TINJAUAN PUSTAKA
A. Bawang Dayak
Bawang dayak (Eleutherine palmifolia) mungkin masih terdengar sedikit
asing di kalangan tertentu namun tanaman satu ini sudah sejak dahulu kala
dipergunakan dan dipercaya sebagai tanaman herbal tradisional, khususnya
masyarakat dayak di Kalimantan Tengah.6 Bawang satu ini memiliki berbagai
sebutan nama dari berbagai daerah di indonesia contohnya adalah bawang lubak,
bawang mekah, bawang kapal, bawang merah hutan, bawang sabrang, bawang
sayup, hingga babawangan beureum.9 Namun tanaman herbal yang berbentuk
umbi-umbian ini lebih dikenal oleh masyarakat dengan nama bawang dayak
karena diketahui sebagai salah satu tanaman khas masyarakat Kalimantan Tengah.
Bawang dayak sejatinya berasal dari Amerika Tropis, namun telah menyebar ke
berbagai belahan dunia hingga masuklah ke negara kita. Penyebaran tanaman
bawang dayak di Indonesia terbilang cukup luas karena juga ditemukan di
berbagai pulau antara lain, pulau Kalimantan, Jawa dan Sumatera.10
Daya Hambat Ekstrak Etanol Bawang Dayak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus…
Albert Khosasih
4
1. Klasifikasi Tanaman Bawang dayak
Klasifikasi dari bawang dayak, antara lain :11
Tanaman : Eleutherine palmifolia
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monokotil
Ordo : Asparagales
Famili : Iridaceae
Subfamili : Iridoideae
Bangsa : Tigridieae
Genus : Eleutherine
Spesies : Eleutherine palmifolia
Daya Hambat Ekstrak Etanol Bawang Dayak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus…
Albert Khosasih
5
laut. Bawang dayak juga banyak tumbuh liar dihutan dengan tanah yang
banyak humus dan lembab.15
Daya Hambat Ekstrak Etanol Bawang Dayak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus…
Albert Khosasih
6
merusak membran sitoplasma sehingga mengakibatkan pertumbuhan sel
terhambat atau terjadinya lisis/kematian sel.20
Kemudian terdapat flavonoid di dalam bawang dayak, flavonoid
merupakan sebuah senyawa fenolik dari alam sebagai antioksidan yang
berfungsi sebagai antijamur dan antibakteri.21 Flavonoid memiliki sifat
desinfektan sehingga senyawa ini efektif dalam menghambat pertumbuhan
bakteri. Mekanisme kerja flavonoid dalam menghambat bakteri bekerja
dengan cara mendenaturasi protein bakteri sehingga dapat menghentikan
aktivitas metabolisme sel bakteri yang dapat berujung dengan mengakibatkan
kematian sel bakteri, karena semua aktivitas metabolisme dikatalisis oleh
enzim yang merupakan protein. Flavonoid juga bersifat bakteriostatik melalui
penghambatan terhadap sintesis dinding sel bakteri.22 Flavonoid juga dapat
menganggu dalam perubahan komponen organik dan transport nutrisi pada
bakteri, sehingga menimbulkan efek toksik terhadap bakteri tersebut.23
Dari hasil penelitian bahwa ekstrak etanol bawang dayak juga
menunjukan bahwa umbi bawang dayak mengandung senyawa bioaktif
golongan fenolik yaitu naphtoquinonens dan turunannya seperti elecanacine,
eleutherine, eleutherol, eleuthernone. Naphtoquinones adalah sebuah senyawa
yang antimikroba, antifungal, antivirial, antiparasitik, bioaktivitas anti kanker
dan antioksidan yang biasanya terdapat di dalam sel vakuola dalam bentuk
glikosida.24
7
Kalimantan. Bawang dayak juga diketahui juga dapat mengatasi gangguan
jantung, meningkatkan daya tahan tubuh, antiinflamasi, antitumor dan
berperan dalam menghentikan sebuah pendarahan.25
Air rebusan dari umbi bawang dayak secara tradisional diketahui
mempunyai banyak macam khasiat, antara lain digunakan untuk mengobati
penyakit kuning dan penyakit kelamin.26 Air yang dididihkan bersama umbi
bawang dayak juga digunakan untuk mandi bayi yang baru lahir dengan
penyakit kuning. Umbi bawang dayak juga dapat untuk menyembuhkan
disentri.27,28
Dalam keseharian masyarakat lokal, penggunaan umbi bawang dayak
dapat berupa dalam bentuk utuh dan segar, simplisia dan bentuk bubuk.
Potensi bawang dayak untuk dijadikan sebagai tanaman obat yang memiliki
banyak manfaat terbilang sangat besar, maka dari itu perlu pengembangan
yang lebih baik lagi dalam peningkatan penggunaan umbi bawang dayak
sebagai bahan obat modern di zaman sekarang ini.
8
zat, yaitu senyawa polar dan non polar.31 Senyawa polar adalah senyawa yang
terbentuk karena ikatan antar elektron berasal dari kandungan unsur. Sedangkan
senyawa non polar adalah senyawa yang terbentuk karena ikatan antar elektron
berasal kandungan unsur yang membentuknya.32 Ciri dari senyawa polar yaitu
dapat larut dalam air dan pelarut polar lainnya, contohnya seperti air, metanol dan
etanol. Sedangkan ciri dari senyawa non polar yaitu tidak mudah larut dalam air
dan hanya akan larut pada pelarut non polar, contohnya seperti eter dan heksan.33
Penelitian ini menggunakan metode ekstraksi maserasi. Maserasi
merupakan suatu proses pengekstrakan bahan alam murni dengan cara berulang
kali pengadukan atau pengocokan menggunakan larutan pada suhu ruangan.
Maserasi berasal bahas latin dengan kata macerace yang artinya perendaman.
Maserasi merupakan metode ekstraksi yang paling sederhana dengan cara
merendam serbuk simplisia di dalam cairan penyari atau nama lainnya pelarut.
Pelarut akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam sel, tempat dimana zat-
zat aktif berada kemudian zat aktif tersebut akan larut.30
Pengadukan atau pengocokan dilakukan untuk menjamin keseimbangan
bahan alam menjadi larutan. Tujuan dari maserasi adalah untuk menarik zat-zat
berkhasiat dari bahan alam dan melarutkan bahan kandungan yang rusak.
Kelebihan dari teknik maserasi yaitu prosedurnya mudah serta peralatan mudah
digunakan dan larutan tidak butuh dipanaskan sehingga bahan alam yang
digunakan tidak terurai. Kerugian dari teknik maserasi yaitu prosesnya lama dan
penyaringan larutan tidak sempurna.34
9
Metode dilusi terbagi menjadi dua metode antara lain, metode dilusi cair
dan metode dilusi padat. Kedua metode ini hampir serupa namun yang
membedakan yaitu pada metode dilusi cair menggunakan medium cair sedangkan
metode dilusi padat yang digunakan adalah medium padat atau solid. Metode
dilusi padat lebih menguntungkan dibandingkan metode dilusi cair dikarenakan
penggunaan satu konsentrasi agen antibakteri yang diteliti dapat diuji pada
beberapa mikroba sekaligus.35 Cara yang dilakukan yaitu dengan membuat suatu
agen antibakteri dan diencerkan hingga didapatkan konsentrasi yang menurun
secara bertahap dan kemudian masing-masing konsentrasi tersebut ditambahkan
suspensi bakteri uji pada medium cair. Dilanjutkan inkubasi dan diamati
kekeruhannya yang menandakan ada atau tidaknya pertumbuhan bakteri. Hasil
pengamatan pada konsentrasi terkecil tanpa adanya pertumbuhan bakteri dan
terlihat jernih, ditetapkan sebagai Kadar Hambat Minimum (KHM) atau Minimal
Inhibitory Concentration (MIC). Kadar Bunuh Minimum (KBM) atau Minimal
Bactericidal Concentration (MBC) yaitu jika pada medium cair yang tetap jernih
setelah diinkubasi perpanjangan selama 24 jam.36
Metode difusi terbagi menjadi tiga metode yaitu metode disk, metode parit
dan metode sumuran. Metode difusi dilakukan dengan mengukur diameter zona
hambat/zona bening yang menandakan adanya respon hambatan pertumbuhan
bakteri oleh suatu senyawa antibakteri. Metode sumuran dilakukan dengan cara
membuat lubang pada agar padat yang telah dinokulasi dengan bakteri yang akan
diuji. Selanjutnya injeksikan ekstrak yang akan diuji pada lubang tersebut.
Kemudian diinkubasi dan diamati pertumbuhan bakteri untuk melihat ada atau
tidaknya daerah bening/hambatan disekeliling lubang sumuran tersebut yang
menandakan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri. Hasil pengamatan dapat
diukur menggunakan jangka sorong dan hasil hambatan dalam bentuk satuan
mm.37
Hasil respon hambatan pertumbuhan bakteri dari uji difusi menggunakan
metode sumuran dapat diklasifikasikan menggunakan klasifikasi greenwood
(1995). Menurut greenwood, efektifitas suatu senyawa antibakteri dapat
diklasifikasikan seperti pada tabel 1:38
Daya Hambat Ekstrak Etanol Bawang Dayak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus…
Albert Khosasih
10
Tabel 1. Klasifikasi Greenwood38
Diameter Zona Terang Respon Hambatan Pertumbuhan
>20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
10-15 mm Lemah
<10 mm Tidak ada
Daya Hambat Ekstrak Etanol Bawang Dayak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus…
Albert Khosasih
11
Faktor etiologi stomatitis sampai saat ini adalah idiopatik atau belom
diketahui namun telah banyak asumsi mengenai faktor predisposisi dari
stomatitis tersebut.42 Faktor–faktor predisposisi Stomatitis Aftosa Rekuren
adalah sebagai berikut :
a. Genetik
Faktor genetik mempunyai peranan yang sangat berpengaruh pada
pasien yang menderita penyakit ini karena riwayat keluarga tercatat
sekitar pada 50% kasus.43 Pada sebagian peneliti menyatakan bahwa
hubungan genetik berpengaruh terhadap timbulnya stomatitis. Terdapat
sebuah penelitian mengenai menemukan bahwa 35% dari orang yang
menderita stomatitis mempunyai riwayat keluarga paling tidak satu orang
tua yang juga mengalami stomatitis pula.44
b. Sistem imun
Timbulnya SAR juga diduga karena adanya reaksi
ketidakseimbangan regulasi sistem imun. Dalam periode SAR, terdapat
peningkatan CD4 dan penurunan CD8 sehingga terjadinya sitotoksik
seluler pada sel mukosa mulut.45,46
c. Hormonal
Pada faktor ini penyakit stomatitis sering terjadi pada wanita yang
memasuki siklus menstruasi. Keadaan ini diduga ada keterkaitan dengan
faktor hormonal. Hormon yang berperan penting ada 2 yaitu estrogen dan
progesteron. Ketidakseimbangan antar kedua hormonal tersebut
mengakibatkan keratinisasi pada mukosa mulut menjadi berkurang,
sehingga menyebabkan mukosa mulut apabila terkena trauma rentan
sekali menimbulkan ulser.47
d. Trauma
Biasanya SAR terjadi dikarenakan trauma contohnya seperti
tergigit saat berbicara atau mengunyah, akibat perawatan gigi, adanya
Daya Hambat Ekstrak Etanol Bawang Dayak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus…
Albert Khosasih
12
kebiasaan buruk, makanan atau minuman terlalu panas, dan saat sikat
gigi. Faktor ini menunjukkan pada bagian rongga mulut yang terkena
trauma dapat menyebabkan terjadinya SAR.48
e. Stress
Stress adalah kondisi dimana seseorang mengalami gangguan
mental dikarenakan adanya tekanan dalam menyesuaikan diri terhadap
perubahan lingkungan secara terus menerus yang mempengaruhi fisik,
psikis, mental dan emosional. Stress merupakan salah satu faktor
predisposisi SAR yang berperan secara tidak langsung.49
f. Penyakit Sistemik
Beberapa kondisi medis dapat dikaitkan dengan kemunculan
stomatitis. Harus dipertimbangkan adanya keberadaan penyakit sistemik
yang diderita pasien dan perlu dilakukan evaluasi pengujian oleh dokter
dengan hubungannya terbentuknya ulser. Beberapa kondisi medis yang
dikaitkan adalah sebagai berikut: penyakit Behcet’s, penyakit disfungsi
neutrofil, penyakit gastrointestinal, HIV-AIDS, dan sindroma
40,44
Sweet’s.
g. Berhenti Merokok
Stomatitis dapat terjadi pada pasien yang telah berhenti pada
kebiasaan merokoknya. Pada pasien yang mempunyai penyakit SAR
umumnya bukanlah seorang perokok, sehingga terdapat hubungan yang
terbalik antara merokok dan perkembangan SAR. Insidensi timbulnya
SAR lebih rendah pada orang yang merokok dikarenakan adanya
keterkaitan dengan penebalan dinding epitel mukosa mulut/ keratinisasi
yang diakibatkan kebiasaan merokok tersebut.43,45
Daya Hambat Ekstrak Etanol Bawang Dayak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus…
Albert Khosasih
13
h. Obat-obatan
Obat-obatan seperti nonsteroidal anti-inflamatori (NSAID), beta
bloker, kemoterapi, dan nicorandil ternyata menjadi salah satu faktor
yang menyebabkan resiko timbulnya SAR.50
i. Defisiensi nutrisi
Diketahui bahwa 20% pasien SAR adalah penderita yang
mengalami defisiensi zat besi (fe), vitamin B12, atau asam folat. Vitamin
B1, B2, dan B6 merupakan kofaktor penting yang diperlukan untuk
pematangan normal semua sel dan untuk sintesis DNA. Ketika salah satu
dari faktor tersebut tidak adekuat maka akan mempengaruhi hemoglobin
dan sel darah merah sehingga terjadi mikro atau makrositosis yang
menyebabkan transportasi oksigen ke jaringan menjadi berkurang.
Defisiensi seng juga telah terlibat dalam beberapa pasien SAR. Seng
dibutuhkan untuk menstabilkan struktur molekul komponen seluler dan
membran serta memberikan kontribusi melalui cara tersebut untuk
pemeliharaan sel dan integritas organ.46,47
j. Infeksi bakteri
Mikroorganisme seperti Streptococcus sanguinis diduga memiliki
peran penyebab timbulnya SAR dikarenakan terjadinya peningkatan
sebagai antigen pada lesi ini.48 Pada tahun 1966, Graykowski dan kawan-
kawan untuk pertama kalinya menemukan bahwa adanya hubungan
keterkaitan antara bakteri Streptococcus bentuk L dengan stomatitis
aftosa rekuren, kemudian ditetapkan pada penelitiannya lebih lanjut
bahwa bakteri Streptococcus sanguinis merupakan salah satu penyebab
timbulnya lesi SAR. Pernyataan dari Graykowski dkk tersebut didukung
oleh Donatsky dan Dablesteen dengan menyampaikan bahwa pada pasien
lesi SAR terjadi adanya kenaikan titer antibodi terhadap Streptococcus
sanguinis 2A.51
Daya Hambat Ekstrak Etanol Bawang Dayak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus…
Albert Khosasih
14
E. Streptococcus sanguinis
Terdapat lebih dari 700 spesies bakteri telah diidentifikasi pada mulut
manusia. Golongan Streptococcus adalah golongan bakteri terbanyak yang
ditemukan di dalam rongga mulut bahkan dalam keadaan mulut sehat atau normal,
salah satunya Streptococcus sanguinis yang merupakan bakteri komensal. Bakteri
ini bekerja sebagai pemicu awal kolonisasi bakteri dan berinteraksi dengan bakteri
lainnya yang bersifat patogen dalam proses pembentukan lapisan biofilm pada
permukaan gigi.52
Daya Hambat Ekstrak Etanol Bawang Dayak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus…
Albert Khosasih
15
Gambar 2. Streptococcus sanguinis ATCC 1055656
16
glukoneogenesis, fermentasi gula dan karbohidrat. Enzim tersebut digunakan
untuk glukoneogenesis yaitu mengubah asam amino menjadi fruktosa-6-
fosfat, suatu prekursor metabolik penting yang digunakan untuk membuat
peptidoglikan/dinding sel dan substrat awal yang dibutuhkan untuk jalur
pentosa fosfat.55 Ukuran rangkaian struktur kimia pada bakteri ini jauh lebih
besar dibandingkan spesies lain di golongannya Streptococcus. Bakteri ini
juga memiliki persentase pasangan basis guanin dan sitosin yg relatif lebih
tinggi, maka dari itu pula bakteri ini membutuhkan energi yang lebih besar
untuk memecah ikatan hidrogen selama proses replikasi.57
Bakteri Streptococcus sanguinis dianggap sebagai penyebab utama
dalam terjadinya kolonisasi bakteri dikarenakan adanya ikatan kuat secara
langsung dengan pelikel saliva yang berperan dalam perlekatan dengan
mikroorganisme lain, kemudian terbentuknya plak gigi yang lama kelamaan
dapat mengakibatkan karies pada gigi di dalam rongga mulut manusia.52
17
dialami. Kemudian instruksikan pasien untuk menghindari faktor-faktor yang
dapat memicu terjadinya SAR. Dan dilakukan pengobatan yang pastinya
untuk mengurangi gejala pada pasien tersebut sehingga meningkatkan
kualitas hidup.
Perawatan terhadap pasien SAR dapat secara lokal maupun sistemik,
antara lain sebagai berikut :
1. Antiseptik topikal
Pengobatan antiseptik topikal dapat berupa seperti klorheksidin
glukonat 0.2% dalam bentuk kumur atau gel yang diaplikasikan tiga kali
sehari. Zat antiseptik dalam obat ini dapat membantu mengurangi infeksi
sekunder terhadap berbagai mikroorganisme dan mempercepat
penyembuhan.47
2. Analgesik Topikal
Perawatan dengan analgesik topikal menggunakan obat seperti
benzidamin hidroklorida bentuk spray atau dalam bentuk obat kumur
dapat digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan dan rasa sakit yang
mengalami SAR. Kemudian ada lidokain gel 2% yang lebih efektif dalam
mengatasi nyeri, dapat dipakai secara langsung sebagai obat kumur.45
3. Covering Agent
Covering agent dalam perawatan SAR dapat berupa krim atau
pasta, contohnya Orabase. Obat ini bekerja dalam mengurangi rasa sakit
dan ketidaknyamanan yang dialami oleh pasien SAR. Mekanisme
perawatan ini adalah membentuk lapisan pelindung untuk menghalangi
infeksi sekunder yang lebih lanjut.43
4. Kortikosteroid Topikal
Steroid topikal memiliki dua mode aksi yaitu, pertama efek
antiinflamasinya dalam mengurangi ketidaknyamanan dan yang kedua
adalah efek pemblokiran spesifik pada interkasi limfosit T dan sel epitel.
Daya Hambat Ekstrak Etanol Bawang Dayak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus…
Albert Khosasih
18
Contoh obat Steroid topikal adalah Triamsinolon asetonid dan
hidrokortison.47
5. Anastetikum
Obat anastetikum pada perawatan SAR dapat berupa gel lidokain
2%, pasta polidocanol dan obat hisap benzocaine. Obat-obatan ini dapat
membantu dalam mengurangi rasa sakit yang diderita pasien SAR.60
6. Antibiotik Topikal
Antibiotik topikal merupakan pengobatan yang cukup efektif dalam
mengobati SAR. Tetrasiklin 2% adalah salah satu contoh antibiotik yang
efektif dalam mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh ulserasi pada
SAR dan secara signifikan dapat menurunkan frekuensi, durasi, dan
tingkat keparahan dari lesi ini.45 Untuk penggunaan obat satu ini harus
diperhatikan terutama jika di aplikasikan pada anak-anak dibawah usia
12 tahun yang efek samping dapat mengakibatkan perubahan warna gigi
anak.48
Daya Hambat Ekstrak Etanol Bawang Dayak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus…
Albert Khosasih
19