Anda di halaman 1dari 22

KIMIA LINGKUNGAN

EKOSISTEM DAN SUMBER DAYA ALAM

KELOMPOK C :
NADIA ULFA ( E1M019055)
HAZI ROFIQOH (E1M01933)
LATIFATUL INSANIYAH (E1M019044 )
DAENG ANGGUUN AZIZI (E1M019018)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS MATARAM
2021
EKOSISTEM DAN SUMBER DAYA ALAM
1. Pengertian Ekosistem

Di dalam ekosistem, organisme yang ada selalu berinteraksi secara timbal


balik dengan lingkungannya. Interaksi timbal balik ini membentuk suatu sistem yang
kemudian kita kenal sebagai sistem ekologi atau ekosistem. Dengan kata lain
ekosistem merupakan suatu satuan fungsional dasar yang menyangkut proses interaksi
organisme hidup dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa
lingkungan biotik (makhluk hidup) maupun abiotik (non makhluk hidup). Sebagai
suatu sistem, di dalam suatu ekosistem selalu dijumpai proses interaksi antara
makhluk hidup dengan lingkungannya, antara lain dapat berupa adanya aliran energi,
rantai makanan, siklus biogeokimiawi, perkembangan, dan pengendalian.

Ekosistem juga dapat didefinisikan sebagai suatu satuan lingkungan yang


melibatkan unsur-unsur biotik (jenis-jenis makhluk) dan faktor-faktor fisik (iklim, air,
dan tanah) serta kimia (keasaman dan salinitas) yang saling berinteraksi satu sama
lainnya. Gatra yang dapat digunakan sebagai ciri keseutuhan ekosistem adalah
energetika (taraf trofi atau makanan, produsen, konsumen, dan redusen), pendauran
hara (peran pelaksana taraf trofi), dan produktivitas (hasil keseluruhan sistem). Jika
dilihat komponen biotanya, jenis yang dapat hidup dalam ekosistem ditentukan oleh
hubungannya dengan jenis lain yang tinggal dalam ekosistem tersebut. Selain itu
keberadaannya ditentukan juga oleh keseluruhan jenis dan faktor-faktor fisik serta
kimia yang menyusun ekosistem tersebut.

Berbagai konsep ekosistem pada dasarnya sudah mulai dirintis oleh beberapa
pakar ekologi. Pada tahun 1877, Karl Mobius (Jerman) menggunakan istilah
biocoenosis. Kemudian pada tahun 1887, S.A.Forbes (Amerika) menggunakan istilah
mikrokosmos. Di Rusia pada mulanya lebih banyak digunakan istilah biocoenosis,
ataupun geobiocoenosis. Istilah ekosistem mula-mula diperkenalkan oleh seorang
pakar ekologi dari Inggris, A.G.Tansley, pada tahun 1935. Pada akhirnya istilah
ekosistem lebih banyak digunakan dan dapat diterima secara luas sampai sekarang.

2. Komponen Ekosistem

a. Komponen Biotik
Merupakan bagian hidup dari lingkungan, termasuk semua organisme yang
dapat berinteraksi satu sama lain. Makhluk hidup sebagai komponen biotik terdiri
dari individu, populasi dan komunitas.

1) Individu
Bila kita mengamati organisme satu persatu sebagai individu, maka individu
ini
dapat kita lihat, dihitung, diukur, dipakai percobaan. Kadang-kadang
organisme
itu berkelompok menjadi satu sehingga keseluruhannya terlihat sebagai
individu. Misalnya binatang karang, rumpun bambu dan lain-lain.
2) Populasi
Populasi adalah kumpulan individu yang hidup di suatu tempat pada suatu
waktu tertentu. Spesies adalah kelompok organisme yang mampu berbiak
silang sesamanya dan menghasilkan keturunan yang fertil (pada kondisi
alami). Populasi berhubungan dengan jenis individu, waktu dan tempat.
Kepadatan populasi artinya individu - individu dihubungkan dengan ruang
yang ditempati,
Misalnya, di kelas A 40 orang, dikatakan kepadatan populasi 40 orang tiap
kelas.

3) Komunitas
Kelompok organisme yang hidup bersama-sama terdiri dari bermacam-macam
populasi disebut komunitas. Suatu komunitas biotik terdiri dari tumbuh-
tumbuhan,hewan dan manusia. Setiap makhluk hidup mempunyai fungsi dan
tugas yang berbeda dalam lingkungannya. Secara garis besar jabatan atau
fungsi organisme dalam suatu komunitas dibedakan menjadi 4 kelompok,
yaitu produsen, konsumen, pengurai, dan detritivor. Produsen atau penghasil
terdiri atas organisme autotrof, yaitu organisme yang dapat mensintesis
(membuat) makanan sendiri. Organisme autotrof Menyusun senyawa organik
dari senyawa anorganik melalui fotosintes atau kemosintesis. Organisme
autotrof biasanya adalah tumbuhan berklorofil, beberapa jenis bakteri dan
ganggang biru. Konsumen atau pemakai terdiri atas organisme heterotrof,
yaitu organisme yang
menggunakan senyawa organik yang dihasilkan oleh produsen. Termasuk
kedalam konsumen adalah hewan dan manusia. Pengurai disebut juga
perombak atau dekomposer, adalah organisme heterotroph yang menguraikan
produsen dan konsumen yang sudah mati. Dalam penguraiannya materi
organik yang kompleks akan diubah menjadi materi yang lebih sederhana dan
akhirnya menjadi mineral-mineral yang dimanfaatkan kembali oleh produsen.
Pengurai umumnya berupa mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Selain
pengurai ada kelompok mikroorganime yang termasuk detritivor. Detritivor
adalah organisme yang memakan bahan organik (sampah-serasah) menjadi
partikel-partikel yang lebih kecil (detritus), misalnya cacing tanah, serangga
tanah, siput, keluwing dan teripang.

b. Komponen Abiotik
Abiotik merupakan komponen fisik atau bagian yang tidak hidup dari
lingkungan.Kemampuan organisme untuk hidup dan berkembang biak
tergantung pada faktor fisika dan kimia lingkungannya. Misalnya air,
tanah, suhu, cahaya, udara, tekanan udara, topografi, tekanan udara.
1) Air
Air diperlukan oleh tumbuhan untuk fotosintesis. Selain itu, juga air
berguna untuk melarutkan mineral dalam tanah sehingga mudah
diserap oleh akar tumbuhan, dan menjaga kesegaran tumbuhan. Bagi
hewan darat air berguna untuk minum, bagi hewan air untuk
melarutkan oksigen. Sebagian besar tubuh mahluk hidup terdiri dari
air dan setiap hari membutuhkan air.sedang air berfungsi: a) sebagai
pelarut zat yang diperlukan tubuh, b) sebagai alat transport zat
dalam tubuh, c) mengatur suhu tubuh, d) tempat bereaksinya zat
dalam tubuh.

2) Tanah
Tanah selain berfungsi sebagai tempat berpijaknya makhluk hidup
juga bertindak sebagai substrat atau tempat hidup organisme. Tanah
juga menyediakan kebutuhan makhluk hidup seperti unsur hara dan
mineral. Suatu jenis individu mungkin tidak cocok hidup di
sembarang tanah, sebab tanah yang berbeda mungkin memiliki pH
yang berbeda, kelembapan yang berbeda maupun tingkat kesuburan
yang berbeda.
3) Suhu
Makhluk hidup dapat hidup dengan suhu tertentu, yaitu:
a. Suhu maksimum : suhu yg paling tinggi yang masih
memungkinkan untuk hidup.
b. Suhu optimum: suhu yang paling baik untuk hidup.
c. Suhu minimum: suhu yg paling rendah yg masih
memungkinkan untuk hidup.
4) Cahaya
Cahaya matahari, merupakan sumber energi di bumi. Semua mahluk
hidup baik langsung maupun tak langsung energinya berasal dari
matahari. Cahaya matahari merupakan komponen abiotik yang
berfungsi sebagai energi primer bagi ekosistem. Sebagai sumber
energi utama, cahaya penting untuk proses fotosintesis.

5) Udara
Komponen udara yang terpenting adalah O2 (Oksigen) untuk proses
pembakaran zat dalam tubuh, sedangkan CO2 (karbon dioksida)
bahan mentah dalam proses asimilasi.

6) Tekanan udara
Faktor ini tidak berpengaruh secara langsung pada mahluk hidup,
karena makhluk hidup dapat menyesuaikan diri.

7) Topografi
Topografi meliputi faktor altitude, yaitu ketinggian suatu tempat
yang diukur dari permukaan laut dan latitude, yaitu letak lintang
yang diukur dari garis khatulistiwa. Topografi mempunyai pengaruh
yang besar terhadap penyebaran. makhluk hidup yang tampak jelas
pada penyebaran tumbuhan. Hal ini disebabkan adanya perbedaan
topografi yang mengakibatkan intensitas cahaya, suhu, dan curah
hujan berbeda-beda di setiap tempat.
8) Iklim
Iklim merupakan komponen abiotik yang terbentuk sebagai hasil
interaksi berbagai komponen abiotik lainnya, seperti kelembaban
udara, suhu dan curah hujan. Iklim sangat memengaruhi kesuburan
tanah, tetapi kesuburan tanah tidak berpengaruh terhadap iklim.

3. Ruang Lingkup Sumber Daya Alam


Pengertian sumberdaya ada dua macam (Bihop dan Toussaint. 1958; dalam
Soerianegara. 1977), yaitu :
a. Dari sudut pandang umum merupakan "resources" atau sumber persediaan
baik yang cadangan atau yang baru.
b. Dari sisi ekonomi merupakan "input” bagi suatu proses produksi (lihat gambar
2).

Sumberdaya alam (natural resources = SDA) dan lingkungan


(environment = LH) merupakan kesatuan sistem ekologis atau yang disebut
sebagai ekosistem (ecosystem), yang memiliki manfaat langsung dan tidak
langsung bagi manusia. Dengan kata lain sumberdaya alam pada dasarnya
merupakan komponen lingkungan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia
untuk mempertahankan keberadaannya dan/atau meningkatkan
kesejahteraanyanya.

Walaupun demikian hal penting yang perlu digaris bawahi. Bahwa


sumberdaya bukan senantiasa sesuatu barang yang nyata, tetapi atribut dari
lingkungan. yang menurut anggapan manusia memiliki nilai dalam jangka
waktu tertentu, yang dibatasi oleh keadaan sosial, ekonomi dan kelembagaan.
(O'riordan, 1971: dalam Soerianegara, 1977). Contoh tanah-tanah di sekitar
kota besar selama tidak memiliki harga (dan berarti manfaat bagi manusia)
hanya merupakan komponen lingkungan abiotik saja. Akan tetapi tanah-tanah
tersebut (atau tepatnya lahan) akan menjadi sumberdaya bilamana telah
memiliki harga dikarenakan telah tersedianya fasilitas komunikasi atau
memiliki akses.
Terdapat beberapa pendapat mengenai pembagian sumberdaya alam. antara
lain ditinjau dari sifat umum ekosistemnya dibagi menjadi dua golongan besar
yaitu SDA terestris (daratan) dan SDA akuatik (perairan).
Adapun Djojohadikusumo (1975, 1976) dalam Soerianegara (1977)
membedakan SDA menurut macamnya sebagai berikut:
• Sumberdaya tanah dan air.
• Sumberdaya tanaman dan pohon-pohonan
• Sumberdaya akuatik termasuk perikanan laut dan darat
• Sumberdaya mineral dan energi, termasuk energi matahari dan
energi pasang surut.
Meskipun demikian, dalam pengelolaan SDA umumnya dikenal tiga
macam sumberdaya alam didasarkan pada sifatnya, yaitu :
a) Sumberdaya alam yang dapat dipulihkan (renewable resources),
dimana aliran sumberdaya tergantung kepada manajemennya, dengan
beberapa kemungkinan persediaannya dapat menurun. mantap (lestari)
atau meningkat. Contoh tanah, hutan dan margasatwa.
b) Sumberdaya alam yang tidak dapat dipulihkan (non renewable atau
deposit resources), dimana persediaan tetap dan sumberdaya alam ini
terdiri dari:
• Secara fisik persediaan akan habis seluruhnya. Contoh: batu
bara, minyak bumi, gas alam.
• Persediaan menurun, tetapi dapat digunakan kembali (daur
ulang). Contoh: kelompok logam dan karet.
a) Sumberdaya alam yang tak akan habis (continuous atau flow
resources), dimana tersedia secara berkelanjutan terdiri dari:
• Persediaannya tidak terbatas dan tidak terpengaruh oleh
tindakan manusia. Contoh : energi matahari, energi pasang
surut.
• Persediaannya tidak terbatas, tetapi terpengaruh oleh tindakan
manusia. Contoh : bentang alam, keindahan alam, ruang
angkasa dan udara.
I. Klasifikasi Sumber daya alam
Secara Umum Sumber Daya alam dapat diklasifikasikan dalam 2 kelompok
( berdasarkan Skala Waktu Pembentukan )
a. Kelompok Stock, yaitu: SDA ini dianggap memiliki cadangan terbatas
sehingga eksploitasi dapat menghabiskan SDA, dengan kata lain tidak
dapat diperbaharui / non-renewable
b. Kelompok Flows, yaitu : Jumlah fisik dari SDA berubah sepanjang
waktu artinya berapa jumlah yang dimanfaatkan sekarang bisa
mempengaruhi keterbatasan SDA masa datang. Dengan kata lain SDA
ini bisa/dapat diperbaharui ( renewable ) dan untuk regenerasinya ada
yang tergantung pada proses biologi dan ada yang tidak.

Sumber Daya Alam dapat juga diklasifikasikan menurut jenis penggunaaan


akhir ( HANLEY, 1997)
a. SDA material yaitu SDA yang dimanfaatkan sebagai bagian dari komoditas,
misalnya biji besi menjadi besi menjadi komponen lain. SDA ini dibagi
menjadi material Metalik dan Non Metalik.
b. SDA Energi yaitu SDA yang digunakan untuk menggerakkan energy melalui
proses transformasi panas / energi
4. Aliran Energi

Aliran energi merupakan rangkaian urutan pemindahan bentuk energi satu ke


bentuk energi yang lain dimulai dari sinar matahari lalu ke produsen, ke konsumen
primer (herbivora), ke konsumen tingkat tinggi (karnivora), sampai ke saproba, aliran
energi juga dapat diartikan perpindahan energi dari satu tingkatan trofik ke tingkatan
berikutnya. Pada proses perpindahan selalu terjadi pengurangan jumlah energi setiap
melalui tingkat trofik makan-memakan. Energi dapat berubah menjadi bentuk lain,
seperti energi kimia, energi mekanik, energi listrik, dan energi panas. Perubahan
bentuk energi menjadi bentuk lain ini dinamakan transformasi energi.
a. Produktivitas ekosistem
Sumber energi utama bagi kehidupan adalah cahaya Matahari. Energi cahaya
Matahari masuk ke dalam komponen biotik melalui produsen (organisme
fotoautotropik) yang diubah menjadi energi kimia tersimpan di dalam senyawa
organik. Energi kimia mengalir dari produsen ke konsumen dari berbagai
tingkat tropik melalui jalur rantai makanan. Energi kimia tersebut digunakan
organisme untuk pertumbuhan dan perkembangan. Kemampuan organisme-
organisme dalam ekosistem untuk menerima dan menyimpan energi
dinamakan produktivitas ekosistem. Produktivitas ekosistem terdiri dari
produktivitas primer dan produktivitas sekunder'serta konsumen final.

b. Produktivitas primer

Produktivitas primer adalah kecepatan organisme autotrof sebagai produsen


mengubah energi cahaya Matahari menjadi energi kimia dalam bentuk bahan
organik. Hanya sebagian kecil energi cahaya yang dapat diserap oleh
produsen. Produktivitas primer berbeda pada setiap ekosistem, yang terbesar
ada pada ekosistem hutan hujan tropis dan ekosistem hutan bakau.
Produktivitas primer dibagi menjadi dua yaitu produktivitas primer kotor
(PPk) dan produktivitas primer bersih (PPB)

 Produktivitas primer kotor (PPk) adalah seluruh bahan organik yang


dihasilkan dari proses fotosintesis pada organisme fotoautotrof. Lebih kurang
20% dari PPK digunakan oleh organisme fotoautotrof untuk respirasi, tumbuh
dan berkembang.

 Produktivitas primer bersih (PPB) adalah sisa energi produktivitas primer


kotor yang baru disimpan. Biomassa organisme autotrof (produsen)
diperkirakan mencapai 50%-90% dari seluruh bahan organik hasil fotosintesis.
Hal ini menunjukkan simpanan energi kimia yang dapat ditransfer ke trofik
selanjutnya melalui hubungan makan dimakan dalam ekosistem.

c. Produktivitas sekunder & Efisiensi ekologi


Produktivitas sekunder (PS) adalah kecepatan organisme heterotrof
mengubah energi kimia dari bahan organik yang dimakan menjadi simpanan
energi kimia baru di dalam tubuhnya. Energi kimia dalam bahan organik yang
berpindah dari produsen ke organisme heterotrof (konsumen primer)
dipergunakan untuk aktivitas hidup dan hanya sebagian yang dapat diubah
menjadi energi kimia yang tersimpan di dalam tubuhnya sebagai produktivitas
bersih.

Demikian juga perpindahan energi ke konsumen sekunder dan tersier akan


selalu menjadi berkurang. Perbandingan produktivitas bersih antara trofik
dengan trofik-trofik di atasnya dinamakan efisiensi ekologi. Diperkirakan
hanya sekitar 10% energi yang dapat ditransfer sebagai biomassa dari trofik
sebelumnya ke trofik berikutnya.
5. Rantai Makanan

Pada rantai makanan dalam suatu ekosistem, organisme yang ada di dalam
ekosistem tersebut dikelompokkan ke dalam beberapa tingkatan berdasarkan
fungsinya antara lain Produsen, Konsumen (tingkat I, II, III, dan seterusnya atau
herbivora, karnivora tingkat I, II, III, top karnivora), dekomposer atau
mikroorganisme pengurai. Masing-masing kelompok ini mempunyai jarak transfer
makanan tertentu dari sumber energi yang masuk ke ekosistem.

Produsen merupakan organisme yang dapat membentuk bahan organik dari


CO2 dan air dengan bantuan energi matahari dalam proses fotosintesis. Termasuk
produsen adalah tumbuhan yang berklorofil (berhijau daun). Konsumen merupakan
organisme yang menggunakan bahan organik yang telah dibentuk oleh produsen
untuk makanannya. Termasuk konsumen adalah organisme yang tidak bisa membuat
makanannya sendiri, dan bukan tumbuhan (hewan, manusia, mikroorganisme).
Dekomposer merupakan organisme yang dapat menguraikan sampah organik yang
berasal dari produsen dan konsumen melalui proses humifikasi dan mineralisasi
menjadi bahan mineral, termasuk dekomposer adalah mikroorganisme tanah. Masing-
masing kelompok organisme yang mempunyai jarak transfer makanan dari sumber
energi menempati suatu tingkatan transfer tertentu, sebagai berikut.
1) Tingkat Trofik 1: Produsen berupa tumbuhan.
2) Tingkat Trofik 2: Herbivora berupa hewan.
3) Tingkat Trofik 3: Karnivora berupa hewan yang memakan hewan herbivora.
4) Tingkat Trofik 4: Karnivora berupa hewan yang memakan hewan tingkat trofik 3.
Rantai makanan secara sederhana dapat digambarkan seperti tersebut pada
Gambar 1.5 hal tersebut secara kuantitatif sudah tergambarkan dalam Tabel 1.1

Konsep rantai makanan biasanya dapat digunakan untuk membahas aliran


energi dan siklus mineral yang ada di dalam suatu ekosistem seperti tersebut pada
Gambar 1.6. Aliran energi dan mineral tersebut sebagai suatu proses perpindahan
energi dan mineral dari komponen ekosistem berdasarkan fungsinya sebagai
Produsen, Konsumen dan Dekomposer.
Energi matahari akan masuk ke dalam tumbuhan sebagai produsen untuk
membuat bahan organik berupa karbohidrat melalui proses fotosintesis. Bahan
organik tumbuhan akan dimakan oleh hewan herbivora sebagai konsumen 1 yang
selanjutnya herbivora akan dimakan oleh karnivora 2 dan karnivora 2 akan dimakan
oleh karnivora 3 dan seterusnya. Selanjutnya, proses aliran makanan akan terjadi
mulai sampah organik yang dihasilkan atau produsen, konsumennya mati, akan
dihancurkan oleh mikroba tanah sebagai dekomposer menjadi bahan mineral yang
akan diambil lagi oleh akar tumbuhan dari dalam tanah, disebut sebagai rantai pangan
parasit atau dekomposer. Selanjutnya, bahan mineral yang sudah tersedia di dalam
tanah tersebut akan diserap oleh akar tumbuhan untuk digunakan kembali sebagai
bahan baku untuk membuat bahan organik berupa karbohidrat dengan bantuan sinar
matahari. Proses siklus mineral ini akan terus berlangsung secara terus-menerus
seperti itu di dalam suatu ekosistem.

Selanjutnya, dalam rantai makanan di dalam ekosistem, tidak sesederhana


seperti yang digambarkan dalam Gambar 1.5. Hal yang terjadi di dalam suatu
ekosistem, rantai makanan yang ada biasanya merupakan hubungan saling makan
yang lebih kompleks. Hubungan saling makan tersebut akan membentuk suatu
jaringan makanan (Food Web), seperti ditunjukkan pada Gambar 1.7.

6. Siklus Biogeokimia

A. Definisi Siklus Biogeokimia


Siklus biogeokimia atau yang biasa disebut dengan siklus organik-
anorganik adalah siklus unsur-unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari
komponen abiotik ke komponen biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik.
Siklus unsurunsur tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi juga
melibatkan reaksireaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga disebut
sebagai siklus biogeokimia.
Biogeokimia adalah jalan-jalan yang bentuknya melingkar dari unsur-
unsur kimia yang melewati unsure-unsur organisme dan lingkungannya. Bio
merujuk kepada organisme hidup, geo kepada bebatuan, tanah udara dan air
dari bumi, sedangkan kimia adalah komposisi kimia dari bumi dan pertukaran
unsure-unsur diantara bhan-bahan dari kerak bumi.

Fungsi Siklus Biogeokimia adalah sebagai siklus materi yang


mengembalikan semua unsur-unsur kimia yang sudah terpakai oleh semua
yang ada di bumi baik komponen biotik maupun komponen abiotik, sehingga
kelangsungan hidup di bumi dapat terjaga.

B. Siklus Nitrogen
Pada umumnya makhluk hidup tidak dapat mengambil langsung
nitrogen yang ada di udara. Tapi nitrogen dapat diambil pada proses fiksasi
nitrogen oleh bakteri Azotobacter dan Rhizobium.

Nitritasi: proses pengubahan amonia menjadi ion nitrit oleh


Nitromonas dan Nitrococcus. Nitratasi: proses pengubahan nitrit menjadi
nitrat oleh Nitrobacter Denitrifikasi: proses pemecahan senyawa HNO3
menjadi gas N2 oleh Pseudomonas denitrificans dan Thiobacillus denitrificans
Di alam, Nitrogen terdapat dalam bentuk senyawa organik seperti urea,
protein, dan asam nukleat atau sebagai senyawa anorganik seperti ammonia,
nitrit, dan nitrat.

Gas nitrogen ikatannya stabil dan sulit bereaksi, sehingga tidak bisa
dimanfaatkan secara langsung oleh makhluk hidup. Nitrogen dalam tubuh
makhluk hidup merupakan komponen penyusun asam amino yang akan
membentuk protein. Nitrogen bebas juga dapat bereaksi dengan hidrogen atau
oksigen dengan bantuan kilat atau petir membentuk nitrat (NO). Tumbuhan
menyerap nitrogen dalam bentuk nitrit ataupun nitrat dari dalam tanah untuk
menyusun protein dalam tubuhnya. Ketika tumbuhan dimakan oleh herbivora,
nitrogen yang ada akan berpindah ke tubuh hewan tersebut bersama makanan.
Ketika tumbuhan dan hewan mati ataupun sisa hasil ekskresi hewan (urine)
akan diuraikan oleh dekomposer menjadi amonium dan amonia. Oleh bakteri
nitrit (contohnya Nitrosomonas), amonia akan diubah menjadi nitrit, proses ini
disebut sebagai nitritasi. Kemudian, nitrit dengan bantuan bakteri nitrat
(contohnya Nitrobacter) akan diubah menjadi nitrat, proses ini disebut sebagai
proses nitratasi. Peristiwa proses perubahan amonia menjadi nitrit dan nitrat
dengan bantuan bakteri disebut sebagai proses nitrifikasi. Adapula bakteri
yang mampu mengubah nitrit atau nitrat menjadi nitrogen bebas di udara,
proses ini disebut sebagai denitrifikasi.

Di negara-negara maju, nitrogen bebas dikumpulkan untuk keperluan


industri. Selain karena proses secara alami melalui proses nitrifikasi,
penambahan unsur nitrogen di alam dapat juga melalui proses buatan melalui
pemupukan.
Berdasarkan Gambar 4.2, diketahui bahwa siklus nitrogen yang terjadi di alam
terdiri dari beberapa tahap sebelum digunakan oleh tanaman dan akhirnya
kembali dilepaskan ke atmosfer. Demikian seterusnya hingga terjadilah
sebuah siklus.

Beberapa tahapan dalam siklus nitrogen dapat dijelaskan sebagai berikut.


 Fiksasi (proses pengikatan nitrogen dari atmosfer)
 Amonifikasi (serangkaian reaksi enzimatik untuk membentuk
ammonium)
 Nitrifikasi (oksidasi ammonium menjadi nitrat)
 Denitrifikasi (reaksi pengubahan kembali senyawa nitrat menjadi gas
nitrogen, nitrogen oksida dan gas amoniak oleh aktivitas bakter
C. Siklus Karbon dan Oksigen

Sumber karbon di alam adalah CO2:


 CO2 di alam → fotosintesis → tumbuhan mati → karbon tersimpan di
dalam fosil
 Makhluk hidup bernapas → mengeluarkan CO2 dipakai untuk
fotosintesis
 Hewan mati → karbon tersimpan di dalam fosil
 Fosil → bahan bakar → CO2 terlepas kembali ke udara

Proses timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler bertanggung


jawab atas perubahan dan pergerakan utama karbon. Naik turunnya CO2 dan
O2 atsmosfer secara musiman disebabkan oleh penurunan aktivitas
fotosintetik. Dalam skala global kembalinya CO2 dan O2 ke atmosfer melalui
respirasi hampir menyeimbangkan pengeluarannya melalui fotosintesis.

Akan tetapi pembakaran kayu dan bahan bakar fosil menambahkan


lebih banyak lagi CO2 ke atmosfir. Sebagai akibatnya jumlah CO2 di atmosfer
meningkat. CO2 dan O2 atmosfer juga berpindah masuk ke dalam dan ke luar
sistem akuatik, dimana CO2 dan O2 terlibat dalam suatu keseimbangan
dinamis dengan bentuk bahan anorganik lainnya.
.
D. Siklus Air
Perpindahan air dari darat, laut, sungai, rawa, atmosfer, dan antara
organisme dengan lingkungan.
Tahapan:
a. Air dari permukaan bumi akan menguap (evaporasi)
b. Di udara, air tersebut akan menjadi awan dan mengalami kondensasi
c. Terjadi hujan, air turun kembali ke permukaan bumi

Air di atmosfer berada dalam bentuk uap air. Uap air berasal dari air di
daratan dan laut yang menguap karena panas cahaya matahari. Sebagian besar uap air
di atmosfer berasal dari laut karena laut mencapai tigaperempat luas permukaan
bumi. Uap air di atmosfer terkondensasi menjadi awan yang turun ke daratan dan laut
dalam bentuk hujan. Air hujan di daratan masuk ke dalam tanah membentuk air
permukaan tanah dan air tanah.

Tumbuhan darat menyerap air yang ada di dalam tanah. Dalam tubuh
tumbuhan air mengalir melalui suatu pembuluh. Kemudian melalui tranpirasi uap air
dilepaskan oleh tumbuhan ke atmosfer. Tranpirasi oleh tumbuhan mencakup 90%
penguapan pada ekosistem darat.

Hewan memperoleh air langsung dari air permukaan serta dari tumbuhan dan
hewan yang dimakan, sedangkan manusia menggunakan sekitar seperempat air tanah.
Sebagian air keluar dari tubuh hewan dan manusia sebagai urin dan keringat. Air
tanah dan air permukaan sebagian mengalir ke sungai, kemudian ke danau dan ke
laut. Siklus ini di sebut Siklus Panjang. Sedangkan siklus yang dimulai dengan proses
Transpirasi dan Evapotranspirasi dari air yang terdapat di permukaan bumi, lalu
diikuti oleh Presipitasi atau turunnya air ke permukaan bumi disebut Siklus Pendek.

E. Siklus Belerang (sulfur)


Kelimpahan sulfur dalam kerak bumi mencapai 0,06%. Sumber utama-utama
sulfur tanah adalah dulfida-sulfida logam yang dikandung batu plutonik. Batuan
plutonik adalah batuan yang menghasilkan sulfat yang kemudian diendapkan sebagai
garm-garam sulfat dapat larut dan tidak larut di daerah kering atau agak kering,
diserap jasad renik atau direduksi oleh jasad renik membentuk sulfida atau anasir S
atau terlindi dan tercuci menuju lautan.

Siklus belerang dalam lingkungan hidup, sama rumitnya dengan siklus


nitrogen. Unsur belerang ini banyak terdapat dalam bentuk oksidanya serta dalam
bentuk sulfidanya. Unsur belerang yang diperlukan oleh tumbuh-tumbuhan adalah
dalam bentuk senyawa sulfatnya. Unsur ini lebih banyak terdapat di dalam tanah
daripada di atmosfer, sedangkan unsur nitrogen lebih banyak terdapat di atmosfer
daripada di dalam tanah. Unsur belerang yang terdapat di dalam tanah diubah oleh
bakteri menjadi bentuk sulfat yang larut dalam air kemudian digunakan oleh tumbuh-
tumbuhan untuk proses pertumbuhannya.
Gambar 2. Siklus Sulfur di Alam

Belerang dalam tubuh organisme merupakan unsur penyusun protein. Di alam, sulfur
(belerang) terkandung dalam tanah dalam bentuk mineral tanah dan di udara dalam
bentuk SO atau gas sulfur dioksida. Ketika gas sulfur dioksida yang berada di udara
bersenyawa dengan oksigen dan air, akan membentuk asam sulfat yang ketika jatuh
ke tanah akan menjadi bentuk ion-ion sulfat (SO4 2- ). Kemudian ion-ion sulfat tadi
akan diserap oleh tumbuhan untuk menyusun protein dalam tubuhnya. Ketika
manusia atau hewan memakan tumbuhan, maka akan terjadi perpindahan unsur
belerang dari tumbuhan ke tubuh hewan atau manusia.

Ketika hewan atau tumbuhan mati, jasadnya akan diuraikan oleh bakteri dan jamur
pengurai dan menghasilkan bau busuk, yaitu gas hidrogen sulfida (H2S) yang akan
dilepas ke udara dan sebagian tetap ada di dalam tanah. Gas hidrogen sulfida yang
ada di udara akan bersenyawa dengan oksigen membentuk sulfur oksida, dan yang di
tanah oleh bakteri tanah akan diubah menjadi ion sulfat dan senyawa sulfur oksida
yang nanti akan diserap kembali oleh tumbuhan.
Gambar 4.5 Siklus Belerang (Sulfur)

Sulfur → fotosintesis → hewan → protein


Sulfur mengalir ke laut atau terurai menjadi gas H2S dan SO2 → hujan

F. Siklus Fosfor
Siklus fosfor dalam lingkungan hidup relatif lebih sederhana bila
dibandingkan dengan siklus bahan-bahan kimia yang lain, tetapi siklus fosfor ini
mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pembawa energi dalam bentuk ATP
(Adenosin Triphosphat).

Siklus unsur ini adalah perputaran bahan kimia yang menghasilkan endapan
seperti halnya siklus kalsium. Sebagian besar fosfor terdapat dalam batuan beku dan
bahan induk tanah sebagai senyawa apatit. fluoroapatit (Ca 10(PO4)6F2) merupakan
salah satu mineral apatit yang dikenal. Dalam lingkungan tidak ditemukan senyawa
fosfor yang berbentuk gas, pada umumnya unsur fosfor yang terdapat di lingkungan
berupa partikel-partikel padat.

Di alam, unsur fosfor banyak terdapat dalam bentuk HPO 42- atau HPO4 -
,
baik sebagai ion anorganik maupun organik yang larut serta yang tidak larut.
 Sangat dibutuhkan untuk membentuk asam nukleat, protein, ATP
 Fosfor tidak mengalami fase gan
 Batuan yang mengandung fosfat → pelapukan → fosfat terbawa ke laut →
terbentuk sedimen
 Bakteri dan jamur → mengurai materi anorganik di tanah → fosfor →
dipakai tumbuhan
 Fosfat di tanah → digunakan tumbuhan → dimakan herbivor → dimakan
karnivor → fosfat keluar melalui urin dan feses.

Posfor merupakan elemen penting dalam kehidupan karena semua makhluk


hidup membutuhkan posfor dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Fosfat), sebagai
sumber energi untuk metabolisme sel. Posfor terdapat di alam dalam bentuk ion fosfat
(PO4 3-). Ion Fosfat terdapat dalam bebatuan. Adanya peristiwa erosi dan pelapukan
menyebabkan fosfat terbawa menuju sungai hingga laut membentuk sedimen.
Adanya pergerakan dasar bumi menyebabkan sedimen yang mengandung fosfat
muncul ke permukaan. Di darat tumbuhan mengambil fosfat yang terlarut dalam air
tanah Herbivora mendapatkan fosfat dari tumbuhan yang dimakannya dan karnivora
mendapatkan fosfat dari herbivora yang dimakannya. Seluruh hewan mengeluarkan
fosfat melalui urin dan feses. Bakteri dan jamur mengurai bahan-bahan anorganik di
dalam tanah lalu melepaskan pospor kemudian diambil oleh tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Konservasi Sumber daya Alam Sumatra Utara II. (2002). Buku
Informasi
Kawasan Konservasi di Sumatra Utara. BKSDA SU II, Medan.
Reif, J.A. Levy, Y. (1993). Password: Kamus Bahasa Inggris Untuk
Pelajar.PT. Kesaint Blanc Indah Corp. Bekasi.
Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya
AlamHayati dan Ekosistemnya.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
Zain, S.A. (1998). Aspek Pembinaan Kawasan Hutan dan Stratifikasi
Hutan Rakyat. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Begon, M., J.L. Harper & C.R. Townsend. (1986). Ecology.
Individuals, Populations and Communities. Blackwell Sci. Pub.
Oxford.
Hamilton, L.S. and P.N. King. (1992). Daerah aliran sungai hutan
tropika. Penerjemah: Krisnawati Suryanata. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Kormondy, E.J. (1969). Concepts of Ecology. Prentice-Hall Inc., New
Jersey.
Odum, E.P. (1971). Fundamentals of Ecology. 3rd. ed. W.B. Saunders
Co. Philadelphia.
Resosudarmo, R.S.; K. Kartawinata; A. Soegiarto. (1992). Pengantar
ekologi. Penerbit Remaja Rosdakarya. Bandung.
Smith, R.L. (1974). Ecology and Field Biology. 2nd. ed. Harper &
Row, Pub. New York.
Soemarwoto, O. (1991). Ekologi dalam pembangunan berwawasan
lingkungan. Panitia Penghormatan Purnabakti Profesor Otto
Sumarwoto. Bandung.
Soemarwoto, O. (1991). Indonesia dalam kancah isu lingkungan
global. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Thohir, K.A. (1985). Butir-butir tata lingkungan. Bina Aksara. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai