Anda di halaman 1dari 5

A.

Langkah-Langkah Desain Pembelajaran Model Briggs Pada Materi Haji


1. Model Briggs
Pengembangan desain instruksional model Briggs ini berorientasi pada rancangan
sistem dengan sasaran guru yang bekerja sebagai perancang atau desain kegiatan
instruksional maupun tim pengembangan instruksional yang anggotanya meliputi guru,
administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli media, dan perancang instruksional.
Model pengembangan instruksional Briggs ini berdasarkan pada prinsip keselarasan
antara a) tujuan yang akan dicapai, b) strategi untuk mencapainya, dan c) evaluasi
keberhasilannya.1 Langkah pengembangan dimaksud dirumuskan ke dalam sepuluh langkah
pengembangan, yaitu:
a. Identifikasi kebutuhan/penentuan tujuan
Dalam langkah ini Briggs menggunakan pendekatan yaitu: mengidentifikasi tujuan
kurikulum secara umum dan luas.
b. Penyusunan garis besar kurikulum atau rincian tujuan kebutuhan instruksional yang
telah dituangkan dalam tujuan-tujuan kurikulum tersebut pengujiannya harus rinci, disusun
dan diorganisasi menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik.
c. Perumusan tujuan
Sesudah tujuan kurikuler yang bersifat umum ditentukan dan diorganisasikan menurut
tujuan yang lebih khusus, tujuan ini sebaiknya dirumuskan dalam tingkah laku belajar yang
dapat diukur.
d. Analisis tugas atau tujuan
Dalam langkah ini perlu diadakan analisis terhadap tiga hal yaitu:
1) Proses informasi: untuk menentukan tata urutan pemikiran yang logis.
2) Klasifikasi belajar: untuk mengidentifikasi kondisi belajar yang dapat diperlukan.
3) Tujuan belajar: untuk menentukan persyaratan belajar dan kegiatan belajar mengajar
yang sesuai.
e. Penyiapan evaluasi hasil belajar
f. Menentukan jenjang belajar
g. Penentuan kegiatan belajar
Penentuan strategi instruksional ditinjau dari dua segi yaitu: 1) dari segi guru sebagai
perancang kegiatan instruksional, meliputi pemilihan media , perencanaan kegiatan belajar,
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, dan pelaksanaan evaluasi belajar. 2) menurut tim
pengembang instruksional, meliputi penentuan stimulus belajar yaitu stimulus apa yang
sesuai untuk TIK tertentu, pemilihan media, penentuan kondisi belajar, perumusan strategi,
pengembangan media, evaluasi formatif, dan penyusunan pedoman pemanfaatan.
h. Pemantauan bersama
1
Nurochim, Perencanaan Pembelajaran Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013) , hlm. 91
Guru sebagai perancang kegiatan instruksional dan tim pengembang instruksional.
i. Evaluasi formatif
Evaluasi ini untuk memperoleh data dalam rangka revisi dan perbaikan materi bahan
belajar.
j. Evaluasi sumatif
Evaluasi ini untuk menilai system penyampaian secara keseluruhan pada akhir
kegiatan mencakup penilain hasil belajar, tujuan instruksional dan prosedur yang dipilih.2
Kelebihan model Briggs antara lain:
a. Sistematis, teratur, dan lengkap dalam pelaksanaan. Model ini merupakan model yang
paling lengkap yang melukiskan bagaimana suatu proses pembelajaran dirancang secara
sistematis dari awal sampai akhir.
b. Model ini sesuai untuk pengembangan program-program latihan jabatan tidak hanya
terbatas pada lingkungan program-program akademis saja.. Model perencanaan Briggs
bersifat dinamis dalam pelaksanaannya karena tidak hanya terbatas pada lingkungan
program-program akademis.
c. Evaluasi yang dilaksanakan lebih cermat. Dalam tahap pemantauan bersama, tim
perancang kegiatan instruksional (guru atau dosen) dan juga tim pengembangan instruksional
melihat tentang kesesuaian antara hasil dan proses yang telah dipergunakan sebagaimana
yang diprogramkan.
d. Terdapat dua tim perancang kegiatan instruksional. Dalam pelaksanaannya, langkah-
langkah atau tahapan-tahapan model perencanaan Briggs dilakukan oleh setidaknya dua tim
pemantau, yakni: tim perancang kegiatan instruksional dan tim pengembangan instruksional.
e. Identifikasi kebutuhan menggunakan pendekatan bertahap. Langkah-langkah yang
telah ditetapkan dalam model perencanaan Briggs harus dilakukan secara sistematis dan
berurutan karena langkah-langkah tersebut saling mempengaruhi satu sama lain.
Kekurangan model Briggs antara lain::
a. Kegiatan penyusunan desain pembelajaran yang memakan waktu yang lama, tim kerja
yang besar, serta anggaran yang banyak.
b. Tim kerja yang banyak, tidak ada penjelasan siapa dan bidang apa saja yang terlibat di
dalamnya.
c. Tidak semua lembaga atau organisasi pendidikan maupun menyelenggarakan
penerapan untuk merancang kurikulum.3

D. Sistem Instruksional dalam MAPEL MI dengan Model Briggs


1. Sistem intruksional model Briggs

2
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 81-83
3
Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm 50-51.
a. Identifikasi kebutuhan
Pengembangan sistem intruksional model Briggs dalam mapel Fikih di MI Nuris
Semarang, guru harus merumuskan tujuan pembelajaran yang relevan dengan kurikulum.
Apabila kita mengacu pada kurikulum 2013, setelah kita mengetahui KI dan KD maka kita
juga harus membuat indikator-indikator pada KD yang terdapat pada KI 3 dan KI 4, sehingga
dapat kita ketahui kebutuhan, atau apa yang harus dipersiapkaan seorang guru atau murid.
Contohnya: mata pelajaran Fikih di MI Kelas V/II Nuris Semarang.
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menerima dan menghayati ajaran agama Islam
1.1 Meyakini haji merupakan perintah agama.
1.2 Meyakini hikmah melaksanakan ibadah haji.
2. Memiliki akhlak (adab) yang baik dalam beribadah dan berinteraksi dengan diri
sendiri, sesama dan lingkungannya .
2.1 Menunjukkan sikap rela menerima perintah ibadah haji.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat,
membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang al-Qur’an, Hadis, fiqih, akidah,
akhlak, dan sejarah Islam.
3.1 Memahami tata cara ibadah haji.
4. Menyajikan pengetahuan faktual terkait dengan pengembangan dari yang dipelajari di
madrasah.
4.1 Mendemonstrasikan tata cara ibadah haji.

Pada tema ibadah haji, KD dan Indikator adalah


KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR
1.1 Meyakini haji merupakan perintah agama.

2.1 Menunjukan sikap rela menerima perintah ibadah haji.


1.1 Memahami tata cara haji.
1.1.1 Menjelaskan pengertian ibadah haji.
1.1.2 Menyebutkan syarat, rukun dan wajib haji.
1.1.3 Membedakan rukun dan wajib ibadah haji.
1.1.4 Mengkategorikan cara melaksanakan ibadah haji.

4.1 Mendemonstrasikan tata cara haji.


4.1.1 Mempraktekan tata cara ibadah haji.

b. Penyusunan garis besar kurikulum


Menentukan materi pokok, yang hendak disampaikan kepada siswa. Contoh materi
pokok di atas adalah ibadah haji.
c. Perumusan tujuan
Tujuan yang lebih khusus yang dirumuskan dalam tingkah laku belajar yang dapat
diukur diambil dari indikator yang telah dibuat berdasarkan KI dan KD Mapel Fikih kelas V
semester II.
d. Analisis tujuan
1. Proses informasi: menentukan tata urutan materi dari pengertian, syarat, rukun, wajib,
serta tata cara ibadah haji.
2. Klasifikasi belajar: mengidentifikasi kondisi belajar yang diperlukan guru dalam
penyampaian materi ibadah haji.
a) Tujuan belajar dari materi ibadah haji :
a. Siswa mampu menjelaskan pengertian dari ibadah haji.
b. Siswa mampu menyebutkan syarat, rukun dan wajib haji.
c. Siswa dapat membedakan rukun dan wajib ibadah haji.
d. Siswa mampu mengetahui cara melaksanakan ibadah haji.
e. Siswa mampu memeragakan tata cara ibadah haji.
e. Penyiapan evaluasi hasil belajar
Setelah kita mengetahui tujuan yang akan dicapai maka selanjutnya adalah
mengembangkan alat evaluasi adalah pemahaman tentang ibadah haji, syarat, rukun dan
wajib haji, maka kita dapat membuat alat evaluasi berupa tes tertulis, wawancara, angket.
f. Menentukan jenjang pendidikan
Jenjang pendidikan untuk kelas V MI semester II materi ibadah haji.
g. Penentuan kegiatan belajar
Pada tahap ini, kita perlu mempersiapkan metode dan pendekataan apa saja yang akan
digunakan saat KBM berlangsung, cara merumuskan KBM tersebut harus disesuaikan
dengan situasi kelas. Apabila mengacu pada tujuan yang hendak dicapai, maka dari materi di
atas metode yang dapat digunakan adalah, ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Pelaksanaan
evaluasi belajar
h. Pemantauan bersama
i. Evaluasi formatif
Dalam pengaplikasian alat evaluasi desain pembelajaaran Briggs untuk evaluasi
formatif yang dilakukan menurut 3 fase, yaitu: menguji coba siswa secara individu, uji coba
siswa dalam klompok kecil, dan uji coba siswa secara keseluruhan.
j. Evaluasi sumatif
Dalam pengaplikasian alat evaluasi desain pembelajaaran Briggs untuk evaluasi
sumatif, untuk menilai sistem penyampaian secara keseluruhan pada akhir kegiatan belajar
mengajar.

Anda mungkin juga menyukai