1. HLB
2. Dosis Maksimal
Soal Teori
1. Pengatasan masalah pembuatan suspense
2. Perubahan biologis yg diwakili oleh tiap rentang waktu
3. Akibat bertambahnya usia dapat mengakibatkan penurunan total air yg dapat mengakibatkan
4. Faktor2 yang mempengaruhi kelarutan obat
5. Obat yg sering menimbulkan efek samping pada usia lanjut
6. Penyebab tablet terlalu rapuh
7. Perbandingan dosis orang usia lanjut terhadap dosis dewasa
8. Rumus dosis untuk anak diatas 8 thn
9. Mengapa pasien geriatric lebih sering mengalami adr dibanding pasien yg lebih muda
10. Prinsip umum penggunaan obat pada usia lanjut, kecuali
11. Keadaan yg mungkin dapat mempengaruhi absorpsi obat pd pasien geriatric
12. Rumus dosis anak berdasarkan luas permukaan tubuh
13. Penyebab terjadinya inversi emulsi
14. Rumus dosis anak berdasarkan berat badan
15. Contoh emulgator sintesis
16. Efek samping yg paling banyak dialami
17. Kelebihan sediaan emulsi
18. Contoh bahan pengisi
19. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan
20. Bahan pelincir pada tablet terdiri dari
21. Cara pengujian emulsi
22. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan
23. Apa yg dimaksud capping
RANGKUMAN
1. PENDOSISAN BAYI, ANAK, REMAJA, DEWASA
Yang mempengaruhi dosis obat yaitu :
Faktor obat (Sifat fisika, kimiawi, toksisitas)
Cara Pemberian
Faktor penderita / karakteristik
Perubahan biologis yang diwakili oleh tiap rentang waktu :
Neonatus (1hr-1bln) : Terjadi perubahan klimakterik
Bayi (1bln-1thn) : Awal pertumbuhan yang pesat
Anak (1-11) : Masa pertumbuhan secara bertahap
Remaja (12-18) : Akhir perkembangan secara pesat hingga menjadi orang dewasa.
DOSIS UNTUK ANAK
-Berdasarkan umur dlm tahun
n
YOUNG Da= DM Dewasa (<8th)
n+12
n
DILLING Da= DM Dewasa (>8th)
20
4 n+20
AUGSBERGER Da= Dd (mg)
100
n
FRIED Da= DM dewasa (n= umur dlm bulan)
150
-Berdasarkan BB dlm Kg
n
THERMICH DM = DM Dewasa
70
LPT anak
CROWFORD-TERRY-ROURKE Da=
LPT dewasa
1. Perubahan farmakokinetik
a. Absorpsi
• Keadaan yang mungkin dapat mempengaruhi absorpsi ini antara lain perubahan kebiasaan makan,
tingginya konsumsi obat-obat non resep (misalnya antasida, laksansia) dan lebih lambatnya
kecepatan pengosongan lambung.
b. Distribusi
• Dengan bertambahnya usia, prosentase air total dan masa tubuh yang tidak mengandung lemak
(lean body mass) menjadi lebih sedikit.
c. Komposisi Tubuh
• Pertambahan usia dapat menyebabkan penurunan total air. Hal ini menyebabkan terjadinya
penurunan volume distribusi obat yang larut air sehingga konsentrasi obat dalam plasma
meningkat.
• Pertambahan usia juga akan meningkatkan massa lemak tubuh. Hal ini akan menyebabkan volume
distribusi obat larut lemak meningkat dan konsentrasi obat dalam plasma turun namun terjadI
peningkatan durasi obat (missal golongan benzodiazepin) dari durasi normalnya
d. Ikatan Plasma Protein
• Pertambahan usia, albumin manusia juga akan turun. Obat-obatan dengan sifat asam akan berikatan
dengan protein albumin sehingga menyebabkan obat bentuk bebas akan meningkat pada pasien
geriatri. Saat obat bentuk bebas berada dalam jumlah yang banyak maka akan mengakibatkan
peningkatan konsentrasi obat dalam plasma meningkat. Hal ini menyebabkan kadar obat tersebut
dapat melampaui konsentrasi toksis minimum (terlebih untuk obat-obatan poten)
e. Aliran Darah pada Organ
• Penurunan aliran darah organ pada lansia akan mengakibatkan penurunan perfusi darah.
• Pada pasien geriatri penurunan perfusi darah terjadi sampai dengan 45%.
• Untuk obat yang mempunyai sifat lipofilik yang besar, misalnya benzodiazepin, klordiazepoksid,
peningkatan komposisi lemak menyebabkan menurunnya kadar obat dalam darah.
f. Eliminasi
• Metabolisme hati dan eskresi ginjal adalah mekanisme penting yang terlibat dalam proses eliminasi.
Efek dosis obat tunggal akan diperpanjang dan pada keadaan steady state akan meningkat jika
kedua mekanisme menurun.
g. Metabolisme
• Hepar berperan penting dalam metabolisme obat, tidak hanya mengaktifkan obat ataupun
mengakhiri aksi obat tetapi juga membantu terbentuknya metabolit terionisasi yang lebih polar yang
memungkinkan berlangsungnya mekanisme ekskresi ginjal.
• Pada usia lanjut terjadi pula penurunan kemampuan hepar dalam proses penyembuhan penyakit,
misalnya oleh karena virus hepatitis atau alkohol.
h. Ekskresi ginjal
• Pada keadaan ini pengukuran klirens kreatinin kadang perlu dibuat, sebelum pemberian obat
• Salah satu akibat dari turunnya klirens adalah terjadi pemanjangan waktu paruh beberapa obat dan
kemungkinan tertumpuknya obat hingga mencapai kadar toksik
Perubahan farmakodinamik
A. Pengaturan temperatur
• Obat-obatan yang menyebabakan terjadinya hipotermia diantaranya benzodiazepine, opioid,
alkohol, dan antidepresan trisiklik dapat menyebabkan sedasi gangguan kepekaan subjektif terhadap
tempratur dan penurunan mobilitas maupun aktivitas.
B. Fungsi usus dan kandung Kemih
• Konstipasi sering muncul pada geriatri sebagai akibat penurunan motilitas saluran gastrointestinal.
Obat-obat antikolinergik dapat menyebabkan retensi urin pada pasien pria lanjut usia terutama
pasien dengan hipertropi prostat sedangkan pada wanita sering terjadi disfungsi uretra.
C. Pengaturan tekanan darah
• Pada pasien geriatri terjadi penumpukan reflex takikardia sehingga hipotensi postural merupakan
masalah yang sering terjadi pada pasien geriatri. Hal ini mengakibatkan obat obatan dengan efek
antihipertensi cenderung menyebabkan masalah pada pasien geriatri.
D. Keseimbangan cairan atau elektrolit
• Pasien geriatri mengalami penuruan kemampuan ekskresi retensi air. Obat-obatan yang
menyebabkan retensi cairan ini diantaranya kortikosteroid dan antiinflamasi non steroid.
e. Fungsi Kognitif
• Aktivitas enzim kolinesterase menurun pada lansia dan berakibat pada menurunnya transmisi
kolinergik. Transmisi kolnergik sangat berperan dalam fungsi kognitif normal sehingga obat-obatan
antikolinergik dan hipnotik dapat memperburuk efek tersebut. Lansia yang mengkonsumsi obat-
obatan tersebut akan mengalami kebingungan.
Obat-obat yang sering diresepkan pada usia lanjut dan pertimbangan pemakaian
Sedativa-hipnotika
Analgetika
Antidepresan
Obat-obat kardiovaskuler
Obat-obat antiaritmia
Glikosida jantung
Antibiotika
Obat-obat antiinflamasi
Laksansia
Permasalahan
Jumlah zat aktif kurang untuk membuat bobot tablet sesuai dengan yang diinginkan
Tablet yang terbentuk bisa pecah atau retak
Tablet diharapkan dapat hancur dalam perut dengan baik
Tablet lekat pada cetakan
Pemecahan masalah
Ditambahkan zat pengisi laktosa agar bobot tablet sesuai dengan yang diinginkan
Ditambah zat pengikat berfungsi untuk memperbaiki kekompakan dan daya tahan dari tablet
Ditambah zat penghancur
Ditambah zat pelicin
2. KAPSUL
Macam2 kapsul :
Cangkang keras (lebih stabil karna untuk single use)
Cangkang lunak (terdiri 1 bagian, pembuatan harus sekaligus, stabilitas lebih jelek dr kapsul
keras karna berbentuk cair)
3. PIL
Bentuk bundar, bobotnya 50-300mg
Pemecahan masalah
Agar massa pil tidak melekat pada alat di gunakan talcum sebagai zat penabur berfungsi untuk
memperkecil gaya gesekan antara molekul yang sejenis maupun yang tidak sejenis, sehingga massa
pil menjadi tidak lengket satu sama lain, atau lengket pada alat pembuat pil.
Di tambahkan zat pembasah aqua gliserinata berfungsi untuk memperkecil sudut kontak antar
molekul sehingga massa pil menjadi basah dan lembek sehingga mudah dibentuk
Untuk menambah kohesivitas atau kualitas ikatan serbuk bahan pada pil untuk menjamin pil
tidak mudah pecah digunakan zat pengikat adeps lanae berfungsi untuk memperbesar daya kohesi
maupun daya adhesi massa pil agar massa pil dapat saling melekat menjadi massa yang kompak
Zat pengisis succus liquiritae berfungsi untuk memperbesar volume massa pil mudah dibuat
4. SUPPOSITORIA
Macam2 :
Rektal suppose : bentuk peluru, berat 2gr
Vaginal suppose (ovula) : bentuk bola lonjong atau kerucut, berat 5 gr
Urethral suppose (bacilla) : bentuk batang panjang 7-14cm
Pemecahan masalah
Pemanasan oleum cacao tidak boleh melebihi suhu minimumnya. Harus dilebur perlahan-lahan di
atas penangas air berisi air hangat untuk menghindari terjadinya bentuk kristal yang tidak stabil dan
untuk menjamin retensi dalam cairan dari bentuk kristal β yang lebih stabil sehingga akan
membentuk inti dimana pengentalan mungkin terjadi sewaktu pengentalan cairan tersebut
Untuk meningkatkan kemampuan oleum cacao dalam menyerap air maka ditambahkan cetaceum
dengan rentang 4 – 6 %
Untuk mencegah lengket pada cetakan maka sebelum digunakan cetakan dilapisi dengan gliserin
Untuk meningkatkan titik lebur oleum cacao dapat digunakan tambahan cetaceum tidak lebih dari 6%
dan tidak kurang dari 4%
Pada pengisian cetakan harus diisi lebih, barus setelah dingin kelebihanya dipotong
Oleum cacao harus disimpan pada tempat dingin, kering dan terlindung dari cahaya
Kelarutan zat yang tercantum dalam farmakope dinyatakan dengan istilah sebagai berikut :
EMULSI
Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang disebut emulgator atau
surfaktan
BAHAN PENGEMULSI (EMULGATOR)
Kelebihan emulsi
* Sifat teurapetik & kemampuan
menyebar konstituen lebih meningkat
* Rasa dan bau tidak enak dapat ditutupi Kekurangan
* Absorpsi dan penetrasi lebih mudah * Sediaan kurang praktis, dikocok
dikontrol sebelum digunakan.
* Aksi dapat diperpanjang dan efek * Stabilitias rendah
emolient lebih besar * Media yang baik untuk pertumbuhan
* Air merupakan eluen pelarut yang tidak bakteri
mahal * Perlu ketelitian untuk menakar dosis
* Bahan yang tidak tercampur dapat
dipisahkan, pada masing-masing fase
emulsi.
SUSPENSI
Jenis : Suspensi Oral, topical, untuk injeksi, tetes telinga, optalmik, untuk injeksi terkontinyu
Bahan pensuspensi
- Golongan Polisakarida (gom arab, tragakan, chondrus, aginat)
- Golongan selulosa (metilselulosa, hidroksietilselulosa, CMC)
Kelebihan Keterbatasan
* Lebih stabil dibandingkan larutan dan * Harus dikocok terlebih dahulu sebelum
memiliki rasa yang lebih enak (tidak pahit) digunakan
* Serbuk yang tidak larut yang tersuspensi * Ketelitian dosis kurang dibandingkan dengan
mudah ditelan. Bentuk suspensi sediaan larutan
menyebabkan pemakaiannya lebih mudah * Penyimpanan berpengaruh terhadap sistem
daripada obat dari bentuk serbuk. dispersi
* Obat terabsorbsi lebih cepat daripada
bentuk serbuk
* BAHAN PELARUT
Menurut FI edisi V, kecuali dinyatakan lain, yang disebut pelarut ialah air suling.
- Air, untuk melarutkan garam-garam.
- Spiritus, untuk kamfer, iodine, mentol
- Gliserin, untuk tannin, zat samak, boraks, fenol.
- Eter, untuk melarutkan kamfer, fosfor, sublimat.
- Minyak, untuk kamfer, mentol.
- Paraffin liquidum, untuk cera, cetasium, minyak-
minyak, kamfer, mentol, klorbutanol.
- Kloroform, untuk minyak-minyak, lemak.
* BAHAN PEMBANTU
Anti caplocking ( ex : alkohol polyhydric seperti sorbitol, gliserol, atau propilenglikol)
Corrigen odoris (ex : ol cinnamommi, ol rosarum, ol citri, ol menthae pip)
Corrigen coloris (ex : karminum (merah), karamel (coklat), tinture croci (kuning))
Pengawet (ex : asam benzoat, Na benzoat, nipagin, nipasol)
Pemanis/Sweetening Agent (glukosa, sukrosa, sorbitol, manitol, xytol)
Perasa (saccharosa/ sirup simplex, sirup auratiorum, tingtur cinnamommi,
aqua menthaepiperithae)
Antioksida (asam askorbat, asam sitrat, Na metabisulfit, Nasulfite)
Dapar (ex : CH₃COOH (asam lemah) dan CH₃COO– (basa konjugasinya).