Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MIKOLOGI

“ENDOGENALES”

Disusun oleh:

Kelompok 3 Mikologi:

Stephen Lengkong (18101102027)

Kurniasih (211014020066)

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2021
ENDOGENALES
A. Deskripsi Ordo Endogenales
Endogonales merupakan salah satu ordo dari filum Zygomycota dan juga merupakan
garis keturunan jamur awal divergen dalam Mucoromycota. Jamur ini bersifat heterotrof
saprofit (Kirk et al., 2008). Banyak spesies dalam ordo ini menghasilkan sporofor kecil
(sporokarpus) yang mengandung sejumlah besar zigospora, dan banyak spesies bersimbiosis
dengan tanaman. Beberapa anggota dari ordo ini hidup di darat dan di dalam tanah atau pada
anggota tumbuhan dan binatang yang membusuk. Spora terbentuk di ujung hifa ekternal di luar
perakaran di dalam tanah. Spora mula-mula berwarna kecokelatan dan akhirnya berubah
menjadi hialin hingga kuning kecoklatan serta berukuran lebih dari 300 milimikron
(Nicholoson, 1975).
Ordo ini terdistribusi luas, terutama pada daerah beriklim sedang (Kirk et al., 2008).
Tergantung pada spesiesnya, sporokarpus telah dicatat memiliki bau bawang, gula terbakar,
atau ikan. Endogone tumbuh di tanah, pada kayu yang membusuk, pada tumbuhan lumut
(sphagnum), atau bahan tanaman lainnya baik sebagai saproba atau rekan ektomikoriza
(Gerdemann & Trapp, 1974). Warchup (1990) melaporkan bahwa, spesies Endogone (Ordo
Endogonales) sangat penting dalam ekologi tanah yang miskin nutrisi. Misalnya, jamur
Endogone diketahui tumbuh di bukit pasir dengan substrat yang kurang nutrisi. Tanaman bukit
pasir bergantung pada jamur untuk pertumbuhan dan keberhasilan ekologis. Caranya, yaitu
miselium jamur membantu mengumpulkan dan menstabilkan pasir dalam jaringan hifa,
memberikan kohesi dan membantu tanaman suksesi awal membangun akar. Miselium terebut
juga menjebak dan mengikat fragmen bahan organik seperti akar dan rimpang yang membusuk.

B. Morfologi Ordo Endogenales


Ordo Endogonales umumnya memiliki struktur sporokarpus berdiameter antara beberapa
milimeter hingga 2-3 cm, jamur ini berisi hifa yang terjalin padat dan zigospora. Sporokarpus
merupakan struktur multiseluler dari jamur dengan fungsi sebagai penghasil spora yang
biasanya ditemukan pada filum Ascomycota dan Basidiomycota, tapi pada konteks ini dapat
ditemukan pada filum Zygomycota. Sporokarpus biasanya ditemukan di tanah yang kaya akan
humus atau jamur daun, atau di lumut (Williams & Finney, 1964). Meskipun sebagian besar
spesies hanya akan menghasilkan spora di alam, spesies jenis E. pisiformis dapat dibuat
bersporulasi dalam kultur tabung reaksi bila ditanam dengan bibit konifer. Selain itu, jamur ini
memiliki hifa senositik atau dalam sitoplasmanya terdapat beberapa inti, yang mengartikan
bahwa hifa kekurangan septa (Berch dan Castellano, 1986).

Gambar 1. Sebuah sporocarp dari Endogone pisiformis yang berasosisasi dengan Sphagnum
(Berch dan Castellano, 1986)
Gambar 2. Zigospora berdinding ganda E. pisiformis (Berch dan Castellano, 1986)

Gambar 3. Sporokarpus yang mengandung banyak sporangia (A) dan spora tunggal (B, C)

C. Reproduksi dan Ordo Endogenales


Reproduksi dari ordo Endogenales, yaitu zigospora terbentuk dalam sporokarpus dengan
bertunas dari ujung dua gametangia yang menyatu, dengan gametangiogami dari dua hifa yang
saling sesuai dengan menghasilkan zigospora, sedangkan perkembangbiakan aseksual
dilakukan dengan membentuk spora tak berflagel yang berupa sporangiospora atau konidia
(Listyawati , 1991).
Reproduksi seksual Zygomycota terjadi ketika hifa haploid dari jenis kawin yang berbeda
berada di dekat satu sama lain. Pertumbuhan gametangia dimulai setelah gametangia
bersentuhan, dan plasmogami, atau peleburan sitoplasma terjadi yang diikuti dengan
penggabungan inti (Karyogami). Hasil dari gabungan itu menjadi Zigosporangia yang bersifat
diploid. Zygosporangia umumnya berdinding tebal, sangat tahan terhadap kesulitan lingkungan,
dan lembam secara metabolik. Ketika kondisinya membaik, mereka berkecambah untuk
menghasilkan sporangium atau hifa vegetatif. Meiosis terjadi selama perkecambahan
zygosporagium sehingga spora atau hifa yang dihasilkan adalah haploid (Schultze et al, 2005).

Gambar 4. Reproduksi Zygomycota (Schultze et al, 2005)

D. Hubungan antara Ordo Endogenales dengan Tumbuhan


Sebagai jamur yang bersifat biotrof untuk dapat tumbuh dan berkembang maka harus
melakukan asosiasi dengan perakaran inang yang masih hidup. Arbuskular menyerupai haus
torium dan berperan sebagai organ saluran makanan, terbentuk dibagian dalam sel korteks akar
tanaman. Di permukaan antara arbuskula dan sel plasmalema inang arbuskular dan sel
plasmalema inang merupakan tempat yang paling penting bagi terjadinya pertukaran nutrisi
antara inang dan simbion. Endogenales memperoleh kebutuhan karbohidratnya dari fotosintat
yang dihasilkan oleh tanaman inang (Sally et al., 2008.)
Mikoriza arbuskular (AM, dulu disebut mikoriza vesikular-arbuskular, VAM) tumbuh
dari luar perakaran lalu masuk ke dalam jaringan perakaran dan pada gilirannya memasuki sel-
sel perakaran. AM di dalam jaringan akan membentuk arbuskula, yaitu jaringan hifa yang
menembus sela-sela sel dan bahkan menembus sel melalui plasmalema. Di dalam sel, hifa akan
membentuk vesikula, suatu gelembung-gelembung kecil di sitoplasma. AM sulit ditumbuhkan
secara aksenik (media buatan) sehingga MVA dianggap merupakan simbion obligat (wajib)
(Hempel et al., 2007).
Vesikula berbentuk butiran-butiran di dalam sitoplasma yang mengandung lipid dan
menjadi alat reproduksi vegetatif mikoriza, khususnya bila sel pecah akibat rusaknya korteks
akar. Arbuskula berwujud kumpulan hifa yang menembus plasmalema dan membantu
transportasi hara di dalam sel tumbuhan. Pembentukan vesikula dan arbuskula dalam sel
menunjukkan bahwa simbiosis telah terjadi dengan sempurna dan tanaman sudah dapat
menikmati hasil kerja sama dengan mikoriza berupa meningkatnya ketersediaan unsur hara
yang diserap dari dalam tanah (Hempel et al., 2007).
AM banyak membawa keuntungan bagi tumbuhan simbionnya. Ia memperbaiki hasil
tumbuhan dan mengurangi masukan pupuk pada tanaman pertanian. Ini terjadi karena MVA
meningkatkan ketersediaan beberapa hara di tanah yang diperlukan tanaman, terutama fosfat.
Peningkatan penyerapan fosfat diiringi dengan peningkatan penyerapan hara lain, seperti
nitrogen (N), seng (Zn), tembaga (Cu), dan belerang (S). Selain itu, MVA memperluas ruang
tanah yang dapat dijangkau oleh tanaman inang. Jeruk, umpamanya, dikenal responsif terhadap
inokulasi MVA. Inokulasi ini dapat mengarah pada menurunnya penggunaan pupuk P. Selain
meningkatkan ketersediaan hara, AM meningkatkan toleransi tumbuhan terhadap kurangnya
pasokan air. Luasnya jaringan hifa di tanah membantu akar menyerap air. MVA memengaruhi
ketahanan tumbuhan inang terhadap serangan penyakit. AM, tergantung jenisnya, dapat
mengurangi pengaruh serangan jamur patogen (Hempel et al., 2007).

Gambar 5. Hubungan Mikoriza Arbuscular yang menunjukkan terjadimya penetrasi oleh jamur ke
bagian jaringan akar tumbuhan (Dewi, I.R.A, 2007)

E. Klasifikasi Ordo Endogenales


Endogonales hanya memiliki 1 famili, yaitu Endogonaceae yang terdiri atas 4 genus dan
27 spesies. (Kirk et al, 2008). 4 genus yang dimaksud yaitu Endogone, Peridiospora,
Sclerogone, dan Youngiomyces. Genus Endogone terdapat sekitr 20 spesies, dengan ciri-ciri,
yaitu membentuk sporokarpus dibawah tanah, sporokarpus tebal, tekstur lilin, berwarna
kekuningan, dan berisi padat dengan jalinan hifa yang bercabang ataupun tidak bercabang.
Endogone bersifat saprotrofik tapi sebagian besar genus tersebut bersifat ektomikoriza. Genus
endogone antara lain, E. aggregata, E. tuberculosa, E. reticulata, E. pisiformis. (Berch &
Fortin, 2018).

Gambar 6. Penampakan Makroskopis dan Mikroskopis Endogone sp. (Yamamoto et al., 2015)
Genus yang berikutnya, yaitu ada Peridiospora tatachia. Karateristiknya antara lain,
zigokarpus tunggal atau terkumpul di tanah atau di akar, mengandung zygosporangium secara
terpisah. Zygosporangia coklat kuning atau coklat kemerahan, dengan mantel kuning pucat, hifa
terjalin pada sporangiothecium, diameter 2,5-12,5 m. membentuk lapisan hifa setebal 15 m.
Gametangia berdinding tipis bersatu di ujungnya, dengan zigosporagnium terbentuk di atas titik
penyatuan. Zygosporangia globose, subglobose, atau obovoid 110-135 × 110-185 m (termasuk
mantel hifa). Zygosporangium terdiri dari dua dinding. Dinding 1, dinding satuan, tebal 2 m,
licin dan berwarna coklat; dinding 2, dinding membran, tebal kira-kira 1 m, hialin. Hifa peridial
dan dinding spora terluar masing-masing diwarnai coklat merah muda dan coklat kemerahan
dalam pereaksi Melzer (Gerdemann & Trappe, 1974).

Gambar 7. Mikrograf Peridiospora tatachia (Gerdemann & Trappe, 1974)

Pada genus selanjutnya, ada spesies Sclerogone eucalypti tapi sejauh ini penulis belum
mendapatkan referensi yang cukup untuk deskripsi detilnya. Ada juga spesies Youngiomyces
multipleks, yang merupakan genus yang baru dimasukkan dalam ordo Endogonales. Spesies
terebut, memiliki bentuk yang sengat bervariasi, ada yang berbentuk ginjal, persegi panjang,
persegi, dan lain-lain. Jamur tersebut dibentuk elemen bola kecil yang banyak dengan sifat yang
keras dan memiliki ketahanan. Peridium tidak ada dan miseliumnya terbungkus dengan substrat
tanah sehingga sulit dijumpai. Sporanya berbentuk bola atau subglobe dengan jumlah berkisar
150-250. Ukuran sporanya besar, yaitu berkisar diantara 50 mikron-120 mikron (MICOEX,
2016).
Tubuh buah terbentuk di bawah substrat dan bersatu dalam jumlah yang bervariasi.
Youngiomyces multipleks merupakan jamur hypogeal yang langka, tetapi begitu melimpah di
daerah tempat ia dilahirkan. Butiran bulat yang membentuk sporokarpus dapat dilihat dengan
mata telanjang dan memberikan penampilan umum yang mengingatkan kita pada permen
(MICOEX, 2016).

Gambar 8. Morfologi Youngiomyces multipleks (MICOEX, 2016)

F. Peranan dan Informasi Penelitian mengenai Ordo Endogenales


Peranan dari jamur ordo Endogonales ada beberapa, yaitu meningkatkan kemampuan
tanaman dalam menyerap nutrisi. Adanya hifa ekternal yang efektif di permukaan akar
menyebabkan volume tanah yang dapat di jangkau tanaman meningkat,sehingga penyerapan
unsur hara oleh akar yang terinfeksi jamur akan meningkat, tenaga absorbsi dapat dipertahankan
lebih lama, dan translokasi hara dari hifa ke sel-sel jaringan korteks di perlancar. Endogenales
juga dapat meningkatkan toleransi kekurangan air pada tanaman, hifa ekterna mengabsorbsi dan
mengangkut air langsung ke tanaman inangnya, hal itu karena endogenales dapat berperan
sebagai jembatan antar daerah kering di sekitar tanaman dengan daerah yang lembab (Redhead,
1997).
Penelitian baru-baru ini telah membuktikan adanya indikasi eksistensi Endogone
ektomikoriza di hutan Oak Alami (Quercus acutissima dan Quercus crispula), kesimpulannya
mengungkapkan bahwa ujung akar ektomikoriza memiliki selubung jamur yang unik, dengan
hifa bercabang lebar dan bervariasi, yang diidentifikasi di zona beriklim Jepang. Mikobiont
dikonfirmasi sebagai Endogone sp., yang ditempatkan sebagai klad saudara dari Endogone
pisiformis berdasarkan analisis filogenetik dari subunit kecil dan besar dari RNA ribosom nuklir
dan gen elongasi faktor-1α. Ini merupakan laporan pertama ektomikoriza Endogone di hutan
alam Belahan Bumi Utara dan temuan pertama di Quercus (Yamamoto et al., 2016).
Rina et al. (2020) melaporkan bahwa Jamur mikoriza ambuskular Endogone juga dapat
ditemukan di Kawasan Glee Nipah Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar, Indonesia. Spesies yang
ditemukan yaitu Endogone pisiformis yang berwarna merah.
Banyak micobion dari bryophyta memiliki beberapa clades baru di Endogonaceae baru-
baru ini telah diidentifikasi secara filogenetik. Yamamoto et al. (2020) pada penelitiannya
memperoleh banyak sporokarpus dari spesies mirip Endogonaceae yang tidak terdeskripsikan
dari pulau-pulau Jepang. Pengamatan morfologi dan analisis filogenetik multilokus nuc 18S
rDNA (18S), nuc 28S rDNA (28S), dan bagian dari dua daerah pengkode protein inti-faktor
elongasi translasi 1-alpha (tef1 ) dan subunit besar RNA polimerase II ( rpb1 )—dari spesies ini
menghasilkan deskripsi masing-masing satu spesies baru Endogone dan Jimgerdemannia dan
dua spesies baru Vinositunica , gen. nov. Vinositunica dicirikan oleh sporokarpus keunguan dan
klamidospora berwarna merah anggur dengan diameter hingga 700 μ m, hal tersebut berpotensi
mengubah definisi dari famili Endogenaceae.
DAFTAR PUSTAKA
Berch SM, Castellano MA (1986). Sporulasi Endogone pisiformis dalam Budaya Axenic dan
Monaxenic". Mycologya, 78(2), 292–295. doi : 10.2307/3793176
Berch, S.M. & Fortin, J.A. (2018). Germination of Zygospores of Endogone pisiformis. Mycologya,
75(2), 328-332.
Dewi, I.R.A. 2007. Peran, Prospek dan Kendala dalam Pemanfaatan Endomikoriza [Makalah].
Jatinangor. Universitas Padjajaran.
Gerdemann, J.W. & Trappe, J.M. 1974. The Endogonaceae in the Pacifiv Nothwest. Urbana.
University of Illinois.
Hempel, S., Renker, C. & Buscot, F. (2007). Differences in the Species Composition of Arbuscular
Mycorrhizal Fungi in Spore, Root and Soil Communities in a Grassland Ecosystem".
Environmental Microbiology, 9 (8), 1930–1938. doi:10.1111/j.1462-2920.2007.01309.
Kirk, P.M, Cannon, P.F, Minter, D.W, & Stalpers, J.A. (2008). Dictionary of the Fungi (10th ed.).
Wallingford: CABI. p. 233. ISBN 978-0-85199-826-8.
Listyawati,S. (1991). Distribusi Spora-spora Endogone pada Tanah di Sekitar Kebun Raya
Purwodadi Jawa Timur dan Bedugul Bali. Laporan Praktek Lapangan.Yogyakarta. Fakultar
Biologi UGM.
MICOEX. (2016, Sebtember 17). Youngiomyces multipleks. Diakses dari:
https://micoex.org/2016/09/17/youngiomyces-multiplex/. Diakses pada tanggal 20 September
2021.
Nicholoson, T.H. (1975). Evolation Of Vesicular-Arbuscular Mycorrhiza,in Proc.of A Simposium
Held at The Univ.of Leeds. Academic Press.London. p105-p111.
Redhead, J.F. (1997). Endotrophic Mycchorhiza in Nigera Species of Endogonaceae and Their
Distribution. Nigeria. Ibadan-Nigeria Federal Departement of Forestry
Rina, A.Z.A., Rahmi, A., Yanti, A.R., dan Hidayat, A.M. (2020). Jenis Fungi Mikoriza Arbuskula
(FMA) pada Berbagai Pohon Kawasan Glee Nipah Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar.
Prosiding Biotik. Diakses dari: https://www.jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/PBiotik/article/view/9561
Sally E. Smith, David Read, 2008. 7 - Ectendo- and Arbutoid Mycorrhizas. Academic Press,
https://doi.org/10.1016/B978-012370526-6.50009-X
Schultze, Kornelia, Schimek, Christine, Wöstemeyer, Johannes, Burmester, & Anke (2005).
Seksualitas dan Parasitisme Berbagi Jalur Pengaturan Umum dalam Jamur Parasitella
parasitica. Gen, 348, 33–44.
Williams, O, Finney, B.A (1964). Endogone: Makanan Tikus. Jurnal Mamalogi, 45(2), 265–271.
doi : 10.2307/1376990
Yamamoto, K., Degawa, Y., & Yamada, A. (2020). Taxonomic Study of Endogonaceae in the
Japanese Islands: New Species of Endogone, Jimgerdemannia, and Vinositunica, gen. nov.
Mycologia, 112(2): 309-328. https://doi.org/10.1080/00275514.2019.1689092
Yamamoto, K., Degawa, Y., Hirose, D., Fukuda, M., & Yamada, A. (2015). Morphology and
phylogeny of Four Endogone Species and Sphaerocreas pubescens Collected in Japan. Mycol
Progress 14(86). https://doi.org/10.1007/s11557-015-1111-6

Anda mungkin juga menyukai