Anda di halaman 1dari 2

Nama : Gladys Vania Gracia

NIM : 2004551168
Mata Kuliah : Hukum Perdata Internasional
Kelas : C (Pagi)

UJIAN TENGAH SEMESTER

Soal:

Dick van Deventer (yang berkewarganegaraan Belanda) dan Francois Dubois (yang
berkewarganegaraan Perancis) bersepakat membuat perjanjian atau kontrak kerjasama
investasi dalam pembangunan akomodasi pariwisata. Namun, kerjasama itu belum
berjalan lama, kedua belah pihak telah bersengketa sedangkan kontrak tersebut tidak
memuat klausul tentang penyelesaian sengketa.

Pertanyaan:
(1) jika perjanjian itu dibuat di Belanda, dapatkah ditentukan hukum mana yang
berlaku dalam kasus tersebut dan pengadilan mana yang berwenang mengadilinya?
Jawab :

(1) Untuk menjawab pertanyaan diatas, menurut saya jika perjanjian itu di buat di Belanda
tentunya kita harus memperhatikan Teori Statuta Belanda. Prinsip dasar yang dijadikan titik
tolak Teori Statuta Belanda adalah Eksklusif Negara. Jadi, Statuta yang dimaksud adalah
hukum suatu negara yang berlaku di dalam teritorial suatu negara.

Menurut pandangan Johannes Voet, ia menegaskan kembali ajaran Comitas Gentium, sebagai
berikut:

a. Pemberlakuan hukum asing di suatu negara bukan merupakan kewajiban Hukum


Internasional (Publik) atau karena sifat hubungan Hukum Perdata Internasional;

b. Suatu negara asing tidak dapat menuntut pengakuan/pemberlakuan kaidah hukumnya di


dalam wilayah hukum suatu negara lain;

c. Karena itu, pengakuan atas berlakunya suatu hukum asing hanya dilakukan demi sopan
santun pergaulan antar negara (Comitas Gentium);
d. Namun demikian, asas Comitas Gentium ini harus ditaati oleh setiap negara, dan asas ini
harus dianggap sebagai bagian dari sistem hukum nasional negara itu.

Salah satu asas yang berkembang dari Teori Statuta Belanda (teori Comitas Gentium) adalah
Asas Locus Regit Actum, yang maksudnya adalah: “tempat di mana perbuatan dilakukan akan
menentukan bentuk hukum dari perbuatan itu”.

Jadi menurut saya, penyelesaian sengketa jika perjanjian dibuat di Belanda, mengharuskan
perbuatan itu diselesaikan sesuai dengan Hukum Negeri Belanda dan tentunya yang berhak
mengadili juga Pengadilan Belanda.

Pertanyaan :

(2) jika perjanjian itu dibuat di Perancis, dapatkah ditentukan hukum mana yang
berlaku dalam kasus tersebut dan pengadilan mana yang berwenang mengadilinya?

Jawab :

(2) Jika perjanjian dibuat di Perancis, menurut saya tentunya harus memperhatikan juga Teori
Statuta Perancis. Meningkatnya aktivitas perdagangan antar provinsi di Prancis membuat
hukum perdata internasional perlu dipelajari dalam menyelesaikan sengketa-sengketa hukum
yang timbul mengingat masing-masing provinsi memiliki hukum atau coutume-nya. Charles
Dumoulin berpandangan bahwa subjek hukum dalam perjanjian memiliki kebebasan
berkontrak yang bermakna para pihak juga dapat menentukan hukum apa yang hendak mereka
gunakan dalam kontrak mereka. Dapat dikatakan bahwa Dumoulin memperluas ruang lingkup
statuta personalia yang dikembangkan Bartolus dan memasukkan unsur perjanjian ke
dalamnya. Manakala Dumoulin memperluas statuta personalia, Bertrand d’Argentré justru
memperluas statuta realia dengan memasukkan unsur perjanjian dan perbuatan hukum ke
dalamnya. Dia berpandangan bahwa suatu statuta yang berkaitan erat dengan wilayah provinsi
dari penguasa yang memberlakukannya harus dikategorikan sebagai statuta realia sehingga
otonomi provinsi-provinsi harus diutamakan, dan bukan otonomi subjek hukum.

Menurut saya, penyelesaian sengketa ini hampir mirip dengan Belanda tetapi yang
membedakannya hukum yang digunakan adalah yang berlaku di Propinsi Perancis dimana
perjanjian itu dibuat dan yang berhak mengadili adalah Pengadilan Perancis yang ada di
propinsi tersebut, jadi yang diutamakan adalah otonomi dari propinsi – propinsi di Perancis
bukan otonomi subyek hukum seperti kata Dumoulin.

Anda mungkin juga menyukai