USAHATANI
Oleh:
ASWANGGA
19.012.014.045
REG 19A01
FAKULTAS PERTANIAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT.yang telah memberikan nikmat
serta hidayah –nya terutama nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga laporan “Analisis
Pendapatan Usahatani Kakao Desa Amola Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar
” dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat beserta salam semoga terlimpahkan
kepada nabi besar Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya dan kepada kita selaku
umatnya .
Laporan ini saya buat untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah”UsahaTani”
Kami ucapkan terimah kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini,dan kami menyadari pentingnya akan sumber bacaan buku wawasan teknologi pendidikan
dan referensi internet yng telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi
bahan makalah ini.
Kami juga mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan selama ini sehingga penyusunan makalah dapat di buat sebaik-baiknya. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam peulisan makalan ini Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan makalah ini
.semogaa makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu produk pertanian yang cukup strategis adalah tanaman kakao (Theobrema
cacao L.). Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) (2012) dalam Ford Foundation
(2013), Indonesia merupakan produsen kakao nomor tiga di dunia dengan produksi 809.583
ton setelah Pantai Gading yang produksinya 1.223.150 ton.
Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi yang menberikan kontribusi terhadap
perkakoan nasional yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu penghasil kakao utama di
dunia. Di Sulawesi Selatan sendiri kakao adalah komoditas perkebunan paling penting,
menghidupi sekitar 65% dari total penduduk. Menjadi sangat jelas bahwa, kinerja perkakaoan
menentukan kergaman ekonomi pedesaan Sulawesi Selatan(Roni Patinasrani,2018).
Perkebunan kakao Polewali Mandar seluas 53.329,83 ha dengan total produksi pada
tahun 2016 mencapai 34.824,52 Ton. Kecamatan Binuang salah satu wilayah produksi kakao
terbesar di Kabupaten Polewali Mandar luas areal 4.010,31 ha dengan hasil produksi
2.529,56 Ton pada tahun 2016. Kecamatan ini terdiri dari Sembilan Desa dan satu kelurahan
dengan lingkup masyarakat Desa yang sebagian besar mempunyai mata pencaharian sebagai
petani kakao.Tanaman perkebunan Kakao menjadi andalan ekonomi petani di wilayah
Kecamatan Binuang khususnya di Desa Amola. Oleh karena itu Kakao merupakan tanaman
perkebunan unggulan petani Desa Amola, Kecamatan Binuang. Tanaman ini merupakan
sumber pendapatan ekonomi rumah tangga petani sekaligus sebagai pengerak ekonomi di
Desa Amola. Berhasilnya pendapatan petani di desa Amola secara langsung berimplikasi
pada tingkat kesejahteraan petani dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka serta
perluasan usahataninya. Tingginya produksi kakao yang diperoleh belum tentu menjamin
tingginya pendapatan petani yang akan diterima petani. Hal ini disebabkan karena
penerimaan petani dipengaruhi terhadap oleh harga dan berpengaruh terhadap kelayakan
usahatani Kakao ini diusahakan. Dengan alasan tersebut maka perlu diadakan penelitian
mengenai “ Analisis Pendapan Petani Kakao Di Dasa Amola Kecamatan Binuang Kabupaten
Polewali Mandar”.
Dengan keadaan seperti itu tertarik untuk menganalisi dan mengetahui mengetahui
besarnya pendapatan yang di peroleh petani dari usahatani kakao. Penelitian ini diharapkan
dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai pihak terutama masyarakat Tellesang,
Kecamatan Pitumpanua, Kabupaten Wajo dan bagi peneliti untuk menambah pengetahuan
dan pengalaman.
TINJAUAN PUSTAKA
B. Persiapan Lahan
Budidaya kakao sangat mengharapkan tanah yang kaya akan nutrisi di dalamnya.
Pengolahan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari gulma dan kotoran yang
mengganggu. Gunakan tanaman penutup tanah seperti jenis tanaman polong-polongan.
Pengolahan tanah budidaya kakao dapat dilakukan dengan cara mekanis.
1. Pemangkasan Bentuk
Pemangkasan bentuk pada tanaman buah kakao bertujuan untuk membentuk tajuk
tanaman kakao. Budidaya tanaman kakao sangat tergantung pada pertumbuhan cabang
lateralnya sehingga pemangkasan cabang sangat bertujuan untuk membentuk cabang-cabang
lateral tersebut. Cabang-cabang lateral adalah cabang yang akan memunculkan buah kakao.
Pemangkasan tahap pertama dilakukan dengan cara memangkas bagian pucuk tanaman kakao
yang telah berumur 4-6 bulan setelah tanam. Pemangkasan pucuk dilakukan pada ujung tunas
paling atas hal tersebut dilakukan agar meningkatkan pertumbuhan cabang samping. Setelah
itu lakukan pemangkasan tahap kedua setelah tanaman berumur 7-9 bulan. Pemangkasan
bentuk tahap kedua dilakukan dengan cara memotong cabang lateral dengan tinggi 50 cm dari
dasar tanah. Hal ini dilakukan untuk merangsang pertumbuhan cabang lateral tersebut.
G. Penyiangan
Penyiangan harus dilakukan secara teratur agar pertumbuhan hama dan penyakit dapat dicegah
sejak dini. Penyiangan sebaiknya dilakukan setiap satu bulan sekali. Penyiangan dilakukan
dengan cara membersihkan tanaman liar yang tumbuh disekitar wilayah pertanaman, dengan
begitu unsur hara dapat maksimal diserap oleh tanaman kakao dan bukan tanaman
pengganggu.
H. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan cara ditugal dengan menggunakan pupuk urea TSP dan
KCl. Dosis pupuk sendiri ditetapkan berdasarkan umur tanaman. Pemupukan pertama pada
tanaman kakao dilakukan ketika tanaman telah berumur 2 bulan setelah tanam.
2.4. Biaya
Biaya usahatani adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Dimana
besarnya biaya yang dikelaurkan untuk memproduksi sesuatu ditentukan oeh besarnya harga
pokok dari produk yang akan dihasikan..dalam mengeolah suatu jenis usahatani, seseorang
peani harus mengeluarkan biaya yaitu biaya variable dan biaya tetap (Supriyono, 2000). Biaya
mempunyai peranan yang amat penting dalam pengambilan keputusan usahatani. Besarnya
biaya yang dikeluarkan unuk memproduksi sesuau menetukan besarnya harga pokok dari
harga pokok dari produk yang akan dihasikan. Dalam hal ini biaya produksi kakao.
2.5. Penerimaan
Menurut (Wahyuningsih & Astuti, 2015) penerimaan yaitu seluruh pemasukan yang
diterima dari kegiatan produksi yang menhasilkan uang tanpa dikurangi dengan total biaya yan
dikeluarkan atau Penerimaan atau Revenue adalah semua penerimaan produsen dari hasil
penjualan barang atau outputnya Jenis-jenis Penerimaan
1. Total penerimaan (Total revenue : TR), yaitu total penerimaan dari hasil penjualan.Pada
pasar persaingan sempurna, TR merupakan garis lurus dari titik origin, karena harga yang
terjadi dipasar bagi mereka merupakan suatu yang datum (tidak bisa dipengaruhi), maka
penerimaan mereka naik sebanding (Proporsional) dengan jumlah barang yang dijual.Pada
pasar persaingan tidak sempurna, TR merupakan garis melengkung dari titik origin, karena
masing perusahaan dapat menentukan sendiri harga barang yang dijualnya, dimana mula-mula
TR naik sangat cepat, (akibat pengaruh monopoli) kemudian pada titik tertentu mulai menurun
(akibat pengaruh persaingan dan substansi).
2. Penerimaan rata-rata (Avarage Total revenue: AR), yaitu rata-rata penerimaan dari per
kesatuan produk yang dijual atau yang dihasilkan, yang diperoleh dengan jalan membagi hasil
total penerimaan dengan jumlah satuan barang yang dijual.
3. Penerimaan Marginal (Marginal Revenue : MR), yaitu penambahan penerimaan atas TR
sebagai akibat penambahan satu unit output.
2.6. Kerangka Berpikir
Usahatani merupakan ilmu yang fokus mempelajari bagaimana seseorang
mengusahakan dan mengakomodir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam di sekitarnya
sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. ilmu usaha tani apabila
dilihat dari kacamata ilmu pengetahuan memiliki definisi tersendiri.
Pengertian Proses Produksi Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik
bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada
diubah untuk memperoleh suatu hasil.
Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses produksi,
yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku, baik yang sudah
terjadi maupun yang akan terjadi sedangkan penerimaan adalah jumlah uang yang diperoleh
dari penjualan sejumlah output atau dengan kata lain merupakan segala pendapatan yang
diperoleh oleh perusahaan hasil dari penjualan hasil produksinya.
Pendapatan merupakan sumber penghasilan seseorang untuk memenuhi kebutuhan
sehari – hari dan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup dan penghidupan seseorang
secara langsung maupun tidak langsung.
BAB III
METODE PENELITIAN
1) Jika B/C ratio >1 berarti usahatani menguntungkan dan layak diusahakan.
2) Jika B/C Ratio = 1 Berarti usahatani tersebut tidak menguntungkan dan tidak
rugi (impas).
3) Jika B/C Ratio <1 berarti usahatani tersebut tidak menguntungkan (rugi)
sehingga tidak layak diusahakan.
c. Break Even Point (BEP) .
Break Even dapat diartikan suatu keadaan dimana dalam operasinya, perusahaan
tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi atau dengan kata lain penerimaan
sama dengan biaya (TR = TC). Tetapi analisa break even Point tidak hanya semata-
mata unuk mengetahui keadaan yang break even point saja. Akan tetapi analisa
break even mampu memberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai
berbagai tingkat volume penjualan serta hubungannya dengan kemungkinan
memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan. Dengan
menggunakan metode dan teknik analisa break even akan dapat ditentukan
hubungan berbagai volume, biaya, harga jual, dan penjualan gabungan (sales mix)
terhadap laba. (Riyanto dan Munawir, 2001).
Break even point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan
mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga
tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan
keuntungan/profit. Rumus Analisis Break Even adalah: BEP = Total Fixed Cost /
(Harga perunit - Variabel Cost Perunit), dimana Fixed cost adalah biaya tetap yang
nilainya cenderung stabil tanpa dipengaruhi unit yang diproduksi, dan Variable
cost adalah biaya variabel yang besar nilainya tergantung pada banyak sedikit
jumlah barang yang diproduksi (Ryanto,2006).
Rumus BEP Nilai :
TC
BEP =
Q
Keterangan :
FC : Biaya Tetap
P : Harga jual per unit
VC : Biaya Variabel per unit
BAB IV
TR =QxP
= Rp. 1.544.640.000
= TR – TC
= Rp.1.277.883.500
a. Jika B/C ratio >1 berarti usahatani kakao yang dilakukan petani dinyatakan
menguntungkan dan layak diusahakan.
b. Jika B/C Ratio = 1 maka usahatani tersebut tidak menguntungkan dan tidak rugi
(impas).
c. Jika B/C Ratio <1 berarti usahatani kakao tersebut tidak menguntungkan (rugi)
sehingga tidak layak diusahakan.
= Rp.266.756.500
= 4,79
Berdasarkan dari hasil tersebut diatas diperoleh anlisis B/C Ratio Sebesar
4,79 berarti usahatani kakao yang dikelola petani responden Desa Amola
Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar , menguntungkan dan layak
untuk dilanjutkan atau dikembangkan karena hasil analisis B/Cratio > 1, maka
usahatani kakao yang dilakukan petani dinyatakan efesien dan menguntungkan
karena hasil analisis B/Cratio > 1 Jika. berarti usahatani kakao yang dilakukan
petani dinyatakan menguntungkan dan layak diusahakan, apabila hasil analisis
B/Cratio = 1, maka usahatani kakao yang dilakukan tersebut tidak
menguntungkan dan tidak rugi (impas) dan apabila hasil B/Cratio < 1 maka
usahatani kakao yang diakukan kakao tersebut tidak menguntungkan (rugi)
sehingga tidak layak diusahakan (Rahardja dan Manurung 2000).
TC
BEP (Q) =
P
RP . 226.756 .500
=
Rp .32.000 /Kg
= 8.336,14 Kg
Berdasarkan analisis break even point atau analisis titip impas pada
usahatani kakao tersebut diatas jika produksi sebesar 8.336,14 Kg maka usaha
yang dijalankan oleh petani responden di Desa Amola Kecamatan Binuang
Kabupaten Polewali Mandar mengalami kembali modal yang digunakan pada
usahatani tersebut.
TC
BEP (P) =
C
Rp . 226.756 .500
=
48.270 Kg
= Rp. 5. 526,48 Kg
Berdasarkan analisis break even point atau anilisis titik impas pada
usahatani kakao yang diusahakan petani responden di desa amola jika harga kakao
Rp.5.526,48 maka keadaan atau usahatani tersebut tidak mengalami keuntungan
atau tidak mengalami kerugian (impas). Hal ini sesuai pendapat (Krismiaji &
Aryani 2011), mendefinisikan break even point atau titik impas sebagai sebuah
titik dimana jumlah pendapatan penjualan sama dengan jumlah biaya. Dengan
demikian pada titk ini perusahaan tidak memperoleh laba, namun juga tidak
menderita rugi (laba=0). Analisis break even merupakan analisis untuk
menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh perusahaan agar tidak
menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis
break even point akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk
berbagai tingkat penjualan (Munawir 2004).
BAB V
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
5.2. Saran
Adapun saran-saran yang penulis ajukan berdasarkan hasil penelitian
adalah sebagai berikut :
Lampiran
Tabel. 1.
Luas Areal dan Produksi Kakao Perkebunan Rakyat
Menurut Setiap Kecamatan di Polewali Mandar Tahun
2016.
No Kecamatan Luas Areal/Ha Jumlah Produksi/Ton
1 Tinambung 286,20 400,60
2 Balanipa 316,80 114,69
3 Limboro 1.681,00 850,59
4 Tubbitaramanu 6.783,00 4.530,55
5 Alu 2.310,78 858,29
6 Campalagian 2.495,00 1.195,73
7 Luyo 5.676,56 4.365,45
8 Wonomulyo 390,41 113,16
9 Mapilli 3.798,63 2.903,34
10 Tapango 5.870,93 5.970,65
11 Matakali 1.982,05 1.117,80
12 Bulo 5.894,06 5.964,03
13 Polewali 793,20 410,80
14 Binuang 4.010,31 2.529,56
15 Anreapi 5.159,77 2.078,36
16 Matangnga 4.881,13 1.420,92
Total 53.329,83 34.824,52
Sumber : Polman Dalam
Angka, BPS. 2016
Tabel 2.
Total Biaya Produksi.
Jumlah Rata-rata per
No Jenis biaya yang digunakan
(Rp) orang (Rp)
1 Pupuk 151.920 4.220.000
.000
2 Pestisida 30.020. 833.888
000
3 Herbisida 14.010. 389.166
000
4 Upah angkut 49.340. 1.370.555
000
5 Penyusutan 14.081. 391.138
000
6 Pajak 1.223.5 33.986
00
Jumlah 260.774 7.238.733
.500
Sumber :Data Primer Setelah
Diolah 2018.
DAFTAR PUSTAKA
Bandung
District, S., & Moutong, P. 2015. Analisis Pendapatan Usahatani Kakao Di Desa
Sidole,3(6), 779–785.
Hidayanto, M., & Supiandi, S. 2009. Sustainability Analysis Of Cocoa
Smallholders In The Border Area Of Sebatik Island , Nunukan Regency ,
East Kalimantan Province. Agro Ekonomi, 27(2), 213–229.Jakarta.
Nuryati S Dan Sahara Dewi. 2008. Analisis Karakteristik Petani Dan Pendapatan
Usahatani Kakao Di Sulawesi Tenggara.
Puslit Koka. 2004. Panduan Lengkap Budi Daya Kakao. Pusat Penelitian Kopi
Dan Kakao Indonesia. Penerbit; Agro Media Pustaka. Jakarta.
Sofyan, Susanti, E., & Dahlia. 2015. Analisis Usahatani Kakao Rakyat Pada
Berbagai Pola Tanam Tumpang Sari Di Kecamatan Geulumpang Tiga
Kabupaten Pidie. Agrisep, 16(1), 88–97.
Usahatani, A., Rakyat…, K., & Hariyati, Y. 2013. Analisis Usahatani Kakao
Rakyat Di Berbagai Pola Tanam Tumpang Sari. Jurnal Agribisnis
Indonesia, 1(2), 155–166.
Wijaya, V. Reni. 2010. Usaha Tani Kakao Dan Tingkat Eknomi Petani.