yang
memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Dalam proses tersebut rasa ingin
tahu dapat muncul pada langkah stimulasi. Pada tahap ini siswa diajak untuk berinteraksi

7
dengan tanya jawab terhadap media yang digunakan. tentu hal ini akan merangsang siswa
untuk terus bertanya dan bertanya. Seperti disebutkan sebelumnya, perilaku untuk terus
bertanya adalah indikator munculnya karakter rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu juga dapat
mucul pada pengumpulan data. Sehingga nampak jelas discovery dapat memicu tumbuhnya
rasa ingin tahu.3

D. Semangat Kebangsaan
Semangat kebangsaan ini merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam 18 karakter
bangsa. Karakter bangsa ini dikembangkan dalam pendidikan karakter dilembaga pendidikan
formal seperti Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah
Menengah Atas (SMA) yang didalamnya terkandung pendidikan nilai, pendidikan budi
pekerti, pendidikan moral, dan pendidikan watak. Semangat kebangsaan menjadi salah satu
bagian dari nilai-nilai karakter bangsa yang harus dikembangkan dalam proses pendidikan
karakter. Karakter dimaknai sebagai cara berfikir dan berprilaku yang ada pada tiap individu
untuk hidup dan bekerja sama dalam lingkungannya. Semangat kebangsaan merupakan
sebuah keinginan untuk memajukan bangsa. Bangsa adalah sekumpulan manusia yang
memiliki bahasa yang sama, adat istiadat yang sama, senasib, sepenanggungan dan cita-cita
yang sama. Konsep kebangsaan menunjukkan ciri-ciri yang menandai sebuah golongan
bangsa atau kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara. Daryanto dan darmiatun
mengungkapkan bahwa semangat kebangsaan adalah cara berfikir, bertindak, dan
berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri
ataupun kelompoknya.
Suyadi juga menjelaskan bahwa semangat kebangsaa atau nasionalisme yaitu berupa
sikap dan tindakan yang meletakkan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan
pribadi atau individu dan golongan tertentu. Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut,
semangat kebangsaan yaitu suatu tindakan yang dilakukan oleh setiap individu maupun
kelompok dalam melindungi serta menjaga bangsanya dan mendahulukan kepentingan
bangsanya diatas kepentingan pribadi ataupun kelompok. Semangat kebangsaan ini mampu
melatih peserta didik untuk semangat dalam belajar sehingga mapu menjadi penerus bangsa

3
Achmad Ryan Fauzi, dkk, “PENGUATAN KARAKTER RASA INGIN TAHU DAN PEDULI SOSIAL MELALUI DISCOVERY
LEARNING,” JTP2IPS Vol. 2, no. 2 (Oktober 2017): hal 27-36.

8
yang berpendidikan serta berkarakter yang baik. Semangat kebangsaan ini bisa dimulai dari
hal-hal kecil dan sederhana yang ada dilingkungan keluarga, sekolah serta masyarakat.
Dengan adanya semangat kebangsaan ini akan membantu lingkungan sekitar dan peserta didik
agar terhindar dari pengaruh yang negatif seperti pergaulan bebas dan tindakan kriminal
lainnya. Salah satu sikap yang mencerminkan semangat kebangsaan adalah sikap yang
menghargai keputusan bersama atau musyawarah. Hakim mengungkapkan bahwa semangat
kebangsaan atau nasionalisme ini ditampung dala pancasila sila ke-3 yaitu yang persatuan
Indonesia. Nilai-nilai demokrasi juga terjabar dari nilai-nilai pancasila yang dijadikan
landasan dalam berfikir dan bertindak yaitu :
1. Kedaulatan rakyat
2. Republik
3. Negara yang berdasarkan hukum
4. Pemerintahan yang konstitusional
5. Sistem perwakilan
6. Prinsip musyawarah
7. Prinsip ketuhanan
Sikap semangat kebangsaan sangat penting untuk diterapkan kepada peserta didik
sejak dini yaitu pada masa keemasan sekolah dasar. Usia sekolah dasar merupakan usia yang
konkrit sehingga semangat kebangsaan dapat dilatih melalui kegiatan pramuka, diskusi, PMR
dan pelatihan dalam mempersiapkan upacara hari senin dan hari-hari besar lainnya.
Penanaman karakter kebangsaan pada para siswa juga bisa diberikan melalui mata pelajaran
umum dan muatan lokal (mulok) di sekolah. Buku-buku mata pelajaran umum dan mulok
juga diberikan kepada siswa.4 Bentuk-bentuk semangat kebangsaan ada enam bentuk yaitu :
1. Nasionalisme Kewarganegaraan
2. Nasionalisme Etnis
3. Nasionalisme Identitas
4. Nasionalisme Budaya
5. Nasionalisme Kenegaraan
6. Nasionalisme Agama

4
Aji Bagus Priyambodo, “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SEMANGAT KEBANGSAAN DAN CINTA TANAH AIR
PADA SEKOLAH BERLATAR BELAKANG ISLAM DI KOTA PASURUAN,” Jurnal Sains Psikologi Jilid 6, no. 1 (March
2017): hlm 9-15.

9
Berdasarkan bentuk-bentuk semangat kebangsaan tersebut, bentuk-bentuk penyertaan aktif
rakyat dapat berupa pemberian suara dalam pemilihan umum. Bentuk semangat kebangsaan
yaitu dapat menyelenggarakan keputusan bersama atau musyawarah dala masyarakat dalam
rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa dengan cara berpartisipasi aktif dalam
pemerintahan.5

E. Cinta Tanah Air


Derasnya arus globalisasi diikuti juga dengan perkembangan teknologi dan informasi
berdampak pada berkurangnya rasa cinta Negara Republik Indonesia oleh generasi muda,
masuknya kebudayaan luar tanpa adanya filter menyebabkan nilai-nilai cinta tanah air
semakin luntur dan budaya luar lama-kelamaan semakin mendominasi dibandingkan budaya
lokal di Indonesia, Sehingga paham kebangsaan semakin merosot dan rasa persatuan
kesatuan dikalangan penduduk Indonesia semakin menipis. Maka permasalahan yang terjadi
saat ini banyak yang tidak mengetahui budaya daerah sendiri, sering melanggar peraturan
sekolah, berkurangnya rasa sosial pada masyarakat Indonesia , menggunakan bahasa yang
tidak sopan, banyak yang beranggapan bahwa menunjukkan rasa cinta Indonesia cukup
hanya dengan mengikuti upacara dan juga kurangnya minat terhadap produk buatan bangsa
sendiri, karena itu perlu diwujudkan kembali rasa cinta tanah air pada generasi muda yaitu
melalui pendidikan karakter karena generasi mudalah yang nanti akan membawa bangsa
Indonesia ke arah yang lebih baik.
Pendidikan karakter adalah sebuah usaha yang dilakukan untuk mendidik anak-anak
agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mencontohnya dalam kehidupan sehari-
hari sehingga dapat memberikan konstribusi positif kepada masyarakatnya. Pembinaan
karakter cinta tanah air perlu ditumbuh kembangkan dalam jiwa setiap peserta didik karena
peserta didik merupakan investasi bangsa yang akan bertanggung jawab membawa
Indonesia kearah yang lebih baik maka dari itu pendidik hendaknya bisa menggali potensi
dan menanamkan rasa bangga untuk bisa mencintai negerinya sendiri. Cinta tanah air
merupakan sikap mental yang dilandasi oleh rasa cinta, siap membela dan rela berkorban
untuk tanah air, bangsa dan Negara. Perjuangan penjajah untuk memperoleh kemerdekaan,
dilandasi dengan semangat yang tinggi sehingga berhasil mewujudkan cita-cita

5
Tyas Febriyanti, “Karakter Sikap Semangat Kebangsaan,” 2017, Hal. 10-40.

10
kemerdekaan. Oleh karena itu diperlukan upaya dari guru untuk membina pendidikan
karakter cinta tanah air melalui pembelajaran-pembelajaran yang di ajarkan di sekolah salah
satunya pembelajaran IPS, pembelajaran IPS pada dasarnya adalah proses untuk membina
peserta didik menjadi lebih baik dari sebelumnya serta mendidik menjadi warga Negara
yang baik dan membekalinya dengan ketrampilan sosial maupun intelektual dalam rangka
mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia.6 Cinta tanah air ini berarti peserta didik
dapat mencintai bangsa sendiri, yakni memunculkan perasaan mencintai oleh warga negara
untuk negaranya dengan cara siap mengabdi, berkorban, menjaga persatuan dan kesatuan,
melindungu tanah airnya dari segala ancaman dan gangguan yang mengancam negaranya.
Cara kita untuk mencintai tanah air adalah
1. Menjadi warga negara yang aktif yaitu mengikuti perkembangan berita-berita tentang
apapun yang sedang terjadi di Indonesia termasuk tentang politik.
2. Mempelajari sejarah bangsa Indonesia, karena pernah ada pepatah mengatakan bahwa
jangan sampai kita melupakan sejarah. Kita harus mengetahui sejarah bangsa ini dan
mengambil sisi positif dari setiap kejadian serta meninggalkan hal-hal yang tidak baik.
3. Mempunyai idola pahlawan dalam negera sendiri. Ada banyak sekali pahlawan kita dalam
negara ini. Dengan kita mengidolakannya, berarti kita mencintai tanah air karena jasa-
jasa para pahlawan terdahulu.
4. Memakai pakaian adat atau pakaian khas Indonesia. Kita tidak boleh melupakan pakaian
adat khas Indonesia. Dengan kita memakainya berarti kita mencintai produk dalam
negeri.
5. Rayakan hari-hari besar nasional untuk memperingati kejadian atau peristiwa yang terjadi
dinegara kita.
6. Gunakanlah produk-produk dalam negeri. Dengan kita mencintai produk sendiri itu
berarti kita menghargai dan mencintai tanah air Indonesia.
7. Kibarkan bendera merah putih dirumah, disekolah, dimobil atau motor, dan ditempat
lainnya.

6
Nurul Aprilina, “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER CINTA TANAH AIR MELALUI PEMBELAJARAN IPS DI
GUGUS 25 SDN 2 MATA IE ACEH BESAR,” FKIP Unsyiah Volume 2, no. 3 (July 2017): 32–40.

11
F. Menghargai Prestasi
Karakter menghargai prestasi sangat populer diperbincangkan dalam dunia
pendidikan. Karakter ini lebih menekankan untuk mendorong dirinya sendiri dalam
melakukan sesuatu yang berguna dalam masyarakat, dan bersedia mengakui keberadaan orang
lain, serta menghormati atau mengapresiasi keberhasilan yang telah dicapai orang lain.
Menghargai prestasi merupakan suatu karakter yang harus ditanamkan sejak dini dalam diri
peserta didik. Hal ini dikarenakan banyak peserta didik yang meremehkan atau mencaci maki
prestasi yang dimiliki oleh peserta didik yang lain. Tidak sedikit pula peserta didik yang
meniru hasil karya orang lain (plagiat) dan tidak percaya diri dengan hasil karyanya sendiri.
Karakter ini sangat mendorong peserta didik untuk dapat meningkatkan kognitif,
psikomotorik, dan afektif peserta didik. Peserta didik merasa lebih tertantang untuk belajar
lebih giat lagi dan merasa lebih terpacu untuk memecahkan persoalan-persoalan yang sulit.7
Pendidikan bisa mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang ada pada diri
peserta didik sehingga mereka mempunyai nilai dan karakter dan bisa menerapkan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu budaya dan karakter bangsa yang harus
dikembangkan dalam diri peserta didik yaitu menghargai prestasi.
Prestasi belajar adalah hasil usaha yang diperoleh seseorang setelah melakukan
kegiatan belajar. Seseorang pasti akan mendapatkan prestasi yang baik apabila ia telah
berupaya bekerja keras dan konsisten terhadap apa yang ia akan raih. Orang yang bekerja
keras dan berusaha dengan maksimal pasti cepat atau labat akan mendapatkan apa yang ia
inginkan. Setiap orang pasti memiliki rintangan dan tantangan dalam mengejar cita-citanya,
tetapi rintangan itu harusnya dijadikan pelajaran supaya lebih baik untuk kedepannya.
Menghargai prestasi adalah sikap yang ditunjukkan untuk mendapatkan sesuatu yang berguna
bagi lingkungan sekitar, mengakui, serta menghormati keberhasilan atas pencapaian
oranglain. Peserta didik yang mau menghargai prestasi pasti akan terus berupaya dalam
meraih apa yang diinginkannya. Indikator yang dapat dijadikan dasar dalam mengukur sikap
menghargai terhadap prestasi adalah
1. Berusaha mendapatkan cita-citanya semaksimal mungkin.
2. Membuat rencana tersusun dalam mengejar cita-citanya

7
Wenny Sutomo, dkk, “Mengidentifikasi Karakter ‘Menghargai Prestasi’ Peserta Didik Kelas VIII SMP N 5 Muaro
Jambi,” Jurnal Publikasi Pendidikan Volume 9, no. 2 (June 2019): Hal.110-116.

12
3. Bekerja keras demi meraih prestasi yang diinginkan
4. Memberikan apresiasi terhadap pencapaian oranglain.8

G. Komunikatif
Pendidikan karakter merupakan upaya terencana dalam proses pembimbingan dan
pembelajaran bagi individu untuk mengembangkan karakter yang baik berdasarkan nilai-nilai
inti yang baik untuk individu dan juga untuk masyarakat. Nilai-nilai yang dikembangkan pada
pendidikan karakter diidentifikasi dari empat sumber, yakni agama, Pancasila, budaya dan
tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan keempat sumber nilai itu, teridentifikasi 18 nilai
yang dapat dikembangkan melalui pendidikan budaya dan karakter bangsa, salah satunya
adalah sikap komunikatif. Bersahabat / komunikatif merupakan sikap atau tindakan yang
memperhatikan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerjasama dengan orang lain. Sikap
komunikatif berhubungan dengan orang lain yang di dalamnya terdapat komunikasi yang
mudah dimengerti sehingga terwujud suasana yang menyenangkan dalam bekerjasama.
Dalam pembelajaran di sekolah, sikap komunikatif ini dapat mempengaruhi kemampuan
siswa dalam berdiskusi kelompok yang menuntut siswa harus mampu berkomunikasi yang
baik dengan siswa lainnya sehingga dalam diskusi tersebut akan tercipta suasana yang aktif.
Tidak hanya dala diskusi, tetapi saat peserta didik presentasi atau menyampaikan materi
hendaknya dengan suara yang lantang dan tidak malu-malu dan juga lebih banyak
berkomunikasi dengan audien supaya mereka tidak merasa enuh atau mengantuk.
Melalui komunikasi, siswa dapat mendiskusikan, mengembangkan dan menyalurkan
aspirasi serta pendapat-pendapat dalam bentuk lisan maupun tulisan.Dengan komunikasi pula,
siswa dapat membangun pengetahuan baru hasil dari penyampaian informasi yang diberikan
oleh guru. Namun, pada kenyataannya siswa kurang mampu dalam mengkomunikasikan ide-
ide yang ada dalam diri siswa itu sendiri. Siswa dapat menyelesaikan permasalahan yang
diberikan guru, namun kadangkala tidak dapat menjelaskan hasil pemikirannya sendiri kepada
siswa lain. Salah satu faktor penyebabnya yaitu guru lebih mendominasi pembelajaran
daripada siswa, sehingga siswa bersifat pasif dan tidak memiliki kesempatan dalam
menyampaikan berbagai ide yang dimiliki. Akibatnya, proses pembelajaran menjadi kurang
komunikatif, padahal kemampuan komunikasi yang baik akan menghasilkan hasil belajar

8
Sholekah Istiqomah Widya Astutik, “Sikap Menghargai Prestasi,” 2016, Hal. 7-33.

13
yang baik pula. Sehingga mengelola komunikasi yang efektif sangatlah penting karena dapat
mengembangkan potensi peserta didik untuk mampu berpikir reflektif bagi penyelesaian
masalah sosial di masyarakat.
Semakin tinggi sikap komunikatif yang dimiliki oleh siswa, maka semakin banyak
wawasan yang dimiliki oleh siswa karena siswa dengan mudah menyampaikan ide atau
gagasan yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan penelitian Putri, menyatakan perkembangan
sikap komunikatif seseorang dapat dilihat dari siswa siswa yang lebih aktif bertanya maupun
mengungkapkan pendapat dalam diskusi kelompok. Selain itu siswa juga terbiasa untuk saling
bertanya kepada kepada siswa lain, mengungkapkan pendapat maupun menanggapi pendapat
untuk menjawab pertanyaan. Sehingga apabila pembiasaan mengembangkan sikap
komunikatif kepada siswa sudah terlaksana dan siswa mampu menumbuhkan sikap
komunikatif dalam dirinya maka siswa akan lebih cepat memahami dan mampu
menyelesaikan masalah-masalah dan juga saat siswa berani mengungkapkan pendapatnya,
berani mengkritik hal yang kurang tepat berarti peserta didik tersebut memiliki sikap
komunikatif yang tinggi. Hal tersebut bisa menimbulkan rasa percaya diri yang baik bagi diri
peserta didik.9

H. Cinta Damai
Cinta damai adalah Sikap dan tindakan yang menyebabakan orang lain merasa aman
dan senang atas kehadirannya dan mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna untuk masyarakat, mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. Cinta
damai disini dapat diartikan seseorang yang tidak menyukai kegaduhan ataupun perkelahian.
Orang yang cinta damai lebih suka ketenangan dan perdamaian. Jika ada masalah, orang
yang cinta damai ini tidak akan memperpanjangkannya, justru biasanya dia akan mengalah
untuk meminta ma’af kepada orang tersebut. Karena jika tidak, perkelahian dan permusuhan
pasti akan terjadi. Orang yang cinta damai akan mudah disenangi oleh masyarakat dimana ia
tinggal, karena pastinya masyarakat merasa aman bila didekatnya. Bagi peserta didik,
karakter cinta damai ini sangat perlu diterapkan. Karena dengan karakter cinta damai ini,

9
Ni Wyn. Nik Lisa, dkk, “HUBUNGAN ANTARA SIKAP KOMUNIKATIF SEBAGAI BAGIAN DARI PENGEMBANGAN
KARAKTER DENGAN KOMPETENSI INTI PENGETAHUAN IPS SISWA,” Jurnal Mimbar Ilmu Vol. 23, no. 2 (2018): Hal.
158-166.

14
tidak akan ada tawuran antar pelajar, perkelahian, permusuhan dan hal-hal negatif lainnya
pasti akan terhindar.
Pada akhirnya, seorang pendidik berjiwa damai adalah mereka yang menyadari
bahwa menjadi guru bukan hanya pekerjaan yang digeluti demi mendapatkan imbalan
materi dan profesi yang hanya melekat ketika berada di kelas atau lingkungan sekolah. Guru
berjiwa damai menyadari bahwa status mereka sebagai pendidik lengkap dengan semua sifat
positif dan nilai perdamaian yang melekat dalam dirinya, dan dengan penuh kesadaran
menerapkan sifat positif tersebut bagi masyarakat dan tempat dia tinggal. Karakter cinta
damai berkaitan erat dengan karakter toleransi. Pribadi yang memiliki karakter cinta damai
akan memiliki karakter toleransi yang kuat. Ia akan berusaha semampunya untuk
menoleransi perbuatan tidak menyenangkan orang terhadapnya agar tidak terjadi
perkelahian. Dalam Syair Sultan Syarif, nilai pendidikan karakter cinta damai beberapa kali
ditunjukan oleh Sultan Syarif. Hal ini tidak hanya dilakukannya dengan cara mencegah
dirinya dari amarah, tetapi juga ditunjukkannya dengan cara meminta maaf kepada orang-
orang yang ia sakiti.10 Contoh sikap cinta damai di lingkungan sekolah adalah
1. Menciptakan suasana belajar dan bekerja dengan nyaman, tentram, dan harmonis dengan
cara menyediakan ruangan dengan bersih dan nyaman.
2. Membuat poster atau slogan-slogan yang bertuliskan anti kekerasan dan mendahulukan
perdamaian
3. Menjaga persahabatan dan keakraban siswa melalui perkumpulan yang mempertemukan
semua anggota sehingga terciptanya silaturahmi
4. Menjauhi perbuatan bullying terhadap anggota lain
5. Menerapkan sanksi yang tegas terhadap prilaku yang negatif seperti pelecehan atau
kekerasan.11
Contoh sikap cinta damai dilingkungan sekitar :
1. Ramah terhadap oranglain, contohnya mau berteman dengan siapapun, mengucapkan
salam atau selamat ketika bertemu teman untuk pertama kalinya, tidak suka mengejek
dan berkata sopan terhadap siapapun.

10
Fitriani dkk, “NILAI PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERCERMIN DALAM SYAIR SULTAN SYARIF,” n.d., Hal. 1-11.
11
Ragil Dian Purnama Putri, dkk, “Implementasi Nilai-Nilai Karakter KECE (Komunikatif, Empatik, Cinta Damai,
Energik) Di Sekolah Dasar Dalam Pemanfaatan Bonus Demografi,” Seminar Nasional Pendidikan, March 24, 2018,
Hal 13-2.

15
2. Menghargai perbedaan, contohnya tidak mencela orang lain yang berbeda pendapat, mau
bekerjasama dengan teman yang berbeda latar belakang ekonomi, sosial, budaya dan
agama dan mau mengalah.
3. Menghadapi masalah dengan sabar, contohnya saat dijahili teman memilih untuk tidak
membalasnya dengan berkelahi, tidak menggunakan kekuatan fisik jika berselisih faham,
dan berbicara dengan nada rendah yang tidak mengundang amarah teman
4. Merasa bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan teman, contohnya tidak
mengambil barang teman, ikut menjaga keamanan barang dikelas, dan menjaga
keselamatan teman dikelas dari perbuatan jahil yang akan merusak.

I. Gemar Membaca
Menumbuhkan minat baca haruslah dimulai sejak dini, yaitu sejak masih anak-anak.
Anak akan mudah berminat membaca dengan buku-buku yang menarik, yang bergambar dan
disajikan secara ringan. Gemar membaca merupakan karakter yang juga harus diterapkan
sejak dini, agar pada saat ia tumbuh dewasa ia akan memiliki kemampuan berbahasa yang
baik. Buku adalah jendela dunia, dengan membaca buku kita tidak perlu berkeliling dunia
sungguhan tetapi kita bisa merasakan bahwa kita sedang berkeliling dunia. Dengan membaca
buku kita akan mendapatkan informasi dan wawasan yang sangat luas. Tetapi, membaca
manfaatnya tidak hanya sebagai mencari wawasan saja namun dapat sebagai perangkat
komunikasi, sebab semakin banyak membaca kemampuan berfikir, mengolah kata, dan
keterampilan berbahasanya akan semakin baik. Seseorang yang pernah sekolah sudah pasti
akan bisa membaca. Namun kebanyakan anak sekolah menggunakan buku hanya saat
pelajaran saja. Berbeda dengan anak yang berminat besar terhadap bacaan. Seorang yang
gemar membaca akan menyempatkan diri untuk membaca buku. Mereka juga menyediakan
waktu khusus untuk membaca seperti pada waktu senggang, pada malam hari maupun
sebelum tidur. Persoalan minat baca seseorang tidak dilihat dari berapa lama ia membaca,
namun seberapa sering ia menyempatkan diri untuk membaca. Dari membaca seseorang akan
memiliki insprirasi untuk menjadi besar dan terus mewujudkan keinginannya.
Kemajuan tekhnologi saat ini berkembang dengan pesat, baik dari bidang IPTEK.
Agar tidak tertinggal hendaknya kita mengikuti perkembangan zaman. Sisi baiknya kita dapat
memanfaatkan tekhnologi seperti gadget, laptop atau alat elektronika lainnya untuk membantu

16
pekerjaan. Perkembangan tekhnologi ini memang mempermudah sebagian besar pekerjaan.
Mulai dari dewasa hingga anak-anak saat ini banyak yang menggunakan gadget. Namun
disadari atau tidak kita justru dibuat manja oleh adanya tekhnologi tersebut. Bagaimana tidak?
Untuk mencari materi pelajaran kita dapat memperolehnya dengan sekali browsing, mereka
lebih senang menggunakan gadget dari pada membaca buku. Padahal dari membaca buku
mereka juga mendapatkan informasi, namun mereka lebih memilih mengambil jalan pintas
dengan mencarinya melalui gadgetnya. Hal seperti ini akan menghilangkan kegemaran
membaca. Padahal, jika kita membaca buku akan lebih banyak mendapatkan informasi bukan
hanya informasi yang kita cari saja. Dan juga biasanya jika kita membaca buku akan lebih
ingat dari pada instan menggunakan gadgetnya. Maka peran guru di sekolah adalah
bagaimana menyadarkan siswanya untuk gemar membaca. Seseorang akan lebih semangat
untuk membaca apabila ia mengetahui manfaatnya bagi dirinya. Oleh karena itu, sekolah
harus berupaya dalam menerapkan pendidikan karakter adalah menyediakan sarana dan
prasarana yang memadai contohnya seperti perpustakaan, mobil buku keliling dan lain
sebagainya.12
Gemar membaca dapat dideskripsikan sebagai kebiasaan menyediakan waktu untuk
membaca berbagai bacaan yang memberi manfaat serta kebaikan bagi diri sendiri sebagai
pembaca. Dapat dikatakan bahwa gemar membaca adalah kebiasaan seseorang melakukan
aktivitas membaca berbagai bacaan. Apabila suatu kegiatan atau sikap, baik yang bersifat
fisik ataupun mental yang telah mendarah daging pada diri seseorang, maka dikatakan bahwa
kegiatan atau sikap itu telah menjadi kebiasaan orang itu. Membaca adalah kegiatan fisik dan
mental yang dapat berkembang menjadi suatu kebiasaan. Bahwa membaca adalah kegiatan
fisik dan mental sebagaimana kebiasaan-kebiasaan lainya. Membentuk kebiasaan membaca
juga memerlukan waktu yang relatif lama, disamping itu faktor-faktor lainya juga harus ada.
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca adalah
1. Faktor dari dalam contohnya, bakat, jenis kelamin, tingkat pendidikan, keadaan sehat,
keadaan jiwa, kebiasaan, dan kebutuhan anak

12
Puput Purwita Sari, “PENANAMAN NILAI KARAKTER GEMAR MEMBACA PADA SISWA KELAS IV DI MI MA’ARIF NU
1 RANCAMAYA CILONGOK BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2016/2017,” 2017, Hal. 1-89.

17
2. Faktor lingkungan anak contohnya lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah.13

J. Peduli Lingkungan
Sekolah sangat berpotensi menjadi tempat membangun kesadaran terhadap upaya
pelestarian lingkungan. Sekolah memiliki tanggung jawab sosial yang besar membentuk
pribadi-pribadi yang selalu berpihak kepada lingkungan dan mencintai kebersihan
dilingkungannya. Semakin banyak sekolah peduli dan mencintai kebersihan lingkungan itu
berarti ke depannya, semakin banyak pula anak-anak bangsa yang memiliki tanggung jawab
menjaga pelestarian lingkungan khususnya di lingkungan sekolah tempat mereka beraktifitas,
dan umumnya lingkungan rumah tempat mereka bertempat tinggal.14 Peduli lingkungan
diartikan sebagai sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan dan
mengotori lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Dapat dikatakan karakter peduli lingkungan
yaitu suatu sikap yang dimiliki oleh seseorang yang berupaya untuk memperbaiki dan
mengelola lingkungan sekitar secara benar sehingga lingkungan menjadi bersih dan asri
secara terus menerus tanpa merusak keadaannya, serta menjaga dan melestarikan sehingga
ada manfaat yang berkesinambungan. Ketika kita bisa menghargai lingkungan dengan baik,
lingkungan juga akan menghargai kita. Tetapi sebaliknya, jika kita tidak bisa menghargai
lingkungan maka lingkungan pun juga tidak bisa menghargai kita. Sebagai contoh, jika kita
membuang sampah sembarangan kesungai maka alam akan marah kepada kita dan pasti akan
menimbulkan banjir. Itulah timbal balik antara manusia dengan lingkungan.
Karakter peduli lingkungan merupakan karakter yang wajib diimplementasikan bagi
sekolah di setiap jenjang pendidikan. Semua warga sekolah harus mempunyai sikap peduli
terhadap lingkungan dengan cara meningkatkan kualitas lingkungan hidup, meningkatkan
kesadaran warga sekolah tentang pentingnya peduli lingkungan serta mempunyai inisiatif
untuk mencegah kerusakan lingkungan. Pendidikan karakter peduli lingkungan ditanamkan
sejak dini kepada siswa sehingga dapat mengelola secara bijaksana sumber daya alam yang
ada di sekitar, serta untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap kepentingan generasi
13
Idah Laili, dkk, “KONTRIBUSI PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER (GEMAR MEMBACA) TERHADAP
KETERAMPILAN BERBAHASA SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V MI DARUL HIKAM
CIREBON,” n.d.
14
Yeni Afriyeni, “Pembentukan Karakter Anak Untuk Peduli Lingkungan Yang Ada Di Sekolah Adiwiyata Mandiri
SDN 6 Pekanbaru,” PAUD Lectura: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol 1, no. 2 (April 2018): Hal. 123-126.

18
penerus yang akan datang. Ketika karakter peduli lingkungan sudah tumbuh menjadi mental
yang kuat, maka akan mendasari perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan
karakter peduli lingkungan pada dasarnya membantu guru dalam penanaman karakter siswa
tentang kepedulian mereka terhadap lingkungan. Pendidikan karakter peduli lingkungan dapat
menjadi tolok ukur kepedulian serta kepekaan siswa kepada lingkungannya. Kepedulian dan
kepekaan siswa terhadap lingkungan akan suasana belajar mengajar yang sehat dan nyaman.
Lingkungan sekolah atau suasana belajar mengajar yang sehat dan nyaman dapat
meningkatkan prestasi dan kreativitas siswa. tujuan pendidikan karakter peduli lingkungan
adalah: a. Mendorong kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan
pengelolaan lingkungan yang benar; b. Meningkatkan kemampuan untuk menghindari sifat-
sifat yang dapat merusak lingkungan; c. Memupuk kepekaan peserta didik terhadap kondisi
lingkungan sehingga dapat menghindari sifat-sifat yang dapat merusak lingkungan; d.
Menanam jiwa peduli dan bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan.15

K. Peduli Sosial
Peduli sosial adalah tindakan untuk peduli pada lingkungan sosial disekitarnya
sehingga menjadikan siswa untuk selalu ingin membantu orang lain yang membutuhkan.
Zuchdi menjelaskan bahwa, peduli sosial merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberi bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan. Sejalan dengan Zuchdi, Anas juga
menyatakan peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Peduli sosial mengarahkan siswa untuk
memiliki sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan. Dengan peduli sosial siswa tidak hanya memiliki
pemahaman tentang pentingnya tolong menolong akan tetapi mampu melakukan aksi saling
tolong-menolong kepada sesama yang membutuhkan. peduli sosial dapat dilihat dengan
munculnya perilaku siswa berupa (1) Berempati kepada sesama teman kelas, (2) Melakukan
aksi sosial, (3) Membangun kerukunan warga kelas.
Peduli sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu.
Interaksi sosial mengandung arti lebih dari pada sekedar adanya kontak sosial dan hubungan

15
Dwi Purwanti, “PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN IMPLEMENTASINYA,” DWIJACENDEKIA Jurnal
Riset Pedagogik Vol. 1, no. 2 (Desember 2017): Hal. 14-20.

19
antar individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan
saling mempengaruhi diantara individu yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan timbal
balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota
masyarakat.16 Karakater peduli sosial dapat muncul pada langkah pernyataan masalah,
pengolahan data dan verifikasi. Pada ketiga langkah ini terjadi suatu proses tukar pendapat
atau diskusi yang bisa menjadi suatu situasi gaduh. Siatuasi gaduh ini dapat memicu
terjadinya pertengkaran antar teman yang berbeda pendapat. Namun melalui rancangan yang
dirancang tersebut siswa diarahkan dan dipantau secara intensif oleh guru agar selalu menjaga
ketentraman kelas sehingga siswa akan selalu menjaga ketentraman tersebut. cara yang
dilakukan adalah dengan saling memberi bantuan kepada teman yang membutuhkan. Dengan
perilaku demikian akan tercipta suatu kerukunan dalam kelas. Seperti disebutkan sebelumnya
karakter peduli sosial dapat muncul dengan cara selalu menjaga kerukunan.
Perwujudan dari nilai karakter peduli sosial ini merupakan nilai-nilai yang
memanusiakan manusia lain. Perwujudan nilai karakter peduli sosial antara lain yaitu
1) memfasilitasi kegiatan bersifat sosial,
2) melakukan aksi sosial,
3) menyediakan fasilitas untuk menyumbang,
4) berempati kepada sesama teman kelas,
5) membangun kerukunan warga kelas,
6) membagi makanan dan minuman dengan teman,
7) berterimakasih kepada petugas kebersihan sekolah,
8) meminjamkan alat kepada teman yang tidak membawa atau tidak punya,
9) mengumpulkan uang dan barang untuk korban bencana alam,
10) mengunjungi rumah yatim dan orang jompo,
11) menghormati petugas-petugas sekolah,
12) membantu teman yang sedang memerlukan bantuan.17

16
Akhmad Busyaeri, “PENGARUH SIKAP GURU TERHADAP PENGEMBANGAN KARAKTER (PEDULI SOSIAL) SISWA DI
MI MADINATUNNAJAH KOTA CIREBON,” n.d., Hsl. 1-16.
17
Ahsan Masrukhan, “PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL DI SD NEGERI KOTAGEDE 5
YOGYAKARTA,” Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 29, no. Tahun ke-5 (2016).

20
L. Bertanggung Jawab
Tanggung jawab adalah kesadaran diri manusia yang menanggung semua tingkah
laku dan perbuatan yang disengaja ataupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga harus
dari hati dan atas kemauan sendiri karena kewajiban yang harus di tanggung jawabkan. Orang
yang bertanggung jawab adalah orang yang melakukan apa yang seharusnya dilakukan,
membuat rencana ke depan, tekun dan selalu mencoba, selalu melakukan yang terbaik,
mengontrol diri, berdisiplin, berpikir sebelum bertindak dan mempertimbangkan konsekuensi,
bertanggung jawab atas kata-kata yang diucapkan, tindakan dan sikap, dan menetapkan
contoh yang baik bagi orang lain; Tanggung jawab mengarah kepada sikap dan perilaku
seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara, dan
Tuhan YME. Oleh karena itu, peserta didik harus dikenalkan pentingnya tanggungjawab dari
usia dini. Dengan kita bertanggung jawab, orang akan mempercayai kita. Contohnya adalah
seorang mahasiswa, seorang mahasiswa memiliki kewajiban untuk belajar agar mahasiswa itu
sendiri dapat bertanggung jawab atas hasil nya nanti apakah dia akan mendapat nilai
A,B,C,D,atau E dan setelah lulus nanti mahasiswa harus bertanggung jawab atas
kehidupannya sendiri.
Sesuai dengan hakikatnya, karakter tanggung jawab terdiri dari beberapa indikator,
yaitu : (1) perbuatan yang diharapkan (seharusnya) dilakukan; (2) rencana ke depan; (3) selalu
mencoba; (4) selalu melakukan yang terbaik; (5) mengedalikan diri: (6) mendisiplinkan diri;
(7) berpikir sebelum bertindak mempertimbangkan konsekuensi yang akan didapat; (8)
menjadi contoh yang baik bagi orang lain; dan (9) bertanggung jawab atas kata-kata,
perbuatan atau tindakan. Mahasiswa sebagai makhluk individu, makhluk sosisal, dan makhluk
ber-Keketuhanan memiliki tanggung jawab, yang dapat meliputi: (1) tanggung jawab pribadi
untuk menjadikan dirinya sendiri menjadi individu yang berkarakter baik; (2) tanggung jawab
sosial kepada orang lain, sehingga memberikan manfaat antar sesama; dan (3) tanggung jawab
totalitas terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Jadi, mahasiswa yang berkarakter baik atau unggul
adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME,
dirinya, sesama manusia, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada
umumnya.18

18
Paningkat Siburian, “PENANAMAN DAN IMPLEMENTASI NILAI KARAKTER TANGGUNG JAWAB,” n.d., Hal. 45-102.

21
M. Penerapan Dalam Proses Pembelajaran
Pembelajaran yang berbasis pendidikan karakter merupakan suatu kegiatan
pembelajaran baik berlangsung di dalam maupun di luar kelas yang menjadikan peserta
didik tidak hanya menguasai kompetensi (materi) tapi juga menjadikan peserta didik
mengenal, menyadari / peduli, dan menginternalisasikan nilai-nilai dan menjadikannya
perilaku. Julaiha menuturkan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter dalam pembelajaran
dapat dilakukan dengan pengenalan nilai-nilai, penerapan nilai-nilai ke dalam tingkah laku
peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung didalam
maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Hal yang sama juga disampaikan oleh
Ghufron yang menuturkan bahwa penerapan nilai-nilai karakter bangsa ke dalam kegiatan
pembelajaran berarti memadukan, memasukkan, dan menerapkan nilai-nilai yang diyakini
baik dan benar dalam rangka membentuk, mengembangkan, dan membina tabiat atau
kepribadian peserta didik sesuai jati diri bangsa tatkala kegiatan pembelajaran berlangsung.
Pendidikan karakter yang dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas yakni
melalui berbagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dengan dilandasi oleh sebuah
filosofi bahwa pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan kepribadian siswa
secara utuh. Dengan demikian, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi
(materi) yang ditargetkan, kegiatan pembelajaran juga dirancang dan dilakukan untuk
menjadikan peserta didik mengenal, menyadari, peduli, dan menerapkan nilai-nilai dan
menjadikannya perilaku.
Pelaksanaan pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran dimulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Ketiga
tahapan kegiatan pembelajaran tersebut harus bisa memfasilitasi peserta didik untuk
menerapkan nilai-nilai karakter yang sudah direncanakan. Di antara prinsip-prinsip yang
dapat diadopsi dalam membuat perencanaan pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajaran, dan evaluasi dengan prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual (Contextual
Teachingand Learning) yaitu konsep belajar dan mengajar yang membantu guru dan siswa
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata. Sehingga siswa mampu
menghubungkan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.19

19
Pity Astriani, “PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN,” n.d., Hal. 1-7.

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pembelajaran yang berbasis pendidikan karakter merupakan suatu kegiatan
pembelajaran baik berlangsung di dalam maupun di luar kelas yang menjadikan peserta
didik tidak hanya menguasai kompetensi (materi) tapi juga menjadikan peserta didik
mengenal, menyadari dan peduli, dan menginternalisasikan nilai-nilai dan menjadikannya
perilaku. Julaiha menuturkan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter dalam pembelajaran
dapat dilakukan dengan pengenalan nilai-nilai, penerapan nilai-nilai ke dalam tingkah laku
peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung didalam
maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Hal yang sama juga disampaikan oleh
Ghufron yang menuturkan bahwa penerapan nilai-nilai karakter bangsa ke dalam kegiatan
pembelajaran berarti memadukan, memasukkan, dan menerapkan nilai-nilai yang diyakini
baik dan benar dalam rangka membentuk, mengembangkan, dan membina tabiat atau
kepribadian peserta didik sesuai jati diri bangsa tatkala kegiatan pembelajaran berlangsung.
Nilai-nilai karakter harus diterapkan kepada peserta didik. Nilai-nilai tersebut yaitu mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, bertanggung
jawab dan penerapan dalam proses pembelajaran.

3.2 Saran
Dalam menerapkan nilai-nilai karakter terhadap peserta didik, sebaiknya guru lebih
teliti lagi dalam melakukan pembelajaran guna mencapai tujuan yang ingin dicapai. Dan
harus benar-benar melatih siswa agar menerapkannya dikehidupan sehari-hari. Selain itu,
dimohon untuk pihak sekolah lebih memperhatikan lagi fasilitas yang akan digunakan untuk
mencapai pendidikan nilai-nilai karakter supaya tujuan pembelajaran dapat dilaksanakan
dengan maksimal.

23
DAFTAR PUSTAKA

Afriyeni, Yeni. “Pembentukan Karakter Anak Untuk Peduli Lingkungan Yang Ada Di Sekolah Adiwiyata
Mandiri SDN 6 Pekanbaru.” PAUD Lectura: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol 1, no. 2
(April 2018): Hal. 123-126.
Aprilina, Nurul. “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER CINTA TANAH AIR MELALUI
PEMBELAJARAN IPS DI GUGUS 25 SDN 2 MATA IE ACEH BESAR.” FKIP Unsyiah
Volume 2, no. 3 (July 2017): 32–40.
Astriani, Pity. “PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN,” n.d., Hal. 1-7.
Bagus Priyambodo, Aji. “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SEMANGAT
KEBANGSAAN DAN CINTA TANAH AIR PADA SEKOLAH BERLATAR BELAKANG
ISLAM DI KOTA PASURUAN.” Jurnal Sains Psikologi Jilid 6, no. 1 (March 2017): hlm 9-15.
Busyaeri, Akhmad. “PENGARUH SIKAP GURU TERHADAP PENGEMBANGAN KARAKTER
(PEDULI SOSIAL) SISWA DI MI MADINATUNNAJAH KOTA CIREBON,” n.d., Hsl. 1-16.
Dian Purnama Putri, dkk, Ragil. “Implementasi Nilai-Nilai Karakter KECE (Komunikatif, Empatik, Cinta
Damai, Energik) Di Sekolah Dasar Dalam Pemanfaatan Bonus Demografi.” Seminar Nasional
Pendidikan, March 24, 2018, Hal 13-2.
dkk, Fitriani. “NILAI PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERCERMIN DALAM SYAIR SULTAN
SYARIF,” n.d., Hal. 1-11.
Febriyanti, Tyas. “Karakter Sikap Semangat Kebangsaan,” 2017.
Istiqomah Widya Astutik, Sholekah. “Sikap Menghargai Prestasi,” 2016.
Laili, dkk, Idah. “KONTRIBUSI PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER (GEMAR MEMBACA)
TERHADAP KETERAMPILAN BERBAHASA SISWA PADA MATA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA KELAS V MI DARUL HIKAM CIREBON,” n.d.
Masrukhan, Ahsan. “PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL DI SD NEGERI
KOTAGEDE 5 YOGYAKARTA.” Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 29, no. Tahun
ke-5 (2016).
Nasution, Toni. “MEMBANGUN KEMANDIRIAN SISWA MELALUI PENDIDIKAN KARAKTER”
Vol. 2, no. 1 (June 2018): Hal. 1-9.
Purwanti, Dwi. “PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN IMPLEMENTASINYA.”
DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik Vol. 1, no. 2 (Desember 2017): Hal. 14-20.
Purwita Sari, Puput. “PENANAMAN NILAI KARAKTER GEMAR MEMBACA PADA SISWA
KELAS IV DI MI MA’ARIF NU 1 RANCAMAYA CILONGOK BANYUMAS TAHUN
PELAJARAN 2016/2017,” 2017, Hal. 1-89.
Ryan Fauzi, dkk, Achmad. “PENGUATAN KARAKTER RASA INGIN TAHU DAN PEDULI SOSIAL
MELALUI DISCOVERY LEARNING.” JTP2IPS Vol. 2, no. 2 (Oktober 2017): hal 27-36.
Siburian, Paningkat. “PENANAMAN DAN IMPLEMENTASI NILAI KARAKTER TANGGUNG
JAWAB,” n.d., Hal. 45-102.
Sutomo, dkk, Wenny. “Mengidentifikasi Karakter ‘Menghargai Prestasi’ Peserta Didik Kelas VIII SMP N
5 Muaro Jambi.” Jurnal Publikasi Pendidikan Volume 9, no. 2 (June 2019): Hal.110-116.
Wijaya, Ari. “SIKAP DEMOKRATIS,” 2016.
Wyn. Nik Lisa, dkk, Ni. “HUBUNGAN ANTARA SIKAP KOMUNIKATIF SEBAGAI BAGIAN DARI
PENGEMBANGAN KARAKTER DENGAN KOMPETENSI INTI PENGETAHUAN IPS
SISWA.” Jurnal Mimbar Ilmu Vol. 23, no. 2 (2018): Hal. 158-166.

24

Anda mungkin juga menyukai