Anda di halaman 1dari 10

MIMBAR AGRIBISNIS

Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Januari 2020. 6(1): 228-237

ANALISIS PENENTUAN METODE PENETAPAN TARIF RETRIBUSI RUMAH


POTONG HEWAN DALAM PEMENUHAN CAPAIAN TARGET PENDAPATAN
ASLI DAERAH DI KOTA BANDUNG

ANALYSIS OF DETERMINATION METHOD FOR DETERMINATION OF


ABBATOIR RETRIBUTION TARIFF IN MEETING THE LOCAL REVENUE
TARGET IN BANDUNG CITY

Achmad Firman1, Andre Revianda Daud, Hermawan2


1
Departemen Sosial dan Ekonomi Pembangunan Peternakan, Fakultas Peternakan,
Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung Sumedang Km 21, Jatinangor Sumedang
2
Departemen Produksi Ternak, Fakultas Peternakan Fakultas Peternakan,
Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung Sumedang Km 21, Jatinangor Sumedang
Email: ahmadpedum@yahoo.com
(Diterima 06-12-2019; Disetujui 12-01-2020)

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis target pendapatan asli daerah (PAD) yang mampu
dicapai dari retribusi RPH di Kota Bandung dan model penentuan tarif retribusi yang terbaik yang
dapat digunakan untuk pencapaian target PAD. Penelitian ini dilakukan di RPH Ciroyom dan RPH
Cirangrang. Data sekunder dari Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung menjadi data utama
untuk dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa target PAD yang ditetapkan di atas Rp 1,5
milyar sangat sulit dicapai apabila sapi yang dipotong di bawah 30.000 ekor per tahun. Adapun
model yang terbaik yang mendekati capaian target PAD dan memberikan rasa keadilan yang tinggi
adalah model 3 (weight based model).

Kata Kunci: sapi potong, tarif, retribusi, RPH

ABSTRACT
This study aims to analyze the local revenue target (PAD) that can be achieved from the RPH
retribution in the Bandung city and the model of determining the best retribution rates that can be
used to achieve the PAD target. The location of this research was conducted in Ciroyom RPH and
Cirangrang RPH. Secondary data from the Food and Agriculture Office Bandung is the main data
to be analyzed. The results showed that the PAD target set above Rp. 1.5 billion is very difficult to
achieve if cattle are slaughtered below 30,000 head per year. The best model that approaches the
PAD target achievement and gives a high sense of justice is model 3 (weight based model).

Key Words: cattle, tariff, retribustion, abbatoir

PENDAHULUAN dan supply daging sapi di dalam negeri,


Daging sapi merupakan sumber pemerintah membuka kran impor baik
protein hewani asal ternak. Permintaan untuk sapi bakalan ataupun daging beku.
daging sapi di Indonesia relatif lebih Pasokan daging sapi dalam negeri hanya
tinggi dibandingkan dengan pasokan mampu memenuhi kebutuhan daging sapi
daging sapi dalam negeri. Dalam rangka sebesar 30%, sisanya berasal dari impor.
mengurangi ketimpangan antara demand Australia merupakan salah satu negara

228
Analisis Penentuan Metode Penetapan Tarif Retribusi Rumah Potong Hewan
dalam Pemenuhan Capaian Target Pendapatan Asli Daerah di Kota Bandung
Achmad Firman, Andre Revianda Daud, Hermawan

pengimpor sapi bakalan dan daging beku kesehatan masyarakat veteriner dari
terbesar bagi Indonesia. pengelola RPH untuk memastikan produk
Isu yang mengemuka saat ini daging dan turunannya aman untuk
adalah food safety. Keamanan pangan dikonsumsi. Sehat artinya ternak sebelum
menjadi isu global yang menjadi pusat dipotong (ante mortem) dan setelah
perhatian karena berkaitan dengan dipotong (post mortem) akan diperiksa
keamanan pangan yang akan dikonsumsi kesehatannya. Utuh artinya ternak yang
oleh manusia, termasuk daging sapi. akan dipotong tidak memiliki cacat fisik
Daging sapi berasal dari sapi hidup yang pada saat dipotong. Halal adalah ternak
harus diberi perlakuan sebelum menjadi yang dipotong mengikuti syariat Islam
daging dan produk turunannya. tatacara pemotongannya.
Subadyo (2017) menyatakan bahwa Berdasarkan kategori di atas dapat
Rumah Pemotongan Hewan (RPH) adalah dipastikan produk daging dan turunannya
tempat dan sarana pelayanan masyarakat yang dihasilkan RPH sudah memenuhi
untuk melakasanakan tempat kriteria aman untuk dikonsumsi. Apabila
penyembelihan hewan secara benar, distribusi daging dan produk turunannya
tempat melaksanakan pemeriksaan hewan dari RPH ke luar RPH tidak dilakukan
sebelum dan setelah dipotong serta dengan baik dapat menyebabkan daging
tempat pemantauan dan surveilans yang dikonsumsi tidak higienis. Oleh
penyakit hewan dan zoonis sehingga karena itu, daging dan produk turunannya
daging disediakan menjadi aman, sehat yang keluar dari RPH harus
utuh, halal (ASUH). Menurut Tawaf dkk menggunakan peralatan khusus agar
(2013), RPH adalah sebagai lembaga daging higienis.
penyedia daging sapi segar dari ternak Pendirian RPH di suatu daerah
sapi yang dipotong. Berdasarkan definisi harus mengikuti aturan SNI 01-6159-
tersebut semakin jelas bahwa RPH adalah 1999. Standarisasi ini diberikan agar
sarana dan prasarana yang disiapkan RPH yang dibangun mampu
untuk pemotongan ternak yang menghasilkan daging yang ASUH.
menghasilkan daging yang ASUH. Demikian juga dengan evaluasi
Aman artinya daging dan produk kelayakan RPH akan berpedoman pada
lainnya dari hasil pemotongan ternak SNI standar teknis RPH dan SNI mutu
diperiksa oleh tim kesehatan hewan dan

229
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Januari 2020. 6(1): 228-237

karkas dan daging sapi (Aqidawati dan pemukiman dan memiliki instalasi
Sutopo, 2017). pengolahan limbah (Lestari, 1994 dalam
Ada beberapa hal yang Asdar, 2014). Kemudian rancang bangun
menyebabkan izin usaha RPH dapat (Detail Engineering Design) RPH
dicabut, yaitu: (1) Kegiatan pemotongan dilakukan dalam rangka persiapan
dan/atau penanganan dilakukan di RPH pembangunan RPH. Perizinan usaha RPH
atau UPD yang tidak memiliki izin harus secara sinergi diurus oleh
mendirikan RPH, (2) Melanggar pemerintah daerah yang bersangkutan
persyaratan teknis tata cara pemotongan sehingga RPH yang dibangun tidak
dan/atau penanganan daging ternak memiliki masalah di kemudian harinya.
ruminansia sebagaimana diatur dalam Pelayanan RPH yang diselenggara-
peraturan perundang-undangan, (3) kan pemerintah mendapatkan subsidi dari
Tidak melakukan kegiatan pemotongan APBD ataupun dari APBN. Subsidi atas
hewan dalam jangka waktu 6 (enam) aktivitas-aktivitas di RPH ditujukan
bulan berturut-turut setelah izin untuk meringankan beban pengguna
diberikan, dan (4) Tidak memiliki NKV (users) dari RPH. Di satu sisi, pemerintah
(Nomor Kontrol Veteriner), setelah daerah diperkenankan untuk memungut
jangka waktu yang ditentukan dalam retribusi atas layanan yang dilakukan di
peraturan perundang-undangan RPH. Hal ini didasarkan pada Undang-
(Rudyanto, 2000). undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Penyediaan RPH di suatu daerah, Daerah dan Retribusi. Berdasarkan
misalnya RPH milik pemerintah. adalah ketentuan dalam Pasal 127 pada undang-
tanggung jawab pemerintah daerah undang tersebut dikatakan bahwa Jenis
karena RPH merupakan salah satu Retribusi Jasa Usaha adalah: Retribusi
fasilitas publik yang wajib dibangun Pemakaian Kekayaan Daerah, Retribusi
untuk menjamin pangan yang ASUH. Pasar Grosir dan/atau Pertokoan,
Pembangunan RPH harus didasarkan Retribusi Tempat Pelelangan, Retribusi
pada studi kelayakan terlebih dahulu Terminal, Retribusi Tempat Khusus
untuk memastikan tingkat kelayakannya. Parkir, Retribusi Tempat Penginapan/
Selanjutnya, penenentuan lokasi yang Pesanggrahan/Villa, Retribusi Pelayanan
akan dijadikan tempat RPH. Lokasi yang Kepelabuhanan, Retribusi Tempat
akan dijadikan RPH sebaiknya jauh dari Rekreasi dan Olahraga, Retribusi

230
Analisis Penentuan Metode Penetapan Tarif Retribusi Rumah Potong Hewan
dalam Pemenuhan Capaian Target Pendapatan Asli Daerah di Kota Bandung
Achmad Firman, Andre Revianda Daud, Hermawan

Penyeberangan di Air, dan Retribusi Potong Hewan. Berdasarkan dua aturan


Penjualan Produksi Usaha Daerah. tersebut, Pemda Kota Bandung
Berdasarkan perundang-undangan memungut biaya retribusi atas pelayanan
tersebut pemerintah daerah diberikan yang diberikan di RPH, seperti
kewenangan untuk memungut retribusi penyediaan fasilitas rumah potong hewan
RPH. Retribusi ini bisa menjadi salah ternak, termasuk pelayanan pemeriksaan
satu pemasukan pendapatan bagi daerah. kesehatan hewan sebelum dan sesudah
Menurut Abdul (2001), retribusi dipotong.
adalah sebagai pungutan yang dilakukan Adanya pendapatan yang dapat
oleh pemerintah sebagai akibat adanya diperoleh dari hasil pungutan retribusi di
kontra prestasi yang diberikan oleh RPH, Dinas Pangan dan Pertanian Kota
pemerintah daerah atau pembayaran Bandung diberi target Pendapatan Asli
tersebut didasarkan atas prestasi atau Daerah (PAD) dari RPH. Selama ini,
pelayanan yang diberikan oleh target PAD yang ditetapkan kepada Dinas
pemerintah daerah yang langsung Pangan dan Pertanian Kota Bandung
dinikmati secara perorangan oleh warna belum mampu dipenuhi. Oleh karena itu,
masyarakat dan pelaksanaannya tujuan penelitian ini adalah untuk
didasarkan atas peraturan yang berlaku. menganalisis trend perkembangan jumlah
Kota Bandung merupakan ibu kota pemotongan sapi di RPH di Kota
Provinsi Jawa Barat yang memiliki 2 Bandung dan menentukan metode yang
(dua) Rumah Potong Hewan (RPH) yang terbaik yang dapat digunakan untuk
sudah berdiri sejak lama. Dinas Pangan penetapan tarif retribusi RPH di Kota
dan Pertanian Kota Bandung diberi tugas Bandung agar target PAD yang
untuk mengelola kedua RPH tersebut. ditetapkan dapat tercapai.
Salah satu tugas pokoknya adalah
memungut retribusi dari layanan RPH. METODE PENELITIAN
Kekuatan hukum atas pungutan rertribusi Metode yang digunakan dalam
RPH, yaitu UU No. 28 Tahun 2009. penelitian ini adalah metode deskriptif.
Selain itu, Pemerintah Daerah Kota Metode ini mendeskripsikan berbagai
Bandung juga telah memiliki Peraturan hasil analisis data sekunder yang
Daerah No. 11 Tahun 2012 tentang diperoleh dari berbagai sumber yang
Penyelenggaraan dan Retribusi Rumah terkiat dengan penelitian, seperti Dinas

231
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Januari 2020. 6(1): 228-237

Pangan dan Pertanian Kota Bandung, b. Metode Penciptaan Nilai Tambah


Badan Pusat Statistik Kota Bandung, dan (Value Added Method)
instansi lainnya yang memiliki data yang Metode penciptaan nilai tambah
relevan dengan penelitian ini. dalam menentukan tarif retribusi
Data yang digunakan dalam dilakukan dengan menggunakan rumus,
penelitian ini adalah data sekunder yang dan asumsi-asumsi yang berlaku umum
diperoleh dari Dinas Pangan dan saat ini dengan persamaan (Tawaf, dkk.,
Pertanian Kota Bandung maupun melalui 2018):
situs Badan Pusat Statistik Kota
Bandung.
Dimana:
Metode analisis penentuan tarif
- T adalah tarif retribusi RPH dengan
retribusi yang digunakan dalam
satuan rupiah (Rp) per ekor;
penelitian ini adalah sebagai berikut:
- ANT adalah angka normatif tarif
a. Metode Activity Based Costing
dengan satuan absolut (bisa 1; 1,4;
Penghitungan biaya pokok untuk
atau 2 dan nilai ini bisa hasil trial and
jasa pelayanan pemotongan hewan di
error);
RPH milik pemerintah dilakukan dengan
- BB adalah bobot badan hidup hewan
menggunakan metode activity based
dengan satuan kilogram (Kg);
costing. Adapun rincian dari biaya-biaya
- HNK adalah harga pasar Non Karkas
yang dikeluarkan dari seluruh aktivitas di
dengan satuan (Rp);
RPH adalah pada Tabel 1.
Tabel 1. Penghitungan Harga Pokok Produksi - PK adalah Persentase Karkas dengan
Pemotongan Hewan (per Tahun)
Aktivitas Cost
unit satuan persen (rataan 50%);
Harga Pokok
pemotongan Pool %
hewan (Rp)
Produksi (Rp) - HK adalah Harga Karkas (Rp/Kg).
Persiapan - HH adalah Harga Sapi Hidup (Rp/Kg)
(termasuk
pemeriksaan ante c. Metode Penentuan Berdasarkan
dan post mortem)
Pemotongan Berat Hidup (Weight Based Model)
Pengulitan
Metode ini menggunakan bobot
Pengeluaran Jeroan
Perecahan hidup sebagai dasar penetapan tarif.
Pelayuan Semakin berat sapi yang dipotong, maka
Administrasi
tarif retribusinya akan semakin besar dan
Total
begitu sebaliknya. Metode ini sangat
berbeda dengan kedua metode

232
Analisis Penentuan Metode Penetapan Tarif Retribusi Rumah Potong Hewan
dalam Pemenuhan Capaian Target Pendapatan Asli Daerah di Kota Bandung
Achmad Firman, Andre Revianda Daud, Hermawan

sebelumnya karena tarif yang ditetapkan oleh konsumen karena daging ayam lebih
adalah fixed tariff. Sedangkan dengan murah dibandingkan dengan daging sapi.
metode ini, tarif didasarkan pada bobot
badan. Adapun formula dari penentuan
tarif dengan metode berat hidup adalah
sebagai berikut:
T = BB/K x H
Dimana:
- T adalah tarif retribusi RPH dengan Gambar 1. Perkembangan Konsumsi
Daging Sapi dan Ayam di Kota Bandung
satuan rupiah (Rp) per ekor; (Sumber: BPS Kota Bandung dan asumsi yang
diguakan adalah konsumsi daging rata-rata
- BB adalah bobot badan ternak yang 15kg/kapita, dan konsumsi daging ayam 70%
sedangkan daging sapi 15%)
ditimbang sebelum dipotong dengan
satuan kg; Di sisi lainnya, menurut data Dinas
- K adalah angka normatif dalam Pangan dan Pertanian Kota Bandung,
satuan absolut yang ditetapkan demand daging sapi belum mampu
sebesar 10 kg; dipenuhi dari pasokan daging dari RPH
- H adalah harga yang ditetapkan oleh Kota Bandung. Kekurangan pasokan
pengelola untuk mendapatkan daging sapi dipenuhi dari daging beku
kesesuaian dengan imbalan yang impor (lihat Gambar 2).
akan diperoleh. Angka yang
ditetapkan misalnya Rp 1.000/ekor.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambaran Umum
Perkembangan konsumsi daging di
Kota Bandung, khususnya daging ayam Gambar 2. Kebutuhan Konsumsi dan
Pemenuhan Daging Sapi di Kota Bandung
dan daging sapi diilustrasikan pada
Gambar 1. Berdasarkan gambar tersebut,
Adapun perkembangan pemotong-
masyarakat Kota Bandung lebih memilih
an sapi di RPH yang ada di Kota
mengkonsumsi daging ayam
Bandung dapat dilihat pada Gambar3.
dibandingkan dengan daging sapi.
Berdasarkan gambar tersebut
Konsumsi daging ayam lebih diminati

233
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Januari 2020. 6(1): 228-237

diperlihatkan bahwa terjadi peningkatan PAD dari RPH yang ditetapkan, sisanya
pemotongan sapi dari tahun 2016 – 2018. dipenuhi dari pemotongan babi dan
ayam.

Gambar 3. Perkembangan Pemotongan Gambar 4


Sapi Jantan dan Betina di RPH Kota Perkembangan Target dan Realisasi Retribusi
Bandung dari Tahun 2016-2018 dari Pemotongan Sapi
(Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan (Sumber: Dinas Pangan dan Pertanian Kota
Pangan Kota Bandung, 2019) Bandung, data diolah)

Peningkatan pemotongan ini bisa Berdasarkan data di atas juga


memberikan indikasi bahwa pelayanan diperlihatkan bahwa target PAD dapat
RPH di Kota Bandung memberikan dilampaui di tahun 2007, 2010, dan 2013
pelayanan yang baik cukup bagi bagi pada saat target PAD Rp 1,3 milyar – 1,5
pengguna RPH. Sapi yang dipotong milyar. Ketika target PAD ditetapkan di
didominasi oleh sapi-sapi hasil atas Rp 1,6 milyar, realisasi retribusi
penggemukan dari perusahan tidak mampu mencapai target yang
penggemukan. Pada tahun 2017 terjadi ditetapkan.
lonjakan sapi betina yang dipotong. Hal
ini disebabkan adanya kebijakan dari Simulasi Penentuan Model Terbaik
Penentuan Tarif Retribusi untuk
pemerintah untuk menyertakan 20% sapi Mencapai Target PAD
betina dalam setiap impor bakalan.
Ada 3 model yang dapat digunakan
untuk penentuan penetapan tarif retribusi,
Perkembangan Target dan Hasil
Retribusi RPH yaitu:
1. Model 1: Activity Based Model
Perkembangan target dan hasil
Model penentuan tarif ini
retribusi RPH di Kota Bandung
didasarkan pada keseluruhan biaya
diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
pelayanan yang disiapkan di RPH. Hasil
Retribusi sapi memberikan sumbangan
penelitian Fakultas Peternakan Unpad
rata-rata 44,6% per tahun terhadap target

234
Analisis Penentuan Metode Penetapan Tarif Retribusi Rumah Potong Hewan
dalam Pemenuhan Capaian Target Pendapatan Asli Daerah di Kota Bandung
Achmad Firman, Andre Revianda Daud, Hermawan

(2013) menunjukkan bahwa biaya yang


dibutuhkan untuk membiayai pelayanan
Yaitu:
RPH di Kabupaten Bandung dapat dilihat
- ANT =1,5; yang artinya beban
pada Tabel 2. Menurut tabel tersebut,
kontribusi sebesar 1,5% dari nilai
biaya yang dibutuhkan untuk pengelolaan
tambah berubahnya bentuk sapi
RPH adalah Rp 799.421.110. Apabila
menjadi karkas;
rata-rata jumlah pemotongan sapi per
- BB adalah bobot hidup hewan
tahun adalah 25.000 ekor sapi, maka tarif
(digunakan sapi) dengan rata-rata
retribusi dapat ditentukan sebesar Rp
berat 400 Kg
31.977/ekor atau dibulatkan menjadi Rp
- HNK adalah harga pasar Non Karkas
32.000/ekor.
(Jeroan yang biasa dimakan (edible
Tabel 2. Gambaran Proporsi Biaya Menurut
Sumberdaya di RPH Pemerintah oval), 850.000 + Harga Kaki, 200.000
No Aktivitas Nilai %
1 Infrastruktur 298,630,500 37.36 + Harga Kulit, 400.000 + Harga
2 Air 58,255,200 7.29
3 Listrik 22,535,410 2.82
Kepala, 500.000), yaitu Rp 1.950.000
4 Tenaga Kerja 79,570,000 9.95 - PK adalah Persentase Karkas sebesar
5 Peralatan
 Belanja Barang 284,055,000 35.53 minimal 50 %, untuk sapi
 Belanja Modal 56,375,000 7.05
Jumlah 799,421,110 100.00 - HK adalah Harga Karkas, yaitu Rp
Pemotongan Sapi
25.000 88.000 /Kg
per tahun (ekor)
Tarif Retribusi 32.000
- HH adalah Harga Hidup sapi, yaitu Rp
(Rp/Ekor) (dibulatkan)
Sumber: Data tahun 2013 untuk RPH di wilayah 43.000 /Kg
Kabupaten Bandung (observasi), Fakultas
Peternakan UNPAD, 2013. Dengan menggunakan asumsi-asumsi
diatas, diperoleh tarif retribusi untuk
2. Model 2: Value Added Model RPH adalah Rp 35.250 per ekor, bila
Model penentuan tarif ini dibulatkan menjadi Rp 35.000.
dikembangkan oleh Tim Peneliti Fakultas
Peternakan Unpad dalam penentuan tarif 3. Model 3: Weight Based Model
retribusi. Menurut formula yang Model penetuan tarif ini didasarkan
dikembangkan, yaitu: pada berat sapi sebelum dipotong.
Artinya, sapi harus ditimbang dulu
sebelum dipotong. Model ini membuat
Berdasarkan formula tersebut dapat
tarif retribusi tidak fixed seperti dua
dihitung tarif retribusi sebagai berikut:
model di atas tetapi didasarkan pada berat

235
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Januari 2020. 6(1): 228-237

hidup sapi sebelum dipotong. memberikan kontribusi terbesar bagi


Berdasarkan formula: capaian tersebut.
T = BB/K x H Gambar 5 juga memperlihatkan
Bedasarkan rumus tersebut dapat bahwa model 3 mendekati capaian target
dihitung, jika berat sapi adalah 400 kg PAD. Model ini memberikan rasa
sebelum dipotong, maka nilai tarif keadilan dengan penentuan tarif
retribusinya adalah didasarkan pada berat hidup, semakin
T = (400 kg/10 kg) x Rp 1000/ekor = berat sapi maka tarif pun menjadi besar.
Rp 40.000/ekor Ketiga model sangat dipengarhui oleh
Berdasarkan ketiga formula jumlah sapi yang dipotong di RPH.
tersebut, maka dapat dihitung pencapai Semakin banyak sapi yang dipotong,
target PAD didasarkan ketiga model maka berkorelasi positif dengan
tersebut yang dimulai dari tahun 2007- peningkatan retribusi.
2018. Adapun hasil analisis
diilustrasikan pada Gambar 5. KESIMPULAN
Berdasar hasil uraian di atas dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Target PAD yang ditetapkan di atas
Rp 1,5 milyar sangat sulit dicapai
berdasarkan data historis pemotongan
sapi di RPH di Kota Bandung
2. Model 3 (weight based model) adalah
Gambar 5. Simulasi Penentuan Model Tarif
Retribusi Terbaik dalam Mencapai Target
model dengan pendekatan terbaik
PAD karena penentuan tarif dari model ini

Berdasarkan hasil analisis dari didasarkan pada berat sapi sebelum

ketiga model tersebut dapat dilihat bahwa dipotong sehingga dapat memberikan

apabila target PAD ditetapkan di atas Rp rasa keadilan.

1,5 milyar, PAD tidak dapat dicapai


hanya dengan komoditas sapi, tetapi jika DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim. 2001. Manajemen
PAD ditetapkan di bawah Rp 1,5 milyar
Keuangan Daerah. Yogyakarta:
maka target PAD tersebut dapat dicapai Penerbit Bunga Rampai.
Aqidawati, E.F, dan W Sutopo. 2017.
dan retribusi dari sapi potong
Kajian Tekno Ekonomi Perbaikan

236
Analisis Penentuan Metode Penetapan Tarif Retribusi Rumah Potong Hewan
dalam Pemenuhan Capaian Target Pendapatan Asli Daerah di Kota Bandung
Achmad Firman, Andre Revianda Daud, Hermawan

Rumah Potong Hewan untuk Rudyanto, M.D. 2000. Persyaratan


Mendukung Penyediaan Daging Mendirikan Rumah Potong
Sapi di Pasar Tradisional yang Hewan. Fakultas Kedokteran
Aman, Sehat, Utuh dan Halal: Studi Hewan, Universitas Udayana.
Kasus. Prosiding Seminar dan Subadyo, A. Tutut. 2017. Pengelolaan
Konferensi Nasional IDEC, dampak pembangunan Rumah
Surakarta, 8-9 Mei 2017: 396-405. Potong Hewan Ruminansia di Kota
Asdar, Z. 2014. Analisis Proses Batu. Jurnal ABDIMAS Unmer
Pengelolaan Pemotongan Sapi dan Malang. Vol 2 (2).
Kebau di Rumah Potong Hewan Tawaf, R. Obin Rachmawan dan Andre
Tamangapa Kecamatan Manggala Daud. 2013. Revitalisasi Rumah
Makassar. Fakultas Peternakan, Pemotongan (RPH) Milik
Universitas Hasanudin. Pemerintah di Jawa Barat.
Dinas Pangan dan Pertanian Kota Fakultas Peternakan Universitas
Bandung. 2019. Laporan Padjadjaran.
Perkembangan Pemotongan dan Tawaf, R., L Herlina, dan A Fitriani.
Penerimaan Asli Daerah Kota 2018. Metode Analisis Biaya
Bandung. Dinas Pangan dan Potong Pada Rumah Potong
Pertanian Kota Bandung. Hewan di Kabupaten Bandung.
Fakultas Peternakan Unpad. 2013. Jurnal Ilmu Ternak, 18(1):34-40.
Penentuan Tarif Retribusi RPH di DOI:10.24198/jit.v18i1.18163.
Kabupaten Bandung. Fakultas
Peternakan Unpad.

237

Anda mungkin juga menyukai