Anda di halaman 1dari 20

Modul Hukum Asuransi

PERTEMUAN 6 :
PETA JENIS ASURANSI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai peta jenis asuransi, Anda
harus mampu:
1.1 Memahami dan menjelaskan peta jenis asuransi

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
PETA JENIS ASURANSI

Peta Jenis Asuransi


Prof. Abdulkadir Muhammad menegemukakan tentang peta jenis asuransi
sebagai berikut:
1. Asuransi Kerugian
a. Asuransi Kebakaran
b. Asuransi Laut
c. Asuransi Tanggung Jawab
d. Asuransi Kendaraan Bermotor
2. Asuransi Jiwa
a. Pengertian
b. Polis Asuransi Jiwa
c. Evenemen
d. Asuransi Jiwa berakhir
3. Asuransi Sosial
a. Asuransi Kecelakaan Penumpang
b. Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas Jalan
c. Asuransi Tenaga Kerja
d. Asuransi Pegawai Negeri Sipil
e. Asuransi Sosial ABRI
f. ASKES.1

1
Ibid;, hlm. 159-256.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


37
Universitas Pamulang
Modul Hukum Asuransi

Asuransi Kebakaran

Pengaturan
Asuransi kebakaran diatur dalam Pasal 287 KHUD – 298 KUHD.
Pengaturan ini sangat sederhana, sudaj tidak seuai lagi dengan perkembangan
kebutuhan asuransi sekarang.2
Polis Asuransi Kebakaran
Polis asuransi kebakaran selain harus memenuhi sarat-syarat umum
Pasal 256 KUHD juga harus memenuhi syarat khusus yang hanya berlaku bagi
asuransi kebakaran seperti ditentukan dalam Pasal 287 KUHD.3
Objek Asuransi Kebakaran
Benda yang menjadi objek asuransi kebakaran bisa berupa benda tetap,
misalnya bangunan, rumah, pabrik, dan benda bergerak misalnya kendaraan
bermotor, kapal, serta benda bergerak yang aa di dalam atau sebagai bagian
dari benda tetap yang bersangkutan, misalnya: gedung pperkantoran dan benda
bergerak perlengkapan kantor; rumah dan benda bergerak isi rumah tangga
tersebut.4

Evenemen dan ganti kerugian


Bahaya-bahaya penyebab timbulnya kebakaran yang menjadi tanggungan
penanggung diatur dalam Pasal 290 KUHD. Penanggung menerima sebagai
tanggung jawabnya semua kerugian yang ditimbulkan oleh terbakarnya benda
asuransi. Pengertian terbakar meliputi oleh kebakaran biasa dan bahkan yang
lebih luas dari pada itu. Dalam Pasal 290 KUHD disusun sebab-sebab timbulnya
kebakaran yang sangat luas:
(1) petir, api timbul sendiri, kurang hati-hati, dan kecelakaan lain-lain;
(2) Kesalahan atau itikad jahad dari pelayan sendiri, tetangga, musuh, perompak
dan lain-lain;
(3) sebab-sebab lain, dengan nama apa saja, dengan cara bagaimanapun
kebakaran itu terjadi, direncanakan atau tidak, biasa atau luar biasa, dengan
tiada kecualinya.
Rumusan Pasal 290 KUHD itu sangat luas, sebagai lex specialis bisa
menghapuskan kekuatan berlakunya Pasal 249 KUHD. Misalnya, kebakaran
sendiri karena cacat pada benda asuransi menurut pasal 249 KUHD,
penanggung tidak diwajibkan membayar ganti kerugian, tetapi menurut ketentuan
Pasal 290 KUHD, penanggung berkewajiban mebayar ganti kerugian. Menurut
2
Ibid. Hlm. 159.
3
Ibid.
4
Ibid. hlm. 160.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


38
Universitas Pamulang
Modul Hukum Asuransi

Volmar, kalau diteliti susunan sebab-sebab yang terdapat dalam Pasal 290
KUHD khususnya kata-kata pada bagian akhir pasal tersebut, maka bisa
dipahami bahwa pembentuk undang-undang memang menghendaki sebab-
sebab yang sangat luas, tidak hanya terhadap bahaya dari luar, tetapi juga
terhadap bahaya dari dalam menjadi tanggungan penanggung.5
Disamakan
Disamakan dengan kerugian akibat kebakaran adalah kerugian yang timbul
karena kebakaran gedung-gedung yang berdekatan dengan benda asuransi
seperti ditentukan dalam Pasl 291 KUHD, yaitu:
(1) benda asuransi menjadi rusak atau berkurang karena air atau alat lain yang
dipakai untuk memadamkan kebakaran;
(2) benda asuransi hilang karena pencurian atau sebab lain selama dilakukan
pemadaman kebakaran atau pertolongan;
(3) benda asuransi dirusakkan sebagian atau seluruhnya atas perintah penguasa
dalam usahanya memadamkan kebakaran itu.
Selain itu, ketentuan Pasal 292 KUHD menyatakan, disamakan dengan kerugian
karena kebakaran adalah kerugian yang ditimbulkan oleh ledakan mesiu,
ledakan ketel uap, sambaran petir dan sebagainya, meskipun ledakan, sembaran
itu tidak mengakibatkan kebakaran. Disamakan dengan kerugian karena
kebakaran Pasal 292 sering diperluas lagi dalam polis sesuai dengan kebutuhan
dan kesepakatan.6
Penanggung Membuktikan
Terjadinya evenemen penyebab kebakaran yang menjadi tanggungan
penanggung mengakibatkan timbul kerugian bagi tertanggung. Dalam hal timbul
kerugian, penanggung berkewajiban membayar klaim yang diajukan oleh
tertanggung. Untuk memenuhi kewajibannya, penanggung membuktikan,
apakah kebakaran yang terjadi itu adalah sebab dari kerugian yang menjadi
tanggung jawabnya. Menurut ketentuan Pasal 294 KUHD: “Penanggung
dibebaskan dari kewajiban untuk membayar kerugian, apabila dia membuktikan
bahwa kebakaran itu disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian tertanggung
sendiri yang sangat melampaui batas.”7
Kesalahan Tertanggung
Kesalahan tertanggung sendiri secara umum diatur dalam Pasal 276 KUHD,
merupakan unsur yang membebaskan penanggung dari kewajibannya. Menurut
Pasal 276 KUHD: “ Tidak ada kerugian yang disebabkan oleh kesalahan
tertanggung sendiri menjadi beban penanggung. Bahkan, penanggung tetap
mempunyai atau menuntut pembayaran premi kalau dia sudah menjalani bahaya
atau dia sudah mengalami bahaya.” Akan tetapi, Pasal 294 KUHD menentukan
secara khusus tentang kesalahan tertanggung sendiri dalam asuransi kebakaran.
Kekhususan Pasal 294 KUHD itu adalah penanggung harus bisa membuktikan

5
Ibid, hlm.162. bahwa kebakaran itu
6
Ibid, hlm. 163.
7
Ibid.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


39
Universitas Pamulang
Modul Hukum Asuransi

bahwa kebakaran itu disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian tertanggung


sendiri yang sangat melampaui batas.8
Tertanggung Membuktikan
Apabila objek asuransi itu adalah barang bergerak, maka untuk menetapkan nilai
barang sesungguhnya, tertanggung harus membuktikannya, sehingga bisa
ditentukan jumlah ganti kerugian yang wajib diganti oleh penanggung.
Pembuktian tersebut diatur dalam Pasal 295 KUHD: “Pada asuransi barang-
barang bergerak dan barang-barang dagangan yang disimpan dalam sebuah
rumah, gudang, atau tempat penyimpanan lain, kalau alat-alat pembuktian yang
disebut dalam Pasal 273, Pasal 274, dan Pasal 275 tidak ada atau kurang
mencukupi, maka hakim bisa memerintahkan supaya tertanggung mengangkat
sumpah. Kerugian terhitung menurut harga barang-barang pada waktu
kebakaran terjadi”.9

Dalam praktik asuransi kebakaran


Dalam praktik asuransi kebakaran, risiko yang dijamin ditentukan dengan tegas
dalam polis. Dalam polis standar asuransi kebakaran Indonesia risiko yang
ditanggung ditentukan sebagai berikut: Polis ini menjamin kerugian atau
kerusakan pada harta benda dan atau kepentingan yang dipertanggungkan yang
secara langsung disebabkan oleh :
(1) Kebakaran ,yang terjadi karena kekuranghati-hatian atau kesalahan pelayan
atau karyawan tertanggung, tetangga, perampok, atau sejenisnya, ataupun
karena sebab kebakaran lain sepanjang tidak dikecualikan dalam polis, termasuk
akibat dari:
(a) menjalarnya api yang timbul sendiri (self combustion), hubungan arus pendek
(short circuit), atau karena sifat barang itu sendiri (inherent vice).
(b) kebakaran yang terjadi karena kebakaran benda lain yang berdekatan, yaitu
kerusakan atau berkurangnya harta benda dan atau kepentingan yang
dipertanggungkan karena air dan atau alat- alat lain yang dipergunakan untuk
menahan atau memadamkan kebakaran, demikian juga kerugian yang
disebabkan oleh dimusnahkannya semua atau sebagian harta benda dan atau
kepentingan yang dipertanggungkan atas perintah yang berwenang dalam upaya
pencegahan menjalarnya disebabkan kebakaran itu.
(2) Petir.
Kerusakan yang secara langsung disebabkan oleh petir. Khusus untuk mesin-
mesin, peralatan listrik atau elektronik dan instalasi listrik dijamin oleh polis ini
kalau petir tersebut menimbulkan kebakaran pada benda-benda dimaksud.
(3) Ledakan
Pengertian ledakan dalam polis ini adalah setiap pelepasan tenaga secara tiba-
tiba yang disebabkan oleh mengembangnya gas atau uap. Meledaknya suatu
bejana (ketel uap, pipa dan sebagainya) bisa dianggap ledakan kalau dinding
bejana itu robek terbuka sedemikian rupa sehingga terjadi keseimbangan

8
Ibid.
9
Ibid, hlm. 164.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


40
Universitas Pamulang
Modul Hukum Asuransi

tekanan secara tiba-tiba di dalam maupun diluar bejana. Kalau ledakan itu terjadi
di dalam bejana sebagai akibat reaksi kimia , setiap kerugian pada bejana
tersebut bisa diberikan ganti kerugian sekalipun dinding bejana tidak robek
terbuka. Kerugian yang disebabkan oleh rendahnya tekanan di dalam bejana
tidak dijamin oleh polis. Kerugian pada mesin pembakar yang diakibatkan oleh
ledakan di dalam ruang pembakaran atau pada bagian tombol sakelar listrik
akibat timbulnya tekanan gas, tidak dijamin. Dengan syarat kalau terhadap
risiko ledakan ditutup juga pertanggungan dengan polis jenis lain yang khusus
untuk itu, penanggung hanya menanggung kerugian akibat peledakan sepanjang
hal tersebut tidak ditanggung oleh polis jenis lain itu.

(4) Kejatuhan Pesawat Terbang


Yaitu benturan fisik antara pesawat terbang atau segala sesuatu yang jatuh dari
pesawat terbang dengan harta benda dan atau kepentingan yang
dipetanggungkan atau dengan bangunan yang berisikan dengan harta benda
dan atau kepentingan yang dipertanggungkan.
(5) ASAP
Yaitu asap yang timbul dari kebakaran harta benda yang dipertangungkan pada
polis ini.10

Asuransi Laut

Asuransi laut berkembang karena pelaksanaan pengangkutan atau


pelayaran melaui laut yang penuh dengan ancaman bahaya laut.11Pengertian
asuransi laut tidak terbatas pada lingkungan laut saja, tetapi meliputi juga
lingkungan darat dan perairan darat (sungai dan danau). Bahaya-bahaya yang
ditanggung tidak hanya terbatas pada bahaya yang terjadi di laut, tetapi juga
mengenai bahaya-bahaya terusan yang bisa terjadi selama berlangsungnya
angkutan, misalnya bahaya kebakaran di pelabuhan.12Polis Asuransi Laut
selain harus memuat syarat-syarat umum pada pasal 256 KUHD, harus memuat
juga syarat-syarat khusus yang hanya berlaku bagi asuransi laut seperti
ditentukan dalam Pasal 592 KUHD.
Menurut ketentuan Pasal 592 KUHD, selain syarat-syarat umum yang diatur
dalam Pasal 256 KUHD, polis asuransi laut harus memuat:13
a. nama nahkoda dan nama kapal dengan menyebut jenisnya;
b. tempat pemuatan barang ke dalam kapal;
c. pelabuhan pemberangktan kapal;
d. pelabuhan pemuatan atau pembongkaran;
e. pelabuhan mana saja yang akan disinggahi kapal;

10
Ibid, hlm.165.
11
Ibid. hlm. 167.
12
Ibid, hlm.168.
13
Ibid

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


41
Universitas Pamulang
Modul Hukum Asuransi

f. tempat bahaya mulai berjalan atas tanggungan penanggung;


g. nilai kapal yang diauransikan.
Polis asuransi laut adalah akta yang harus ditandatangani oleh penanggung,
dengan demikian berfungsi sebagai bukti sudah terjadi perjanjian asuransi laut
antara tertanggung dan penanggung. Asuransi laut di negara-negara maju
pada umumnya dibuat di bursa dengan perantaraan pialang, karena itu polis
yang digunakan yaitu polis bursa. Menurut praktik asuransi laut di Indonesia,
asuransi laut pada umumnya dibuat di perusahaan dengan menggunakan polis
perusahaan yang memiliki bentuk sendiri-sendiri menurut kehendak perusahaan
yang membuatnya.14
Objek Asuransi Laut
Berdasarkan Pasal 593 KUHD yang bisa menjadi objek asuransi laut adalah:
a. Tubuh kapal (casko) kosong atau bermuatan , dengan atau tanpa
persenjataan, berlayar sendirian atau bersama-sama dengan kapal lain;
b. Alat perlengkapan kapal
c. Alat perlengkapan perang;
d. Bahan keperluan hidup bagi kapal;
e. Barang-barang muatan;
f. Keuntungan yang diharapkan diperoleh;
g. Biaya angkutan yang akan diterima.
Pada asuransi atas kapal tanpa penjelasan lebih lanjut, harus diartikan sebagai
asuransi kapal kosong, alat perlengkapan kapal, dan alat perlengkapan perang.
Yang dimaksud dengan kapal kosong adalah kapal tanpa alat perlengkapan,
tanpa muatan dan lain-lain isi kapal.15
Manurut Pasal 594 KUHD, asuransi laut bisa diadakan:
a. atas sebagian atau semua barang-barang muatan, baik bersama-sama
ataupun sendiri-sendiri;
b.dalam waktu damai atau dalam waktu perang, sebelum atau selama perjalanan
yang ditempuh kapal;c. untuk perjalanan pergi atau pulang, untuk semua
perjalanan atau suatu waktu tertentu;d.untuk semua bahaya laut;e. untuk berita
baik atau buruk.
Undang-undang tidak mengatur tentang asuransi keselamatan perjalanan kapal,
yang bukan mengenai casco.Asuransi ini diadakan berdasarkan berdasarkan
perjanjian antara tertanggung dan penanggung, dan terhadapnya berlaku
ketentuan-ketentuan umum asuransi dan tidak berlaku ketentuan-ketentuan
asuransi kapal kapal pada khususnya (Arrest Hoge Radd, 10 November 1882).16

14
Ibid, hlm. 169.
15
Ibid, hlm.169.
16
Ibid, hlm. 169-170.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


42
Universitas Pamulang
Modul Hukum Asuransi

Asuransi Jiwa
Pengertian Asuransi jiwa adalah “perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
menerima premi, untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan tas
meninggal atau hidupnya seseorang yang diasuransikan”. Pengertian ini
dirumuskan oleh Prof. Abdulkadir Muhammad berdasarkan kajiannya terhadap
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992.17
KUHD
Menurut Pasal 302 KUHD “Jiwa seseorang bisa diasuransikan untuk
keperluan orang yang berkepentingan, baik untuk selama hidupnya maupun
untuk waktu yang ditentukan dalam perjanjian”. Selanjutnya dalam Pasal 303
KUHD ditentukan “ Orang yang berkepentingan bisa mengadakan asuransi itu
bahkan tanpa diketahui atau persetujuan orang yang diasuransikan jiwanya itu”.18
Sesudah mengkaji pasal-pasal KUHD tersebut, Purwosoetjipto
mengemukakan definisi: “Pertanggungan jiwa adalah perjanjian timbal balik
antara penutup (pengambil) asuransi dengan penanggung, dengan mana
penutup (pengambil) asuransi mengikatkan diri selama jalannya pertanggungan
membayar uang premi kepada penanggung, sedangkan penanggung sebagai
akibat langsung dari meninggalnya orang jiwanya dipertanggungkan atau sudah
lampaunya suatu jangka waktu yang diperjanjikan, mengikatkan diri untuk

17
Ibid. hlm. 194.
18
Ibid., hlm.195.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


43
Universitas Pamulang
Modul Hukum Asuransi

membayar sejumlah uang tertentu kepada orang yang ditunjuk oleh penutup
(pengambil) asuransi sebagai penikmatnya”.19
Bentuk dan Isi Polis
Sesuai dengan Pasal 255 KUHD, asuransi jiwa harus diadakan secara
tertulis dengan bentuk akta yang disebut polis. Menurut ketentuan Pasal 304
KUHD, polis asuransi jiwa memuat:
a.hari diadakan asuransi
b. nama tertanggung
c. nama orang yang jiwanya diasuransikan
d. saat mulai dan berakhirnya evenemen
e.jumlah asuransi
f. premi asuransi.
Akan tetapi, mengenai rancangan jumlah dan penentuan syarat-syarat asuransi
sama sekali bergantung pada pesetujuan antara kedua pihak (Pasal 305
KUHD).20
Evenemen dan Santunan dalam Asuransi Jiwa
Dalam Pasal 304 KUHD yang mengatur tentang tentang isi polis, tidak
ada ketentuan keharusan mencantumkan evenemen dalam polis asuransi jiwa,
juga Pasal 305 KUHD mempertegas bahwa rancangan jumlah dan penentuan
syarat-syarat pertangungan sama sekali tergantung pada persetujuan pihak-
pihak. Berbeda dengan asuransi kerugian, pasal 256 ayat (1) KUHD mengenai isi
polis mengharuskan pencantuman bahaya-bahaya yang menjadi beban
penanggung.21
Mengapa tidak ada keharusan mencantumkan bahaya yang menjadi
beban penanggung dalam polis asuransi jiwa ? Dalam asuransi jiwa yang
dimaksud dengan bahaya adalah meninggalnya orang yang jiwanya
diasuransikan. Meninggalnya seseorang itu merupakan hal yang pasti,setiap
mahluk bernyawa pasti megalami kematian. Tetapi, kapan meninggalnya
seseorang itu yang tidak dapat dipastikan. Inilah yang disebut peristiwa tidak
pasti (evenemen) dalam asuransi jiwa.22
Evenemen tersebut hanya satu, yaitu ketidakpastian kapan meninggalnya
seseorang, sebagai salah satu unsur yang dinyatakan dalam definisi ansuransi
jiwa. Karena evenemen ini hanya satu, maka tidak perlu dicantumkan dalam
polis. Ketidakpastian kapan meninggalnya seorang tertanggung atau orang yang
jiwanya diasuransikan merupakan risiko yang menjadi beban penanggung dalam
asuransi jiwa. Evenemen meninggalnya tertanggung itu berisi dua, yaitu
meninggalnya benar-benar terjadi dalam jangka waktu asuransi, dan benar-benar
tidak terjadi sampai jangka waktu asuransi berakhir. Kedua-keduanya menjadi
beban penanggung.23
Uang Santunan dan Pengembalian dalam Asuransi Jiwa

19
Ibid. hlm. 196.
20
Ibid., hlm. 197.
21
Ibid. hlm. 200.
22
Ibid.
23
Ibid, hlm. 209.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


44
Universitas Pamulang
Modul Hukum Asuransi

Uang santunan adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh


penanggung kepada penikmat dalam hal meninggalnya tertanggung sesuai
dengan kesepakatan yang tercantum dalam polis. Penikmat yang dimaksud
adalah orang yang ditunjuk oleh tertanggung atau orang yang menjadi ahli
warisnya sebagai yang berhak menerima dan menikmati santunan sejumlah
uang yang dibayar oleh penanggung. Pembayaran santunan merupakan akibat
terjadinya peristiwa, yaitu meninggalnya tertanggung dalam jangka waktu berlaku
asuransi jiwa. Akan tetapi, kalau sampai berakhirnya jangka waktu asuransi jiwa
tidak terjadi peristiwa meninggalnya tertanggung, maka tertanggung sebagai
pihak dalam asuransi jiwa, berhak memperoleh pengembalian sejumlah uang
dari penanggung yang jumlahnya sudah ditetapkan berdasarkan perjanjian.
Dalam hal ini terdapat perbedaan dengan asuransi kerugian. Dalam asuransi
kerugian, kalau asuransi berakhir tanpa terjadi evenemen, premi tetap menjadi
hak penanggung, sedangkan dalam asuransi jiwa, premi yang sudah diterima
penanggung dianggap sebagai tabungan yang dikembalikan penabungnya, yaitu
tertangung.24
Asuransi Jiwa Berakhir
1. Karena Terjadi Evenemen
Dalam asuransi jiwa, satu-satunya evenemen yang menjadi beban
penanggung adalah meninggalnya tertanggung. Terhadap evenemen inilah
diadakan asuransi jiwa antara tertanggung dan penanggung. Kalau dalam waktu
yang diperjanjikan terjadi meninggalnya tertanggung, maka penanggung
berkewajiban membayar uang santunan kepada penikmat yang ditunjuk oleh
tertanggung atau kepada ahli warisnya. Sejak penanggung melunasi
pembayaran uang santunan tersebut, sejak itu juga asuransi jiwa berakhir. Apa
sebab asuransi berakhir sejak pelunasan uang santunan buka sejak
meninggalnya tertanggung (terjadi evenemen)? Menurut hukum perjanjian, suatu
perjanjian yang dibuat pihak-pihak berakhir kalau prestasi masing-masing pihak
sudah dipenuhi. Karena asuransi jiwa adalah perjanjian, maka asuransi jiwa
berakhir sejak penanggung melunasi uang santunan sebagai akibat dari
meninggalnya tertanggung. Dengan perkataan lain, asuransi jiwa berakhir sejak
terjadi evenemen yang diikuti dengan pelunasan klaim.25
2. Karena Jangka Waktu Berakhir
Dalam asuransi jiwa tidak selalu evenemen yang menjadi beban penanggung
itu terjadi bahkan sampai berakhirnya jangka waktu asuransi. Kalau jangka waktu
asuransi itu habis tanpa terjadi evenemen, maka beban risiko penanggung
berakhir. Tetapi, dalam perjanjian ditentukan bahwa penanggung akan
mengembalikan sejumlah uang kepada tertanggung kalau sampai jangka waktu
asuransi habis tidak terjadi evenemen. Dengan perkataan lain, asuransi jiwa
berakhir sejak
Jangka waktu berlaku habis diikuti dengan pengembalian sejumlah uang kepada
tertanggung.26

24
Ibid., hlm. 200-201.
25
Ibid., hlm. 201.
26
Ibid.., hlm 202.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


45
Universitas Pamulang
Modul Hukum Asuransi

3. Karena Asuransi Gugur


Menurut ketentuan Pasal 306 KUHD: “kalau orang yang diasuransikan jiwanya
pada saat diadakan asuransi ternyata sudah meninggal, maka asuransinya
gugur, meskipun tertanggung tidak mengetahui kematian tersebut, kecuali
diperjanjikan lain”.
Kata-kata bagian akhir pasal ini “kecuali kalau diperjanjikan lain” memberi
peluang kepada pihak-pihak untuk memperjanjikan menyimpang dari ketentuan
pasal ini, misalnya, asuransi yang diadakan itu tetap dinyatakan sah asalkan
tertanggung benar-benar tidak mengetahui sudah meninggalnya itu. Kalau
asuransi jiwa itu gugur, bagaimana dengan premi yang telah dibayarkan karena
penanggung tidak menjalani risiko ? Hal ini pun diserahkan kepada pihak-pihak
untuk memperjanjikannya. Pasal 306 KUHD ini mengatur asuransi jiwa untuk
kepentingan pihak ketiga.
Pasal 307 KUHD menentukan: “ kalau orang yang mempertanggungkan
jiwanya bunuh diri, atau dijatuhi hukuman mati, maka gugurlah pertanggungan
itu”. Apakah masih dimungkinkan penyimpangan pasal ini ? Menurut
Purwosutjipto, penyimpangan dari ketentuan pasal ini masih mungkin, sebab
kebanyakan asuransi jiwa ditutup dengan sebuah klausul yang membolehkan
penanggung melakukan prestasinya dalam hal ada peristiwa bunuh diri dari
badan tertanggung asalkan peristiwa itu terjadi sesudah lampau waktu dua tahun
sejak diadakan asuransi. Penyimpangan ini akan menjadikan asuransi jiwa lebih
supel lagi.

4. Karena Asuransi Dibatalkan


Asuransi jiwa bisa berakhir karena pembatalan sebelum jangka waktu
berakhir. Pembatalan tersebut bisa terjadi karena tertanggung tidak melanjutkan
pembayaran premi sesuai dengan perjanjian atau karena permohonan
tertanggung itu sendiri.Pembatalan asuransi jiwa bisa terjadi sebelum premi
mulai dibayar ataupun sesudah premi dibayar menurut jangka waktunya.Kalau
pembatalan sebelum premi dibayar tidak ada masalah. Tetapi, kalau pembatalan
sesudah premi dibayar sekali atau beberapa kali pembayaran (secara bulanan)
bagaimana cara penyeleseainnya ?
Karena asuransi jiwa berdasarkan pada perjanjian , maka penyelesaiannya
bergantung juga pada kesepakatan pihak-pihak yang dicantumkan dalam polis.27
1. Prinsip Subrogasi bagi penanggung (subrogation)
Kerugian yang diderita seorang tertanggung akibat suatu peristiwa yang tidak
diharapkan terjadi, dilihat dari segi timbulnya kerugian tersebut ada dua
kemungkinan bahwa tertanggung selain bisa menuntut kepada pihak ketiga yang
karena kesalahannya menyebabkan terjadinya kerugian tersebut.28 Dalam
kondisi demikian, tertanggung memiliki kesempatan untuk menuntut ganti rugi
dari dua sumber, yaitu dari pihak penanggung dan pihak ketiga. Penggantian
kerugian dari dua sumber tersebut bertentangan dengan asas indemnitas dan

27
Ibid., hlm. 203.
28
Ibid, hlm. 205.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


46
Universitas Pamulang
Modul Hukum Asuransi

larangan untuk memperkaya diri sendiri secara melawan hukum.


Sebaliknya,kalau pihak ketiga dibebaska begitu saja dari perbuatan yang sudah
menyebabkan kerugian bagi tertanggung juga tidak adil.29 Untuk menghindari hal
demikian tersebut, pihak ketiga yang bersalah tetap bisa dituntut, hanya saja hak
menuntut tersebut dilimpahkan pada pihak penanggung (subrogasi). Berkaitan
dengan hal ini, pasal 284 KUHD menyebutkan “ Penanggung yang membayar
kerugian dari suatu benda yang dipertanggungkan mendapat segala hak yang
ada pada pihak tertanggung terhap pihak ketiga berkenaan kerugian itu, dan
pihak tertanggung bertanggungjawab untuk setiap perbuatan yang mungkin bisa
merugikan hak dari penanggung terhadap pihak ketiga itu.30
Prof. Emmy Pangaribuan mengemukakan, Subrogasi menurut undang-
undang hanya bisa berlaku kalau terdapat dua faktor: 1). Kalau tertanggung di
samping mempunyai hak terhadap penanggung juga memiliki hak terhadap pihak
ketiga; 2). Hak-hak tersebut karena timbulnya kerugian.31
Para sarjana pada umumnya berpendapat bahwa prinsip subrogasi hanya
berlaku pada asuransi kerugian dan tidak berlaku dalam asuransi jumlah.32 Hak
subrogasi timbul dengan sendirinya (ipso facto) untuk penggantian kerugian yang
dibayarkan oleh penanggung kepada tertanggung dan tidak perlu ditentukan atau
diatur dalam polis. Kadangkala di dalam polis juga dimuat klausul
subrogasi.Disamping itu, di dalam polis tersebut ada kemungkinan juga dimuat
klausul yang memberikan hak kepada penanggung untuk setiap saat dan selama
mereka menghendaki, untuk membayar, menahan, atau mengajukan klaim atas
nama tertanggung. Dalam konteks ini, penanggung bisa menggunakan hak
tertanggung untuk menentukan ganti rugi kepada pihak ketiga, walaupun
penanggung belum membayar semua ganti rugi kepada pihak tertangung.
Tertanggung dalam hal ini, disamping harus membantu penanggung dalam
memfungsikan hak subrogasinya juga tidak boleh merugikan atau menjalankan
hak-hak yang bisa merugikan hak penanggung kepada pihak ketiga, contohnya,
tanpa sepengetahuan atau seizin penanggung membebaskan tanggungjawab
pihak ketiga.33
Prinsip Kontribusi (contribution).34
Kalau ada seorang tertanggung menutup asuransi untuk benda yang sama dan
terhadap risiko yang sama kepada lebih seorang penanggung dalam polis yang
berlainan akan terjadi double insurance. Kalau terjadi double insurance, maka
masing-masing penanggung menurut perimbangan dari jumlah untuk mana

29
M. Suparman Sastrawijaya dan Endang dalam Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum
Dagang (Yogyakarta: FH UII Press, 2006), hlm. 206.
30
Siti Soemarti Hartono, KUHD terjemahan (Yogyakarta: Seksi Hukum Dagang UGM,
1982), hlm. 88.
31
dalam Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang (Yogyakarta: FH UII Press, 2006),
halaman 206.
32
Ibid.
33
34
M Suparman Sastrawidjaja dan Endang dalam Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum
Dagang (Yogyakarta: FH UII Press, 2006), halaman 200-201.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


47
Universitas Pamulang
Modul Hukum Asuransi

mereka menandatangani polis menanggung hanya harga yang sebenarnya dari


kerugian yang diderita tertanggung.35
Dalam KUHD, prinsip kontribusi ini disimpulkan dari pasal 278 yang
menyebutkan : “kalau dalam polis yang sama oleh berbagai penanggung,
walaupun pada hari yang berlainan, dipertanggungkan untuk lebih dari pada
harganya, maka mereka bersama-sama, menurut jumlah keseimbangan jumlah
untuk mana mereka menandatangani, hanya memikul harga sesungguhnya yang
dipertanggungkan. Ketentuan yang sama berlaku, jika pada hari yang sama,
berkenaan denga benda yang sama diadakan pertanggungan –pertanggungan
yang berlainan.36
Prinsip kontribusi hanya diberlakukan dalam hal sebagai berikut:
1.Kalau polis tersebut dilakukan untuk risiko yang sama atau bahaya yang sama
yang menimbulkan kerugian itu;
2. Polis-polis itu menutup kepentingn yang sama, dari tertanggung yang sama,
dan terhadap benda yang sama; dan
3. Polis-polis tersebut masih berlaku pada waktu terjadinya kerugian.37
Berkaitan dengan hal ini, terdapat satu persyaratan yang penting,
biasanya terdapat dalam aircraft policy (dalam hal ini Polis Standar AVN 1 A)
pada persyaratan yang berlaku untuk Section Paragraph 3 menyebutkan bahwa
klaim tidak bisa dibayarkan untuk kerugian-kerugian yang diatur dalam Section 1,
kalau tertanggung sudah mengadakan asuransi lain tanpa persetujuan
penanggung. Persyaratan sejenis itu menghapus tanggung jawab penanggung
jika terjadi double insurance.38
Jika polis memuat klausul non contribution (yaitu dalam Vide General
Exclusion 9 pada polis AVN 1A), maka pembayaran atas dasar polis ini, terbatas
hanya untuk jumlah kerugian yang melebihi jumlah yang ditangguhkan oleh polis-
polis yang lain. Jika polis memuat klausul seperti itu, maka prinsip kontribusi tidak
berlaku, dan polis tersebut berubah menjadi excess policy. Dengan demikian,
tertanggung pertama-tama menuntut ganti rugi kerugian kepada penanggung
pertama, kemudian jika ada sisanya, ia bisa menuntut ganti kerugian kepada
penanggung kedua.39

35
M Suparman Sastrawidjaja dan Endang dalam Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum
Dagang (Yogyakarta: FH UII Press, 2006), hlm. 207
36
Siti Soemarti Hartono, KUHD terjemahan (Yogyakarta: Seksi Hukum Dagang UGM,
1982), hlm. 87.
37
Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang (Yogyakarta: FH UII Press, 2006),
hlm.208.
38
Ibid.
39
Ibid.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


48
Universitas Pamulang
Modul Hukum Asuransi

Asuransi Jiwa

Pengertian Asuransi jiwa adalah “perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
menerima premi, untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan tas
meninggal atau hidupnya seseorang yang diasuransikan”. Pengertian ini
dirumuskan oleh Prof. Abdulkadir Muhammad berdasarkan kajiannya terhadap
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992.40
KUHD
Menurut Pasal 302 KUHD “Jiwa seseorang bisa diasuransikan untuk
keperluan orang yang berkepentingan, baik untuk selama hidupnya maupun
untuk waktu yang ditentukan dalam perjanjian”. Selanjutnya dalam Pasal 303
KUHD ditentukan “ Orang yang berkepentingan bisa mengadakan asuransi itu
bahkan tanpa diketahui atau persetujuan orang yang diasuransikan jiwanya itu”.41
Sesudah mengkaji pasal-pasal KUHD tersebut, Purwosoetjipto
mengemukakan definisi: “Pertanggungan jiwa adalah perjanjian timbal balik
antara penutup (pengambil) asuransi dengan penanggung, dengan mana
penutup (pengambil) asuransi mengikatkan diri selama jalannya pertanggungan
membayar uang premi kepada penanggung, sedangkan penanggung sebagai
akibat langsung dari meninggalnya orang jiwanya dipertanggungkan atau sudah
lampaunya suatu jangka waktu yang diperjanjikan, mengikatkan diri untuk
membayar sejumlah uang tertentu kepada orang yang ditunjuk oleh penutup
(pengambil) asuransi sebagai penikmatnya”.42
Bentuk dan Isi Polis
Sesuai dengan Pasal 255 KUHD, asuransi jiwa harus diadakan secara
tertulis dengan bentuk akta yang disebut polis. Menurut ketentuan Pasal 304
KUHD, polis asuransi jiwa memuat:
a.hari diadakan asuransi
b. nama tertanggung

40
Ibid. hlm. 194.
41
Ibid., hlm.195.
42
Ibid. hlm. 196.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


49
Universitas Pamulang
Modul Hukum Asuransi

c. nama orang yang jiwanya diasuransikan


d. saat mulai dan berakhirnya evenemen
e.jumlah asuransi
f. premi asuransi.
Akan tetapi, mengenai rancangan jumlah dan penentuan syarat-syarat asuransi
sama sekali bergantung pada pesetujuan antara kedua pihak (Pasal 305
KUHD).43
Evenemen dan Santunan dalam Asuransi Jiwa
Dalam Pasal 304 KUHD yang mengatur tentang tentang isi polis, tidak
ada ketentuan keharusan mencantumkan evenemen dalam polis asuransi jiwa,
juga Pasal 305 KUHD mempertegas bahwa rancangan jumlah dan penentuan
syarat-syarat pertangungan sama sekali tergantung pada persetujuan pihak-
pihak. Berbeda dengan asuransi kerugian, pasal 256 ayat (1) KUHD mengenai isi
polis mengharuskan pencantuman bahaya-bahaya yang menjadi beban
44
penanggung.
Mengapa tidak ada keharusan mencantumkan bahaya yang menjadi
beban penanggung dalam polis asuransi jiwa ? Dalam asuransi jiwa yang
dimaksud dengan bahaya adalah meninggalnya orang yang jiwanya
diasuransikan. Meninggalnya seseorang itu merupakan hal yang pasti,setiap
mahluk bernyawa pasti megalami kematian. Tetapi, kapan meninggalnya
seseorang itu yang tidak dapat dipastikan. Inilah yang disebut peristiwa tidak
pasti (evenemen) dalam asuransi jiwa.45
Evenemen tersebut hanya satu, yaitu ketidakpastian kapan meninggalnya
seseorang, sebagai salah satu unsur yang dinyatakan dalam definisi ansuransi
jiwa. Karena evenemen ini hanya satu, maka tidak perlu dicantumkan dalam
polis. Ketidakpastian kapan meninggalnya seorang tertanggung atau orang yang
jiwanya diasuransikan merupakan risiko yang menjadi beban penanggung dalam
asuransi jiwa. Evenemen meninggalnya tertanggung itu berisi dua, yaitu
meninggalnya benar-benar terjadi dalam jangka waktu asuransi, dan benar-benar
tidak terjadi sampai jangka waktu asuransi berakhir. Kedua-keduanya menjadi
beban penanggung.46
Uang Santunan dan Pengembalian dalam Asuransi Jiwa

43
Ibid., hlm. 197.
44
Ibid. hlm. 200.
45
Ibid.
46
Ibid, hlm. 209.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


50
Universitas Pamulang
Modul Hukum Asuransi

Uang santunan adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh


penanggung kepada penikmat dalam hal meninggalnya tertanggung sesuai
dengan kesepakatan yang tercantum dalam polis. Penikmat yang dimaksud
adalah orang yang ditunjuk oleh tertanggung atau orang yang menjadi ahli
warisnya sebagai yang berhak menerima dan menikmati santunan sejumlah
uang yang dibayar oleh penanggung. Pembayaran santunan merupakan akibat
terjadinya peristiwa, yaitu meninggalnya tertanggung dalam jangka waktu berlaku
asuransi jiwa. Akan tetapi, kalau sampai berakhirnya jangka waktu asuransi jiwa
tidak terjadi peristiwa meninggalnya tertanggung, maka tertanggung sebagai
pihak dalam asuransi jiwa, berhak memperoleh pengembalian sejumlah uang
dari penanggung yang jumlahnya sudah ditetapkan berdasarkan perjanjian.
Dalam hal ini terdapat perbedaan dengan asuransi kerugian. Dalam asuransi
kerugian, kalau asuransi berakhir tanpa terjadi evenemen, premi tetap menjadi
hak penanggung, sedangkan dalam asuransi jiwa, premi yang sudah diterima
penanggung dianggap sebagai tabungan yang dikembalikan penabungnya, yaitu
tertangung.47
Asuransi Jiwa Berakhir
1. Karena Terjadi Evenemen
Dalam asuransi jiwa, satu-satunya evenemen yang menjadi beban
penanggung adalah meninggalnya tertanggung. Terhadap evenemen inilah
diadakan asuransi jiwa antara tertanggung dan penanggung. Kalau dalam waktu
yang diperjanjikan terjadi meninggalnya tertanggung, maka penanggung
berkewajiban membayar uang santunan kepada penikmat yang ditunjuk oleh
tertanggung atau kepada ahli warisnya. Sejak penanggung melunasi
pembayaran uang santunan tersebut, sejak itu juga asuransi jiwa berakhir. Apa
sebab asuransi berakhir sejak pelunasan uang santunan buka sejak
meninggalnya tertanggung (terjadi evenemen)? Menurut hukum perjanjian, suatu
perjanjian yang dibuat pihak-pihak berakhir kalau prestasi masing-masing pihak
sudah dipenuhi. Karena asuransi jiwa adalah perjanjian, maka asuransi jiwa
berakhir sejak penanggung melunasi uang santunan sebagai akibat dari
meninggalnya tertanggung. Dengan perkataan lain, asuransi jiwa berakhir sejak
terjadi evenemen yang diikuti dengan pelunasan klaim.48
2. Karena Jangka Waktu Berakhir

47
Ibid., hlm. 200-201.
48
Ibid., hlm. 201.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


51
Universitas Pamulang
Modul Hukum Asuransi

Dalam asuransi jiwa tidak selalu evenemen yang menjadi beban penanggung
itu terjadi bahkan sampai berakhirnya jangka waktu asuransi. Kalau jangka waktu
asuransi itu habis tanpa terjadi evenemen, maka beban risiko penanggung
berakhir. Tetapi, dalam perjanjian ditentukan bahwa penanggung akan
mengembalikan sejumlah uang kepada tertanggung kalau sampai jangka waktu
asuransi habis tidak terjadi evenemen. Dengan perkataan lain, asuransi jiwa
berakhir sejak
Jangka waktu berlaku habis diikuti dengan pengembalian sejumlah uang kepada
tertanggung.49

3. Karena Asuransi Gugur


Menurut ketentuan Pasal 306 KUHD: “kalau orang yang diasuransikan jiwanya
pada saat diadakan asuransi ternyata sudah meninggal, maka asuransinya
gugur, meskipun tertanggung tidak mengetahui kematian tersebut, kecuali
diperjanjikan lain”.
Kata-kata bagian akhir pasal ini “kecuali kalau diperjanjikan lain” memberi
peluang kepada pihak-pihak untuk memperjanjikan menyimpang dari ketentuan
pasal ini, misalnya, asuransi yang diadakan itu tetap dinyatakan sah asalkan
tertanggung benar-benar tidak mengetahui sudah meninggalnya itu. Kalau
asuransi jiwa itu gugur, bagaimana dengan premi yang telah dibayarkan karena
penanggung tidak menjalani risiko ? Hal ini pun diserahkan kepada pihak-pihak
untuk memperjanjikannya. Pasal 306 KUHD ini mengatur asuransi jiwa untuk
kepentingan pihak ketiga.
Pasal 307 KUHD menentukan: “ kalau orang yang mempertanggungkan
jiwanya bunuh diri, atau dijatuhi hukuman mati, maka gugurlah pertanggungan
itu”. Apakah masih dimungkinkan penyimpangan pasal ini ? Menurut
Purwosutjipto, penyimpangan dari ketentuan pasal ini masih mungkin, sebab
kebanyakan asuransi jiwa ditutup dengan sebuah klausul yang membolehkan
penanggung melakukan prestasinya dalam hal ada peristiwa bunuh diri dari
badan tertanggung asalkan peristiwa itu terjadi sesudah lampau waktu dua tahun
sejak diadakan asuransi. Penyimpangan ini akan menjadikan asuransi jiwa lebih
supel lagi.

49
Ibid.., hlm 202.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


52
Universitas Pamulang
Modul Hukum Asuransi

4. Karena Asuransi Dibatalkan


Asuransi jiwa bisa berakhir karena pembatalan sebelum jangka waktu
berakhir. Pembatalan tersebut bisa terjadi karena tertanggung tidak melanjutkan
pembayaran premi sesuai dengan perjanjian atau karena permohonan
tertanggung itu sendiri.Pembatalan asuransi jiwa bisa terjadi sebelum premi
mulai dibayar ataupun sesudah premi dibayar menurut jangka waktunya.Kalau
pembatalan sebelum premi dibayar tidak ada masalah. Tetapi, kalau pembatalan
sesudah premi dibayar sekali atau beberapa kali pembayaran (secara bulanan)
bagaimana cara penyeleseainnya ?
Karena asuransi jiwa berdasarkan pada perjanjian , maka penyelesaiannya
bergantung juga pada kesepakatan pihak-pihak yang dicantumkan dalam polis.50
2. Prinsip Subrogasi bagi penanggung (subrogation)
Kerugian yang diderita seorang tertanggung akibat suatu peristiwa yang tidak
diharapkan terjadi, dilihat dari segi timbulnya kerugian tersebut ada dua
kemungkinan bahwa tertanggung selain bisa menuntut kepada pihak ketiga yang
karena kesalahannya menyebabkan terjadinya kerugian tersebut.51 Dalam
kondisi demikian, tertanggung memiliki kesempatan untuk menuntut ganti rugi
dari dua sumber, yaitu dari pihak penanggung dan pihak ketiga. Penggantian
kerugian dari dua sumber tersebut bertentangan dengan asas indemnitas dan
larangan untuk memperkaya diri sendiri secara melawan hukum.
Sebaliknya,kalau pihak ketiga dibebaska begitu saja dari perbuatan yang sudah
menyebabkan kerugian bagi tertanggung juga tidak adil.52 Untuk menghindari hal
demikian tersebut, pihak ketiga yang bersalah tetap bisa dituntut, hanya saja hak
menuntut tersebut dilimpahkan pada pihak penanggung (subrogasi). Berkaitan
dengan hal ini, pasal 284 KUHD menyebutkan “ Penanggung yang membayar
kerugian dari suatu benda yang dipertanggungkan mendapat segala hak yang
ada pada pihak tertanggung terhap pihak ketiga berkenaan kerugian itu, dan

50
Ibid., hlm. 203.
51
Ibid, hlm. 205.
52
M. Suparman Sastrawijaya dan Endang dalam Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum
Dagang (Yogyakarta: FH UII Press, 2006), hlm. 206.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


53
Universitas Pamulang
Modul Hukum Asuransi

pihak tertanggung bertanggungjawab untuk setiap perbuatan yang mungkin bisa


merugikan hak dari penanggung terhadap pihak ketiga itu.53
Prof. Emmy Pangaribuan mengemukakan, Subrogasi menurut undang-
undang hanya bisa berlaku kalau terdapat dua faktor: 1). Kalau tertanggung di
samping mempunyai hak terhadap penanggung juga memiliki hak terhadap pihak
ketiga; 2). Hak-hak tersebut karena timbulnya kerugian.54
Para sarjana pada umumnya berpendapat bahwa prinsip subrogasi hanya
berlaku pada asuransi kerugian dan tidak berlaku dalam asuransi jumlah.55 Hak
subrogasi timbul dengan sendirinya (ipso facto) untuk penggantian kerugian yang
dibayarkan oleh penanggung kepada tertanggung dan tidak perlu ditentukan atau
diatur dalam polis. Kadangkala di dalam polis juga dimuat klausul
subrogasi.Disamping itu, di dalam polis tersebut ada kemungkinan juga dimuat
klausul yang memberikan hak kepada penanggung untuk setiap saat dan selama
mereka menghendaki, untuk membayar, menahan, atau mengajukan klaim atas
nama tertanggung. Dalam konteks ini, penanggung bisa menggunakan hak
tertanggung untuk menentukan ganti rugi kepada pihak ketiga, walaupun
penanggung belum membayar semua ganti rugi kepada pihak tertangung.
Tertanggung dalam hal ini, disamping harus membantu penanggung dalam
memfungsikan hak subrogasinya juga tidak boleh merugikan atau menjalankan
hak-hak yang bisa merugikan hak penanggung kepada pihak ketiga, contohnya,
tanpa sepengetahuan atau seizin penanggung membebaskan tanggungjawab
pihak ketiga.56
Prinsip Kontribusi (contribution).57
Kalau ada seorang tertanggung menutup asuransi untuk benda yang sama dan
terhadap risiko yang sama kepada lebih seorang penanggung dalam polis yang
berlainan akan terjadi double insurance. Kalau terjadi double insurance, maka
masing-masing penanggung menurut perimbangan dari jumlah untuk mana

53
Siti Soemarti Hartono, KUHD terjemahan (Yogyakarta: Seksi Hukum Dagang UGM,
1982), hlm. 88.
54
dalam Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang (Yogyakarta: FH UII Press, 2006),
halaman 206.
55
Ibid.
56
57
M Suparman Sastrawidjaja dan Endang dalam Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum
Dagang (Yogyakarta: FH UII Press, 2006), halaman 200-201.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


54
Universitas Pamulang
Modul Hukum Asuransi

mereka menandatangani polis menanggung hanya harga yang sebenarnya dari


kerugian yang diderita tertanggung.58
Dalam KUHD, prinsip kontribusi ini disimpulkan dari pasal 278 yang
menyebutkan : “kalau dalam polis yang sama oleh berbagai penanggung,
walaupun pada hari yang berlainan, dipertanggungkan untuk lebih dari pada
harganya, maka mereka bersama-sama, menurut jumlah keseimbangan jumlah
untuk mana mereka menandatangani, hanya memikul harga sesungguhnya yang
dipertanggungkan. Ketentuan yang sama berlaku, jika pada hari yang sama,
berkenaan denga benda yang sama diadakan pertanggungan –pertanggungan
yang berlainan.59
Prinsip kontribusi hanya diberlakukan dalam hal sebagai berikut:
1.Kalau polis tersebut dilakukan untuk risiko yang sama atau bahaya yang sama
yang menimbulkan kerugian itu;
2. Polis-polis itu menutup kepentingn yang sama, dari tertanggung yang sama,
dan terhadap benda yang sama; dan
3. Polis-polis tersebut masih berlaku pada waktu terjadinya kerugian.60
Berkaitan dengan hal ini, terdapat satu persyaratan yang penting,
biasanya terdapat dalam aircraft policy (dalam hal ini Polis Standar AVN 1 A)
pada persyaratan yang berlaku untuk Section Paragraph 3 menyebutkan bahwa
klaim tidak bisa dibayarkan untuk kerugian-kerugian yang diatur dalam Section 1,
kalau tertanggung sudah mengadakan asuransi lain tanpa persetujuan
penanggung. Persyaratan sejenis itu menghapus tanggung jawab penanggung
jika terjadi double insurance.61
Jika polis memuat klausul non contribution (yaitu dalam Vide General
Exclusion 9 pada polis AVN 1A), maka pembayaran atas dasar polis ini, terbatas
hanya untuk jumlah kerugian yang melebihi jumlah yang ditangguhkan oleh polis-
polis yang lain. Jika polis memuat klausul seperti itu, maka prinsip kontribusi tidak
berlaku, dan polis tersebut berubah menjadi excess policy. Dengan demikian,
tertanggung pertama-tama menuntut ganti rugi kerugian kepada penanggung

58
M Suparman Sastrawidjaja dan Endang dalam Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum
Dagang (Yogyakarta: FH UII Press, 2006), hlm. 207
59
Siti Soemarti Hartono, KUHD terjemahan (Yogyakarta: Seksi Hukum Dagang UGM,
1982), hlm. 87.
60
Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang (Yogyakarta: FH UII Press, 2006),
hlm.208.
61
Ibid.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


55
Universitas Pamulang
Modul Hukum Asuransi

pertama, kemudian jika ada sisanya, ia bisa menuntut ganti kerugian kepada
penanggung kedua.62

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan jenis-jenis asuransi ?
2. Kenapa setiap jenis asuransi berbeda ?
3. Apakah setiap jenis dapat saling berhubungan ?
4. Apa yang paling baik dalam mitigasi risiko dan pemilihan asuransi ?
5. Apa bagian yang terpenting dalam pemilihan asuransi yang tepat ?

62
Ibid.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


56
Universitas Pamulang

Anda mungkin juga menyukai