KMB I
OLEH :
SRI RAMDINA
(P003200190140)
2C KEPERAWATAN
2019
TUGAS BAGIAN A
DEFINISI
Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC merupakan penyakit
menular yang menyebabkan masalah kesehatan terbesar kedua di dunia setelah HIV.
Penyakit ini disebabkan oleh hasil dari bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Tuberkulosis sendiri dapat menyerang bagian tubuh manapun, tetapi yang tersering dan
ETIOLOGI
Penyebab tuberkulosis adalah bakteri yang menyebar di udara melalui semburan air liur dari
batuk atau bersin pengidap TB. Nama bakteri TB adalah Mycobacterium
tuberculosis. Berikut ini beberapa kelompok orang yang memiliki risiko lebih tinggi tertular
TB:
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang
timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama
pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
Gejala sistemik/umum:
Gejala khusus:
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening
yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang
disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu
saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini
akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang-kejang.
Tanda dan gejala yang sering terjadi pada Tuberkulosis adalah batuk yang tidak spesifik
tetapi progresif. Penyakit Tuberkulosis paru biasanya tidak tampak adanya tanda dan gejala
yang khas. Biasanya keluhan yang muncul adalah :
a) Demam terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.
b) Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang /
mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulent
(menghasilkan sputum)
c) Sesak nafas, terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru
d) Nyeri dada. Nyeri dada ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
e) Malaise ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot
dan keringat di waktu di malam hari
Gejala klinis TB pada anak dapat berupa gejala umum atau sesuai organ terkait.
Gejala umum TB pada anak yang sering dijumpai adalah : Anak lesu ,Lemah,Tidak
bergairah,Mudah letih,Tidak aktif,Berat badan turun atau gagal tumbuh, Demam subfebril
lebih dari 2 minggu, bila diperiksa dengan laboratorium sederhana tidak ada kelainan.
5. PATOFISIOLOGI
paru-paru
Menetap/berkembang biak
Sitoplasma makroflag
Membentuk sarang TB
Pneumonia kecil (sarang
primer/efek primer)
Radang saluran pernafasan
(limfangitis regional)
Komplek primer
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan pada tuberkulosis paru (TB paru) adalah
tuberkulin tes, foto rontgen dada, tes resistensi OAT, gene Xpert MTB/ RIF assay, dan DNA
sequencing. Tuberculin Skin test (TST) atau Tes Mantoux Tuberculin skin test (TST) positif
menunjukkan kecenderungan terjadinya infeksi primer TB. Tes ini merupakan metode
standar dalam menentukanapakah seseorang terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis.
Konversi TST biasanya terjadi 3-6 minggu setelah paparan terhadap kuman TB. Sekitar 20%
pasien-pasien dengan TB aktif, khususnya pada penyakit yang sudah berlanjut, memiliki hasil
TST yang normal. Pembacaan hasil TST dilakukan antara 48 dan 72 jam setelah dimasukkan
0,1 ml suntikan tuberkulin PPD secara intradermal. Suntikan yang benar akan menimbulkan
gelembung kulit kecil pucat berdiameter 6-10 mm. Reaksi terhadap suntikan akan teraba
mengeras, atau membengkak, disebut sebagai indurasi yang diukur diameternya dalam
milimeter ke arah aksis longitudinal pada lengan bawah bagianventral. Eritema tidak ikut
diukur sebagai indurasi. Hasil reaksi TST diklasifikasikan sebagai berikut: Indurasi ≥5
mm, dianggap positif pada: Orang terinfeksi HIV Orang yang baru tertular kuman TB
Seseorang yang hasil foto rontgen dadanya menunjukkan adanya perubahan fibrotik yyang
konsisten dengan TB terdahulu Pasien dengan transplantasi organ Orang yang mengalami
penurunan kekebalan tubuh karena misalnya mengonsumsi >15 mg/ hari prednison selama
satu bulan atau lebih, atau antagonis TNF alfa Indurasi ≥10 mm, dianggap positif pada:
Orang yang pernah bepergian ke negara-negara dengan prevalensi tinggi TB dalam waktuTB
Anak-anak usiapada orang-orang dengan risiko tinggi saja Beberapa orang dapat bereaksi
terhadap TST meski mereka tidak terinfeksi Mycobacterium tuberculosis, hal ini disebut
reaksi false-positif. Penyebab reaksi false positif di antaaranya adalah: Infeksi dengan
Mycobacterianon-tuberkulosis Riwayat vaksinasi BCG sebelumnya Cara penyuntikan TST
yang tidak benar Intepretasi yang tidak benar terhadap reaksi TST Antigen yang digunakan
tidak benar.
7. PENGOBATAN TB PARU
Penyakit ini dapat disembuhkan dan jarang berakibat fatal jika penderita mengikuti saran dari
dokter. Prinsip utama pengobatan TBC (tuberkulosis) adalah patuh untuk minum obat selama
jangka waktu yang dianjurkan oleh dokter (minimal 6 bulan).
Apabila berhenti meminum obat sebelum waktu yang dianjurkan, penyakit TBC yang Anda
derita berpotensi menjadi kebal terhadap obat-obat yang biasa diberikan. Jika hal ini terjadi,
TBC menjadi lebih berbahaya dan sulit diobati.
Obat yang diminum merupakan kombinasi dari isoniazid, rifampicin, pyrazinamide dan
ethambutol. Sama seperti semua obat, obat TBC juga memiliki efek samping, antara lain:
Warna urine menjadi kemerahan Menurunnya efektivitas pil KB, KB suntik, atau susuk
Gangguan penglihatan Gangguan saraf Gangguan fungsi hati Karena efek samping yang
mungkin terjadi, kombinasi obat dan dosisnya bisa berbeda pada beberapa kasus spesial,
misalnya tuberkulosis padaanak dan ibu hamil. Untuk penderita yang sudah kebaldengan
kombinasiobat tersebut, akan menjalani pengobatan dengan kombinasi obat yang lebih
banyak dan lebih lama. Lama pengobatan dapat mencapai 18-24 bulan. Selama pengobatan,
penderita TBC harus rutin menjalani pemeriksaan dahak untuk memantau keberhasilannya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.halodoc.com/kesehatan/tuberkulosis
https://4.bp.blogspot.com/-AdmzWYH-
tEo/VBef5eZwiGI/AAAAAAAAALA/QNHjA71899c/s1600/Pathway%2BTB%2BParu.jpg
TUGAS BAGIAN B
Studi Kasus
Seorang laki-laki usia 45 tahun, dirawat di RS dengan keluhan sesak nafas disertai batuk
berlendir. Klien mengatakan sulit mengeluarkan lendir dan banyak produksi lendir. Hasil
pemeriksaan fisik adalah : frekwensi pernafasan 28 kali per menit, TD : 110/80 mmHg,
frekwensi nadi 84 kali per menit, TB ; 155 cm, BB ; 46 kg, BB sebelum masuk RS 53 Kg,
terdapat ronkhi pada area paru. Saat ini klien mengatakan tidak nafsu makan, dan merasa
lekas kenyang, keluhan lain yang dialami adalah perasaan lemah dan tidak bertenaga
sehingga ADL (activity daily living)/aktivitas perawatan diri sehari-hari banyak dibantu oleh
keluarga, klien mengatakan jantung terasa berdetak cepat dan kuat setelah beraktivitas. Klien
didiagnosa suspek TB paru.
3. Jelaskan data penting lainnya yang perlu dikaji terkait kebutuhan oksigen, kebutuhan
nutrisi dan kebutuhan aktivitas !
JAWAB
1. Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan pada tuberkulosis paru (TB paru) adalah
tuberkulin tes, foto rontgen dada, tes resistensi OAT, gene Xpert MTB/ RIF assay, dan
DNA sequencing. Tuberculin Skin test (TST) atau Tes Mantoux Tuberculin skin test
(TST) positif menunjukkan kecenderungan terjadinya infeksi primer TB. Tes ini
merupakan metode standar dalam menentukanapakah seseorang terinfeksi dengan
Mycobacterium tuberculosis. Konversi TST biasanya terjadi 3-6 minggu setelah paparan
terhadap kuman TB. Sekitar 20% pasien-pasien dengan TB aktif, khususnya pada
penyakit yang sudah berlanjut, memiliki hasil TST yang normal. Pembacaan hasil TST
dilakukan antara 48 dan 72 jam setelah dimasukkan 0,1 ml suntikan tuberkulin PPD
secara intradermal. Suntikan yang benar akan menimbulkan gelembung kulit kecil pucat
berdiameter 6-10 mm. Reaksi terhadap suntikan akan teraba mengeras, atau
membengkak, disebut sebagai indurasi yang diukur diameternya dalam milimeter ke arah
aksis longitudinal pada lengan bawah bagianventral. Eritema tidak ikut diukur sebagai
indurasi. Hasil reaksi TST diklasifikasikan sebagai berikut: Indurasi ≥5 mm, dianggap
positif pada: Orang terinfeksi HIV Orang yang baru tertular kuman TB Seseorang yang
hasil foto rontgen dadanya menunjukkan adanya perubahan fibrotik yyang konsisten
dengan TB terdahulu Pasien dengan transplantasi organ Orang yang mengalami
penurunan kekebalan tubuh karena misalnya mengonsumsi >15 mg/ hari prednison
selama satu bulan atau lebih, atau antagonis TNF alfa Indurasi ≥10 mm, dianggap positif
pada: Orang yang pernah bepergian ke negara-negara dengan prevalensi tinggi TB dalam
waktuTB Anak-anak usiapada orang-orang dengan risiko tinggi saja Beberapa orang
dapat bereaksi terhadap TST meski mereka tidak terinfeksi Mycobacterium tuberculosis,
hal ini disebut reaksi false-positif. Penyebab reaksi false positif di antaaranya adalah:
Infeksi dengan Mycobacterianon-tuberkulosis Riwayat vaksinasi BCG sebelumnya Cara
penyuntikan TST yang tidak benar Intepretasi yang tidak benar terhadap reaksi TST
Antigen yang digunakan tidak benar.
Ketika seorang pengidap TB paru aktif batuk, bersin, menyanyi, atau meludah, orang ini
dapat mengeluarkan titik-titik air liur kecil (droplets) ke udara bebas. Droplets yang
berisi Mycobacterium tuberculosis ini, apabila terinhalasi orang lain akan masuk sampai
di antara terminal alveoli paru. Organisme kemudian akan tumbuh dan berkembang biak
dalam waktu 2-12 minggu sampai jumlahnya mencapai 1000-10.000. Jumlah tersebut
akan cukup untuk mengeluarkan respon imun seluler yang mampu dideteksi melalui
reaksi terhadap tes tuberkulin. Namun, tubuh tidak tinggal diam, dan akan mengirimkan
pertahanan berupa sel-sel makrofag yang memakan kuman-kuman TB ini. Selanjutnya,
kemampuan basil tahan asam ini untuk bertahan dan berproliferasi dalam sel-sel
makrofag paru menjadikan organisme ini mampu untuk menginvasi parenkim, nodus-
nodus limfatikus lokal, trakea, bronkus (intrapulmonary TB), dan menyebar ke luar
jaringan paru (extrapulmonary TB). Organ di luar jaringan paru yang dapat diinvasi oleh
Mycobacterium tuberculosis diantaranya adalah sum-sum tulang belakang, hepar, limpa,
ginjal, tulang, dan otak. Penyebaran ini biasanya melalui rute hematogen.
Apabila terjadi keterlibatan multi organ, maka TB paru akan memerlukan pengobatan
yang lebih lama, hal ini biasanya sebagai konsekuensi terhadap ketidakpatuhan penderita
terhadap tatalaksana pengobatan TB, atau keterlambatan diagnosis.
Kompleks Ghon
Fibrosis dapat terbentuk ketika enzim hidrolitik melarutkan dan meluluhkan lesi
granuloma TB, dimana lesi yang lebih besar akan dibungkus oleh kapsul fibrotik. Nodul-
nodul fibrokaseosa ini biasanya berisi basil TB hidup, dan merupakan lokus-lokus yang
tahan lama, serta berpotensi untuk aktif kembali atau membentuk kavitasi. Beberapa
nodul fibrokaseosa membentuk pengapuran, atau osifikasi yang dapat terlihat jelas pada
foto rontgen dada.
Infeksi TB Primer
Bila tubuh inang tidak mampu untuk menahan infeksi awal, penderita akan mengalami
infeksi TB primer yang progresif. Eksudat bersifat purulen disertai sejumlah besar basil
tahan asam yang dapat ditemukan dalam sputum dan jaringan paru. Granuloma
subserosa dapat ruptur dan masuk ke dalam ruang pleura atau perikardia, dan
menimbulkan inflamasi ataupun efusi serosa. Keadaan ini menjadikan penatalaksanaan
TB sangat sulit karena kemungkinan rekurensi penyakit setelah infeksi primer teratasi
tetap tinggi.
3. Yang perlu di kaji selain yang berada di studi kasus tersebut yaitu
a. Kebutuhan oksigenasi
Pola nafas
Jenis pernafasan
3. Pernafasan Biot: Pernafasan yang tidak teratur iramanyya dan kadang-kadang diikuti
apnoe.
1. Lingkungan
2. Gaya hidup
3. Makanan
b. Kebutuhan nutrisi
Asupan gizi
Kebutuhan nutrisi
Lalu DO dan DS
c. Kebutuhan aktivitas
Aktivitas
Pergerakan otot
Pergerakan sendi
4. Diagnosa keperawatan
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
Setelah di lakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam maka jalan nafas efektif
dengan criteria hasil :
Setelah di lakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam maka status nutrisi
membaik dengan criteria hasil :
Setelah di lakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam maka mobilitas fisik
meningkat dengan criteria hasil :
6. Intervensi keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
Intervensi keperawatan
1. Kaji fungsi respirasi antaralain suara, jumlah, irama, dan kedalaman napas serta
catatan pula apabila menggunakan bantuan otot napas tambahan.
3. Atur posisi tidur semi fowler atau fowler, bantu berlatih batuk secara efektif dan tarik
nafas dalam
4. Bersihkan sekret dari dalam mulut dan trakea, suction jika memungkinkan
5. Berikan minum kurang lebih 2.500 ml/hari, anjurkan minum dalam kondisi hangat
jika tidak ada kontraindikasi
6. Kolaborasi
Intervensi keperawatan
1. Dokumentasikan status nutrisi pasien, catat turgor kulit, berat badan saat ini, tingkat
kehilangan berat badan, integritas mukosa mulut, nausea.
4. Kolaborasi :
Intervensi keperawatan
d. Pasien dan keluarga mengikuti petunjuk yang diberikan oleh pembe ri pelayanan
kesehatan
e. aspek psikologi, fisiologi, dan social
Pada tingkat kedua ini, kebutuhan menjadi sedikit lebih kompleks, di mana
kebutuhan akan keamanan dan keselamatan menjadi yang utama. Manusia ingin suatu
kontrol dan ketertiban dalam hidupnya. Beberapa kebutuhan dasar manusia akan
keamanan dan keselamatan, yaitu keamanan keuangan, kesehatan dan kebugaran,
serta keamanan dari kecelakaan dan cedera. Manusia pun akan termotivasi dan
melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, misalnya dengan bekerja,
menabung, pindah ke lingkungan yang lebih aman, dan lainnya.
h. Kebutuhan kasih sayang dan rasa memiliki (love and belongingness needs)
Pada tingkat keempat ini, manusia memiliki kebutuhan akan penghargaan dan
rasa hormat. Setelah ketiga kebutuhan sebelumnya terpenuhi, maka kebutuhan akan
harga diri ini memainkan peran yang lebih menonjol untuk memotivasi perilaku
manusia. Maslow membagi tingkat ini menjadi dua kategori, yaitu kebutuhan harga
diri yang berkaitan dengan martabat, prestasi, penguasaan, dan kemandirian.
Kemudian, kebutuhan rasa hormat dari orang lain yang berkaitan dengan status,
atensi, dan reputasi. Orang yang mampu memenuhi kebutuhan ini cenderung merasa
yakin dengan kemampuannya sehingga memiliki harga diri yang baik dan mendapat
penghormatan dari orang lain. Sementara, jika harga diri dan rasa hormat dari orang
lain rendah, maka akan mengembangkan perasaan rendah diri.