Disusun Oleh :
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan dengan judul “Kecurangan Yang Terdapat Di Dalam
Pemilu”. Selanjutnya kami mengucapkan terimakasih banyak kepada Ibu
Hodriani,S.Sos,M.AP,M.Pd selaku dosen pembimbing, karena telah memberi
bimbingan kepada kami dalam proses pembuatan makalah ini. Makalah ini
terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil,
oleh karenanya pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan belum sempurnanya apa yang kami sampaikan, sehingga apabila ada
kekurangan dalam penulisan serta isi/materi kami mohon saran dan kritiknya secara
langsung maupun tidak langsung untuk kesempurnaan penulisan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat kepada pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyelenggraan pemilihan kepala daerah di di tengah menimbulkan
kekhawatiran dan rasa was-was bagi masyarakat Indonesia. Pemilihan kepala daerah
adalah sarana untuk melaksanakan kedaulatan rakyat berdasarkan asas langsung,
umum, bebas, dan rahasia (LUBER), serta jujur dan adil (JURDIL). Dalam pesta
demokrasi. Komisi Pemilihan Umum (KPU) merupakan garda terdepan dalam sebuah
negara. Apalagi dalam penyelenggaraan pemilu, komisi ini tidak berurusan dengan
partai politik peserta pemilu, tetapi yang harus berhadapan langsung dengan
pemerintah dan masyarakat luas. Tugas dan wewenang Komisi Pemilihan Umum
(KPU) ini di atur sedemikian rupa pada pasal 8 Undang-Undang No. 15 tahun.
Dalam proses pemilihan kepala daerah tidak luput dari kampanye, demi sosok
yang sangat di idam-idamkan kepala daerah kerap menggunakan segala cara untuk
memperkenalakan dirinya sebagai calon kepala daerah, minimnya pengetahuan dan
pemahaman tentang politik di masyarakat menjadikan para politisi seperti kepala
daerah menggunakan cara-cara yang kotor seperti halnya money politic. Uang
merupakan faktor urgen yang berguna untuk mendongkrak kharisma pesona seseorang,
sekaligus untuk mengendalikan wacana strategis terkait dengan sebuah kepentingan
politik dan kekuasaan. Karena pada dasarnya, politik adalah seni.
Politik uang adalah suatu bentuk pemberian atau janji menyuap seseorang baik
supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia
menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat pemilihan. Dalam permasalahan
masyarakat kaum intelektual mempunyai tanggung jawab dalam memberikan
perubahan dalam masalah-masalah lain misalnya dalam masalah politik. Berada dalam
dunia politik bukan tentang benar atau salah melainkan tentang menang dan kalah.
Dampak dengan adanya Money politik dapat merusak bangsa. Misalnya dalam praktek
Money politik dapat merusak sistem demokrasi di Indonesia, ini dapat menyebabkan
demokrasi yang sakit atau tidak stabil, demokrasi yang harusnya “bebas” menjadi
tidak bebas hanya karena pembelian hak suara tersebut.
1
Saat ini kegiatan money politic ini justru direspon positif oleh masyarakat
dikarenakan faktor ekonomi, pendidikan , serta budaya menjadikan masyarakat tak
sungkan-sungkan terlibat dalam aktifitas money politic tersebut. Apalagi di masa
pandemi seperti ini masyarakat mengalami kesulitan ekonomi seperti banyak orang
kehilangan pekerjaan dan sumber penghasilan. Hal ini lah yang menjadikan fenomena
politik uang ini dapat diterima masyarakat. Maka dari itu penulis mencoba
memaparkan solusi terbaik untuk mencegah money politic dalam Pilkada.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pemilihan umum adalah salah satu ciri yang harus ada pada negara demokrasi.
Dengan demikian pemilu merupakan sarana yang penting untuk rakyat dalam
kehidupan negara, yaitu dengan jalan memilih wakil-wakilnya yang pada gilirannya
akan mengendalikan roda pemerintahan.
Pemilihan umum secara luas yaitu sebagai sarana yang penting dalam kehidupan
suatu negara yang menganut azas Demokrasi yang memberi kesempatan
berpartisipasi politik bagi warga negara untuk memilih wakilwakilnya yang akan
menyuarakan dan menyalurkan aspirasi mereka.
3
wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara
demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil”. Pilihan
terhadap sistem pemilihan langsung menunjukkan koreksi atas Pilkada terdahulu
yang menggunakan sistem perwakilan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD), sebagaimana tertuang dalam Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah No.151 Tahun 2000 tentang Tata
Cara Pemilihan, Pengesahan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah. Pelaksanaan PILKADA Langsung merupakan sebuah peningkatan
demokrasi ditingkat lokal, dengan adanya demokrasi dalam sebuah negara, berarti
dalam Negara tersebut menjalankan demokrasi yang menjunjung tinggi aspirasi,
kepentingan dan suara rakyatnya. Menurut Winarno (2002: 11) mengatakan bahwa:
“sistem pemilihan secara langsung merupakan alternatif yang paling realistis guna
mendekatkan aspirasi demokrasi rakyat dengan kekuasaan pemerintah dan pada saat
yang sama memberikan basis legitimasi politik kepada pejabat eksekutif yang
terpilih”.
4
karena yang bersangkutan sudah merasa teruntungkan. Ada yang mengartikan money
politic pengertiannya adalah suatu upaya mempengaruhi orang lain dengan
menggunakan imbalan materi atau dapat juga diartikan jual beli suara pada proses
politik dan kekuasaan dan tindakan membagi-bagikan uang baik milik pribadi atau
partai untuk mempengaruhi suara pemilih (voters).
Politik uang adalah suatu bentuk pemberian atau janji menyuap seseorang baik
supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia
menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat pemilihan. Dalam permasalahan
masyarakat kaum intelektual mempunyai tanggung jawab dalam memberikan
perubahan dalam masalah-masalah lain misalnya dalam masalah politik. Berada dalam
dunia politik bukan tentang benar atau salah melainkan tentang menang dan kalah.
Namun, Money politik tidak hanya di berikan kepada mereka (masyarakat)
yang memiliki hak suara, tetapi juga di berikan kepada pemegang kekuasaan rakyat.
Ini yang menyebabkan kekuasaan sudah bukan di tangan rakyat melainkan di tangan
“uang”, sehingga kedaulatan bukan untuk rakyat melainkan untuk “pemilik uang”.
Dampak dengan adanya Money politik dapat merusak bangsa. Misalnya dalam
praktek Money politik dapat merusak sistem demokrasi di Indonesia, ini dapat
menyebabkan demokrasi yang sakit atau tidak stabil, demokrasi yang harusnya
“bebas” menjadi tidak bebas hanya karena pembelian hak suara tersebut. Kedaulatan
yang seharusnya milik semua orang, sekarang hanya menjadi pemilik uang. Karena
rakyat memilih pemimpin bukan karena asas kepemimpinan nya, bukan karena kinerja
nya, bukan karena visi dan misinya, melainkan karena uang yang di berikan untuk
menambah hak suara demi kepentingan oknum-oknum tersebut.
Kita sebagai kaum intelektual harus bisa menanggapi hal yang demikian,
contohnya mencegah hal-hal yang mungkin akan terjadi praktek Money politik, salah
satunya; pertama, menolak Praktek politik yang ditawarkan oleh team sukses dari
calon. Kedua, kaum intelektual harus menjunjung tinggi asas demokrasi yang
langsung, umum, bebas. rahasia, jujur dan adil sebagai bentuk tindakan preventif
dalam praktek Money politik. Ketiga, kaum intelektual harus bisa mensosialisasikan
5
menggunakan bahasanya kepada khalayak atau masyarakat mengenai dampak negatif
dari praktek Money politik. Sehingga dari sini kaum intelektual dapat menjadi pelopor
dalam mencegah praktek Money politik yang merusak moral bangsa. Karena keadaan
masyarakat yang sekarang dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, pendidikan, dan kesehatan.
Dengan kondisi seperti ini memaksa dan menekan sebagian masyarakat untuk
segera mendapatkan uang. Money politic pun menjadi ajang para rakyat untuk berebut
uang. Dalam dunia politik masyarakat memiliki hak untuk berpartisipasi dalam politik
atau hak ikut serta dalam politik, karena kita menganut sistem demokrasi yang pada
prinsipnya dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Namun pada kenyataannya
sekarang partisipasi masyarakat sangat rendah kerena disebabkan rendahnya
pengetahuan masyarakat tentang politik.
Dapat kita ketahui bahwa, politik uang kemungkinan bisa terjadi karena
adanya tiga faktor; Pertama, faktor politik. Politik uang terjadi karena calon tidak
memiliki program tetapi ingin menang. Kedua, faktor hukum, lemahnya regulasi
tentang politik uang pada pemilu dari tahun ketahun menjadi sebuah kemunduran jika
dibandingkan dengan pilkada tahun lalu. Ketiga, faktor budaya. Ada beberapa
kebiasaan yang sudah menjadi budaya di Indonesia, yakni tidak pantas jika seseorang
menolak pemberian dan terbiasa membalas pemberian. Instrumen kultural ini
dimanfaatkan oleh politisi untuk menjalankan politik uang.
6
BAB III
METODE PENELITIAN
Sumber data pada penelitian ini adalah data sekunder. Yang dimana sumber-
sumber penelitian kami diperoleh bukan dari hasil penelitian secara langsung,
melainkan diperoleh dari hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
7
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dari data-data yang diperoleh
melalui penelitian yang dilakukan yaitu data responden dan data penelitian mengenai
kecurangan didalam pemilu.
d) Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Desember 2020, diawali penelitian serta mencari
berbagai referensi untuk penelitian dari berbagai sumber terkait, selanjutnya peneliti
menarik kesimpulan untuk penelitian yang bertemakan tentang “kecurangan dalam
pemilu” tersebut. Setelah mendapatkan kesimpulan dari sumber terkait, peneliti
8
melakukan pembahasan, pengolahan data, analisis data setelah itu dilanjutkan dengan
menyusun hasil laporan penelitian.
1. Ada tiga (3) hal yang menyebabkan kecurangan pemilu atau Pilkada masih kerap
terjadi di Indonesia:
1) Relasi patronase yang kuat di antara para penyelenggara pemilu, calon legislatif
atau calon kepala daerah dan pemilih. Patronase politik adalah penggunaan sumber
daya untuk memberikan imbalan kepada individu yang telah memberikan
dukungan elektoral. Setiap caleg atau pasangan calon dalam pemilihan kepala
daerah (pilkada) merasa perlu untuk mengeksploitasi relasi personal, patronase,
ataupun kekerabatan demi kemenangan yang ingin diperoleh. Relasi yang
terbangun ini melibatkan hal-hal material dan non-material sebagai bahan transaksi
di antara para aktor tersebut. Aspek material adalah biaya politik; sementara non-
material berupa hubungan yang bersifat sosial dan kultural yang disebabkan karena
kekerabatan ataupun hubungan kedekatan secara personal.
2) Sistem pemilu yang ada mendorong caleg menghalalkan segala cara untuk menang.
Sistem pemilu legislatif Indonesia adalah open list proporsional representation,
yaitu seorang caleg dapat terpilih karena mendapatkan suara terbanyak dalam
daftar terbuka di partainya. Dalam sistem tertutup yang pernah digunakan di pemilu
sebelum 2004, terpilihnya seorang caleg ditentukan sepenuhnya oleh partai politik.
Sistem ini mendorong para caleg berlomba-lomba mengumpulkan suara sebanyak-
banyaknya. Salah satu akibatnya, kompetisi para caleg di internal partai sangat
ketat dan keras. Caleg yang merasa punya potensi kemenangan besar akan
melakukan manipulasi suara dengan penggelembungan ataupun pengurangan suara
dari lawannya sesama partai, ketimbang lawan dari partai lain.
3) Masih lemahnya sistem pendukung dalam pemilu kita yang dapat membuka celah
terciptanya manipulasi suara. Manipulasi terjadi paling tidak pada dua hal, yakni
data pemilih dan rekapitulasi penghitungan suara berjenjang. Data pemilih dalam
9
setiap pemilu kita selalu menjadi masalah serius karena data tidak pernah akurat.
Sementara itu, rekapitulasi penghitungan berjenjang masih membuka peluang
adanya kesalahan penghitungan dan berujung manipulasi hasil perolehan suara.
2. Ada tujuh (7) potensi pelanggaran yang dapat terjadi pada saat penyelenggaraan
Pemilu atau Pikada:
1) Pemilih yang tidak Terdaftar di Pemilu atau Pilkada
Pemilih yang tidak terdaftar di DPT biasanya menjadi enggan untuk datang ke
TPS (Tempat Pemungutan Suara) meski mereka tetap bisa datang ke TPS dengan
menggunakan KTP elektronik atau surat keterangan. Dan akhirnya suara mereka rentan
untuk disalah gunakan.
3) Pemilih Ganda
Pemilih ganda dapat memilih lebih dari satu kali karena terdaftar di DPT lebih
dari satu kali. Salah satu kasus pemilih ganda terjadi di Kabupaten Pasaman Barat,
Sumatera Barat pada pemilu legislatif 2014.
4) Ghost Voter
Ada juga pemilih yang menggunakan hak pilih bukan atas nama dirinya atau
menggunakan identitas orang lain untuk menggunakan hak pilih. Kejadian yang
melibatkan pemilih ganda terjadi pada Pilkada 2015 lalu, di Kabupaten Muna, Sulawesi
Tenggara. Ada anggota keluarga yang terdata menggunakan hak pilih bukan
mengunakan data dan identitas diri mereka. Hanya dua kasus yang tervalidasi tetapi
karena itu, MK memutuskan untuk memerintahkan dilakukan pemungutan suara ulang
di tiga TPS di kabupaten itu.
10
5) Kecurangan Logistik
Alasan logistik ini juga yang membuat penting untuk memiliki rekap pemilih
yang akan menggunakan suket (surat keterangan) di TPS. Selain itu, pengiriman
kembali logistik untuk penghitungan kembali juga rentan dicurangi. Pada 2015 di
Pilkada Halmahera Utara, Kecamatan Loloda Kepulauan, logistik hasil pilkada hilang.
Pada 2016, surat suara di 20 TPS di Halmahera Selatan juga hilang.
11
BAB V
5.1 Pembahasan
Politik uang adalah suatu bentuk pemberian atau janji menyuap seseorang baik
supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia
menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat pemilihan. Dalam permasalahan
masyarakat kaum intelektual mempunyai tanggung jawab dalam memberikan
perubahan dalam masalah-masalah lain misalnya dalam masalah politik. Berada dalam
dunia politik bukan tentang benar atau salah melainkan tentang menang dan kalah.
Dalam hal ini banyak hal yang perlu kader intelektual rubah, Misalnya dalam isu
Money politik. Money politik sudah bukan hal yang baru lagi bagi para-para pelopor
politik. Money politik bahkan sudah di jadikan sebagai jalan untuk memenangkan
politik untuk partai-partai atau oknum-oknum yang curang. Praktek money politic yang
dilakukan oleh pasangan calon dengan memberi uang, pemberian sembako dan
lainnya.
12
bukan karena asas kepemimpinan nya, bukan karena kinerja nya, bukan karena visi
dan misinya, melainkan karena uang yang di berikan untuk menambah hak suara demi
kepentingan oknum-oknum tersebut.
5.2 Solusi
Kita sebagai kaum intelektual harus bisa menanggapi hal yang demikian,
contohnya mencegah hal-hal yang mungkin akan terjadi praktek Money politik, salah
satunya; pertama, menolak Praktek politik yang ditawarkan oleh team sukses dari
calon. Kedua, kaum intelektual harus menjunjung tinggi asas demokrasi yang
langsung, umum, bebas. rahasia, jujur dan adil sebagai bentuk tindakan preventif dalam
praktek Money politik. Ketiga, kaum intelektual harus bisa mensosialisasikan
menggunakan bahasanya kepada khalayak atau masyarakat mengenai dampak negatif
dari praktek Money politik. Sehingga dari sini kaum intelektual dapat menjadi pelopor
dalam mencegah praktek Money politik yang merusak moral bangsa. Mengapa banyak
rakyat yang terlibat dalam politik uang? Karena keadaan masyarakat yang sekarang
dimana terjadi ketidak mampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan,
pakaian, pendidikan, dan kesehatan. Keempat, Kita juga dapat melakukan penyuluhan
kepada masyarakat seperti mengundang masyarakat untuk berkumpul disuatu tempat
kemudian memberikan pemahaman terkait ada baiknya jika memilih pemimpin
berdasarkan dedikasi dan juga kebenaran bukan karena disogok oleh uang. Agar
nantinya pemimpin yang dipilih dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik.
Jika seandainya tidak ada masyarakat yang datang ke penyuluhan maka kita dapat
mendatangi rumah-rumah warga lingkungan sekitar untuk memberikan penyuluhan.
13
Penyuluhan pada masyarakat dilakukan dengan tujuan untuk memberikan pemahaman
kepada masyarakat akan pentingnya dalam memilih pemimpin dengan bijak dan benar
agar tidak salah memilih hanya kerena disogok oleh uang. Kita juga harus dapat
meyakinkan masyarakat bahwa jika memilih pemimpin yang salah maka akan
berdampak pada pembangunan masyarakat di masa depan.
14
BAB VI
PROJECT
Project yang kelompok kami lakukan terhadap permasalahan yang telah kami teliti
ialah melakukan sebuah penyuluhan terhadap masyarakat yang belum mengetahui
politik uang (money politik) itu sendiri. Yang dimana didalam project tersebut kami
akan memberikan pemahaman tentang kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh
pasangan calon yang tanpa disadari oleh masyarakat itu sendiri. Penyuluhan pada
masyarakat dilakukan dengan tujuan untuk memberikan pemahaman kepada
masyarakat akan pentingnya dalam memilih pemimpin dengan bijak dan benar agar
tidak salah memilih hanya kerena disogok oleh uang. Kita juga harus dapat meyakinkan
masyarakat bahwa jika memilih pemimpin yang salah maka akan berdampak pada
pembangunan masyarakat di masa depan.
Kami juga memberikan pemahaman yang baik kepada masyarakat agar bijak
dalam bermedia sosial karena banyak kecurangan yang terjadi menjelang pilkada
seperti ada oknum- oknum yang berusaha menjelekkan paslon-paslon lainnya agar
paslon tersebut gugur saat pilkada. Yang dimana kelompok kami memberikan
pemahaman kepada masyarakat tersebut agar tidak mudah percaya pada berita- berita
hoaks, dan juga agar bijak dalam bermedia sosial seperti tidak mudah terprovokasi oleh
oknum lainnya. Memberikan pemahaman kepada masyarakat agar tidak ikut sebagai
provokator sangat penting untuk dilakukan, hal tersebut karena akan merugikan dirinya
sendiri. Contohnya apabila ketahuan oleh polisi maka akan diberikan sanksi pidana
yang sangat merugikan masyarakat tersebut. Dengan memberikan penyuluhan terkait
bijaknya dalam memilih pemimpin dan bijak dalam bermedia sosial maka masyarakat
akan lebih mengerti lagi dan tidak akan terprovokasi oleh oknum oknum jahat.
Diharapkan nantinya penyuluhan tersebut dapat amat sangat berguna bagi masyarakat
untuk kedepannya agar arif dan bijaksana dalam memilih pemimpin.
15
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Pilkada serentak yang dilakukan di masa pandemi ini tentunya memberikan
pengaruh bagi keberlangsungan hidup masyarakat. Segala cara dilakukan oleh para
calon kandidat, termasuk money politic (politik uang). Politik uang yang terjadi dalam
pemilu dan pilkada disebabkan oleh pemahaman para pemilih yang belum jelas serta
belum literatnya masyarakat terkait teknologi/media sosial. Hal inilah yang
memudahkan terjadinya money politic dalam pemilu dan pilkada.
Kecurangan dalam Pemilu atau Pilkada pada hakikatnya adalah karena kurang
kesadaran pada masyarakat, baik itu masyarakat yang hanya bertugas untuk memilih
maupun masyarakat yang mengambil peranan sebagai pantia penyelenggara pemilu
ataupun pilkada. Untuk meminimalisir pelanggaran dan kecurangan pilkada tersebut,
maka masyarakat juga diharapkan dapat berperan aktif mengawasi pelaksanaan pemilu
dan perhitungan hasil rekapitulasi.
Maka dari itu untuk mencegah terjadinya money politic perlu dilakukan
kesadaran terhadap masyarakat mengenai hal tersebut melalui penyuluhan. Penyuluhan
tersebut bertujuan untuk membangun paradigma masyarakat tentang adanya korelasi
yang signifikan antara kualitas pemimpin yang dipilih pada pemilihan kepala daearah
dengan pembangunan masyarakat ke depan serta menumbuhkan sikap bijak
masyarakat dalam pemanfaatan media sosial.
7.2 Saran
Dengan adanya pemahaman terkait solusi pencegahan money politic
diharapkan masyarakat untuk tidak mudah tergiur dengan pemberian yang dilakukan
oleh paslon maupun pihak terkait. Mulailah untuk bijak dalam memilih dan
menyuarakan hak masing-masing. Serta untuk para paslon atau aktor politik lainnya
diharapkan untuk tidak menodai nilai-nilai demokrasi Pancasila yang kita anut.
16
DAFTAR PUSTAKA
Fitriyah. 2012. Fenomena Politik Uang Dalam . Politika: Jurnal Ilmu Politik, 3(1) , pp.
5-14.
Harianto., dkk. 2018. Politik Uang (Money Politic), dan Pengaruhnya Terhadap
Demokrasi Dalam Pemilihan Kepala Desa. Jurnal Sosial, 9 (1)
Kurniawan, Robi C., & Dedy Hermawan. 2019. Strategi Sosial Pencegahan Politik
Uang di Indonesia. Jurnal Antikorupsi INTEGRITAS, 5 (1), 29-41
Perdana, A. 2020. “Riset Temukan tiga Penyebab Praktik Kecurangan Pada Pemilu
2014 dan 2019”, https://theconversation.com/riset-temukan-tiga-penyebab-
praktik-kecurangan-pada-pemilu-2014-dan-2019-130188, diakses pada
desember 2020.
Sitepu, Mehulika. 2017. “Pelanggaran apa saja yang dapat terjadi dalam pilkada kali
ini?”, https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-38972240, diakses pada
desember 2020.
17