Anda di halaman 1dari 16

AUDITING

BUKTI AUDIT

Disusun Oleh :

1. Ni Ketut Surya Dewi 1917051183


2. Made Emi Suhartini 1917051218
3. Komang Tia Pratiwi 1917051232

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

JURUSAN EKONOMI DAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
kasih dan sayangnya memberikan pengetahuan,kemampuan dan kesempatan
kepada penyusun sehingga mampu menyelesaikna penyusunan makalah Sistem
Informasi Manajemen dengan pokok pembahasan “Bukti Audit”.
Penyusun menyadari, dalam penulisan makalah ini masih ada kemungkinan
kekurangan-kekurangan karena keterbatasan kemampuan penyusun,untuk itu
masukan yang bersifat membangun akan sangat membantu penyusun untuk
semakin membenahi kekurangan.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami haturkan kepada dosen pengampu mata
kuliah ini,untuk teman-teman dan semua pihak yang telah membantu,kami
ucapkan terima kasih,semoga makalah ini dapat berguna,sebagai karya dari kita
dan untuk semua.

Singaraja , 20 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................ i
PRAKATA....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakekat Bukti Audit............................................................................ 4
2.2 Keputusan Bukti Audit.......................................................................... 5
2.3 Tujuan Bukti Audit............................................................................... 9
2.4 Jenis –Jenis Baku Audit........................................................................ 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 12
3.2 Saran....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Auditing adalah suatu proses dengan apa seseorang yang mampu dan
independen dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dari keterangan
yang terukur dari suatu kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk
mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari keterangan yang
terukur tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Untuk melaksanakan suatu
audit atau pemeriksaan, selalu diperlukan keterangan dalam bentuk yang dapat
dibuktikan dan standar-standar atau kriteria yang dapat dipakai oleh auditor
sebagai pegangan untuk mengevaluasi keterangan tersebut.

Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu
organisasi, proses, atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten,
objektif, dan tidak memihak, yang disebut auditor. Tujuannya adalah untuk
melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan
sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima.

Jumlah dan jenis bukti audit yang dibutuhkan oleh auditor untuk mendukung
pendapatnya memerlukan pertimbangan profesional auditor setelah mempelajari
dengan teliti keadaan yang dihadapinya. Dalam banyak hal, auditor independen
lebih mengandalkan bukti yang bersifat pengarahan (persuasive evidence)
daripada bukti yang bersifat menyakinkan (convincing evidence).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas yaitu
1.2.1 Apa hakekat bukti audit?
1.2.2 Bagaimana keputusan bukti audit?
1.2.3 Apa sajakah tujuan bukti audit?
1.2.4 Apa sajakah jenis-jenis bukti audit?

1
1.3 Tujuan
Adapaun tujuan yang ingin dicapai yaitu
1.3.1 Dapat mengetahui mengenai hakekat bukti audit.
1.3.2 Dapat mengetahui mengenai keputusan bukti audit.
1.3.3 Dapat mengetahui mengenai tujuan bukti audit.
1.3.4 Dapat mengetahui mengenai jenis-jenis bukti audit.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan yaitu
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan sedikit
informasi mengenai hakekat bukti audit bagi mahasiswa yang bisa
dijadikan sumber informasi untuk keperluan tugas-tugas kuliah.
1.4.2 Bagi Dosen / Tenaga Pendidik
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai bukti audit yang bisa dijadikan referensi untuk bahan ajar di
kelas.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman
kepada masyarakat luas mengenai bukti audit .

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakekat Bukti Audit

Keputusan utama yang harus ditetapkan oleh auditor adalah menyangkut


banyaknya bukti pendukung yang memadai untuk dikumpulkan, agar auditor
merasa yakin bahwasannya unsur-unsur laporan keuangan dan semua laporan
lainnya dari klien dibuat sewajarnya. Pertimbangan ini penting karena tingginya
biaya pemeriksaan dan penilaian seluruh bukti yang tersedia.
Sebagai dasar menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, auditor
mengumpulkan bukti audit. Meskipun secara akuntansi menyediakan bukti audit
yang cukup untuk mendukung pendapat auditor, namun catatan tersebut bukan
merupakan satu-satunya bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor.
Bahwasannya auditor juga mengumpulkan bukti audit dengan melakukan
pengmatan langsung terhadap penghitungan fisik sediaan, mengjukan permintaan
keterangan dan mendapatkan bukti dari berbagai sumber dari luar perusahaan
klien.
Adapun pengertian dari bukti audit adalah segala informasi yang mendukung
angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang
dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan
pendapatnya. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data
akuntansi dan semua informasi penguat (corroborating information) yang tersedia
bagi auditor.

2.2 Keputusan Bahan Bukti Audit

Keputusan auditor mengenai bukti pendukung audit dapat dipisahkan menjadi


empat golongan, yaitu sebagai berikut;[4]
1.      Prosedur audit mana yang akan digunakan.
2.      Jumlah sampel yang akan dipilih untuk suatu prosedur tertentu.
3.      Item (transaksi) mana yang akan dipilih dari keseluruhan data/populasi.
4.      Kapan prosedur-prosedur itu akan dilaksanakan.

3
Prosedur audit. Prosedur audit adalah petunjuk terinci mengenai
pengumpulan jenis bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada suatu saat
selama proses audit. Contoh, bukti seperti penghitungan fisik pesediaan,
perbandingan antara cek-cek yang telah diuangkan dengan pengeluaran kas, ayat-
ayat jurnal dan perincian dikumen pengiriman yang semuanya dikumpulkan
dengan menggunakan prosedur audit.Dalam merancang prosedur audit, biasanya
perlu perumusan dengan menggunakan istilah-istilah yang cukup jelas agar
prosedur tersebut dapat digunakan sebagai petunjuk dalam pelaksanaan audit.
Ukuran sampel. Setelah prosedur audit dipilih, adalah mungkin bagi
auditor untuk mengubah ukuran sampel dari satu sampai seluruh bagian populasi
yang sedang diuji. Dalam prosedur audit, misalkan terdapat 6.000 cek yang
tercatat dalam jurnal pengeluaran kas. Auditor dapat memilih ukuran sampel
sebanyak 200 untuk dibandingkan dengan jurnal pengeluaran kas. Kemudian,
auditor harus membuat keputusan tentang berapa banyak item yang harus diuji
untuk setiap prosedur audit. Adapun ukuran sampel untuk suatu prosedur dapat
berubah-ubah dari satu audit ke audit lainnya.
Item-item yang dipilih. Sesudah ukuran sampel ditentukan untuk suatu
prosedur audit tertentu, maka masih perlu diputuskan item-item tertentu yang
harus diperiksa. Misalnya, jika auditor memilih 200 cek yang dibatalkan dari
populasi 6.600 sebagai perbandingan dengan jurnal pengeluaran kas, berbagai
metode yang berbeda dapat digunakan untuk memilih cek-cek tertentu yang akan
diperiksa. Auditor dapat (1) memilih satu minggu dan memilih 200 cek pertama;
(2) memilih 200 cek dengan jumlah yang terbesar; (3) memilih cek-cek secara
acak; atau (4) memilih cek-cek yang menurut pendapat auditor mengandung
kekeliruan. Atau menggunakan kombinas dari metode-metode yang sudah
dijelaskan di atas.
Pengaturan waktu (timing). Audit laporan keuangan biasanya meliputi
jangka waktu misalnya satu tahun, dan audit tersebut biasanya akan diselesaikan
sampai lewat beberapa minggu atau beberapa bulan setelah akhit periode.
Pengaturan waktu peosedur audit dapat berkisar dari awal periode akuntan yang
panjang sampai periode itu berakhir. Dalam mengaudit laporan keuangan,

4
biasanya klien menginginkan agar audit diselesaikan satu samapai tiga bulan
setelah akhir tahun.
Program audit. Uraian terperinci mengenai hasil-hasil dari keempat golongan
keputusan dengan bukti audit tertentu disebut program audit. Program audit selalu
memuat daftar prosedut audit. Biasanya dinyatakan juga ukuran sampel, item-item
tertentu yang dipilih dan pengaturan waktu pengujian. Lazimnya, terdapat bagian
program audit untuk setiap komponen audit. Oleh sebab itu, akan terdapat bagian
program audit untuk piutang usaha, untuk penjualan dan lainnya.
Ada tiga faktor penentu dari bukti yang meyakinkan adalah kompetensi,
kecukupan dan ketepatan waktu. Perhatikan bahwa faktor yang disebutkan
terdahulu diambil langsung dari standar ketiga kerja lapangan.
1.      Kompetensi
Kompetensi merupakan tingkatan samapai di mana suatu bukti dianggap
kompeten sekali. Kompetensi hanya dapat ditingkatkan dengan memiliki prosedur
audit yang bermutu tinggi dari salah satu atau lebih dari keenam ciri-ciri bukti
yang kompeten, yaitu;
a.       Relevansi
Bukti harus berhubungan atau relevan denga tujuan yang sedang diuji oleh
auditor sebelum dapat dianggap meyakinkan. Prosedur yang relevan seharusnya
membandingkan sampel dikumen pengiriman dengan salinan faktur penjualan
yang bersangkutan untuk menetapkan bahwa masing-masing pengiriman telah
ditagih.
b.      Independensi pemberi bukti
Bukti yang diperoleh dari sumber di luar perusahaan adalah lebih dapat
dipercaya daripada yang didapat dari perusahaan. Sebagai contoh, bukti eksternal
seperti yang diperoleh dari bank, pengacara, atau pelanggan biasanya dapat lebih
dipercaya daripada jawaban yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan terhadap
klien dan dari dokumen yang bukan organisasi klien.
c.       Keefektifan struktur pengendalian internal klien
Apabila struktur pengendalian internal klien efektif, bukti yang didapat dari
klien akan lebih dapat dipercaya daripada jika pengendalian internalnya lemah.
Sebagai contoh, jika pengendalian internal terhadap penjualan dan penagihan

5
efektif, auditor dapat memperoleh bukti yang kompeten dari faktir penjualan dan
dikumentasi pengiriman daropada jika pengendaliannya tidak memadai,
d.      Penegtahuan langsung dari auditor
Bukti yang didapat secara langsung oleh auditor melalui pemeriksaan fisik,
observasi, penghitungan dan pengawasan adalah lebih kompeten dari marjin kotor
sebagai persentase penjualan dan membandingkannya dengan periode-periode
sebelumnya., bukti yang ditemukannya akan lebih dapat dipercaya daripada jika
auditor percaya pada perhitungan yang dibuat oleh kontroler.
e.       Kualifikasi orang-orang yang memberikan informasi
Meskipun sumber informasi adalah independen, bukti tidak akan dapat
dipercaya kecuali jika orang yang memberikannya benar-benar mematuhi
persyaratan untuk itu. Karena itu, konfirmasi pengacara dan bank lebih dihargai
daripada konfirmasi piutang usaha yang berasal dari orang-orang yang tidak akan
dapat dipercaya jika dia tidak berpengalaman dalam dunia usaha. Selain itu juga,
bukti yang didapatkan langsung oleh auditor tidak akan dapat dipercaya jika
auditor tidak memenuhi persyaratan untuk mengevaluasi bukti itu.
f.       Tingkat obyektivitas
Bukti yang obyektif akan lebih dapat diandalkan daropada bukti yang banyak
membutuhkan pertimbangan untuk memutuskan apakah bukti itu benar. Contoh
bukti yang obyektif adalah konfirmasi mengenai piutang usaha dan saldo bank,
usaha untuk mencek apakah jumlahnya sama dengansaldo dalam buku besar.
2.      Kecukupan bukti
Kuantitas bukti yang diperoleh akan menentukan apakah bukti itu cukup.
Karena itu, ukuran sampel yang dipilih oleh auditor adalah penting dalam
menentukan kecukupan bukti. Untuk prosedur audit tertentu, bukti yang diperoleh
dari sampel sebanyak dua ratus umumnya akan lebih memadai daripada sampel
sebanyak seratus.
Disamping ukuran sampel, transaksi (item) tertentu yang diuji akan
mempengaruhi kecukupan bukti. Sampel yang terdiri dari transaksi (item) dengan
jumlah rupiah yang besar, dengan kemungkinan kekeliruan yang tinggi, dan item
yang mewakili keseluruhan data biasanya dianggap cukup. Dilain pihak,

6
kebanyakan auditor menganggap bahwa sampel yang hanya terdiri dari transaksi
(item) dengan jumlah rupiaah terbanayk dari populasi adalah tidak cukup.
3.      Ketepatan waktu
Ketepatan waktu dari bukti audit dapat menyangkut saat dicakup oleh audit.
Biasanya bukti audit untuk perkiraan neraca akan lebih meyakinkan apabila bukti
itu didapat sedekat mungkin dengan tanggal neraca. Contohnya, penghitungan
auditor atas surat-surat berharga yang dapat dipasarkan pada tanggal neraca akan
lebih meyakinkan daripada penghitungan dua bulan sebelumnya. Kemudian,
untuk perkiraan perhitungan rugi-laba, bukti akan lebih menyakinkan jika ada
sampel dari seluruh periode yang dicakupaudit daripada hanya sebagian periode.
Misalnya, suatu sampel acak dari transaksi penjualan untuk keseluruhan tahun
akan lebih meyakinkan daripada sampel dari hanya enam bulan pertama.

2.3 Tujuan Bukti Audit

Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk meyatakan pendapat
apakah laporan keuangan klien disajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Sebab,
kewajaran laporan keuangan sangatlah ditentukan integritas berbagai asersi
manajmen yang terkandung dalam laporan keuangan, maka hubungan antara
asersi manajemen dengan tujuan umum audit dapat digambarkan pada bagan
dibawah ini;

Asersi Mnaajemen Tujuan Umum Audit


Keberadaaan atau keterjadian Aktiva dan kewajiban entitas ada
pada tanggal tertentu dan
transaksi pendapatan serta biaya
terjadi dalam periode tertentu.
Kelengkaoan Semua transaksi dan akun yang
seharusnya telah disajikan dalam
laporaan keuangan.
Hak dan kewajiban Aktiva adalah hak entitas dan

7
utang adalah kewajiban entitas
pada tanggal tertentu.
Penilaian dan alokasi Komponen aktiva, kewajiban,
pendapatan dan biaya telah
disajikan dalam laporan
keuangan pada jumlah yang
semestinya.
Penyajian dan pengungkapan Komponen tertentu laporan
keuangan telah digolongkan,
digambarkan dan ditungkan
secara semestinya.

2.4 Jenis – Jenis Bukti Audit

Dalam menentukan prosedur audit mana yang akan digunakan, auditor dapat
memilihnya dari delapan kategori bukti yang luas, yang disebut tipe – tipe atau
jenis – jenis bukti audit. Menurut Fachrudin (2007 : 7), ada beberapa jenis bahan
bukti yang dapat dipilih oleh auditor dalam rangka mengevaluasi bukti audit,
yaitu:
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah suatu pemeriksaan langsung atas aset yang berwujud,
seperti : persediaan barang, uang kas, kertas berharga ; seperti saham, wesel tagih,
aset tetap berwujud ; seperti bangunan, mesin, kendaraan dan peralatan kantor.
Pemeriksaan fisik adalah untuk memeriksa kuantitas, deskripsi, kondisi dan
kualitas dari aset yang diperiksa. Dalam pemeriksaan fisik ini indera yang
digunakan dapat lebih dari satu indera dari panca indera yang kita miliki.
b. Konfirmasi
Konfirmasi adalah jawaban atas permintaan auditor baik tertulis maupun lisan
mengenai keakuratan suatu informasi dari pihak ketiga yang independen
(sebaiknya tertulis). Jawaban tersebut seyogyanya langsung disampaikan kepada
auditor. Proses konfirmasi adalah sebagai berikut :
1) Informasi dikirimkan ke pihak ketiga yang independen.
2) Pihak ketiga memeriksa akurasi informasi tersebut

8
3) Pihak ketiga langsung mengirimkan hasil pemeriksaannya kepada auditor.
Konfirmasi terdiri atas 2 tipe :
1) Konfirmasi positif. Pada konfirmasi ini, pihak ketiga diminta untuk menjawab
baik informasi yang diterimanya akurat maupun tidak akurat.
2) Konfirmasi negatif. Pada konfirmasi ini, pihak ketiga diminta untuk menjawab
jika informasi yang diterimanya tidak akurat.
3) Blank confirmation, merupakan konfirmasi yang respondenya diminta untuk
mengisikan saldo atau informasi lain sebagai jawaban atas suatu hal yang
ditanyakan.
c. Prosedur Analitis
Prosedur analitis pada garis besarnya dapat dilakukan dengan lima cara :
1) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan tahun yang
diaudit dengan tahun sebelumnya.
2) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan perusahaan yang
diaudit dengan data perusahaan yang sejenis untuk tahun/periode yang sama.
3) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan dengan
anggarannya.
4) Membandingkan data yang di laporan keuangan dengan data atau informasi
yang diketahui auditor atau hasil perhitungan auditor.
5) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan dengan data non
– keuangan yang ada kaitannya (relationship)

d. Dokumen
Menurut sumbernya, bukti dokumenter dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1) Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang independen yang
dikirimkan langsung kepada auditor, misalnya konfirmasi yang merupakan
penerimaan jawaban tertulis dari pihak yang independen di luar klien yang berisi
verifikasi ketelitian yang diminta oleh auditor.
2) Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang independen yang disimpan
dalam arsip klien, misalnya rekening koran bank, faktur dari penjual, order
pembelian dari pelanggan, dan lain - lain. Untuk menentukan tingkat kepercayaan
terhadap jenis bukti dokumenter ini, auditor harus mempertimbangkan apakah

9
dokumen tersebut dapat dengan mudah diubah atau dibuat oleh karyawan dalam
organisasi klien.

e. Tanya Jawab (wawancara, interview, Inquiries)


Tanya jawab dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis. Tanya jawab dilakukan
kepada personil atau pihak perusahaan. Apa saja yang kurang jelas, boleh
ditanyakan kepada pihak perusahaan, misalnya mengenai metode pencatatan,
proses produksi, proses pembayaran gaji/upah dan sebagainya. Tetapi dalam tanya
jawab ini harus hati – hati, karena pihak perusahaan bukanlah pihak yang
independen, sehingga kemungkinan memperoleh jawaban yang bias tetap ada.
Dalam tanya jawab sebaiknya dilakukan dengan menggunakan alat komunikasi
yang dimengerti oleh pihak yang ditanya, sehingga informasi yang diperolehlebih
baik. Sebagian hasil tanya jawab ini mungkin saja dapat diperkuat atau di cek
kesesuaiannya dengan bukti lain seperti observasi atau dokumen dapat dicek
kesesuaiannya dengan tanya jawab.
f. Observasi
Observasi adalah penggunaan penglihatan dan indera lain untuk menilai atau
memeriksa kegiatan – kegiatan tertentu misalnya jika di catatan kepegawaian ada
15 personil di bagian akuntansi, auditor dapat berkunjung ke bagian akuntansi
untuk melihat apakah ada 15 orang yang bekerja di bagian akuntansi. Jika kurang
dari 15 orang, perlu ditanyakan apakah ada personil yang cuti atau sedang keluar
kantor. Demikian juga, jika di catatan tidak ada barang setengah jadi (work in
proccess), auditor dapat berkunjung ke pabrik untuk melihat bagaimana proses
produksi di perusahaan, untuk memastikan tidak adanya barang setengah jadi.
Juga, misalnya menurut catatan dan informasi di perusahaan mesin yang baru
dibeli perusahaan, kapasitasnya dapat menghasilkan 1.000 unit produk per jam.
Untuk memeriksa hal diatas, auditor dapat meminta untuk melakukan observasi
beroperasinya mesin tersebut.

g. Pengerjaan Kembali

10
Pengerjaan kembali adalah mengulangi apa yang telah dilakukan atas suatu data
atau informasi. Misalnya suatu faktur penjualan, jumlah rupiah di faktur tersebut
Rp. 5 juta. Auditor akan menghitung kembali dengan mengalikan kuantitas barang
yang dijual dengan harga per unit dari barang tersebut, kemudian menguranginya
jika ada diskon dan sebagainya, sehingga diperoleh angka Rp. 5 juta.
h. Bukti dari spesialis
Spesialis adalah seorang yang memiliki keahlian atau pengetahuan khusus dalam
bidang selain akuntansi dan auditing, misalnya pengacara, insinyur, geologist, ahli
teknik dan lain – lain. Pada umumnya spesialis yang digunakan auditor bukan
orang yang mempunyai hubungan dengan klien. Auditor harus membuat surat
perjanjian kerja dengan spesialis, tetapi tidak boleh menerima begitu saja hasil –
hasil penemuan spesialis tersebut.

BAB III

11
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau


informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh
auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya.

Ada tiga faktor penentu dari bukti yang meyakinkan adalah kompetensi,
kecukupan dan ketepatan waktu. Perhatikan bahwa faktor yang disebutkan
terdahulu diambil langsung dari standar ketiga kerja lapangan, yaitu hasil
gabungan serta masalah biaya dan meyakinkannya bukti.
Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk meyatakan
pendapat apakah laporan keuangan klien disajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
Kemudian, dalam memutuskan prosedur audit aman yang akan digunakan, ada
tujuh kategori umum bukti audit yang dapat dipilih oleh auditor, yaitu;
pemeriksaan fisik, konfirmasi, dokumentasi, observasi, pertanyaan terhadap klien,
ketepaan mekanis dan prosedur analitis.

1.2 Saran
Penulis tentu menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Kritik dan saran yang membangun tentu sangat diharapkan oleh penulis
untuk kemudian hari penyusunan makalah dapat lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

12
Tokopedia. (2021). Bukti Audit - Pengertian dan Contohnya | Tokopedia Kamus.
[online] Available at: https://kamus.tokopedia.com/b/bukti-audit/#:~:text=Bukti
%20Audit%20atau%20audit%20evidence,sudah%20sesuai%20dengan
%20kriteria%20tertentu.

Reza (2016). Jenis Bukti Audit. [online] Mihok. Available at:


https://mihok.my.id/jenis-bukti-audit/

ishafa (2021). Tujuan dan Bukti Audit. [online] Blogspot.com. Available at:


http://mynewblogisa.blogspot.com/2015/01/tujuan-dan-bukti-audit.html

13

Anda mungkin juga menyukai