Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KECURANGAN YANG TERDAPAT DI DALAM PEMILU

Dosen Pengampu : Hodriani,S.Sos,M.AP,M.Pd

Disusun Oleh :

Evi Verawati Sihombing (1193171004)

Nadia Pratiwi Harahap (1192471002)

Rahmad Hidayat Nasution (1193171001)

Sri Ayu Anggraini (1192471004)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

BULAN DESEMBER 2020


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan dengan judul “Kecurangan Yang Terdapat Di Dalam
Pemilu”. Selanjutnya kami mengucapkan terimakasih banyak kepada Ibu
Hodriani,S.Sos,M.AP,M.Pd selaku dosen pembimbing, karena telah memberi
bimbingan kepada kami dalam proses pembuatan makalah ini. Makalah ini
terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil,
oleh karenanya pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan belum sempurnanya apa yang kami sampaikan, sehingga apabila ada
kekurangan dalam penulisan serta isi/materi kami mohon saran dan kritiknya secara
langsung maupun tidak langsung untuk kesempurnaan penulisan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat kepada pembaca.

Medan, Desember 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2

1.3 Manfaat Penulisan ................................................................................... 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 7

BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................. 8

BAB V PEMBAHASAN DAN SOLUSI .................................................... 12

BAB VI PROJECTS ................................................................................... 15

BAB VII PENUTUP

7.1 Kesimpulan ............................................................................................. 16

7.2 Saran ........................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyelenggraan pemilihan kepala daerah di di tengah menimbulkan
kekhawatiran dan rasa was-was bagi masyarakat Indonesia. Pemilihan kepala daerah
adalah sarana untuk melaksanakan kedaulatan rakyat berdasarkan asas langsung,
umum, bebas, dan rahasia (LUBER), serta jujur dan adil (JURDIL). Dalam pesta
demokrasi. Komisi Pemilihan Umum (KPU) merupakan garda terdepan dalam sebuah
negara. Apalagi dalam penyelenggaraan pemilu, komisi ini tidak berurusan dengan
partai politik peserta pemilu, tetapi yang harus berhadapan langsung dengan
pemerintah dan masyarakat luas. Tugas dan wewenang Komisi Pemilihan Umum
(KPU) ini di atur sedemikian rupa pada pasal 8 Undang-Undang No. 15 tahun.
Dalam proses pemilihan kepala daerah tidak luput dari kampanye, demi sosok
yang sangat di idam-idamkan kepala daerah kerap menggunakan segala cara untuk
memperkenalakan dirinya sebagai calon kepala daerah, minimnya pengetahuan dan
pemahaman tentang politik di masyarakat menjadikan para politisi seperti kepala
daerah menggunakan cara-cara yang kotor seperti halnya money politic. Uang
merupakan faktor urgen yang berguna untuk mendongkrak kharisma pesona seseorang,
sekaligus untuk mengendalikan wacana strategis terkait dengan sebuah kepentingan
politik dan kekuasaan. Karena pada dasarnya, politik adalah seni.
Politik uang adalah suatu bentuk pemberian atau janji menyuap seseorang baik
supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia
menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat pemilihan. Dalam permasalahan
masyarakat kaum intelektual mempunyai tanggung jawab dalam memberikan
perubahan dalam masalah-masalah lain misalnya dalam masalah politik. Berada dalam
dunia politik bukan tentang benar atau salah melainkan tentang menang dan kalah.
Dampak dengan adanya Money politik dapat merusak bangsa. Misalnya dalam praktek
Money politik dapat merusak sistem demokrasi di Indonesia, ini dapat menyebabkan
demokrasi yang sakit atau tidak stabil, demokrasi yang harusnya “bebas” menjadi
tidak bebas hanya karena pembelian hak suara tersebut.

1
Saat ini kegiatan money politic ini justru direspon positif oleh masyarakat
dikarenakan faktor ekonomi, pendidikan , serta budaya menjadikan masyarakat tak
sungkan-sungkan terlibat dalam aktifitas money politic tersebut. Apalagi di masa
pandemi seperti ini masyarakat mengalami kesulitan ekonomi seperti banyak orang
kehilangan pekerjaan dan sumber penghasilan. Hal ini lah yang menjadikan fenomena
politik uang ini dapat diterima masyarakat. Maka dari itu penulis mencoba
memaparkan solusi terbaik untuk mencegah money politic dalam Pilkada.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan


1.2.2 Untuk mengetahui alasan masyarakat mau menerima uang sogok/money
politik dalam pilkada
1.2.3 Untuk mengetahui solusi agar masyarakat tidak mau menerima uang
sogok/money politik dalam pilkada
1.2.4 Untuk membuat masyarakat harus bijak dalam bermedia sosial.

1.3 Manfaat Penulisan

Dapat mengetahui alasan masyarakat mau menerima uang sogok/money


politik dalam pilkada, mengetahui solusi agar masyarakat tidak mau menerima
uang sogok/money politik dalam pilkada dan Untuk membuat masyarakat harus
bijak dalam bermedia sosial.

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pemilihan Umum

Pemilihan umum adalah salah satu ciri yang harus ada pada negara demokrasi.
Dengan demikian pemilu merupakan sarana yang penting untuk rakyat dalam
kehidupan negara, yaitu dengan jalan memilih wakil-wakilnya yang pada gilirannya
akan mengendalikan roda pemerintahan.

Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan


dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap mencerminkan
dengan agak akurat mencerminkan aspirasi dan partisipasi masyarakat. Walaupun
demikian pemilihan umum bukan satu-satunya tolak ukur dan disamping itu harus
dilengkapi juga dengan pengukuran kegiatan lainnya yang lebih bersifat
berkesinambungan, seperti kegiatan partai, lobbying dan sebagainya.

Menurut Ali Moertopo pengertian Pemilu sebagai berikut: “Pada hakekatnya,


pemilu adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankn kedaulatannya
sesuai dengan azas yang bermaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Pemilu itu sendiri
pada dasarnya adalah suatu Lembaga Demokrasi yang memilih anggota-anggota
perwakilan rakyat dalam MPR, DPR, DPRD, serta Kepala Daerah yang pada
gilirannya bertugas untuk bersama-sama dengan pemerintah, menetapkan politik dan
jalannya pemerintahan negara”.

Pemilihan umum secara luas yaitu sebagai sarana yang penting dalam kehidupan
suatu negara yang menganut azas Demokrasi yang memberi kesempatan
berpartisipasi politik bagi warga negara untuk memilih wakilwakilnya yang akan
menyuarakan dan menyalurkan aspirasi mereka.

2.2 Pemilihan Kepala Daerah

Secara eksplisit ketentuan tentang PILKADA langsung tercermin dalam


penyelengaraan PILKADA. Dalam Pasal 56 ayat (1) disebutkan: “Kepala daerah dan

3
wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara
demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil”. Pilihan
terhadap sistem pemilihan langsung menunjukkan koreksi atas Pilkada terdahulu
yang menggunakan sistem perwakilan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD), sebagaimana tertuang dalam Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah No.151 Tahun 2000 tentang Tata
Cara Pemilihan, Pengesahan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah. Pelaksanaan PILKADA Langsung merupakan sebuah peningkatan
demokrasi ditingkat lokal, dengan adanya demokrasi dalam sebuah negara, berarti
dalam Negara tersebut menjalankan demokrasi yang menjunjung tinggi aspirasi,
kepentingan dan suara rakyatnya. Menurut Winarno (2002: 11) mengatakan bahwa:
“sistem pemilihan secara langsung merupakan alternatif yang paling realistis guna
mendekatkan aspirasi demokrasi rakyat dengan kekuasaan pemerintah dan pada saat
yang sama memberikan basis legitimasi politik kepada pejabat eksekutif yang
terpilih”.

Menurut Fitriyah (2005:1), yaitu: “Pentingnya PILKADA secara langsung


membuat semua daerah harus mempersiapkan diri mereka sebaik-baiknya dan
berusaha bagaimana dapat berlangsung demokratis dan berkualitas sehingga benar-
benar mendapatkan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dapat membawa
kemajuan bagi daerah sekaligus memberdayakan masyarakat daerahnya. Selain itu,
salah satu tujuan diselenggarakannya pilkada secara langsung ini juga dapat
memberikan pendidikan politik bagi masyarakat didaerah, dimana nantinya mereka
menjadi lebih pengalaman dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan politik”.

2.3 Money Politic (Politik Uang)

Istilah money politic (politik uang) ialah menggunakan uang untuk


memengaruhi keputusan tertentu, dalam hal ini uang dijadikan alat untuk memengaruhi
seseorang dalam menentukan keputusan. Dengan adanya politik uang ini, maka
putusan yang dihasilkan tidaklah lagi berdasarkan idealita mengenai baik tidaknya
keputusan tersebut, melainkan semata-mata didasarkan oleh kehendak si pemberi uang,

4
karena yang bersangkutan sudah merasa teruntungkan. Ada yang mengartikan money
politic pengertiannya adalah suatu upaya mempengaruhi orang lain dengan
menggunakan imbalan materi atau dapat juga diartikan jual beli suara pada proses
politik dan kekuasaan dan tindakan membagi-bagikan uang baik milik pribadi atau
partai untuk mempengaruhi suara pemilih (voters).

Politik uang adalah suatu bentuk pemberian atau janji menyuap seseorang baik
supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia
menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat pemilihan. Dalam permasalahan
masyarakat kaum intelektual mempunyai tanggung jawab dalam memberikan
perubahan dalam masalah-masalah lain misalnya dalam masalah politik. Berada dalam
dunia politik bukan tentang benar atau salah melainkan tentang menang dan kalah.
Namun, Money politik tidak hanya di berikan kepada mereka (masyarakat)
yang memiliki hak suara, tetapi juga di berikan kepada pemegang kekuasaan rakyat.
Ini yang menyebabkan kekuasaan sudah bukan di tangan rakyat melainkan di tangan
“uang”, sehingga kedaulatan bukan untuk rakyat melainkan untuk “pemilik uang”.

Dampak dengan adanya Money politik dapat merusak bangsa. Misalnya dalam
praktek Money politik dapat merusak sistem demokrasi di Indonesia, ini dapat
menyebabkan demokrasi yang sakit atau tidak stabil, demokrasi yang harusnya
“bebas” menjadi tidak bebas hanya karena pembelian hak suara tersebut. Kedaulatan
yang seharusnya milik semua orang, sekarang hanya menjadi pemilik uang. Karena
rakyat memilih pemimpin bukan karena asas kepemimpinan nya, bukan karena kinerja
nya, bukan karena visi dan misinya, melainkan karena uang yang di berikan untuk
menambah hak suara demi kepentingan oknum-oknum tersebut.

Kita sebagai kaum intelektual harus bisa menanggapi hal yang demikian,
contohnya mencegah hal-hal yang mungkin akan terjadi praktek Money politik, salah
satunya; pertama, menolak Praktek politik yang ditawarkan oleh team sukses dari
calon. Kedua, kaum intelektual harus menjunjung tinggi asas demokrasi yang
langsung, umum, bebas. rahasia, jujur dan adil sebagai bentuk tindakan preventif
dalam praktek Money politik. Ketiga, kaum intelektual harus bisa mensosialisasikan

5
menggunakan bahasanya kepada khalayak atau masyarakat mengenai dampak negatif
dari praktek Money politik. Sehingga dari sini kaum intelektual dapat menjadi pelopor
dalam mencegah praktek Money politik yang merusak moral bangsa. Karena keadaan
masyarakat yang sekarang dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, pendidikan, dan kesehatan.

Dengan kondisi seperti ini memaksa dan menekan sebagian masyarakat untuk
segera mendapatkan uang. Money politic pun menjadi ajang para rakyat untuk berebut
uang. Dalam dunia politik masyarakat memiliki hak untuk berpartisipasi dalam politik
atau hak ikut serta dalam politik, karena kita menganut sistem demokrasi yang pada
prinsipnya dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Namun pada kenyataannya
sekarang partisipasi masyarakat sangat rendah kerena disebabkan rendahnya
pengetahuan masyarakat tentang politik.

Dapat kita ketahui bahwa, politik uang kemungkinan bisa terjadi karena
adanya tiga faktor; Pertama, faktor politik. Politik uang terjadi karena calon tidak
memiliki program tetapi ingin menang. Kedua, faktor hukum, lemahnya regulasi
tentang politik uang pada pemilu dari tahun ketahun menjadi sebuah kemunduran jika
dibandingkan dengan pilkada tahun lalu. Ketiga, faktor budaya. Ada beberapa
kebiasaan yang sudah menjadi budaya di Indonesia, yakni tidak pantas jika seseorang
menolak pemberian dan terbiasa membalas pemberian. Instrumen kultural ini
dimanfaatkan oleh politisi untuk menjalankan politik uang.

Untuk menjadi kaum intelektual yang sesungguhnya harus pula melewati


beberapa tantangan, yaitu tantangan kaum intelektual terhadap masyarakat. Tidak bisa
dipungkiri bahwa perubahan yang terjadi dalam masyarakat dapat menurunkan moral
bangsa, karena Masyarakat memiliki peran penting dalam kemajuan bangsa. Kaum
intelektual memang bukan satu- satunya yang harus menyelesaikan persoalan tersebut,
namun perlu di garis bawahi bahwa kaum intelektual sering di sebut sebagai agen
perubahan.

6
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan


merupakan penelitian yang mengkaji atau meninjau secara kritis pengetahuan, gagasan,
atau temuan yang terdapat didalam literatur.

3.2 Sumber Data Penelitian

Sumber data pada penelitian ini adalah data sekunder. Yang dimana sumber-
sumber penelitian kami diperoleh bukan dari hasil penelitian secara langsung,
melainkan diperoleh dari hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode dokumentasi


(Kualitatif). Yang dimana metode dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan
data dengan mencari data-data literatur yang terkait dengan permasalahan penelitian.
Data-data yang telah diperoleh dari berbagai data literatur dikumpulkan menjadi suatu
dokumen yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada pada penelitian.

3.4 Instrumen Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara mereview dan menganalisis terlebih


dahulu jurnal yang akan dikaji untuk dapat memperoleh hasil dari permasalahan pada
penelitian.

7
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dari data-data yang diperoleh
melalui penelitian yang dilakukan yaitu data responden dan data penelitian mengenai
kecurangan didalam pemilu.

a) Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian


Penelitian ini merupakan proses yang dilakukan secara bertahap, yakni dari
perencanaan dan perancangan penelitian, menentukan fokus penelitian, waktu
penelitian, pengumpulan data, analisis, dan penyajian hasil penelitian. Dalam persiapan
penelitian ini ada beberapa tahap yang telah dilakukan oleh peneliti yaitu sebagai
berikut:

b) Penentuan Variabel dan Subyek Penelitian


Langkah awal dalam penelitian ini adalah menentukan variabel penelitian. Dari
hal tersebut maka dapat dirumuskan masalah yang akan dikaji dan menemukan tujuan
yang hendak dicapai dari penelitian ini. Kemudian menentukan subyek dalam
penelitian ini dan peneliti memutuskan untuk mengambil sumber penelitian dari
pustaka yang telah ada.

c) Penyusunan Alat Ukur


Penyusunan alat ukur dimulai dengan menentukan aspek-aspek yang akan
digunakan untuk membuat skala berdasarkan konsep yang telah ditemukan dalam teori
terlebih dahulu. Setelah aspek-aspek tersebut ditentukan, peneliti melakukan olah
pustaka berdasarkan sumber yang telah didapatkan.

d) Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Desember 2020, diawali penelitian serta mencari
berbagai referensi untuk penelitian dari berbagai sumber terkait, selanjutnya peneliti
menarik kesimpulan untuk penelitian yang bertemakan tentang “kecurangan dalam
pemilu” tersebut. Setelah mendapatkan kesimpulan dari sumber terkait, peneliti

8
melakukan pembahasan, pengolahan data, analisis data setelah itu dilanjutkan dengan
menyusun hasil laporan penelitian.

Berdasarkan olah pustaka yang dilakukan oleh peneliti, peneliti menemukan


kesimpulan bahwa:

1. Ada tiga (3) hal yang menyebabkan kecurangan pemilu atau Pilkada masih kerap
terjadi di Indonesia:
1) Relasi patronase yang kuat di antara para penyelenggara pemilu, calon legislatif
atau calon kepala daerah dan pemilih. Patronase politik adalah penggunaan sumber
daya untuk memberikan imbalan kepada individu yang telah memberikan
dukungan elektoral. Setiap caleg atau pasangan calon dalam pemilihan kepala
daerah (pilkada) merasa perlu untuk mengeksploitasi relasi personal, patronase,
ataupun kekerabatan demi kemenangan yang ingin diperoleh. Relasi yang
terbangun ini melibatkan hal-hal material dan non-material sebagai bahan transaksi
di antara para aktor tersebut. Aspek material adalah biaya politik; sementara non-
material berupa hubungan yang bersifat sosial dan kultural yang disebabkan karena
kekerabatan ataupun hubungan kedekatan secara personal.
2) Sistem pemilu yang ada mendorong caleg menghalalkan segala cara untuk menang.
Sistem pemilu legislatif Indonesia adalah open list proporsional representation,
yaitu seorang caleg dapat terpilih karena mendapatkan suara terbanyak dalam
daftar terbuka di partainya. Dalam sistem tertutup yang pernah digunakan di pemilu
sebelum 2004, terpilihnya seorang caleg ditentukan sepenuhnya oleh partai politik.
Sistem ini mendorong para caleg berlomba-lomba mengumpulkan suara sebanyak-
banyaknya. Salah satu akibatnya, kompetisi para caleg di internal partai sangat
ketat dan keras. Caleg yang merasa punya potensi kemenangan besar akan
melakukan manipulasi suara dengan penggelembungan ataupun pengurangan suara
dari lawannya sesama partai, ketimbang lawan dari partai lain.
3) Masih lemahnya sistem pendukung dalam pemilu kita yang dapat membuka celah
terciptanya manipulasi suara. Manipulasi terjadi paling tidak pada dua hal, yakni
data pemilih dan rekapitulasi penghitungan suara berjenjang. Data pemilih dalam

9
setiap pemilu kita selalu menjadi masalah serius karena data tidak pernah akurat.
Sementara itu, rekapitulasi penghitungan berjenjang masih membuka peluang
adanya kesalahan penghitungan dan berujung manipulasi hasil perolehan suara.
2. Ada tujuh (7) potensi pelanggaran yang dapat terjadi pada saat penyelenggaraan
Pemilu atau Pikada:
1) Pemilih yang tidak Terdaftar di Pemilu atau Pilkada
Pemilih yang tidak terdaftar di DPT biasanya menjadi enggan untuk datang ke
TPS (Tempat Pemungutan Suara) meski mereka tetap bisa datang ke TPS dengan
menggunakan KTP elektronik atau surat keterangan. Dan akhirnya suara mereka rentan
untuk disalah gunakan.

2) Formulir C6 tidak disebar


Formulir C6 adalah surat pemberitahuan untuk memilih yang biasanya akan
diberikan kepada warga untuk menginformasikan kepada warga tentang lokasi TPS
mereka. Sama seperti pemilih yang tidak terdaftar di DPT, akhirnya banyak pemilih
yang menjadi enggan untuk memilih dan kemudian suara mereka rentan untuk
disalahgunakan.

3) Pemilih Ganda
Pemilih ganda dapat memilih lebih dari satu kali karena terdaftar di DPT lebih
dari satu kali. Salah satu kasus pemilih ganda terjadi di Kabupaten Pasaman Barat,
Sumatera Barat pada pemilu legislatif 2014.

4) Ghost Voter
Ada juga pemilih yang menggunakan hak pilih bukan atas nama dirinya atau
menggunakan identitas orang lain untuk menggunakan hak pilih. Kejadian yang
melibatkan pemilih ganda terjadi pada Pilkada 2015 lalu, di Kabupaten Muna, Sulawesi
Tenggara. Ada anggota keluarga yang terdata menggunakan hak pilih bukan
mengunakan data dan identitas diri mereka. Hanya dua kasus yang tervalidasi tetapi
karena itu, MK memutuskan untuk memerintahkan dilakukan pemungutan suara ulang
di tiga TPS di kabupaten itu.

10
5) Kecurangan Logistik
Alasan logistik ini juga yang membuat penting untuk memiliki rekap pemilih
yang akan menggunakan suket (surat keterangan) di TPS. Selain itu, pengiriman
kembali logistik untuk penghitungan kembali juga rentan dicurangi. Pada 2015 di
Pilkada Halmahera Utara, Kecamatan Loloda Kepulauan, logistik hasil pilkada hilang.
Pada 2016, surat suara di 20 TPS di Halmahera Selatan juga hilang.

6) Praktik Politik Uang


Hampir semua perkara di Mahkamah Konstitusi masih seputar praktik politik
uang. Pada 2010 di Pilkada Kota Tangerang Selatan, MK sampai memerintahkan
pemilihan ulang di seluruh TPS karena ada praktik politik uang. Dan masih banyak lagi
daerah lainnya yang melakukan hal seperti ini, baik yang sudah terungkap maupun
tidak.

7) Petugas yang tidak netral


Netralitas petugas penyelenggara pilkada terutama dalam level TPS sangat
penting untuk mengantisipasi kecurangan.

11
BAB V

PEMBAHASAN DAN SOLUSI

5.1 Pembahasan
Politik uang adalah suatu bentuk pemberian atau janji menyuap seseorang baik
supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia
menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat pemilihan. Dalam permasalahan
masyarakat kaum intelektual mempunyai tanggung jawab dalam memberikan
perubahan dalam masalah-masalah lain misalnya dalam masalah politik. Berada dalam
dunia politik bukan tentang benar atau salah melainkan tentang menang dan kalah.
Dalam hal ini banyak hal yang perlu kader intelektual rubah, Misalnya dalam isu
Money politik. Money politik sudah bukan hal yang baru lagi bagi para-para pelopor
politik. Money politik bahkan sudah di jadikan sebagai jalan untuk memenangkan
politik untuk partai-partai atau oknum-oknum yang curang. Praktek money politic yang
dilakukan oleh pasangan calon dengan memberi uang, pemberian sembako dan
lainnya.

Money politik biasanya di berikan sebelum dilakukannya pemungutan suara.


Untuk mereka ( masyarakat ) yang kurangnya pemahaman dengan dunia politik, akan
menerima uang tersebut untuk memilih menggunakan hak suaranya. Namun, Money
politik tidak hanya di berikan kepada mereka (masyarakat) yang memiliki hak suara,
tetapi juga di berikan kepada pemegang kekuasaan rakyat. Ini yang menyebabkan
kekuasaan sudah bukan di tangan rakyat melainkan di tangan “uang”, sehingga
kedaulatan bukan untuk rakyat melainkan untuk “pemilik uang”. Dampak dengan
adanya Money politik dapat merusak bangsa. Misalnya dalam praktek Money politik
dapat merusak sistem demokrasi di Indonesia, ini dapat menyebabkan demokrasi yang
sakit atau tidak stabil, demokrasi yang harusnya “bebas” menjadi tidak bebas hanya
karena pembelian hak suara tersebut. Kedaulatan yang seharusnya milik semua orang,
sekarang hanya menjadi pemilik uang. Selain itu, praktek Money politik disini juga
dapat merusak moral demokrasi, kenapa demikian? Karena rakyat memilih pemimpin

12
bukan karena asas kepemimpinan nya, bukan karena kinerja nya, bukan karena visi
dan misinya, melainkan karena uang yang di berikan untuk menambah hak suara demi
kepentingan oknum-oknum tersebut.

Menjelang pilkada banyak yang berusaha menjelek-jelekkan paslon lainnya di


media sosial dengan tujuan agar masyarakat terprovokasi dan tidak memilih paslon
tersebut karena efektivitas media sosial tidak hanya karena jumlah penggunanya yang
masif. Karakteristik media sosial sendiri juga merupakan kekuatan. Media sosial
adalah sarana untuk komunikasi di mana setiap individu saling memengaruhi. Setiap
orang memiliki pengaruh ke sekelilingnya. Oleh karena itu banyak berita hoaks terkait
paslon yang mudah untuk tersebar dalam masyarakat lewat media sosial.

5.2 Solusi
Kita sebagai kaum intelektual harus bisa menanggapi hal yang demikian,
contohnya mencegah hal-hal yang mungkin akan terjadi praktek Money politik, salah
satunya; pertama, menolak Praktek politik yang ditawarkan oleh team sukses dari
calon. Kedua, kaum intelektual harus menjunjung tinggi asas demokrasi yang
langsung, umum, bebas. rahasia, jujur dan adil sebagai bentuk tindakan preventif dalam
praktek Money politik. Ketiga, kaum intelektual harus bisa mensosialisasikan
menggunakan bahasanya kepada khalayak atau masyarakat mengenai dampak negatif
dari praktek Money politik. Sehingga dari sini kaum intelektual dapat menjadi pelopor
dalam mencegah praktek Money politik yang merusak moral bangsa. Mengapa banyak
rakyat yang terlibat dalam politik uang? Karena keadaan masyarakat yang sekarang
dimana terjadi ketidak mampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan,
pakaian, pendidikan, dan kesehatan. Keempat, Kita juga dapat melakukan penyuluhan
kepada masyarakat seperti mengundang masyarakat untuk berkumpul disuatu tempat
kemudian memberikan pemahaman terkait ada baiknya jika memilih pemimpin
berdasarkan dedikasi dan juga kebenaran bukan karena disogok oleh uang. Agar
nantinya pemimpin yang dipilih dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik.
Jika seandainya tidak ada masyarakat yang datang ke penyuluhan maka kita dapat
mendatangi rumah-rumah warga lingkungan sekitar untuk memberikan penyuluhan.

13
Penyuluhan pada masyarakat dilakukan dengan tujuan untuk memberikan pemahaman
kepada masyarakat akan pentingnya dalam memilih pemimpin dengan bijak dan benar
agar tidak salah memilih hanya kerena disogok oleh uang. Kita juga harus dapat
meyakinkan masyarakat bahwa jika memilih pemimpin yang salah maka akan
berdampak pada pembangunan masyarakat di masa depan.

14
BAB VI

PROJECT

Project yang kelompok kami lakukan terhadap permasalahan yang telah kami teliti
ialah melakukan sebuah penyuluhan terhadap masyarakat yang belum mengetahui
politik uang (money politik) itu sendiri. Yang dimana didalam project tersebut kami
akan memberikan pemahaman tentang kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh
pasangan calon yang tanpa disadari oleh masyarakat itu sendiri. Penyuluhan pada
masyarakat dilakukan dengan tujuan untuk memberikan pemahaman kepada
masyarakat akan pentingnya dalam memilih pemimpin dengan bijak dan benar agar
tidak salah memilih hanya kerena disogok oleh uang. Kita juga harus dapat meyakinkan
masyarakat bahwa jika memilih pemimpin yang salah maka akan berdampak pada
pembangunan masyarakat di masa depan.

Kami juga memberikan pemahaman yang baik kepada masyarakat agar bijak
dalam bermedia sosial karena banyak kecurangan yang terjadi menjelang pilkada
seperti ada oknum- oknum yang berusaha menjelekkan paslon-paslon lainnya agar
paslon tersebut gugur saat pilkada. Yang dimana kelompok kami memberikan
pemahaman kepada masyarakat tersebut agar tidak mudah percaya pada berita- berita
hoaks, dan juga agar bijak dalam bermedia sosial seperti tidak mudah terprovokasi oleh
oknum lainnya. Memberikan pemahaman kepada masyarakat agar tidak ikut sebagai
provokator sangat penting untuk dilakukan, hal tersebut karena akan merugikan dirinya
sendiri. Contohnya apabila ketahuan oleh polisi maka akan diberikan sanksi pidana
yang sangat merugikan masyarakat tersebut. Dengan memberikan penyuluhan terkait
bijaknya dalam memilih pemimpin dan bijak dalam bermedia sosial maka masyarakat
akan lebih mengerti lagi dan tidak akan terprovokasi oleh oknum oknum jahat.
Diharapkan nantinya penyuluhan tersebut dapat amat sangat berguna bagi masyarakat
untuk kedepannya agar arif dan bijaksana dalam memilih pemimpin.

15
BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan
Pilkada serentak yang dilakukan di masa pandemi ini tentunya memberikan
pengaruh bagi keberlangsungan hidup masyarakat. Segala cara dilakukan oleh para
calon kandidat, termasuk money politic (politik uang). Politik uang yang terjadi dalam
pemilu dan pilkada disebabkan oleh pemahaman para pemilih yang belum jelas serta
belum literatnya masyarakat terkait teknologi/media sosial. Hal inilah yang
memudahkan terjadinya money politic dalam pemilu dan pilkada.
Kecurangan dalam Pemilu atau Pilkada pada hakikatnya adalah karena kurang
kesadaran pada masyarakat, baik itu masyarakat yang hanya bertugas untuk memilih
maupun masyarakat yang mengambil peranan sebagai pantia penyelenggara pemilu
ataupun pilkada. Untuk meminimalisir pelanggaran dan kecurangan pilkada tersebut,
maka masyarakat juga diharapkan dapat berperan aktif mengawasi pelaksanaan pemilu
dan perhitungan hasil rekapitulasi.

Maka dari itu untuk mencegah terjadinya money politic perlu dilakukan
kesadaran terhadap masyarakat mengenai hal tersebut melalui penyuluhan. Penyuluhan
tersebut bertujuan untuk membangun paradigma masyarakat tentang adanya korelasi
yang signifikan antara kualitas pemimpin yang dipilih pada pemilihan kepala daearah
dengan pembangunan masyarakat ke depan serta menumbuhkan sikap bijak
masyarakat dalam pemanfaatan media sosial.

7.2 Saran
Dengan adanya pemahaman terkait solusi pencegahan money politic
diharapkan masyarakat untuk tidak mudah tergiur dengan pemberian yang dilakukan
oleh paslon maupun pihak terkait. Mulailah untuk bijak dalam memilih dan
menyuarakan hak masing-masing. Serta untuk para paslon atau aktor politik lainnya
diharapkan untuk tidak menodai nilai-nilai demokrasi Pancasila yang kita anut.

16
DAFTAR PUSTAKA

Fitriyah. 2012. Fenomena Politik Uang Dalam . Politika: Jurnal Ilmu Politik, 3(1) , pp.
5-14.

Harianto., dkk. 2018. Politik Uang (Money Politic), dan Pengaruhnya Terhadap
Demokrasi Dalam Pemilihan Kepala Desa. Jurnal Sosial, 9 (1)

Huda, Miftakhul. 2010. Pola PelanggaranPemilukada dan Perluasan Keadilan


Substantif. Jurnal Konstitusi, Volume 8, Nomor 2, 2010.

Kurniawan, Robi C., & Dedy Hermawan. 2019. Strategi Sosial Pencegahan Politik
Uang di Indonesia. Jurnal Antikorupsi INTEGRITAS, 5 (1), 29-41

Perdana, A. 2020. “Riset Temukan tiga Penyebab Praktik Kecurangan Pada Pemilu
2014 dan 2019”, https://theconversation.com/riset-temukan-tiga-penyebab-
praktik-kecurangan-pada-pemilu-2014-dan-2019-130188, diakses pada
desember 2020.

Sitepu, Mehulika. 2017. “Pelanggaran apa saja yang dapat terjadi dalam pilkada kali
ini?”, https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-38972240, diakses pada
desember 2020.

17

Anda mungkin juga menyukai