INKONTINENSIA URIN
DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Anny Rosiana Masyitoh, M.Kep, Sp.Kep.J
DISUSUN OLEH :
S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
Hari : Selasa
(NIDM : 0616087801)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Landasan Teori
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yanng bergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan didalam
perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan
(Friedman,2010).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat
dibawah satu atap dalam keadaan saling bergantung (Zaidin Ali,2010).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat, dan terdiri dari 2 atau
lebih orang yang diikat oleh perkawinan dan adopsi yang hidup dalam satu
atap, dan mempunyai peran masing-masing dalam mempertahankan
kebudayaan, serta saling bergantung satu sama lain.
2. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (2010) adalah :
a. Fungsi afektif
b. Fungsi sosialisasi
c. Fungsi reproduksi
d. Fungsi ekonomi
e. Fungsi perawatan keluarga
B. Lansia
1. Definisi Lansia
Lansia merupakan tahap akhir dri setiap orang. Masa tua merupakan
masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada hari ini seseorang akan
mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial secara bertahap sehingga
tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari (tahap penurunan). Penuaan
merupakan perubahan komunikatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh,
jaringan dalam sel yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada
manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit,
tulang, jantung, pembuluh drah, paru-paru, saraf, and jaringan tubuh lainnya.
Dengan itu kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan terkena
berbagai penyakit, sindroma, dan kesakitan dibandingkan dengan orang
dewasa lain (akholifah,2016)
2. Proses Penuaan
a. Teori-teori biologi
1) Teori gentik
8) Teori program
b. Teori-teori sosial
3. Klasifikasi Lansia
C. Inkontinensia Urin
1. Definisi
Inkontinensia urin adalah kondisi yang ditandai oleh defek springter
kandung kemih atau disfungsi neurologis yang menyebabkan hilangnya
control terhadap buang air kecil. Masalah inkontinensia urun ini bukan saja
menimbulkan persoalan fisik melainkan menyebabkan masalah psikologis,
sosial, dan ekonomi sehingga mempengaruhi kualitas hidup lansia
(Amelia.R.2010).,
Inkontinensia urun merupakan keluarnya urin tidak disadari dan pada
waktu yang tidak diinginkan (tanpa memperhatikan frekuensi dan jumlah)
yang mengakibatkan masalah sosial dan higienisitas penderitanya (Juananda.,
dkk., 2017).
Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin involunter atau kebocoran
urin yang sangat nyata dan menimbulkan masalah sosial atau higienis
(Karjoyo, dkk. 2017).
Inkontinensisa urin adalah suatu kondisindimana urin keluar secara
tidak sadar dan terus-menerus, sehingga menimbulkan dampak psikologis
sosial, dan pola kebersihan (Hygiene).
2. Etiologi
Secara umum inkontinensia urin disebabkan oleh perubahan pada
anatomi dan fungsi organ kemih lansia, obesitas, menopouse, usia lanjut.
Penambahan berat badan dan tekanan selama hamil dapat menyebabkan
melemahnya otot dasar panggul rusak akibat regangan otot dan jaringan
penunjang serta robekan jalan lahir, sehingga dapat meningkatkan resiko
terjadinya inkontinensia urin khususnya pada wanita karena menurunnya
kadar hormon esterogen pada usia menopouse akan terjadi penurunan tonus
otot vagina dan otot pintu saluran kemih sehingga menyebabkan terjadinya
inkontinensia urin (Moa, dkk. 2017).
3. Klasifikasi
Menurut Cameron (2013) klasifikasi inkontinensia urin ada 2, yaitu :
a. Inkontinensia urin akut
Inkontinensia urin ini terjadi kurang dari 6 bulan dan biasanya
terjadi secara mendadak. Kondisi ini berkaitan dengan penyakit akut
yang diderita dan akan menghilang ketika penyakitnya sudah bisa
ditangani atau sembuh.
5. Patofisiologi
Pada lanjut usia inkontinensia urin berkaitan erat dengan anatomi dan
fisiologi juga dipengaruhi oleh faktor fungsional, psikologis, dan lingkungan.
Pada tingkat yang paling dasar, proses berkemih diatur oleh reflek yang
berpusat dipusat berkemih diserum. Jalur aferen membawa informasi
mengenai volume kandung kemih di medula spinalis (Dormojo, 2000 dalam
Pengisian kandung kemih dilakukan dengan cara relaksasi kandung
kemih melalui penghambatan kerja saraf parasimpatis dan kontraksi leher
kandung kemih yang dipersarafi oleh saraf simpatis serta saraf somatik yang
mempersarafi otot dasar panggul.
Pengosongan kandung kemih melalui persyarafan kolinergik
parasimpatis yang menyebabkan kontraksi kandung kemih, sedangkan
simpatis kandung kemih berkurang jika kortek serebri menekan pusat
penghambatan, akan merangsang timbulnya berkemih. Hilangnya
penghambatan pusat kortikal ini dapat disebabkan karena usia sehingga lansia
sering mengalami inkontinensia urin. Karena dengan kerusakan dapat
mengganggu koordinasi antara kontraksi kandung kemih dan relaksasi uretra
yang mana gangguan kontraksi kandung kemih akan menimbulkan
inkontinensia.
6. Pengkajian
a. Keperawatan
1) Bantuan toileting (avoiding/toileting asisstance)
- Jadwal berkemih, jadwal direkomendasikan disusun untuk
satu hari penuh.
- Latih merubah kebiasaan.
- Promted volding (mengatakan dengan bisikan pada diri
sendiri untuk menahan atau mengatur BAK).
b. Penatalaksanaan Medik
1) Terapi obat disesuaikan denganpenyebab inkontinensia. Akibat
diresepkan dengan jika inkontinensia akibat dari inflamasi yang
disebab
8. Manajement Keperawatan
a. Pengkajian
Proses pengkajian keluarga ditandai dengan pengumpulan informasi
yang terus-menerus keputusan profesional yang mengandung arti terhadap
informasi yang dikumpulkan. Dengan kata lain, data dikumpulkan secara
sistematik meggunakan alat pengkajian keluarga, kemudian diklasifikasikan
dan sianalisis menginterprestasikan artinya (Friedman, 2010).
Berikut adalah bentuk pengkajian keluarga menurut Friedman (2010) :
1) Mengidentifikasi data
a) Nama keluarga
b) Alamat dan telephone
c) Komposisi keluarga
d) Tipe bentuk keluarga
e) Latar belakang kebudayaan
- Pernyataan keluarga atau anggota keluarga mengenai
latar belakangetnik (identifikasi diri) ?
- Bahasa yang digunakan dirumah ? Apakah semua
anggota keluarga berbicara bahasa jawa, Indonesia,
dll.
- Negara asal
- Tempat tinggal keluargaa
- Aktivitas keagamaan, sosial kebudayaan, rekreasi,
pendidikan.
- Kebiasaan diet, dan berpakaian
- Dekorasi rumah
- Keberadaan peran dan struktur kekuasaan keluarga.
- Penggunaan praktisi dan jasa keperawatan kesehatan
keluarga.
2) Identifikasi religius
a) Apakah agama keluarga ?
b) Apakah anggota keluarga berada dalam keyakinan dan
praktik religius mereka ?
c) Sejauh mana keluarga aktif terlibat dalam tempat ibadah ?
d) Apa praktik keagamaan yang diikuti keluarga ?
e) Apa keyakinan dalam nilai keagamaan yang berpusat dalam
kehidupan keluarga ?
6) Data lingkungan
Data lingkungan keluarga meliputi seluruh alam kehidupan
keluarga. Mulai dari pertimbangan area yang terkecil seperti aspek
dalam rumah hingga komunitas yang lebih besar tempat, keluarga
tunggal.
a) Karakteristik rumah
- Uraikan tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa
kamar, dll.).Apakah keluarga memiliki rumah sendiri
atau menyewa rumah ?
- Uraikan kondisi rumah (baik interior maupun eksterior
rumah ). Interior rumah meliputi jumlah ruang dan
jenis ruang (ruang tamu, ruang tidur, dll.).
penggunaan ruang-ruang tersebut dan bagaimana
ruang tersebut diatur. Bagaimana kondisi dan
kecukupan perabot ?. Apakah lantai, tangga,
pemagaran, dan struktur lainnya dalam kondisi yang
memadai ?
b) Didapur, amati suplai air minum sanitasi dan adekuasi lemari
es ?
c) Dikamar mandi, amati sanitasi air, fasilitas toilet, ada
tidaknya sabun, dan handuk ?
d) Kaji pengaturan tidur dirumah, apakah pengaturan tersebut
memadai bagi para anggota keluarga dengan pertimbangan
usia mereka, hubungan, dan kebutuhan khusus lainnya.
e) Amati keadaan rumah kebersihan dan sanitasi rumah.
f) Identifikasi unit teritorial keluarga.
g) Evaluasi pengaturan privasi dan bagaimana perasaan
keluarga menjadi adejulasi privasi.
h) Evaluasi ada atau tidak adanya bahaya keamanan.
i) Evaluasi adekulasi pembuangan sampah.
j) Kaji perasaan puas/tidak puas terhadap penataan rumah
b. Diagnosa keparawatan
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah inkontinensia urin.
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi penyakit inkontinensia urin.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
inkontinensia urin.
4) Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi
lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit inkontinensia urin.
5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan guna
perawatan dan pengobatan inkontinensia urin.
c. Prioritas masalah
Cara memprioritaskan masalah keperawatan keluarga adalah dengan
menggunakan scoring komponen dan prioritas masalah keperawatan
keluarga adalah riteria, bobot, dan pembenaran.
Kriteria prioritas masalah keperawatan keluarga adalah berikut ini,
1) Sifat masalah, kriteria sifat masalah ini dapat ditemukan denga melihat
kategori diagnosis keperawatan. Adapun skornya adalah,diagnosis
keperawatan potensial skor 1 diagnosis keperawatan risiko skor 2, dan
diagnosis keperawatan aktual skor 3.
2) Kriteriakedua,adalah kemungkinan untuk diubah. Kriteria ini dapat
ditentukan dengan melihat pengetahuan, sumberdaya keluarga, sumber
daya perawatanyang tersedia, dan dukungan masyarakatnya. Kriteria
kemungkinan untuk diubah ini sornya terdiri atas, mudah dengan skor
2, sebagian 1, dan tidak dapat dengan skor nol.
3) Kriteria ketiga adalah potensial untuk dicegah. Kriteria inidapat
ditentukan dengan melihat kepelikan masalah, lamanya masalah, dan
tindakan yang sedang dilakukan. sor dari kriteria ini terdiri atas tinggi
skore 3, cukup dengan skor 2, dan rendah dengan skor 1.
4) Kriteria terakhir adalah menonjolnya masalah. Kriteria ini dapat
ditentukan berdasarkan persepsi keluarga dalam melihat masalah.
Penilaian dari kriteria terdiri atas, segera dengan skor 2, tidak perlu
segera skornya 1, dan tidak dirasakan dengan skor 0.
Cara perhitungan sokor adalah sebagai berikut.
1) Tentukan skor dari masing – masing kriteria untuk setiap masalah
keperawatan yang terjadi. Skor yang ditentukan akan dibagi dengan
nilai tertinggi, kemudian dikalikan bobot dari masing – masing kriteria.
Bobot merupakan nilai konstanta dari tiap kriteria daan tidak bisa
diubah(skor/ angka tertinggi x bobot)
2) Jumlahkan skor darimasing – masing kriteria untuk tiap diagnosis
keperawatan keluarga.
3) Sor tertinggi yang diperoleh adalah diagnosis keperawatan keluarga
yang prioritas.
Skor yang dilakukan di tiap – tiap kriteria harus diberikan pembenaran
sebagai justifikasi dari skor yang telah ditentukan oleh perawat, justifikasi
yang diberikan berdasarkan data yang ditemukan oleh perawat, justifikasi
yang diberikan berdasarkan data yang ditemukan dari klien dan keluarga.
1. Sifat masalah 1
Skala:
Tidak / kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan Masalah 2
Skala:
Mudah 2
Sebagian 1
Rendah
4 Menonjol Masalah 1
Skala:
Masalah berat harus 2
ditangani
Ada masalah tidak 1
perlu ditangani
Masalah Tidak 0
dirasakan
d. Intervensi Keperawatan
1. Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset Teori dan praktik
edisi ke.5. jakarta : EGC
2. Ali, Z. 2010 pengantar keperawatan keluarga. Jakarta : EDC
3. Nugroho, 2012. Keperawatan genetik & gerretrik edisi 8 Jakarta : EGC
4. Kholifah, S. N. 2016. Modul Bahan Ajar cetak Keperawatan Gerontik,
Jakarta: Kemeskes RI pusdik SDM kesehatan.
5. Mubarok, wahit iqbal,et al. 2010. Ilmu keperawatan komunitas: konsep dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika
6. Kaakinen, JR. Et al. 2010. Family health care Nursing, Theory Proctios and
research 4th edition. United statesof America, F. A. Davis comparty
7. Kemenkes, RI. 2016. Situasi lanjut usia (lansia) di indonesia infodatim pusat
data dan informasi. Kementerian Kesehatan Republik indonesia ISSN: 2442.
7659
8. Azizah & Lilik, M.201. keperawatan Lanjut Usia Yogyakarta: Graha lumus
9. Kozier. 2010. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5 Jakarta, EGC.
10. Amelia, R, 2020. Pravolensi dan Faktor Resiko Inkontinensia Urin pada lansia
panti sosial tuna werdha (PSIW) Sumatra Barat, Healt & Medical jurnal, Vol
11 No 1 Januari 2020.
11. Juananda, Desby., DKK., 2017. Inkontinensia urin pada lanjut usia dipanti
werdha provinsi Riau. Jurnal Kesehatan Melayu, EISSN 2597-74C7
12. Karjoyo, J.D. 2017. Pengaruh Senam Kegel terhadap pengaruh Frekuensi
Inkontinensia urine pada lanjut usia di wilayah kerja puskesmas tumpaan
minehasa selatan. E. Journal Keperawatan (e-kep) volume 5
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perawatan keluarga yang kompherensif merupakan suatu proses yang rumit,
sehingga memerlukan suatu pendekatan yang logus dan sistematis. Dimana
dalam proses keperawatn keluarga akan relatif berbeda pada fokus
perawatannya.
Perbedaan fokus perawatan tergantung pada konseptualisasi keluarga.
Dalam prakteknya, proses keperawatan keluarga menggunakan dua tingkatan
yaitu, tingkatan ini digunakan untuk mengkaji dan melaksanakan keperawatan
keluarga dengan mengikuti langkah – langkah dalam proses keperawatan
keluarga yaitu pengkajian (pengkajian terhadap keluarga dan pengkajian
anggota keluarga secara individu), indentifikasi masalah keluarga dan individu
(diagnosa keperawatan), rencana perawatan, intervensi dan evaluasi
keperawatan .
B. SARAN
Hal –hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan diagnosis keperawatan :
1. Berorientasi kepada klien, keluarga dan masyarakat
2. Bersifat aktual atau potensial
3. Dapat diatasi dengan intervensi keperawatan
4. Menyatakan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat, serta
faktor- faktor penyebab timbulnya masalah tersebut.