Pertemuan 6
Pertemuan 6
PERTEMUAN 6 :
PETA JENIS ASURANSI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai peta jenis asuransi, Anda
harus mampu:
1.1 Memahami dan menjelaskan peta jenis asuransi
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
PETA JENIS ASURANSI
1
Ibid;, hlm. 159-256.
Asuransi Kebakaran
Pengaturan
Asuransi kebakaran diatur dalam Pasal 287 KHUD – 298 KUHD.
Pengaturan ini sangat sederhana, sudaj tidak seuai lagi dengan perkembangan
kebutuhan asuransi sekarang.2
Polis Asuransi Kebakaran
Polis asuransi kebakaran selain harus memenuhi sarat-syarat umum
Pasal 256 KUHD juga harus memenuhi syarat khusus yang hanya berlaku bagi
asuransi kebakaran seperti ditentukan dalam Pasal 287 KUHD.3
Objek Asuransi Kebakaran
Benda yang menjadi objek asuransi kebakaran bisa berupa benda tetap,
misalnya bangunan, rumah, pabrik, dan benda bergerak misalnya kendaraan
bermotor, kapal, serta benda bergerak yang aa di dalam atau sebagai bagian
dari benda tetap yang bersangkutan, misalnya: gedung pperkantoran dan benda
bergerak perlengkapan kantor; rumah dan benda bergerak isi rumah tangga
tersebut.4
Volmar, kalau diteliti susunan sebab-sebab yang terdapat dalam Pasal 290
KUHD khususnya kata-kata pada bagian akhir pasal tersebut, maka bisa
dipahami bahwa pembentuk undang-undang memang menghendaki sebab-
sebab yang sangat luas, tidak hanya terhadap bahaya dari luar, tetapi juga
terhadap bahaya dari dalam menjadi tanggungan penanggung.5
Disamakan
Disamakan dengan kerugian akibat kebakaran adalah kerugian yang timbul
karena kebakaran gedung-gedung yang berdekatan dengan benda asuransi
seperti ditentukan dalam Pasl 291 KUHD, yaitu:
(1) benda asuransi menjadi rusak atau berkurang karena air atau alat lain yang
dipakai untuk memadamkan kebakaran;
(2) benda asuransi hilang karena pencurian atau sebab lain selama dilakukan
pemadaman kebakaran atau pertolongan;
(3) benda asuransi dirusakkan sebagian atau seluruhnya atas perintah penguasa
dalam usahanya memadamkan kebakaran itu.
Selain itu, ketentuan Pasal 292 KUHD menyatakan, disamakan dengan kerugian
karena kebakaran adalah kerugian yang ditimbulkan oleh ledakan mesiu,
ledakan ketel uap, sambaran petir dan sebagainya, meskipun ledakan, sembaran
itu tidak mengakibatkan kebakaran. Disamakan dengan kerugian karena
kebakaran Pasal 292 sering diperluas lagi dalam polis sesuai dengan kebutuhan
dan kesepakatan.6
Penanggung Membuktikan
Terjadinya evenemen penyebab kebakaran yang menjadi tanggungan
penanggung mengakibatkan timbul kerugian bagi tertanggung. Dalam hal timbul
kerugian, penanggung berkewajiban membayar klaim yang diajukan oleh
tertanggung. Untuk memenuhi kewajibannya, penanggung membuktikan,
apakah kebakaran yang terjadi itu adalah sebab dari kerugian yang menjadi
tanggung jawabnya. Menurut ketentuan Pasal 294 KUHD: “Penanggung
dibebaskan dari kewajiban untuk membayar kerugian, apabila dia membuktikan
bahwa kebakaran itu disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian tertanggung
sendiri yang sangat melampaui batas.”7
Kesalahan Tertanggung
Kesalahan tertanggung sendiri secara umum diatur dalam Pasal 276 KUHD,
merupakan unsur yang membebaskan penanggung dari kewajibannya. Menurut
Pasal 276 KUHD: “ Tidak ada kerugian yang disebabkan oleh kesalahan
tertanggung sendiri menjadi beban penanggung. Bahkan, penanggung tetap
mempunyai atau menuntut pembayaran premi kalau dia sudah menjalani bahaya
atau dia sudah mengalami bahaya.” Akan tetapi, Pasal 294 KUHD menentukan
secara khusus tentang kesalahan tertanggung sendiri dalam asuransi kebakaran.
Kekhususan Pasal 294 KUHD itu adalah penanggung harus bisa membuktikan
5
Ibid, hlm.162. bahwa kebakaran itu
6
Ibid, hlm. 163.
7
Ibid.
8
Ibid.
9
Ibid, hlm. 164.
tekanan secara tiba-tiba di dalam maupun diluar bejana. Kalau ledakan itu terjadi
di dalam bejana sebagai akibat reaksi kimia , setiap kerugian pada bejana
tersebut bisa diberikan ganti kerugian sekalipun dinding bejana tidak robek
terbuka. Kerugian yang disebabkan oleh rendahnya tekanan di dalam bejana
tidak dijamin oleh polis. Kerugian pada mesin pembakar yang diakibatkan oleh
ledakan di dalam ruang pembakaran atau pada bagian tombol sakelar listrik
akibat timbulnya tekanan gas, tidak dijamin. Dengan syarat kalau terhadap
risiko ledakan ditutup juga pertanggungan dengan polis jenis lain yang khusus
untuk itu, penanggung hanya menanggung kerugian akibat peledakan sepanjang
hal tersebut tidak ditanggung oleh polis jenis lain itu.
Asuransi Laut
10
Ibid, hlm.165.
11
Ibid. hlm. 167.
12
Ibid, hlm.168.
13
Ibid
14
Ibid, hlm. 169.
15
Ibid, hlm.169.
16
Ibid, hlm. 169-170.
Asuransi Jiwa
Pengertian Asuransi jiwa adalah “perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
menerima premi, untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan tas
meninggal atau hidupnya seseorang yang diasuransikan”. Pengertian ini
dirumuskan oleh Prof. Abdulkadir Muhammad berdasarkan kajiannya terhadap
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992.17
KUHD
Menurut Pasal 302 KUHD “Jiwa seseorang bisa diasuransikan untuk
keperluan orang yang berkepentingan, baik untuk selama hidupnya maupun
untuk waktu yang ditentukan dalam perjanjian”. Selanjutnya dalam Pasal 303
KUHD ditentukan “ Orang yang berkepentingan bisa mengadakan asuransi itu
bahkan tanpa diketahui atau persetujuan orang yang diasuransikan jiwanya itu”.18
Sesudah mengkaji pasal-pasal KUHD tersebut, Purwosoetjipto
mengemukakan definisi: “Pertanggungan jiwa adalah perjanjian timbal balik
antara penutup (pengambil) asuransi dengan penanggung, dengan mana
penutup (pengambil) asuransi mengikatkan diri selama jalannya pertanggungan
membayar uang premi kepada penanggung, sedangkan penanggung sebagai
akibat langsung dari meninggalnya orang jiwanya dipertanggungkan atau sudah
lampaunya suatu jangka waktu yang diperjanjikan, mengikatkan diri untuk
17
Ibid. hlm. 194.
18
Ibid., hlm.195.
membayar sejumlah uang tertentu kepada orang yang ditunjuk oleh penutup
(pengambil) asuransi sebagai penikmatnya”.19
Bentuk dan Isi Polis
Sesuai dengan Pasal 255 KUHD, asuransi jiwa harus diadakan secara
tertulis dengan bentuk akta yang disebut polis. Menurut ketentuan Pasal 304
KUHD, polis asuransi jiwa memuat:
a.hari diadakan asuransi
b. nama tertanggung
c. nama orang yang jiwanya diasuransikan
d. saat mulai dan berakhirnya evenemen
e.jumlah asuransi
f. premi asuransi.
Akan tetapi, mengenai rancangan jumlah dan penentuan syarat-syarat asuransi
sama sekali bergantung pada pesetujuan antara kedua pihak (Pasal 305
KUHD).20
Evenemen dan Santunan dalam Asuransi Jiwa
Dalam Pasal 304 KUHD yang mengatur tentang tentang isi polis, tidak
ada ketentuan keharusan mencantumkan evenemen dalam polis asuransi jiwa,
juga Pasal 305 KUHD mempertegas bahwa rancangan jumlah dan penentuan
syarat-syarat pertangungan sama sekali tergantung pada persetujuan pihak-
pihak. Berbeda dengan asuransi kerugian, pasal 256 ayat (1) KUHD mengenai isi
polis mengharuskan pencantuman bahaya-bahaya yang menjadi beban
penanggung.21
Mengapa tidak ada keharusan mencantumkan bahaya yang menjadi
beban penanggung dalam polis asuransi jiwa ? Dalam asuransi jiwa yang
dimaksud dengan bahaya adalah meninggalnya orang yang jiwanya
diasuransikan. Meninggalnya seseorang itu merupakan hal yang pasti,setiap
mahluk bernyawa pasti megalami kematian. Tetapi, kapan meninggalnya
seseorang itu yang tidak dapat dipastikan. Inilah yang disebut peristiwa tidak
pasti (evenemen) dalam asuransi jiwa.22
Evenemen tersebut hanya satu, yaitu ketidakpastian kapan meninggalnya
seseorang, sebagai salah satu unsur yang dinyatakan dalam definisi ansuransi
jiwa. Karena evenemen ini hanya satu, maka tidak perlu dicantumkan dalam
polis. Ketidakpastian kapan meninggalnya seorang tertanggung atau orang yang
jiwanya diasuransikan merupakan risiko yang menjadi beban penanggung dalam
asuransi jiwa. Evenemen meninggalnya tertanggung itu berisi dua, yaitu
meninggalnya benar-benar terjadi dalam jangka waktu asuransi, dan benar-benar
tidak terjadi sampai jangka waktu asuransi berakhir. Kedua-keduanya menjadi
beban penanggung.23
Uang Santunan dan Pengembalian dalam Asuransi Jiwa
19
Ibid. hlm. 196.
20
Ibid., hlm. 197.
21
Ibid. hlm. 200.
22
Ibid.
23
Ibid, hlm. 209.
24
Ibid., hlm. 200-201.
25
Ibid., hlm. 201.
26
Ibid.., hlm 202.
27
Ibid., hlm. 203.
28
Ibid, hlm. 205.
29
M. Suparman Sastrawijaya dan Endang dalam Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum
Dagang (Yogyakarta: FH UII Press, 2006), hlm. 206.
30
Siti Soemarti Hartono, KUHD terjemahan (Yogyakarta: Seksi Hukum Dagang UGM,
1982), hlm. 88.
31
dalam Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang (Yogyakarta: FH UII Press, 2006),
halaman 206.
32
Ibid.
33
34
M Suparman Sastrawidjaja dan Endang dalam Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum
Dagang (Yogyakarta: FH UII Press, 2006), halaman 200-201.
35
M Suparman Sastrawidjaja dan Endang dalam Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum
Dagang (Yogyakarta: FH UII Press, 2006), hlm. 207
36
Siti Soemarti Hartono, KUHD terjemahan (Yogyakarta: Seksi Hukum Dagang UGM,
1982), hlm. 87.
37
Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang (Yogyakarta: FH UII Press, 2006),
hlm.208.
38
Ibid.
39
Ibid.
Asuransi Jiwa
Pengertian Asuransi jiwa adalah “perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
menerima premi, untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan tas
meninggal atau hidupnya seseorang yang diasuransikan”. Pengertian ini
dirumuskan oleh Prof. Abdulkadir Muhammad berdasarkan kajiannya terhadap
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992.40
KUHD
Menurut Pasal 302 KUHD “Jiwa seseorang bisa diasuransikan untuk
keperluan orang yang berkepentingan, baik untuk selama hidupnya maupun
untuk waktu yang ditentukan dalam perjanjian”. Selanjutnya dalam Pasal 303
KUHD ditentukan “ Orang yang berkepentingan bisa mengadakan asuransi itu
bahkan tanpa diketahui atau persetujuan orang yang diasuransikan jiwanya itu”.41
Sesudah mengkaji pasal-pasal KUHD tersebut, Purwosoetjipto
mengemukakan definisi: “Pertanggungan jiwa adalah perjanjian timbal balik
antara penutup (pengambil) asuransi dengan penanggung, dengan mana
penutup (pengambil) asuransi mengikatkan diri selama jalannya pertanggungan
membayar uang premi kepada penanggung, sedangkan penanggung sebagai
akibat langsung dari meninggalnya orang jiwanya dipertanggungkan atau sudah
lampaunya suatu jangka waktu yang diperjanjikan, mengikatkan diri untuk
membayar sejumlah uang tertentu kepada orang yang ditunjuk oleh penutup
(pengambil) asuransi sebagai penikmatnya”.42
Bentuk dan Isi Polis
Sesuai dengan Pasal 255 KUHD, asuransi jiwa harus diadakan secara
tertulis dengan bentuk akta yang disebut polis. Menurut ketentuan Pasal 304
KUHD, polis asuransi jiwa memuat:
a.hari diadakan asuransi
b. nama tertanggung
40
Ibid. hlm. 194.
41
Ibid., hlm.195.
42
Ibid. hlm. 196.
43
Ibid., hlm. 197.
44
Ibid. hlm. 200.
45
Ibid.
46
Ibid, hlm. 209.
47
Ibid., hlm. 200-201.
48
Ibid., hlm. 201.
Dalam asuransi jiwa tidak selalu evenemen yang menjadi beban penanggung
itu terjadi bahkan sampai berakhirnya jangka waktu asuransi. Kalau jangka waktu
asuransi itu habis tanpa terjadi evenemen, maka beban risiko penanggung
berakhir. Tetapi, dalam perjanjian ditentukan bahwa penanggung akan
mengembalikan sejumlah uang kepada tertanggung kalau sampai jangka waktu
asuransi habis tidak terjadi evenemen. Dengan perkataan lain, asuransi jiwa
berakhir sejak
Jangka waktu berlaku habis diikuti dengan pengembalian sejumlah uang kepada
tertanggung.49
49
Ibid.., hlm 202.
50
Ibid., hlm. 203.
51
Ibid, hlm. 205.
52
M. Suparman Sastrawijaya dan Endang dalam Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum
Dagang (Yogyakarta: FH UII Press, 2006), hlm. 206.
53
Siti Soemarti Hartono, KUHD terjemahan (Yogyakarta: Seksi Hukum Dagang UGM,
1982), hlm. 88.
54
dalam Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang (Yogyakarta: FH UII Press, 2006),
halaman 206.
55
Ibid.
56
57
M Suparman Sastrawidjaja dan Endang dalam Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum
Dagang (Yogyakarta: FH UII Press, 2006), halaman 200-201.
58
M Suparman Sastrawidjaja dan Endang dalam Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum
Dagang (Yogyakarta: FH UII Press, 2006), hlm. 207
59
Siti Soemarti Hartono, KUHD terjemahan (Yogyakarta: Seksi Hukum Dagang UGM,
1982), hlm. 87.
60
Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang (Yogyakarta: FH UII Press, 2006),
hlm.208.
61
Ibid.
pertama, kemudian jika ada sisanya, ia bisa menuntut ganti kerugian kepada
penanggung kedua.62
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan jenis-jenis asuransi ?
2. Kenapa setiap jenis asuransi berbeda ?
3. Apakah setiap jenis dapat saling berhubungan ?
4. Apa yang paling baik dalam mitigasi risiko dan pemilihan asuransi ?
5. Apa bagian yang terpenting dalam pemilihan asuransi yang tepat ?
62
Ibid.