Anda di halaman 1dari 2

1.

 Hukum dagang penting mendasari aturan-aturan bisnis agar pelaku bisnis dapat lebih
mengetahui hak dan kewajbannya saat mambangun bisnis, sehingga bisnisnya tidak
menyimpang dari aturan yang ada dan telah tertulis dalam Undang-Undang. Tidak hanya itu,
pelaku bisnis lebih memahami suatu hak-hak dan kewajibannya dalam suatu kegiatan bisnis.

2.       Pihak-pihak yang terlibat dalam hukum dagang adalah sebagai berikut:

Pedagang perantara yang diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (“KUHD”) antara
lain: bursa dagang, makelar, kasir, komisioner, ekspeditur, dan pengangkut. Sedangkan
pedagang perantara yang tidak diatur secara khusus di dalam KUHD antara lain: agen,
distributor, dan yang sejenisnya. 

3.       Adapun kewajiban dari pengusaha adalah memberikan prestasi atas kepentingan pekerja.
Kewajiban pengusaha, yaitu : Wajib membayar upah tepat waku sesuai dengan perjanjian yang
ditentukan, diatur dalam Pasal 10 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981; Wajib
menjaga agar tidak terjadi pemutusan hubungan kerja; wajib memberikan keterangan yang.
diminta oleh pejabat yang berwenang; wajib memberikan istirahat atau cuti; Wajib mengurus
perawatan dan pengobatan.

4.       Terdapat tiga jenis sumber yang menjadi rujukan dari hukum dagang, yakni hukum tertulis
yang sudah dikodifikasikan, hukum tertulis yang belum dikodifikasikan dan hukum kebiasaan.
Berikut penjelasannya:

Ø  Pada hukum tertulis yang sudah dikodifikasikan, hal yang menjadi acuan adalah KUHD yang
mempunyai 2 kitab dan 23 bab. Dalam KUHD dibahas tentang dagang umumnya sebanyak 10
bab serta hak-hak dan kewajiban sebanyak 13 bab. Selain KUHD, sumber lainnya adalah Kitab
Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) atau juga dikenal dengan istilah Burgerlijk
Wetboek (BW). Salah satu bab pada BW membahas tentang perikatan.

Ø  Pada hukum tertulis yang belum dikodifikasikan, ada 4 Undang-undang yang menjadi acuan.
Keempat UU itu adalah Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undang-undang Nomor 32 tahun
1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditas dan Undang-undang Nomer 8 tahun 1997
tentang dokumen perusahaan.

Ø  Adapun pada hukum kebiasaan, hal yang menjadi sumber adalah Pasal 1339 KUH Perdata
dan Pasal 1347 KUH Perdata.

5.       Hubungan Hukum Perdata dan Hukum Dagang tercantum dalam pasal 1 KUHD. “Pasal 1
KUH Dagang, disebutkan bahwa KUH Perdata seberapa jauh dari padanya kitab ini tidak khusus
diadakan penyimpangan-penyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yang dibicarakan dalam
kitab ini.”. Juga disebutkan dalam pasal 15 KUHD, “Pasal 15 KUH Dagang, disebutkan bahwa
segala persoalan tersebut dalam bab ini dikuasai oleh persetujuan pihak-pihak yang
bersangkutan oleh kitab ini dan oleh hukum perdata.” Jadi, Hubungan antara KUHD dengan KUH
perdata adalah sangat erat, hal ini dapat dimengerti karena memang semula kedua hukum
tersebut terdapat dalam satu kodefikasi.Pemisahan keduanya hanyalah karena perkembangan
hukum dagang itu sendiri dalam mengatur pergaulan internasional dalam hal perniagaan.
Hukum Dagang merupakan bagian dari Hukum Perdata, atau dengan kata lain Hukum Dagang
meruapkan perluasan dari Hukum Perdata.Untuk itu berlangsung asas Lex Specialis dan Lex
Generalis, yang artinya ketentuan atau hukum khusus dapat mengesampingkan ketentuan atau
hukum umum.KUHPerdata (KUHS) dapat juga dipergunakan dalam hal yang daitur dalam
KUHDagang sepanjang KUHD tidak mengaturnya secara khusus.

Anda mungkin juga menyukai