Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN

USAHATANI

“ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KAKAO DESA AMOLA


KECAMATAN BINUANG KABUPATEN POLEWALI MANDAR ”

Oleh:

ASWANGGA

19.012.014.045

REG 19A01

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERASITAS ISLAM MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT.yang telah memberikan nikmat
serta hidayah –nya terutama nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga laporan “Analisis
Pendapatan Usahatani Kakao Desa Amola Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar
” dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat beserta salam semoga terlimpahkan
kepada nabi besar Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya dan kepada kita selaku
umatnya .

Laporan ini saya buat untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah”UsahaTani”
Kami ucapkan terimah kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini,dan kami menyadari pentingnya akan sumber bacaan buku wawasan teknologi pendidikan
dan referensi internet yng telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi
bahan makalah ini.

Kami juga mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan selama ini sehingga penyusunan makalah dapat di buat sebaik-baiknya. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam peulisan makalan ini Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan makalah ini
.semogaa makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua

Watampone, 24 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia adalah Negara agraris dengan kekayaan alam yang melimpah serta
masyarakat yang didominasi oleh petani yang bergantung hidup pada sektor
pertanian.Pertanian muncul pada manusia mulai mengendalikan pertumbuhan tanaman dan
hewan serta mengaturnya sedemikian rupa sehingga menguntungkan.Pembangunan pertanian
adalah suatu proses untuk meningkatkan hasil produksi usahatani (Hanafi, 2010).

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumberdaya hayati yang dilakukan manusia


untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri atau sumber energi, serta untuk
pemanfaatan mikroorganisme danbioenzim dalam pengolahan produk lanjutan seperti
pembuatan keju, tahu, tempe atau sekedar ekstraksi semata seperti penangkapan ikan atau
ekploitasi hutan, sektor pertanian merupakan sektor terbesar di Indonesia.Ditunjang dengan
wilayah yang sangat luas dan kekayaan alam yang melimpah salah satunya adalah tanaman
kakao memegang pernan penting bagi seluruh masyarakat (Yrama, 2010).

Salah satu produk pertanian yang cukup strategis adalah tanaman kakao (Theobrema
cacao L.). Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) (2012) dalam Ford Foundation
(2013), Indonesia merupakan produsen kakao nomor tiga di dunia dengan produksi 809.583
ton setelah Pantai Gading yang produksinya 1.223.150 ton.

Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi yang menberikan kontribusi terhadap
perkakoan nasional yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu penghasil kakao utama di
dunia. Di Sulawesi Selatan sendiri kakao adalah komoditas perkebunan paling penting,
menghidupi sekitar 65% dari total penduduk. Menjadi sangat jelas bahwa, kinerja perkakaoan
menentukan kergaman ekonomi pedesaan Sulawesi Selatan(Roni Patinasrani,2018).

Perkebunan kakao Polewali Mandar seluas 53.329,83 ha dengan total produksi pada
tahun 2016 mencapai 34.824,52 Ton. Kecamatan Binuang salah satu wilayah produksi kakao
terbesar di Kabupaten Polewali Mandar luas areal 4.010,31 ha dengan hasil produksi
2.529,56 Ton pada tahun 2016. Kecamatan ini terdiri dari Sembilan Desa dan satu kelurahan
dengan lingkup masyarakat Desa yang sebagian besar mempunyai mata pencaharian sebagai
petani kakao.Tanaman perkebunan Kakao menjadi andalan ekonomi petani di wilayah
Kecamatan Binuang khususnya di Desa Amola. Oleh karena itu Kakao merupakan tanaman
perkebunan unggulan petani Desa Amola, Kecamatan Binuang. Tanaman ini merupakan
sumber pendapatan ekonomi rumah tangga petani sekaligus sebagai pengerak ekonomi di
Desa Amola. Berhasilnya pendapatan petani di desa Amola secara langsung berimplikasi
pada tingkat kesejahteraan petani dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka serta
perluasan usahataninya. Tingginya produksi kakao yang diperoleh belum tentu menjamin
tingginya pendapatan petani yang akan diterima petani. Hal ini disebabkan karena
penerimaan petani dipengaruhi terhadap oleh harga dan berpengaruh terhadap kelayakan
usahatani Kakao ini diusahakan. Dengan alasan tersebut maka perlu diadakan penelitian
mengenai “ Analisis Pendapan Petani Kakao Di Dasa Amola Kecamatan Binuang Kabupaten
Polewali Mandar”.

Dengan keadaan seperti itu tertarik untuk menganalisi dan mengetahui mengetahui
besarnya pendapatan yang di peroleh petani dari usahatani kakao. Penelitian ini diharapkan
dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai pihak terutama masyarakat Tellesang,
Kecamatan Pitumpanua, Kabupaten Wajo dan bagi peneliti untuk menambah pengetahuan
dan pengalaman.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang akan menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Berapa besar pendapatan petani kakao di Desa Amola Kecamatan Binuang


Kabupaten Polewali Mandar?
2) Bagaimana tingkat kelayakan pendapatan petani di Desa Amola Kecamatan Binuang
Kabupaten Polewali Mandar?
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Mengetahui besarnya pendapatan usahatani kakao di Desa Amola Kecamatan


Binuang Kabupaten Polewali Mandar
2) Mengetahui kelayakan pengelolaan usahatani kakao di Desa Amola Kecamatan
Binuang Kabupaten Polewali Mandar
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. UsahaTani Tanaman Kakao


Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan
yang memiliki nilai ekonomis cukup baik dan peluang pasarnya masih cukup besar.Hal ini
dapat dilihat dari kecenderungan permintaan pasar dunia yang semakin meningkat dengan
rata-rata 1.500.000 ton per tahun. Peluang pasar bagi komoditas ini juga semakin terbuka
seiring denganadanya kemunduran produksi yang dialami oleh negara-negara penghasil kakao
lainnya. Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ketiga setelah Pantai gading dan Ghana
(ICCO, 2008) dengan produksi mencapai 779 ribu ton dan luas areal mencapai 1.44 juta
hektaryang tersebar di seluruh provinsi, kecuali DKI Jakarta (Dirjen Perkebunan, 2007). Petani
kakaodi Indonesia sekarang diperkirakan berjumlah 1.4 juta rumah tangga, dan umumnya
berskala kecil dengan areal berkisar 2 hektar atau kurang, sekalipun di luar Jawa (Roni
Patinasrani,2018).
Kenaikan harga kakao yang sangat tinggi pada saat terjadinya krisis ekonomi pada
akhir 1990an benar-benar telah membawa berkah tersendiri bagi petani kakao, terutama di
kawasan Indonesia bagian Timur. Hal ini membuktikan bahwa kakao di Indonesia telah
berkontribusi signifikan pada pengentasan kemiskinan, terutama di kawasan pedesaan.
Meskipun demikian, permasalahan yang menimpa usahatani, sistem produksi danindustri
kakao secara umum juga mulai bermunculan, terindikasi dari fluktuasi dan bahkan produksi
dan ekspor kakao pada dekade sekarang ini setelah 20 tahun terjadinya peningkatan.
Masalah yang dihadapi petani kakao Indonesia adalah serangan
OrganismePengganggu Tanaman (OPT), penurunan tingkat produktivitas, rendahnya kualitas
bijikakao yang dihasilkan karena praktek pengelolaan usahatani yang kurang baik maupun
sinyal pasar dari rantai tataniaga yang kurang menghargai biji bermutu, tanaman sudah tua,
dan pengelolaan sumber daya tanah yang kurang tepat. Dalam penataan perekonomian
wilayah, Provinsi Sulawesi Selatan banyak bertumpu pada komoditas hasil pertanian, terutama
komoditas kakao (Putu Ni, 2013).
Komoditas kakao telah dijadikan sebagai “komoditas-citra-unggulan” di wilayah ini,
karena selain memberi kontribusi yang besar dalam struktur perekonomian daerah, juga telah
berperan sebagai penyedia lapangan kerja bagi sebagian besar penduduk di daerah ini. Luas
areal pertanaman kakao di Propinsi Sulawesi Selatan mencapai 257.313,20 Ha dengan total
produksi sebesar 110.009,45 Ton biji kering pertahun (Wijaya, 2010).

2.2. Budidaya Tanaman Kakao


Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) adalah jenis tanaman pohon yang sangat
populer dengan olahan buahnya. Cokelat adalah olahan yang berasal dari biji kakao. Kakao
diduga berasal dari daratan Amerika dan tepatnya di Amerika Selatan.Pohon kakao di alam
bebas dapat mencapai ketinggian hingga belasan meter. Namun untuk pohon kakao budidaya
ketinggiannya hanya dibuat mencapai 5 meter saja karena untuk memaksimalkan produksi
buahnya. Indonesia adalah penghasil kakao terbesar ketiga di dunia dengan kontribusi sebesar
13% dari kebutuhan dunia. Hal tersebut didukung karena lokasi geografis Indonesia yang
sangat cocok untuk budidaya kakao. Maka dari itu sangat tidak heran petani di Indonesia
sangat banyak yang membudidayakan kakao.
Deskriptif Tanaman Kakao
Tanaman kakao merupakan tanaman yang menumbuhkan bunga dari batang atau cabang.
Untuk itulah tanaman kakao digolongkan menjadi kelompok tanaman Caulifloris, adapun
sistematika tanaman kakao menurut klasifikasi secara botani adalah:
Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Class : Dicotiledoneae
Ordo : Malvales
Famili : Sterculiceae
Genus : Theobroma
Species : Theobroma cacao L
Usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya dengan
maksud untuk memperoleh hsail tanaman atau hewan tanpa mengakibatkan berkurangnya
kemampuan tanah yang bersangkutan untuk memperoleh selanjutnya. Pendapatan kotor
usahatani atau penerimaan usahatani sebagai nilai produksi total usahatani dalam jangka waktu
tertentu baik yang dijual maupun tidak dijual. Untuk menaksir komoditi atau produk yang
tidak dijual, digunakan nilai berdasarkan harga pasar yaitu dengan cara mengalikan produk
dengan harga pasar.
A. Syarat Tumbuh Tanaman Kakao
1. Tanaman kakao tumbuh baik pada dataran rendah dengan ketinggian maksimum 1200
mdpl.
2. Tanaman kakao membutuhkan curah hujan berkisar 1100-3000 mm/tahun.
3. Suhu ideal tanaman kakao yaitu 30-32 derajat celcius.
4. pH terbaik untuk tanaman kakao berkisar antara 6-7,5.

B. Persiapan Lahan
Budidaya kakao sangat mengharapkan tanah yang kaya akan nutrisi di dalamnya.
Pengolahan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari gulma dan kotoran yang
mengganggu. Gunakan tanaman penutup tanah seperti jenis tanaman polong-polongan.
Pengolahan tanah budidaya kakao dapat dilakukan dengan cara mekanis.

C. Tanaman pelindung atau naungan


Tanaman pelindung dalam budidaya kakao sangatlah penting kegunaannya.
Kegunaan utama dari pohon pelindung yaitu melindungi tanaman kakao dari paparan sinar
matahari langsung. Pohon pelindung juga berguna sebagai peredam suhu maksimum pada
musim kemarau yang dapat merusak tanaman kakao. Kegunaan lainnya adalah sebagai
penahan angin sebab daun muda pada tanaman kakao sangat mudah rontok apabila angin yang
kencang. Pohon pelindung pada tanaman kakao sebaiknya ditanam 1 tahun sebelum tanaman
kakao ditanam. Tanaman penaung yang populer digunakan petani kakao adalah pohon
Gamal, Lamtoro, Dan Albazia.

D. Pembibitan Tanaman Kakao


Tanaman Kakao dapat diperbanyak secara generatif dan juga vegetatif. Perbanyakan
secara generatif dapat dilakukan dengan penyemaian biji kakao. Selain itu perbanyakan secara
vegetatif dapat dilakukan dengan menggunakan stek ataupun okulasi. Kebutuhan bibit
tanaman kakao jumlah bibit tanaman kakao yang dibutuhkan sangat tergantung dengan luas
lahan tanaman kakao serta jarak tanaman yang akan digunakan. Pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m
membutuhkan bibit sekitar 1600 hingga 1650 batang bibit sedangkan untuk jarak tanam 3 x 3
m hanya membutuhkan bibit 1000 hingga 1100 batang.
E. Penanaman Bibit Kakao
Sebelum masuk ketahap penanaman sebaiknya pastikan terlebih dahulu bibit yang
akan digunakan. Bibit kakao yang sudah siap untuk ditanam ke lahan adalah bibit yang telah
berumur 5 bulan. pada umur tersebut bibit sudah mencapai ketinggian 50 cm dengan daun
berjumlah 20-35 helai daun. Sedangkan batang sudah berdiameter 8 mm. Selanjutnya setelah
semua hal tersebut dipastikan maka hal yang selanjutnya harus dilakukan adalah membuat ajir
tanaman dengan ketinggian 1 m. Pengaturan jarak tanam harus disesuaikan dengan jumlah
bibit yang sudah disiapkan.

F. Pemeliharaan Tanaman Kakao


Pada pemeliharaan tanaman kakao ada beberapa hal yang harus dilakukan antara lain
pemangkasan, penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit. Pemangkasan
Tanaman Kakao Ada tiga tipe pemangkasan pada budidaya kakao yaitu:

1. Pemangkasan Bentuk
Pemangkasan bentuk pada tanaman buah kakao bertujuan untuk membentuk tajuk
tanaman kakao. Budidaya tanaman kakao sangat tergantung pada pertumbuhan cabang
lateralnya sehingga pemangkasan cabang sangat bertujuan untuk membentuk cabang-cabang
lateral tersebut. Cabang-cabang lateral adalah cabang yang akan memunculkan buah kakao.
Pemangkasan tahap pertama dilakukan dengan cara memangkas bagian pucuk tanaman kakao
yang telah berumur 4-6 bulan setelah tanam. Pemangkasan pucuk dilakukan pada ujung tunas
paling atas hal tersebut dilakukan agar meningkatkan pertumbuhan cabang samping. Setelah
itu lakukan pemangkasan tahap kedua setelah tanaman berumur 7-9 bulan. Pemangkasan
bentuk tahap kedua dilakukan dengan cara memotong cabang lateral dengan tinggi 50 cm dari
dasar tanah. Hal ini dilakukan untuk merangsang pertumbuhan cabang lateral tersebut.

2. Pemangkasan Tunas Air


Pemangkasan tunas air pada pohon muda bertujuan untuk membentuk pohon yang
lebih kuat serta mengurangi cabang lateral yang tumbuh berlebihan. Sedangkan pada tanaman
tua pemangkasan ini bertujuan untuk memicu pertumbuhan buah karena nutrisi yang
seharusnya tersebar kecabang lateral dapat terfokuskan pada pertumbuhan buah saja.
Pemangkasan ini dilakukan setiap 90 hari sekali setelah tanaman dilakukan
pemangkasan bentuk. Pemangkasan dilakukan pada cabang dengan ketinggian 50 cm dari
permukaan tanah. Selain itu pemangkasan juga dilakukan pada tunas vertikal yang tidak
tumbuh.
3. Pemangkasan Sanitasi
Pemangkasan ini bertujuan untuk mengurangi resiko terserang hama dan penyakit.
Pemangkasan sanitasi akan memberikan sinar matahari yang masuk pada tanaman lebih
banyak dan juga sirkulasi udara lebih teratur. Pemangkasan ini dilakukan setiap 4-5 bulan
sekali dengan cara memotong cabang utama yang dianggap mengurangi sirkulasi udara dan
menghalangi cahaya matahari. Pemangkasan ini juga bertujuan untuk meregenerasi cabang
yang sudah tua dengan cabang yang lebih muda.

G. Penyiangan
Penyiangan harus dilakukan secara teratur agar pertumbuhan hama dan penyakit dapat dicegah
sejak dini. Penyiangan sebaiknya dilakukan setiap satu bulan sekali. Penyiangan dilakukan
dengan cara membersihkan tanaman liar yang tumbuh disekitar wilayah pertanaman, dengan
begitu unsur hara dapat maksimal diserap oleh tanaman kakao dan bukan tanaman
pengganggu.

H. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan cara ditugal dengan menggunakan pupuk urea TSP dan
KCl. Dosis pupuk sendiri ditetapkan berdasarkan umur tanaman. Pemupukan pertama pada
tanaman kakao dilakukan ketika tanaman telah berumur 2 bulan setelah tanam.

I. Pengendalian hama dan penyakit


Tanaman kakao adalah salah satu jenis tanaman yang sangat rentan terserang hama
dan penyakit. Maka dari itu diperlukan kemampuan dan pengetahuan lebih dalam
mengelolanya. Hal yang dapat dilakukan untuk menjaga tanaman kakao agar tidak mudah
terserang hama dan penyakit yaitu sanitasi lahan. Tanaman kakao yang terserang penyakit
harus dibakar agar tidak menyebar ketanaman yang lainnya.selain itu pengendalian
menggunakan pestisida juga penting dilakukan. Untuk hama seperti ulat kilan, ulat jaran, kutu,
ngengat buah dapat dilakukan dengan mengaplikasikan insektisida. Sedangkan untuk penyakit
yang diakibatkan oleh jamur dapat dikendalikan dengan fungisida.
J. Panen
Panen buah kakao sudah dapat dilakukan ketika buah telah berumur 5-6 bulan setelah
bunga muncul.Buah kakao yang sudah dapat dipanen memiliki warna yang kuning.
Pemanenan dilakukan dengan cara memetik buah langsung dari pohonnya dapat menggunakan
pisau atau gunting buah yang tajam dengan menyisakan 1/3 bagian tangkai buah pada pohon.
Setelah buah dipanen lakukan pemecahan buah untuk mengeluarkan bijinya. Selanjutnya biji
buah dilakukan pengeringan dengan cara dijemur. Penjemuran ketika cuaca cerah dapat
memakan waktu selama 2 hari.Setelah biji kakao kering dapat dilakukan sortasi berdasarkan
bentuk dan kualitas, setelah itu buah barulah bisa dijual ke pengepul ataupun tengkulak.

2.3. Pendapatan Usahatani


Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun berupa barang yang
berasal dari pihak lain maupun hasil industri yang dinilai atas dasar sejumlah uang dari harta
yang berlaku saat itu. Pendapatan merupakan sumber penghasilan seseorang untuk memenuhi
kebutuhan sehari – hari dan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup dan penghidupan
seseorang secara langsung mau pun tidak lagsung (District & Moutong, 2015).
Untuk memahami arti dari pendapatan, maka akan diuraikan pengertian dari
pendapatan itu sendiri. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009) dalam buku Standart
Akuntansi Keuangan menyebutkan bahwa pendapatan adalah: “Arus masuk bruto dari manfaat
ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode, bila arus masuk itu
mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal”.
Definisi lain mengenai pendapatan yaitu pendapatan dikatakan sebagai jumlah
penghasilan yang diperoleh dari hasil pekerjaan dan biasanya pendapatan seseorang dihitung
setiap tahun atau setiap bulan. Menurut Sukirno (2002), pendapatan dapat dihitung melalui tiga
cara yaitu:
1. Cara pengeluaran iuran, cara ini pendapatan dihitung dengan menjumlahkan nilai
pengeluaran / perbelanjaan ke atas barang – barang dan jasa.
2. Cara produksi, cara ini pendapatan dihitung dengan menjumlahkan nilai barang dan jasa
yang dihasilkan.
3. Cara pendapatan, dalam perhitung an ini pendapatan diperoleh dengan cara menjumlahkan
seluruh pendapatan yang diterima.
Usahatani bisa berasal dari modal sendiri atau modal pinjaman karena pada umumnya
petani kekurangan modal untuk meningkatkan usahanya.Petani sebagai pengusaha pertanian
mempunyai sumberdaya yang terbatas terutama dalam penguasaan lahan pertanian yang
merupakan modal utama dalam berusaha tani. Pendapatan usahatani digambarkan sebagai sisa
pengurangan nilai-nilai penerimaan usahatani dengan biaya yang dikeluarkan, yang mana
penerimaan adalah hasil perkalian dari jumlah produksi total dengan harga produk, sedangkan
pengeluaran atau biaya usahatani adalah nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang
diperlukan atau dibebankan kepada proses produksi yang bersangkutan (Ogan, et al 2013).

2.4. Biaya
Biaya usahatani adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Dimana
besarnya biaya yang dikelaurkan untuk memproduksi sesuatu ditentukan oeh besarnya harga
pokok dari produk yang akan dihasikan..dalam mengeolah suatu jenis usahatani, seseorang
peani harus mengeluarkan biaya yaitu biaya variable dan biaya tetap (Supriyono, 2000). Biaya
mempunyai peranan yang amat penting dalam pengambilan keputusan usahatani. Besarnya
biaya yang dikeluarkan unuk memproduksi sesuau menetukan besarnya harga pokok dari
harga pokok dari produk yang akan dihasikan. Dalam hal ini biaya produksi kakao.

2.5. Penerimaan
Menurut (Wahyuningsih & Astuti, 2015) penerimaan yaitu seluruh pemasukan yang
diterima dari kegiatan produksi yang menhasilkan uang tanpa dikurangi dengan total biaya yan
dikeluarkan atau Penerimaan atau Revenue adalah semua penerimaan produsen dari hasil
penjualan barang atau outputnya Jenis-jenis Penerimaan
1. Total penerimaan (Total revenue : TR), yaitu total penerimaan dari hasil penjualan.Pada
pasar persaingan sempurna, TR merupakan garis lurus dari titik origin, karena harga yang
terjadi dipasar bagi mereka merupakan suatu yang datum (tidak bisa dipengaruhi), maka
penerimaan mereka naik sebanding (Proporsional) dengan jumlah barang yang dijual.Pada
pasar persaingan tidak sempurna, TR merupakan garis melengkung dari titik origin, karena
masing perusahaan dapat menentukan sendiri harga barang yang dijualnya, dimana mula-mula
TR naik sangat cepat, (akibat pengaruh monopoli) kemudian pada titik tertentu mulai menurun
(akibat pengaruh persaingan dan substansi).
2. Penerimaan rata-rata (Avarage Total revenue: AR), yaitu rata-rata penerimaan dari per
kesatuan produk yang dijual atau yang dihasilkan, yang diperoleh dengan jalan membagi hasil
total penerimaan dengan jumlah satuan barang yang dijual.
3. Penerimaan Marginal (Marginal Revenue : MR), yaitu penambahan penerimaan atas TR
sebagai akibat penambahan satu unit output.
2.6. Kerangka Berpikir
Usahatani merupakan ilmu yang fokus mempelajari bagaimana seseorang
mengusahakan dan mengakomodir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam di sekitarnya
sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. ilmu usaha tani apabila
dilihat dari kacamata ilmu pengetahuan memiliki definisi tersendiri.
Pengertian Proses Produksi Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik
bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada
diubah untuk memperoleh suatu hasil.
Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses produksi,
yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku, baik yang sudah
terjadi maupun yang akan terjadi sedangkan penerimaan adalah jumlah uang yang diperoleh
dari penjualan sejumlah output atau dengan kata lain merupakan segala pendapatan yang
diperoleh oleh perusahaan hasil dari penjualan hasil produksinya.
Pendapatan merupakan sumber penghasilan seseorang untuk memenuhi kebutuhan
sehari – hari dan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup dan penghidupan seseorang
secara langsung maupun tidak langsung.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Desa Amola Kecamatan Binuang Kabupaten
Polewali Mandar Lokasi penelitian dilakukan dengan cara sengaja (purposive),
dengan ketentuan bahwa di Desa Amola Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali
Mandar. Waktu Penelitian berlangsung mulai dari Oktober – November 2021.

3.2. Teknik Pengumpulan Data


a) Observasi
Merupakan teknik pengumpulan data yang langsung dilakukan dengan mengambil
secara langsung kegiatan yang dilakukan oleh objek penelitian.
b) Wawancara
Merupakan teknik pengumpulan data yang langsung dalam bentuk tanya jawab
dengan respondent. Quisioner yaitu pertanyaan tertulis yang diajukan kepada
responden, dalam menggunakan quisioner maka penelitian akan banayak
mendapatkan data secara paktual. Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data dan
informasi melalui berbagai literatur yang relevan dan berhubungan dengan
permasalahan yang ada dalam penulisan skripsi ini.
c) Dokumentasi
Yaitu mengumpulkan data dari laporan, jurnal dan hasil penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan pembahasan penelitian ini.
d) Studi kepustakaan
Yaitu teknik penelitian dengan interview buku-buku perpustakaan untuk
memperoleh teoriteori yang berkaitan dengan pemecahan masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini.
3.4. Analisis yang digunakan
Berdasarkan tujuan pertama yang ingin dicapai dari penelitian ini maka
model analisis yang digunakan rumus (rahardja dan manurung 2000) adalah sebagai
berikut :
a. π = TR – TC
Dimana
π = Pendapatan
TR = Total Penerimaan
TC = Total Biaya
b. untuk mengetahui tingkat kelayakan
usahatani digunakan rumus:
PV Benefit
B/C Ratio =
PV Cost
Dimana = Present value (Benefit)
= Present Value (Cost)
B/C (B/C Ratio), B/C adalah perbandingan antara pendapatan (benefite) dan biaya
(cost) dalam suatu usahatani. Jika nilai B/C ratio lebih dari 1,0 maka usaha tersebut
untuk dijalankan.

1) Jika B/C ratio >1 berarti usahatani menguntungkan dan layak diusahakan.
2) Jika B/C Ratio = 1 Berarti usahatani tersebut tidak menguntungkan dan tidak
rugi (impas).
3) Jika B/C Ratio <1 berarti usahatani tersebut tidak menguntungkan (rugi)
sehingga tidak layak diusahakan.
c. Break Even Point (BEP) .
Break Even dapat diartikan suatu keadaan dimana dalam operasinya, perusahaan
tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi atau dengan kata lain penerimaan
sama dengan biaya (TR = TC). Tetapi analisa break even Point tidak hanya semata-
mata unuk mengetahui keadaan yang break even point saja. Akan tetapi analisa
break even mampu memberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai
berbagai tingkat volume penjualan serta hubungannya dengan kemungkinan
memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan. Dengan
menggunakan metode dan teknik analisa break even akan dapat ditentukan
hubungan berbagai volume, biaya, harga jual, dan penjualan gabungan (sales mix)
terhadap laba. (Riyanto dan Munawir, 2001).

Break even point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan
mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga
tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan
keuntungan/profit. Rumus Analisis Break Even adalah: BEP = Total Fixed Cost /
(Harga perunit - Variabel Cost Perunit), dimana Fixed cost adalah biaya tetap yang
nilainya cenderung stabil tanpa dipengaruhi unit yang diproduksi, dan Variable
cost adalah biaya variabel yang besar nilainya tergantung pada banyak sedikit
jumlah barang yang diproduksi (Ryanto,2006).
Rumus BEP Nilai :
TC
BEP =
Q

Rumus BEP Unit :


TC
BEP =
P

Keterangan :
FC : Biaya Tetap
P : Harga jual per unit
VC : Biaya Variabel per unit
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Usahatani yang dianalisis


Penelitian ini dilaksanakan di Desa Amola Kecamatan Binuang Kabupaten
Polewali Mandar dari bulan Oktober – November 2021. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui total produksi dan penerimaan dan total pendapatan yang diperoleh
dalam usaha tani kakao di Desa Amola Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali
Mandar. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik acak
sederhana dimana jumlah sampel akan diambil adalah sebesar 10 persen dari
populasi yang ada sehingga secara keseluruhan sebesar 36 responden. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode
analisis penerimaan analisis pendapatan kelayakan dan titik impa. Hasil penelitian
ini menujukkan ratarata besarnya pendapatan yang diperoleh petani responden di
Desa Amola Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar produksi sebesar Rp
42.906.666 yang diperoleh dari total penerimaan Rp 1.544.640.000 dikurangi
dengan total biaya sebesar Rp 266.756.500 nilai B/C ratio yang diperoleh sebesar
4,79 berarti usahatani kakao yang ada di desa amola kecamatan binuang kabupaten
polewali mandar menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. Dengan
demikian usahatani kakao di Desa Amola Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali
Mandar perlu mendpatkan perhatian dalam upaya peningkatan dan
pengembangannya

4.2. Total Biaya Produksi


Biaya tidak tetap adalah biaya yang digunakan pada setiap musim
produksi dengan jumlah dan besarnya terganung skala produksi (Suraiyah,
2009).Adapun biaya tidak tetap yang digunakan petani responden dalam
mengelolah usahatanianya Total biaya produksi yang dikeluarkan oleh responden
yang melakukan usahatani di Desa Amola Kecamatan Binuang Kabupaten
Polewali Mandar.

Biaya produksi yang digunakan petani respondendalam usahatani kakao di


di Desa Amola Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar adalah pupuk
Rp.4,220.000, pestisida Rp.833.888, herbisida Rp.389.166, herbisida Rp.389.166,
upah angkut Rp.1.370.555, penyusuan Rp.391.138 dan pajak Rp. 33.986

4.3. Penerimaan Usahatani Kakao


Penerimaan usahatani atau Total penerimaan/total revenue (TR) digunakan
rumus (rahardja dan manurung, 2000) sebagai berikut:

TR =QxP

= 48.270 Kg x Rp. 32.000

= Rp. 1.544.640.000

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada usahatani kakao di di


Desa Amola Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar total penerimaan
yang diperoleh petani responden yaitu dimana total produksi di kali dengan harga
jual sehingga rata-rata penerimaan yang diterimah responden per orang yaitu Rp.
1.544.640.000. hal ini sesuai dengan pendapat (Rahardja dan Manurung, 2000)
bahwa penerimaan adalah hasil perkalian antara total produksi dengan harga
produk. Menurut (Soekartawi 2006), penerimaan usahatani adalah perkalian
antara volume produksi yang diperoleh dengan harga jual. (Pangandaheng 2012),
menyatakan penerimaan merupakan perkalian antara produksi dengan keseluruhan
biaya yang dikeluarkan. Pendapatan usahatani kakao, maka rumus yang
digunakan menurut (Rahardja dan Manurung, 2000) sebagai berikut :

= TR – TC

= Rp.1.544.640.000 – Rp. 266.756.500

= Rp.1.277.883.500

Berdasarkan hasil di atas total pendapatan yang diperoleh petani responden


yaitu dimana total penerimaan di kali dengan total pengeluaran sehingga total
pendapatan bersih yang dihasilkan petani responden di Desa Amola Rp.
1.283.865.500. hal ini berdasarkan pendapat. (Gustiyana 2004), pendapatan, yaitu
seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam usahatani selama satu tahun yang
dapat diperhitungkan dari hasil penjualan atau pertukaran hasil produksi yang
dinilai dalam rupiah berdasarkan harga per satuan berat pada saat pemungutan
hasil. Sedangkan menurut Menurut (Sunaryo 2001), keuntungan merupakan
selisih dari penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi.
Menurut (Mubyarto, 1994) Pendapatan adalah hasil dari usahatani, yaitu hasil
kotor (bruto) dengan produksi yang dinilai dengan uang, kemudian dikurangkan
biaya. Pangandaheng (2012), menyatakan pendapatan merupakan penerimaan
yang dikurangi dengan biaya– biaya yang dikeluarkan.

4.4. Analisis B/C Ratio


Kelayakan usahatani kakao dapat diketahui dengan menggunakan B/C
ratio (Return cost ratio) dengan rumus, (Rahardja dan Manurung 2000). Dari hasil
perhitungan dengan rumus B/C ratio, maka kelayakan usaha ditentukan dengan
kreteria, sebagai berikut :

a. Jika B/C ratio >1 berarti usahatani kakao yang dilakukan petani dinyatakan
menguntungkan dan layak diusahakan.

b. Jika B/C Ratio = 1 maka usahatani tersebut tidak menguntungkan dan tidak rugi
(impas).

c. Jika B/C Ratio <1 berarti usahatani kakao tersebut tidak menguntungkan (rugi)
sehingga tidak layak diusahakan.

Dari hasil penghitungan dengan rumus B/C rato, maka kelayakan


usahatani kakao di Desa Amola Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar
sebagai berikut :

B/C Ratio = B/C

B/C Ratio = Rp.1.277.883.500

= Rp.266.756.500

= 4,79

Berdasarkan dari hasil tersebut diatas diperoleh anlisis B/C Ratio Sebesar
4,79 berarti usahatani kakao yang dikelola petani responden Desa Amola
Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar , menguntungkan dan layak
untuk dilanjutkan atau dikembangkan karena hasil analisis B/Cratio > 1, maka
usahatani kakao yang dilakukan petani dinyatakan efesien dan menguntungkan
karena hasil analisis B/Cratio > 1 Jika. berarti usahatani kakao yang dilakukan
petani dinyatakan menguntungkan dan layak diusahakan, apabila hasil analisis
B/Cratio = 1, maka usahatani kakao yang dilakukan tersebut tidak
menguntungkan dan tidak rugi (impas) dan apabila hasil B/Cratio < 1 maka
usahatani kakao yang diakukan kakao tersebut tidak menguntungkan (rugi)
sehingga tidak layak diusahakan (Rahardja dan Manurung 2000).

4.5. BEP (Break Event Point)


Break even point (BEP) merupakan titik impas, usaha dari nilai BEP dapat
diketahui pada tingkat berapa suatu usaha tidak memberikan keuntungan dan tidak
pula mengalami kerugian. Dapat dihitung dengan persamaan:

TC
BEP (Q) =
P

RP . 226.756 .500
=
Rp .32.000 /Kg

= 8.336,14 Kg

Berdasarkan analisis break even point atau analisis titip impas pada
usahatani kakao tersebut diatas jika produksi sebesar 8.336,14 Kg maka usaha
yang dijalankan oleh petani responden di Desa Amola Kecamatan Binuang
Kabupaten Polewali Mandar mengalami kembali modal yang digunakan pada
usahatani tersebut.
TC
BEP (P) =
C

Rp . 226.756 .500
=
48.270 Kg

= Rp. 5. 526,48 Kg

Berdasarkan analisis break even point atau anilisis titik impas pada
usahatani kakao yang diusahakan petani responden di desa amola jika harga kakao
Rp.5.526,48 maka keadaan atau usahatani tersebut tidak mengalami keuntungan
atau tidak mengalami kerugian (impas). Hal ini sesuai pendapat (Krismiaji &
Aryani 2011), mendefinisikan break even point atau titik impas sebagai sebuah
titik dimana jumlah pendapatan penjualan sama dengan jumlah biaya. Dengan
demikian pada titk ini perusahaan tidak memperoleh laba, namun juga tidak
menderita rugi (laba=0). Analisis break even merupakan analisis untuk
menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh perusahaan agar tidak
menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis
break even point akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk
berbagai tingkat penjualan (Munawir 2004).
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

a) Berdasarkan total biaya yang digunakan dalam usahatani kakao dengan


luas lahan 40,15 Ha di Desa Amola Kecamatan Binuang Kabupaten
Polewali Mandar sebesar Rp.266.756.500 dengan rata-rata total biaya
yang dikeluarkan petani responden adalah Rp.7.409.902,77.
b) Besarnya total penerimaan yang diperoleh dalam usatani komoditi kakao
di Desa Amola Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar dengan
jumlah produksi 48270 Kg/Tahun dari luas lahan 40,15 Ha dan harga
pasar lokal Rp.32.000/Kg sehingga total penerimaan yang diterima oleh
petani responden di Desa Amola Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali
Mandar sebesar Rp.1.544.640.000.
c) Besarnya pendapatan rata-rata yang diperoleh petani responden dalam
usahatani kakao sebesar Rp.35.496.763,88.
d) Jadi usahatani kakao di Desa Amola Kecamatan Binuang Kabupaten
Polewali Mandar tersebut akan mencapai titik impas volume produksi
sebesar 8.336,14 kg atau Rp. 5.526,48/Kg.
e) Nilai B/C Ratio usahatan ikakao di Desa Amola, Kecamatan Binuang
Kabupaten Polewali Mandar sebesar 4,79 memiliki tingkat efesiensi yang
baik dan menguntungkan sehingga memenuhi kelayakan untuk diusahakan
dan dikembangkan.

5.2. Saran
Adapun saran-saran yang penulis ajukan berdasarkan hasil penelitian
adalah sebagai berikut :

a. Sebaiknya pemerintah daerah memberikan bantuan kepada petani berupa puput


yang murah agar produksi petani menjadi lebih meningkat.
b. Usahatani kakao di Desa Amola Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali
Mandar, terus mengusahakan dan mengupayakan peningkatan produksi dengan
lebih.

Lampiran

Tabel. 1.
Luas Areal dan Produksi Kakao Perkebunan Rakyat
Menurut Setiap Kecamatan di Polewali Mandar Tahun
2016.
No Kecamatan Luas Areal/Ha Jumlah Produksi/Ton
1 Tinambung 286,20 400,60
2 Balanipa 316,80 114,69
3 Limboro 1.681,00 850,59
4 Tubbitaramanu 6.783,00 4.530,55
5 Alu 2.310,78 858,29
6 Campalagian 2.495,00 1.195,73
7 Luyo 5.676,56 4.365,45
8 Wonomulyo 390,41 113,16
9 Mapilli 3.798,63 2.903,34
10 Tapango 5.870,93 5.970,65
11 Matakali 1.982,05 1.117,80
12 Bulo 5.894,06 5.964,03
13 Polewali 793,20 410,80
14 Binuang 4.010,31 2.529,56
15 Anreapi 5.159,77 2.078,36
16 Matangnga 4.881,13 1.420,92
Total 53.329,83 34.824,52
Sumber : Polman Dalam
Angka, BPS. 2016

Tabel 2.
Total Biaya Produksi.
Jumlah Rata-rata per
No Jenis biaya yang digunakan
(Rp) orang (Rp)
1 Pupuk 151.920 4.220.000
.000
2 Pestisida 30.020. 833.888
000
3 Herbisida 14.010. 389.166
000
4 Upah angkut 49.340. 1.370.555
000
5 Penyusutan 14.081. 391.138
000
6 Pajak 1.223.5 33.986
00
Jumlah 260.774 7.238.733
.500
Sumber :Data Primer Setelah
Diolah 2018.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, H. 2016. Analisis Kelayakan Usahatani Pemanfaatan Ruang Tanaman Kakao


( Theobrama Cacao L.) Berdasarkan Kelas Kesesuaian Lahan Ekonomi Di
Kabupaten Sidenreng Rappang Feasibility Farming Analysis Of Space
Utilization Of Cocoa ( Theobrama Cacao L) Based On Econom. Galung
Tropika, 5(April), 41–51.

Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo). 2005. Prospek Agroindustri Kakao


Indonesia Di Pasaran Dunia Sampai Dengan 2010. Temu Teknis
Agroindustri Kakao. Jember, 27 Semptember 2005

Ayu Indah Gusti J, Dwi Haryono, Fe Prasmatiwi. 2013. Pendapatan Rumah


Tangga Petani Kakao Di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang
Cermin Kabupaten Pesawaranjiia, Volume 1, No. 4, Oktober 2013, 1(4),
311–318.

Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. 2009. Prospek Dan Arah


Pengembangan Agribisnis Kakao. Dalam Internet Online:
Http://Www.Litbang.Deptan.Go.Id/Special/Komoditas/B4kakao Diakses
1februari 2010

Bandung

Bps Kabupaten Wajo. 2015. Kecamatan Pitumpanua Dalam Angka.Pdf.


Bambang., Yudi Ariyadi.2011. Sistem Agribisnis Terintegrasi Hulu- Hilir.

Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2002. Karakteristikpetani Indonesia.

District, S., & Moutong, P. 2015. Analisis Pendapatan Usahatani Kakao Di Desa
Sidole,3(6), 779–785.
Hidayanto, M., & Supiandi, S. 2009. Sustainability Analysis Of Cocoa
Smallholders In The Border Area Of Sebatik Island , Nunukan Regency ,
East Kalimantan Province. Agro Ekonomi, 27(2), 213–229.Jakarta.

Kasmiran, K., Irmayani, I., & Muhdiar, M. (2019). ANALISIS PENDAPATAN


PETANI KAKAO DI DESA AMOLA KECAMATAN BINUANG
KABUPATEN POLEWALI. Jurnal Ilmiah Ecosystem, 19(03), 251-257.

Moehar, Daniel,.2012. Kakaokomo Ditas, Potensial Pengembangan Ekonomi


Kerakyatan. Sumatera Barat

Nasir, M. 2003 Metode Penelitian Ghalia Indonesi, Jakarta.

Nuryati S Dan Sahara Dewi. 2008. Analisis Karakteristik Petani Dan Pendapatan
Usahatani Kakao Di Sulawesi Tenggara.

Puslit Koka. 2004. Panduan Lengkap Budi Daya Kakao. Pusat Penelitian Kopi
Dan Kakao Indonesia. Penerbit; Agro Media Pustaka. Jakarta.

Sinta, Agustina. 2011. Ilmu Usaha Tani. Ub Press: Malang

Sofyan, Susanti, E., & Dahlia. 2015. Analisis Usahatani Kakao Rakyat Pada
Berbagai Pola Tanam Tumpang Sari Di Kecamatan Geulumpang Tiga
Kabupaten Pidie. Agrisep, 16(1), 88–97.

Sujaktomo. 2011. Analisis Alokasi Tenaga Kerja Sektor Pertanian Di Kabupaten


Sukoharjo. Skripsi. Program Studi Sosisal Ekonomi Pertania Universitas
Sebelas Maret. Surakarta

Usahatani, A., Rakyat…, K., & Hariyati, Y. 2013. Analisis Usahatani Kakao
Rakyat Di Berbagai Pola Tanam Tumpang Sari. Jurnal Agribisnis
Indonesia, 1(2), 155–166.

Wahyuningsih, S., & Astuti, A. 2015. Model Pengelolaan Agroforestri Kakao


(Theobroma Cacao L .) Terhadap Kontribusi Pendapatan Rumah
Tangga(Suatu Kasus Di Kecamatan Anyar Kabupaten Serang Provinsi
Banten ). Agribisnis Indonesia, 3(2), 113–134.

Wijaya, V. Reni. 2010. Usaha Tani Kakao Dan Tingkat Eknomi Petani.

Windasari Evi Putu Ni, B. S. K. M. 2013. Analisis Pengaruh Tumpangsari


Terhadap Pendapatan Petani Di Desa Munduktemu Kabupaten Tabanan.
Ep Uud, 2(5), 254–259.

Anda mungkin juga menyukai