KELOMPOK C :
NADIA ULFA ( E1M019055)
HAZI ROFIQOH (E1M01933)
LATIFATUL INSANIYAH (E1M019044 )
DAENG ANGGUUN AZIZI (E1M019018)
Berbagai konsep ekosistem pada dasarnya sudah mulai dirintis oleh beberapa
pakar ekologi. Pada tahun 1877, Karl Mobius (Jerman) menggunakan istilah
biocoenosis. Kemudian pada tahun 1887, S.A.Forbes (Amerika) menggunakan istilah
mikrokosmos. Di Rusia pada mulanya lebih banyak digunakan istilah biocoenosis,
ataupun geobiocoenosis. Istilah ekosistem mula-mula diperkenalkan oleh seorang
pakar ekologi dari Inggris, A.G.Tansley, pada tahun 1935. Pada akhirnya istilah
ekosistem lebih banyak digunakan dan dapat diterima secara luas sampai sekarang.
2. Komponen Ekosistem
a. Komponen Biotik
Merupakan bagian hidup dari lingkungan, termasuk semua organisme yang
dapat berinteraksi satu sama lain. Makhluk hidup sebagai komponen biotik terdiri
dari individu, populasi dan komunitas.
1) Individu
Bila kita mengamati organisme satu persatu sebagai individu, maka individu
ini
dapat kita lihat, dihitung, diukur, dipakai percobaan. Kadang-kadang
organisme
itu berkelompok menjadi satu sehingga keseluruhannya terlihat sebagai
individu. Misalnya binatang karang, rumpun bambu dan lain-lain.
2) Populasi
Populasi adalah kumpulan individu yang hidup di suatu tempat pada suatu
waktu tertentu. Spesies adalah kelompok organisme yang mampu berbiak
silang sesamanya dan menghasilkan keturunan yang fertil (pada kondisi
alami). Populasi berhubungan dengan jenis individu, waktu dan tempat.
Kepadatan populasi artinya individu - individu dihubungkan dengan ruang
yang ditempati,
Misalnya, di kelas A 40 orang, dikatakan kepadatan populasi 40 orang tiap
kelas.
3) Komunitas
Kelompok organisme yang hidup bersama-sama terdiri dari bermacam-macam
populasi disebut komunitas. Suatu komunitas biotik terdiri dari tumbuh-
tumbuhan,hewan dan manusia. Setiap makhluk hidup mempunyai fungsi dan
tugas yang berbeda dalam lingkungannya. Secara garis besar jabatan atau
fungsi organisme dalam suatu komunitas dibedakan menjadi 4 kelompok,
yaitu produsen, konsumen, pengurai, dan detritivor. Produsen atau penghasil
terdiri atas organisme autotrof, yaitu organisme yang dapat mensintesis
(membuat) makanan sendiri. Organisme autotrof Menyusun senyawa organik
dari senyawa anorganik melalui fotosintes atau kemosintesis. Organisme
autotrof biasanya adalah tumbuhan berklorofil, beberapa jenis bakteri dan
ganggang biru. Konsumen atau pemakai terdiri atas organisme heterotrof,
yaitu organisme yang
menggunakan senyawa organik yang dihasilkan oleh produsen. Termasuk
kedalam konsumen adalah hewan dan manusia. Pengurai disebut juga
perombak atau dekomposer, adalah organisme heterotroph yang menguraikan
produsen dan konsumen yang sudah mati. Dalam penguraiannya materi
organik yang kompleks akan diubah menjadi materi yang lebih sederhana dan
akhirnya menjadi mineral-mineral yang dimanfaatkan kembali oleh produsen.
Pengurai umumnya berupa mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Selain
pengurai ada kelompok mikroorganime yang termasuk detritivor. Detritivor
adalah organisme yang memakan bahan organik (sampah-serasah) menjadi
partikel-partikel yang lebih kecil (detritus), misalnya cacing tanah, serangga
tanah, siput, keluwing dan teripang.
b. Komponen Abiotik
Abiotik merupakan komponen fisik atau bagian yang tidak hidup dari
lingkungan.Kemampuan organisme untuk hidup dan berkembang biak
tergantung pada faktor fisika dan kimia lingkungannya. Misalnya air,
tanah, suhu, cahaya, udara, tekanan udara, topografi, tekanan udara.
1) Air
Air diperlukan oleh tumbuhan untuk fotosintesis. Selain itu, juga air
berguna untuk melarutkan mineral dalam tanah sehingga mudah
diserap oleh akar tumbuhan, dan menjaga kesegaran tumbuhan. Bagi
hewan darat air berguna untuk minum, bagi hewan air untuk
melarutkan oksigen. Sebagian besar tubuh mahluk hidup terdiri dari
air dan setiap hari membutuhkan air.sedang air berfungsi: a) sebagai
pelarut zat yang diperlukan tubuh, b) sebagai alat transport zat
dalam tubuh, c) mengatur suhu tubuh, d) tempat bereaksinya zat
dalam tubuh.
2) Tanah
Tanah selain berfungsi sebagai tempat berpijaknya makhluk hidup
juga bertindak sebagai substrat atau tempat hidup organisme. Tanah
juga menyediakan kebutuhan makhluk hidup seperti unsur hara dan
mineral. Suatu jenis individu mungkin tidak cocok hidup di
sembarang tanah, sebab tanah yang berbeda mungkin memiliki pH
yang berbeda, kelembapan yang berbeda maupun tingkat kesuburan
yang berbeda.
3) Suhu
Makhluk hidup dapat hidup dengan suhu tertentu, yaitu:
a. Suhu maksimum : suhu yg paling tinggi yang masih
memungkinkan untuk hidup.
b. Suhu optimum: suhu yang paling baik untuk hidup.
c. Suhu minimum: suhu yg paling rendah yg masih
memungkinkan untuk hidup.
4) Cahaya
Cahaya matahari, merupakan sumber energi di bumi. Semua mahluk
hidup baik langsung maupun tak langsung energinya berasal dari
matahari. Cahaya matahari merupakan komponen abiotik yang
berfungsi sebagai energi primer bagi ekosistem. Sebagai sumber
energi utama, cahaya penting untuk proses fotosintesis.
5) Udara
Komponen udara yang terpenting adalah O2 (Oksigen) untuk proses
pembakaran zat dalam tubuh, sedangkan CO2 (karbon dioksida)
bahan mentah dalam proses asimilasi.
6) Tekanan udara
Faktor ini tidak berpengaruh secara langsung pada mahluk hidup,
karena makhluk hidup dapat menyesuaikan diri.
7) Topografi
Topografi meliputi faktor altitude, yaitu ketinggian suatu tempat
yang diukur dari permukaan laut dan latitude, yaitu letak lintang
yang diukur dari garis khatulistiwa. Topografi mempunyai pengaruh
yang besar terhadap penyebaran. makhluk hidup yang tampak jelas
pada penyebaran tumbuhan. Hal ini disebabkan adanya perbedaan
topografi yang mengakibatkan intensitas cahaya, suhu, dan curah
hujan berbeda-beda di setiap tempat.
8) Iklim
Iklim merupakan komponen abiotik yang terbentuk sebagai hasil
interaksi berbagai komponen abiotik lainnya, seperti kelembaban
udara, suhu dan curah hujan. Iklim sangat memengaruhi kesuburan
tanah, tetapi kesuburan tanah tidak berpengaruh terhadap iklim.
b. Produktivitas primer
Pada rantai makanan dalam suatu ekosistem, organisme yang ada di dalam
ekosistem tersebut dikelompokkan ke dalam beberapa tingkatan berdasarkan
fungsinya antara lain Produsen, Konsumen (tingkat I, II, III, dan seterusnya atau
herbivora, karnivora tingkat I, II, III, top karnivora), dekomposer atau
mikroorganisme pengurai. Masing-masing kelompok ini mempunyai jarak transfer
makanan tertentu dari sumber energi yang masuk ke ekosistem.
6. Siklus Biogeokimia
B. Siklus Nitrogen
Pada umumnya makhluk hidup tidak dapat mengambil langsung
nitrogen yang ada di udara. Tapi nitrogen dapat diambil pada proses fiksasi
nitrogen oleh bakteri Azotobacter dan Rhizobium.
Gas nitrogen ikatannya stabil dan sulit bereaksi, sehingga tidak bisa
dimanfaatkan secara langsung oleh makhluk hidup. Nitrogen dalam tubuh
makhluk hidup merupakan komponen penyusun asam amino yang akan
membentuk protein. Nitrogen bebas juga dapat bereaksi dengan hidrogen atau
oksigen dengan bantuan kilat atau petir membentuk nitrat (NO). Tumbuhan
menyerap nitrogen dalam bentuk nitrit ataupun nitrat dari dalam tanah untuk
menyusun protein dalam tubuhnya. Ketika tumbuhan dimakan oleh herbivora,
nitrogen yang ada akan berpindah ke tubuh hewan tersebut bersama makanan.
Ketika tumbuhan dan hewan mati ataupun sisa hasil ekskresi hewan (urine)
akan diuraikan oleh dekomposer menjadi amonium dan amonia. Oleh bakteri
nitrit (contohnya Nitrosomonas), amonia akan diubah menjadi nitrit, proses ini
disebut sebagai nitritasi. Kemudian, nitrit dengan bantuan bakteri nitrat
(contohnya Nitrobacter) akan diubah menjadi nitrat, proses ini disebut sebagai
proses nitratasi. Peristiwa proses perubahan amonia menjadi nitrit dan nitrat
dengan bantuan bakteri disebut sebagai proses nitrifikasi. Adapula bakteri
yang mampu mengubah nitrit atau nitrat menjadi nitrogen bebas di udara,
proses ini disebut sebagai denitrifikasi.
Air di atmosfer berada dalam bentuk uap air. Uap air berasal dari air di
daratan dan laut yang menguap karena panas cahaya matahari. Sebagian besar uap air
di atmosfer berasal dari laut karena laut mencapai tigaperempat luas permukaan
bumi. Uap air di atmosfer terkondensasi menjadi awan yang turun ke daratan dan laut
dalam bentuk hujan. Air hujan di daratan masuk ke dalam tanah membentuk air
permukaan tanah dan air tanah.
Tumbuhan darat menyerap air yang ada di dalam tanah. Dalam tubuh
tumbuhan air mengalir melalui suatu pembuluh. Kemudian melalui tranpirasi uap air
dilepaskan oleh tumbuhan ke atmosfer. Tranpirasi oleh tumbuhan mencakup 90%
penguapan pada ekosistem darat.
Hewan memperoleh air langsung dari air permukaan serta dari tumbuhan dan
hewan yang dimakan, sedangkan manusia menggunakan sekitar seperempat air tanah.
Sebagian air keluar dari tubuh hewan dan manusia sebagai urin dan keringat. Air
tanah dan air permukaan sebagian mengalir ke sungai, kemudian ke danau dan ke
laut. Siklus ini di sebut Siklus Panjang. Sedangkan siklus yang dimulai dengan proses
Transpirasi dan Evapotranspirasi dari air yang terdapat di permukaan bumi, lalu
diikuti oleh Presipitasi atau turunnya air ke permukaan bumi disebut Siklus Pendek.
Belerang dalam tubuh organisme merupakan unsur penyusun protein. Di alam, sulfur
(belerang) terkandung dalam tanah dalam bentuk mineral tanah dan di udara dalam
bentuk SO atau gas sulfur dioksida. Ketika gas sulfur dioksida yang berada di udara
bersenyawa dengan oksigen dan air, akan membentuk asam sulfat yang ketika jatuh
ke tanah akan menjadi bentuk ion-ion sulfat (SO4 2- ). Kemudian ion-ion sulfat tadi
akan diserap oleh tumbuhan untuk menyusun protein dalam tubuhnya. Ketika
manusia atau hewan memakan tumbuhan, maka akan terjadi perpindahan unsur
belerang dari tumbuhan ke tubuh hewan atau manusia.
Ketika hewan atau tumbuhan mati, jasadnya akan diuraikan oleh bakteri dan jamur
pengurai dan menghasilkan bau busuk, yaitu gas hidrogen sulfida (H2S) yang akan
dilepas ke udara dan sebagian tetap ada di dalam tanah. Gas hidrogen sulfida yang
ada di udara akan bersenyawa dengan oksigen membentuk sulfur oksida, dan yang di
tanah oleh bakteri tanah akan diubah menjadi ion sulfat dan senyawa sulfur oksida
yang nanti akan diserap kembali oleh tumbuhan.
Gambar 4.5 Siklus Belerang (Sulfur)
F. Siklus Fosfor
Siklus fosfor dalam lingkungan hidup relatif lebih sederhana bila
dibandingkan dengan siklus bahan-bahan kimia yang lain, tetapi siklus fosfor ini
mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pembawa energi dalam bentuk ATP
(Adenosin Triphosphat).
Siklus unsur ini adalah perputaran bahan kimia yang menghasilkan endapan
seperti halnya siklus kalsium. Sebagian besar fosfor terdapat dalam batuan beku dan
bahan induk tanah sebagai senyawa apatit. fluoroapatit (Ca 10(PO4)6F2) merupakan
salah satu mineral apatit yang dikenal. Dalam lingkungan tidak ditemukan senyawa
fosfor yang berbentuk gas, pada umumnya unsur fosfor yang terdapat di lingkungan
berupa partikel-partikel padat.
Di alam, unsur fosfor banyak terdapat dalam bentuk HPO 42- atau HPO4 -
,
baik sebagai ion anorganik maupun organik yang larut serta yang tidak larut.
Sangat dibutuhkan untuk membentuk asam nukleat, protein, ATP
Fosfor tidak mengalami fase gan
Batuan yang mengandung fosfat → pelapukan → fosfat terbawa ke laut →
terbentuk sedimen
Bakteri dan jamur → mengurai materi anorganik di tanah → fosfor →
dipakai tumbuhan
Fosfat di tanah → digunakan tumbuhan → dimakan herbivor → dimakan
karnivor → fosfat keluar melalui urin dan feses.