Anda di halaman 1dari 11

KELAYAKAN RUMAH POTONG HEWAN BUBULAK KOTA BOGOR

YANG MERUJUK PADA SNI TENTANG RUMAH POTONG HEWAN


NO. 01-6159-1999 DAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NO.
13/PERMENTAN/OT.140/1/2010 TENTANG PERSYARATAN RUMAH
POTONG HEWAN RUMINANSIA DAN UNIT PENANGANAN DAGING

Disusun Oleh :
Mhd. Fakhri Alfayed
1905104010059

Dosen Mata Kuliah :


Zikri Maulina Gaznur, S. Pt., M. Si.
198902052019032018

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2020
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Rantai pasok daging sapi (beef supply chain) global menjadi salah satu
komponen yang strategis di dalam pemenuhan pangan dan sistem logistik daging
sapi nasional. Pada saat ini industri daging sapi atau rantai pasok daging sapi
nasional, dihadapkan pada lingkungan pasar global yang sangat kompetitif.
Semakin senjangnya kapasitas produksi daging sapi nasional dengan laju
pertumbuhan permintaan konsumsi menyebabkan Indonesia semakin
berkepentingan dengan rantai global untuk mereduksi tingkat kesenjangan
tersebut. Oleh sebab itu, pada akhir-akhir ini, tuntutan terhadap Indonesia untuk
dapat menyelaraskan diri terhadap berbagai norma dan regulasi perdagangan
internasional (terms of trade) sapi potong dan daging sapi tampaknya semakin
keras disuarakan oleh berbagai pihak yang menjadi mitra perdagangan
internasional Indonesia. Khususnya untuk komoditas perdagangan sapi potong,
isu-isu mengenai kepuasan dan kepercayaan konsumen atas atribut-atribut non
ekonomi, seperti keamanan pangan (food safety), kemamputelusuran (traceability)
dan kesejahteraan hewan (animal welfare) semakin intensif dikemukakan di
berbagai forum perdagangan internasional.
Pasca penayangan kekejaman pemotongan sapi impor di salah satu RPH
(Rumah Potong Hewan) di Indonesia oleh TV ABC di acara Four Corners pada
bulan Mei 2011, pemerintah Australia secara resmi mengumumkan embargo
ekspor sapi potong ke Indonesia. Pada faktanya, embargo tersebut, telah
menimbulkan dampak bagi kestabilan stok daging sapi pada tingkat nasional.
Setelah embargo, volume stok daging sapi di tingkat nasional diperkirakan
mengalami penurunan yang cukup nyata. Meskipun tidak terdapat data resmi
mengenai perubahan stok daging sapi nasional, penurunan volume stok tersebut
dapat teramati dari pergerakan harga daging sapi di sebagian besar wilayah
Indonesia, terutama di kota-kota besar yang merupakan wilayah utama konsumsi
daging sapi nasional. Secara berangsur, harga daging sapi mengalami kenaikan
sebesar (20-30) % di dalam jangka waktu 8 bulan terakhir ini.

1
Fenomena tersebut setidaknya dapat menunjukkan bahwa untuk beberapa
tahun mendatang, rantai pasok daging sapi nasional akan semakin terintegrasi
dengan rantai pasok global, baik secara fisik maupun kelembagaan. Di dalam
konteks ini, setiap pelaku di dalam rantai pasok nasional (chain actor) masing-
masing memiliki peran yang signifikan di dalam menjamin keintegrasian rantai
pasok daging sapi nasional tersebut. Di antara sekian banyak pelaku dalam rantai,
Rumah Potong Hewan (RPH) merupakan salah satu pelaku dalam rantai yang
diyakini menjadi simpul strategis yang menghubungkan antara rantai pasok
nasional, global, dan konsumen daging sapi nasional. Di sisi produksi, RPH
merupakan lembaga yang menjadi muara tataniaga sapi potong, baik nasional atau
pun global, sementara pada sisi konsumsi, RPH merupakan lembaga yang
berfungsi untuk menjamin ketersediaan daging sapi bagi konsumen, baik
kuantitasnya atau pun kualitasnya (Rochadi Tawaf, 2012).

2
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada SNI tentang rumah potong hewan No. 01-6159-1999 dan Peraturan
Menteri Pertanian No. 13/Permentan/OT.140/1/2010 tentang Persyaratan Rumah
Potong Hewan Ruminansia dan Unit Penanganan Daging diatur beberapa
persayaratan yang harus dipenuhi oleh sebuah rumah potong hewan, persyaratan
tersebut mengatur mengenai :
A. Persyaratan Lokasi
Lokasi yang dimiliki oleh rumah potong hewan bubulak kota Bogor
memiliki keterangan sebagai berikut: berada dibawah pemukiman warga
dengan luas lokasi 5 ha, dekat dengan sungai cisadane, jauh dari industri
logam atau kimia.
B. Persyaratan Sarana Pendukung
Jalan masuk ke rumah potong hewan bubulak kota Bogor diaspal dan
memiliki akses ke setiap fasilitas di rph, sumber air berasal dari pdam dan
memiliki jenset.
C. Persyaratan Bangunan dan Tata Letak
Rumah potong hewan bubulak kota Bogor memiliki kandang istirahat,
kandang isolasi, kantor administrasi, kantor dokter hewan, tempat istirahat
karyawan, kantin, mushala, kamar mandi, ipal (instalasi pengolahan air
limbah), incenerator, tempat parkir, pos satpam, dan menara air.
D. Persyaratan Peralatan
Rumah potong hewan bubulak kota Bogor memiliki peralatan yang
terbuat dari stainless stell dan mudah dibersihkan, alat yang bersentuhan
dengan daging tidak mengandung toksin, dilengkapi dengan sistem rel,
restraining box, hoist, scraddle, trolley terbuat dari bahan alumunium, alat
penggantung karkas, timbangan karkas, mesin pompa air, spayer dan steam.
E. Persyaratan Karyawan dan Perusahaan
Rumah potong hewan bubulak kota Bogor memiliki pengawasan
kesmavet serta diberlakukan pemeriksaan antemortem dan pemeriksaan
postmortem yang diperiksa.

3
F. Kendaraan Pengangkut Daging
Rumah potong hewan bubulak kota Bogor tidak mempunyai
kendaraan pengangkut daging, kendaraan tersebut dimiliki oleh pemilik
ternak.
G. Persyaratan Ruang Pendinginan atau Pelayuan
Rumah potong hewan bubulak kota Bogor terdapat ruang pendinginan
tetapi tidak dipergunakan.
H. Persyaratan Pembekuan
Rumah potong hewan bubulak kota Bogor tidak melakukan
pembekuan dikarenakan menjual karkas dalam keadaan panas.
I. Persyaratan Ruang Pembagian Karkas dan Pengemasan Daging
Rumah potong hewan bubulak kota Bogor memiliki ruang pembagian
karkas yang dibagi menjadi four quarter dan tidak memliki ruang
pengemasan daging.
J. Persyaratan Laboratorium
Rumah potong hewan bubulak kota Bogor tersedia ruang
laboratorium.

TERSTANDARISASI
NO PERSYARATAN
IYA TIDAK
1 Persyaratan Lokasi 
2 Persyaratan Sarana Pendukung 
Persyaratan Bangunan dan Tata
3 
Letak
4 Persyaratan Peralatan 
Persyaratan Karyawan dan
5 
Perusahaan
Persyaratan Kendaraan
6 
Pengangkut Daging
Persyaratan Ruang Pendinginan
7 
dan Pelayuan
8 Persyaratan Pembekuan 

4
Persyaratan Ruang Pembagian
9 
Karkas dan Pengemasan Daging
10 Persyaratan Laboratorium 

5
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Setelah membahas tentang kelayakan RPH Bubulak Kota Bogor yang
merujuk pada SNI tentang rumah potong hewan No. 01-6159-1999 dan
Peraturan Menteri Pertanian No. 13/Permentan/OT.140/1/2010 tentang
Persyaratan Rumah Potong Hewan Ruminansia dan Unit Penanganan Daging,
dapat di simpulkan bahwa RPH bubulak kota Bogor tersebut memiliki
standarisasi dalam hal pemotongan hewan atau ruminansia dengan semua yang
tersedia seperti, fasilitas, sarana dan prasana, dan yang lainnya yang terdapat di
area RPH tersebut. Jika di golongkan kepada tipe RPH sesuai dengan tipe-tipe
RPH yang ada didalam pembahasan Lestari (1993b), RPH Bubulak Kota Bogor
termasuk ke dalam RPH Tipe A karena memiliki Ekshauser dan Chiller.

6
DAFTAR PUSTAKA

Tawaf. R. 2012. Standarisasi Rumah Potong Hewan Milik Pemerintah Jawa


Barat. Jatinangor [PDF]
Burhanuddin. R. 2011. Studi Kelayakan Pendirian Rumah Potong Hewan Di
Kutai Timur. [PDF]
Badan Standarisasi Nasional (1999); SNI tentang Rumah Potong Hewan No. 01-
6159-1999. Pusat Standarisasi LIPI Jakarta
Kementrian Pertanian (2010), Peraturan Menteri Pertanian No. 13/Permentan/
OT.140/1/2010 Tentang Persyaratan rumah potong hewan ruminansia dan
Unit penanganan daging (meat cutting plant). Berita Negara RI No.
60/2010.
http://pertanian.uns.ac.id/~adimagna/desainRPH.htm. Desain RPH Menurut
Lestari (1993b). [WEB]

7
LAMPIRAN

8
9
10

Anda mungkin juga menyukai