Anda di halaman 1dari 83

ODONTEKTOMI

DEFINISI
• Odontektomi adalah sebuah istilah untuk prosedur pengambilan gigi yang tidak erupsi, gigi
yang mengalami erupsi sebagian, atau sisa akar yang tidak dapat diekstraksi dengan teknik
biasa, maka dari itu harus dilakukan pembedahan (bedah minor)
• Pencabutan gigi molar tiga adalah kasus yang paling sering membutuhkan prosedur
odontektomi karena biasanya molar tiga muncul dalam keadaan impaksi.

Saleh,E. Strategies in Reducing Odontectomy Complication of Third Molar of Mandible Teeth. MM:Vol.6(2):122-125;2006.
INDIKASI PENCABUTAN GIGI
IMPAKSI
• Mencegah terjadinya perikoronitis
• Mencegah penyakit dental (karies dental gigi tetangga)
• Pertimbangan orthodontik
• Pencegahan tumor dan kista odontogenik
• Menghilangkan penyebab resorpsi akar gigi tetangga akibat impaksi
• Sebagai perawatan pre-prostetik
• Pencegahan fraktur rahang
• Manajemen rasa sakit yang tidak dapat di jelaskan di rahang

Peterson’s Principle of Oral and Maxillofacial Surgery, Second Ed., Page: 150-153
KONTRAINDIKASI
• Pasien terlalu muda atau terlalu tua
• Pasien dengan status kesehatan sistemik kompromis
• Adanya risiko merusak struktur di sekitar gigi impaksi yang besar
KLASIFIKASI IMPAKSI
• Berdasarkan Pell dan Gregory (1933)
• Melihat hubungan ramus dan ruangan yang tersedia (selanjutnya dikategorikan sebagai kelas I,
II, III)
• Melihat kedalaman relatif gigi dengan bidang oklusal (selanjutnya dikategorikan sebagai kelas A,
B, C)
• Berdasarkan Winter (1926)
• Winter menjelaskan klasifikasinya dengan menggambar 3 garis imajiner yang disebut WAR
lines. WAR adalah singkatan dari White, Amber, dan Red.
• White ditarik dari sepanjang oklusal gigi molar satu, molar dua, dan berakhir di atas molar tiga
• Amber berjalan sepanjang puncak tulang alveolar di antara gigi molar satu, molar dua, dan memanjang
hingga garis distal linea oblik interna -> mengindikasikan batas tulang alveolar yang meliputi gigi
setelah dilakukan flap
• Red ditarik tegak lurus dari White line, melewati amber line, hingga titik ditempatkannya elevator
• Red line digunakan untuk mengukur kedalaman gigi impaksi di dalam tulang rahang.
• Berdasarkan Pederson
• Merupakan modifikasi klasifikasi Pell dan Gregory, yang mana meliputi tiga faktor yaitu:
• Posisi gigi molar ketiga (mesioangular, horizontal, vertikal atau distoangular)
• Klasifikasi Pell and Gregory kedalaman relatif (Kelas A, B dan C)
• Klasifikasi Pell and Gregory hubungan dengan ramus dan ruangan yang tersedia.
• Skala Pederson diajukan untuk evaluasi pada radiograf panoramik. Detail penghitungan skor
klasifikasi Pederson ditunjukkan pada Tabel
PROSEDUR
ODONTEKTOMI
PUNYA FARZAD LETAK DISINI
• PUNYA FARZAD LETAK DISINI
EKSTRAKSI MOLAR 3 DENGAN
IMPAKSI DISTOANGULAR
• Pencabutan cukup sulit karena gigi terletak di bawah anterior border ramus dengan cukup banyak
tulang diatas mahkotanya, dan akarnya cenderung dekat dengan distal M2
• Gigi tidak mungkin diangkat secara utuh, kecuali sejumlah besar tulang dihilangkan
• Teknik flap nya sama seperti pada impaksi gigi mesioangular, bedanya pada pemisahan gigi dimana
dapat dicapai penghilangan tulang yang minimal
• Bagian distal mahkota dipotong menggunakan bur fisur
• Sisa gigi yang tersisa diluksasi, elevator ditempatkan pada aspek mesial gigi
• Perawatan soket dan suturing flap sama seperti gigi impkasi lainnya.
• Insisi horizontal meluas hingga ke mesial M1
• Refleksi flap mukoperiosteal, dan eksposur seabagian mahkota
gigi yang impaksi
• Menghilangkan tulang pada bukal dan distal mahkota gigi
• Groove dibentuk agar memudahkan luksasi
• Memotong bagian distal mahkota gigi yang impaksi dengan
bur fisur
• Mengangkat bagian distal mahkota dengan elevator lurus
• Luksasi gigi impaksi pada arah distal, setelah membuat jalur
pengangkatan
• Gigi setelah diangkat
• suturing
EKSTRAKSI IMPAKSI MOLAR 3
PADA PASIEN EDONTOLUS
• Ekstraksi bedah impaksi molar ketiga pada edontolus jauh lebih mudah dan cepat dibandingkan
pasien dentolus jika aturan teknik pembedahan dipatuhi
• Teknik pembuatan flap dan pembuangan tulang sama seperti kasus impaksi lainnya
• Tidak diperlukan pemotongan gigi
SURGICAL INCISIONS
AND FLAPS
ATURAN DASAR BERIKUT BERLAKU UNTUK
SETIAP PROSEDUR PEMBEDAHAN, TERKAIT
INSISI DAN FLAP:
• Insisi harus dilakukan dengan tegas dan terus-menerus tanpa terputus karena
dapat mengganggu penyembuhan luka
• Desain flap dan insisi harus dilakukan sedemikian rupa baik
• Insisi vertical dimulai kira-kira dari vestibulum bukal dan berakhir di papilla
interdental gingiva

Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 33-36.
• Lebar flap harus memadai, sehingga bidang operasi mudah dijangkau, tanpa
menimbulkan ketegangan dan trauma selama manipulasi.
• Dasar flap harus lebih lebar dari free gingiva margin, untuk memastikan suplai darah
yang cukup dan untuk mempercepat penyembuhan.
• Flap harus lebih besar dari defisit tulang sehingga margin flap, saat dijahit, bertumpu
pada tulang yang utuh dan sehat, sehingga mencegah flap pecah dan robek.
• Mukosa dan periosteum harus direfleksikan bersamasama. Hal ini dicapai (setelah
sayatan dalam) ketika elevator terus menerus dijaga dan ditekan dengan kuat ke tulang

Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 33-36.
• Bila insisi tidak dibuat di sepanjang sulkus gingiva, untuk alasan estetik, dan terutama
pada orang dengan senyum lebar, bekas luka yang akan timbul harus dipertimbangkan,
terutama pada permukaan labial gigi depan
• Selama prosedur pembedahan, tindakan menarik dan menghancurkan atau melipat flap
secara berlebihan harus dihindari, karena suplai darah terganggu dan penyembuhan
tertunda.

Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 33-36.
Berbagai jenis flap telah dideskripsikan dalam bedah mulut, yang
namanya didasarkan terutama pada bentuk. Jenis flap dasar adalah:
• trapezoidal,
• triangular,
• envelope,
• semilunar,
• flaps created by Y and X incisions, and
• pedicle flaps.

Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 33-36.
TRAPEZOIDAL FLAP
• Flap trapesium dibuat setelah sayatan berbentuk II, yang dibentuk oleh sayatan
horizontal sepanjang gingiva, dan dua sayatan pelepasan vertikal miring yang
meluas ke vestibulum bukal. Sayatan pelepasan vertikal selalu meluas ke papilla
interdental dan tidak ke tengah permukaan labial atau bukal gigi.
• Bidang bedah yang memuaskan  sayatan meluas setidaknya melibatkan 1 atau
2 dikedua sisi
• Flap trapesium cocok untuk prosedur bedah yang luas, terutama ketika flap
triangular tidak memberikan akses yang memadai.

Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 33-36.
TRAPEZOIDAL FLAP

Keuntungan. Memberikan akses yang


sangat baik, memungkinkan
pembedahan untuk dilakukan pada lebih Kekurangan. Menghasilkan cacat pada
dari satu atau dua gigi, tidak attached gingiva (resesi gingiva).
menghasilkan ketegangan di jaringan,
mudah menempatkan flap ke posisi
semula dan mempercepat proses
penyembuhan.

Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 33-36.
Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 33-36.
TRIANGULAR FLAP
• Flap ini merupakan sayatan berbentuk L, dengan sayatan horizontal yang
dibuat sepanjang sulkus gingiva dan sayatan vertikal atau obliq. Sayatan
vertikal dimulai kira-kira di vestibular fold dan meluas ke papilla interdental
gingiva.
• Flap triangular dilakukan secara labial atau bucal pada kedua rahang dan
diindikasikan pada surgical removal of root tip, kista kecil, dan apikoektomi.

Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 33-36.
TRIANGULAR FLAP

Keuntungan. Memastikan suplai darah


yang memadai, visualisasi yang baik, Kekurangan. Keterbatasan akses ke
stabilitas yang sangat baik dan akar yang panjang, ketegangan terjadi
penempatan awal yg baik; mudah ketika flap dipegang dengan retractor,
dimodifikasi dengan sayatan kecil, atau dan menyebabkan cacat pada attached
sayatan vertikal tambahan, atau bahkan gingiva.
perpanjangan sayatan horizontal.

Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 33-36.
Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 33-36.
ENVELOPE FLAP
• Jenis flap ini berupa sayatan horizontal yang panjang di sepanjang garis servikal gigi.
Sayatan dibuat di sulkus gingiva dan memanjang empat atau lima gigi.
• Flap envelope digunakan untuk pembedahan gigi insisiv, premolar dan molar, pada
permukaan labial atau bukal dan palatal atau lingual, dan biasanya diindikasikan ketika
prosedur bedah melibatkan garis servikal gigi secara labial ( atau secara bukal) dan
palatal (atau lingual), apikoektomi (akar palatal), gigi yang impaksi, kista, dll.

Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 33-36.
ENVELOPE FLAP

Kekurangan. Refleksi yang sulit


(terutama palatal), tekanan besar dengan
Keuntungan. Menghindari sayatan risiko ujungnya sobek, visualisasi
vertikal dan mudah mengembalikan ke terbatas pada apikoektomi, akses
posisi semula. terbatas, kemungkinan cedera pembuluh
darah dan saraf palatal, cacat pada
attached gingiva.

Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 33-36.
Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 33-36.
SEMILUNAR FLAP

• hasil dari sayatan melengkung, yang dimulai tepat di bawah vestibular fold dan
memiliki bentuk busur dengan bagian cembung menuju attached gingiva. Titik
terendah insisi kurang lebih 0,5 cm dari margin gingiva, sehingga suplai darah
tidak terganggu.
• Indikasi. Flap semilunar digunakan dalam apikoektomi, kista kecil dan ujung akar.

Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 36-37.
SEMILUNAR FLAP

Kekurangan. Kemungkinan sayatan


Keuntungan. Sayatan kecil dan refleksi
dilakukan tepat di atas lesi tulang karena
mudah, tidak ada resesi gingiva di
kesalahan perhitungan, jaringan parut
sekitar restorasi prostetik, tidak ada
terutama di daerah anterior, sulitnya
intervensi pada periodonsium,
suturing karena tidak adanya titik
kebersihan mulut lebih mudah
tumpuan, akses terbatas dan visualisasi,
dibandingkan dengan jenis flap lainnya.
kecenderungan untuk robek.

Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 36-37.
Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 36-37.
JENIS FLAPS LAINNYA
Flap ini digunakan dalam prosedur bedah palatum, terutama untuk menghilangkan exostosis (torus
palatinus).
• Flap yang dihasilkan dari insisi y-shaped. Sayatan dibuat di sepanjang garis tengah palatum, serta
dua sayatan anterolateral, yang berada di depan gigi kaninus.
Diindikasikan dalam prosedur bedah yang melibatkan pengangkatan exostosis kecil.
• Flap yang dihasilkan dari Insisi x-shaped. Jenis flap ini digunakan pada eksostosis yang lebih
besar, dan pada dasarnya merupakan perpanjangan dari sayatan berbentuk y (Gbr. 3.13 b).
Perbedaan : dua sayatan posterolateral juga dibuat. Flap ini dirancang sedemikian rupa sehingga
cabang-cabang utama dari arteri palatine yang lebih besar tidak terputus.

Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 36-37.
Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 36-37.
FLAP PEDICLE
Tiga jenis utama flap pedikel :
• Buccal Flaps,
• Palatal Flaps, dan
• Bridge Flaps.

Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 36-37.
BUCCAL FLAPS
• Trapezoidal flap khas yang dibuat secara bukal, sesuai dengan area yang akan ditutup, dan biasanya
digunakan pada pasien edentulous. Ini adalah hasil dari dua sayatan miring yang menyimpang ke atas,
dan memanjang sampai ke soket gigi (Gbr. 3.14 a).
• Setelah membuat flap, periosteum diinsisi secara transversal, membuatnya lebih elastis sehingga dapat
menutupi lubang yang dihasilkan dari pencabutan gigi.
• Flap buccal miring adalah variasi dari buccal flap. Ini adalah hasil dari sayatan anteroposterior, sehingga
dasarnya tegak lurus ke daerah bukal, posterior terhadap luka. Flap diputar sekitar 70 ° -80 ° dan
ditempatkan di atas soket. Kedua kasus mengharuskan, sebelum menempatkan flap, margin luka harus
didebridement.

Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 36-37.
Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 36-37.
PALATAL FLAPS
• Flap mukoperiosteal palatal yang dihasilkan diputar secara posterior dan bucal,
termasuk pembuluh yang muncul dari greater palatine foramen. Setelah rotasi, flap
ditempatkan di atas lubang soket, margin luka didebridasi, dan flap dijahit dengan
jaringan bukal.
• Jenis flap ini digunakan pada pasien edentulous agar kedalaman vestibular tetap
terjaga.
• Gingival dressing diletakkan selama beberapa hari.

Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 36-37.
PEDICLE BRIDGE FLAPS
• Flap palatobukal dan tegak lurus terhadap alveolar ridge. Setelah pembuatan, flap
diputar posterior atau anterior untuk menutup lubang dari oroantral communication
tanpa mengoebankan vestibular fold. Jenis penutup ini hanya digunakan pada bagian
edentulous dari alveolar ridge.

Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 36-37.
Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 36-37.
SUTURING
Menjahit luka bedah  bertujuan untuk menahan flap di atas luka, mendekatkan
kembali tepi luka, melindungi jaringan di bawahnya dari infeksi atau faktor iritasi
lainnya, dan mencegah perdarahan pasca operasi. Menjahit juga dapat membantu
dalam hal berikut:
Ketika terdapat perdarahan jauh di dalam jaringan dan ligasi diperlukan atau
untuk pengikatan pembuluh besar
Untuk laserasi jaringan lunak
Dalam kasus hemoragi parah di mana suture holdt dapat menyumbat hemostatik
di tempatnya
Untuk infeksi, setelah insisi, untuk menstabilkan rubber drainase di lokasi insisi
Untuk imobilisasi pedicle flaps di posisi barunya, dll.

Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 38-41.
MENJAHIT LUKA. JAHITAN AWALNYA
DILILITKAN DUA KALI DI SEKITAR
PEMEGANG JARUM

Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 38-41.
KEDUA UJUNG JAHITAN DIKENCANGKAN
UNTUK MEMBUAT
SIMPUL BEDAH DI ATAS LUKA
(DOUBLEKNOT)

Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 38-41.
SIMPUL PENGAMAN, DIBUAT DENGAN
BALUTAN TUNGGAL JAHITAN BERLAWANAN
ARAH JARUM JAM SEPERTI PADA GAMBAR
SEBELUMNYA

Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 38-41.
MENGENCANGKAN SIMPUL
PENGAMAN DI ATAS SIMPUL
BEDAH AWAL

Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 38-41.
• Jahitan utama yang digunakan dalam bedah mulut adalah:
- Interrupted sutures,
- Continuous sutures, and
- Mattress sutures

Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 38-41.
INTERRUPTED SUTURE
• jenis yang paling sederhana dan paling sering digunakan. Jarum masuk 2–3 mm dari
tepi flap (jaringan seluler) dan keluar pada jarak yang sama di sisi yang berlawanan
• Kedua ujung jahitan kemudian diikat menjadi simpul dan dipotong 0,8 cm di atas
simpul. Untuk menghindari robeknya flap, jarum harus melewati tepi luka satu per
satu, dan setidaknya berjarak 0,5 cm dari tepi.
• Jahitan yang terlalu ketat harus dihindari (risiko nekrosis jaringan), serta hindari tepi
luka yang tumpang tindih saat memposisikan simpul.
• Keuntungan. jahitan ditempatkan dalam satu baris, pelonggaran salah satu atau
bahkan kehilangan satu jahitan tidak akan mempengaruhi jahitan lainnya.

Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 38-41.
Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 38-41.
CONTINUOUS SUTURE
• biasanya digunakan untuk menjahit luka yang dangkal tetapi panjang,
misalnya, untuk recontouring ridge alveolar di rahang atas dan rahang bawah.
• Keuntungan. jahitan kontinu adalah lebih cepat dan membutuhkan simpul
yang lebih sedikit, sehingga tepi luka tidak terlalu kencang, sehingga terhindar
dari risiko iskemia pada area tersebut.
• Kelemahan. jika jahitan secara tidak sengaja dipotong atau dilonggarkan,
seluruh jahitan menjadi longgar.

Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes.


Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 38-41.
MATTRESS SUTURE
• jenis jahitan khusus dan digambarkan sebagai jahitan horizontal (terputus-putus ,
kontinu dan vertikal.
• Utk kasus diperlukan pendekatan ulang yang kuat dan aman dari tepi luka.
Jahitan vertikal dapat digunakan untuk sayatan dalam
jahitan horizontal digunakan dalam kasus yang memerlukan pembatasan atau
penutupan jaringan lunak di atas rongga tulang, misalnya, soket gigi pasca ekstraksi.
Penguatan jahitan matras dicapai dengan memasukkan potongan rubber draine.

Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 38-41.
• Teknik : pada jahitan terputus (horizontal dan vertikal), jarum melewati tepi
luka pada sudut yang tepat, dan jarum selalu masuk dan keluar.
• jaringan di sisi yang sama. Pada horizontal zontinous suture, setelah membuat
simpul awal, jarum masuk dan keluar dari jaringan dalam pola winding maze
/labirin berliku. Simpul terakhir diikat dengan cara yang sama seperti pada
continuous simple suture
Fragiskos D. Oral surgery. School of Dentistry. University of Athenes. Springer. 2007. p. 38-41.
• Pembuatan insisi untuk
mengangkat gigi impaksi
• Pembuatan flap dan • Posisikan elevator dengan
menghilangkan tulang handle bentuk T untuk
pada aspek distal dan meluksasi gigi impaksi
mesial mahkota gigi
• suturing
PERIOPERATIVE
COMPLICATION
Ref: Fragiskos-Oral Surgery
1. FRAKTUR AKAR/LUKSASI GIGI
SEBELAH
• Fraktur akar gigi tetangga biasanya karena adanya karies/restorasi yang besar
• Luksasi/dislokasi gigi tetangga terjadi akibat tekanan yang diberikan sangat kuat, terutama
jika gigi tetangga dijadikan fulcrum
• Perawatan :
• Gigi terseut distabilakn selama 40-60 hari
• Jika masih terdapat nyeri perkusi  perawatan endodontic
• Gigi avulsi  reposisi dan distabilkan 3-4 minggu
2. KERUSAKAN/INJURI JARINGAN
LUNAK
• Cedera jaringan lunak merupakan komplikasi yang umum dan paling sering disebabkan oleh
manipulasi instrumen yang tidak tepat atau tidak disengaja (misalnya, tergelincir saat
menggunakan elevator) selama pencabutan gigi. Area yang paling sering mengalami cedera
adalah pipi, dasar mulut, langit-langit mulut, dan area retromolar (Gbr. 8.1, 8.2). Cedera
oleh elevator juga dapat terjadi di sudut mulut dan bibir karena gaya dan tekanan retraksi
yang berkepanjangan dan berlebihan selama ekstraksi gigi posterior rahang atas dan rahang
bawah, terutama ketika pasien memiliki rima oris yang kecil (Gbr. 8.3)
• Perawatan :
• Pada beberapa kasus dapat diberi petrolatum (Vaseline)
• Jika injuri sangan parah dan terdapaat perdarahan tindakan ekstraksi gigi dapat ditunda dan
dikontrol perdarahan dengan suturing
3. FRAKTUR PROSESUS ALVEOLAR
• Fraktur prosesus alveolar biasanya disebabkan Karena gerakan ekstraksi yang salah atau
angkylosis gigi
• Perawatan :
• Jika patahan alveolar kecil dan terlihat dari periosteum, bisa diangkat dengan forsep dan di
haluskan bagian yang tajam kemudian diirigasi dan dilakukan suturing
• Jika bagian yang patah masih menempel pada jaringan lunak di stabilkan kemudian
mukoperiosteum di suturing
4. FRAKTUR TUBEROSITAS
MAKSILA
• Tulang tuberositas sudah lemah karena sinus maksila pneumatiz ke tulang alveolar
• Ankylosis molar RA yang mempersulit gerakan ekstraksi
• Resistensi tulang rendah karena adanya gigi impaksi
• Perawatan :
• Jika belum terpotong/ fraktur seutuhnya  Reposisi mukoperiosteum, kemudian dilakukan
suturing dan ekstraksi ditunda 1,5-2 buan
• Jika tulang telah terpisah dan terjadi oroantral communication  gigi dicabut, tulang dihaluskan,
suturing, antibiotic + dekongestan
5. FRAKTUR MANDIBULA
• Tekanan yang terlalu besar saat elevasi dan arah pengangkatan gigi yang kurang tepat
• Gigi yang terlalu dalam
• ankylosis
• Atrofi mandibular
• Arean endentulous yang lluas
• Perawatan :
• cabut gigi segera setelah fraktur
• Stabilisasi  intermaxillary fiksasi / rigid internal fiksasi
• Antibiotik
6. INSTRUMEN RUSAK / PATAH DI
JARINGAN
• Tekanan terlalu besar saat luksasi
• Tip needle anastesi/bur patah karena penggunaan berulang
• Perawatan :
• Radiograf
• Ambil instrument di kunjungan yang sama saat pencabutan gigi
7. DISLOKASI TMJ
• Durasi operasi terlalu lama
• Pasien dengan fossa mandibular yang sempit, tubercle anterior rendah, condilus yang bulat
• Dislokasi unilateral  deviasi ke arah yang sehat
• Dislokasi bilateral  tergeser ke arah depan
• Perawatan :
• Letakkan ibu jari dipermukaan oklusal gigi dan jari lainnya di badan mandibular kanan dan kiri
• Tekan ke bawah dan belakang, setelah reposisi batasi pergerakan
8. EMFISEMA SUBKUTAN/
SUBMUKOSA
• Udara masuk ke jaringan ikatt ketika penggunaan bur saat membuang tulang
• Terjadi pembengkak yang dapat meluas ke leher dan wajah
• Terdapat krepitasi saat dipalpasi
• Tidak dibutuhkan perawatan, dapat hilang dengan sendirinya dalam 2-4 hari
9. Perdarahan
Perdarahan yang disebabkan karena trauma/cedera pada pembuluh darah alveolar inferior.
• Perawatan :
- kompresi, hecting, ligasi, material hemostasis

10. Gigi, akar gigi berpindah ke jaringan lunak/sinus maxila


• Perawatan :
Jika gigi atau ujung akar tidak dapat dihilangkan dengan teknik pembedahan segera setelah komplikasi muncul,
setiap usaha untuk menemukan gigi atau ujung akar dengan berbagai instrumen harus dihindari dan pasien harus
diberitahu tentang situasinya. Pengobatan antibiotik dan dekongestan hidung juga diberikan, dan operasi
pengangkatan dijadwalkan. Harus ditangani sesegera mungkin, karena ada risiko infeksi sinus maksilaris, yang
biasanya memburuk karena komunikasi oroantral yang ada. Posisi yang tepat dari gigi atau ujung akar harus
dipastikan dengan pemeriksaan radiografi. Pencabutan gigi atau akar dari sinus maksilaris biasanya dilakukan
dengan trefinasi sinus maksilaris menggunakan pendekatan Caldwell-Luc atau Lindorf.
11. Oroantral communications (OAC)
• Disebabkan karena akar gigi yang terlalu dekat dengan sinus maxila, (valsava tes dan NBT).

12. Cedera saraf


• Ada 3 jenis kerusakan saraf (Neuropraxia , Axonotmesis dan Neurotmesisi
13. Hematoma
perdarahan berkepanjangan sering terjadi setelah pencabutan gigi karena trauma yang
berlebihan dan lesi vascular local

14. Dry Socket


dapat muncul 2-3 hari setelah pencabutan, terjadinya penggumpalan darah yang
mengakibatkan tertundanya penyembuhan dan terjadi dry socket. Biasanya ditandai dengan,
bau nafas busuk, rasa tidak enak dimulut, dan nyeri hebat pada bagian kepala.
15. Luka Infeksi
penggunaan instrument yang terinfeksi dan bahan sekali pakai selama prosedur
pembedahan.

16. Pain
nyeri pasca ekstraksi dapat terjadi akibat pencabutan gigi yang tidak lengkap, laserasi
jaringan lunak, soket yang terinfeksi, atau kerusakan saraf yang berdekatan. Pengobatannya
dengan menghilangkan penyebab dan gejala dengan meresepkan obat analgesik
17. Edema
pembengkakan pasca operasi pencabutan gigi dapat menimbulkan edema sehingga
menghambat penyembuhan luka. Biasanya disebabkan karena trauma instrument.

18. Trismus
trismus dapat terjadi karena kerusakan pada sendi temporomandibular karena tekanan ke
bawah yang berlebihan atau karena mulut pasien terbuka lebar untuk waktu yang lama. Dapat
juga terjadi karena injeksi untuk blok saraf gigi inferior.
19. Ekimosis
diskolorasi fasial dari warna merah muda sampai warna ungu kebiruan disebabkan karena
trauma pasca prosedur bedah.

Anda mungkin juga menyukai