Anda di halaman 1dari 11

Pertemuan II

Materi: Dimensi Hakikat Manusia dan Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya

B. Dimensi Hakikat Manusia

Pada hakikatnya manusia mempunyai 4 dimensi menurut Umar Tirtaraharja dan S.L. La Sulo
(2005: 17) yaitu “Dimensi keindividualan, dimensi kesosialan, dimensi kesusilaan dan dimensi
keberagamaan”. Penjelasannya sebagai berikut:

1. Dimensi keindividualan
Dalam dimensi ini manusia yang mempunyai kepribadian yang khas tersebut ingin
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, kesanggupan untuk bertanggung jawab dan
memiliki dorongan untuk mandiri. Pola pendidikan yang cocok dalam dimensi ini adalah pola
pendidikan demokratis dengan berpedoman kepada Ing ngarso sung tulodo (di depan memberi
teladan, contoh), Ing madya mangun karso (di tengah membangun minat, membangkitkan
kemauan belajar) dan Tut wuri Handayani (dari belakang memberikan dorongn, motivasi).
2. Dimensi Kesosialan
Dalam dimensi ini setiap manusia mempunyai dorongan untuk bergaul. Artinya setiap
orang dapat saling berkomunikasi yang di dalamnya terkandung unsur saling membutuhkan,
saling memberi dan menerima. Unsur saling memberi dan menerima yang selanjutnya berubah
menjadi kesadaran akan hak yang harus diterima dan kewajiban yang harus dilaksanakan.
Pendidikan merupakan wadah pembinaan rasa sosial antar sesama manusia.
3. Dimensi Kesusilaan
Manusia susila mengartikan bahwa manusia susila sebagai manusia yang memiliki nilai,
menghayati dan melaksanakan nilai tersebut dalam perbuatan. Nilai tersebut dijunjung tinggi
karena mengandung makna kebaikan, keluhuran dan kemulyaan sehingga diyakini dan dijadikan
pedoman hidup.
Nilai dibedakan atas 3 macam yaitu nilai otonom yang bersifat individual (kebaikan
menurut pendapat seseorang), nilai heteronom yang bersifat kolektif (kebaikan menurut
kelompok masyarakat) dan nilai theonom (kebaikan menurut agama,berdasarkan pada Tuhan,
sebagai sumber dari nilai yang lain).
Pendidikan kesusilaan berarti menanamkan kesadaran dan kesediaan melakukan
kewajiban dan hak kepada peserta didik.
4. Dimensi keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius, percaya adanya Tuhan yang
menciptakan dan menguasai alam dan dirinya sehingga manusia takut untuk berbuat jahat dan
selalu ingin berbuat baik serta berpasrah diri setelah berusaha agar hidup yang dijalani dapat
tenang dan damai. Agama adalah cara/jalan hidup manusia. Pengambilan keputusan dari
agama. Sejak lahir, menjalani hidup sampai meninggal berdasarkan agama yang dianutnya.
Pendidikan agama wajib diberikan di rumah, di sekolah maupun di masyarakat untuk
menciptakan manusia yang bertakwa kepada Tuhan YME.

C. Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia

Menurut Umar Tirtaraharja dan S.L. La Sulo (2005: 24), terdapat 2 jenis pengembangan dimensi
hakikat manusia yaitu:

1. Pengembangan yang Utuh


Pengembangan manusia yang utuh berarti manusia tumbuh dan kembang secara
selaras, seimbang baik yang bersifat horizontal (hubungannya dengan manusia) maupun vertikal
(hubungannya dengan Tuhan), keseimbangan antara jasmani dan rohani, keseimbangan antara
pengembangan kognitif, afektif dan psikomotor serta keseimbangan memanfaatkan dan
melestarikan alam serta keseimbangan dunia dan akhirat, sehingga kepribadiannya mantap dan
jiwanya ikhlas, pasrah, tenang,
2. Pengembangan yang Tidak Utuh
Pengembangan yang tidak utuh, berarti tidak ada keseimbangan jasmani dan rohani,
tidak ada keseimbangan vertikal dan horizontal, tidak ada keseimbangan dalam pengembangan
kognitif, afektif dan psikomotor serta tidak ada keseimbangan pemanfaatan dan pelestarian
alam, tidak ada keseimbangan dunia dan akhirat sehingga kepribadiannya pincang, jiwanya tidak
sehat dan tidak tenang.

D. Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya

Tujuan pendidikan di Indonesia adalah untuk mencapai sosok manusia Indonesia seutuhnya
yang selaras dalam hubungan antar manusia, dalam hubungan dengan Tuhannya, dalam hubungannya
dengan alam semesta, keserasian hubungan antar bangsa dan keselarasan hidup di dunia dan
kebahagiaan di akhirat.
Pertemuan III

Materi: Hakikat Pendidikan

A. Pengertian Pendidikan
B. Tujuan Pendidikan
C. Peran Pendidikan
D. Pilar Pendidikan

A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata paedagogie (pendidikan) dan
paedagogik (ilmu pendidikan).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan nasional adalah pendidikan berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling
terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Ditegaskan lagi dalam UURI
No. 20 tahun 2003 Bab III bahwa pendidikan adalah usaha membudayakan anak manusia.
Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik yang berlangsung sepanjang hayat. 2 Seperti yang dikatakan oleh H.A.R. Tilaar, bahwa
pendidikan adalah usaha untuk memberdayakan manusia. Manusia yang berdaya adalah
manusia yang dapat berpikir kreatif, mandiri, produktif dan dapat mebangun dirinya dan
masyarakatnya. Pendidikan adalah proses pembudayaan yang diarahkan kepada
berkembangnya kepribadian seseorang yang Mandiri sebagai anggota masyarakat yang
demokratis. Menurut Ngalim Purwanto (2002:10), pendidikan adalah segala usaha orang
dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan
rohaninya ke arah kedewasaan. Atau dengan kata lain pendidikan adalah pimpinan yang
diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya
(jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat. Ki Hajar Dewantoro
mengatakan bahwa pendidikan adalah suatu tuntunan di dalam hidup tumbuh kembangnya
anak. Maksudnya pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada peserta didik
agar sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
hidup yang setinggitingginya. Menurut M.J. Langeveld, pendidikan adalah upaya dalam
membimbing manusia yang belum dewasa ke arah kedewasaan dan pendidikan adalah usaha
dalam menolong anak untuk melakukukan tugas hidupnya agar Mandiri dan bertanggung jawab
secara susila. Pendidikan juga diartikan sebagai usaha untuk mencapai penentuan diri dan
tanggung jawab. Menurut J.J. Rousseau, pendidikan dimulai sejak lahir hingga usia 20 tahun
(dewasa). John Dewey mengemukakan bahwa pendidikan merupakan proses pengalaman,
karena kehidupan merupakan pertumbuhan maka pendidikan berarti membantu pertumbuhan
batin manusia tanpa dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan adalah proses penyesuaian pada
setiap fase dan menambah kecakapan dalam perkembangan seseorang melalui pendidikan.
Plato berpendapat bahwa pendidikan adalah sesuatu yang dapat membantu perkembangan
individu dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang dapat memungkinkan tercapainya sebuah
kesempurnaan 3 Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan sepanjang hayat agar terjadi perubahan pada
peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, cerdas,
terampil sehingga dapat menyesuaikan diri dan dapat menempatkan diri di lingkungannya. B.
Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan merupakan arah bagi kegiatan pendidikan dan suatu yang
ingin dicapai dalam kegiatan pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan berupa gambaran tentang
nilai yang baik, luhur, pantas, benar dan indah bagi manusia untuk kehidupannya. Dalam BAB II
pasal 2 UURI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan
adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kpada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Moh. Solikodin Djaelani,
dkk (2005: 11) mengemukakan tentang hirarkhi macam-macam tujuan pendidikan yaitu: a.
Tujuan Pendidikan Nasional Tujuan pendidikan nasional adalah tujuan pendidikan setiap negara
yang menginginkan rakyatnya menjadi manusia seperti apa. Tujuan pendidikan nasional
dipengaruhi oleh falsafah suatu negara. Menurut UURI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. b. Tujuan Institusional Tujuan institusional adalah tujuan
setiap lembaga pendidikan atau sekolah. Tujuan pendidikan sekolah umum berbeda dengan
tujuan sekolah kejuruan dan tujuan sekolah kedinasan. Begitu pula dengan tujuan sekolah dasar,
tujuan sekolah menengah dan tujuan perguruan tinggi, sangat berbeda. c. Tujuan Kurikuler 4
Tujuan kurikuler adalah tujuan pendidikan setiap mata pelajaran. Tentunya tujuan mata
pelajaran biologi, tidak sama dengan tujuan mata pelajaran sejarah, tujuan matematika atau
tujuan seni musik dan sebagainya. d. Tujuan Instruksional Tujuan instruksional adalah tujuan
setiap materi pelajaran yang terdiri dari tujuan pokok bahasan dan tujuan sub pokok bahasan
yang dijabarkan ke dalam Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan indikator (tujuan
yang dibuat oleh guru dalam Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP). C. Peran Pendidikan 1.
Pendidikan Sebagai Transformasi Budaya Pendidikan diartikan sebagai kegiatan mewariskan
budaya kepada generasi lainnya secara estafet yang harus diikuti dan ditaati oleh setiap anggota
masyarakat, berupa kebiasaan, larangan, anjuran, ajakan tertentu yang dikehendaki masyarakat
tertentu. Misalnya tentang bahasa, cara menerima tamu, cara makan, cara minum teh
perkawinan, sopan santu terhadap orang yang lebih tua dan lain-lain. Dari tahun ke tahun nilai-
nilai tersebut mengalami transformasi seiring dengan perubahan zaman Ada yang harus
dipertahankan seperti nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, sopan santun, gotong royong,
kepedulian, rasa empati, dll. Ada pula hal-hal yang perlu diperbaiki, misalnya tentang proses
perkawinan, proses penguburan/pembakaran jenazah yang membutuhkan biaya sangat besar,
pendidikan seks yang dulu dianggap tabu, sekarang menjadi materi pelajaran di sekolah. 2.
Pendidikan Sebagai Proses Pembentukan Pribadi Pendidikan diartikan sebagai kegiatan
sistematis dan sistemik terarah kepada pembentukan kepribadian peserta didik. Dikatakan
sistematis karena pendidikan dilakukan melalui tahapa-tahapan yang berkesinambungan.
Pendidikan adalah kegiatan yang sistemik karena pendidikan berlangsung di semua lingkungan
yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat yang saling mengisi dan mempengaruhi satu sama lain.
Proses pembentukan pribadi berlangsung sepanjang hidup manusia. Pembentukan pribadi
mencakup pembentukan cipta (kognitif), rasa (afektif) dan karsa (psikomotor) yang sejalan
dengan pembentukan fisik peserta didik. Pembentukan pribadi meliputi pengembangan
penyesuaian diri terhadap lingkungan, terhadap diri sendiri dan terhadap Tuhan 5 sehingga
pendidikan menjadikan pribadi yang takwa, jujur, bijaksana, kuat, berani, dan tahan mental. 3.
Pendidikan Sebagai Proses Penyiapan Warga Negara Pendidikan diartikan sebagai suatu
kegiatan terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik. Untuk
menjadi warga negara yang baik tergantung dari tujuan pendidikan nasional tiap negara. Di
Indonesia menjadi warga negara yang baik diarahkan agar menjadi pribadi yang mengetahui dan
menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga negara. 4. Pendidikan sebagai Penyiapan
Tenaga Kerja Pendidikan diartikan sebagai kegiatan membimbing, mengarahkan dan melatih
peserta didik sehingga memiliki bekal untuk bekerja dan bekal untuk hidup di masyarakat secara
mandiri. Pembekalan dasar berupa pembekalan sikap, pengetahuan dan keterampilan kerja
sehingga lulusan siap pakai untuk bekerja di masyarakat. D. Pilar Pendidikan Pilar pendidikan
adalah tiang penyanggah yang kokoh yang menyokong berdirinya usaha-usaha pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan. UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization) adalah organisasi dunia bergerak dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan
kebudayaan). Lima pilar pendidikan di Indonesia berdasarkan UNESCO sebagai berikut: 1.
Learning to belive and convince the almighty god (belajar untuk mempercayai dan meyakini
Tuhan yang Maha Esa) Mempercayai dan meyakini Tuhan yang Maha Esa tidak terdapat dalam 4
(empat) pilar Unesco. Indonesia merupakan negara ketuhanan yang menjunjung tinggi nilai
keagamaan oleh karena itu pilar ini dimasukan kedalam pilar pendidikan pertama di Indonesia.
Pada pelaksanaan pembelajaran pilar ini ada pada mata pelajaran agama dan PKn (Pendidikan
Kewarganegaraan) yang mengajarkan tentang iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti luhur sebagai warga negara. 2. Learning to know (belajar untuk
mengetahui) 6 Pilar belajar untuk mengetahui berkenaan dengan cara mendapatkan
pengetahuan, pemahaman dengan media yang ada, dari guru, buku, internet, nara sumber dari
masyarakat dan teknologi lainnya. Pada saat ini teknologi untuk mendukung kemajuan ilmu
pengetahuan sangat berkembang pesat hampir seluruh informasi yang terkumpul dari berbagai
penjuru dunia dapat dengan mudah diakses dengan internet. Dengan melaksanakan proses
belajar, membaca, menghafal, dan mendengarkan di kelas merupakan implementasi dari pilar
ini. 3. Learning to do (belajar untuk melakukan/berkarya) Belajar melakukan atau belajar
berkarya merupakan upaya untuk senantiasa aktif, kreatif dan berlatih keterampilan untuk
keprofesionalan dalam bekerja sehingga dapat memenuhi tuntutan kerja yang ada di
masyarakat. Belajar dengan langsung melakukan atau praktik agar peserta didik memperoleh
pengalaman sehingga pengetahuan yang didapat akan tahan lama berada di ingatan 4. Learning
to live together (belajar hidup bersama) Di zaman globalisasi sekarang ini masyarakat dengan
berbagai latar belakang suku, ras, agama, pendidikan, dll, akan tergabung dalam suatu
lingkungan dalam masyarakat, oleh karena itu diperlukan belajar hidup bersama agar saling
membantu, saling mengasihi dan menghargai satu sama lain sehingga tercipta masyarakat yang
tertib, aman dan damai. 5. Learning to be (belajar untuk menjadi atau berkembang secara utuh)
Belajar untuk menjadi atau berkembang secara utuh berkaitan dengan kesesuian,
keharmonisan, keseimbangan pencapaian tujuan afektif, kognitif dan psikomotor, keseimbangan
jasmani dan rohani, keseimbangan hubungan horizontal dan vertikal, serta keseimbangan dunia
dan akhirat. Belajar menjadi pribadi yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain secara optimal
PERTEMUAN KE 5

Tri Pusat Pendidikan (Lingkungan pendidikan)

Lingkungan pendidikan adalah tempat berlangsungnya pendidikan, disebut tri pusat pendidikan yaitu
keluarga, sekolah dan masyarakat.

1. Keluarga (Pendidikan Informal)

Lingkungan pendidikan pertama dan utama adalah keluarga yang dikenal sebagai pendidikan informal yaitu
pendidikan yang dibebankan kepada keluarga dan menjadi tanggung jawab keluarga yaitu orang tua yang
mengajarkan anaknya pengetahuan dan keterampilan serta norma/aturan agama dan masyarakat yang
diperlukan untuk hidup sampai anak tersebut dewasa dan mandiri.

Fungsi ibu di awal pertumbuhan dan perkembangan anak sangat penting, kemudian keberadaan ayah
ibunya mendampingi saat remaja dan dewasa. Keluarga mempunyai 3 fungsi yaitu fungsi produksi (penghasil),
fungsi konsumsi (pemakai) dan fungsi pembentuk watak dan kepribadian.

Dalam fungsi produksi, misalnya anak diajarkan cara menanam padi untuk menghasilkan beras, anak
diajarkan membuat ukiran, dll. Dalam fungsi konsumsi, misalnya anak diajarkan cara menggunakan bahan
makanan dan bahan yang ada lainnya sehemat mungkin. Dalam fungsi pembentukan watak dan kepribadian,
anak dididik dengan norma agama dan masyarakat agar mempunyai mental beriman yang kuat dan rasa sosial
yang tinggi.

2. Sekolah (Pendidikan Formal)

Semakin dunia mengalami kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dan masyarakatnya
berkembang, keluarga tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan anggotanya, untuk itu diperlukan sekolah, suatu
lembaga pendidikan formal yang dapat mengembangkan kemampuan individu sehingga dapat meningkatkan
mutu kehidupannya nanti serta menyiapkan warga negara untuk berperan aktif dalam pembangunan. Kegiatan
untuk memaksimalkan peran sekolah adalah :

a. Pembelajaran yang mendidik, dengan memberi contoh teladan dari perilaku guru yang baik kepada
peserta didik, juga guru menguasai materi mengajar yang mantap dan mempunyai wawasan
kependidikan yang luas, pemilihan metode pembelajaran yang tepat dan penggunaan media
pembelajaran.
b. Pendekatan yang dilakukan oleh guru adalah Cara belajar Siswa Aktif (CBSA) dengan pendekatan
keterampilan proses yaitu trampil dalam proses belajar, seperti menghitung, 2 mengukur, menjelaskan,
menyimpulkan, meneliti, dll, agar peserta didik menjadi kreatif, inovatif, kritis, bertanggung jawab,
bekerja keras dan mandiri.
c. Peningkatan dan pemantapan program bimbingan dan konseling di sekolah dengan memperhatikan
perkembangan pribadi dan sosial melalui pendekatan perorangan dan kelompok dengan pemberian
bimbingan belajar, karir, pribadi, dan bimbingan sosial.
d. Mengembangkan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar (PSB), peningkatan pengelolaan sekolah.
Perpustakaan berperan sebagai mitra kelas untuk menjawab tantangan perkembangan iptek yang
semakin cepat, dengan menyediakan perangkat lunak yang didukung oleh perangkat keras yang
memadai, khususnya bahan belajar mandiri seperti modul, alat belajar elektronik audio dan video.

3. Masyarakat (Pendidikan nonformal)


Masyarakat berperan sebagai penyelenggara pendidikan jalur sekolah dan luar sekolah berupa kursus,
dan pelatihan yang dilakukan oleh lembaga kemasyarakatan (kelompok sosial), ikut berperan dalam
mencerdaskan bangsa.
Masyarakat desa mengembangkan sistem bercocok tanam yang dilakukan oleh komunitas petani dan
masyarakat kota mengembangkan perdagangan dan perindustrian, untuk membangun negara dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Pengaruh timbal balik tri pusat pendidikan terhadap perkembangan peserta didik adalah keluarga,
sekolah dan masyarakat berpengaruh dalam memberi kontribusi (menyumbangkan) dan bekerja sama
memberikan bimbingan pemantapan pribadi peserta didik menjadi akhlakul karimah (akhlak mulia),
memberi pengajaran untuk penguasaan pengetahuan peserta didik dan memberi latihan dalam upaya
kemahiran keterampilan peserta didik.
PERTEMUAN KE 6

A. Pengertian Situasi Pendidikan

B. Komponen Pokok Situasi pendidikan

Penjelasannya sebagai berikut:

Situasi pendidikan adalah kondisi yang ditandai adanya kegiatan pendidikan yaitu adanya peserta
didik, pendidik, tujuan pendidikan dan proses Pembelajaran (Prayitno, 2009: 35).

Situasi pendidikan terbentuk di atas hubungan sosial antara dua orang atau lebih membangun
hubungan pendidikan yang saling mempengaruhi antara peserta didik dan pendidik.

Komponen pokok situasi pendidikan yaitu peserta didik, pendidik, tujuan pendidikan dan proses
Pembelajaran.

Peserta didik adalah manusia yang memiliki harkat dan martabat manusia (HMM). Pendidikan akan
mengembangkan HMM peserta didik sebagai manusia seutuhnya.

Pendidik adalah manusia yang memiliki HMM juga. Pendidik melayani pengembangan HMM
peserta didik. HMM pendidik lebih dahulu berkembang dibandingkan dengan perkembangan peserta didik,
dengan kata lain, pendidik harus lebih dewasa dibandingkan dengan peserta didik.

Tujuan pendidikan adalah arah yang hendak dicapai demi terwujudnya tujuan hidup peserta didik
yaitu hidup sesuai HMM yaitu berkembangnya secara optimal hakikat manusia, dimensi kemanusiaan dan
panca daya sehingga menjadi manusia yang bertakawa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, cerdas, trampil
dan mandiri.

Proses Pembelajaran merupakan kegiatan yang dijalani oleh peserta didik dalam upaya mencapai
tujuan pendidikan dan proses pembelajaran merupakan kegiatan yang diupayakan oleh pendidik agar
bermanfaat bagi peserta didik untuk pencapaian tujuan pendidikan. Dalam proses pembelajaran terjadi
interaksi edukatif atau interaksi HMM antar peserta didik dan pendidik.

Empat komponen-komponen di atas sarat unsur harkat dan martabat manusia (HMM) dengan
kandungan hakikat manusia (bertakwa, paling sempurna, paling tinggi derajatnya, khalifah di bumi dan
penyandang HAM), lima dimensi kemanusiaan (kefitrahan (kebenaran 2 dan keluhuran), keindividualan,
kesosialan, kesusilaan, keberagamaan) dan pancadaya (daya takwa, cipta, rasa, karsa, karya). Jadi Trilogi
Harkat dan Martabat Manusia (HMM) yaitu 1. Hakikat manusia; 2. Dimensi kemanusiaan dan 3. Pancadaya

Anda mungkin juga menyukai