Anda di halaman 1dari 10

Public Health Project 2021

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

HE-CARE (HEALTH CARE) : KONSEP PENINGKATAN LAYANAN


KESEHATAN MASYARAKAT MELALUI METODE ARTIFICIAL
INTELLIGENCE BERBASIS FUNDRAISING DI DAERAH 3T
(Studi Kasus kecamatan Giligenting, kabupaten Sumenep Madura)

Diusulkan oleh:

Diyah Mar’atus Syafi’ah/190721100079


Rizqyka Candra Dewi/190721100106
Ratih Herawati/190721100043

Universitas Trunojoyo Madura


Bangkalan
2021
PENGESAHAN PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
1. Judul Karya : HE-Care (Health Care) : Konsep
Peningkatan Layanan Kesehatan Masyarakat
melalui Metode Artificial Intelligence
berbasis Fundraising di Daerah 3T
(Studi Kasus kecamatan Giligenting,
kabupaten Sumenep Madura)
2. Ketua Kelompok
a. Nama : Diyah Mar’atus Syafi’ah
b. NIM : 190721100079
c. Asal Institusi : Universitas Trunojoyo Madura
d. Alamat Rumah dan No Tel./Hp : Sugio-Lamongan/ 085815884428
e. Alamat email : diyahmaratus10@gmail.com
3. Anggota kelompok : 2 Orang
4. Dosen Pendamping
1. Nama Lengkap dan Gelar :
2. NIP :
3. Alamat Rumah dan No Tel./Hp :

Mengetahui, Kota, Tanggal-Bulan-Tahun


Dosen Pembimbing Ketua Kelompok

(________________________) (________________________)
NIP. NIM.

Menyetujui,
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan

(________________________)
NIP.
DAFTAR ISI
ABSTRAK

HE-Care (Health Care) : Konsep Peningkatan Layanan Kesehatan


Masyarakat melalui Metode Artificial Intelligence berbasis Fundraising
Platform di kecamatan Giligenting, kabupaten Sumenep Madura
Diyah Mar’atus Syafi’ah1, Rizqyka Candra Dewi2, Ratih Herawati3
Universitas Trunojoyo Madura, Bangkalan
diyahmaratus10@gmail.com

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan agenda 2030 yang menjadi


kerangka kerja global dalam pembangunan berkelanjutan. Tujuan pembangunan
berkelanjutan yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan
bagi seluruh lapisan masyarakat. Akan tetapi, Indonesia masih mempunyai
tantangan besar dalam menyelesaikan berbagai permasalahan di bidang Kesehatan
yang semakin kompleks, salah satunya dalam pelayanan Kesehatan khususnya di
daerah 3T. Daerah 3T yang terdampak yaitu di kecamatan Giligenting kabupaten
Sumenep Madura, karena permasalahan sulitnya akses pelayanan Kesehatan
masyarakat dan banyaknya kaum Dhuafa yang kesulitan dalam hal pembiayaan
pelayanan Kesehatan. Oleh karena itu, penulis membuat perencanaan sebuah
layanan Kesehatan melalui metode Artificial Intelligence berbasis Fundraising.
Metode penulisan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu
dengan cara menggambarkan penulisan berdasarkan penafsiran situasi yang
sedang terjadi saat ini. HE-Care merupakan platform dengan metode Artificial
Intelligence berbasis Fundraising yang mana dalam operasionalnya, platform ini
akan menyediakan berbagai jenis layanan kesehatan dari lembaga kesehatan guna
mempermudah akses layanan kesehatan bagi masyarakat di daerah 3T khususnya
di kecamatan Giligenting. Selain itu, HE-Care juga membantu kaum Dhuafa
dalam hal pembiayaan layanan Kesehatan dengan berbasis fundraising. HE-Care
diharapkan dapat memaksimalkan proses pelayanan Kesehatan di daerah 3T dan
menjadi jawaban dari segala permasalahan di bidang Kesehatan masyarakat guna
menuju Indonesia sehat di era disrupsi teknologi.
Keyword: Layanan kesehatan, Artificial Intelligence, Fundraising, Daerah 3T
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan sebuah agenda 2030 yang
menjadi kerangka global dalam pembangunan berkelanjutan. Dalam program
jangka panjang ini setiap negara mengoptimalkan semua potensi dan sumber
daya yang dimiliki. Hal tersebut bertujuan untuk menjamin kehidupan yang
sehat serta mendorong kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat. Akan
tetapi, Indonesia masih memiliki tantangan besar dalam menyelesaikan
berbagai permasalahan, khususnya di bidang Kesehatan. Masalah Kesehatan
hingga saat ini masih menjadi perhatian penting bagi pemerintah. Hasil riset
yang dilakukan lembaga riset “The Indonesian Institute” mencatat, ada tiga
hal besar yang masih menjadi persoalan dalam bidang Kesehatan di Indonesia.
Pertama adalah masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang
memadai, karena dari sekitar 9.599 puskesmas dan 2.184 rumah sakit yang
ada di Indonesia sebagian besarnya masih berpusat di kota-kota besar.
Persoalan yang selanjutnya menyangkut masalah distribusi yang belum
merata, khususnya tenaga Kesehatan. Beberapa daerah masih banyak yang
kekurangan tenaga Kesehatan, terutama untuk dokter spesalis. Dan persoalan
terakhir yang menjadi catatan “The Indonesian Institute” adalah soal
pendanaan. Sebab di tahun 2014, pemerintah hanya mengalokasikan 2,4
persen dana APBN untuk bidang Kesehatan. Padahal Undang-Undang
Kesehatan Nomor 36/2009 mengamanatkan dana Kesehatan sebesar 5 persen
dari APBN.
Kabupaten Sumenep merupakan salah satu kabupaten yang terletak di provinsi
Jawa Timur. Sumenep secara administratif terdiri atas 27 wilayah kecamatan,
328 desa dan 4 kelurahan. Wilayah kabupaten Sumenep dibagi menjadi dua
kategori , yaitu wilayah daratan dan kepulauan. Wilayah daratan memiliki luas
1.146,93 km2 (54,79%) yang terbagi menjadi 18 kecamatan dan 1 pulau
Dungkek, sedangkan wilayah kepulauan memiliki luas 946,53 km2 (45,21%)
yang terbagi atas 126 buah pulau kecil, dimana 48 pulau sudah berpenghuni
dan 78 tidak berpenghuni. Dari 48 pulau yang berpenghuni, Bupati Sumenep
A. Busyro Karim mengatakan tercatat sebanyak 100 desa di kabupaten
Sumenep yang masuk dalam kategori desa tertinggal, salah satunya desa yang
berada di kecamatan Giligenting.
Kecamatan Giligenting terletak dibagian selatan kabupaten Sumenep. Jarak
antara kecamatan Giligenting dengan pusat kota sekitar 8 kilometer. Satu-
satunya jalur menuju pulau ini ialah dengan menggunakan perahu sampan dan
diperlukan waktu kurang lebih 30 menit untuk mengarungi lautan melalui
pelabuhan kecil yang terletak di desa Tanjung kecamatan Saronggi. Sulitnya
akses dari kecamatan Giligenting ke kota Sumenep menyebabkan
terhambatnya segala aktifitas masyarakat, salah satunya dalam bidang
Kesehatan. Terhambatnya peningkatan derajat Kesehatan di daerah tertinggal
tersebut disebabkan adanya keterbatasan infrastruktur Kesehatan, terutama
pelayanan Kesehatan primer serta kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai Kesehatan.
Data Persebaran Fasilitas Kesehatan Menurut Desa dan Jenis
Fasilitas
Desa/Keluraha Rumah Rumah Puskesmas Puskesmas
n Sakit Sakit Pembantu
Bersali
n
001 Galis - - - -
002 Gedungan - - - -
003 Bringsang - - -
004 Aenganyar - - 1 -
005 Lombang - - - -
006 Jate - - - -
007 Banbaru - - - 1
008 Banmaleng - - - -
Jumlah - - 1 1
Table 1.1 Data Persebaran Fasilitas Kesehatan Kecamatan Giligenting
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) kabupaten Sumenep,
persebaran fasilitas Kesehatan masyarakat di kecamatan Giligenting kurang
memadai. Terbukti hanya terdapat satu puskesmas yang berada di desa Aenganyar
dan satu puskesmas pembantu di desa Banbaru. Adanya ketidakmerataan
pembangunan infrastruktur menyebabkan tidak maksimalnya aktifitas layanan
Kesehatan sehingga berpengaruh terhadap Kesehatan masyarakat, yang mana
dapat berdampak pula pada pendapatan masyarakat sekitar.

Data Jumlah Penduduk Miskin di Kecamatan Giligenting


Tahun Jumlah penduduk miskin Persentase
(000) penduduk
miskin (%)
2016 216,84 20,2
2017 216,14 19,62
2018 211,92 19,62
2019 218,60 20,16
2020 211,98 19,48
Table 1.2 Data Persentase Angka Kemiskinan Kecamatan Giligenting
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) kabupaten
Sumenep, tercatat persentase angka kemiskinan di kecamatan Giligenting
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Layanan Kesehatan
Pada dasarnya, hak untuk hidup sehat merupakan sebuah hak dasar yang
dimiliki oleh setiap orang. Seperti yang telah dirumuskan dalam Undang-
Undang Dasar 1945 Pasal 28H (1) yang berbunyi, “Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan Kesehatan”.
Layanan Kesehatan dapat diartikan sebagai sebuah layanan yang bertujuan
guna memenuhi kebutuhan individu atau masyarakat untuk mengatasi,
menetralisir atau menormalisasi semua masalah atau semua penyimpangan
tentang Kesehatan yang ada dalam masyarakat (Nopiani dan Cahyo, 2019: 2).

2.2 Artificial Intelligence


Di era digitalisasi saat ini, perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi berkembang sangat pesat. Berbagai lapisan masyarakat dapat
memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada. Artificial Intelligence
(kecerdasan buatan) merupakan salah satu bentuk perkembangan teknologi
pada saat ini.
Artificial Intelligence merupakan salah satu bagian dari ilmu komputer
yang mana mempelajari bagaimana membuat suatu system atau komputer
yang dapat melakukan pekerjaan seperti halnya manusia bahkan dapat lebih
baik dari manusia (Dahria, 2008: 185). Di Indonesia metode Artificial
Intelligence telah mulai berkembang. Dengan diterbitkannya PP Nomor 71
Tahun 2019 tentang PSTE mendukung penggunaan Artificial Intelligence di
berbagai sector, seperti keuangan, retail, Kesehatan, transportasi, agrikultur,
dan manufaktur (Pratiwi Agustini, 2020).

2.3 Fundraising
Istilah fundraising biasa disebut dengan pengumpulan dana. Dalam
sebuah lembaga sangat diperlukan adanya dana guna membiayai operasional
lembaga tersebut. Pengertian fundraising secara umum dapat diartikan
sebagai sebuah upaya atau proses kegiatan dalam rangka menghimpun dana
zakat, infak dan sedekah serta sumber dana lainnya dari masyarakat baik
individu, kelompok, organisasi dan perusahaan yang akan disalurkan dan
didayagunakan untuk mustahik ( Nilda, 2018: 107). Adanya kegiatan
fundraising dapat memberikan pengaruh positif di lingkungan masyarakat,
khususnya bagi masyarakat atau lembaga yang membutuhkan. Menurut hasil
penelitian dari Bella Permatasari yang dikutip oleh Istiqomah dan Ahmad
Fauzi (2021), dalam kegiatan fundraising memiliki lima tujuan pokok, yaitu
menghimpun dana, menghimpun donator, menghimpun simpatisan atau
pendukung, membangun citra lembaga (brand image), dan memberikan
kepuasan pada donator.

Anda mungkin juga menyukai