Anda di halaman 1dari 2

PANITERA

Perundang-undangan Indonesia secara tegas menyebutkan bahwa seorang panitera adalah


bagian dari ‘susunan pengadilan atau seorang yang bertugas ‘membantu’ ketika hakim
memeriksa perkara. KUHAP menyebutkan panitera sebagai orang yang ‘menyelenggarakan
buku daftar untuk semua perkara’. Tugas ini tegas disebut dalam Pasal 11 ayat
(3) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (“UU
Kekuasaan Kehakiman”):

Hakim dalam memeriksa, mengadili, dan memutus perkara dibantu oleh seorang
panitera atau seorang yang ditugaskan melakukan pekerjaan panitera.
Panitera adalah unsur pembantu pimpinan pengadilan. Kedudukan ini membawa
konsekuensi bahwa segala tindakan panitera harus dipertanggungjawabkan kepada ketua
pengadilan.[3]
 
Sehari-hari Panitera memberikan pelayanan teknis administratif kepada hakim di tempatnya
bertugas, baik di Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama, Pengadilan Tata Usaha Negara,
maupun Pengadilan Militer. Pada saat persidangan bisa dilihat seorang panitera bertugas
mengurus dan menyiapkan berkas perkara dan mencatat apa yang terjadi selama proses
persidangan. Panitera mencatat dialog para pihak atau merekamnya lalu mentranskrip
pembicaraan. Paniteralah yang secara langsung mencatat poin-poin penting persidangan.
 
Selain itu, panitera bertugas mengkomunikasikan persidangan kepada para pihak, seperti
memberitahukan jadwal (waktu) dan ruang sidang. Sejak awal, ketika masih pendaftaran
perkara, para pihak memang berkomunikasi dengan panitera. Di satu sisi, ia menjadi
sumber informasi persidangan bagi para pihak; dan di sisi lain ia bertugas membantu hakim
selama proses persidangan hingga menyiapkan bahan untuk pembuatan putusan.
Pada saat menyiapkan bahan untuk putusan itulah panitera berperan penting. Apalagi di
pengadilan yang belum mewajibkan perekaman proses persidangan. Majelis hakim banyak
mengandalkan ingatan dan catatan panitera. Lantas, siapa yang bisa menjamin bahwa
catatan atau transkrip yang disiapkan panitera komprehensif, objektif, dan lengkap?
Bagaimana jika majelis hakim menyerahkan pembuatan konsep putusan kepada panitera?
Apakah jika itu terjadi, panitera bisa benar-benar objektif?
 
Menyimpan rapat-rapat isi putusan sebelum dibacakan juga menjadi tantangan bagi
panitera. Saat menyusun putusan majelis hakim menggelar Rapat Permusyawaratan Hakim
(RPH) yang bersifat rahasia.[4] Dalam RPH yang bersifat rahasia itu, majelis hakim
biasanya dibantu oleh panitera. Jadi, sejak awal panitera sudah mengetahui isi putusan.
Tetapi ia terlarang untuk membocorkan informasi RPH itu.
Rambu-rambu panitera
Apakah seorang panitera bisa disuap sebenarnya sangat bergantung pada pribadi panitera
tersebut. Seorang panitera yang menginternalisasi nilai-nilai moral, agama, dan hukum
akan menolak setiap upaya pemberian suap. Sebaliknya, dengan pengawasan yang ketat
sekalipun, tetap terbuka peluang bagi panitera menerima suap jika ia mengabaikan nilai
moral, agama, dan hukum.
 
Ada beberapa rambu yang harus dipatuhi panitera dalam menjalankan tugasnya agar
terhindar dari pelanggaran kode etik. Rambu yang berupa kewajiban atau larangan antara
lain adalah:[8]
a.    Wajib menjaga kewibawaan dalam persidangan[9]
b.    Wajib bersikap sopan dan santun serta tidak melakukan perbuatan tercela;[10]
c.  Dilarang memberikan kesan memihak salah satu pihak yang berperkara atau kuasanya
termasuk penuntut umum dan saksi seolah-olah berada dalam posisi istimewa;[11]
d.    Dilarang membocorkan hasil RPH.[12]
e.    Wajib adil dan tidak membeda-bedakan para pihak dalam memanggil ke ruang sidang;
[13]
f.     Dilarang menjadi penghubung dan memberikan akses antara pihak berperkara atau
kuasanya dengsan pimpinan pengadilan/majelis hakim.[14]
g.    Dilarang mengaktifkan handphone selama proses persidangan.[15]
Ingatlah sumpah yang diucapkan sebelum memangku jabatan sebagai panitera, yang
diucapkan atas nama Tuhan:
Demi Allah, saya bersumpah bahwa saya, untuk memperoleh jabatan saya ini,
langsung atau tidak langsung dengan menggunakan nama atau cara apa pun juga,
tidak memberikan atau menjanjikan barang sesuatu kepada siapa pun juga.
 
Saya bersumpah bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
dalam jabatan ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidak
langsung dari siapa pun juga suatu janji atau pemberian.

ADAPUN TUGAS DAN FUNGSI POKOK PANITERA YAITU:

 Panitera bertugas menyelenggarakan administrasi perkara, dan mengatur tugas Wakil


Panitera, para Panitera Muda, Panitera Pengganti, serta seluruh pelaksana di bagian teknis
Pengadilan Negeri Stabat.
 Panitera bertugas membantu Hakim dengan mengikuti dan mencatat jalannya
persidangan.
 Panitera membuat daftar perkara-perkara perdata dan pidana yang diterima di
Kepaniteraan.
 Panitera membuat salinan putusan menurut ketentuan undang-undang yang berlaku.
 Panitera bertanggung jawab atas pengurusan berkas perkara, putusan, dokumen, akta,
buku daftar, biaya perkara, uang titipan pihak ketiga, surat-surat berharga, barang bukti dan
surat-surat lainnya yang disimpan di kepaniteraan.
 Dalam perkara perdata, Panitera bertugas melaksanakan putusan Pengadilan.

Anda mungkin juga menyukai