Anda di halaman 1dari 1

Isu lingkungan di wilayah local

Pemerintah sepakat untuk membangun arena sirkuit di kawasan “The Mandalika, Nusa Tenggara
Barat”. Harapannya sirkuit ini bisa digunakan pada ajang MotoGP pada tahun 2022. Adanya
pembangunan sirkuit yang berstandar internasional, pemerintah memberikan dukungan yang besar,
contohnya persiapan akses jalan langsung dari Bandara International Lombok ke The Mandalika
Circuit, perpanjangan lintasan pesawat (runway) di Bandara Internasional Lombok (BIL),
pengembangan pelabuhan Gili Mas menjadi cruise terminal, dan infrastruktur disekitarnya.

Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah percaya pembangunan sirkuit Mandalika sebagai venue
MotoGP memiliki dampak positif yaitu terdapatnya pusat perbelanjaan, penginapan, dan daerah
wisata lain disana. Kenaikan jumlah wisatawan yang datang dapat menjadi dampak positif bagi
masyarakat kota Lombok dan bisa meningkatkan perekonomian Indonesia.

Meskipun terdapat harapan dengan pembangunan sirkuit Internasional Mandalika, sirkuit ini tidak
lepas dari konflik, masalah terkait HAM (Hak Asasi Manusia), dan isu-isu lingkungan. Beberapa
anggota WALHI (Wahana Lingkungan Hidup) NTB mengatakan bahwa AMDAL (Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan) proyek sirkuit mandalika ini perlu dikaji ulang karena menyebabkan belasan
dusun di desa Kute, Lombok Tengah yang terendam banjir dan kehilangan sumber air bersih
sehingga air tanah di wilayah tersebut menjadi asin karena tercampur air laut.

Bencana banjir ini mengindikasikan bahwa Kawasan sirkuit Mandalika terdapat potensi bencana
yang terjadi setiap musim hujan datang. Hal ini didukung oleh pengkajian yang dilakukan Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Mataram pada tahun 2019. Pengkajian tersebut
menunjukkan bahwa kawasan tersebut masuk dalam wilayah rawan bencana karena menyimpan
potensi gempa dan tsunami.

MELANGGAR HAM PENDUDUK LOKAL

Kuasa hukum salah satu warga di sekitar daerah pembangunan sirkuit Mandalika yang dirugikan
mengatakan, pelanggaran HAM terjadi karena tidak terpenuhinya hak warga dan terus dilakukannya
pembangunan dengan melibatkan aparat penegak hukum. Kuasa hukum itu menyebutkan, dalam
proses pembangunan telah terjadi perampasan tanah yang agresif, penggusuran dan pengusiran
paksa terhadap masyarakat adat Sasak, intimidasi, ancaman, dan tidak adanya ganti rugi bagi
masyarakat sekitar.

Tidak hanya dari lembaga swadaya masyarakat saja, PBB juga turun tangan. PBB menuduh
pemerintah Indonesia dan Indonesian Tourism Development Corporation (ITDC) sebagai
pengembang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika melanggar HAM masyarakat lokal. Dalam
laporan PBB, terdapat 150 warga yang diduga menjadi korban dalam pembangunan sirkuit
Mandalika.

Anda mungkin juga menyukai