Anda di halaman 1dari 10

-Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terbentuk dari keberagaman dalam semua aspek

kehidupan. Meliputi jenis kelamin, wilayah, suku bangsa, agama, ras dan golongan.

Pengertian keberagaman Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, pengertian keberagaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat yang
terdapat banyak perbedaan dalam berbagai bidang. Perbedaan dapat terlihat dari suku bangsa,
ras, agama, keyakinan, ideologi politik, sosial budaya dan ekonomi dan lainnya.

Contohnya, di Indonesia terdapat bermacam suku seperti Jawa, Sunda, Batak, Minang, Badui,
Sasak, Dayak, Asmat dan lainnya. Dilihat dari agama, di Indonesia terdapat agama Islam,
Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Selain itu terdapat banyak aliran kepercayaan.

Keberagaman adalah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri dalam kehidupan masyarakat di
Indonesia. Keberagaman tersebut merupakan kekayaan dan keindahan bangsa Indonesia.
Adanya keberagaman di Indonesia menjadi modal persatuan dan kesatuan bangsa.

Kehidupan masyarakat di Indonesia yang sangat beragam disebabkan beberapa faktor


penyebab antara lain:

1.Lingkungan fisik daerah

2.Keyakinan atau agama

3.Kehidupan sosial budaya

4.Faktor sejarah

1.Lingkungan fisik daerah

Lingkungan fisik yang melingkupi suatu masyarakat memengaruhi keberagaman kehidupan


masyarakat di Indonesia. Lingkungan fisik yang dimaksud seperti pegunungan, pantai, laut,
tanah datar dan lainnya.

Perbedaan lingkungan fisik berdampak pada mata pencaharian dan tradisi sosial budaya.
Masyarakat di daerah pantai akan berbeda dengan masyarakat pegunungan seperti perbedaan
bentuk rumah, mata pencaharian, makanan pokok, kesenian, bahkan kepercayaan.

2.Keyakinan atau agama Keyakinan atau agama suatu masyarakat memengaruhi kehidupan
masyarakat tersebut. Keberagaman agama dan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa
memengaruhi keberagaman bangsa Indonesia.

3.Kehidupan sosial budaya Antara suatu daerah dengan daerah yang lainnya memiliki berbagai
perbedaan dalam kehidupan sosial budaya. Kehidupan sosial budaya di suatu daerah
memengaruhi kehidupan lainnya. Sehingga muncul keberagaman bangsa Indonesia.

4.Faktor sejarah Sejarah setiap daerah memengaruhi keberagaman bangsa Indonesia. Daerah
yang sejarahnya banyak dipengaruhi persebaran agama Islam, maka daerah terseut mempunyai
budaya sesuai nilai-nilai Islam.

Daerah tersebut akan berbeda dengan daerah yang sejarahnya banyak dipengaruhi agama lain.

(https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/21/070000469/keberagaman--pengertian-dan-
faktor-penyebab?page=all)
-Pengertian kesetaraan

Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008),
setara artinya sejajar, sama tingkatannya, sederajat. Dengan demikian, kesetaraan menunjukkan
adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah antara
satu sama lain. Kesetaraan manusia bermakna bahwa makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
memiliki tingkatan atau kedudukan yang sama. Tingkatan atau kedudukan tersebut bersumber dari
adanya pandangan bahwa semua manusia diciptakan dengan kedudukan yang sama, yaitu sebagai
mahluk mulia dan tinggi derajatnya disbanding mahluk lain. Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan
yang Maha Esa juga memiliki kedudukan di masyarakat Menurut Soekanto (2012), kedudukan
diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan manusia di
masyarakat memiliki keterkaitan dengan kesetaraan manusia. Kesetaraan mencakup hak yang sama
di bawah hukum, merasakan keamanan, memperoleh hak suara, memiliki kebebaan, dalam
berbicara, hak mendapatkan perawatan kesehatan, memperoleh pendidikan dan banyak yang
lainnya lagi.

Kesetaraan menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau
tudak lebih rendah antara satu sama lain. Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta,2012), kesetaraan sosial
adalah tata politik sosial di mana semua orang yang berada dalam suatu masyarakat atau kelompok
tertentu memiliki status yang sama.

Dalam kesetaraan sosial perlu untuk diperhatikan mengenai prinsip-prinsipnya. Prinsip-prinsip


kesetaraan perlu diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Seperti dalam kehidupan
masyarakat Indonesia yang majemuk. Apabila prinsip kesetaraan tidak diterapkan dalam masyarakat
majemuk maka dapat menimbulkan perpecahan atau konflik. Sejak manusia itu ada, Ia memiliki hak
asasi. Hak asasi tersebut meletakkan manusia memiliki kebebasan yang setara. Demikian juga
dengan masyarakat Indonesia yang majemuk, hingga prinsip kesetaraan sangat perlu untuk
diterapkan agar supaya terhindar dari perpecahan dan konflik, baik individu maupun kelompok.

Di masyarakat terdapat tingkat pendidikan, kedudukan atau jabatan, maupun status dan peran yang
berbeda. Namun di samping adanya perbedaan, manusia masih memiliki kewajiban yang sama
dengan orang lain. Demikian juga dengan hak, setiap manusia memiliki hak yang sama untuk
memperoleh kedudukan atau jabatan, mendapatkan pendidikan yang tinggi, mendapatkan
pekerjaan yang layak bahkan memiliki status dan peran yang sama. Prinsip-prinsip kesetaraan
tersebut telah menjadi amanat dalam konstitusi Negara Kesatuan Repoblik Indonesia, yaitu

UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya. Dalam UUD 1945 telah disebutkan prinsip-
prinsip kesetaraan, baik secara implisit maupun secara eksplisit. Dengan demikian,telah ditunjukkan
bahwa kesetaraan dalam kehidupan negara dan berbangsa telah diakui dan dijamin oleh negara.

Setiap warga negara Indonesia adalah setara atau sederajat. Artinya, setiap manusia memiliki
persamaan kedudukan, hak, dan kewajiban sebagai Bangsa Indonesia. Pengakuan akan prinsip
kesetaran atau kesederajatan secara yuridis telah diakui dan dijamin oleh negara melalui UUD 1945.
Warga negara dengan keanekaragaman ras, suku bangsa, agama, dan lainnya memiliki kedudukan
yang sama dalam hukum dan pemerintah Indonesia. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam Pasal 27
yang telah Anda pelajari sebelumnya.
Indonesia sebagai negara demokrasi telah mengakui dan menjamin pelaksanaannya atas dasar
kedudukan, baik dalam kehidupan bermasyarakat, maupun bernegara. Persamaan kedudukan
antarwarga dapat dilihat pada persamaan dalam bidang politik, hukum, kesempatan, ekonomi, dan
sosial. Dalam bidang ekonomi setiap masyarakat memiliki kesempatan untuk mendapatkan
pekerjaan yang layak, berkesempatan yang sama untuk mencari pekerjaan, dan mendapatkan
kesejahteraan ekonomi. Bagi masyarakat yang jurang mampu, negara wajib memberikan bantuan
agar mereka dapat hidup sejahtera. Persamaan dalam bidang sosial budaya dapat mencakup aspek
pendidikan, kesehatan, kebudayaan, seni, IPTEK, maupun agama. Dalam persamaan sosial, warga
negara juga tidak boleh membeda-bedakan kelas sosial, status sosial, ras, suku bangsa, agama, dan
lainnya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara yuridis maupun politis setiap
warga negara memiliki persamaan kedudukan, baik dalam bidang politik, hukum, pemerintahan,
ekonomi, dan sosial. Negara tidak boleh membeda-bedakan kedudukan setiap warganya terutama
dalam hal kesempatan.

Bentuk-bentuk kesetaraan

a. Gender (Jenis Kelamin). Jenis kelamin (gender) merupakan pembeda antara laki-laki dan
perempuan berdasarkan ciri-ciri biologisnya. Kondisi sosial suatu masyarakat terkadang menganggap
bahwa status sosial laki-laki lebih tinggi disbanding perempuan, begitu sebaliknya. Kondisi ini
dikarenakan perbedaan fisik dan nilai-nilai norma yang dianut di suatu daerah di mana mereka
tinggal. Akan tetapi perbedaan tersebut bersifat horizontal, dan bukan pada tingkatan-tingkatan
masyarakat.

Status sosial laki-laki dan perempuan pada dasarnya adalah setara. Mereka memiliki kesempatan
belajar, bekerja, beragama dan kehidupan yang layak. Nilainilai norma kebudayaan yang dianut di
beberapa daerah terkadang memberikan keuntungan dan kelemahan di salah satu pihak.

Adanya stratifikasi gender mendorong lahirnya gerakan sosial di kalangan kaum perempuan. Seperti
di Indonesia, tekanan kemiskinan dan kesenjangan sosial menjadikan tenaga perempuan mulai
digunakan dan mengalami peningkatan. Saat ini perempuan ikut berperan serta seperti halnya laki-
laki. Perempuan ikut bekerja hingga dapat membantu meningkatkan pendapatan keluarga.

b. Pekerjaan (Profesi). Setiap individu memiliki jenis pekerjaan yang berbeda-beda, misalnya sebagai
nelayan, guru, wirausaha, petani, wiraswasta, dan lain sebagainya. Keahlian tersebut akan
menentukan jenis pekerjaannya dan akan memmengaruhi perilaku sosialnya.

Pekerjaan juga dapat menentukan status sosial seseorang di masyarakat. Status sosial merupakan
posisi antara kedudukan seseorang dalam stuktur hierarki atau posisi seseorang dengan orang lain
dalam masyarakat. Sebagai contoh, orang yang bekerja sebagai pejabat memiliki status sosial yang
lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang bekerja di kantor lainnya. Oleh karena itu, perlu adanya
suatu kesetaraan agar tidak perbedaan yang mencolok di antara masyarakat yang berbeda jenis
pekerjaannya.

c. Agama. Indonesia memiliki keberagaman agama yang membedakan antara satu dengan yang
lainnya. Sebelum Anda memperdalam pemahaman tentang keberagaman agama, baca dan
pahamilah artikel di bawah ini dengan sungguh-sungguh.
Menurut Emile Durkheim, agama adalah suatu system terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan
praktik yang berhubungan dengan hal-hal suci. Secara garis besar , agama di Indonesia ada enam
yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha serta Konghucu. Tidak dapat dipungkiri bahwa
keberagaman agama dapat memicu munculnya konflik dan timbul perpecahan. Namun selama
masyarakat saling mengembangkan sikap toleransi dan saling menghormati hak masing-masing
umat, maka kerukunan dapat terjaga.

d. Penghasilan. Setiap orang yang sudah bekerja memiliki penghasilan atau pendapatan yang
berbedabeda. Penghasilan yang didapat ditentukan dengan jenis pekerjaan yang dilakukan. Prinsip
Namun adanya perbedaan-perbedaan itu dapat menimbulkan kecemburuan sosial, hingga perlu
adanya penerapan prinsip kesetaraan di masyarakat. Perbedaan sosial dalam bidang ekonomi akan
membedakan penduduk atau wargamasyarakat menurut penguasaan dan pemilikan materi. Bagan
di atas menjelaskan adanya perbedaan seseorang dilihat dari ekonomi dengan menggambarkan tiga
kelas sosial.

e. Pendidikan. Perbedaan sosial yang dilihat dari jenjang pendidikan dapat dikelompokkan menjadi
beberapa tingkat, yaitu sebagai berikut :

a) Pendidikan sangat tinggi, seperti doctor dan professor.

b) Pendidikan tinggi, seperti sarjana dan mahasiswa.

c) Pendidikan menengah, seperti tingkat SMA.

d) Pendidikan rendah, seperti tingkat SD dan SMP.

e) Buta huruf.

Di Indonesia, kelima kelompok pendidikan tersebut dapat kita temukan, termasuk mereka yang
mengalami buta huruf. Adanya perbedaan pendidikan, harus disetarakan, misalnya melalui program
beasiswa bagi siswa yang berprestasi dan pemerataan tingkat pendidikan di seluruh wilayah
Indonesia. Dengan adanya program tersebut, maka anak dapat mengubah kedudukan atau status
yang dimiliki, misalnya dari kelas bawah menjadi kelas atas.

Setelah memahami berbagai bentuk kesetaraan dalam perbedaan sosial di masyarakat, diharapkan
kamu dapat menerapkan di lingkungan sekitar. Perbedaan tersebut bisa menimbulkan masalah
apabila tidak diatasi dengan baik. Oleh karena itu, melalui kesetaraan sosial diharapkan segala
perbedaan sosial di masyarakat dapat ditanggapi secara baik agar dapat menciptakan kehidupan
masyarakat yang harmonis.

(http://repositori.kemdikbud.go.id/19460/1/Kelas%20XI_Sosiologi_KD
%203.3%20%281%29.pdf#:~:text=Kesetaraan%20manusia%20bermakna%20bahwa
%20makhluk,tinggi%20derajatnya%20disbanding%20mahluk%20lain.)

-Kemajemukan dalam Dinamika Sosial Masyarakat

Keberagaman yang terdapat dalam kehidupan sosial manusia melahirkan masyarakat


majemuk. Majemuk berarti banyak ragam, beraneka, berjenis-jenis. Konsep masyarakat
majemuk (plural society) pertama kali diperkenalkan oleh Furnivall tahun 1948 yang
mengatakan bahwa ciri utama masyarakatnya adalah berkehidupan secara berkelompok
yang berdampingan secara fisik, tetapi terpisah oleh kehidupan sosial dan tergabung dalam
sebuah satuan politik.

Konsep masyarakat majemuk Furnivall di atas , dipertanyakan validitasnya sekarang ini


sebab telah terjadi perubahan fundamental akibat pembangunan serta kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Usman Pelly (1989) mengkategorikan masyarakat majemuk di
suatu kota berdasarkan dua hal, yaitu pembelahan horizontal dan pembelahan vertikal.

Beranda  ›  Budaya  ›  Sosiologi

Kemajemukan dalam Dinamika Sosial


Budaya
Ditulis sahaja  Minggu, 27 Juli 2014  Tulis Komentar

Keberagaman yang terdapat dalam kehidupan sosial manusia melahirkan masyarakat


majemuk. Majemuk berarti banyak ragam, beraneka, berjenis-jenis. Konsep masyarakat
majemuk (plural society) pertama kali diperkenalkan oleh Furnivall tahun 1948 yang
mengatakan bahwa ciri utama masyarakatnya adalah berkehidupan secara berkelompok yang
berdampingan secara fisik, tetapi terpisah oleh kehidupan sosial dan tergabung dalam sebuah
satuan politik.

Konsep masyarakat majemuk Furnivall di atas , dipertanyakan validitasnya sekarang ini


sebab telah terjadi perubahan fundamental akibat pembangunan serta kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Usman Pelly (1989) mengkategorikan masyarakat majemuk di
suatu kota berdasarkan dua hal, yaitu pembelahan horizontal dan pembelahan vertikal.
Secara horizontal, masyarakat majemuk, dikelompokkan berdasarkan:

 Etnik dan ras atau asal usul keturunan. 


 Bahasa daerah. 
 Adat Istiadat atau perilaku. 
 Agama. 
 Pakaian, makanan, dan budaya material lainnya. 

Secara vertical, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan:

 Penghasilan atau ekonomi. 


 Pendidikan. 
 Pemukiman. 
 Pekerjaan. 
 Kedudukan social politik. 

Keberagaman atau kemajemukkan, masyarakat terjadi karena unsur-unsur seperti


ras, etnik, agama, pekerjaan (profesi), penghasilan, pendidikan, dan sebagainya.
Pada bagian ini akan diulas tentang kemajemukan masyarakat Indonesia karena
unsur-unsur ras dan etnik.
(https://irwansahaja.blogspot.com/2014/07/kemajemukan-dalam-dinamika-sosial-
budaya.html)

-Usman Pelly (1989) mengkategorikan masyarakat majemuk di suatu kota berdasarkan


dua hal, yaitu pembelahan horizontal dan pembelahan vertikal. Secara
horizontal, masyarakat majemuk, dikelompokkan berdasarkan: Etnik dan ras atau asal usul
keturunan.
(https://brainly.co.id/tugas/14687699#:~:text=Usman%20Pelly%20(1989)%20mengkategorikan
%20masyarakat,ras%20atau%20asal%20usul%20keturunan.)

-Problematika Keragaman Budaya dan Kesetaraan

Masyarakat Indonesia yang majemuk, memiliki banyak keberagaman suku budaya, ras dan
kesetaraan derajat dalam berbudaya. Hal ini perlu dicermati apabila membahas masalah tentang
kebudayaan yang sangat kompleks, sebagai suatu kenyataan dan kekayaan dari bangsa. Oleh karena
itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:

1. Problematika keberagaman serta solusinya dalam kehidupan


Keragaman masyarakat Indonesia merupakan ciri khas yang membanggakan. Namun
demikian, keragaman tidak serta-merta menciptakan keunikan, keindahan,
kebanggaan, dan hal-hal yang baik lainnya. Keberagaman masyarakat memiliki ciri
khas yang suatu saat bisa berpotensi negatif bagi kehidupan bangsa tersebut. Van de
Berghe sebagaimana dikutip oleh Elly M. Setiadi menjelaskan bahwa masyarakat
majemuk atau masyarakat yang beragam selalu memiliki sifat-sifat dasar sebagai
berikut:
a. Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang seringkali memiliki
kebudayaan yang berbeda.
b. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang
bersifat nonkomplementer.
c. Kurang mengembangkan konsensus diantara para anggota masyarakat tentang
nilai-nilai sosial yang bersifat mendasar.
d. Secara relatif, sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu dengan yang
lainnya.
e. Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling ketergantungan
di dalam bidang ekonomi.
f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain.

Berdasarkan hal di atas, keragaman masyarakat berpotensi menimbulkan


segmentasi kelompok, struktural yang terbagi-bagi, konsensus yang lemah, sering
terjadi konflik, integrasi yang dipaksakan, dan adanya dominasi kelompok. Tentu
saja potensi demikian adalah potensi yang melemahkan gerak kehidupan
masyarakat. Keberagaman adalah modal berharga untuk membangun Indonesia
yang multikultural. Namun, kondisi tersebut juga berpotensi memecah belah dan
menjadi lahan subur bagi konflik dan kecemburuan sosial.

Di tingkat permukaan, efek negatif tersebut muncul dalam bentuk gesekan-gesekan,


pertentangan, dan konflik terbuka antar kelompok masyarakat. Pertikaian antar
kelompok masyarakat Indonesia sering terjadi, bahkan di era reformasi sekarang ini.
Konflik tersebut bisa terjadi pada antar kelompok agama, suku, daerah, bahkan
antar golongan politik. Beberapa contoh, misalnya konflik Ambon tahun 1999,
pertikaian di Sambas tahun 2000, dan konflik di Poso tahun 2002.

Konflik atau pertentangan sebenarnya terdiri atas dua fase, yaitu fase disharmoni
dan fase disintegrasi. Fase disharmoni menunjuk pada adanya perbedaan
pandangan tentang tujuan, nilai, norma, dan tindakan antar kelompok. Fase
disintegrasi merupakan fase di mana sudah tidak dapat lagi disatukannya pandangan
nilai, norma, dan tindakan kelompok yang menyebabkan pertentangan antar
kelompok. Disharmonisasi dan konfik horizontal yang terjadi di Indonesia
sesungguhnya bukan disebabkan oleh adanya perbedaan atau keragaman. Bertikai
dengan pihak lain, tidak adanya komunikasi dan pemahaman pada berbagai
kelompok masyarakat dan budaya lain ini lah yang menjadi pemicu konflik. Oleh
karena itu, dibutuhkan adanya kesadaran untuk menghargai, menghormati, serta
menegakkan prinsip kesetaraan atau kesederajatan antar masyarakat tersebut.
Masing-masing warga daerah bisa saling mengenal, memahami, menghayati, dan
bisa saling berkomunikasi.

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan pemahaman


antar budaya dan masyarakat adalah sedapat mungkin dihilangkannya penyakit-
penyakit budaya. Penyakit-penyakit inilah yang ditengarai bisa memicu konflik antar
kelompok masyarakat di Indonesia. Adapun beberapa hal yang menyebabkan konflik
dan disintegrasi adalah ethnosentrisme, stereotip, prasangka buruk, rasisme,
diskriminasi, dan scape goating (kambing hitam).

2. Problematika kesetaraan serta solusinya dalam kehidupan


Kesetaraan atau kesederajatan dapat dimaknai dengan adanya persamaan
kedudukan manusia. Kesederajatan adalah suatu sikap untuk mengakui adanya
persamaan derajat, hak, dan kewajiban sebagai sesama manusia. Oleh karena itu,
prinsip kesetaraan atau kesederajatan mensyaratkan jaminan akan persamaan
derajat, hak, dan kewajiban. Indikator kesederajatan adalah sebagai berikut:

a. Adanya persamaan derajat dilihat dari agama, suku bangsa, ras, gender, dan
golongan.
b. Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan dan kehidupan yang layak.
c. Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba Tuhan, individu, dan anggota
masyarakat.

Persoalan yang terjadi dalam kehidupan, umumnya adalah munculnya sikap dan
perilaku untuk mengakui adanya persamaan derajat, hak, dan kewajiban antar
manusia. Menyimak ciri-ciri di atas, keragaman masyarakat berpotensi menimbulkan
segmentasi kelompok, struktur yang terbagi-bagi, konsensus yang lemah, sering
terjadi konflik, integrasi yang dipaksakan, dan adanya dominasi kelompok. Tentu
saja potensi-potensi demikian adalah potensi yang melemahkan gerak kehidupan
masyarakat itu sendiri.

Peneroran dan diskriminasi merupakan tindakan yang melanggar Hak Asasi Manusia
(HAM). Diskriminasi juga merupakan bentuk ketidakadilan. Perilaku diskriminatif
tidak sesuai dengan nilai-nilai dasar kemanusiaan. Oleh karena itu, perlu dihapuskan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, upaya
menekankan dan menghapus praktik-praktik diskriminasi adalah melalui
perlindungan dan penegakan HAM disetiap ranah kehidupan manusia. Bangsa
Indonesia sudah memiliki komitmen Undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang
HAM. Dalam hal penghapusan diskriminasi ini, pemerintah wajib dan bertanggung
jawab menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan hak asasi manusia.
Di sisi lain, masyarakat juga berhak berpartisipasi dalam perlindungan, penegakan,
dan pemajuan hak asasi manusia.

Dilihat dari tataran perundang-undangan, tentu saja tindakan diskriminasi sudah


dilarang oleh pemerintah melalui pembuatan peraturan perundang-undangan yang
anti diskriminatif serta pengimplementasiannya di lapangan. Misalnya adalah
Undang-undang nomor 7 tahun 1984 tentang Ratifikasi atas Konvensi International
yang membahas tentang penghapusan segala bentuk diskriminatif terhadap individu
baik itu laki-laki maupun perempuan sesuai dengan International convention on the
Elimination of All Forms of Discrimination Against Women/CEDAW. Contoh lain ialah
berlakukanya undang-undang pemerintah yang sudah diimplementasikan sesuai
diamanatkan undang-undang nomor 29 tahun 1999 yang merupakan ratifikasi atas
konvensi internasional tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial.
Dalam hal ini, untuk mewujudkan persamaan di depan hukum dan penghapusan
diksriminasi rasial antara lain ditandai dengan penghapusan Surat Bukti
Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI) melalui Keputusan Presiden (Keppres)
nomor 56 tahun 1996 dan Instruksi Presiden nomor 4 tahun 1999. Disamping itu,
ditetapkannya Imlek sebagai hari libur nasional menunjukkan perkembangan upaya
penghapusan diskriminasi rasial, telah berada pada arah yang tepat.

Pencegahan terjadinya perilaku diksriminatif dalam rumah tangga, juga telah


ditetapkan Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan
Undang-undang nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga (KDRT). Kedua undang-undang tersebut telah mengategorikan
kekerasan terhadap anak dan kekerasan dalam rumah tangga sebagai suatu tindak
pidana, karena itu layak untuk diberikan sanksi pidana. Kriminalisasi perilaku
diskriminatif di dalam rumah tangga merupakan langkah maju untuk menghapus
praktik diskriminatif dalam masyarakat.

Alternatif Pemecahan Masalah Keanekaragaman dan Perubahan Kebudayaan


Terdapat beberapa alternatif pemecahan masalah yang dapat diterapkan guna
mengatasi kemajemukan masyarakat Indonesia. Beberapa alternatif tersebut antara
lain:
1. Masalah Konflik Antar Etnis
Sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk sosial, manusia selalu membutuhkan
kehadiran orang lain di sekitarnya. Tanpa kehadiran orang lain, manusia tidak
akan berarti apa-apa. Kondisi ini akan berakibat terjadinya interaksi sosial antar
manusia. Sebagai dampak dari interaksi tersebut, terjadi pertemuan beberapa
karakter, bahkan beberapa kebudayaan yang dibawa oleh masing-masing
individu. Akibatnya, dari bertemunya individu-individu tersebut menyebabkan:

a. Tolak-menolak (konfrontasi), apabila pihak-pihak yang berinteraksi tidak


dapat saling menyesuaikan diri.
b. Asimilasi, apabila pihak-pihak yang berinteraksi dapat saling menyerap
sehingga muncul budaya baru demi berlangsungnya kehidupan di masyarakat
tersebut, dan
c. Akulturasi, apabila keduanya saling mengambil unsur sehingga terjadi saling
menyesuaikan diri.

Adapun terjadinya konflik disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya ialah


perbedaan pendirian antar individu, perbedaan kebudayaan, dan perbedaan
kepentingan. Menyadari kondisi konflik tersebut, diperlukan penanganan yang
cepat dan tepat sehingga konflik yang awalnya bersifat individu tidak menjalar
menjadi konflik antar etnis. Perlu disadari bahwa perbedaan yang ada pada
setiap suku bangsa mempunyai tata nilai dan tradisi yang berbeda-beda pula.
Sudah saatnya setiap warga Negara bersikap terbuka dan mau menerima
kebudayaan etnis lain. Pandangan primordial yang akan membawa pada suatu
sikap picik perlu segera diubah, serta munculnya perasaan superior harus segera
ditinggalkan.

2. Masalah konflik Antar Agama


Menurut Clifford Geertz, agama merupakan unsur perekat yang menimbulkan
keharmonisan sekaligus unsur pembelah yang dapat menimbulkan disintegrasi.
Dalam pandangan fungsional, agama adalah sesuatu yang mempersatukan
inspirasi paling luhur, memberikan pedoman moral, serta memberikan
ketenangan individu dan kedamainan bagi masyarakat. Namun, pada saat yang
sama, kadang-kadang agama dijadikan sebagai alat untuk memecah persatuan
bangsa. Agama dijadikan sebagai kedok untuk mencapai ambisi yang diinginkan.
Akibatnya, masyarakat mempunyai pemikiran sempit, dan mudah terbakar
dengan segala macam isu yang dihembuskan oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab.

Kondisi demikian harus segera diatasi secepatnya. Konflik antar agama awalnya
hanya satu masalah kecil. Namun, karena tidak ada penanganan yang serius,
akhirnya tumbuh menjadi permasalahan yang sangat besar. Banyak pengalaman
dan peristiwa yang dapat dijadikan hikmah. Oleh karena itu, usaha
mengembangkan toleransi antar umat beragama dan membiarkan orang lain
melakukan kegiatan keagamaan merupakan suatu keharusan yang perlu
dilakukan.

3. Masalah Konflik antara Mayoritas dengan Minoritas


Keragaman yang dimiliki bangsa Indonesia adalah sebuah kekayaan yang tidak
ternilai harganya. Namun, keragaman ini akan menjadi bencana seandainya
tidak dikelola dengan baik. Keragaman sangat berpotensi untuk memunculkan
konflik. Di Indonesia masih banyak dijumpai adanya perasaan sebagai etnis yang
merasa paling berkuasa di wilayahnya. Akibatnya, etnis lain yang secara ekonomi
lebih mapan dapat menjadi pemicu terjadinya konflik. Oleh karena itu, setiap
etnis harus dapat menghargai setiap perbedaan yang ada, karena perbedaan
adalah sebuah anugerah, bukan musibah.

4. Masalah konflik antara Pribumi dengan Nonpribumi serta Perlakuan


Diskriminatif Sentimen rasial dan etnis di Indonesia merupakan sebuah isu yang
sangat berpotensi memunculkan konflik. Diskriminasi mempunyai dua
pengertian, yaitu:
a. Diskriminasi merupakan penyangkalan hak-hak suatu kelompok warna Negara
yang sebenarnya berlaku untuk semua warga Negara.

b. Diskriminasi merupakan penyangkalan terhadap hak-hak minoritas.


Tantangan pada saat ini adalah bagaimana bangsa Indonesia dapat hidup damai
berdampingan satu sama lain. Untuk itu harus dihilangkan prasangka buruk,
salah paham dan kebencian, serta menemukan dan mengembangkan nilai-nilai
bersama, yaitu nilai kemanusiaan yang mengikat sebagai satu bangsa. Oleh
karena itu, sikap toleransi antar suku bangsa, agama, dan antar golongan harus
benar-benar dikembangkan.

(https://media.neliti.com/media/publications/195079-ID-problematika-
keragaman-kebudayaan-dan-al.pdf)

Anda mungkin juga menyukai