Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing :
T.A. 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Hukum
Kesehatan Pidana, Perdata dan Administratif ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah Hukum Kesehatan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Hukum Kesehatan Pidana, Perdata
dan Administratif bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Dra. Lily Restusari, M.Farm, Apt,
selaku dosen pada mata kuliah Hukum Kesehatan yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.3. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................10
3.1. Kesimpulan............................................................................................10
3.2. Saran.......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan salah satu unsur sangat penting bagi kemajuan suatu
negara. Setiap negara berupaya memberikan perhatian utama pada pelayanan
kesehatan, mulai dari penyediaan tenaga kesehatan yang profesional hingga
fasilitas kesehatan yang modern. Negara juga membuat dan memberlakukan
peraturan-peraturan di bidang kesehatan (hukum kesehatan) sebagai pedoman
yuridis dalam pemberian layanan kesehatan kepada masyarakat. Hukum kesehatan
pada pokoknya mengatur tentang hak, kewajiban, fungsi, dan tanggung jawab
para pihak terkait (stakeholders) dalam bidang kesehatan. Hukum kesehatan
memberikan kepastian dan perlindungan hukum kepada pemberi dan penerima
jasa layanan kesehatan.
1
3. Jelaskan tanggungjawab hukum rumah sakit dalam pelayanan kesehatan!
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui contoh dari hukum rumah sakit (pidana, perdata dan
administratif).
2
BAB II
PEMBAHASAN
a) Pidana
Pendayagunaan hukum pidana dalam hukum administrasi dibidang
kesehatan akan mencakup aspek-aspek: penentuan perbuatan apa yang
seharusnya dijadikan tindak pidana dan masalah penentuan sanksi apa
yang sebaiknya digunakan atau dikenakan kepada si pelanggar. Dari
dua aspek tersebut, bila dijabarkan maka terdapat tiga pokok
permasalahan yaitu:
a. Perumusan tindak pidana (criminal act);
b. Perumusan pertanggungjawaban pidana (criminal
responsibility);
c. Perumusan sanksi (sanction) baik yang berupa pidana maupun
tindakan tata tertib.
3
Contoh: Melalaikan kewajiban berdasarkan pasal 1367 ayat (3)
KUH perdata bahwa, “seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk
kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri tetapi juga untuk
kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi
tanggungannya dan terhadap siapa mereka melakukan kekuasan orang
tua atau wali.” Maksud ketentuan ini dalam konteks
pertanggungjawaban hukum Rumah Sakit adalah bahwa pelayanan
kesehatan rumah sakit dalam pelaksanaannya dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang bertindak untuk dan atas namanya, oleh karena itu
tanggung jawab hukum Rumah Sakit diantaranya adalah terhadap
perbuatan subjek hukum lain yang menjadi bawahannya atau dibawah
tanggung jawabnya.
b) Perdata
Hukum perdata mengatur subjek dan antarsubjek, anggota
masyarakat yang satu dengan yang lain dalam hubungan interrelasi.
Hubungan interrlasi ini antara kedua belah pihak sama atau sederajat
atau mempunyai kedudukan sederajat atau mempunyai kedudukan
sederajat. Misalnya, hubungan antara penjual dan pembeli, hubungan
antara penyewa dan yang menyewakan. Di samping itu hubungan
antara keluarga, kesepakatan kesepakatan dalam keluarga, termasuk
perkawinan dan warisan juga dapat digolongkan dalam hukum perdata.
Contoh:
Contractual liability yaitu gugatan yang muncul karena terjadinya
waprestasi (ingkar janji), Pasal 1243 KUH Perdata.
Liability in tort yaitu gugatan muncul karena perbuatan melawan
hukum (onrechtmatige daad), Pasal 1365 KUH Perdata.
Contoh: memberikan tata diet yang salah kepada pasien, sehingga
memperburuk kondisi pasien (khususnya pada pasien yang
memiliki riwayat penyakit infeksi atau penyakit tidak melunar
lainnya).
c) Administratif
4
Hukum administrasi mengatur mengatur subjek dan subyek lainnya
yaitu pemerintah. Dengan kata lain antara anggota masyarakat dengan
pemerintah dalam hubungan interrelasi. Hubungan interrelasi ini berupa
yang satu meminta permohonan/ijin dan yang lainnya memberikan ijin
atas kewenangannya.
5
rumah sakit, haruslah dilaksanakan secara seimbang. Dalam arti bahwa hak dan
kewajiban tersebut berlaku secara timbal balik, dimana hak salah satu pihak
menjadi kewajiban pihak yang lain, demikian sebaliknya. Apabila salah satu pihak
tidak melaksanakan kewajibannya maka ia tidak dapat menuntut hak yang
menjadi imbangan kewajiban timbal baliknya tersebut kepada pihak yang lain.
Hubungan hukum antara tenaga kesehatan dengan pasien ini berawal dari
pola hubungan vertikal paternalistik seperti antara bapak dengan anak yang
bertolak dari prinsip “father knows best” yang melahirkan hubungan yang bersifat
paternalistik. Hubungan hukum timbul bila pasien menghubungi dokter karena ia
merasa ada sesuatu yang dirasakannya membahayakan kesehatannya. Keadaan
psikobiologisnya memberikan peringatan bahwa ia merasa sakit, dan dalam hal ini
dokterlah yang dianggapnya mampu menolongnya dan memberikan bantuan
pertolongan. Jadi, kedudukan dokter dianggap lebih tinggi oleh pasien dan
peranannya lebih penting daripada pasien.
6
mendapatkan kepastian dna perlindungan hukum bagi para pihak. Departemen
kesehatan, terlalu sibuk dalam penyelenggaraan pemeliharaan/pelayanan
kesehatan, tidak terlalu mementingkan terbentuknya Peraturan Pelaksanaan UU
No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
Rumah sakit harus menjamin bahwa sarana prasarana yang ada berfungsi
dengan baik dan kontinu. Secara garis besar sarana yang ada di rumah sakit dapat
dibagi menjadi sarana non medis dan sarana medis. Sarana non medis misalnya
penyediaan kamar-kamar lengkap dengan tempat tidur, kasur, penerangan, air,
listrik, serta fasilitas lainnya. Sifat dan fungsi sarana non medis sangat penting
karena tidak berfungsinya sarana non medis mengakibatkan terhambatnya fungsi
pelayanan di rumah sakit. Sarana medis meliputi semua perlengkapan dan
peralatan medis yang diperlukan di rumah sakit. Mengingat rumah sakit adalah
suatu institusi yang padat sarana dan peralatan serta merupakan konsentrasi
peralatan kedokteran mulai dari yang sederhana hingga yang berteknologi tinggi.
Macam dan jumlah penyediaannya tergantung pada tipe rumah sakit, kecuali
untuk peralatan dasar minimum yang harus tersedia di setiap rumah sakit seperti
peralatan dan perlengkapan di ruang unit gawat darurat.
7
pengaturan ini. Pertama, rumah sakit hanya bertanggung jawab terhadap
kesalahan yang bersifat kelalaian dan bukan kesalahan yang bersifat kesengajaan.
Hal ini dikarenakan, kesalahan yang bersifat kesengajaan merupakan perbuatan
yang digolongkan sebagai kriminal karena terdapat mens rea (sikap batin pelaku
ketika melakukan tindak pidana) dan actus reus (perbuatan yang melanggar
undang-undang pidana).
Kedua, kelalaian tersebut dilakukan oleh tenaga kesehatan pada saat atau
dalam rangka melaksanakan tugas yang diberikan oleh rumah sakit.
Pertanggungjawaban yang terpusat kepada rumah sakit juga dipertegas di dalam
Pasal 32 (q) Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang
menyatakan bahwa setiap pasien mempunyai hak, salah satunya adalah
menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana.
Sebagai bagian dari hukum kesehatan maka hakekat hukum Rumah Sakit
adalah penerapan hukum perdata, hukum pidana dan hukum administrasi negara,
maka ruang lingkup tanggung jawab Rumah Sakit juga meliputi Tanggung jawab
perdata, tanggung jawab pidana dan tanggung jawab administrasi negara.
8
kerugian yang disebabkan oleh kelalaian atau kekurang
hatihatinya.”
4. Melalaikan kewajiban berdasarkan pasal 1367 ayat (3) KUH
perdata bahwa, “seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk
kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri tetapi juga untuk
kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi
tanggungannya dan terhadap siapa mereka melakukan kekuasan
orang tua atau wali.” Maksud ketentuan ini dalam konteks
pertanggungjawaban hukum Rumah Sakit adalah bahwa
pelayanan kesehatan rumah sakit dalam pelaksanaannya dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang bertindak untuk dan atas namanya,
oleh karena itu tanggung jawab hukum Rumah Sakit diantaranya
adalah terhadap perbuatan subjek hukum lain yang menjadi
bawahannya atau dibawah tanggung jawabnya.
b) Tanggung jawab pidana
Hal penting yang perlu diketahui bahwa sifat pemidanaan adalah personal.
Berkaitan dengan pelayanan kesehatan Rumah Sakit maka untuk
timbulnya tanggung jawab pidana dalam pelayanan kesehatan oleh
Rumah Sakit pertama-tama harus dibuktikan adanya kesalahan
propesional yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang melaksanakan
upaya pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Berdasarkan pengertian ini
maka pertanggung jawaban pidana yang dimaksud dibebankan pada
tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan saat melaksanakan tugas
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
c) Tanggang jawab administrasi
Dalam ruang lingkup administrasi negara, hubungan hukum yang terjalin
adalah anatara pemerintah selaku subjek hukum pemegang kekuasaan
dengan rumah sakit selalu subjek hukum yang menjalankan perintah dari
pemerintah.
9
penyelenggaraannya untuk melaksanakan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Saya sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki
kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Tentunya, penulis akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu kepada sumber yang bisa
dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan
adanya kritik serta saran mengenai pembahasan makalah diatas.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://manajemenrumahsakit.net/wp-content/uploads/2012/08/1.Aspek-Pidana-
Perdata-dan-Administrasi-Dalam-Sektor-Kesehatan.pdf
Hufron, 2020. Tanggung jawab hukum Rumah Sakit dalam Pelayanan Kesehatan.
Diakses secara online di https://www.advocates.id/tanggungjawab-hukum-
rumah-sakit-dalam-pelayanan-kesehatan/
11