Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bawang Dayak
Bawang dayak (Eleutherine palmifolia) mungkin masih terdengar sedikit
asing di kalangan tertentu namun tanaman satu ini sudah sejak dahulu kala
dipergunakan dan dipercaya sebagai tanaman herbal tradisional, khususnya
masyarakat dayak di Kalimantan Tengah.6 Bawang satu ini memiliki berbagai
sebutan nama dari berbagai daerah di indonesia contohnya adalah bawang lubak,
bawang mekah, bawang kapal, bawang merah hutan, bawang sabrang, bawang
sayup, hingga babawangan beureum.9 Namun tanaman herbal yang berbentuk
umbi-umbian ini lebih dikenal oleh masyarakat dengan nama bawang dayak
karena diketahui sebagai salah satu tanaman khas masyarakat Kalimantan Tengah.
Bawang dayak sejatinya berasal dari Amerika Tropis, namun telah menyebar ke
berbagai belahan dunia hingga masuklah ke negara kita. Penyebaran tanaman
bawang dayak di Indonesia terbilang cukup luas karena juga ditemukan di
berbagai pulau antara lain, pulau Kalimantan, Jawa dan Sumatera.10

Gambar 1. Bawang dayak6

Daya Hambat Ekstrak Etanol Bawang Dayak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus…
Albert Khosasih

4
1. Klasifikasi Tanaman Bawang dayak
Klasifikasi dari bawang dayak, antara lain :11
Tanaman : Eleutherine palmifolia
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monokotil
Ordo : Asparagales
Famili : Iridaceae
Subfamili : Iridoideae
Bangsa : Tigridieae
Genus : Eleutherine
Spesies : Eleutherine palmifolia

2. Morfologi dan Habitat Tanaman Bawang dayak


Tanaman bawang dayak memiliki tinggi berkisar 26-50 cm, termasuk
tanaman berumpun atau bergerombol dan tidak berbau menyengat.12
Tanaman satu ini berwarna merah menyala pada umbinya dengan bentuk
seperti bulat telur memanjang menyerupai bulbus bawang merah. Pada
batangnya termasuk berbatang basah dan semu. Daun bawang dayak
berwarna hijau dan berbentuk seperti pita yang ujungnya meruncing dengan
panjang kira-kira 15 cm dan lebar 3 cm mirip dengan palem yang tulang
daunnya sejajar. Selain digunakan sebagai tanaman obat, bawang dayak juga
dijadikan tanaman hias karena memiliki bunga yang indah.13 Bunganya
berbentuk silindris dengan jumlah kelopaknya lima, berwarna putih, tumbuh
di sekitar ujung batang dan biasanya tumbuh mekar pada sore menjelang
gelap setelah itu menutup kembali. Tanaman ini termasuk tanaman berakar
serabut dan berwarna coklat muda pada akarnya.14 Tanaman bawang dayak
banyak tumbuh dan ditemukan di tempat-tempat yang terbuka dan daerah
pegunungan dengan ketinggian diantara 600–2000 meter di atas permukaan

Daya Hambat Ekstrak Etanol Bawang Dayak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus…
Albert Khosasih

5
laut. Bawang dayak juga banyak tumbuh liar dihutan dengan tanah yang
banyak humus dan lembab.15

3. Kandungan Fitokimia Tanaman Bawang Dayak


Kandungan di dalam tanaman bawang dayak (Eleutherine palmifolia)
merupakan sebuah sumber biofarmaka yang sangat berpotensi dapat
dikembangkan menjadi sebuah tanaman obat modern untuk kehidupan
manusia kedepannya.10 Kandungan fitokimia di dalam bawang dayak
tepatnya pada umbinya terkandung antara lain berupa alkaloid, tanin, fenolik,
flavonoid, steroid dan glikosida.16 Termasuk di dalamnya, Alkaloid
merupakan bahan organik yang mengandung paling sedikit setidaknya
terdapat satu atom nitrogen sebagai bagian dari heterosiklik dan juga yang
diketahui memiliki fungsi sebagai antimikroba. Alkaloid berupa seperti
padatan kristal dengan titik lebur tertentu, tidak berwarna dan bersifat basa.
Alkaloid dapat ditemukan pada biji, daun, ranting dan kulit batang
tumbuhan.17 Alkaloid merupakan senyawa organik yang bersifat antibakteri
dengan mekanisme menganggu komponen pembentukan peptidoglikan pada
dinding sel bakteri, sehingga dinding sel bakteri tidak bisa terbentuk secara
sempurna dan menyebabkan sel bakteri tersebut mati (lisis).18
Tanin memiliki mekanisme kerja yaitu dapat mendenaturasi protein sel
bakteri, menghambat fungsi selaput sel (transpor zat antar masing-masing sel)
dan menghambat sintesis asam nukleat sehingga pertumbuhan bakteri
terhambat. Tanin juga dapat membentuk ikatan komplek dengan protein
enzim yang terdapat pada bakteri sehingga mengakibatkan terganggunya
metabolisme bakteri.19
Mekanisme antibakteri dari fenol yaitu dengan membentuk kompleks
protein fenol dengan cara berikatan dengan protein. Proses koagulasi protein
oleh fenol menyebabkan terjadinya lisis pada membran sel yang
mengakibatkan sel mengalami kebocoran sehingga keluarnya metabolit
esensial yang penting bagi mikroba dari sel. Selain itu, fenol juga bisa

Daya Hambat Ekstrak Etanol Bawang Dayak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus…
Albert Khosasih

6
merusak membran sitoplasma sehingga mengakibatkan pertumbuhan sel
terhambat atau terjadinya lisis/kematian sel.20
Kemudian terdapat flavonoid di dalam bawang dayak, flavonoid
merupakan sebuah senyawa fenolik dari alam sebagai antioksidan yang
berfungsi sebagai antijamur dan antibakteri.21 Flavonoid memiliki sifat
desinfektan sehingga senyawa ini efektif dalam menghambat pertumbuhan
bakteri. Mekanisme kerja flavonoid dalam menghambat bakteri bekerja
dengan cara mendenaturasi protein bakteri sehingga dapat menghentikan
aktivitas metabolisme sel bakteri yang dapat berujung dengan mengakibatkan
kematian sel bakteri, karena semua aktivitas metabolisme dikatalisis oleh
enzim yang merupakan protein. Flavonoid juga bersifat bakteriostatik melalui
penghambatan terhadap sintesis dinding sel bakteri.22 Flavonoid juga dapat
menganggu dalam perubahan komponen organik dan transport nutrisi pada
bakteri, sehingga menimbulkan efek toksik terhadap bakteri tersebut.23
Dari hasil penelitian bahwa ekstrak etanol bawang dayak juga
menunjukan bahwa umbi bawang dayak mengandung senyawa bioaktif
golongan fenolik yaitu naphtoquinonens dan turunannya seperti elecanacine,
eleutherine, eleutherol, eleuthernone. Naphtoquinones adalah sebuah senyawa
yang antimikroba, antifungal, antivirial, antiparasitik, bioaktivitas anti kanker
dan antioksidan yang biasanya terdapat di dalam sel vakuola dalam bentuk
glikosida.24

4. Fungsi dan Khasiat Tanaman Bawang Dayak


Masyarakat di Kalimantan Tengah telah turun termurun menggunakan
bawang dayak sebagai obat. Secara tradisional, bawang dayak dipercaya
mempunyai khasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit, antara
lain seperti dapat menyembuhkan penyakit kanker usus, mencegah stroke,
kencing manis, menurunkan tekanan darah tinggi, menurunkan kolesterol,
obat bisul, stroke, mengurangi rasa sakit perut pada wanita setelah melahirkan
dan sebagai pelancar ASI pada wanita hamil.6 Umbi bawang dayak juga
dipergunakan sebagai obat kanker payudara oleh masyarakat lokal di pulau
Daya Hambat Ekstrak Etanol Bawang Dayak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus…
Albert Khosasih

7
Kalimantan. Bawang dayak juga diketahui juga dapat mengatasi gangguan
jantung, meningkatkan daya tahan tubuh, antiinflamasi, antitumor dan
berperan dalam menghentikan sebuah pendarahan.25
Air rebusan dari umbi bawang dayak secara tradisional diketahui
mempunyai banyak macam khasiat, antara lain digunakan untuk mengobati
penyakit kuning dan penyakit kelamin.26 Air yang dididihkan bersama umbi
bawang dayak juga digunakan untuk mandi bayi yang baru lahir dengan
penyakit kuning. Umbi bawang dayak juga dapat untuk menyembuhkan
disentri.27,28
Dalam keseharian masyarakat lokal, penggunaan umbi bawang dayak
dapat berupa dalam bentuk utuh dan segar, simplisia dan bentuk bubuk.
Potensi bawang dayak untuk dijadikan sebagai tanaman obat yang memiliki
banyak manfaat terbilang sangat besar, maka dari itu perlu pengembangan
yang lebih baik lagi dalam peningkatan penggunaan umbi bawang dayak
sebagai bahan obat modern di zaman sekarang ini.

B. Teknik Ekstraksi Maserasi


Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan senyawa aktif dari suatu larutan.
Ekstrak merupakan hasil berupa sediaan kental yang didapatkan dari
mengekstraksi zat aktif dari suatu bahan alam menggunakan pelarut yang sesuai.
Pada cara pengekstraksian, diawali dengan pembersihan bahan alam segar
kemudian dikeringkan dan dihaluskan, barulah proses ekstraksi dapat dimulai.29
Proses ekstraksi adalah suatu proses untuk menarik zat aktif yang diinginkan dan
terkandung di dalam bahan alam dengan menggunakan pelarut yang dipilih
dengan zat yang diinginkan larut. Kandungan zat aktif dari suatu bahan alam
umumnya mempunyai sifat kepolaran yang berbeda-beda, sehingga perlu untuk
memisahkan secara selektif.30
Kandungan bahan aktif yang terdapat pada bahan alam dapat ditarik keluar
oleh suatu pelarut. Pemilihan pelarut yang sesuai merupakan faktor penting
karena menentukan suatu keberhasilan dalam proses ekstraksi. Pelarut yang
digunakan dalam proses ekstraksi terbagi menjadi dua berdasarkan sifat kepolaran
Daya Hambat Ekstrak Etanol Bawang Dayak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus…
Albert Khosasih

8
zat, yaitu senyawa polar dan non polar.31 Senyawa polar adalah senyawa yang
terbentuk karena ikatan antar elektron berasal dari kandungan unsur. Sedangkan
senyawa non polar adalah senyawa yang terbentuk karena ikatan antar elektron
berasal kandungan unsur yang membentuknya.32 Ciri dari senyawa polar yaitu
dapat larut dalam air dan pelarut polar lainnya, contohnya seperti air, metanol dan
etanol. Sedangkan ciri dari senyawa non polar yaitu tidak mudah larut dalam air
dan hanya akan larut pada pelarut non polar, contohnya seperti eter dan heksan.33
Penelitian ini menggunakan metode ekstraksi maserasi. Maserasi
merupakan suatu proses pengekstrakan bahan alam murni dengan cara berulang
kali pengadukan atau pengocokan menggunakan larutan pada suhu ruangan.
Maserasi berasal bahas latin dengan kata macerace yang artinya perendaman.
Maserasi merupakan metode ekstraksi yang paling sederhana dengan cara
merendam serbuk simplisia di dalam cairan penyari atau nama lainnya pelarut.
Pelarut akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam sel, tempat dimana zat-
zat aktif berada kemudian zat aktif tersebut akan larut.30
Pengadukan atau pengocokan dilakukan untuk menjamin keseimbangan
bahan alam menjadi larutan. Tujuan dari maserasi adalah untuk menarik zat-zat
berkhasiat dari bahan alam dan melarutkan bahan kandungan yang rusak.
Kelebihan dari teknik maserasi yaitu prosedurnya mudah serta peralatan mudah
digunakan dan larutan tidak butuh dipanaskan sehingga bahan alam yang
digunakan tidak terurai. Kerugian dari teknik maserasi yaitu prosesnya lama dan
penyaringan larutan tidak sempurna.34

C. Daya Hambat Pertumbuhan Bakteri


Antibakteri merupakan sifat dari suatu zat yang dapat menghambat
pertumbuhan atau membunuh sebuah bakteri. Senyawa antibakteri dapat bekerja
secara bakteriostatik dan bakteriosidal. Bakteriostatik bekerja dengan
menghambat pertumbuhan namun tidak membunuh bakteri tersebut. Bakterisidal
bekerja dengan cara membunuh bakteri.35 Pengujian aktifitas antibakteri untuk
mengetahui daya hambat pertumbuhan bakteri dari suatu bahan dapat dilakukan
menggunakan dua cara yaitu metode difusi dan metode dilusi.
Daya Hambat Ekstrak Etanol Bawang Dayak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus…
Albert Khosasih

9
Metode dilusi terbagi menjadi dua metode antara lain, metode dilusi cair
dan metode dilusi padat. Kedua metode ini hampir serupa namun yang
membedakan yaitu pada metode dilusi cair menggunakan medium cair sedangkan
metode dilusi padat yang digunakan adalah medium padat atau solid. Metode
dilusi padat lebih menguntungkan dibandingkan metode dilusi cair dikarenakan
penggunaan satu konsentrasi agen antibakteri yang diteliti dapat diuji pada
beberapa mikroba sekaligus.35 Cara yang dilakukan yaitu dengan membuat suatu
agen antibakteri dan diencerkan hingga didapatkan konsentrasi yang menurun
secara bertahap dan kemudian masing-masing konsentrasi tersebut ditambahkan
suspensi bakteri uji pada medium cair. Dilanjutkan inkubasi dan diamati
kekeruhannya yang menandakan ada atau tidaknya pertumbuhan bakteri. Hasil
pengamatan pada konsentrasi terkecil tanpa adanya pertumbuhan bakteri dan
terlihat jernih, ditetapkan sebagai Kadar Hambat Minimum (KHM) atau Minimal
Inhibitory Concentration (MIC). Kadar Bunuh Minimum (KBM) atau Minimal
Bactericidal Concentration (MBC) yaitu jika pada medium cair yang tetap jernih
setelah diinkubasi perpanjangan selama 24 jam.36
Metode difusi terbagi menjadi tiga metode yaitu metode disk, metode parit
dan metode sumuran. Metode difusi dilakukan dengan mengukur diameter zona
hambat/zona bening yang menandakan adanya respon hambatan pertumbuhan
bakteri oleh suatu senyawa antibakteri. Metode sumuran dilakukan dengan cara
membuat lubang pada agar padat yang telah dinokulasi dengan bakteri yang akan
diuji. Selanjutnya injeksikan ekstrak yang akan diuji pada lubang tersebut.
Kemudian diinkubasi dan diamati pertumbuhan bakteri untuk melihat ada atau
tidaknya daerah bening/hambatan disekeliling lubang sumuran tersebut yang
menandakan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri. Hasil pengamatan dapat
diukur menggunakan jangka sorong dan hasil hambatan dalam bentuk satuan
mm.37
Hasil respon hambatan pertumbuhan bakteri dari uji difusi menggunakan
metode sumuran dapat diklasifikasikan menggunakan klasifikasi greenwood
(1995). Menurut greenwood, efektifitas suatu senyawa antibakteri dapat
diklasifikasikan seperti pada tabel 1:38
Daya Hambat Ekstrak Etanol Bawang Dayak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus…
Albert Khosasih

10
Tabel 1. Klasifikasi Greenwood38
Diameter Zona Terang Respon Hambatan Pertumbuhan
>20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
10-15 mm Lemah
<10 mm Tidak ada

D. Stomatitis Aftosa Rekuren


Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) yang lebih dikenal masyarakat dengan
nama sariawan merupakan penyakit pada mukosa mulut yang sering sekali terjadi.
Stomatitis yang terjadi secara repetitif disebut Reccurent Apthous Stomatitis.
Stomatitis aftosa rekuren adalah sebuah keadaan yang terjadi pada mukosa mulut
berupa radang yang biasanya berwarna putih kekuningan. Stomatitis aftosa
rekuren dapat berupa bercak tunggal maupun kelompok dengan permukaan yang
agak cekung. Umumnya terjadi pada wanita dan laki–laki.39 Stomatitis aftosa
rekuren (SAR) ditemukan sekitar 25 % pada populasi dunia. SAR paling banyak
ditemukan pada jaringan lunak mukosa mulut. Keadaan ini termasuk relatif ringan
karena tidak membahayakan jiwa dan tidak menular.40
Manifestasi klinis SAR berupa ulser tunggal atau multipel, dangkal, bulat,
lonjong dan sakit. SAR berupa ulkus berbentuk bulat atau oval, berbatas jelas,
simetris, dan ditutupi oleh lapisan pseudomembran serta tepinya eritema. Faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya SAR beraneka ragam tergantung pada faktor
pemicunya, antara lain disebabkan karena genetik, sistem imun, hormonal,
trauma, stress, penyakit sistemik, berhenti merokok, obat-obatan, defisiensi nutrisi
dan infeksi bakteri.41

1. Etiologi dan Faktor Predisposisi Stomatitis Aftosa Rekuren


Banyak penelitian dan teori-teori yang membahas etiologi dan faktor
predisposisi dari stomatitis, namun sampai saat ini pun etiologinya masih
belum dapat di identifikasi. Ulser pada stomatitis bukan karena satu faktor
saja melainkan banyak faktor yang memungkinkannya terbentuknya ulser.

Daya Hambat Ekstrak Etanol Bawang Dayak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus…
Albert Khosasih

11
Faktor etiologi stomatitis sampai saat ini adalah idiopatik atau belom
diketahui namun telah banyak asumsi mengenai faktor predisposisi dari
stomatitis tersebut.42 Faktor–faktor predisposisi Stomatitis Aftosa Rekuren
adalah sebagai berikut :
a. Genetik
Faktor genetik mempunyai peranan yang sangat berpengaruh pada
pasien yang menderita penyakit ini karena riwayat keluarga tercatat
sekitar pada 50% kasus.43 Pada sebagian peneliti menyatakan bahwa
hubungan genetik berpengaruh terhadap timbulnya stomatitis. Terdapat
sebuah penelitian mengenai menemukan bahwa 35% dari orang yang
menderita stomatitis mempunyai riwayat keluarga paling tidak satu orang
tua yang juga mengalami stomatitis pula.44

b. Sistem imun
Timbulnya SAR juga diduga karena adanya reaksi
ketidakseimbangan regulasi sistem imun. Dalam periode SAR, terdapat
peningkatan CD4 dan penurunan CD8 sehingga terjadinya sitotoksik
seluler pada sel mukosa mulut.45,46

c. Hormonal
Pada faktor ini penyakit stomatitis sering terjadi pada wanita yang
memasuki siklus menstruasi. Keadaan ini diduga ada keterkaitan dengan
faktor hormonal. Hormon yang berperan penting ada 2 yaitu estrogen dan
progesteron. Ketidakseimbangan antar kedua hormonal tersebut
mengakibatkan keratinisasi pada mukosa mulut menjadi berkurang,
sehingga menyebabkan mukosa mulut apabila terkena trauma rentan
sekali menimbulkan ulser.47

d. Trauma
Biasanya SAR terjadi dikarenakan trauma contohnya seperti
tergigit saat berbicara atau mengunyah, akibat perawatan gigi, adanya
Daya Hambat Ekstrak Etanol Bawang Dayak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus…
Albert Khosasih

12
kebiasaan buruk, makanan atau minuman terlalu panas, dan saat sikat
gigi. Faktor ini menunjukkan pada bagian rongga mulut yang terkena
trauma dapat menyebabkan terjadinya SAR.48

e. Stress
Stress adalah kondisi dimana seseorang mengalami gangguan
mental dikarenakan adanya tekanan dalam menyesuaikan diri terhadap
perubahan lingkungan secara terus menerus yang mempengaruhi fisik,
psikis, mental dan emosional. Stress merupakan salah satu faktor
predisposisi SAR yang berperan secara tidak langsung.49

f. Penyakit Sistemik
Beberapa kondisi medis dapat dikaitkan dengan kemunculan
stomatitis. Harus dipertimbangkan adanya keberadaan penyakit sistemik
yang diderita pasien dan perlu dilakukan evaluasi pengujian oleh dokter
dengan hubungannya terbentuknya ulser. Beberapa kondisi medis yang
dikaitkan adalah sebagai berikut: penyakit Behcet’s, penyakit disfungsi
neutrofil, penyakit gastrointestinal, HIV-AIDS, dan sindroma
40,44
Sweet’s.

g. Berhenti Merokok
Stomatitis dapat terjadi pada pasien yang telah berhenti pada
kebiasaan merokoknya. Pada pasien yang mempunyai penyakit SAR
umumnya bukanlah seorang perokok, sehingga terdapat hubungan yang
terbalik antara merokok dan perkembangan SAR. Insidensi timbulnya
SAR lebih rendah pada orang yang merokok dikarenakan adanya
keterkaitan dengan penebalan dinding epitel mukosa mulut/ keratinisasi
yang diakibatkan kebiasaan merokok tersebut.43,45

Daya Hambat Ekstrak Etanol Bawang Dayak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus…
Albert Khosasih

13
h. Obat-obatan
Obat-obatan seperti nonsteroidal anti-inflamatori (NSAID), beta
bloker, kemoterapi, dan nicorandil ternyata menjadi salah satu faktor
yang menyebabkan resiko timbulnya SAR.50

i. Defisiensi nutrisi
Diketahui bahwa 20% pasien SAR adalah penderita yang
mengalami defisiensi zat besi (fe), vitamin B12, atau asam folat. Vitamin
B1, B2, dan B6 merupakan kofaktor penting yang diperlukan untuk
pematangan normal semua sel dan untuk sintesis DNA. Ketika salah satu
dari faktor tersebut tidak adekuat maka akan mempengaruhi hemoglobin
dan sel darah merah sehingga terjadi mikro atau makrositosis yang
menyebabkan transportasi oksigen ke jaringan menjadi berkurang.
Defisiensi seng juga telah terlibat dalam beberapa pasien SAR. Seng
dibutuhkan untuk menstabilkan struktur molekul komponen seluler dan
membran serta memberikan kontribusi melalui cara tersebut untuk
pemeliharaan sel dan integritas organ.46,47

j. Infeksi bakteri
Mikroorganisme seperti Streptococcus sanguinis diduga memiliki
peran penyebab timbulnya SAR dikarenakan terjadinya peningkatan
sebagai antigen pada lesi ini.48 Pada tahun 1966, Graykowski dan kawan-
kawan untuk pertama kalinya menemukan bahwa adanya hubungan
keterkaitan antara bakteri Streptococcus bentuk L dengan stomatitis
aftosa rekuren, kemudian ditetapkan pada penelitiannya lebih lanjut
bahwa bakteri Streptococcus sanguinis merupakan salah satu penyebab
timbulnya lesi SAR. Pernyataan dari Graykowski dkk tersebut didukung
oleh Donatsky dan Dablesteen dengan menyampaikan bahwa pada pasien
lesi SAR terjadi adanya kenaikan titer antibodi terhadap Streptococcus
sanguinis 2A.51

Daya Hambat Ekstrak Etanol Bawang Dayak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus…
Albert Khosasih

14
E. Streptococcus sanguinis
Terdapat lebih dari 700 spesies bakteri telah diidentifikasi pada mulut
manusia. Golongan Streptococcus adalah golongan bakteri terbanyak yang
ditemukan di dalam rongga mulut bahkan dalam keadaan mulut sehat atau normal,
salah satunya Streptococcus sanguinis yang merupakan bakteri komensal. Bakteri
ini bekerja sebagai pemicu awal kolonisasi bakteri dan berinteraksi dengan bakteri
lainnya yang bersifat patogen dalam proses pembentukan lapisan biofilm pada
permukaan gigi.52

1. Pengertian Streptococcus sanguinis


Streptococcus sanguinis atau dengan nama lain Streptococcus sanguis,
adalah bakteri anaerob fakultatif, gram positif dan berbentuk kokus yang
dapat ditemukan di dalam mulut manusia. Bakteri ini bersifat patogen
oportunistik dan biasanya ditemukan pada plak-plak yang menempel pada
gigi. Bakteri Streptococcus sanguinis mempunyai dinding sel yang tergolong
tebal yang terdiri dari peptidoglikan dan bakteri ini tidak berspora.
Streptococcus sanguinis diklasifikasikan masuk ke dalam jenis anggota
kelompok bakteri Streptococcus viridans yang dapat menyebabkan infeksi
sekunder pada stomatitis aftosa.53
Secara umum kelompok bakteri Streptococcus viridans tergolong
bersifat hemolitik-α, namun mereka juga dapat bersifat non-hemolitik.
Streptococcus viridians merupakan bakteri paling umum yang dapat
ditemukan di dalam saluran pernafasan atas sebagai flora normal. Pada
kelompok bakteri Streptococcus viridans, salah satunya Streptococcus
sanguinis, merupakan bakteri yang dapat menyerang sistem imun manusia
pada rongga mulut dan dapat berakhir dengan terjadinya Stomatitis Aftosa
Rekuren.54

Daya Hambat Ekstrak Etanol Bawang Dayak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus…
Albert Khosasih

15
Gambar 2. Streptococcus sanguinis ATCC 1055656

2. Klasifikasi Streptococcus sanguinis


Klasifikasi bakteri Streptococcus sanguinis adalah sebagai berikut:55
Kingdom : Bacteria
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Species : Streptococcus sanguinis

3. Morfologi Streptococcus sanguinis


Bentuk dari Streptococcus sanguinis yaitu berbentuk bulat atau oval
dengan diameter berkisar diantara 0,6 – 1,0 μm. Bakteri ini bersifat non motil
atau dengan kata lain disebut tidak memiliki alat gerak dan katalasenya
negatif. Streptococcus sanguinis dapat tumbuh secara optimum pada suhu
yang berkisar pada 37C dengan pH diantara angka 7,4 sampai 7,6.
Streptococcus sanguinis mempunyai sekelompok koloni yang berwarna opak,
dengan berdiameter 0,5 hingga 1mm dan memiliki permukaan yang kasar.56
Bakteri Streptococcus sanguinis memliki sistem yang baik dalam
memproduksi energinya. Bakteri ini juga mempunyai beberapa enzim yang
bekerja dalam meningkatkan metabolisme, seperti biosintesis,
Daya Hambat Ekstrak Etanol Bawang Dayak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus…
Albert Khosasih

16
glukoneogenesis, fermentasi gula dan karbohidrat. Enzim tersebut digunakan
untuk glukoneogenesis yaitu mengubah asam amino menjadi fruktosa-6-
fosfat, suatu prekursor metabolik penting yang digunakan untuk membuat
peptidoglikan/dinding sel dan substrat awal yang dibutuhkan untuk jalur
pentosa fosfat.55 Ukuran rangkaian struktur kimia pada bakteri ini jauh lebih
besar dibandingkan spesies lain di golongannya Streptococcus. Bakteri ini
juga memiliki persentase pasangan basis guanin dan sitosin yg relatif lebih
tinggi, maka dari itu pula bakteri ini membutuhkan energi yang lebih besar
untuk memecah ikatan hidrogen selama proses replikasi.57
Bakteri Streptococcus sanguinis dianggap sebagai penyebab utama
dalam terjadinya kolonisasi bakteri dikarenakan adanya ikatan kuat secara
langsung dengan pelikel saliva yang berperan dalam perlekatan dengan
mikroorganisme lain, kemudian terbentuknya plak gigi yang lama kelamaan
dapat mengakibatkan karies pada gigi di dalam rongga mulut manusia.52

2. Terapi dan Perawatan Stomatitis Aftosa Rekuren


Stomatitis Aftosa Rekuren adalah sebuah penyakit yang dapat sembuh
dengan sendirinya tanpa penggunaan obat atau disebut dengan nama lain self
limiting disease.58 Penatalaksanaan perawatan pada SAR hanya bisa untuk
meredakan gejalanya dikarenakan etiolonginya tidak diketahui secara pasti.
Terapinya sendiri bertujuan untuk menghilangkan faktor predisposisi,
meringankan inflamasi, meredakan rasa sakit, mempercepat proses
penyembuhan dan mengurangi rekurensi ulser.59
Faktor predisposisi harus ditelusuri dan diidentifikasi serta dieliminasi
juga agar dapat mengurangi beban penderitaan pasien. Terapi pada SAR
dirawat dengan pengobatan simptomatik dan juga suportif untuk mendukung
penyembuhan penyakit ini. Sebagai dokter, kita juga harus menyakinkan
terhadap pasien bahwa gangguan pada dirinya yang berupa SAR bukan suatu
penyakit yang berbahaya.
Upaya lain yang dapat dilakukan perawatan terhadap pasien SAR
adalah mengedukasi pasien mengenai informasi mengenai penyakit yang
Daya Hambat Ekstrak Etanol Bawang Dayak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus…
Albert Khosasih

17
dialami. Kemudian instruksikan pasien untuk menghindari faktor-faktor yang
dapat memicu terjadinya SAR. Dan dilakukan pengobatan yang pastinya
untuk mengurangi gejala pada pasien tersebut sehingga meningkatkan
kualitas hidup.
Perawatan terhadap pasien SAR dapat secara lokal maupun sistemik,
antara lain sebagai berikut :
1. Antiseptik topikal
Pengobatan antiseptik topikal dapat berupa seperti klorheksidin
glukonat 0.2% dalam bentuk kumur atau gel yang diaplikasikan tiga kali
sehari. Zat antiseptik dalam obat ini dapat membantu mengurangi infeksi
sekunder terhadap berbagai mikroorganisme dan mempercepat
penyembuhan.47

2. Analgesik Topikal
Perawatan dengan analgesik topikal menggunakan obat seperti
benzidamin hidroklorida bentuk spray atau dalam bentuk obat kumur
dapat digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan dan rasa sakit yang
mengalami SAR. Kemudian ada lidokain gel 2% yang lebih efektif dalam
mengatasi nyeri, dapat dipakai secara langsung sebagai obat kumur.45

3. Covering Agent
Covering agent dalam perawatan SAR dapat berupa krim atau
pasta, contohnya Orabase. Obat ini bekerja dalam mengurangi rasa sakit
dan ketidaknyamanan yang dialami oleh pasien SAR. Mekanisme
perawatan ini adalah membentuk lapisan pelindung untuk menghalangi
infeksi sekunder yang lebih lanjut.43

4. Kortikosteroid Topikal
Steroid topikal memiliki dua mode aksi yaitu, pertama efek
antiinflamasinya dalam mengurangi ketidaknyamanan dan yang kedua
adalah efek pemblokiran spesifik pada interkasi limfosit T dan sel epitel.
Daya Hambat Ekstrak Etanol Bawang Dayak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus…
Albert Khosasih

18
Contoh obat Steroid topikal adalah Triamsinolon asetonid dan
hidrokortison.47

5. Anastetikum
Obat anastetikum pada perawatan SAR dapat berupa gel lidokain
2%, pasta polidocanol dan obat hisap benzocaine. Obat-obatan ini dapat
membantu dalam mengurangi rasa sakit yang diderita pasien SAR.60

6. Antibiotik Topikal
Antibiotik topikal merupakan pengobatan yang cukup efektif dalam
mengobati SAR. Tetrasiklin 2% adalah salah satu contoh antibiotik yang
efektif dalam mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh ulserasi pada
SAR dan secara signifikan dapat menurunkan frekuensi, durasi, dan
tingkat keparahan dari lesi ini.45 Untuk penggunaan obat satu ini harus
diperhatikan terutama jika di aplikasikan pada anak-anak dibawah usia
12 tahun yang efek samping dapat mengakibatkan perubahan warna gigi
anak.48

7. Penggunaan Bahan Alam


Penggunaan bahan alam dalam pengobatan stomatitis aftosa
rekuren yang sering digunakan oleh masyarakat umum yaitu antara lain
berupa seperti buah jeruk, jambu, air kelapa, lidah buaya dan kulit
manggis. Bahan alam tersebut dapat dikonsumsi dan dipercaya dapat
mengobati stomatitis aftosa rekuren. Contohnya seperti pada bahan alam
kulit manggis, kulit manggis kaya akan kandungannya antara lain
xanthone dan nutrisi lainnya seperti serat, kalium, kalsium, vitamin B1,
vitamin B2, vitamin C, vitamin B6 dan zat besi sehingga dapat
menyembuhkan penyakit stomatittis aftosa rekuren.61

Daya Hambat Ekstrak Etanol Bawang Dayak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus…
Albert Khosasih

19

Anda mungkin juga menyukai