DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 8
ANDIKA RAMADHAN (2002126821)
M.DAFFA RISWANDI (2002110905)
RIZKA PUTRI ARMENIA (2002110940)
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS RIAU
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pengukuran Kinerja Sektor
Publik” tepat pada waktunya. Makalah tentang Pengukuran Kinerja Sektor Publik disusun
untuk memenuhi tugas dari Dr. Taufeni Taufik , SE., M.Si , Ak pada mata kuliah Akuntansi
Sektor Publik di Universitas Riau. Selain itu penulis berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan tentang perekonomian syariah.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Taufeni Taufik , SE., M.Si , Ak
selaku dosen mata kuliah Akuntansi Sektor Publik. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah wawasan pada bidang yang ditekuni oleh penulis. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang membantu proses pembuatan makalah tersebut.
Semoga keikhlasan pihak yang membantu penulis mendapatkan balasan mulia dari Allah
Swt.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran dari para pembaca untuk
membantu penyempurnaan makalah yang dibuat selanjutnya. Semoga makalah yang penulis
buat dapat bermanfaat bagi para pembacanya demikian yang dapat menurut sampaikan
wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................4
A. Kesimpulan.............................................................................................. 7
B. Saran........................................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pengukuran merupakan sesuatu hal yang penting, segala sesuatu yang berbentuk
pasti ada ukurannya, baik itu panjang, tinggi, berat, volume, ataupun dimensi dari suatu
objek. Penentuan besaran dimensi atau kapasitas, biasanya terhadapat suatu standar satuan
ukur tertentu. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik. Sesuatu yang dapat
diukur dan dapat dinyatakan dengan angka disebut besaran, sedangkan pembanding dalam
suatu pengukuran disebut satuan.
PEMBAHASAN
Untuk mengetahui kinerja organisasi maka setiap organisasi harus memiliki kriteria
keberhasilan berupa target-target tertentu yang hendak dicapai, dimana tingkat
pencapaian atas target tersebut didasarkan pada suatu konsep tertentu yang sudah teruji
validitasnya dalam melakukan pengukuran kinerja suatu organisasi. Menurut Robertson
dalam Mahmudi (2010), pengukuran kinerja didefinisikan sebagai sustu proses penilaian
kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya,
termasuk informasi atas efisiensi, penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang
dan jasa, kualitas barang dan jasa, perbandingan hasil kegiatan dengan target, dan
efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan. Sementara menurut Lohman (2003)
pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu
yang diderivasi dari tujuan strategis organisasi.
Selain itu, pihak legislatif menggunakan ukuran kinerja ini untuk menentukan
kelayakan biaya pelayanan (cost of service) yang dibebankan kepada masyarakat
pengguna jasa publik karena mereka tidak mau selalu ditarik pungutan tanpa adanya
peningkatan kualitas dan kuantitas dari pelayanan yang diterima tersebut.
Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada indikator tunggal
yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif. Berbeda dengan
sektor swasta, karena sifat output yang dihasilkan sektor publik lebih banyak bersifat
intangible output, maka ukuran finansial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor
publik. Oleh karena itu, perlu dikembangkan ukuran kerja non-finansial.
1. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down and bottom up).
2. Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang sehingga
dapat ditelusur berkembangan pencapaian strateginya.
3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan
bawah serta motivasi untuk mencapai good congruence.
4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan
kemampuan kolektif yang rasional
PRINSIP-PRINSIP PEMILIHAN UKURAN KINERJA
Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih ukuran-
ukuran kinerja instansi yang sesuai dengan skema indikator:
Evaluasi kembali ukuran yang ada Informasi kinerja tetap dibutuhkan oleh
manajemen. Apabila skema indikator kinerja
sudah tidak berfungsi, maka manajemen akan
mengembangkan skema baru.
Mengukur kegiatan yang penting, Kinerja selalu berorientasi hasil. Ukuran hasil
tidak hanya hasil sering diformulasikan dalam rasio keuangan.
Pencapaian hasil akan menunjukkan adanya
permasalahan. Hasil tersebut tidak akan
menunjukkan diagnosis hasil.
Pengukuran harus mendorong tim Pembagian proses pengukuran menciptakan
kerja yang akan mencapai tujuan lingkungan tim kerja yang aktivitasnya
diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi.
Pengukuran harus merupakan Agar efektif, sistem pengukuran harus
perangkat yang terintegrasi, diciptakan sebagai perangkat terintegrasi
seimbang dalam penerapannya yang diperoleh dari strategi perusahaan.
Sebagian besar perusahaan berusaha
meminimalkan biaya, meningkatkan kualitas,
mengurangi waktu pelaksanaan produksi dan
menciptakan pengembalian investasi yang
wajar.
Pengukuran harus memiliki fokus Ukuran internal yang umum dipakai dalam
eksternal jika memungkinkan sebuah organisasi perbandingan kinerja dari
tahun ke tahun. Suatu perbandingan tertentu
dapat dilakukan ke tingkatan mikro: divisi,
departemen, kelompok, bahkan individu.
SKALA PENGUKURAN
Skala pengukuran dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
a. Skala Nominal
Skala nominal merupakan skala pengukuran yang paling rendah tingkatannya karena
denga skala ini obyek pengukuran hanya dapat dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri yang
sama, yang berbeda dengan kelompok lain. Kelompok-kelompok atau golongan tidak
dibedakan berdasarkan tingkatan, karena kelompok yang satu tidak dapat dikatakan lebih
rendah atau lebih tinggi tingkatannya dari pada kelompok yang lain, tetapi hanya sekedar
berbeda.
b. Skala Ordinal
Skala ini lebih tinggi tingkatannya atau lebih baik dari pada skala nominal karena
selain memiliki ciri-ciri yang sama dengan skala nominal, yaitu dapat mengolongkan
obyek dalam golongan yang berbeda, skala ordinal juga mempunyai kelebihan dari skala
nominal, yaitu bahwa golongan-golongan atau klasifikasi dalam skala ordinal ini dapat
dibedakan tingkatannya. Ini berarti bahwa suatu golongan dapat dikatakan lebih tinggi
atau lebih rendah dari pada golongan yang lain.
c. Skala Interval
Skala interval memiliki kelebihan yaitu mempunyai unit pengukuran yang sama,
sehingga jarak antara satu titik dengan titik yang lain, atau antara satu golongan dengan
golongan yang lain dapat diketahui.
Pengukuran kinerja pada sektor swasta bertumpu pada aspek finansial karena
tujuannya adalah mencari laba sehingga mudah diukur karena bersifat kuantitatif dan
nyata. Namun kondisi ini berbeda dengan organisasi sektor publik, dimana penilaian
keberhasilan organisasi sektor publik dalam menjalankan fungsinya adalah kepuasan
yang dirasakan oleh masyarakat atas penyediaan barang dan jasa publik yang bersifat
kualitatif. Dengan demikian Mahsun (2009) membuat beberapa kendala yang dihadapi
dalam pengukuran kinerja organisasi sektor publik, antara lain:
2. Sifat output adalah kualitatif, intangible dan indirect. Output yang dihasilkan
dari kegiatan organisasi publik pada umumnya bersifat kualitatif, tidak
berwujud dan tidak langsung dirasakan pada saat itu sehingga kinerja organisasi
lebih sulit diukur.
Proses inovasi
Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan, proses inovasi merupakan salah
satu kritikal proses, dimana efisiensi dan efektifitas serta ketepatan waktu dari proses
inovasi ini akan mendorong terjadinya efisiensi biaya pada proses penciptaan nilai
tambah bagi pelanggan. Proses inovasi dapat dibagi menjadi dua yaitu:
Pengukuran terhadap proses inovasi yang bersifat penelitian dasar dan terapan
Pengukuran terhadap proses pengembangan produk.
Proses Operasi
Pada proses operasi yang dilakukan oleh masing-masing organisasi bisnis, lebih
menitikberatkan pada efisiensi proses, konsistensi, dan ketepatan waktu dari barang dan
jasa yang diberikan kepada pelanggan.
Pelayanan Purna Jual
Tahap terakhir dalam pengukuran proses bisnis internal adalah dilakukannya pengukuran
terhadap pelayanan purna jual kepada pelanggan. Pengukuran ini menjadi bagian yang
cukup penting dalam proses bisnis internal, karena pelayanan purna jual ini akan
berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pelanggan.
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective).
Kaplan (Kaplan, 1996) mengungkapkan betapa pentingnya suatu organisasi bisnis untuk
terus mempertahankan karyawannya, memantau kesejahteraan karyawan dan
meningkatkan pengetahuan karyawan karena dengan meningkatnya tingkat pengetahuan
karyawan akan meningkatkan pula kemampuan karyawan untuk berpartisipasi dalam
pencapaian hasil ketiga perspektif diatas dan tujuan perusahaan. Perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan organisasi merupakan faktor pendorong dihasilkannya kinerja yang
istimewa dalam tiga perspektif Balanced Scorecard.
Value for Money menurut Mardiasmo (2009: 4) merupakan konsep pengelolaan
organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomi,
efisiensi, dan efektivitas( 3E ) yang berdasarkan indikator alokasi biaya (ekonomi dan
efisiensi) dan indikator kualitas pelayanan.
Menurut Halim (2012: 14), tujuan terkait pelaksanaan value for money adalah:
berikut:
Anggaran Pengeluaran
Keterangan:
berimbang.
c. Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (x > 100%) berarti tidak ekonomis.
berikut:
Input
Keterangan :
a. Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (x <100%) berarti tidak efisien.
b. Jika diperoleh nilai sama dengan 100% (x = 100%) berarti efisien
berimbang.
c. Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (x > 100%) berarti efisien.
berikut:
Output
Keterangan :
a. Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (X < 100%) maka tidak efektif.
c. Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (X > 100%) maka efektif.
BAB III
PENUTUP