Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

ASAM LEMAK TERBANG/VOLATILE FATTY ACIDS (VFA).

Disusun oleh:

Cut Abdiya Rahman

(1905104010087)

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara sederhana karbohidrat didefinisikan sebagai polimer gula. Karbohidrat adalah


senyawa karbon yang mengandung sejumlah besar gugus hidroksil. Karbohidrat paling
sederhana bisa berupa aldehid (disebut polihidroksialdehid atau aldosa) atau berupa keton
(disebut polihidroksiketon atau ketosa). Karbohidrat berfungsi sebagai cadangan energi
jangka pendek (gula merupakan sumber energi). Fungsi sekunder dari karbohidrat adalah
sebagai cadangan energi jangka menengah (pati untuk tumbuhan dan glikogen untuk hewan
dan manusia). Fungsi lainnya adalah sebagai komponen struktural sel.

Karbohidrat sederhana dan kompleks (serat) yang dicerna oleh mikroba rumen dan
dirubah menjadi VFA. Volatile Fatty Acid (VFA) merupakan sumber energi utama bagi
ternak ruminansia. VFA dihasilkan dari proses fermentasi pakan dalam rumen. Sumber VFA.
Pembentukan VFA terjadi atas dua tahapan berlangsung di dalam rumen yang cukup penting
untuk diketahui. Hal inilah yang melatarbeakangi dibuatnya makalan mengenai metabolisme
Krbohidrat menjadi VFA.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu VFA

2. Untuk mengetahui proses pembentukkan VFA

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi VFA di dalam suatu bahan


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian VFA (Volatile Fatty Acid)

Volatile Fatty Acid (VFA) atau disebut juga asam lemak terbang yang dihasilkan dari
fermentasi dalam rumen digunakan sebagai sumber energi utama pada ternak ruminansia.
Anonymous(2012) menyatakan bahwa dari total VFA rumen, proporsi molar asetat,
propionat dan butirat sekitar 95% dimana proses fermentasi dalam rumen menghasilkan asam
asetat (C2) paling banyak sekitar 50-70%, diikuti oleh asam propionat (C3) berkisar antara
17-21%, asam butirat (C4) diproduksi sekitar14-20% dari VFA total, serta asam valerat (C5)
dan asam format hanya terbentuk dalam jumlah kecil. Produksi VFA di dalam cairan rumen
dapat digunakan sebagai tolak ukur fermentabilitas pakan. Ini berarti bahwa konsentrasi VFA
tersebut mengindikasikan mudah tidaknya pakan tersebut didegradasi oleh mikroba rumen.
Komposisi VFA di dalam rumen dapat berubah dengan adanya perbedaan bentuk fisik,
komposisi pakan, taraf dan frekuensi pemberian pakan serta pengolahan dimana produksi
VFA yang tinggimerupakan petunjuk kecukupan energi bagi ternak. Kisaran produksi VFA
cairan rumen yang mendukung pertumbuhan mikroba yaitu 80 mM sampai 160 mM dengan
titik optimumnya 110 mM (Suryapratama,W dan FM.Suhartati.2011).

Produksi VFA juga dapat dipengaruhi oleh protozoa melalui mekanisme pencernaan
partikel pati sehingga VFA menjadi rendah dan rasio butirat : propionat dari 0,5 menjadi 1,7.
Produksi gas metan akan semakin meningkat apabila proporsi asetat dan butirat dalam
fermentasi rumen lebih tinggi dibandingkan propionate. Hal ini dimungkinkan karena
produksi asetat dan butirat dari glukosa akan menghasilkan H2 yang akan bersatu dengan
CO2 menjadi CH4, sedangkan produksi propionate justru menurunkan produksi metan
karena untuk menghasilkan propionate dibutuhkan H2 yang berikatan dengan glukosa
(Prihantoro,I,dkk.2012). Produksi tinggi membutuhkan energi yang tinggi, sehingga harus
tersedia nutrien terlarut pada substrat yang dapat menghasilkan asam lemak terbang dalam
bentuk propionat dalam proporsi yang lebih tinggi. Produksi gas dari pembentukan asam
propionat lebih tinggi dibandingkan asam asetat. Produksi gas terjadi secara langsung dari
fermentasi karbohidrat dan secara tidak langsung dari proses buffering.
Produk VFA memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing pada ternak. Misalnya
asetat dan butirat memiliki kelebihan dalam hal menghasilkan energi dari dinding sel
tanaman (selulosa maupun hemiselulosa) yang dapat digunakan oleh ternak ruminansia
dimana butirat dapat berfungsi untuk menormalkan pertumbuhan sel (Anonymous.2012).
sedangkan asetat memegang peranan penting dalam hal proporsi mencapai 70% dibanding
produk VFA lainnya ketika pakan hijauan difermentasi dalam rumen. Namun asetat juga
memiliki kekurangan yakni memproduksi panas (HI) yang paling tinggi diantara ketiga
produk VFA tersebut dan butirat memiliki kelamahan dalam proporsi jumlah yang sedikit
mencapai 5% dan bersama-sama dengan asetat menghasilkan H2 dalam proses
pembentukannya sehingga dapat berpengaruh terhadap peningkatan produksi gas metan yang
menggunakan H2 tersebut dalam proses pembuatannya. Propionat memiliki keunggulan
dalam menghasilkan panas yang lebih rendah dan mudah diserap serta memanfaatkan H2
yang ada sebagai hasil samping produksi asetat dan butiratnamun hanya memiliki proporsi
yang sedikit karena pada umumnya pakan ternak ruminansia sebagian besar berasal dari
pakan hijauan bukan konsentrat. Pada umumnya produksi dan penggunaan H2 dapat
digunakan sebagai indicator untuk menentukan produksi gas metan oleh ternak
ruminansiruminansia. Menurut Zakariah,M.A(2012) stoikiometri fermentasi karbohidrat
menjadi VFA dalam rumen yang terdiri dari 4 macam reaksi sebagai berikut:

1. Heksosa menjadi acetat

2. Heksosa menjadi propionat

3. Heksosa menjadi butirat

4. Heksosa menjadi metan

Ada berbagai hasil penelitian yang meneliti tentang produksi VFA pada ternak
ruminansia berdasarkan jenis pakan maupun ransum yang diberikan. Berdasarkan hasil
Anonymous(2012), melaporkan bahwa penambahan level SKN (Suplemen Kaya Nutrisi)
pada pakan komplit tidak berpengaruh nyata terhadap produksi gas dan biomassa protein
mikroba dimana produksi gas dan biomassa protein mikroba yang dihasilkan berkisar 33,35-
34,39 (ml/200 mg BK) dan 92,82–110,79 mg. Namun perlakuan SKN (terdiri atas campuran
agen defaunasi, ampas tahu, daun kembang sepatu, ampas teh, mineral Cu dan Zn organik
serta kunyit) tersebut nyata meningkatkan konsentrasi VFA dan NH3.
2.2 Proses Pembentukan VFA

Fermentasi karbohidrat dalam rumen untuk membentuk Volatil Fatty Acid (VFA) atau
asam lemak terbang menghasilkan kerangka karbon (C) untuk sintesis sel mikroba dan
membebaskan sejumlah energi dalam bentuk Adenosin Tri Phospat (ATP), CO2 ( Carbon
diokside) dan CH4 (gas methan). Energi dalam bentuk ATP digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhan mikroba rumen. Pertumbuhan mikroba rumen
proporsional terhadap jumlah ATP yang yang dihasilkan dari katabolisme energi. Maksimum
sintesis sel mikroba yang dihasilkan dalam rumen mendekati 25 gram per mol ATP.

Proses fermentasi karbohidrat dalam rumen menghasilkan energi dalam bentuk VFA
mencapai 80 persen dan 20 persen merupakan energi yang terbuang dalam bentuk produksi
gas C02, CH4 dan energi dalam bentuk ATP. Energi dalam bentuk ATP hanya 6.2 persen
dari total energi yang hilang. Hanya energi dalam bentuk ATP inilah yang digunakan oleh
mikroba rumen untuk pertumbuhannya, sedangkan VFA merupakan by produk atau hasil
sampingan dari aktivitas mikroba rumen. Dari uraian ini jelas bahwa mikroba rumen
memproduksi VFA bukan untuk kepentingannya terutama tetapi sebagai "elektron sink"
dalam menjaga potensial redoks dalam rumen agar tetap layak bagi pertumbuhan mikroba
rumen. Gas hasil fermentasi berupaCO2, H2 (hidrogen) dan CH4 ( Methan ) dikeluarkan dari
rumen melalui proses eruktasi. Pada ternak kambing produksi gas CO2 sekitar 90 liter dan
gas CH4 sekitar 30 liter perhari. Stoikiometri reaksi fermentasi pakan karbohidrat dalam
rumen menghasilkan tiga produk utama dapat disederhanakan menjadi:

C6H1206 + 2H2O --------------- 2CH3COOH + 2C0

2 + 4H2 C6H1206 + 4H2 --------------- 2CH3CH2COOH+ 4H20

C6H1206 --------------- CH3(CH2)2COOH + 2C02 + 2H2

4H2 + C02 --------------- CH4+ 2H2O

Dari Stoikiometri reaksi tersebut diatas dapat dilihat bahwa proses sintesis asam asetat
dan asam butirat menghasilkan gas hidrogen. Sebaliknya pada sintesis asam propionat gas H2
(hidrogen) digunakan. Gas hidrogen dan CO2 merupakan prekursor utama sintesis gas metan
yang sesungguhnya tidak bermanfaat untuk ternak. Maka dari itu proses fermentasi dalam
rumen yang mengarah pada sintesis asam propionat akan lebih menguntungkan karena
produksi CH4 bisa ditekan dan akan meningkatkan efsiensi penggunaan energi pakan. Jumlah
komponen utama VFA (asetat, propionat, dan butirat) yang terbentuk dalam rumen serta
proporsi relatifnya sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor makanan seperti komposisi
ransum, terutama rasio antara hijauan dan konsentrat, bentuk fisik makanan, tingkat
konsumsi, frekuensi pemberian pakan dan tipe fermentasi sebagai akibat perbedaan populasi
mikroba yang berkembang sebagai pengaruh langsung dari zat makanan yang diberikan.
Menurut Forbes dan France (1993) konsentrasi VFA total dalam cairan rumen umumnya
berkisar antara 70-130 mM. Nisbah asam asetat, asam propionat dan asam butirat pada pakan
dengan kandungan hijauan /serat yang tinggi adalah 70 : 20 :10.

Tingginya konsentrasi asetat dalam cairan rumen sangat erat kaitannya dengan tingginya
proporsi hijauan atau pakan serat yang dikonsumsi. Sebaliknya jika proporsi konsentrat
dalam ransum meningkat maka konsentrasi asam asetat akan turun dan konsentrasi asam
propionat akan meningkat namun proporsi asam asetat hampir selalu lebih banyak. Dengan
kata lain dapat dinyatakan bahwa ransum dengan hijauan/pakan serat tinggi akan
menghasilkan nisbah asetat : propionat lebih tinggi dibanding ransum yang proporsi
konsentratnya tinggi. VFA ( asetat, propionat, dan butirat) merupakan sumber energi utama
bagi ternak dan punya fungsi penting dalam metabolisme zat makanan. Sumbangan energi
yang berasal dari VFA ini dapat mencapai 60–80 persen dari kebutuhan energi ternak
rumiansia. Sebahagian besar VFA diserap langsung dari reticulorumen dan masuk kedalam
aliran darah, hanya 20 persen saja yang masuk ke omasum dan abomasum dan diserap disini.

Asam butirat dalam rumen sebelum diserap terlebih dulu dirubah menjadi beta hidroksi
butirat dan bersama dengan asam asetat masuk kedalam peredaran darah dalam bentuk
badan-badan keton yang nantinya dalam jaringan tubuh digunakan sebagai sumber energi dan
untuk sintesis lemak tubuh. Asam propionat setelah masuk dalam peredaran darah dibawa ke
hati. Di hati asam ini diubah menjadi glukosa. Sebagian glukosa disimpan di hati sebagai
glikogen hati dan sebagian lagi menjadi alfa gliserolfosfat untuk digunakan sebagai koenzim
pereduksi dalam sintesa lemak tubuh, sebagai sumber energi, dan dalam tubuh disimpan
sebagai glikogen otot. Oleh sebab itu asam propionat disebut juga asam yang bersifat
glukogenik karena dapat dikatabolisme menjadi glukosa atau sebagai sumber glukosa tubuh.
Asam lemak glukogenik dapat dipakai sebagai konstanta yang dinamakan sebagai non
glukogenik ratio (NGR) yang secara sederhana dirumuskan sebagai berikut:

NGR = (Asetat + Butirat + Valerat) / (Propionat + Valerat)


Nilai NGR ini berhubungan erat dengan produksi gas metan dalam rumen. NGR tinggi
akan menyebabkan produksi gas metan dalam rumen juga tinggi.

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi VFA di dalam suatu bahan

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi VFA didalam Rumen antara lain adalah :

1. Makanan serat (sumber hijauan) yang tinggi dalam ransum akan memproduksi lebih
banyak asam asetat dari pada asam propionat sehingga lebih sesuai untuk ternak sapi perah
guna menghasilkan produksi susu dengan kadar lemak tinggi.

2. Makanan pati (biji-bijian/ konsentrat) yang tinggi dalam ransum akan memproduksi lebih
banyak propionat dan ini sesuai dengan ternak untuk tujuan penghasil daging ( sapi potong ).

3. Rasio antara konsentrat dan hijauan pakan.

4. Bentuk fisik atau ukuran partikel pakan.

5. Jumlah intake atau konsumsi.

6. Frekuensi pemberian pakan.

Faktor lain yang mempengaruhi VFA adalah : volume cairan rumen yang berhubungan
dengan saliva dan laju aliran air di dalam darah. Konsentrasi VFA rumen diatur oleh
keseimbangan antara produksi dan penyerapan. Konsentrasi meningkat setelah makan,
sehingga akibatnya pH menurun. Puncak fermentasi : 4 jam setelah makan (jika hijauan
ditingkatkan), namun lebih cepat ( lebih dari 4 jam) jika konsentrat ditingkatkan pH rumen
normal ( untuk pertumbuhan mikroba optimal ) : 6.0 - 7.0 ; yang dipertahankan oleh kapasitas
saliva dan penyerapan VFA. Faktor-faktor yang juga mempengaruhi produksi VFA ini antara
lain adalah Konsentrasi VFA itu sendiri didalam rumen.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Volatile Fatty Acid (VFA) merupakan sumber energi utama bagi ternak ruminansia. VFA
diperoleh dari pemecahan karbohidrat yang terjadi di rumen. Pemecahan karbohidrat dalam
rumen terdiri atas dua tahap yaitu hidrolisis ekstraseluler dari karbohidrat kompleks (selulosa,
hemiselulosa, pektin) menjadi oligosakarida rantai pendek terutama disakarida (selobiosa,
maltosa, pentosa) dan gula-gula sederhana serta pemecahan oligosakarida dan gula-gula
sederhana menjadi VFA oleh aktifitas enzim intraseluler.

Proses fermentasi karbohidrat dalam rumen menghasilkan energi dalam bentuk VFA
mencapai 80 persen dan 20 persen merupakan energi yang terbuang dalam bentuk produksi
gas C02, CH4 dan energi dalam bentuk ATP. Energi dalam bentuk ATP hanya 6.2 persen
dari total energi yang hilang. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi VFA didalam
Rumen antara lain adalah: Makanan serat (sumber hijauan) yang tinggi dalam ransum akan
memproduksi lebih banyak asam asetat dari pada asam propionat sehingga lebih sesuai untuk
ternak sapi perah guna menghasilkan produksi susu dengan kadar lemak tinggi, makanan pati
(biji-bijian/ konsentrat) yang tinggi dalam ransum akan memproduksi lebih banyak propionat
dan ini sesuai dengan ternak untuk tujuan penghasil daging ( sapi potong ), rasio antara
konsentrat dan hijauan pakan, bentuk fisik atau ukuran partikel pakan, jumlah intake atau
konsumsi, frekuensi pemberian pakan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahyadi.2013.MetabolismeKarbohidrat.http://heryahyadi.blogspot.com/2013/04/metabolisme-
karbohidrat.html. Diakses tanggal 13 April 2014

Arora S.P. 1989. Pencernaan Mikroba Pada Ruminan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Candra. 2011. Beajar fisiologi. http://candra- nunus.blogspot.com/2011/12/pengalaman-


nurohman-belajar-fisiologi. html.Diakses tanggal 13 April 2014

Anda mungkin juga menyukai