Anda di halaman 1dari 5

Analisa materi pertemuan 1

Definisi Pendidikan

Menurut UU No. 20/2003: Pasal 1 Butir 1 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara.

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Dapat disimpulkan bahwa
Pendidikan adalah Bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada
perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap
melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.

Pilar Pendidikan

Pilar pendidikan adalah tiang penyanggah yang kokoh yang menyokong berdirinya usaha-usaha
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.

• Learning to Know (belajar untuk mengetahui) Pilar belajar untuk mengetahui berkenaan
dengan cara mendapatkan pengetahuan, pemahaman dengan media yang ada, dari guru,
buku, internet, nara sumber dari masyarakat dan teknologi lainnya. Pada saat ini teknologi
untuk mendukung kemajuan ilmu pengetahuan sangat berkembang pesat hampir seluruh
informasi yang terkumpul dari berbagai penjuru dunia dapat dengan mudah diakses dengan
internet. Dengan melaksanakan proses belajar, membaca, menghafal, dan mendengarkan
di kelas merupakan implementasi dari pilar ini.

• Learning to Do (belajar untuk melakukan/berkarya) Belajar melakukan atau belajar


berkarya merupakan upaya untuk senantiasa aktif, kreatif dan berlatih keterampilan untuk
keprofesionalan dalam bekerja sehingga dapat memenuhi tuntutan kerja yang ada di
masyarakat. Belajar dengan langsung melakukan atau praktik agar peserta didik
memperoleh pengalaman sehingga pengetahuan yang didapat akan tahan lama berada di
ingatan

• Learning to Be (belajar untuk menjadi atau berkembang secara utuh) Belajar untuk menjadi
atau berkembang secara utuh berkaitan dengan kesesuian, keharmonisan, keseimbangan
pencapaian tujuan afektif, kognitif dan psikomotor, keseimbangan jasmani dan rohani,
keseimbangan hubungan horizontal dan vertikal, serta keseimbangan dunia dan akhirat.
Belajar menjadi pribadi yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain secara optimal

• Learning to Live Together (belajar hidup bersama) Di zaman globalisasi sekarang ini
masyarakat dengan berbagai latar belakang suku, ras, agama, pendidikan, dll, akan
tergabung dalam suatu lingkungan dalam masyarakat, oleh karena itu diperlukan belajar
hidup bersama agar saling membantu, saling mengasihi dan menghargai satu sama lain
sehingga tercipta masyarakat yang tertib, aman dan damai.

- UNESCO

• Learning to Believe in God (belajar untuk mempercayai dan meyakini Tuhan yang Maha
Esa) Mempercayai dan meyakini Tuhan yang Maha Esa tidak terdapat dalam 4 (empat)
pilar Unesco. Indonesia merupakan negara ketuhanan yang menjunjung tinggi nilai
keagamaan oleh karena itu pilar ini dimasukan kedalam pilar pendidikan pertama di
Indonesia. Pada pelaksanaan pembelajaran pilar ini ada pada mata pelajaran agama dan
PKn (Pendidikan Kewarganegaraan) yang mengajarkan tentang iman dan takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur sebagai warga negara.

- Prayitno

Definisi Pembelajaran

Pembelajaran adalah Proses interaksi antara pendidik dan peserta didik dimana pendidik
mengarahkan dan memfasilitasi peserta didik untuk menjalani suasana belajar secara aktif.

BELAJAR : Upaya Menguasai Sesuatu Yang Baru dalam

5 Sendi :

1. Sendi tahu, dari tidak tahu menjadi tahu

2. Sendi bisa, dari tidak bisa menjadi bisa

3. Sendi mau, dari tidak mau menjadi mau

4. Sendi biasa, dari tidak biasa menjadi biasa

5. Sendi bersyukur dan ikhlas, dari tidak bersyukur dan ikhlas menjadi bersyukur dan ikhlas

Prayitno, 2015:21

B. Standar Kompetensi Kelulusan Kurikulum 2013

Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional


Menurut UU No. 20/2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3

Fungsi : Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa

Tujuan : Untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu,cakap,kreatif,mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN
DASAR DAN MENENGAH

A. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan kriteria mengenai kualifikasi kemampuan


lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan
peserta didik dari satuan pendidikan.

Secara spesifik, fungsi Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk masing-masing satuan
pendidikan adalah sebagai berikut.
1. Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan meletakkan dasar-
dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

2. Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan


meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut

3. Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah kejuruan untuk


meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Ruang Lingkup Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sebagai berikut.

1. Standar kompetensi lulusan (SKL) satuan pendidikan

2. Standar kompetensi lulusan (SKL) kelompok mata pelajaran

3. Standar kompetensi lulusan (SKL) mata pelajaran

C. Keterkaitan antara Metode Pembelajaran dan Layanan Bimbingan & Konseling

Keterkaitan dengan layanan Bimbingan dan Konseling

Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan Pendidikan. ( UU SPN No. 20
Tahun 2003 )

Sehingga dapat dimaknai pada hakikatnya

Konseling adalah Pendidikan dimana wujud pelayanan konseling adalah kegiatan


pembelajaran

Dengan demikian : Pelayanan konseling adalah pelayanan pendidikan

yang di dalamnya terintegrasikan seluruh komponen pendidikan, yaitu :

1. Usaha sadar dan terencana


2. Kegiatan belajar dan pembelajaran

3. Pengembangan potensi secara aktif

4. Enam fokus pembinaan

5. Kebergunaan kehidupan pribadi, masyarakat, bangsa dan negara

Format Pelayanan Bimbingan dan Konseling Klasikal

Layanan bimbingan klasikal adalah salah satu pelayanan dasar bimbingan yang dirancang
menuntut konselor untuk melakuka kontak langsung dengan para peserta didik dikelas secara
terjadwal, konselor memberikan pelayanan bimbingan ini kepada peserta didik. ( Dirjen
Peningkatan Mutu Pendidikan dan tenaga kependidikan departemen Pendidikan nasional 2007 )

Tujuan Layanan Bimbingan Klasikan adalah tercapainya perkembangan yang optimal,


penyesuaian diri yang baik, penyelesaian masalah yang dihadapi, kemandirian, kesejahteraan dan
kebahagian serta kebermaknaan dalam kehidupannya.

Layanan Bimbingan dan Konseling Format Klasikal

Layanan Orientasi : Adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru
dan atau seseorang terhadap lingkungan yang baru dimasukinya (Prayitno dan Amti, 2004: 255)

Layanan Informasi : Bermaksud memberikan pemahaman kepada individu-individu yang


berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani tugas atau kegiatan, atau untuk
menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki. (Prayitno, 2004: 259)

Layanan Penguasaan Konten : Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta
didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang
cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya,serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar
lainnya. ( Supriyo 2010: 37)

Anda mungkin juga menyukai