Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS PERSENTASE PERESEPAN OBAT ANTIDIABETIK ORAL

DAN INSULIN DI APOTEK SIDOWAYAH FARMA KLATEN


PERIODE JANUARI-MARET 2020

JURNAL PENELITIAN

Disusun oleh:

VINCENTIA RATIH RATNANDICA


F.006.018.008

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKES) DUTAGAMA KLATEN
TAHUN 2021
ANALISIS PERSENTASE PERESEPAN OBAT ANTIDIABETIK ORAL
DAN INSULIN DI APOTEK SIDOWAYAH FARMA KLATEN
PERIODE JANUARI-MARET 2020

INTISARI

Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi ketika pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah/glukosa), atau
ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase obat antidiabetik oral
dan persedian insulin di Apotek Sidowayah Farma Klaten periode Januari-Maret
2020. Hasil penelitian di Apotek Sidowayah Farma Klaten menunjukkan bahwa
berdasarkan jenis kelamin, wanita paling banyak mengalami diabetes. mellitus,
sebanyak 326 pasien atau 60,93%, usia 51-60 memiliki diabetes mellitus terbanyak,
sebanyak 208 resep atau 38,88%, kondisi pasien dengan kondisi diabetes mellitus
tipe II mengalami banyak 179 resep atau 33,46%, terapi obat yang paling banyak
digunakan adalah metformin sebanyak 352 peresepan, golongan obat yang paling
banyak digunakan adalah golongan biguanid dengan 352 peresepan.

PERCENTAGE ANALYSIS OF PRESCRIPTION OF ORAL AND


INSULIN ANTIDIABETIC MEDICINE AT THE SIDOWAYAH
PHARMACY PHARMACY KLATEN PERIOD JANUARY-MARCH 2020

ABSTRACT

Diabetes is serious cronic disease that occurs when the pancreas does not
produce enough of insulin (a hormone that regulates blood sugar/glucose), or whe
the body cannot effectively use the insulin it produces. The purpose of this study
was to determine the percentage of oral antidiabetic drugs and insulin persribe at
Apotek Sidowayah Farma Klaten for the period January-March 2020. The result
of the study at Sidowayah Farma Pharmachy Klaten showed that based gender,
women experienced the most diabetes mellitus, as many as 326 patients or
60,93%, aged 51-60 had the most diabetes melltus, as many as 208 prescriptions
or 38,88%, the patients condition with the condition of type II diabetes mellitus
experciened a lot of 179 prescriptions or 33,46%, the most widely used drug
theraphy was metformin as many as 352 perscriptions, the most widely used drug
class was the biguanid group with 352 perscriptions

1
Vincentia Ratih Ratnandica Student of STIKES Duta Gama Klaten
2
apt. Septian Maulid Wicahyo, M. Farm Advisor
3
apt. Mukhamad Nur Khamid, M.M. Advisor
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Organisasi International Diaebetes Federation (IDF) memperkirakan
sedikitnya terdapat 463 juta orang pada usia 20-79 tahun di dunia menderita
diabetes pada tahun 2019 atau setara dengan angka prevalensi sebesar 9,3% dari
total penduduk yang sama. Prevalensi diabetes diperkirakan meningkat seiring
penambahan umur penduduk menjadi 19,9% atau 111,2 juta orang pada umur 65-79
tahun. Angka diperkirakan terus meningkat hingga mencapai 578 juta di tahun 2030
dan 700 juta di tahun 2045 (Kemenkes, 2020).
Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melitus di
Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada usia ≥15 tahun sebesar 2%. Namun
prevalensi diabetes melitus menurut pemeriksaan gula darah meningkat dari 6,9%
menjadi 8,5% pada tahun 2018. (Kemenkes RI, 2020). Situasi diabetes melitus di
Jawa Tengah menurut Dinkes Jawa Tengah, dilaporkan bahwa kasus diabetes
melitus tergantung insulin atau diabetes melitus tipe 1 sebanyak 9.376 kasus,
lebih rendah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Kasus diabetes tipe 2 sebanyak
181.543 kasus (Atikhoh, 2017). Penderita diabetes di Kabupaten Klaten dari tahun
ke tahun hingga sekarang terdapat 900 kasus mempunyai penyakit diabetes
melitus tipe 1. Lalu sebanyak 21.390 kasus mempunyai penyakit diabetes tipe 2
(Arsy, 2017).
Berdasarkan kasus-kasus dan beberapa hasil penelitian di atas maka perlu
dilakukannya penelitian mengenai analisis persentase peresepan obat antidiabetik
oral dan insulin di Apotek Sidowayah Farma Klaten.
Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
yaitu bagaimana persentase peresepan obat antidiabetes oral dan insulin di Apotek
Sidowayah Farma pada periode Januari hingga Maret 2020?

METODE PENELITIAN
Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat non eksperimental, merupakan suatu penelitian
yang pengamatannya dilakukan terhadap variabel menurut apa adanya karena
tanpa memberikan suatu perlakuan (Yousda, 1993) serta desain penelitian yang
digunakan yaitu pendekatan retrospektif yang merupakann suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama mengambil gambaran dengan
melihat ke belakang. Penelitian retrospektif yaitu pengambilan data berdasarkan
kumpulan data pada masa lalu (Tjokronegoro, 1999).

Populasi dan Sampel


Populasi pada penelitian ini adalah seluruh data resep pasien yang
terdiagnosa diabetes melitus pada periode bulan Janurai – Maret 2020.
Sampel terdiri lembar resep dengan menggunakan metode purposive
sampling dalam penelitian ini menggunakan kriteria inklusi serta eksklusi
yang dibuat berdasarkan pertimbangan oleh peneliti sendiri, kriteria
eksklusi data sebelumnya dilakukan proses perhitungan terlebih dahulu
dengan menggunakan rumus Slovin (Wiratna, 2014) yaitu:

n = N / (1+ (N. e²))


P % = f/N × 100%

Keterangan :
n = Jumlah sampel minimal
N = Jumlah total populasi
e = tingkat kesalahan (0,05)
Analisis Data

Teknis analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknis
analisis kuantitatif. Data yang telah diperoleh di ubah dalam bentuk persentase.
Persentase yang dihitung menggunakan rumus (Sudijono, 2016) :
Keterangan :

P : angka persentase per tiap jenis obat

f : jumlah frekuensi (jumlah obat diabetes berdasarkan jenis dan golongan)


N : total resep seluruhnya
Kemudian data per jenis obat di tampilkan pada suatu bagan persentase yang akan
dijabarkan secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian

Data resep berdasarkan jenis kelamin pasien diabetes melitus periode Januari-
Maret 2020.
NO JENIS BULAN
KELAMIN
JANUARI FEBRUARI MARET
1. Perempuan 102 (56,67%) 97 (62,58%) 127 (63,50%)
2. Laki-Laki 78 (43,33%) 58 (37,42%) 739 (36,50%)

Dari data sampling periode Januari-Maret 2020 terdapat 535 resep.


Berdasarkan jenis kelamin pada bulan Januari terdapat pasien berjenis kelamin
perempuan sebanyak 102 resep (56,67%), pasien berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 78 resep (43,33%). Bulan Februari terdapat pasien berjenis kelamin
perempuan sebanyak 97 resep (62,58%), pasien berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 58 resep (37,42%). Bulan Maret 2020 terdapat pasien berjenis kelamin
perempuan sebanyak 127 resep (63,50%), pasien berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 73 resep (36,50%).

Data resep berdasarkan usia pasien diabetes melitus periode Januari-Maret 2020.

NO UMUR BULAN
JANUARI FEBRUARI MARET
1. 40-50 48 (26,67%) 37 (23,87%) 34 (17%)
2. 51-60 62 (34,45%) 60 (38,71%) 86 (43%)
3. 61-70 52 (28,88%) 41 (26,45%) 65 (32,5%)
4. 71-80 18 (10%) 17 (10,97%) 15 (7,5%)

Berdasarkan usia pada bulan Januari terdapat pasien usia 40-50 tahun
sebanyak 48 resep (26,67%), usia 51-60 tahun sebanyak 62 resep (34,45), usia 61-
70 tahun sebanyak 52 resep (28.88%), usia 70-80 tahun 18 resep (10%). Pada
bulan Februari terdapat pasien usia 40-50 tahun sebanyak 37 resep (23,87%), usia
51-60 tahun sebanyak 60 resep (38,71%), usia 61-70 tahun sebanyak 41 resep
(26,45%), usia 70-80 tahun 17 resep (10,97%). Bulan Maret terdapat pasien usia
40-50 tahun sebanyak 34 resep (17%), usia 51-60 tahun sebanyak 86 resep (43%),
usia 61-70 tahun sebanyak 65 resep (32,50%), usia 70-80 tahun 15 resep (7,50%).

Data Resep Berdasarkan Kondisi Pasien Periode Januari – Maret 2020

NO. JENIS DM BULAN


JANUARI FEBRUARI MARET
1. DM I 29 (16,11%) 23 (14,82%) 26 (13%)
2. DM II 66 (36,67%) 57 (36,78%) 56 (28%)
3. DM I + Komplikasi 48 (26,67%) 29 (18,71%) 51 (25,5%)
4. DM II + Komplikasi 37 (20,55%) 46 (29,68%) 67 (33,5%)
Berdasarkan kondisi pasien pada bulan Januari dengan kondisi pasien DM I
sebanyak 29 resep (16.11%). DM II sebanyak 66 resep (36,67%). DM I +
komplikasi sebanyak 48 resep (26,67%), DM II + komplikasi sebanyak 37 resep
(20,55%). Pada bulan Februari dengan kondisi pasien DM I sebanyak 23 resep
(14,83%). DM II sebanyak 57 resep (36,78%). DM I + komplikasi sebanyak 29
resep (29,68%), DM II + komplikasi sebanyak 46 resep (29,68%). Pada bulan
Maret dengan kondisi pasien DM I sebanyak 26 resep (13%). DM II sebanyak 56
resep (28%). DM I + komplikasi sebanyak 51 resep (25,50%), DM II +
komplikasi sebanyak 67 resep (33,50%).
Data Resep Berdasarkan Nama Obat Periode Januari – Maret 2020

NO NAMA OBAT BULAN


JANUARI FEBRUARI MARET
1. Metformin 115 (35,39%) 99 (34,73%) 138 (36,31%)
2. Glimepirid 85 (26,15%) 84 (29,48%) 98 (25,79%)
3. Acarbose 23 (7,08%) 26 (9,12%) 32 (8,42%)
4. Glikazid 3 (0,92%) 2 (0,71%) 3 (0,80%)
5. Glikuidon 11 (3,39%) 4 (1,41%) 4 (1,06%)
6. Glibenklamid - 10 (3,51%) -
7. Lantus 28 (8,61%) 19(6,66%) 31 (8,15%)
8. Levemir 7 (2,15%) 9 (3,15%) 6 (1,58%)
9. Novorapid 20 (6,15%) 12 (4,21%) 24 (6,31%)
10. Novomix 33 (10,15%) 20 (7,02%) 44 (11,58%)

Berdasarkan nama obat pada bulan Januari dengan nama obat metformin
sebanyak 115 resep (35,39%), glimepirid sebanyak 85 resep (26,15%), acarbose
sebanyak 23 resep (7,08%), glikazid 3 sebanyak resep (0,92%), glikuidon
sebanyak 11 resep (3,39%), lantus sebanyak 28 resep (8,61%), levemir 7
sebanyak 7 resep (2,15%), novorapid sebanyak 20 resep (6,15%), novomix
sebanyak 33 resep (10,15%). Pada bulan Februari dengan nama obat metformin
sebanyak 99 resep (34,73%), glimepirid sebanyak 84 resep (29,48%), acarbose
sebanyak 26 resep (9,12%), glikazid 2 sebanyak resep (0,71%), glikuidon
sebanyak 4 resep (1,41%), glibenklamid sebanyak 10 (3,51%), lantus sebanyak 19
resep (6.66%), levemir 7 sebanyak 9 resep (3,15%), novorapid sebanyak 12 resep
(4,21%), novomix sebanyak 20 resep (7,02%). Pada bulan Maret dengan nama
obat metformin sebanyak 138 resep (36,31%), glimepirid sebanyak 98 resep
(25,79%), acarbose sebanyak 32 resep (8,42%), glikazid 3 sebanyak resep
(0,80%), glikuidon sebanyak 4 resep (1,06%), lantus sebanyak 31 resep (8,15%),
levemir sebanyak 6 resep (1,58%), novorapid sebanyak 24 resep (6,31%),
novomix sebanyak 44 resep (11,58%).
Data Resep Berdasarkan Golongan Obat Periode Januari – Maret 2020

N GOLONGAN OBAT BULAN


O
JANUARI FEBRUARI MARET
1. Sulfonilurea 99 (30,46%) 100 (35,09%) 105 (27,64%)
2. Biguanid 115 (35,39%) 99 (34,73%) 138 (36,31%)
3. Penghambat enzim a- 23 (7,07%) 26 (9,12%) 32 (8,42%)
glikoside
4. Insulin Kerja Cepat 53 (16,31%) 32 (11,23%) 68 (17,9%)
5. Insulin Kerja Panjang 35 (10,77%) 28 (9,83%) 37 (9,73%)

Berdasarkan golongan obat pada bulan Januari dengan golongan obat


sulfonilurea sebanyak 99 resep (30,46%), biguanid sebanyak 115 resep (35,39%),
penghambat enzim α-glikoside sebanyak 23 resep (7,07%), insulin kerja cepat
sebanyak 53 resep (16,31%), insulin kerja panjang sebanyak 35 resep (10,77%).
Pada bulan Februari dengan golongan obat sulfonilurea sebanyak 100 resep
(35,09%), biguanid sebanyak 99 resep (34,73%), penghambat enzim α-glikoside
sebanyak 26 resep (9,12%), insulin kerja cepat sebanyak 32 resep (11,23%),
insulin kerja panjang sebanyak 28 resep (9,83%). Pada bulan Maret dengan
golongan obat sulfonilurea sebanyak 105 resep (27,64%), biguanid sebanyak 138
resep (36,31%), penghambat enzim α-glikoside sebanyak 32 resep (8,42%),
insulin kerja cepat sebanyak 68 resep (17,90%), insulin kerja panjang sebanyak 37
resep (9,73%).

Pembahasan
Data peresepan diabetes belitus menunjukan bahwa pasien berjenis kelamin
perempuan paling banyak menderita penyakit DM per periode Januari-Maret 2020
di Apotek Sidowayah Farma Klaten. Dari data yang ditemukan peresepan pasien
berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 209 resep atau 39,06% sedangkan
berdasarkan jenis kelamin perempuan sebanyak 326 resep atau 60,93%. Hal
tersebut sejalan dengan penelitian Ainun Mutharoh.,dkk 2020 bahwa perempuan
lebih berisiko terhadap penyakit diabetes melitus. Hal tersebut diakibatkan karena
secara fisik perempuan lebih banyak memiliki peluang peningkatan indeks massa
tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan, pasca menopause yang
membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses
hormonal sehingga perempuan berisiko menderita diabetes melitus. Penelitian
Leslie dkk (2013) juga mengemukakan bahwa perempuan mempunyai angka
harapan hidup lebih tinggi sehingga semakin banyak prevalensi jumlah
perempuan yang dapat mengidap diabetes melitus.

Diabetes melitus di Apotek Sidowayah Klaten berdasarkan usia terbagi


menjadi 4 yaitu usia 40-50 terdapat 119 resep atau 22,25%, usia 51-60 terdapat
208 resep atau 38,88%, usia 61-70 terdapat 158 resep atau 29,53%, usia 71-80
terdapat 50 resep atau 9,34%. Dari hasil penelitian di Apotek Sidowayah Farma
ditemukan bahwa pasien yang mendapatan pelayanan obat DM dengan rentang
usia 51-60 tahun. Hasil tersebut sejalan dengan Infodatin tahun 2018 menunjukan
bahwa secara nasional, prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter pada rentang
usia 40-50 tahun sebanyak 3,9%, usia 51-60 sebanyak 6,3% dan 61-70 sebanyak
6,03% dan usia 70-80 sebanyak 3,3%. Dari data tersebut juga membuktikkan
bahwa usia 50 tahun ke atas rentan mengidap diabetes melitus (KeMenKes, 2018).
Dipiro.,dkk (2008) juga mengemukakan bahwa faktor risiko terjadinya diabetes
melitus memang pada usia 45 tahun ke atas yang disebabkan pada usia tersebut
merupakan usia produktif seseorang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
sehingga kurangnya melakukan aktifitas fisik serta kurangnya mengatur pola
makan yang sehat.

Dari data sampling yang diperoleh diketahui bahwa diabetes melitus


berdasarkan kondisi pasien yaitu DM I sebanyak 78 resep atau 14,58%, DM II
sebanyak 179 resep atau 33,46%, DM I+ komplikasi sebanyak 128 resep atau
23,93%, DM II+ komplikasi sebanyak 150 resep atau 28,03%. Menurut data yang
diperoleh pasien paling banyak dengan kondisi terapi DM II tanpa komplikasi.
Pada penelitian Kristianita., dkk (2015) mengemukakan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara riwayat diabetes dengan riwayat penyakit lainnya sehingga
dapat menunjukan bahwa dapat meningkatkan / memperbesar risiko terjadinya
diabetes melitus.

Pengobatan medis yang paling banyak digunakan yaitu dengan terapi obat
minum (oral), kemudian juga ada terapi penyuntikan insulin. Pada data yang
diperoleh menunjukan bahwa obat yang paling banyak diresepkan berdasarkan
golongan obat yaitu biguanid, metformin sebanyak 321 resep. Kerja golongan
obat biguanid yaitu bekerja langsung pada hepar dengan cara menurunkan
produksi glukosa hati, tidak merangsang sekresi insulin oleh kelenjar pankreas
dan umumnya tidak menyebabkan hipoglikemia serta meningkatkan sensitivitas
jaringan otot dan adipose terhadap insulin. Metformin masih banyak digunakan di
berbagai negara negara salah satunya yaitu Indonesia, karena frekuensi terjadinya
asidosis laktat cukup sedikit asal tidak melebihi dosis 1700mg/hari dan tidak
adanya gangguan fungsi ginjal pada pasien. Obat golongan biguanid juga dapat
memperbaiki uptake glukosa sebesar 10-40%. Pada pemaparan diatas selaras
bahwa metformin lebih banyak diresepkan karena tidak banyak menimbulkan efek
pada manusia.

Pada golongan sulfonilurea sebanyak 304 resep yang terdiri dari glimepirid
sebanyak 267 resep, glikazid sebanyak 8 resep, glikuidon sebanyak 19 resep,
glibenklamid sebanytak 10 resep. Cara kerja obat ini merangsang sekresi insulin
dikelenjar pankreas, sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang sel-sel β
pankreasnya masih berfungsi dengan baik. Glimepirid memiliki waktu mula kerja
yang pendek dang waktu kerja yang lama, sehingga umum diberikan dengan cara
pemberian dosis tunggal. Glimepirid pun lebih aman diberikan kepada pasien usia
lanjut dibandingkan dengan glibenklamid, glikuidon, dan glikazid.

Pada golongan penghambat enzim α-glikoside, acarbose sebanyak 81 resep.


Golongan ini dapat memberlambat absorbsi polisakarida, dekstrin, dan disakarida
di intestin, dapat juga mencegah peningkatan glukosa plasma pada pasien normal
dan pasien DM. Karena kerjanya tidak mempengaruhi kerja insulin, maka tidak
akan menyebabkan efek samping yaitu hipoglikemia. Acarbose dapat digunakan
sebagai monoterapi pada pasien usia lanjut.

Pada pasien dengan kasus tertentu diperlukan terapi non oral atau dengan
insulin. Data yang diperoleh menunjukan bahwa lantus sebanyak 78 resep,
levemir sebanyak 22 resep, novorapid sebanyak 56 resep, novomix sebanyak 97
resep. Penggunaan insulin pen yang tepat harus disertai dengan asupan makanan
dan aktivitas fisik yang sehat agar dapat membantu mengendalikan diabetes dan
mengurangi risiko komplikasi. Suntikan insulin dapat dilakukan dengan berbagai
cara yaitu intravena, intramuskular dan umumnya pada penggunaan jangka
panjang lebih disukai pemberian subkutan.

Dalam tren grafik data resep berdasarkan nama obat ditemukan adanya
penurunan di bulan Februari dan naik kembali di bulan Maret masalah itu dapat
dipengaruhi oleh jumlah pasien yang terdapat di Apotek Sidowayah Farma Klaten
yan dikarenakan apotek tersebut merupakan apotek PRB yaitu dimana pasien pada
bulan februari melakukan pengambilan obat di Rumah Sakit dan pada bulan
Maret melakukan pengambilan obat selanjutnya di Apotek Sidowayah Farma.

Dalam data analisis peresepan ini beberapa data penting dapat dinyatakan
bahwa obat yang paling sering digunakan yaitu metformin, jenis kelamin yang
paling banyak menderita DM yaitu perempuan, rentang usia yang paling banyak
menderita DM yaitu usia 51-60 tahun, serta komplikasi yang paling banyak
diderita yaitu hipertensi dan beberapa neurologi oleh pasien di Apotek Sidowayah
Farma Klaten periode Januari-Maret 2020.

Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penilitian yaitu untuk peneliti selanjutnya perlu memperhatikan
variabel-variabel sebelumnya, dapat menggunakan metode penelitian lainnya,
dapat memperluas tempat pengambilan sampel, dapat mengembangkan resep
dengan penyakit penyerta lainnya, jumlah populasi yang sangat banyak kaitannya
dengan Apotek Sidowayah merupakan apotek terkenal di Kabupaten Klaten dan
tingginya jumlah pasien DM, sehingga sampel penelitian perlu dibatasi.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Dari hasil penelitian peridoe Januari-Maret 2020 dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Jenis kelamin perempuan paling banyak mengalami diabetes melitus
yaitu sebanyak 326 penderita atau 60,93% dan laki-laki sebanyak 209
resep atau 39,06%
2. Rentang usia 51-60 paling banyak mengalami diabetes melitus yaitu
sebanyak 208 resep atau 38,88%.
3. Kondisi pasien dengan kondisi diabetes melitus tipe II banyak
mengalami yaitu sebanyak 179 resep atau 33,46%.
4. Terapi obat yang paling banyak digunakan yaitu metformin sebanyak
352 resep.
5. Terapi golongan sulfonilurea sebanyak 304 resep terdiri dari
glimepiride sebanyak 267 resep, gikazid sebanyak 8 resep, glikuidon
sebanyak 19 resep, glibenklamid sebanyak 10 resep.
6. Terapi golongan penghambat enzim ɑ-glikoside terdiri dari acarbose
sebanyak 81 resep.
7. Terapi insulin terdiri dari lantus sebanyak 78 resep, levemir sebanyak
22 resep, novorapid sebanyak 56 resep, novomix sebanyak 97 resep.

Saran
Saran untuk peneliti selanjutnya perlu memperhatikan variabel-variabel
sebelumnya, dapat mengembangkan metode penelitian lainnya, dapat memperluas
tempat pengambilan sampel sehingga sampel yang diperoleh dapat menyeluruh,
dapat mengembangkan resep dengan penyakit penyerta lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Soebagjio. (2015). Pengeleloaan dan Pencegahan Diabetes Melitus di
Indonesia. Jakarta: Perkeni.

Agung Endro Nugroho. (2012). Farmakologi Obat-Obat Penting dalam


Pembelajaran Farnasi dan Dunia Kesehatan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ainun Mutharoh. (2020). Pola Pengobatan Antidiabetik Oral pada Pasien


Diabetes Melitus Tipe 2. Pekalongan.

Muchid Abdu, (2005). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Melitus.


Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.

Arsy Tursina. (2017). Pengaruh Diet DM Terhadap Penurunan Gula Darah pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe II. Klaten.

Badan POM. (2015). Diabetes Melitus. Jakarta Selatan: BPOM RI.

Dewi Saraswati. (2020). Peresepan Obat Antihipertensi dan Antidiabetik Oral


Beserta Analisis Ketepatan Pada Pasien Lansia. Cilacap.
Chan Margaret. (2016). Global Report On Diabetes. France: Word Health
Organization Library Caraloguing

Gunawan Gan Sulistia. (2007). Farmakologi dan Terapi. Departemen


Farmakologi dan Terapeutik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia

KeMenKes. (2004). Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek: Jakarta Selatan

KeMenKes. (2014). Hari Diabetes Melitus Sedunia. Jakarta Selatan: Data


Informasi Kementeriaan Kesehatan RI

KeMenKes. (2019). Hari Diabetes Sedunia Tahun 2018. Jakarta Selatan: Data
Informasi Kementeriaan Kesehatan RI

KeMenKes. (2019). Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta Selatan: Data Informasi
Kementeriaan Kesehatan RI

KeMenKes. (2020). Tetap Produktif, Cegah, dan Atasi Diabetes Melitus. Jakarta
Selatan: Data Informasi Kementeriaan Kesehatan RI

Maryani, dkk. (2014). Ilmu Resep Kelas X. Jakarta: Pilar Utama Mandiri.

Notoatmodjo Soekidjo. (2014). Etika Perilaku. Universitas Respati Indonesia.

Pratiwi Panji Atitkhoh. (2017). Analisis Faktor Demografi Diabetes Melitus.


Fakultas Ilmu Kesehatan UMP.

Riyanti S, dkk. (2016). Farmakologi Kelas XII: Bogor. APMFI Press.

Sudjiono. (2016). Metode Penelitian Rumus Persentase:Pontianak

Suyono S. (2006) . Diabetes Melitus di Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit


Dalam. Ed IV. Jakarta:Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI
Tantri Vidiana. (2015). Gambaran Peresepan Obat Antidiabetes Melitus Oral
Pasien Pronalis. Kendal.

Tjokronegoro. A,Sudarsono.S. (1999). Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan.


ED 6. Jakarta:FK UI.

Yousda, Ine, I. Amirman. (1993), Penelitian dan Statistik Pendidikan, Jakarta:


Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai