Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KONSEP DASAR IPS

Dosen Pengampu : Baharuddin,


M.Pd

Disusun oleh:
Yulianti. ( 2011100387 )

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYA FAKULTAS


TARBIYAH DAN KEGURUAN 2020-2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini saya akui masih
banyak kekurangan karena pengalaman saya sangat kurang. Oleh karena itu saya
harapkan kepada para pembaca untuk memberi masukan-masukan yang bersifat
untuk membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Lampung, 02 Maret 2021

(penulis)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
…………………………………………………………………..….i
KATA PENGANTAR
……………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI
……………………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN
………………………………………………………1
A. Latar Belakang …………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah …………………………..…………………1
C. Tujuan .……………………………………………………………. 1
D. Manfaat …………………………………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN ( Modul 2.Sejarah Perkembangan IPS


)….………2

A. Sejarah Perkembangan IPS secara Umum……………………. 2


B. Sejarah Perkembangan IPS di Indonesia ……………………… 4
C. Pengertian tujuan dan ruang lingkup IPS ……………………….5
BAB III
PENUTUP………………………………………….……………………. 8
A. Kesimpulan ………………………..……………………………… 8
B. Saran..…………………….……………………………….………. 8
Daftar Pustaka

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa dan Sastra
Indonesia di Sekolah Dasar dan agar mahasiswa dapat memperoleh pemahaman
mengenai sejarah perkembangan sejarah IPS secara umum dan perkembangan
sejarah IPS di Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang kita bahas adalah mengenai bagaimana sejarah perkembangan
sejarah IPS secara umum dan bagaimana perkembangan sejarah IPS di Indonesia.

C. TUJUAN

- Memenuhi tugas mata kuliah bahasa Indonesia

- Meningkatkan kemampuan mahasiswa mengenai sejarah


perkembangan IPS.

D. MANFAAT

Setelah membaca makalah ini di harapkan para mahasiswa memiliki kemampuan


untuk menjelaskan sejarah perkembangan IPS.

Secara khhusus mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan untuk;

1. Menjelaskan sejarah perkembangan IPS secara umum

2. Menjelaskan sejarah perkembangan IPS di Indonesia.

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan IPS secara Umum

IPS adalah terjemahan dari Social Studies. Social studies adalah ilmu-ilmu social
yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan, meliputi aspek-aspek ilmu sejarah,
ilmu ekonomi, ilmu politik, sosiologi antropologi, psikologi, ilmu geografi dan
filsafat yang dalam prakteknya dipilih untuk tujuan pembelajaran disekolah dan
diperguruan tinggi.
Bila dianalisis dengan cermat, pengertian social studies mengandung hal – hal
sebagai berikut.

1. Social studies merupakan turunan dari ilmu-ilmu social

2. Disiplin ini dikembangkan untuk memenuhi tujuan pendidikan


pada tingkat persekolahan maupun tingkat perguruan tinggi.

3. Aspek-aspek dari masing-masing disiplin ilmu social itu perlu


diseleksi sesuai dengan tujuan tersebut.

Pada tahun 1940-1960, ditegaskan oleh Barr, dkk. (1977:36), yaitu terjadinya tarik
menarik antara dua visi social studies. Di satu pihak, adanya gerakan untk
mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu social untuk tujuan citizenship education,
yang terus bergulir sampai mencapai tahap yang lebih canggih. Dilain pihak, terus
bergulirnya gerakan pemisahan berbagai disiplin ilmu social yang cenderung
memperlemah konsepsi social studies education.

Dikemukakan bahwa program social studies di sekolah seyogyanya


diorganisasikan dalam bentuk pembelajaran ilmu social yang terpisah-pisah, tetapi
di orientasikan kepada closed areas atau masalah-masalah yang tabu dalam
masyarakat seperti isu tentang sex, patriotisme ras yang biasanya penuh dengan
prasangka, ketidaktahuan, mitos dan kontrovensi, untuk diiubah kearah yang
bersifat refleksi rasional. Dengan cara itu social studies mulai di arahkan pada
upaya guna melatih para siswa untuk dapat mengambil keputusan mengenai
masalah-masalah public.

Definisi social studies dan pengidentifikasian: social studies atas tiga tradisi
pedagosis di anggap sebagai pilar utama dari social studies pada dasawarsa 1970-
an.

4 hal yang tersurat dan tersirat mengenai definisi social studies,yaitu;


1. Social studies merupakan suatu system pengetahuan terpadu.

2. Misi utama social studies adalah pendidikan kewarganegaraan dalam


suatu masyarakat yang demokratis.

3. Sumber utama konten social studies adalah social science dan


humanities.

4. Dalam upaya penyiapan warga yang demokratis terbuka kemungkinan


perbedaan dalam orientasi , visi tujuan, dan metode pembelajaran.

Di dalam dokumen (NCSS, 1994:3) di adopsi pengertian social studies sebagai


berikut;

Secara esensial terkandung visi,misi dan strategi pendidikan social studies yang
mengokohkan kristalisasi pemikiran yang lebih solid dan kohesif. Dalam dua
dasawarsa terakhir, 1980 dan 1990-an, pemikiran mengenai studies yang
sebelumnya di landa penyakit ketidakmenentuan, ketidakberkeputusan,
ketidakbersatuan,ketidakbersatuan dan ketidakmajuan, paling tidak secara
konseptual telah dapat diatasi

Rambu-rambu yang digariskan NCSS(1994) dalam rangka mewujudkan visi, misi


dan strategi baru social studies ;

1. Program social studies mempunyai tujuan pokok bahwasanya esensi


tujuan tersebut lebih diutamakan dalam social studies dari pada dalam
bidang lain.

2. Program social studies dalam dunia pendidikan persekolahan mulai dari


pendidikan taman kanak-kanak sampai dengan pendidikan menengah di
tandai oleh keterpaduan.
3. Program social studies di titik beratkan pada upaya membantu siswa,
bahwasanya siswa bukan sebagai penerima pengetahuan yang pasif, tetapi
sebagai pembangunpengetahuan dan sikap yang aktif melalui cara pandang
secara akademik terhadap realita.

4. Program social studies mencerminkan hakikat pengetahuan yang semula


dilihat secara kotak-kotak, kini harus dilihat secara terpadu yang menuntun
perlibatan berbagai disiplin.

B. Sejarah Perkembangan IPS di Indonesia

IPS ( Ilmu Pengetahuan Sosial ), pertama kali muncul dalam Seminar Nasional
tentang Civic Education tahun 1972 di Tawangmangu Solo Jawa Tengah.

Dalam laporan seminar tersebut, muncul 3 istilah dan digunakan secara bertukar
pakai, yaitu ;

1. Pengetahuan Sosial,

2. Studi Sosial dan

3. Ilmu Pengetahuan Sosial.

Konsep IPS untuk pertama kalinya masuk ke dalam dunia persekolahan terjadi
pada tahun 1972 – 1973, yakni dalam kurikulum Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan ( PPSP ) IKIP Bandung. Dalam kurikulum SD 8 tahun PPSP
digunakan istilah “ Pendidikan Kewarganegaraan Negara / Studi Sosial “ Sebagai
mata pelajaran social terpadu.
Sedangkan dalam kurikulum Sekolah Menengah 4 tahun, digunakan istilah ;

1. Studi Sosial sebagai mata pelajaran inti untuk semua siswa dan sebagai
bendera untuk mata pelajaran geografi, sejarah dan ekonomi sebagai mata
pelajaran mayor pada jurusan IPS.

2. Pendidikan Kewargaan Negara sebagai mata pelajaran inti bagi semua


jurusan.

3. Civics dan Hukum sebagai mata pelajaran mayor pada jurusan IPS.

Pada tahap kurikulum PPSP konsep pendidikan IPS diwujudkan dalam 3 bentuk,
yakni ;

1. Pendidikan IPS, terintegrasi dengan nama Pendidikan Kewargaan Negara


/ Studi Sosial.

2. Pendidikan IPS terpisah, dimana istilah IPS hanya digunakan sebagai


konsep payung untuk mata pelajaran geografi, sejarah, dan ekonomi.

3. Pendidikan Kewargaan Negara sebagai suatu bentuk pendidikan IPS


khusus.

Konsep pendidikan IPS tersebut lalu memberi inspirasi terhadap Kurikulum 1975,
yang menampilkan empat profil yaitu;

1. Pendidikan Moral Pancasila menggantikan Kewargaan Negara sebagai


bentuk pendidikan IPS.

2. Pendidikan IPS terpadu untuk Sekolah Dasar.


3. Pendidikan IPS terkonfederasi untuk SNIP yang menempatkan IPS
sebagai konsep payung untuk geografi, sejarah dan ekonomi koperasi.

4. Pendidikan IPS terpisah – pisah yang mencakup mata pelajaran geografi,


dan ekonomi untuk SMA atau sejarah dan geografi untuk SPG.

Konsep pendidikan IPS seperti itu tetap dipertahankan dalam kurikulum 1975
khususnya dalam aktualisasi materi, seperti masuknya Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila ( P4 ) sebagai materi pokok PMP.

Dalam kurikulum 1984, PPKn merupakan mata pelajaran khusus yang wajib
diikuti semua siswa di SD,SMP dan SMU. Sedangkan mata pelajaran IPS
diwujudkan dalam ;

1. Pendidikan IPS terpadu di SD kelas I-VI.

2. Pendidikan IPS terkonfederasi di SLTP yang mencakup geografi, sejarah


dan ekonomi koperasi.

3. Pendidikan IPS terpisah di SMU yang meliputi Sejarah Nasional dan


Sejarah Umum di kelas I-II; Ekonomi dan Geografi di kelas I-II; Sejarah
budaya di kelas III program IPS.

Dimensi konseptual mengenai pendidikan IPS telah berulang kali di bahas dalam
rangkaian pertemuan ilmiah, yakni pertemuan HISPISI pertama di Bandung tahun
1989. Forum Komunikasi Pimpinan HIPS di Yogyakarta tahun 1991, di Padang
tahun 1992, di Ujung Pandang tahun 1993, Konvensi Pendidikan kedua di Medan
tahun 1992. Salah satu materi yang selalu menjadi agenda pembahasan ialah
mengenai konsep PIPS. Dalam pertemuan Ujung Pandang, M. Numan Soemantri,
pakar dan ketua HISPISI menegaskan adanya dua versi PIPS sebagaimana
dirumuskan dalam pertemuan di Yogyakarta, yaitu ;
a. Versi PipS untuk Pendidikan Dasar dan Menengah.

PIPS adalah penyederhanaan, adaptasi dari disiplin ilmu – ilmu Sosial dan
humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisir dan disajikan secara
ilmiah dan pedagosis/psiko,ogis untuk tujuan pendidikan.

b. Versi PIPS untuk Jurusan Pendidikan IPS – IKIP

PIPS adalah seleksi dari disiplin Ilmu –ilmu Sosial dan humaniora serta kegiatan
dasar manusia yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk
tujuan pendidikan.
PIPS untuk tingkat perguruan tinggi pendidikan Guru IPS di rekonseptualisasikan
sebagai pendidikan disiplin ilmu, sehingga menjadi Pendidikan Disiplin Ilmu
Pengetahuan Sosial ( PDIPS ).

Bertitik tolak dari pemikiran mengenai kedudukan konseptual diidentifikasi


sekolah objek telaah dari system pendidikan IPS, yaitu;
1. Karakteristik potensi dan perilakubelajar siswa SD, SLTP dan SMU.
2. Karakteristik potensi dan perilaku belajar mahasiswa FPIPS – IKIP atau
JPIPS – STKIP / FKIP.
3. Kurikulum dan bahan ajar IPS SD, SLTP dan SMU.
4. Disiplin ilmu – ilmu social. Humaniora dan disiplin lain yang relevan.
5. Teori , prinsip, strategi dan media dan evaluasi pembelajaran IPS
6. Masalah-masalah social, dan masalah ilmu dan teknologi yang
berdampak social.
7. Norma agama yang melandasi dan memperkuat profesionalisme

PARADIGMA PEMBANGUNAN PENGETAHUAN DALAM BIDANG IPS

Secara operasional paradigm pembangunan pengetahuan dalam bidang PDIPS


diartikan sebagai pola pikir, pola sikap dan pola tindak yan tertata secara utuh yang
seyogyanya digunakan oleh para pakar atau ilmuan PDIPS dalam melakukan
kegiatan “ konstruksi, interpretasi transformasi dan rekonstruksi ( KITR ) “
pengetahuan sampai pada akhirnya ditemukan teori.
C. Pengertian tujuan ruang lingkup IPS

1. Pengertian IPS

Istilah IPS merupakan terjemahan dari istilah social studies. Dengan demikian IPS
dapat diartikan dengan “penelaahan atau kajian tentang masyarakat”. Dalam
mengkaji masyarakat, dapat dilakukan dari berbagai perspektif sosial, seperti
kajian melalui pengajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi,
politik-pemerintahan, dan aspek psikologi sosial yang disederhanakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran IPS
Rumusan tentang pengertian IPS telah banyak dikemukakan oleh para ahli social
studies atau ahli IPS dan untuk memperoleh gambaran yang lebih luas tentang
pengertian dua istilah tersebut, maka penting untuk dikemukakan pendapat
beberapa ahli berikut ini.

Edgar B Wesley menyatakan bahwa: social studies are the social sciences
simplified for paedagogieal purposes in school. The social studies consistof
geografy history, economic, sociology, civics and various combination of these
subjects.
John Jarolimek mengemukakan bahwa: The social studies as a part of elementary
school curriculum draw subject-matter content from the social science, history,
sociology, political science, social psychology, philosophy, antropology, and
economic. The social studies have been defined as “ those portion of the social
science… selected for instructional purposes”

Demikian beberapa pengertian social studies yang dikembangkan di Amerika


Serikat oleh beberapa tokoh pendidikan terkenal. Selanjutnya pengembangan IPS
di Indonesia banyak mengambil ide-ide dasar dari pendapat-pendapat yang
dkembangkan di Amerika Serikat tersebut. Adapun menyangkut tujuan, materi dan
penanganannya dikembangkan sendiri sesuai dengan tujuan nasional dan aspirasi
masyarakat Indonesia. Hal ini didasarkan pada realitas, gejala, dan problem sosial
yang menjadi kajian IPS tidak sama dengan negara-negara lain. Setiap negara
memiliki perkembangan dan pengembangan social studies atau IPS yang berbeda,
dengan ke-khasan masing-masing.
Adapun pengertian IPS di Indonesia dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan
dan IPS di antaranya:
Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu
pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai
cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi budaya, psikologi, sejarah,
geokrafi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk
tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah
dipelajari.
IPS menurut Nu’man Somantri mempunyai arti sebagai pelajaran ilmu-ilmu sosial
yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD,SLTP dan
SLTA.Penyederhanaan,mengandung arti: a) menurunkan tingkat kesukaran ilmu-
ilmu sosial yang biasanya dipelajari di Universitas, menjadi pelajaran yang sesuai
dengan kematangan berfikir para siswa siswi sekolah dasar dan lanjutan, b)
mempertautkan dan memadukan bahan aneka cabang ilmu-ilmu sosial dan
kehidupan masyarakat, sehingga menjadi pelajaran yang mudah dicerna.
Adapun S. Nasution, mendefinisikan IPS dengan: IPS adalah pelajaran yang
merupakan suatu fusi atau paduan dari sejumlah mata pelajaran sosial. Lebih lanjut
dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubngan
dengan peranan manusia di dalam asyarakat yang erdiri atas berbagai subjek:
sejarah, ekonmi, geografi, sosiologi, antropologi pemerintahan dan psikologi
sosial.
Lebih Luas Tim IKIP Surabaya mengemukakan bahwa IPS adalah suatu bidang
study yang menghormati, mempelajari, mengolah dan membahas hal-hal yang
berhubungan dengan masalah-masalah human relationship hingga benar-benar
dapat dipahami dan memperoleh pemecahannya. Penyajian harus merupakan
bentuk yang terpadu dari berbagai ilmu sosial yang telah terpilih, di sederhanakan
sesuai dengan kepentingan sekolah-sekolah.
Dengan demikian, IPS bukan Ilmu sosial, pembelajaran IPS yang dilaksanakan,
baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi, tidak menekankan
pada aspek teoritis keilmuaannya, melainkan lebih ditekankan pada aspek praktis
dalam mempelajari, menelaah, mengkaji gejala dan masalah sosial masyarakat,
yang tentu bobot dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan masing-
masing.
Adapun Lingkup kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam
lingkungan yang terbatas yaitu lingkungan sekitar siswa maupun dalam
lingkungan yang luas yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa
sekarang maupun di masa lampau. Dengan demikian para siswa dan siswi yang
mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang dengan diekali pengetahuan
tentang masa lampau umat manusia.
Bertolak dari uraian di atas, maka kegiatan belajar mengajar IPS membahas
manusia dengan lingkungannya dari berbagai sudut ilmu sosial pada masa lampau,
sekarang dan masa mendatang, baik pada lingkungan yang dekat maupun
lingkungan yang jauh dari siswa. Oleh karena itu, guru IPS harus sungguh-
sungguh memahami apa dan bagaimana bidang studi IPS itu.

2. Ruang Lingkup Kajian IPS.

Secara mendasar , pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang


melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenan dengan cara
manusia memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materinya,
budayanya, kejiwaannya, pemamfaatan sumber-daya yang ada dipermukaan bumi,
mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam
rangka mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. Singkatnya mempelajari,
menelaah-mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam
konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat.
Mengingat manusia dalam konteks sosial itu demikian luasnya, maka pengajaran
IPS di tiap jenjang pendidikan harus dibuat batasan-batasan sesuai dengan
kemampuan peserta didik pada tingkat masing-masing jenjang, sehingga ruang
lingkup pengajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar berbeda dengan jenjang
pendidikan menengah, dan juga dengan jenjang pendidikan tinggi.
Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai
gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah.
Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan
sekitar peserta didik MI/SD.
Pada jenjang pendidikan menengah, ruang lingkup kajian semakin diperluas.
Begitu juga pada jenjang pendidikan tinggi, bobot dan keluasan materi dan kajian
semakin dipertajam dengan berbagai pendekatan. Pendekatan inter-disipliner atau
multi-disipliner dan pendekatan sistem menjadi pilihan yang tepat untuk
diterapkan, karena IPS pada jenjang pendidikan tinggi menjadi sarana melatih
daya pikir dan daya nalar mahasiswa secara berkesinambungan.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa yang dipelajari IPS adalah


manusia sebagai anggota masyarakat dalam konteks sosialnya, maka ruang lingkup
kajian IPS meliputi:
a. Substansi materi Ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat
(aspek teoritis).
b. Gejala, masalah dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat (aspek
praktis).
Kedua lingkup pengajaran IPS ini harus diajarkan secara terpadu, karena
pengajaran IPS tidak hanya sekedar menyajikan materi-materi yang akan
memenuhi ingatan peserta didik, melainkan untuk memenuhi kebutuhan sendiri
sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS
harus menggali materi-materi yang bersumber pada masyarakat. Dengan kata lain,
pengajaran IPS yang melupakan masyarakat atau yang tidak berpijak pada
kenyataan di dalam masyarakat tidak akan mencapai tujuannya.

3.Tujuan IPS
Sama halnya tujuan dalam bidang-bidang yang lain, tujuan pembelajaran
IPS bertumpu pada tujuan yang lebih tinggi. Secara hirarki, Tujuan Pendidikan
Nasional pada tataran oprasional dijabarkan dalam tujuan institusional tiap jenis
dan jenjang pendidikan. Selanjutnya pencapaian tujuan institusional ini, secara
praktis dijabarkan dalam tujuan kurikuler atau tujuan mata pelajaran. Pada setiap
bidang studi dalam kurikulum, termasuk bidang studi IPS. Akhirnya tujuan
kurikuler ini, secara praktis oprasional dijabarkan dalam tujuan instruksional atau
tujuan pembelajaran

Dalam sub bahasan ini, dibatasi pada uraian tujuan kurikuler bidang studi
IPS.Tujuan kurikuler IPS yang harus dicapai sekurang-kurangnya meliputi:

a. Membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam


kehidupan masyarakat.
b. Membekali peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisa
dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan
di masyarakat.
c. Membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama
warga masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian.
d. Membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan
keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupannya
yang tidak terpisahkan.
e. Membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan
dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembagan kehidupan, perkembangan
masyarakat, perkembangan ilmu dan teknologi.

Dari lima tujuan di atas, terdapat ditemukan tujuan kunci yakni menjadikan
peserta didik menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Bertanggung jawab
bermakna pesetta didik tahu kewajiban dan tahu haknya. Orang yang tahu
kewajiban cenderung akan melakykakn kewajiban terlebih dahulu baru meminta
haknya. Demikian juga orang yang tahu haknya tidak akan mengambil hak orang
lain yang bukan haknya. Oleh karena itu seorang guru hatus mampu mengarahkan
pembelajaran IPS dalam rangka pencapaian tujuan IPS yakni peserta diidk yang
bertanggung jawab. Hal ini yang harus dicapai dalam pelaksanaan kurikulum IPS
di berbagai lembaga pendidikan. Tentu dengan keluasan, kedalaman dan bobot
yang sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan yang dilaksanakan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara umum perkembangan social studies sebagai suatu bidang kajian telah
dibahas. Melukiskan bagainana social studies pada dunia persekolahan telah
menjadi dasar ontologi dan suatu system pengetahuan yang terpadu, yang secara
estimologi telah mengarungi suatu perjalanan pemikiran dalam kurun waktu 60
tahun lebih yang di motori dan diwadahi oleh NCSS sejak tahun 1935.

Dari penelusuran historis epistemologis, tercatat bahwa dalam kurun waktu 40


tahunan sejak tahun 1935 bidang studi social studies mengalami perkembangan
yang ditandai dengan ketakmenentuan, ketakkeputusan, ketidakbersatuan, dan
ketakmajuan.

Di Indonesia Pendidikan IPS dalam dunia persekolahan berkembang juga secara


evolusioner sejak tahun1967. Secara konseptual PDIPS merupakan suatu system
pengetahuan terpadu atau integrated knowledge system yang bersumber dan
bertolak dari ilmu-ilmu social, ilmu pendidikan, ilmu lainnya sebagai extractive
knowledge, dan masalah-masalah social sebagai latar operasional.

PDIPS sebagai suatu system pengetahuan terpadu yang perlu dikaji secara terus
menerus melalui berbagai upaya penelitian, pengembangan dan penerapan yang
melibatkan para pakar dan praktisi dalam bidang PIPSdan PDIPS. Dengan
demikian, PDIPS dapat berkembang memenuhi tuntutan sebagai suatu disiplin.

B. Saran

Demikian makalah yang penulis buat dengan segala kekurangan dan keterbatasan
penulis.oleh karena itu, penulis mohon saran dan kritik yang kontruktif demi
perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Winaputra, HUS. (2000). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Universitas


Terbuka.
Saripudin, U. W. (1989). Konsep dan Masalah Pengajaran Ilmu Sosial di Sekolah
Menengah. Jakarta: Depdikbud, Ditjen Dikti. Proyek Pengembangan LPTK.
Myers, C.B.et.al. (2000). Nasional Standards for Sosial Studies Teacher 1.
Washington DC: National Council for The Sosial Studies.

Anda mungkin juga menyukai