Anda di halaman 1dari 149

i

buku lokakarya 2.indd i 30/06/2016 20:35:54


ii
buku lokakarya 2.indd ii 30/06/2016 20:36:11
PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr wb

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpah-
kan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, shalawat serta salam kita hatur-
kan kepada uswah ummat yakni Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa
kita dari kehidupan dzumat menuju kehidupan yang penuh cahaya islam. Dan
rasa syukur yang tidak terukur dan terima kasih kami ucapkan kepada semua
pihak atas tersusunnya buku panduan pelaksanaan Latihan Kader I Himpunan
Mahasiswa islam cabang Ponorogo.
Tujuan utama dalam penyusunan buku panduan ini adalah program ker-
ja dari KABID PA HMI Cabang Ponorogo dalam pembinaan anggota pada jen-
jang Latihan Kader I serta mempermudah dalam pengelolaan latihan di semua
unsure. Dalam buku ini juga telah dilengkapi dengan RPP yang berstandar
KTSP dalam dunia pendidikan untuk dapat digunakan pemateri, sarta adanya
keseragaman universal di lingkup cabang ponorogo dan juga secara kualitatif
dalam output-nya.
Pada dasar pedoman pelaksanaan, silabus dan materi telah ada di dalam
konstitusi akan tetapi ada penambahan dan pengurangan bahkan pengalihan
aturan pada lokakarya Pedoman Basic Training pada tanggal 28-29 mei di dite-
laga ngebel, pokok utama dalam panduan ini yaitu adanya RPP yang disusun
oleh perumus khusus yang sebelumnya belum ada di wilayah cabang ponorogo.
Peran RPP merupakan perangkat mengajar guru sebagai acuan materi, waktu,
langkah-langkah penyampaian dan metode mengajar, dengan demikian hara-
pan kami adanya RPP mampu membantu dalam proses latihan kader 1 lebih
baik.
Dan kami ucapkan terima kasih secara khusus kepada teman-teman
team penyusun Masruri, Deny, Eka dan Haris. Kemudian kepada ketua umum
(Kanda Sidik Aji) yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan keg-
iatan ini sebagai bentuk suport perkaderan dan sebagai last project pada kepen-
gurusan HMI Cabang Ponorogo periode 2015-2016. Kemudian kepada Alumni
HMI (maaf tidak dapat menyebutkan satu persatu) yang senantiasa memberikan
support, materi dan ide yang tertuang di saresehan perkaderan pada kegiatan
lokakarya. Dan kepada seluruh Ketua Umum Komisariat selingkup Cabang
Ponorogo beserta jajarannya yang telah antusias mengikuti proses penyusunan
buku ini dan memberikan masukan serta gagasan sebagai upaya penyempur-
naan buku ini, jazakumullah khoir.
iii
buku lokakarya 2.indd iii 30/06/2016 20:36:12
Kami sangat menyadari bahwa panduan ini jauh dari sem-
purna, dengan kerendahan hati kepada semua pihak untuk mem-
berikan kritik dan saran demi memperbaiki buku ini dengan me-
lalui lokakarya berikutnya, dan kami yakin perkaderan yang baik
adalah perkaderan yang progres dan berjenjang serta terbuka. Dan
semoga Allah meridhoi langkah-langkah yang kami ambil.

Billahittaufiq walhidayah,
Wassalamu’alaikum wr wb

Ponorogo, 21 Ramadhan 1437 H


26 Juni 2016 M

Tim Penyusun

iv
buku lokakarya 2.indd iv 30/06/2016 20:36:12
SAMBUTAN
KETUA UMUM
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
CABANG PONOROGO

Assalamu’alaikum wr wb.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rah-
mat dan hidayah-Nya pada kita semua. Shalawat serta salam kita haturkan untuk
uswah manusia, Nabi Muhammad saw, yang telah membawa kita dari kehidupan
dzulumat menuju kehidupan penuh nur. Semoga cahaya Islam segera tegak.

Himpunan Mahasswa slam (HM) merupakan Organisasi Kader ( Pas-


al 8 AD HMI ). Merupakan organisasi atau wadah untuk mencetak kader-kader
bangsa guna untuk mencetak seorang kader dari masing-masing individu yang
mampu mengemban amanah dalam tongkat estafet kepemimpinan bangsa dan
agama. Sejak berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam ( HMI ) pada tanggal 5 Feb-
ruari 1947 M para pendiri HMI berkomitmen untuk mencetak kader yang dapat
memperjuangkan dan mempertahankan Agama Islam dan bangsa ini.
Dalam masa perjalanannya HMI telah melewati berbagai masa di mana
pernah mengalami masa-masa perjuangan, masa kejayaan, dan masa-masa keter-
purukan. Dan di sini HMI telah ada dalam masa keterpurukannya, di mana secara
nyata HMI mengalami degradasi dari berbagai aspek utamanya dalam hal perkad-
eran dan keintelektuan. Hampir tidak ada gagasan cerdas yang disumbangkan
oleh HMI di tengah carut marut dan tunggang langgangnya tatanan republik ini,
dimana masalah disintegrasi perlu segera diatasi, masalah ekonomi mendesak un-
tuk segera diperbaiki, masalah supremasi hukum yang harus ditegakkan, masalah
pendidikan mendesak untuk diperhatikan, dan masalah-masalah lain yang mel-
ingkari, seperti budaya, pertahanan keamanan, yang kesemuanya membutuhkan
penanganan secepatnya. Singkatnya, Indonesia sekarang sedang diterma krisis
multi dimensional. Di tengah kondisi ini, komitmen HMI tidak lebih dari sebatas
slogan tanpa jiwa.
Dalam permaslahan ini hal yang paling mendasar adalah dalam proses
perkaderan awal di HMI yang perlu di perbaiki dan diluruskan, yang mana proses
perkaderan awal ( Latihan Kader 1 ) merupakan penanaman motivasi dasar yang
nantinya akan membentuk diri kader kedepannya selama berproses di HMI.
Panduan Latihan Kader I ( LK I ) memang telah menjadi kebutuhan yang san-
gat penting, mengingat pada saat ini sering terjadi kesimpang-siuran dalam pen-
gelolaan Latihan Kader yang berdampak pada turunnya kualitas pelatihan dan
muaranya adalah kejumudan dalam perkaderan HMI. Maka dengan ini dipandang
perlu untuk menyusun sebuah panduan Training Latihan Kader 1 ( LK I ) dalam
lingkup HMI Cabang Ponorogo sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan LK I

v
buku lokakarya 2.indd v 30/06/2016 20:36:12
di Lingkup HMI Cabang Ponorogo guna untuk standarisasi sistematika Training
agar tidak keluar dari substansi LK I..
Berdasarakan hal ini diharapkan setiap pelaksanaan Latihan Kader 1
(LK I) dapat tersistematis dengan baik dan semua pihak dapat berkomitmen dalam
perkaderan di HMI, karena dengan sistem perkaderan yang baik akan melahirkan
kader-kader yang baik pula.

Dengan tersusunnya buku panduan ini, pengurus HMI Cabang Pono-


rogo mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada tim penyusun Pan-
duan Latihan Kader I (LK I) ini, juga kepada para kontributor panduan ini, semoga
Allah SWT membalasnya dengan balasan yang Indah nantinya.

Akhir kata semoga buku panduan Latihan Kader 1 (LK I) ini bermanfaat
dan dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan Latihan Kader I di lingkup HMI Ca-
bang Ponorogo, semoga Allah SWT ridho pada langkah-langkah yang kita ambil.

“Yakin Usaha Sampai”

Billahittaufiq walhidayah
Wassalamu’alaikum wr wb
Ponorogo, 04 Ramadhan 1437 H
09 Juni 2016 M

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


CABANG PONOROGO

SIDIK AJI NUGROHO


KETUA UMUM

vi
buku lokakarya 2.indd vi 30/06/2016 20:36:13
KETUA UMUM
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
CABANG PONOROGO

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Hanya kepada Yang Maha Mutlak segala puji dan syukur kita
panjatkan, dan kepada pembawa Risalah Suci kita sampaikan salam ke-
selamatan, karena Ia telah melakukan revolusi pemikiran dan peradaban
pada masanya hingga saat ini dan masih kita rasakan
Sebagai Sunatullah jika hambanya (khalifah fil-ard) mampu
mengaktualisasikan dan memanfaatkan potensinya secara maksimal un-
tuk membaca dan mengkaji ayat-ayat-Nya sehingga mampu menjawab
tantangan dan tuntutan zaman. Dengan dorongan keikhlasan dan kehani-
fan manusia (soleh) mampu menarik energi dari dimensi ke-Tuha-nan
dalam realitas kehidupan untuk menciptakan kedamaian di lingkaran
perdaban manusia yang lebih bermoral.
HMI sebagai organisasi kemahasiswaan yang berfungsi sebagai
organisasi perkaderan hal itu tertuang pada pasal 8 AD HMI dan pasti
selalu dituntut untuk menciptakan kader-kader yang mampu menjawab
tantangan zaman yang terus berkembang oleh karena itu perlunya penye-
suaian tentang pola kaderisasi dengan kebutuhan zaman untuk terus eksis
dan berkembang. Penanaman pada pola perkaderan HMI bukan hanya
dititik beratkan secara intelektual saja akan tetapi penunjang lain yaitu
secara relegius, secara emosional. Harapan dari penanaman tersebut ber-
harap kader-kader HMI mejadi insan kamil yang paripurna baik dunia dan
akhirat. Target yang diharapkan dari penanaman tersebut yaitu menjadi
kader muslim yang berintelektual dan profesional sehingga mampu men-
jadi penyeimbang baik untuk personalia maupun lingkungan sekitar yang
kini mengalami degradasi moral dan spiritual.
Adanya pedoman perkaderan yang tertuang pada konstitusi se-
bagai design perkaderan yang memiliki jenjang mulai LK-I, LK-II dan
LK-III merupakan bentuk upaya menjawab kebutuhan kader dengan
profil diatas dengan penyusunan pola perkaderan secara sistematis yang
susuai tujuan-tujuannya, dan sebagai pondasi pertama dalam penanaman
pada kader-kader HMI yaitu pada Basic Training (LK-), dengan tujuan
“Terbinanya kepribadian muslim yang berkualitas akademis, sadar akan

vii
buku lokakarya 2.indd vii 30/06/2016 20:36:13
fungsi dan peranannya dalam berorganisasi serta hak dan kewajibannya sebagai kader
umat dan kade rbangsa”.
Jika melihat kembali pada pedoman perkaderan Basic Training yang masih
bersifat general dan banyak hal yang masih sukar dalam pelaksanaan kegiatan training
pada Latihan Kader I, dan kemudian adanya rekayasa melalui lokakarya yang diseleng-
garakan oleh BIDANG PA Cabang Ponorogo pada tanggal 28-29 mei 2016 menemukan
solusi konket berupa formulasi pada Basic Training yang sesuai kebutuhan kader di
wilayah cabang ponorogo baik dari teknis pelaksanaan training, unsur-unsur training,
RPP dan panduan lainnya yang menunjang pelaksanaan training dan dikemas dalam
bentuk buku pedoman latihan kader 1.
Dan harapan kedepan tersusunnya Buku Panduan Pelaksanaan Latihan Kader
1 tersebut mampu menciptakan dinamika training yang berkualitas baik dari segi input,
proses, dan out put, sehingga nutrisi keilmuan Kader HMI Cabang Ponorogo dapat
terpenuhi dan dengan demikian lahirlah kembali roh perkaderan yang ideal yang sesuai
cita-cita bersama. Amin.

Billahittaufiq wal hidayah


Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Ponorogo, 10 Ramadhan 1437 H


15 Juni 2016 M
KETUA BIDANG PA
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG
PONOROGO
PERIODE 2015-2016

SALIS MASRURI, S.Pd.I

viii
buku lokakarya 2.indd viii 30/06/2016 20:36:14
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. ......................................................................iii


SAMBUTAN KETUA UMUM HMI CABANG PONOROGO .............v
SAMBUTAN KABID PA HMI CABANG PONOROGO ...........vii
DAFTAR ISI ....................................................................................ix

BAB I
PANDUAN PELAKSANAAN LATIHAN KADER I (LK I).............1
Muqodimah ..................................................................................... 1
Tujuan ................................................................................................... 2
Target ....................................................................................................2
Unsur-unsur Training ......................................................................2
Metode pelaksanaan .......................................................................2
Menajemen Training .......................................................................7
Seleksi ...................................................................................................9
Materi Training ....................................................................................10
Tata Cara Penilaian Latihan Kader .......................................................11
Rubrik Penilaian Dalam Ruangan .......................................................13

BAB II
Silabus Latihan Basic Training (Lk-1) ........................................15
Ekspektasi, Perkenalan & Eksistensi Training ..........................15
Screaning Latihan Kader 1 HMI Cabang Ponorogo ..........................16
Sejarah Perjuangan HMI .....................................................................16
Mission HMI ....................................................................................18
Konstitusi HMI ....................................................................................19
NDP(Nilai Dasar Perjuangan) HMI ........................................20
KMO (KEPEMIMPINAN MANAJEMEN ORGANISASI) ................23
Evaluasi Akhir Basic Training HMI Cabang Ponorogo ...........24
Pelurusan Motivasi dan Pelantikan .......................................................25

BAB III
SINDIKAT (Sistem Pendidikan Terpadu) Dan MATERI ............26

Sindikat Sejarah HMI .....................................................................26


Materi Sejarah HMI .....................................................................30
Sindikat Konstitusi HMI .....................................................................41
Materi Konstitusi HMI .....................................................................45

ix
buku lokakarya 2.indd ix 30/06/2016 20:36:14
Sindikat Mission HMI ....................................................................55
Materi Mission HMI ....................................................................58
Sindikat NDP(Nilai Dasar Perjuangan) HMI .........................65
Materi NDP HMI ....................................................................72
Sindikat KMO
(KEPEMIMPINAN MANAJEMEN ORGANISASI) .......................107
Materi KMO .................................................................................110

LAMPIRAN

x
buku lokakarya 2.indd x 30/06/2016 20:36:14
BAB 1
PANDUAN PELAKSANAAN
LATIHAN KADER I (LK I)

A. MUQODDIMAH

Berdasarkan pola dasar perkaderan, maka tahapan dalam system


perkaderan yang dilakukan meliputi rekrutmen, pembentukan, dan pen-
gabdian kader. Dalam proses pembentukan kader, secara formal dibagi
menjadi tiga fase, masing-masing fase ini dimulai dengan satu training
formal. Training formal ini dilakukan secara berjenjang, jenjang pertama
merupakan prasyarat untuk mengikuti jenjang berikutnya sampai pada
jenjang terakhir. Jenjang training formal yang dapat dilalui dalam
proses pembentukan kader adalah Latihan Kader I(Basic Training) se-
bagai jenjang pertama, Latihan Kader II (Intermediate Training) sebagai
jenjang menengah dan Latihan Kader III (Advance Training) sebagai jen-
jang terakhir. Masing-masing jenjang memiliki tujuan tersendiri yang
merupakan tahap dalam pembentukan kader umat dan kader bangsa. Se-
lain training formal yang bertujuan untuk menstandarisasi kader, terdapat
juga training informal yang bertujuan untuk mengembangkan kemam-
puan kader dalam bidang tertentu secara professional. Dalam training
informal ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan kader dan tren saat ini.
Jadi training formal merupakan upaya untuk memberikan kemam-
puan standar anggota HMI secara kualitatif, sedangkan training in-
formal memberikan kemampuan khusus pada kader. Oleh karena itu
pada wilayah training formal harus ada standar yang baku dan bersifat
tetap dalam wilayah kurikulum, kreatifitas hanya bisa dilakukan dalam
wilayah metodologi. Sebagai upaya untuk menjaga arah perkaderan agar
sesuai dengan pedoman, maka sudah barang tentu kebutuhan terhadap
panduan yang menjelaskan secara teknis training formal khususnya
menjadi mutlak adanya. Secara khusus panduan ini akan mengupas ten-
tang Latihan Kader I(LK-I) HMI Cabangn Ponorogo.
Dengan ini kami selaku pengurus Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) Cabang Ponorogo membentuk pelaksanaan tentang teknis peny-
elenggaraa LK I di Selingkup HMI Cabang Ponorogo.

1
buku lokakarya 2.indd Sec1:1 30/06/2016 20:36:14
B. TUJUAN

Tujuan dilaksanakan Latihan Kader I(LK I)adalah :


“Terbinanya kepribadian muslim yang berkualitas akade-
mis, sadar akan fungsi dan peranannya dalam berorganisasi, serta
hak dan kewajibannya sebagai kader umat dan kader bangsa”

C. TARGET

Target yang diharapkan pasca Latihan Kader I (LK I)dapat


dilihat dengan indikator sebagai berkut :
1. Memiliki kesadaran menjalankan ajaran Islam dalam kehidupan
sehari-hari(menjalankan ibadah secara baik, teratur dan rutin)
2. Mampu meningkatkan kemampuan akademis (IPK meningkat)
3. Memiliki kesadaran akan tanggung jawab keumatan dan kebangsaan
(berperan dalam kehidupan masyarakat, kampus, keluarga dll)
4. Memiliki kesadaran berorganisasi (aktif dalam kegiatan organisasi,
kepanitiaan dll)

D. UNSUR-UNSUR TRAINING

Yang dimaksud dengan unsur-unsur training adalah komponen


yang terlibat dalam kegiatan pelaksanaan Latihan Kader I(LK-I). Un-
sur-unsur yang dimaksud adalah :
1. Pengurus HMI Cabang (Bidang PA); Pengurus HMI Cabang ber-
peran dalam mengatur regulasi pelaksanaanLatihan Kader I (LK I)
melaluli rapat koordinasi Bidang PA (RAKORBID PA), serta evaluasi
bersama BPL HMI cabang ponorogo dalam setiap pelaksanaan latihan
kader (LK-I)
2. Pengurus HMI Komisariat ; Pengurus HMI Komisariat bertanggung
jawab atas terlaksananya Latihan Kader I (LK I) sebagai penyelenggara
kegiatan, dan mengarsipkan seluruh berkas pelaksanaan Latihan Kader
I (LK I)kepada cabang.
3. Badan Pengelola Latihan Cabang ; merupakan institusi yang ber-
tanggung jawab atas pengelolaanLatihan Kader I (LK-I), dan menge-
luarkan legalitas disertai sertifikat kelulusan peserta yang dituangkan
dalam surat keputusan tentang pengukuhan dan pengesahan anggota
biasa, serta mengadakan evaluasi pada setiap pelaksanaan Latihan
Kader I (LK-I) bersama Bidang PA.
Selain institusi diatas, terdapat unsur-unsur yang terlibat

2
buku lokakarya 2.indd Sec1:2 30/06/2016 20:36:15
dalam pelaksanaantraining secara teknis yaitu :
1. Organizing Committee; bertugas dan bertanggung jawab terha-
dap segala tugas-tugas OC secara garis besar sebagai berikut :
a. Mengusahakan tempat, akomodasi, konsumsi dan fasilitas lain-
nya
b. Mengusahakan pembiayaan dan perijinan latihan
c. Menjamin kenyamanan suasana dan keamanan latihan
d. Mengusahakan ruangan, peralatan dan penerangan.
e. Bekerja sama dengan unsur-unsur lainnya dalam rangka
mensukseskan jalannya latihan
f . Kriteria yang harusdipenuhi adalah : Anggota biasa HMI, telah
mengikuti follow-up dan Up-Grading LK I minimal 30 hari dan
diangkat oleh pengurus HMI komisariat dengan men
geluarkan surat keputusan.
2. Steering Committee; bertugas dan bertanggung jawab atas pengara
han dan pelaksanaan latihan. Tugas-tugas SC secara garis besar sebagi
berikut :
a. Menyiapkan perangkat lunak latihan
b. Mengarahkan OC dalam pelaksanaa latihan
c. Menentukan pemateri/instruktur/fasilitator
d. Menyertakan RPP SINDIKAT pada setiap permohonan pema
teri.
e. Kriteria yang harus dipenuhi adalah : memenuhi kualifikasi
umum pengelolalatihan, terlibat aktif dalam perkaderan HMI,
pernah jadi Organizing Committee Latihan Kader I (LK I).
f. Personal SC adalah : anggota BPL (yang ditunjuk oleh
pengurus BPL sebagai koordinator), KABID dan WASEKUM
BIDANG PPPA dan dibantu oleh anggota yang telah
memenuhi syarat.

3. Pemandu/Master Of Training ; bertugas dan bertanggung jawab


untuk memimpin, mengawasi dan mengarahkan latihan. Sejak dibu-
kanyaLatihan Kader I(LK-I). Tanggung jawab Badan Pengolahan Latihan
berada sepenuhnya dalam tanggung jawab pemandu/Master Of Training
sampai latihan dinyatakan ditutup. Tugas-tugas pemandu/Master Of
Training secara garis besar sebagai berikut :
a. Memimpin latihan baik didalam forum atau diluar forum
b. Memberikan meteri apabila pemateri/instruktur/fasilitator
tidak dapat hadir
c. Melakukan penajaman pemahaman atas meteri yang telah

3
buku lokakarya 2.indd Sec1:3 30/06/2016 20:36:15
diberikan
d. Melakukan evaluasi terhadap peserta
e. Menentukan kelulusan terhadap peserta latihan
f. Membuat laporan penyampaian materi sebagai bahan
rekomendasi Follow Up
g. Mengadakan koordinasi diantara unsur yang terlibat langsung
dalam latihan kriteria yang harus dipenuhi adalah : memenuhi
kualifikasi umum dan khusus pengelola latihan terlibat
aktif dalam perkaderan HMI. Menguasai dan memahami
materi LK I, dapat menjadi suri tauladan yang baik, ditentukan
oleh Pengurus Badan Pengelola Latihan BPL/Pengurus Cabang
(KABID PA).
h. Memberikan penilaian secara objektif terhadap kegiatan pe
serta baik di dalam maupun diluar forum
4. Pemateri/Instruktur/fasilitator; bertugas untuk menyampaikan ma-
teri latihan yang dipercayakan kepadanya. Kriteria yang harus dipenuhi
adalah : memenuhi kualifikasi umum dan khusus pengelola latihan, terli-
bat aktif dalam perkaderan HMI, pernah menjadi Steering Committee
LK I, menguasai dan memahami materi yang dipercayakan kepadanya,
dapat menjadi suri tauladan yang baik, ditentukan oleh SC.
5. Peserta adalah calon-calon kader yang telah lulus seleksi, dan telah
dinyatakan ssebagai peserta oleh penyelenggara. Kriteria yang harus di-
penuhi adalah : terdaftar sebagai mahasiswa Islam di perguruan tinggi,
dan tidak sedang menjalani scorsing akademik. Muslim/muslimah, bisa
membaca Al-Qur’an, bisa melakukan sholat (hafal bacaan shalat), berse-
dia mengikuti seluruh kegiatan training, lulus seleksi

E. MEKANISME PELAKSANAAN
Proses pelaksanaan training dibagi dalam tiga fase, yaitu ;
1. Fase persiapan, dalam fase ini dilaksanakan hal-hal sebagi berikut :
a. Pengurus HMI Komisariat membentuk OC dengan surat
keputusan (min H-30)b. Pengurus Komisariat mengirimkan surat
pem beritahuan, pengantar dan permohonan (permohonan SC, Team
Screaner, MOT) untuk mengelola latihan yang disertai SK
penetapan OC dan mengusahakan izin penyelenggaraan training
kepada pengurus HMI Cabang atau BPL Cabang.
c. OC mengusahakan tempat training dan hal-hal yang
berhubungan dengan Latihan Kader I (LK I)
d. Mengusahakan izin penyelenggaraan training yang
diperlukan kepada bidangPA Cabang (min H-14).

4
buku lokakarya 2.indd Sec1:4 30/06/2016 20:36:15
e. OC mengirim surat permohonan delegasi peserta kepada
Komisariat se-lingkup Cabang ponorogo
f. OC mengirimkan surat permohonan delegasi panitia kepada
Komisariat se-lingkup Cabang ponorogo jika diperlukan
g. Mempersiapkan dan mengusahakan fasilitas-fasilitas ako-
modasi dari konsumsi yang diperlukan selama training berlang-
sung.
h. Menghubungi instruktur-instruktur/pemateri dan MOT yang telah
ditetapkan, atau menghubungi BPL untuk mengelola training yang
bersangkutan dan memastikan kesiapan instruktur.
i. Mengadakan pendaftaran peserta dan diadakan seleksi olehpen-
gurus komisariat dan team screaner, dan menyediakan hal-hal admi-
nistratif yang berkaitan dengan itu, formulir pendaftaran, pamphlet
kuitansi dsb
j. Mempersiapkan bahan-bahan atau materi-materi yang diperlu-
kan untuk training seperti : curriculum vitae, topik-topik diskusi,
case study, format screaning, format penilaian, format presensi,
post test, undangan pemateri dan sebagainya
k. Sedapat mungkin diadakan pertemuan/atau rapat gabungan antara
panitiapelaksana, SC dan MOT untuk menyusun langkah-langkah
yang akan dilakukan untuk mensukseskan training dan konsultasi
agenda acara training kepada BPL atau PA Cabang.
2. Fase pelaksanaan dalam fase ini dilaksanakan hal-hal sebagai berikut :
a. Acara pembukaan dengan susunan acara sebagai berikut :
- Pembukaan
- Pembacaan ayat suci Al-Qur’an
- Menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne HMI
- Laporan ketua panitia
- Sambutan ketua umum komisariat
- Sambutan ketua umum HMI cabang dan membuka Latihan
Kader I (LK-I)
- Penyerahan berkas acara training dari SC ke MOT
- Do’a
- Stadium General
- Penutup, dilanjutkan dengan penyerahan acara kepada MOT
b. Acara pertama setelah pembukaan adalah checking peserta train-
ing dan perkenalan antara peserta dan panitia, selanjutnya adalah
kontrak belajar dan arah perkaderan oleh MOT.
c. Pelaksana training selanjutnya dilaksanakan sesuai jadwal acara
training yang telah ditetapakan. Dan tetap harus dijaga suasana train-

5
buku lokakarya 2.indd Sec1:5 30/06/2016 20:36:15
ing yang intelektual, religious, kekeluargaan dan menyenangkan
d. Training harus memenuhi materi wajib LK I, dan komisariat
diberikankreatifitas untuk menambahkan materi muatan lokal
sesuai dengan kebiasaan dan latar belakang komisariatnya.
e. Adanya simulasi untuk materi-materi tertentu, misalnya metodolo-
gi diskusi, KMO dan teknik sidang
f. Adanya evaluasi dari training kepada peserta (post test) oleh BPL
atau PA Cabang
g, Petugas acara penutupan adalah peserta training.
h. Acara penutupan dengan sususnan acara sebagai berikut :
- Pembukaan
- Pembacaan Ayat Suci Al-Qur’an
- Menyanyikan lagu Indonesia raya dan Hymne HMI
- Pembacaan SK kelulusan peserta LK I oleh MOT
- Pembacaan ikrar pelantikan anggota oleh PA Cabang/Ketua
- Umum HMI Cabang Ponorogo.
- Laporan panitia
- Kesan pesan peserta
- Sambutan ketua umum komisariat.
- Sambutan ketua umum HMI Cabang dan menutup LK I
- Do’a
- Penutup, dilanjutkan dengan ramah tamah.
3. Fase sesudah training
a. OC bertanggung jawab atas kesekretariatan (tempat ataupun in-
ventaris) HMI Cabang yang dipergunakan
b. SC wajib melakukan evaluasi dan membuat laporan pertanggung
jawaban kepada KABID PA Cabang Ponorogo.
c. OC wajib membuat laporan pertanggung jawaban kepada komis-
ariat
d. Panitia wajib melakukan evalusi dan membuat LPJ kepada
pengurus komisariat dan selanjutnya diteruskan kepada bidang PA
Cabang.
e. Pengurus komisariatbekerja sama dengan Badan Pengelola Lati-
han (BPL) melakukan follow-up kepada seluruh kader pasca LK
I baik yang lulus maupun yang dinyatakan tidak lulus. Dan mem-
berikan persyaratan khusus kepada peserta yang lulus bersyarat dan
melakukakan pendampingan/monitoring/serta menjadi kakak asuh
bagi mereka.

6
buku lokakarya 2.indd Sec1:6 30/06/2016 20:36:16
F. MENAJEMEN TRAINING

Dalam upaya menciptakan pelaksanaan training yang


baik dan berkualitas diperlukan menajemen yang baik, yang di-
maksud dengan menajemen training adalah seni untuk mengatur agar
tercapainya tujuan training. Berdasakan hal tersebut, maka LK I meru-
pakan training penanaman nilai/ideologisasi organisasi, sehingga dalam
menajemen trainingnya harus mendukung pada aspek kesadaran dalam
berpola pikir, sikap dan tindakan. Pembobotan dalam LK I adalah efektif
(50%), kognitif (30 %) dan psikomotor (20%). Hal-hal yang dimaksud
dalam menajemen taraining aini adalah :
1. Kurikulum
Kurikulum yang terdapat dalam pedoman merupakan penggambaran
tentang metode dari training. Oleh sebab itu penerapan dari kurikulum
adalah erat kaitannya dengan masalah yang menyangkut metode-
metode yang dipergunakan dalam training. Dalam penerapan kurikulum
ini agar diperhatikan aspek-aspek :
Penyusunan jadwal materi training.
a.. Jadwal training adalah sesuatu yang merupakan gambaran tentang isi
dan bentuk-bentuk training. Oleh karena itu penyusunan jadwal harus
memperhatikan urutan-urutan materi pokok dan alokasi waktu yang telah
ditentukan dari SINDIKAT digunakan sebagai korelasi yang tidak berdiri
sendiri (asas integratif). Berdasarkan hal tersebut maka urutan materi
pokok dalam Latihan Kader I (LK I) HMI adalah sebagai berikut :
- Sejarah perjuangan HMI
- Konstitusi HMI
- Mission HMI
- Nilai-nilai Dasar Perjuangan
- Kepemimpinan dan Menajemen Organisasi
Dalam hal diperlukan adanya materi penunjang/tambahan, maka
harus diperhatikan korelasinya dengan materi pokok serta sesuai dengan
alokasi waktu materi pokok dari Rencana Pelaksanaan pembelajaran
(RPP) SINDIKAT, jangan sampai memutus hubungan antar materi po-
kok. Materi tambahan tidak lebih dari 4 materi yang durasinya tidak lebih
dari 2 jam per- materi kedua diantara terdiri dari
- Pengantar ilmu hukum
- Pengantar filsafat
- KOHATI
Dan materi dua materi lainnya adalah kearifan lokal (sesuai ke-
bijakan pengurus komisariat dan SC)

7
buku lokakarya 2.indd Sec1:7 30/06/2016 20:36:16
b. SINDIKAT
Cara penyampaian materi pada Latihan Kader I (LK I) pada
dasarnya harus memenuhi prinsip penyegaran dan pengembangan
gagasan dan pemahaman di tingkat peserta. Dengan demikian
diharapkan akan muncul gagasan-gagasan yang kreatif dan inovatif
didalam forum training. Selain itu penyampaian materi harus menca-
pai target/sasaran dari tujuan materi khususnya dan tujuan LK I um-
umnya, dengan demikian dalam penyampaian telah ditentukan pada
Sistem Pendidikan Singkat (SINDIKAT) sebagaimana terlampir.

2. Suasana Training
Suasana training merupakan komponen penting dalam kesuk-
sesan pelaksanaan training, karena suasana akan mempengaruhi kon-
disi psikologis orang-orang yang terlibat dalam proses training. Suasana
training harus dilihat secara komprehensif, karena training bukan
hanya sebatas forum penyampaian materi, tetapi lebih jauh daripada
itu, seluruh aktifitas sejak dibukanya training sampai dengan penutu-
pan, dalam arena atau lokasi tempat training diadakan.
Dengan demikian pemahaman tentang arena training tidak han-
ya terbatas padaforum saja. Implikasi dari pemahaman tersebut adalah
suasana training harus dibangun pada keseluruhan arena training,
sehingga segala aturan akan mengikat pada keseluruhan kegiatan train-
ing, tidak hanya pada saat diforum. Suasana yang harus di bangun dalam
kegiatan training secara umum adalah sebagai berikut :
a. Menimbulkan kegairahan (motivasi) antara sesamaunsur indi-
vidu dalam training
b. Tidak menimbulkan kejenuhan diantara unsur individu dalam
training
c. Terciptanya kondisi yang seimbangantar segenap unsur train-
ing berarti mensejajarkan dan menyertakan semua unsur yang ada
dalam training
d. Terciptanya suasana Islami; untuk menciptakan suasana yang
Islami sebagai upaya awal pembentukan kader muslim, dapat
dilakukan dengan jalan mengisi dengan aktifitas ritual pada
waktu-waktu tertentu (sholat berjamaah dan mengaji tadarus/si-
maan pada pagi hari), serta menonjolkan sikap-sikap dan perilaku
yang baik.
Te/ erciptanya suasana intelektual; dapat dilakukan dengan cara
penyediaan bahan bacaan di arena training dan menyediakan
media tempat mencurahkan buah pikiran

8
buku lokakarya 2.indd Sec1:8 30/06/2016 20:36:16
Dengan pemahaman bahwa training adalah seluruh aktifitas
yang dilakukan pada masa training, maka pada waktu tersebut seluruh
dinamika dan suasana training harus dibentuk oleh seluruh komponen,
khususnya senior harus mampu memberikan contoh yang baik pada
juniornya. Dengan demikian suasana training yang mendidik dan
menyenangkan dapat terbangun, aktifitas yang tidak berkaitan dengan
training dan sikap lain yang kontraproduktif harus diminimalisir.

3. Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana yang harus dipersiapkan dalam pelaksa-
naan training menganut asas minimalis, maksudnya dengan kesiapan lo-
gistic yang minimal, kegiatan training dapat tetap berlangsung dengan
kualitas yang baik. Keperluan forum yang mesti tersedia adalah
alat tulis, lebih baik jika terdapat perlengkapan pendukung lain-
nya. Demikian pula dengan akomodasi dan perlengkapan lainnya, kon-
disi minimalis diharapkan dapat meningkatkan militansi dan kreatifitas
kader.
Sarana (ruang) yang harus dipersiapkan diantaranya:
a. Ruang OC
b. Ruang SC
c. Ruang Peserta
d. Ruang Training (AULA)
e. Ruang Baca
f. Ruang Tamu
g. Ruang Kreatifitas
h. MCK
i. Jumlah Peserta
Jumlah peserta akan mempengaruhi konsentrasi pesrta dalam
memhami materi yang diberikan. Berdasarkan pemikiran tersebut maka
LK I jumlah peserta yang ideal adalah 20 (dua puluh) orang dan maksimal
30 (tiga puluh) orang perkelas.

G. SELEKSI
Untuk mendapatkan output yang baik harus berangkat dari
input dan proses yang baik pula. Latihan Kader I yang merupakan
proses pembentukan output agar sesuai dengan tujuan dan targetnya,
maka harus didukung oleh input yang baik. Calon kader sebagai bahan
baku yang akan diproses dalam LK I tentu harus memiliki kualifikasi
tertentu agar dapat menjadi kader sesuai dengan harapan dan tujuan
perkaderan. Kualifikasi umum calon peserta LK I adalah sebagi beri-

9
buku lokakarya 2.indd Sec1:9 30/06/2016 20:36:16
kut :
1. Terdaftar sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, dan tidak
2. sedangmenjalani skorsing akademik
3. Muslim/muslimah (bisa baca Al-Qur’an)
4. Memiliki integritas
5. Akademis (cerdas, intelektual)
6. Memiliki potensi kepemimpinan
Seleksi dilakukan dengan cara : wawancara, berfungsi untuk
menguji konsistensi jawaban, dan menggali lebih dalam pengetahuan
calon peserta serta menggali motivasi dan potensi calon peserta. Apabila
motivasi ada “distorsi” maka pewawancara bertugas untuk meluruskan-
nya. Screaning berisi pertanyaan- pertanyaan tentang
1. Ke-bangsaan
2. ke-organisasian
3. ke-mahasiswaan
4. ke-Islam-an.

H. MATERI TRAINING
Latihan Kader I memiliki materi-materi dasar yang sifatnya
penanaman dasar organisasi HMI, atau dengan kata lain materi yang
disampaikan pada LK I merupakan fondasi dalam membentuk kader
sesuai dengan kualitas insan cita. Adapun materi yang diberikan dalam
LK I ini harus seragam dan standar di seluruh komisariat, karena jika
fondasi ini beragam akan mengakibatkan kontruksi yang lemah.
Materi-materi yang diberikan dalam LK I ini dibagi menjadi
dua kelompok, yaitumateri pokok dan materi penunjang atau tambahan.
Materi pokok adalah kelompok materi yang wajib ada dan disampaikan
dalam forum LK I, materi ini merupakan materi standar bagi pelaksanaan
LK I HMI
Sedangkan materi penunjang atau tambahan adalah ma-
teri yang menjadikemestian untuk ada dalam training (missal materi
perkenalan dan orientasi latihan, dan materi evaluasi dan rencana tindak
langsung), atau materi yang merupakan prasyarat tercapainya pemaha-
man materi pokok atau materi yang memiliki hubungan/penurunan dari
materi pokok atau materi keterkaitan dengan tujuan perkaderan yang
menjadi karakter lokal.
Materi yang direkomendasikan diantaranya:
1 Stadium General
2. Sejarah HMI

10
buku lokakarya 2.indd Sec1:10 30/06/2016 20:36:17
3 Pengantar Ilmu Hukum
4. KONSTITUSI HMI
5. Analisis Sosial
6. MISSION HMI
7. Pengantar Filsafat
8. Nilai nilai Dasar Perjuangan
9. Kepemimpinan, Menejemen Dan Organisasi
10. KOHATI
11. Badan Otonom HMI dan Lembaga Kekaryaan

I.TATA CARA PENILAIAN LATIHAN KADER


1. Aspek-aspek yang dinilai
Selama berlangsungnya LK I, aspek-aspek yang dinilai dibagi men-
jadi dua bagian, yaitu :
a. Kuantitatif
Bentuk penilaian terhadap peserta LK I dalam bentuk ang-
ka-angka. Penilaian ini didapat dari hasil test (manjawab soal),
penugasan dan lain sebagainya.
b. Kulaitatif
Bentuk penilaian pemandu terhadap peserta yang diwujud-
kan dalam komentar atau rekomendasi atau gambaran deskriptif
terhadap peserta yang sifatnya kualitatif, missal baik, buruk dan lain
sebagainya.
2. Ranah dan persentase Nilai
Sesuai dengan pedoman perkaderan HMI, ranah yang dinilai
meliputi :
a. Ranah afektif (sikap) dengan bobot sebesar 50 %, dengan acuan
pada sikap peserta terhadap aturan main yang berlaku, missal taat
atau melanggar atau terhadap pesan dari sebuah materi berdampak
atau tidak terhadap sikap dapat diuji dengan pertanyaan yang sub-
jektif.
2. Ranah kognitif (pengetahuan) dengan bobot sebesar 30 %, den-
gan melihathasil test terhadap peserta melalui pertanyaan yang sifat-
nya obyektif
3. Ranah psikomotorik (tindakan) dengan bobot 20 % dengan acuan
pada prilaku peserta, missal apakah dia mau membantu orang lain
atau tidak dan lain sebagainya.
3. Teknik Penilaian

11
buku lokakarya 2.indd Sec1:11 30/06/2016 20:36:17
Untuk menilai peserta LK Isehingga dapat ditentukan kelulu-
sannya adalah berdasarkan akumulasi nilai dari semua ranah. Semua pe-
nilaian menggunakan penilaian kuantitatif. Standar nilai menggunakan
angka 0 – 100.
a. Penilaian Afektif
Penilaian afektif harus dikonversi dari nilai yang sifatnya kuali-
tatif menjadi kuantitatif dengan cara memberikan nilai 100 kepada
semua peserta di awal training. Penilaian tidak mungkinbertambah
tetapi akan berkurang jika terjadi pelanggaran dengan interval
5, bobotnya tergantung besarnya kesalahan yang dilakukan, nilai
terlambat akan berbeda bobot nya dengan tidak hadir dalam satu ses-
sion.
b. Penilaian kognitif
enilaian kognitif diakukan dengan mengakumulasikan jumlah
nilai-nilai test dan tugas yang sifatnya objektif.
c. Penilaian psikomotorik
Hampir sama dengan afektif, maka nilai psikokotorik harus
dikonfersi menjadi kuantitatif, caranya adalah memberikan nilai 50
kepada semua peserta diawal training, dan mengalami penambahan
dengan penambahan dengan interval 5, jika peserta malakuka hal-
hal baik secara sadar.
5. Penilaian akhir
Nilai akhir adalah nilai akumulasi seluruh ranah. Untuk penilaian
akhir ini menggunakan rumus :
NA = [(N afektif x 50 %) + (N rata-rata kognitif x 30 %) + (N psikomo-
torik x 20%) x 10]
Contoh :
Misalkan isi yakusa mendaptakan niali rata-rata test dan tugas sebesar 75,
dan beberapa kali melakukan kesalahan sehingga mendapat pinalti sebe-
sar30, namun ia juga banyak membaantu orang lain dan banyak berbuat
baik,jadi dia diberi tambahan nilai untuk perbuatan sebanyak 35.

Akumulasi nilai untuk yakusa adalah : Nilai afektif = (100 - 30) = 70


Niali rata-rata kognitif = 75
Nilai psikomotorik = (50 + 35) = 85
Maka nilai kahirnya adalah :
NA = (70 x 50%) + (75 x 30%) + (85 x 205%) NA = 35 + 22,5 + 17
NA = 74,5 x 10
NA = 745
Peserta dapat dinyatakan lulus apabial memiliki NA ≥ 600

12
buku lokakarya 2.indd Sec1:12 30/06/2016 20:36:17
13
buku lokakarya 2.indd Sec1:13 30/06/2016 20:36:17
14
buku lokakarya 2.indd Sec1:14 30/06/2016 20:36:18
SILABUS LATIHAN BASIC TRAINING (LK-1) DI LINGKUNGAN HMI CABANG PONOROGO

buku lokakarya 2.indd Sec1:15


NO MATERI TUJUAN TARGET INDIKATOR POKOK BAHASAN WAKTU
1 Ekspektasi, Peserta dapat 1. Sebelum Peserta 1. Peserta mampu Perkenalan Peserta 45
Perkenalan saling berke- dapat mengenal se- mengekspresikan per- Pembahasan Kom- Menit
& Eksistensi nalan satu luruh elemen train- asaannya dengan te- ponen Basic Training
Training sama lain dan ing man-teman yang lain- HMI Cabang Pono-
memahami se- 2. Peserta dapat nya. rogo, peran dan fungsi
tiap komponen menyebutkan nama 2. Terciptanya suasana Pemandu, Panitia,
yang terlibat temannya, minimal awal training yang Peserta, Pengurus
dalam training. 10 Peserta. penuh kekeluargaan. Cabang dan Pengurus

15
(dilaksanakan 3. Peserta menge- 3. Setelah saling Komisariat.
sebelum train- tahui setiap elemen mengenal peserta
ing dimulai) yang terlibat dalam diharapkan mampu
pelaksanaan Ba- menciptakan sebuah
sic Training HMI atmosfer intelektual
Cabang Pono- dalam menunjang tu-
rogo serta dapat juan training.
menjelaskan peran 4. Pemahaman ter-
dan fungsi masing- hadap fungsi kompo-
masing elemen. nen training sehingga
mampu memberikan
keberhasilan terhadap
proses training secara
keseluruhan.

30/06/2016 20:36:19
2 Screan- Peserta mam- Peserta dapat Peserta mengemuka- Materi Keislaman. 4 jam
ing Latihan pu menjabar- menjelaskan pema- kan argumentasinya Materi kebangsaan.
Kader 1 kan gagasan- hamannya tentang terkait dengan per- Materi Kemahasiswaan.
Materi Keorganisasian

buku lokakarya 2.indd Sec1:16


HMI Cabang nya mengenai Islam yang selama tanyaan yang diberi-
ini diyakininya.
Ponorogo Keislaman, kan oleh screner.
Peserta mam-
dan Keindonesiaan pu memberikan
Peserta dapat
dan Kemaha- pendapat tentang menjelaskan maksud
siswaan. spirit Keindone- dari Keislaman,
siaan sesuai dengan Keindoneisaan dan
pemahamannya. Kemahasiswaan.
Pesrta mampu mem-
berikan gambaran
tentang fungsi dan
peran daru dunia
kemahasiswaan.

16
3 Sejarah 1. Peserta 1. peserta dapat Memahami ilmu 1. Latar Belakang Berdirinya HMI. 2,5
Perjuangan dapat mema- menjelaskan latar sejarah dan relevan- a. Kondisi IslamdiDunia. jam
HMI hami sejarah belakang berdir- sinya terhadap per- b. Kondisi IslamdiIndonesia.
dan dinamika inya HMI. adaban. c. Kondisi PerguruanTinggi dan Ma-
perjuangan 2. Peserta dapat mMenjelaskan latar hasiswa Islam.
HMI menjelas gaga- SaatBerdirinya HMI.
san dan visi pendiri 2. Gagasan danVisi Pendiri HMI.
HMI a. SosokLafranPane.

30/06/2016 20:36:19
buku lokakarya 2.indd Sec1:17
b. Gagasan Pembaruan Pemikiran
ke-Islaman.
c. Gagasan dan Visi Perjuangan So-
sial-budaya.
d. Komitmenke-IslamandanKebang-
saansebagaidasarperjuanganHMI.
3. Dinamika Sejarah Perjuan-
ganHMIdalamSejarahPerjuangan-
Bangsa.
a. Fase Konsolidasi Spiritual dan
Proses berdirinya HMI

17
b. Fase Berdiri dan Pengokohan
c. Fase perjuangan bersenjata dan per-
ang kemerdekaan, serta menghadapi
penghianatan I PKI
d. Fase pembinaan dan pengemban-
gan organisasi
e. Fase Tantangan
f. Fase kebangkitan HMI sebagai
pejuang Orde Baru dan pelopor ke-
bangkitan angkatan ‘66
g. Fase partisipasi HMI dalam
pembangunan
h.Fase kebangkitan intelektual dan
pergolakan pemikiran
i. Fase Reformasi

30/06/2016 20:36:19
4 Mission HMI 1. Peserta dapat 1. Peserta dapat 1. Peserta dapat 1. Makna HMI sebagai Organisasi 4 , 5
memahami menjelaskan membina diri den- Mahasiswa. Jam
MISSI HMI fungsi dan per- gan nafas perjuan- a. Pengertian Mahasiswa.

buku lokakarya 2.indd Sec1:18


2. Peserta dapat anannya sebagai gan yang dilandasi b. Mahasiswa sebagai inti kekuatan
memahami mahasiswa oleh kesadaran akan perubahan.
c Dinamika gerakan Mahasiswa.
hubungan missi 2. peserta dapat 2. peran dan fung-
2. Hakikat keberadaan HMI
HMI dengan menjPlaskan sinya sebagai maha-
a. Makna HMI sebagai organisasi
status, sifat, tafsir tjuan HMI siswa. yang berasaskan Islam.
asas, tujuan, 3. Peserta dapat 3. Peserta dapat b. Makna Independensi HMI.
fungsi dan per- menjelaskan mengaplikasikan 3. Tujuan HMI.
an organisasi hakikat fungsi mindsett positif a. Arti Insan Akademis, pencipta,
HMI secara in- dan peran HMI dalam memahami pengabdi yang bernafaskan Islam.
tergral. 4. Peserta dapat kehidupan secara b. Arti masyarakat adil dan makmur
menjelaskan dinamis dan kom- yang diridhoi oleh Allah SWT.
4. Fungsi dan Peran HMI

18
hubungan Status, prehensif.
Sifat, Asas, Tu- 4. Peserta dapat me- a. Pengertian Fungsi HMI sebagai
organisasi kader.
juan, Fungsi dan numbuhkan jiwa
b. Pengertian peran HMI sebagai or-
Peran HMI se- seorang misionaris
ganisasi perjuangan.
cara integral dalam mencapai tu- c. Totalitas fungsi dan peran sebagai
juan mulia HMI. perwujudan dari tujuan HMI.
5. Peserta mampu 5. Hubungan antara status, sifat, asas,
mengaplikasikan tujuan, peran dan fungsi HMI secara
mission HMI dalam integral.
kehidupannya.

30/06/2016 20:36:19
buku lokakarya 2.indd Sec1:19
5 Konstitusi 1. Peserta dapat 1.Peserta dapat 1. Peserta dapat me- 1. Pengantar ilmu Hukum 4
HMI memahami memahami mahami pengertian a. Pengertian dan Fungsi Hukum. jam
kedudukan, pengertian, Hukum b. Hakekat Hukum.
fungsi dan per- kedudukan, 2. Peserta dapat me- c. Pengertian Konstitusi dan arti d.
an Konstitusi fungsi, dan peran mahami pengertian pentingnya dalam organisasi.
dalam HMI Konstitusi dalam Konstitusi HMI 2. Ruang Lingkup Konstitusi HMI.
2. Peserta dapat HMI 3. Peserta dapat a. Makna Muqaddimah AD HMI.
b. Makna HMI sebagai organisasi
memahami ru- 2. Peserta dapat meahami kedudu-
yang berasaskan Islam.
ang lingkup memahami ru- kan, fungsi dan peran c. Anggaran Dasar dan Anggaran d
konstitusi ang lingkup kon- Konstitusi HMI

19
Rumah Tangga HMI.
stitusi HMI 4. Peserta dapat me- d. Masalah Keanggotaan.
3. Peserta dapat maknai Mukadima, e. Masalah Struktur Kekuasaan.
memahami pe- AD dan ART Konsti- d. Masalah Struktur Kepemimpi-
doman pedoman tusi HMI nan.
pokok HMI 5. Peserta dapat me- e. Pedoman-Pedoman dasar Organ-
4. Peserta dapat mahami pedoman pe- isasi.
memahami doman pokok HMI 3. Pedoman Perkaderan.
hubungan kon- PPeserta dapat m6. a. Pedoman Kohati.
stitusi dengan mahami hubungan b. Pedoman Lembaga Profesi.
pedoman pedo- antara konstitusi den- c. Pedoman Atribut dan keHMI.
man pokok HMI gan pedoman pedo- GPPO dan PKN.
4. Hubungan Konstitusi AD/ART
yang lain. man pokok hmi yang
dengan pedoman-pedoman Organ-
lain.
isasi lainnya.

30/06/2016 20:36:19
6 Nilai-Ni- Peserta 1. Peserta dapat 1. Peserta LK dapat 1. Sejarah perumusan NDP dan kedudu- 5
lai Dasar dapat me- menjelaskan sejarah membina diri dengan kan NDP dalam organisasi HMI jam
perumusan NDP dan a. Pengertian NDP
Perjuangan mahami nafas perjuangan yang
kedudukannya dalam

buku lokakarya 2.indd Sec1:20


(NDP) latar be- dilandasi oleh nilai-ni- b. Sejarah Perumusan dan lahirnya
organisasi.
HMI lakang 2. Peserta dapat lai ketauhidan dalam NDP
perumu- menjelaskan hakikat se- menjalankan kehidu- c. NDP sebagai kerangka Global Pema-
san dan buah kehidupan. pan sehari-hari. haman Islam dalam konteks organisasi
3. Peserta dapat HMI
kedudukan 2. Peserta dapat men-
menjelaskan hakikat ke- d. Hubungan antara NDP dan Mission
NDP serta benaran. gaplikasikan mindsett
HMI
subtansi 4. Peserta dapat positif dalam mema-
2. Garis besar Materi NDP
materi se- menjelaskan hakikat hami NDP dan dapat
penciptaan alam se- a. Hakikat Kehidupan
cara garis menjadi perjuangan
mesta. - Analisa Kebutuhan Manusia
besar dalam hidup. - Mencari kebenaran sebagai kebutuhan
5. Peserta dapat
organisasi. menjelaskan hakikat 3. Aplikasi ketauhidan dasar manusia

20
penciptaan manusia. dapat diejawantahkan - Islam sebagai sumber kebenaran
6. Peserta dapat dalam setiap manaje- b. Hakikat Kebenaran
menjelaskan hakekat ke- men keadilan social
merdekaan. - Konsep Tauhid La Ila Ha Illallah
dan keadilan ekonomi - Eksistensi dan sifat-sifat Allah
7. Peserta dapat
menjelaskan hakikat ma- melalui system islam. - Rukun iman sebagai upaya mencari
syarakat dan pemimpin. 4. Peserta memahami kebenaran
8. Peserta dapat konsep ketauhidan Is- c. Hakikat Penciptaan Alam Semesta
menjelaskan hubungan lam sesuai kerangka - Eksistensi Alam
antara iman, ilmu, dan
berpikir NDP.. - Fungsi dan Tujuan Penciptaan Alam
amal.
- Alam sumber ilmu pengetahuan

30/06/2016 20:36:20
buku lokakarya 2.indd Sec1:21
d. Hakikat-hakikat penciptaan Ma-
nusia
- Eksistensi Manusia dan Kedudu-
kannya diantara mahkluk lainnya
- Kesetaraan dan kedudukan manusia
sebagai khalifah dimuka bumi
- Manusia sebagai hamba Allah
- Fitrah, kebebasan dan tanggung-
jawab manusia
e. Hakekat kemerdekaan

21
- Arti kemerdekaan
- Kemerdekaan manusia
- Batas Kemerdekaan manusia yaitu
kemerdekaan manusia yang lain
(universal)
- Nilai yang terkandung dari ke-
merdekaan adalah hukum-hukum
(toleransi dengan sesama) dan ke-
harusan untuk universal, (kepastian
umum)
- Kemerdekaan bentuk dari usaha
ikhtiar manusia.

30/06/2016 20:36:20
f. Hakikat Masyarakat
- Perlunya menegakan keadilan dalam
masyarakat

buku lokakarya 2.indd Sec1:22


- Hubungan Keadilan dan
Kemerdekaan
- Hubungan Keadilan dan kemakmu-
ran
- persamaan hak antara sesama
manusia.
- Terlahirnya nilai saling mengisi dan
menjaga (toleransi) dari adanya ke-
merdekaan pribadi dan kemerdekaan
lainnya
g. Masyarakat dan pemimpin
- Manusia-alam-dan pengabdian.
- Kepemimpinan untuk menegakkan

22
keadilan.
- Instruktur menjelaskan Hubungan
keadilan sosial, ekonomi dan
kemerdekaan
h. Hakikat Ilmu
- Ilmu sebagai jalanmencari
kebenaran
- Jenis-jenis Ilmu
Hubungan antara Iman, Ilmu dan
Amal.

30/06/2016 20:36:20
buku lokakarya 2.indd Sec1:23
7 Kepe- Peserta dapat 1. Peserta mam- 1. Peserta bisa mendefi- 1. Pengertian, tujuan dan fung- 4
mimpi- memahami pu menjelaskan nisikan arti kepemimpi- si kepemimpinan, manajemen Jam
nan dan pengertian, pengertian, dasar- nan, manejemen, dan dan organisasi
Manaje- dasar-dasar, si- dasar sifat serta organisasi 2. Kharakteristik kepemimpi-
men Or- fat dan fungsi fungsi kepemimpi- 2. Peserta bisa menye- nan
ganisasi kepemimpinan, nan butkan karakter kepe- a. Sifat-sifat Rasul sebagai etos
manajemen dan 2. Peserta mam- mimpinan Islam kepemimpinan
organisasi. pu menjelaskan 3. Peserta bisa membe- b. Tipe-tipe kepemimpinan
pentingnya fungsi dakan antara manaje- c. Dasar-dasar manajemen
kepemimpinan dan rial organisasi dan kepe- d. Unsur manusia dalam

23
manajemen dalam mimpinan. manajemen
organisasi e. Model-model manajemen
3. Peserta dapat 3. Organisasi sebagai alat per-
menjelaskan dan juangan
mengapresiasikan a. Teori-teori organisasi
kharakteristikkepe- b. Bentuk-bentuk organisasi
mimpinan dalam c. Struktur organisasi
Islam 4. Hubungan antara kepe-
mimpinan, manajemen dan
organisasi

30/06/2016 20:36:20
8 Evaluasi Mengevalu- 1. Peserta mampu 1. Peserta mampu 1. Refleksi perjalanan Basic 2
Akhir Ba- asi keseluruhan dan Secara kritis membangun nalar kri- Training (Tujuan dan Tar- jam
sic Train- proses Basic mengevaluasi kin- tis dalam melakukan get)

buku lokakarya 2.indd Sec1:24


ing HMI Training HMI erja dari Panitia Ba- evaluasi. 2. Evaluasi secara keseluru-
Cabang Cabang Pono- sic Training HMI 2. Peserta secara obyek- han dari MOT.
Ponorogo rogo yang telah Cabang Ponorogo. tif dapat melihat setiap 3. Evaluasi peserta kepada
dilalui baik dari 2. Peserta mampu kelemahan yang terjadi Panitia, Pengurus Komisariat
MOT, Pemateri, dan secara kritis selama berlangsungnya dan MOT dan Pemateri.
Panitia, Peserta mengevaluasi kin- training.
dan Pengurus erja dari pengurus. 3. Peserta memahami
Komisariat. 3. Peserta mampu kembali fungsi dan per-
dan secara kritis an setiap elemen dalam
mengevaluasi kin- proses Basic Training
erja dari MOT dan HMI Cabang Ponorogo

24
Pemateri.

30/06/2016 20:36:20
buku lokakarya 2.indd Sec1:25
9 Pelurusan Peserta dapat 1. Peserta dapat 1. Tebangunnya sem- 1. Penyampaian kembali tu- 2.
Motivasi menyadari per- memahami kembali bangat kebersamaan juan dilaksanakannya Basic jam
dan Pelan- an dan fungsin- intisari dari proses dari masing-masing 2. Training HMI Cabang Pono-
tikan ya sebagai ma- basic training HMI peserta dalam mema- rogo
hasiswa serta Cabang ponorogo hami kembali intisari 2. Pembangunan semangat
amanah yang di yang telah dilak- proses Basic Training kepada peserta.
emban sebagai sanakan. HMI Cabang Pono- 3. Pembumian orientasi per-
kader HMI. 2. Peserta sadar rogo. juangan HMI kepada peser-
akan peran kema- 3. Peserta mereflek- ta.
hasiswaan yang di- sikan peran kemaha- 4. Pelantikan Peserta oleh

25
emban sebagai agen siswaannya. MOT/ Pengurus Cabang.
perubahan. 4. Peserta secara sadar
3. Peserta mema- dan kritis siap dalam
hami fungsi HMI tugas kemanusiaan ber-
sebagai organisasi sama HMI.
perkaderan dan
berperan sebagai
organisasi perjuan-
gan.

30/06/2016 20:36:20
BAB III
SINDIKAT
(Sistem Pendidikan Terpadu)
Dan MATERI

SISTEM PENDIDIKAN SINGKAT (SINDIKAT)


HMI CABANG PONOROGO
Nama Komisariat :
Materi Training : Sejarah Perjuangan HMI
Jenjang training : Latihan Kader I (LK I)
Alokasi Waktu : 150 menit
Lampiran : Bahan Ajar Sejarah HMI

1. STANDAR KOMPETENSI
Peserta dapat memahami sejarah dan dinamika perjuangan HMI
2. KOMPETENSI DASAR
A. Peserta dapat menjelaskan secara garis besar sejarah dan dinamika
perjuanagan HMI
B. Peserta mampu mengambil manfaat dan semangat dari perjuangan
HMI
3. INDIKATOR
Setelah berakhirya pertemuan maka peserta dapat :
A. Peserta dapat menjelaskan latar belakang berdirinya HMI.
B. Peserta dapat mengklasifi kasikan fase-fase perjuangan HMI.
4. METODE PEMBELAJARAN
A. Metode ceramah
B. Problem Based Introductuon (PBI)
C. Brainstorming
5. MEDIA PEMBELAJARAN
A. film dokumeter.
B. LCD
C. Laptop
D. Kertas plano
E. White board

26
buku lokakarya 2.indd Sec1:26 30/06/2016 20:36:20
6. Langkah- langkah Pembelajaran Forum
KEGIATAN PEMATERI METODE TIME
Kegiatan Awal
A. Pemateri memberi salam dan awalan
pembicaraan Ceramah 5m
B. pemateri menanyakan satu persatu pen-
galaman paling pahit selama ini, kemudian
meminta kepada peserta untuk mengambil Brainstorming 5 m
manfaat dari pengalaman tersebut.
C.Pemateri menjelaskan manfaat mempela-
jari sejarah (secara umum)
D. pemateri memberikan motivasi dengan Audio-video 10 m
menayangkan “video pencari jiwa part 1”
dan menjelaskan pentignya menjalai proses
traiig dari awal sampai akhir
Kegiatan utama
1. Pemateri membangun/meraba-raba pen- Ceramah 25 m
getahuan dasar peserta
a. pemateri Meningatkan pengetahuan peser- Tanya jawab
ta tentang materi sejarah pada saat di sekolah
denga pertayaan “apa arti sejarah?” dan “apa Brainstorming
perbedaan sejarah dengan pengalaman”
b. Pemateri Memberikan kesempatan kepada
peserta utuk menjawab pertanyaan
c. Pemateri meyimpulkan semua pendapat
peserta menjadi saatu rangkaian jawaban
yang utuh
2. Pemateri mejelaskan materi latar Ceramah 35 m
belakang sejarah berdirinya HMI
a. 4 latar belakang berdidriya HMI. Tanya jawab
b. Instruktur menjelaskan gagasan visi
pendiri HMI. Brainstorming
- Sosok Lafran Pane.
- Gagasan Pembaruan Pemikiran ke-Islaman.
- Gagasan dan Visi Perjuangan Sosial-
budaya.
- Komitmen ke-Islaman dan Kebangsaan
sebagai dasar perjuangan HMI.

27
buku lokakarya 2.indd Sec1:27 30/06/2016 20:36:21
c. Sosok Lafran Pane.
Gagasan Pembaruan Pemikiran ke-Islaman.
Gagasan dan Visi Perjuangan Sosial-budaya.
Komitmen ke-Islaman dan Kebangsaan seb-
agai dasar perjuangan HMI.
3. Pemateri menyebutkan fase-fase berdir- Presentasi 10 m
inya HMI.
a. Pemateri membagi peserta beberapa ke-
lompok (sesuai kebutuhan jumlah fase dan Ceramah &
jumlah peserta) Tanya jawab 20 m
b. Masing-masing kelompok mendiskusi-
kan dan mencari ide pokok dalam setiap
fase. Focus group 10 m
c. Masing-masing kelompok menunjuk discussion
salah satu peserta dan mempresentasi- (FGD)
/ke-
kan hasil diskusinya kepada pemateri dan lom-
peserta lain. pok
d. Pemateri menjelskan hasil dari diskusi
tersebut dan menambahkan bebrapa infor- Individu 15 m
masi yang kurang. assessment
e. Pemateri meminta kepada peserta untuk
menuliskan pemahaman mereka selama
pertemuan dalam betuk tulisan cerpen
HMI. (tugas Individu dan di kumpulkan
kepada MOT)
Kegiatan penutup
a. pemateri mereview materi yang disam- Ceramah 5m
paiakn dari awal
b. pemateri memberikan dorogan kepada Ceramah 5m
peserta untuk rajin membaca sejarah HMI
c. Pemateri menutup jalannya diskusi Ceramah 5m

NB: Tugas individu yang diberikan dari pemateri dikumpul-


kan ke mot sebagai bahan penilaian

28
buku lokakarya 2.indd Sec1:28 30/06/2016 20:36:21
7. REFERENSI
a. Drs. Agus Salim Sitompul, Sejarah Perjuangan HMI(1974
1975), Bina Ilmu
b. DR. Victor 1. Tanja, HMI, Sejarah dan Kedudukannya Di
tengah GerakanMuslim Pembaharu Indone¬sia, Sinar Hara-
pan, 1982.
c. Prof. DR. Deliar Noer, Partai Islam Dipentas Nasional,
Graffi ti Pers, 1984
d. Sulastomo, Hari hari Yang Panjang, PT. Gunung Agung,
1988
e. Agus Salim Sitompul, Historiografi HMI, Tintamas, 1995
f. Ramli Yusuf (ed), 50 tahun HMI mengabdi, LASPI, 1997.
g. Ridwan Saidi, Biografi A. Dahlan Ranuwiharjo, LSPI,
1994.
h. Muhammad Kamal Hasan, Modernisasi Indonesia, Respon
CendikiawanMuslim Masa Orde Baru, LSI 1987.
i. Muhammad Hussein Haikal, Sejarah Hidup Muhammad,
LiteraAntarNusa
j. Dr. Badri Yatim, MA, Sejarah Peradaban Islam, 1, 11, 111,
Rajawali Pers
k. Hasil hasil Kongres HMI
l Prof. DR. Deliar Noer, Gerakan Modern Islam Indonesia
(1902 1942), LP3ES,

29
buku lokakarya 2.indd Sec1:29 30/06/2016 20:36:21
Sejarah Perjuangan HMI
A. PENGANTAR ILMU SEJARAH
Sejarah adalah suatu kebetulan terjadi di masa yang telah lalu
dan benar-benar terjadi, dan kebetulan pula dicatat, biasanya kebenaran
sejarah didukung bukti- bukti yang membenarkan peristiwa itu benar-
benar terjadi. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, ilmu sejarah
adalah suatu pengetahuan atau uraian mengenai peristiwa-peristiwa dan
kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau. Dari penger-
tian atau definisi di atas maka dapatlah dibedakan antara sejarah dan ilmu
sejarah, sejarah adalah kejadian atau peristiwanya, sedangkan ilmu se-
jarah adalah ilmu yang mempelajari kejadian atau peristiwa tersebut.

B. Manfaat dan Kegunaan Mempelajari Ilmu Sejarah


Manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dari kejadian yang
telah lampau adalah pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa yang ter-
jadi pada saat itu, dan dengan mempelajari maka dapat diambil hik-
mah/pelajaran dari peristiwa tersebut. Pada peristiwa yang terjadi dapat
dianalisis kelebihan dan kekurangan yang ada dari peristiwa itu, dan
pengetahuan tersebut dapat meningkatkan kehati-hatian dalam men-
gambil keputusan pada masa saat ini dengan mempertimbangkan prinsip
nilai yang terjadi di masa lalu, karena pada dasarnya peristiwa masa lalu
linear dengan masa saat ini dan yang akan datang.

C. Pengantar Sejarah
1. MISI KELAHIRAN ISLAM Masyarakat Arab Pra
Islam
Masyarakat Arab pra Islam atau yang lebih dikenal dengan ma-
syarakat jahiliyah hidup dalam keterbelakangan, baik pengetahuan, sosial
budaya maupun peradaban. Masyarakat arab pra Islam tidak mengenal
tulis dan baca, walaupun ada yang dapat menulis dan membaca itu han-
ya sebagian kecil saja, namun pemahaman atau kebanggaan akan sas-
tra demikian tingginya, jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat Arab
pada masa itu hidup dalam kebodohan. Posisi wanita pada saat itu tidak
dihargai, mereka hanya dipandang sebagai benda bergerak yang meny-
enangkan, bahkan wanita dianggap sebagai beban dan sumber bencana,
implikasinya adalah ada anggapan jika memiliki anak wanita akan men-
gakibatkan kemiskinan. Dampak dari pandangan itu, maka tak heran jika
mereka sering mengubur bayi wanita hidup-hidup (kalau sekarang, belum

30
buku lokakarya 2.indd Sec1:30 30/06/2016 20:36:21
lahir sudah dibunuh). Selain itu masyarakat Arab pra Islam hidup dalam
perpecahan klan (keluarga besar), karena mereka lebih menonjolkan ego
kesukuan atau kabilah, ini menyebabkan masyarakat Arab sering
berperang antar kabilah dan tidak memiliki rasa kebangsaan yang menye-
babkan bangsa Arab menjadi lemah dan terpecah-pecah

2. Periode Kenabian Muhammad


A. Fase Makkah
Muhammad lahir di Makkah pada masa keadaam masyarakat
yang buruk sekali. Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun
Gajah, bertepatan dengan tanggal 20 April 571 M. Muhammad putra
tunggal dari pasangan Abdullah dan Aminah. Sejak kecil Muhammad
memiliki sifat yang terpuji sehingga kemudian ia dijuluki “al-amin”
atau orang yang dapat dipercaya. Pada usia yang ke-25 Muhammad
menikah dengan seorang janda kaya yang bernama Khadijah. Dalam
masa pernikahannya ini Muhammad sering melakukan perenungan/kon-
templasi di luar kota Makkah, tepatnya di sebuah gua yang bernama Hira,
beliau selalu memikirkan keadaan masyarakatnya yang demikian rusak.
Pada saat Muhammad mendekati usia 40 tahun, beliau makin
sering stress memikirkan bangsanya, sehingga pelariannya dengan me-
nyepi di gua Hira semakin sering kuantitasnya. Suatu malam di bulan
Ramadhan tepatnya tanggal 17 Ramadhan yang bertepatan dengan tang-
gal 6 Agustus 610, datanglah suatu penampakan yang ternyata adalah ma-
laikat Jibril yang menyampaikan wahyu pertama (Al-Alaq : 1 – 5),
dan ini pertanda bahwa Muhammad telah dilantik menjadi rasul dan nabi
walaupun tanpa berita acara. Pasca wahyu di gua Hira, Muhammad
s.a.w. mendapat wahyu-wahyu berikutnya yang memerintahkan ke-
pada Muhammad s.a.w untuk menyampaikan dakwah. Isi dakwahnya
adalah ajakan untuk melakukan perubahan-perubahan yang revolusioner,
perubahan yang dibawa antara lain perubahan akhlak, karena Islam men-
gajarkan akhlak yang baik. Perubahan lain adalah nilai persamaan, yang
dimaksud adalah kesetaraan antar umat manusia, tidak ada perbedaan an-
tara laki-laki dan perempuan, antar ras, bangsa, dan lain sebagainya, di
mata Allah yang berbeda adalah ketaqwaan. Selain itu, ilmu pengetahuan
menjadi sesuatu yang penting untuk dilakukan, serta membangun soli-
daritas persaudaraan yang berimplikasi pada penguatan nasionalisme atau
keutuhan dalam berbangsa dan beragama.
Pada fase Makkah ajaran yang disampaikan Muhammad s.a.w
berkaitan atau berhubungan pada nilai ketauhidan atau iman, karena pada
saat itu jaran Islam baru tegak kembali, sehingga yang harus dibangun

31
buku lokakarya 2.indd Sec1:31 30/06/2016 20:36:21
pertama-tama adalah fondasi aqidah atau iman yang dijadikan landasan
fundamental.
Tiap tahun kota Makkah selalu didatangi oleh kabilah-kabilah
dari seluruh Arab yang datang untuk untuk melakukan shoping atau iba-
dah haji. Muhammad s.a.w melakukan dakwah terhadap orang-orang
tersebut, dan usaha ini tidak sia-sia karena dari kalangan yang berasal dari
daerah-daerah tersebut ada yang menyatakan keimanannya, diantaranya
dari Yastrib. Konsekuensi logis dari gerakan revolusioner berdampak
pada peningkatan konstelasi politik masyarakat Makkah, yang pada akh-
irnya memberikan satu pilihan kepada Muhammad s.a.w untuk mening-
galkan Makkah. Pada hijrah yang kedua, Muhammad s.a.w. mengin-
struksikan kepada para pendukungnya untuk meninggalkan kota Makkah
menuju Yastrib yang dikemudian hari dikenal dengan Madinah. Mu-
hammad s.a.w pun pada akhirnya terpaksa harus meninggalkan Makkah
menuju Madinah, maka dimulailah babak baru dalam Islam, fase Madi-
nah

B. Fase Madinah
Fase Madinah dimulai sejak hijrahnya Muhammad s.a.w dari
Makkah ke Madinah, karena Madinah dianggap baik untuk pembenihan
Islam. Kaum muslimin yang berada di Madinah terbagi menjadi dua
kelompok, yaitu Anshar (kaum muslimin tuan rumah) dan Muhajirin
(kaum muslimin pendatang dari Makkah), maka langkah pertama yang
dilakukan adalah mempertalikan hubungan kekeluargaan atau hubungan
persaudaraan antara kaum Anshar dan Muhajirin, karena hanya dengan
persatuanlah, maka umat Islam akan kuat. Selanjutnya dilakukan lobi-
lobi politik atau perjanjian dengan kelompok di luar Islam yang ada di
Madinah, karena pada saat itu telah ada kelompok lain yang tinggal di
sana, antara lain Yahudi.
Pasca hijrah di madinahlah Muhammad s.a.w. melakukan pem-
binaan masyarakat Islam. Pembinaan masyarakat ini tidak hanya di
bidang aqidah, tetapi juga menyangkut masalah politik, ekonomi, dan
sosial budaya. Di Madinah perkembangan ajaran Islam maju dengan
pesat, pada fase ini ajaran lebih ditekankan pada hukum kemasyara-
katan atau lebih kepada muamallah. Dengan semakin besarnya ka-
mum muslimin, dianggap merupakan ancaman bagi kelompok lain, maka
semakin benci pula orang-orang Quraisy kepada Muhammad s.a.w. dan
para pendukungnya. Konstelasi kebencian makin meningkat sehingga
mengakibatkan timbulnya peperangan, antara lain Badr, Uhud, Ahzab,
Khandaq, dan beberapa perang lainnya. Pada prinsipnya bagi kaum mus-

32
buku lokakarya 2.indd Sec1:32 30/06/2016 20:36:21
limin peperangan ini adalah upaya defensif dan dalam rangka menegak-
kan kalimah tauhid.
Muhammad s.a.w. mangkat dan dimakamkan di Madinah di usia
63 tahun, pada tanggal 12 Rabiul Awal 11 H, bertepatan dengan tanggal 8
Juni 632.

D. LATAR BELAKANG BERDIRINYA HMI

1. Kondisi Islam di Dunia


Kondisi umat Islam dunia pada saat menjelang kelahiran HMI
dapat dikatakan ketinggalan dibandingkan masyarakat Eropa dengan
Reinasance-nya. Ini dapat dilihat dari penguasaan teknologi maupun
pengetahuan, bahkan sebagain besar umat Islam berada di bawah ketiak
penindasan nekolim barat yang notabene dimotori oleh kelompok Kris-
ten. Umat Islam hanya terpaku, terlena oleh kejayaan masa lampau
atau pada zaman keemasan Islam. Umat Islam pada umumnya tidak me-
mahami ajaran Islam secara komprehensif, sehingga mereka hanya ber-
kutat seputar ubudiyah atau ritual semata tanpa memahami bahwa ajaran
Islam adalah ajaran paripurna yang tidak hanya mengajarkan hubungan
manusia dengan Tuhan, namun lebih jauh daripada itu mend-
erivasikan hubungan transenden ke dalam seluruh aspek kehidupan.
Berangkat dari pemahaman ajaran Islam yang kurang, umat be-
rada dalam keterbelakangan dan fenomena ini terjadi dapat dikatakan di
seluruh dunia. Hal tersebut mengakibatkan terpuruknya umat Islam yang
dijanjikan Allah untuk dipusakai alam semesta. Lebih ironis lagi ketika
umat terbagi menjadi berbagai golongan yang hanya berangkat dari ma-
salah khilafiyah, yang bedampak pada melemahnya kekuatan Islam.

2. Kondisi Islam di Indonesia


Tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di dunia saat itu,
umat Islam berada dalam cengkaraman nekolim barat. Penjajah
memperlakukan umat Islam sebagai masyarakat kelas bawah dan diper-
lakukan tidak adil, serta hanya menguntungkan kelompok mereka sendiri
atau rakyat yang sudah seideologi dengan mereka.
Umat Islam Indonesia hanya mementingkan kehidupan akhirat
(katanya sich), dengan penonjolan simbolisasi Isalam dalam ubudiyah,
sebagai upaya kompensasi atas ketidakberdayaan untuk melawan neko-
lim, sehingga pemahaman umat tidak secara benar dan kaffah. Bahkan
ada sebagian ulama ang menyatakan bahwa pintu ijtihad telah ditutup,

33
buku lokakarya 2.indd Sec1:33 30/06/2016 20:36:22
hal ini menyebabkan umat hidup dalam suasana taqlid dan jumud. Se-
lain itu umat Islam Indonesia berada dalam perpecahan berbagai macam
aliran/firqah dan masing-masing golongan melakukan truth claim, hal ini
menyebabkan umat Islam Indonesia tidak kuat akibat kurang persatuan di
kalangan umat Islam di Indonesia.

3. Kondisi Perguruan Tinggi dan Mahasiswa Islam


Perguruan tinggi adalah tempat untuk menuntut ilmu yang akan
menghasilkan para pemimpin untuk masa sekarang dan masa yang akan
datang. Selain itu perguruan tinggi adalah motor penggerak perubah-
an, dan perubahan tersebut diharapkan menuju sesuatu yang lebih baik.
Begitu pentingnya perguruan tinggi, maka banyak golongan yang ingin
menguasainya demi untuk kepentingan golongan tersebut.
Sejalan dengan perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang
strategis tersebut, ada beberapa faktor dominan yang menguasai
dan mewarnai perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan, antara lain
sistem yang diterapkan khususnya di perguruan tinggi adalah sistem pen-
didikan barat yang mengarah pada sekularisme dan dapat menyebabkan
dangkalnya agama atau aqidah dalam kehidupan. Selain itu adanya
organisasi kemahasiswaan yang berhaluan komunis dan ini menye-
babkan aspirasi Islam dan umat Islam kurang terakomodir.
Faktor-faktor di atas adalah ancaman yang serius, karena me-
nyebabkan masalah dalam hidup dan kehidupan serta keberadaan Islam
dan umat Islam. Mahasiswa Islam kurang memiliki ruang gerak karena
berada dalam sistem yang sekuler dan tidak sesuai dengan ajaran Islam,
dan harus menghadapi tantangan dari mahasiswa komunis yang sangat
bertentangan dengan fitrah manusia dan bertentangan pula dengan ajaran
Islam. Jelas sudah bahwa mahasiswa Islam sangat sulit untuk bergerak
memperjuangkan aspirasi umat Islam.

4. Saat Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)


HMI lahir pada saat umat Islam Indonesia berada dalam kondisi
yang memprihatinkan, yaitu terjadinya kesenjangan dan kejumudan pen-
getahuan, pemahaman, penghayatan ajaran Islam sehingga tidak tercer-
min dalam kehidupan nyata.
Pada saat HMI berdiri, sudah ada organisasi kemahasiswaan, yai-
tu Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY), namun PMY didominasi
oleh partai sosialis yang berpaham komunis. Akibat didominasi oleh
partai sosialis maka PMY tidak independen untuk memperjuangkan as-
pirasi mahasiswa, maka banyak mahasiswa yang tidak sepakat dan tidak

34
buku lokakarya 2.indd Sec1:34 30/06/2016 20:36:22
bisa membiarkan mahasiswa terlbaT dalam polarisasi politik. Sebagai
realisasi dari keinginan tersebut maka di Yogyakarta pada tanggal 14
Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan tanggal 5 Pebruari 1947 sebuah
organisasi kemahasiswaan, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) se-
bagai organisasi independen dan sebagai anak umat dan anak bangsa.

E. GAGASAN DAN VISI PENDIRI HMI


1. Sosok Lafran Pane
Berdasarkan penelusuran dan penelitian sejarah, maka Kongres
XI HMI tahun 1974 di Bogor menetapkan Lafran Pane sebagai pemra-
karsa berdirinya HMI, dan disebut sebagai pendiri HMI.
Lafran Pane adalah anak keenam dari Sutan Pangurabaan Pane,
lahir di Padang Sidempuan, 5 Pebruari 1922, pendidikan Lafran Pane ti-
dak berjalan “normal” dan “lurus”. Lafran Pane mengalami perubahan
kejiwaan yang radikal sehingga mendorong dirinya untuk mencari haki-
kat hidup sebenarnya. Desember 1945 Lafran Pane pindah ke Yogya-
karta, karena Sekolah Tinggi Islam (STI) tempat ia menimba ilmu pindah
dari Jakarta ke Yogyakarta. Pendidikan agama Islam yang lebih intensif
ia peroleh dari dosen-dosen STI, mengubur masa lampau yang kelam.
Bagi Lafran Pane, Islam merupakan satu-satunya pedo-
man hidup yang sempurna, karena Islam menjadikan manusia sejahtera
dan selamat di dunia dan akhirat. Pada tahun 1948, Lafran Pane pin-
dah studi ke Akademi Ilmu Politik (AIP). Saat Balai Perguruan Tinggi
Gadjah Mada dan fakultas kedokteran di Klaten, serta AIP Yogyakarta
dinegerikan pada tanggal 19 Desember 1949 menjadi Universitas Gadjah
Mada (UGM), secara otomatis Lafran Pane termasuk mahasiswa pertama
UGM. Setelah bergabung menjadi UGM, AIP berubah menjadi Fakultas
Hukum Ekonomi Sosial Politik, dan Lafran Pane menjadi sarjana
pertama dalam ilmu politik dari fakultas tersebut pada tanggal 26 Januari
1953.

2. Gagasan Pembaharuan Pemikiran Keislaman


Untuk melakukan pembaharuan dalam Islam, maka penge-
tahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalanumat Islam akan
agamanya harus ditingkatkan, sehingga dapat mengetahui dan me-
mahami ajaran Islam secara benar dan utuh. Kebenaran Islam me-
miliki jaminan kesempurnaannya sebagai peraturan untuk kehidupan
yang dapat menghantarkan manusia kepada kebahagian dunia dan
akhirat.

35
buku lokakarya 2.indd Sec1:35 30/06/2016 20:36:22
Tugas suci umat Islam dalah mengajak umat manusia kepada
kebenaran Illahi dan kewajiban umat Islam adalah menciptakan masyara-
kat adil makmur material dan spiritual. Dengan adanya gagasan pemba-
haruan pemikiran keislaman, diharapkan kesenjangan dan kejumudan
pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam
dalpat dilakukan dan dilaksanakan sesuai dengan ajaran Islam. Kebekuan
pemikiran umat Islam telah membawa pada arti agama yang kaku dan
sempit, tidak lebih dari agama yang hanya melakukan peribadatan. Al-
Qur‟an hanya dijadikan sebatas bahan bacaan, Islam tidak ditempatkan
sebagai agama universal. Gagasan pembaharuan pemikiran Islam ini pun
hendaknya dapat menyadarkan umat Islam yang terlena dengan kebesa-
ran dan kejayaan masa lalu.

3.Gagasan dan Visi Perjuangan Sosial Budaya


Ciri utama masyarakat Indonesia adalah kemajemukan sosial
budaya, kemajemukan tersebut merupakan sumber kekayaan bangsa yang
tidak ternilai, tetapi keberagaman yang tidak terorganisir akan mengaki-
batkan perpecahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tujuan awal saat HMI berdiri juga tidak terlepas pada gagasan
dan visi perjuangan sosial budaya, yaitu :
Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi dera-
jat rakyat Indonesia
Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam
Dari tujuan tersebut jelaslah bahwa HMI ingin agar kehidupan
sosial budaya yang ada menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia guna mempertahankan kemerdekaan yang baru diraih. Untuk
menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam pun harus dipelajari kon-
disi sosial budaya gara tidak terjadi benturan kultur.
Masyarakat muslim Indonesia yang hanya memahami ajaran Is-
lam sebatas ritual harus diubah pemahamannya dan keadaan sosial buda-
ya yang telah mengakar ini tidak dapat diubah serta merta, tetapi melalui
proses panjang dan bertahap.

3. Komitmen Keislaman dan Kebangsaan sebagai Dasar


Perjuangan HMI

Dari awal terbentuknya HMI telah ada komitmen keumatan dan


kebangsaan yang bersatu secara integral sebagai dasar perjuangan HMI
yang dirumuskan dalam tujuan HMI yaitu :

36
buku lokakarya 2.indd Sec1:36 30/06/2016 20:36:22
- Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi
derajat rakyat Indonesia yang didalamnya terkandung wawasan atau
pemikiran kebangsaan atau ke-Indonesiaan
- Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam yang di-
dalamnya terkandung pemikiran ke-Islaman
Komitmen tersebut menjadi dasar perjuangan HMI didalam ke-
hidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai organisasi kader, wujud nyata
perjuangan HMI dalam komitmen keumatan dan kebangsaan adalah
melakukan proses perkaderan yang ingin menciptakan kader berkualitas
insan cita yang mampu menjadi pemimpin yang amanah untuk membawa
bangsa Indonesia mencapai asanya.
Komitmen keislaman dan kebangsaan sebagai dasar perjuangan
masih melekat dalam gerakan HMI. Kedua komitmen ini secara jelas
tersurat dalam rumusan tujuan HMI (hasil Kongres IX HMI di Malang ta-
hun 1969) sampai sekarang, “Terbinanya insan akademis, pencipta, pen-
gabdi yang bernafaskan Islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya
masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT”. Namun kedua
komitmen itu tidak dilakukan secara institusional, melainkan dampak
dari proses pembentukan kader yang dilakukan oleh HMI

4. DINAMIKA SEJARAH PERJUANGAN HMI DALAM


SEJARAH PERJUANGAN BANGSA

FASE-FASE PERJUANGAN HMI DAN RELEVANSINYA DENGAN


PERJUANGAN BANGSA

1. Fase Konsolidasi Spiritual dan Proses berdirinya HMI (November


1946-4 Februari 1947)

2. Fase Berdiri dan Pengokohan (5 Feb 1947 - 30 Nov 1947)


Dalam rangka mengokohkan eksistensi HMI Maka diadakan
berbagai aktivitas untuk popularisasi organisasi dengan mengadakan ce-
ramah-ceramah ilmiah, rekreasi, malam-malam kesenian.Di bidang or-
ganisasi didirikan cabang-cabang baru seperti Klaten, Solo dan Yogya-
karta.

3. Fase perjuangan bersenjata dan perang kemerdekaan, serta mengha-


dapi penghianatan I PKI (1947-1949)
Untuk menghadapi pemberontakan PKI Madiun 18 September
1948, Ketua PPMI/ Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirto Sudiro memben-

37
buku lokakarya 2.indd Sec1:37 30/06/2016 20:36:22
tuk Corps Mahasiswa (CM), dengan komandan Hartono Wakil Komandan
Ahmad Tirto Sudiro, ikut membantu pemerintah menumpas pemberon-
takan PKI di Madiun, dengan mengerahkan anggota CM ke gunung-gu-
nung memperkuat aparat pemerintah. Sejak itulah PKI menaruh dendam
pada HMI.

4. Fase pembinaan dan pengembangan organisasi (1950-1963)


Sejak tahun 1950 dilaksanakan konsolidasi organisasi sebagai
masalah besar dan pada bulan juli 1950 PB HMI dipindahkan dari Yo-
gya ke Jakarta. Diantara usaha-usaha yang dilaksanakan selama 13 tahun
yaitu: pembentukan cabang-cabang baru, menerbitkan majalah media, 7
kali kongres, pengesahan atribut HMI sebagai lambang, bendera, muts,
Hymne HMI, merumuskan tafsir azas HMI, pembentukan Badko, mene-
tapkan metode training HMI, pembentukan lembaga -lambaga HMI. Di-
bidang ekstern: pendayagunaan PPMI, Menghadapi Pemilu I 1955, Pen-
egasan independensi HMI, mendesak pemerintah supaya mengeluarkan
UU Perguruan Tinggi, pelaksanaan pendidikan agama sejak dari SR sam-
pai Perguruan Timggi dll.

5. Fase Tantangan
a. Setelah Masyumi dan GPII berhasil dipaksa bubar, maka PKI men-
ganggap HMI sebagai kekuatan ketiga umat islam. Maka digariskan
Plan 4 tahun PKI untuk membubarkan HMI, dimana menurut plan atau
rencana itu HMI harus bubar sebelum Gestapu/PKI meletus.
b. Dendam kesumat PKI terhadap HMI, menempatkan HMI sebagai
organisasi yang harus dibubarkan karena dianggap sebagai penghalang
bagi tecapainya tujuan PKI. Sementara itu HMI berhasil mengadakan
konsolidasi organisasi, dimana HMI tampil sebagai organisasi yang
meyakinkan
c. Tujuan dan target pembubaran HMI adalah untuk memotong kader-
kader umat islam yang akan dibina oleh HMI.
d. Untuk membubarkan HMI dibentuklah panitia aksi pembubaran HMI
di Jakarta (GMNI, IPPI, GERMINDO, GMD, MMI, CGMI) dll. Men-
jawab tantangan tersebut, Generasi Muda Islam yang terbentuk tahun
1964 membentuk panitia solidaritass pembelaan HMI.
e. Dalih Pengganyangan terhadap HMI berupa fitnah dan hasutan sejak
dari yang terbaik sampai yang terkeji, HMI dikatakan anti Pancasila,
anti UUD 1945, anti PBR Soekarno dan lain-lain.
f. Dukungan dan pembelaan terhadap HMI walaupun HMI dituntut
dibubarkan oleh PKI,CGMI dan segenap kekuatan dan simpatisannya,

38
buku lokakarya 2.indd Sec1:38 30/06/2016 20:36:22
namun para pejabat sipil maupun militer para pimpinan organisasi dan
mahasiswa serta tokoh islam turut membela dan mempertahankan hak
hidup HMI.Berdasarkan kebijaksanaan Panglima Besar Kotrar Presiden
Soekarno dengan surat keputusan tanggal 17 September 1965, HMI din-
yatakan jalan terus.
g. Strategi HMI Menghadapi PKI menggunakan PKI (Pengamanan,
Konsolidasi, Integrasi)
h. Anti klimaks Gestapu meletus, ketajaman politik HMI telah men-
cium bahwa pemberontakan tersebut dilakukan PKI. PB HMI meng-
hadap Pangdam V Jaya Mayor Jendja Umar Wira Hadi Kusumah dan
menyatakan :Pemberontakan itu dilakukan oleh PKI, HMI menuntut
supaya PKI dibubarkan, Karena pemberontakaitu menyangkut masalah
politik ,maka harus diselesaikan secara politik, HMI akan memberikan
bantuan apa saja yang diperlukan pemerintah untuk menumpas pembe-
rontakan Gestapu PKI.

6. Fase kebangkitan HMI sebagai pejuang Orde Baru dan pelopor ke-
bangkitan angkatan ‘66 (1966-1968)
a. Tanggal 1 Oktober 1965 adalah tugu pemisah antara orde lama dengan
orde baru. Apa yang disinyalir PKI, seandainya PKI Gagal dalam pem-
berontakan HMI akan tampil kedua kalinya menumpas pemberontakan
PKI betul-betul terjadi. Wakil ketua PB HMI Mar’ie Muhammad tang-
gal 25 Oktober 1965 mengambil inisiatif mendirikan KAMI (Kesatuan
Aksi Mahasiswa Indonesia).
b. Tritura 10 Januari 1966 : Bubarkan PKI, retool kabinet, turunkan
harga. Kemudian Dikeluaarkan Surat Perintah Sebelas Maret 1966.Dan
pada tanggal 12 Maret PKI dibubarkan dan dilarang.
c. Kabinet Ampera teerbentuk. Alumni HMI masuk dalam kabinet, dan
HMI diajak hearing dalam pembentukan kabinet.

7. Fase partisipasi HMI dalam pembangunan (1969-sekarang)


Setelah Orde baru mantap dimulailah rencana pambangunan
lima tahun oleh pemerintah. HMI sesuai dengan lima aspek telah mem-
berikan sumbangan dan partisipasinya dalam pembangunan : 10 Partisi-
pasi dalam pembentukan suasana, situasi dan iklim yang memungkinkan
dilaksanakannya pembangunan, 20 partisipasi dalam pemberian konsep-
konsep dalam berbagai aspek pemikiran, 30 partisipasi dalam bentuk
langsung pembangunan.

39
buku lokakarya 2.indd Sec1:39 30/06/2016 20:36:23
8. Fase kebangkitan intelektual dan pergolakan pemikiran (1970-1994)
Pada tahun 1970 Nurcholis Majid menyampaikan ide pembaha-
ruan dengan topik Keharusan Pembaharuan pemikiran dalam islam dan
masalah integrasi umat. Sebagai konsekuensinya di HMI timbul pergo-
lakan pemikiran dalam berbagai substansi permasalahan timbul perbe-
daan pendapat, penafsiran dan interpretasi. Hal ini tercuat dalam bentuk
seperti persoalan negara islam, islam kaffah, sampai pada penyesuaian
dasar HMI dari Islam menjadi Pancasila.

9. Fase Reformasi (1995-sekarang)


Secara historis sejak tahun 1995 HMI mulai melaksanakan
gerakan reformasi dengan menyampaikan pandangan dan kritik kepada
pemerintah. Sesuai dengan kebijakan PB HMI, bahwa HMI tidak akan
melakukan tindaka-tindakan inkonstitusional dan konfrontatif.Koreksi
pertama disampaikan Yahya Zaini Ketum PB HMI ketika menyampaikan
sambutan pada pembukaan Kongres XX HMI di Istana Negara Jakarta
tanggal 21 Januari 1995. Kemudian pada peringatan HUT RI ke-50 Taufik
Hidayat Ketua Umum PB HMI menegaskan dan menjawab kritik-kritik
yang memandang HMI terlalu dekat dengan kekuasaan. Bagi HMI kekua-
saan bukan wilayah yang haram. Pemikiran berikutnya disampaikan Anas
Urbaningrum pada peringatan Dies Natalis HMI ke-51 di Graha Insan
Cita Depok tanggal 22 Februari 1998 dengan judul urgensi “reformasi
bagi pembangunan bangsa yang bermarbat”.

40
buku lokakarya 2.indd Sec1:40 30/06/2016 20:36:23
SISTEM PENDIDIKAN SINGKAT (SINDIKAT)
HMI CABANG PONOROGO
Nama Komisariat :
Materi Training : Konstitusi HMI
Jenjang training : Latihan Kader I (LK I)
Alokasi Waktu : 250 Menit
Lampiran : Bahan Ajar Konstitusi HMI
A. Standar Kompetensi
Peserta dapat memahami kedudukan, fungsi dan peran Konstitusi dalam
HMI
Peserta dapat memahami ruang lingkup konstitusi

B. Kompetensi Dasar
Peserta dapat memahami pengertian, kedudukan, fungsi, dan peran
Konstitusi dalam HMI
Peserta dapat memahami ruang lingkup konstitusi HMI
Peserta dapat memahami pedoman pedoman pokok HMI
Peserta dapat memahami hubungan konstitusi dengan pedoman pedo-
man pokok HMI yang lain.

C. Indikator
Peserta dapat memahami pengertian Hukum
Peserta dapat memahami pengertian Konstitusi HMI
Peserta dapat memahami kedudukan, fungsi dan peran Konstitusi HMI
Peserta dapat memaknai Mukadima, AD dan ART Konstitusi HMI
Peserta dapat memahami pedoman pedoman pokok HMI
Peserta dapat memahami hubungan antara konstitusi dengan pedoman
pedoman pokok hmi yang lain.

D. BAHAN AJAR
Buku materi Konstitusi HMI

E. METODE
Ceramah
STAD

41
buku lokakarya 2.indd Sec1:41 30/06/2016 20:36:23
F. Langkah- langkah Pembelajaran Forum
AKTIFITAS METODE TIME
Aktivitas Awal
1. Pemateri memberikan salam kepada peser-
ta 20 m
2. Pemateri memberikan pertanyaan tentang
hukum “menurut kalian apakah definisi dari
hukum?” kepada peserta (apersepsi dengan Brainstorming
tujuan mengetahui kemampuan awal peserta)
3. Pemateri menjelaskan hakekat hukum
tentang pengertian dan fungsi hukum.
4. Pemateri menjelaskan bagaimana hubun-
gan antara konstitusi dan hukum
5. Pemateri memberikan pengertian hukum
pidana, perdata ataukah hukum konstitusional
digunakan dalam HMI
Kegiatan utama
6. Pemateri memberikan pengertian tentang 20 m
konstitusi HMI
Pemateri memberi pengertian tentang apa Brainstorming
kedudukan, fungsi dan perankonstitusi HMI
7. Pemateri memberikan penjelasan tentang Brainstorming
mukadimah konstitusi HMI dan makna dari
mukadimah konstitusi HMI STAD 30 m
8. Pemateri memberi pengarahan bahwa akan
melanjutkan pembahasan tentang AD dan ART
HMI, Struktur Kekuasaan, Struktur Kepe-
mimpinan, pedoman atribut dan Administrasi
9. Kesekretariatan dengan diskusi kelompok
(menggunakan model pembelajaran STAD 120
dengan tujuan penanaman esensi dari konsti- m
tusi sesuai dengan tema diskusi yang diberikan
pemateri)
10. Pemateri membagi peserta dalam 4 ke-
lompok yakni :
Kelompok pertama membahas tentang AD
dan ART HMI

42
buku lokakarya 2.indd Sec1:42 30/06/2016 20:36:23
a. Kelompok pertama membahas tentang AD
dan ART HMI
b. Kelompok kedua membahas tentangstruk-
tur kepemimpinan, struktur kekuasaan.
c. Kelompok ketiga membahas tentang ad-
ministrasi dan kesekretariatan
d. Kelompok keempat membahas tentang
atribut HMI
11. Setiap kelompok berdiskusi sesuai buku
yang telah diberikan dan dipandu oleh pema-
teri.
12. Setelah setiap kelompok diberi waktu se-
lama 30 menit berdiskusi perwakilan dari se-
tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi
setiap kelompok dipandu oleh pemateri
13. Setelah presentasi dari kelompok, pemateri
mengarahkan peserta pada setiap kelompok
bertanya tentang apa yang disampaikan.
14. Pemateri juga mengarahkan kepada kelom-
pok presentasi untuk menjawab pertanyaan
dari peserta lagi
15. Pemateri memandu jalannya presentasi
hingga semua bahan diskusi selesai disam-
paikan oleh setiap kelompok.
16. Setelah presentasi pemateri memberikan
pelurusan akan apa yang telah didiskusikan
setiap kelompok.
17. Pemateri meminta peserta kembali den-
gan posisi duduk semula.
18. Pemateri menjelaskan tentang hubungan
antara Pedoman – Pedoman pokok HMI den-
gan AD dan ART HMI.
Kegiatan penutup
19. Pemateri memberikan kesimpulan atau ceramah 20 m
esensi dari pembelajaran konstitusi HMI
20. Pemateri memberikan saran dan kata
penutup dari materi konstitusi
21. Pemateri menutup dengan salam.

43
buku lokakarya 2.indd Sec1:43 30/06/2016 20:36:23
G. Refrensi
1. Hasil-hasil kongres.
2. Zainal Abidin Ahmad, Piagam Muhammad, Bulan Bintang, t.t.
3. Prof. DR. Mukhtar Kusuatmadja, SH, LMM dan DR. B. Sidharta, SH,
Pengantar Ilmu Hukum; Suatu pengenalan Pertama berlakunya Ilmu
Hukum, Penerbit Alumni, Bandung, 2000.
4. Prof. Chainur Arrasjid, SH. Dasar-dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika,
Jakarta, 2000
5. UUD 1945 (untuk perbandingan)
6. Literatur lain yang relevan.

44
buku lokakarya 2.indd Sec1:44 30/06/2016 20:36:23
MATERI KONSTITUSI HMI
A. Pengertian
Konstitusi adalah bentuk peraturan perundangan yang terting-
gi yang menjadi dasar dan sumber semua peraturan perundangan yang
dibawahnya dalam suatu organisasi/negara.
Konstitusi :-
- Aturan pokok
-. Hukum pokok
Qur’an & Hadist Islam
Pancasila & UUD 1945 Indonesia
AD/ART Organisasi

Syarat yang harus dimiliki agar konstitusi menjadi penentu arah,


tindakan dan piagam (sebagai dasar pijakan) :
1. Bentuknya
Sebagai naskah tertulis yang merupakan perundangan tertinggi
yang berlaku dalam suatu organisasi/negara.
2. Isinya
Merupakan peraturan yang bersifat fundamental; artinya
tidak semua masalah yang penting harus dibuat, melainkan hal-hal yang
bersifat pokok, dasar atau azas-azasnya saja.
3. Sifatnya
- Universal
- Fleksibel
- Luwes

B. PIAGAM MADINAH

(Untuk perbandingan) Prinsip-prinsip umum atau pokok-pokok


pikiran
1. Monotheisme
Konsep tauhid terdapat dalam Mukadimmah, pasal 22, 23, 42 dan akhir
pasal 47
2. Persatuan dan kesatuan
Terdapat dalam pasal 1, 15, 17, 25, dan 37
3. Persamaan dan keadilan
Terdapat pada pasal 13, 15, 16, 22, 24, 37, dan 40

45
buku lokakarya 2.indd Sec1:45 30/06/2016 20:36:23
4. Kebebasan beragama
Terdapat pada pasal 25
5. Bela negara
Tersirat dalam pasal 24, 37, 38, dan 44
6. Pelestarian adat yang baik
Terdapat dalam pasal 2 – 10. Adat yang dipertahankan seperti gotong-
royong, pembayaran diat dan tebusan tawanan.

C. Ruang Lingkup Konstitusi HMI Mukadimmah


Alinea 1 :
1. Islam ajaran yang haq dan sempurna (Ali Imron 19)
2. Fitrah manusia : Hanief/cenderung pada kebenaran (Al-Araf 172)
3. Khalifah fil ardh (Al-Baqarah 30)
4. Pengabdian diri (Az-Zariat 56)
Alinea 2 :
Azas keseimbangan (Al-Qashash 77) Duniawi – Ukhrawi, Indi-
vidu – Sosial, Iman – Ilmu – Amal.
Alinea 3 :
1. Kemerdekaan merupakan rahmat Allah SWT (At-Taubah 41, Al-Baqa-
rah 105, Yunus 25)
2. Umat Islam wajib mengisi kemerdekaan (fungsi umat Islam) (Al-Anfal
61, Al-Jum‟ah 10, Ar-Radu 11)
3. Adil makmur
Alinea 4 :
1. Fungsi generasi muda Islam
2. Orientasi pengabdian kepada Allah SWT (Az-Zariat 56)

D. Makna HMI sebagai Organisasi berasaskan Islam


HMI adalah organisasi yang menghimpun mahasiswa yang
(mengaku) bergama Islam dimana secara individu dan organisatoris me-
miliki cirri-ciri keislaman, dan menjadikan Al-Qur‟an dan As-Sunah
sebagai sumber norma, sumber nilai, sumber inspirasi dan sumber
aspirasi di dalam setiap aktivitas dan dinamika organisasi.

E. Anggaran Dasar dan Rumah Tangga HMI


Anggaran Dasar dan Rumah Tangga HMI merupakan kon-
stitusi HMI, isinya memuat aturan-aturan pokok organisasi yang bersi-

46
buku lokakarya 2.indd Sec1:46 30/06/2016 20:36:24
fat fundamental. Secara khusus masalah-masalah yang memerlukan
penjelasan lebih lanjut diurai dalam beberapa naskah, yaitu penjelasan
dan pedoman-pedoman organisasi lainnya.
Hal utama yang harus diketahui kader selain asas dan implikasin-
ya adalah masalah tentang keanggotaan, dan struktur organisasi. Yang
dapat menjadi anggota HMI adalah mahasiswa Islam yang terdaftar pada
perguruan tinggi dan/atau yang sederajat yang ditetapkan oleh Pengurus
HMI Cabang/Pengurus Besar HMI. Keanggotaan HMI dibagi menjadi
tiga, yaitu :
1. Anggota Muda
Anggota muda adalah mahasiswa Islam yang menuntut ilmu di
perguruan tinggi atau yang sederajat dan telah mengikuti Maperca
2. Anggota Biasa
Anggota biasa adalah anggota muda yang telah memenuhi syarat
dan atau anggota muda yang telah mengikuti Latihan Kader I
3. Anggota Kehormatan
Anggota kehormatan adalah orang yang berjasa kepada HMI
yang telah ditetapkan oleh Pengurus HMI Cabang/Pengurus Besar
HMI.
Setiap mahasiswa Islam yang berkeinginan untuk bergabung di
HMI dengan status sebagai anggota harus mengajukan permohonan se-
cara menyatakan secara tertulis kesediaan mengikuti dan menjalankan
AD/ART serta pedoman HMI lainnya kepada pengurus cabang setem-
pat. Apabila yang bersangkutan memenuhi syarat dan telah mengikuti
Maperca, maka dinyatakan sebagai anggota muda HMI, kemudian jika
anggota muda tersebut telah megikuti dan lulus Latihan Kader I akan
dinyatakan sebagai anggota biasa HMI.
Masa keanggotaan HMI dihitung sejak kelulusan dari Latihan
Kader I dan akan berakhir maksimum 5 (lima) tahun untuk program S0,
7 (tujuh) tahun untuk program S1, dan 9 (sembilan) tahun untuk program
pasca sarjana. Perhitungan tahun antar program bukan dibuat akumulasi.
Selain habis masa keanggotaan, status anggota HMI juga dapat berakhir
jika anggota yang bersangkutan meninggal dunia, mengundurkan diri, dan
diberhentikan atau dipecat. Dalam keadaan tertentu masa keanggotaan
dapat diperpanjang apabila yang bersangkutan masih menduduki kepen-
gurusan di HMI, dan akan diperpanjang sampai masa kepengurusannya
berakhir.
Anggota muda HMI mempunyai hak bicara tetapi tidak mempu-
nyai hak suara (gimana bisa bicara kalo bersuara tidak boleh), dan mengi-
kuti Latihan Kader I. Anggota biasa memiliki hak suara sehingga otoma-

47
buku lokakarya 2.indd Sec1:47 30/06/2016 20:36:24
tis punya hak bicara, mengikuti latihan dalam organisasi sesuai dengan
peruntukannya, dan mempunyai hak untuk dipilih sebagai fungsionaris
pengurus HMI sesuai dengan peruntukannya. Anggota kehormatan dapat
mengajukan saran/usul dan pertanyaan kepada pengurus secara lisan atau
tertulis.
Anggota HMI berkewajiban untuk menjaga nama baik organ-
isasi, berpartisipasi dalam seluruh kegiatan HMI. Khusus untuk anggota
muda dan anggota biasa, juga harus membayar uang pangkal dan iuran
organisasi.
Anggota HMI dapat dipecat karena dua hal :
1. Bertindak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetap-
kan oleh HMI

2. Bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik organisasi


Yang bisa mencabut status keanggotaan HMI adalah Pengurus
HMI Cabang dan Pengurus Besar HMI, dengan prosedur yang telah dia-
tur secara khusus.

F. STRUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi HMI terbagi menjadi 2 (dua), yaitu (1) Struk-
tur Kekuasaan, dan (2) Struktur Pimpinan.
Struktur kekuasaan secara hirarki terdiri dari :
1. Kongres
2. Konferensi/Musyawarah Cabang
3. Rapat Anggota Komisariat
Struktur pimpinan secara hirarki terdiri dari :
1. Pengurus Besar HMI
2. Pengurus HMI Cabang
3. Pengurus HMI Komisariat

G. Pedoman-Pedoman Dasar Organisasi


1. Pedoman Perkaderan
Pedoman perkaderan adalah aturan yang khusus membahas ten-
tang sistem perkaderan yang dilakukan di HMI. Sistem inilah yang di-
laksanakan secara masif, seragam, standar, dan menyeluruh oleh seluruh
komponen HMI.
Hal-hal yang menjadi pokok dalam sistem perkaderan HMI
adalah :
A Tujuan Perkaderan
Terciptanya kader Muslim-Intelektual-Profesional yang be-

48
buku lokakarya 2.indd Sec1:48 30/06/2016 20:36:24
rakhlakul karimah serta mampu mengemban amanah Allah sebagai
khalifah fil ardh dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
B. Aspek Perkaderan
1. Pembentukan integritas watak dan kepribadian
2. Pengembangan kualitas intelektual
3. Pengembangan kemampuan professional
C. Landasan Perkaderan
1. Landasan teologis
2. Landasan ideologis
3. Landasan konstitusi
4. Landasan historis
5. Landasan sosio-kultural
D. Pola Dasar Perkaderan
1. Rekrutmen
2. Pembentukan Kader
a. Training Formal
b. Pengembangan :
-. Up-Grading
-. Pelatihan
-. Aktivitas
3.Pengabdian

2. Pedoman KOHATI
KOHATI adalah singkatan dari Korps HMI-Wati. KOHATI
merupakan badan khusus HMI yang bertugas untuk membina, mengem-
bangkan dan meningkatkan potensi HMI-Wati dalam wacana dan din-
amika gerakan keperempuanan. KOHATI didirikan pada tanggal 2 Ju-
madil Akhir 1386 H yang bertepatan dengan tanggal 17 September 1966
pada Kongres VIII HMI di Solo, KOHATI berkedudukan dimana HMI
berada.
KOHATI bertujuan “Terbinanya muslimah yang berkualitas in-
san cita”. KOHATI merupakan organisasi yang bersifat semi otonom.
KOHATI memiliki fungsi sebagai wadah peningkatan dan pengembangan
potensi kader HMI dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan.
Dalam internal HMI, KOHATI berfungsi sebagai bidang keperempuanan,
dan di eksternal HMI, KOHATI berfungsi sebagai organisasi perempuan.
KOHATI berperan sebagai pencetak dan pembinan muslimah sejati untuk
menegakkan dan mengembangkan nilai- nilai keislaman dan keindone-
siaan. Yang dapat menjadi anggota KOHATI adalah HMI-Wati yang
telah lulus Latihan Kader I HMI.

49
buku lokakarya 2.indd Sec1:49 30/06/2016 20:36:24
3. Pedoman Lembaga Kekaryaan

4. Sejarah Lembaga Kekaryaan HMI


Terbentuknya lembaga kekaryaan sebagai satu dari institusi HMI
terjadi pada kongres ke tujuh HMI di Jakarta pada tahun 1963 dengan
diputusakannya mendirikan beberapa lembaga khusus (sekarang lembaga
kekaryaan) dengan pengurus pusatnya ditentukan berdasarkan kuota yang
mempunyai potensi terbesar pada jenis aktifitas lembaga kekaryaan yang
bersangkutan diantaranya :
a. Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI) dipusatkan di Surabaya
b. Lembaga Da‟wah mahasiswa Islam (LDMI) yang dipusatkan di
Bandung
c. Lembaga Pembangunan Mahasiswa Islam (LPMI) pusatnya di Makas-
sar
d. Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam (LSBMI) pusatnya di Yogyakarta
Dan kondisi politik tahun 60-an berorientasi massa, lembaga
kekaryaan pun semakin menarik sebagai suatu faktor bagi berkembang
pesatnya lembaga kekaryaan ditunjukkan dari :
a. Adanya hasil penelitian yang menginginkan dipertegasnya status lem-
baga kekaryaan, struktur organisasi dan wewenang lembaga kekaryaan
b. Keinginan untuk menjadi lembaga kekaryaan otonom penuh ter-
hadap organisasi induk HMI
Kemudian sampai pada tahun 1966 diikuti oleh pembentukan
Lembaga Tekhnik Mahasiswa Islam (LTMI), Lembaga Pertanian Ma-
hasiswa Islam (LPMI), Lembaga Astronomi Mahasiswa Islam (LAMI).
Akhirnya dengan latar belakang di atas melalui kongres VIII HMI di Solo
melahirkan keputusan Kongres dengan memberikan status otonom penuh
kepada lembaga kekaryaan dengan memberikan hak yang lebih kepada
lembaga kekaryaan tersebut, antara lain :
a. Memilikistruktur organiasasi yang bersifat nasional dari tingkat pusat
sampai rayon
b. Memiliki Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga (PD/PRT)
sendiri
c. Bentuk megadakan musyawarah lembaga termasuk memilih pimp-
inan lembaga
Keputusan-keputusan di atas di satu pihak lebih mengarahkan
kepada kegiatan lembaga, namun di lain pihak lebih merugikan organ-
isasi ke tingkat induk bahkan justru menimbulkan permasalahan serius.
Ini dibuktikan dengan adanya evaluasi pada kongres di Malang pada

50
buku lokakarya 2.indd Sec1:50 30/06/2016 20:36:24
tahun 1969, dimana kondisi pada saat tersebut lembaga kekaryaan su-
dah cenderung mengarah kepada perkembangan untuk melepaskan diri
dari organisasi induknya, sehingga dalam evaluasi kongres IX HMI di
Malang tahun 1969 antara lain melalui papernya mempertanyakan :
1. Status lembaga dan hubungan dengan organisasi induknya (HMI)
2. Perlu tidaknya penegasan oleh kongres, bahwa lembaga kekaryaan
adalah bagian mutlak dari HMI misalnya LKMI menjadi LK HMI,
LDMI menjadi LD HMI, dsb.
Setelah kongres X di Palembang tahun 1971, perubahan kelem-
bagaan tidak lagi menjadi permasalahan dan perhatian Himpunan. Ha ini
mengakibatkan lembaga kekaryaan perlahan-lahan mengalami kemun-
duran dan puncaknya terjadi saat diterbitkannya SK Mendikbud tentang
pengaturan kehidupan kemahasiswaan melalui NKK/BKK tahun 1978.
Namun realitas perkembangan organisasi merasakan perlu di-
hidupkannya kembali, lembaga kekaryaan yang dikukuhkan melalui
kongres XIII HMI di Ujung Pandang. Kemudian LK menjadi perhatian/
alternatf baru bagi HMI karena gencarnya isu profesionalisme. Melalui
kongres XVI di Padang tahun 1986 pendayagunaan LK kembali dicanan-
gkan.

5. Lembaga Kekaryaan
Yang dimaksud dengan Lembaga Kekaryaan adalah badan-
badan khusus HMI (diluar KOHATI, LPL) yang bertugas melaksanakan
kewajiban-kewajiban HMI sesuai dengan fungsi dan bidangnya (ladang
garapan) masing-masing, latihan kerja berupa dharma bhakti kema-
syarakatan dalam proses pembangunan bangsa dan negara. Sebagaima-
na terdapa dalam unsur-unsur pokok Esensi Kepribadian HMI yang me-
liputi :
a. Dasar Tauhid yang bersumber pada Al-Qur‟an dan Sunnah Rasul yak-
ni dasar keyakinan bahwa “Tiada Tuhan melainkan Allah”, dan
Allah adalah merupakan inti daripada iman, Islam dan Ihsan.
b. Dasar keseimbangan yaitu keharmonisan antara pemenuhan tugas
dunia dan akhirat, jasmaniah dan rohaniah, iman dan ilmu menuju ke-
bahagiaan
hidup dunia dan akhirat.
c. Kreatif, yakni memiliki kemampuan dengan cipta dan daya pikir na-
sional dan kritis, hingga memilki kebijakan untuk berilmu amaliah dan
beramal ilmiah.
d. Dinamis, yaitu selalu dalam keadaan gerak dan terus berkembang
serta dengan cepat memberikan respon terhadap setiap tantangan yang

51
buku lokakarya 2.indd Sec1:51 30/06/2016 20:36:25
dihadapi sehingga memiliki fungsi pelopor yang militan.
e. Pemersatu, yaitu sikap dan perbuatan angkatan muda yang meru-
pakan kader seluruh umat Islam Indonesia menuju persatuan nasional.
f. Progresif dan Pembaharu, yaitu sikap dan perbuatan orang muda pa-
triotik mengutamakan kepentingan bersama bangsa datas kepentingan
pribadi. Memihak dan membela kaum-kaum yang lemah dan tertindas
dengan menentang penyimpangan dan kebatilan dalam bentuk dan man-
ifestasinya. Aktif dalam pembentukan dan peranan umat Islam Indone-
sia yang adil dan makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.
Dilihat dari jenisnya, maka lembaga kekaryaan yang pernah ada :
a. Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI)
b. Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI)
Lembaga Da‟wah Mahasiswa Islam (LDMI)
c. Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam (LAPENMI)
d. Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI)
Lembaga Teknologi Mahasiswa Islam (LTMI)
e. Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam (LSMI)
f. Lembaga Astronomi Mahasswa Islam (LAMI)
g. Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI)
h. Lembaga Hukum Mahasiswa Islam (LHMI)
i. Lembaga Penelitian Mahasiswa Islam (LEPMI)
j. Dan lembaga-lembaga yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan
karena lembaga kekaryaan adalah badan pembantu pimpinan HMI,
maka dengan melaksanakan tugas/fungsional (sesuai dengan bidang-
nya masing-masing) haruslah terlebih dahulu dirumuskan dalam suatu
musyawarah tersendiri. Musyawarah badan yang selanjutnya disebut
rapat kerja itu, bertugas untuk menjabarkan program HMI yang telah
diputuskan oleh instansi-instansi kekuasaan HMI.

6. Maksud dan Fungsi Lembaga Kekaryaan


Adanya lembaga kekaryaan dimaksudkan untuk mempertajam
alat pencapai tujuan HMI, sehingga dalam proses dapat terbentuk arah
yang jelas, agar pelaksanaan, pembinaan dan pengembangan Lembaga
Kekaryaan benar dapat terkoordinasikan.
Adapun fungsi dari lembaga kekaryaan adalah :
a. Melaksanakan peningkatan wawasan profesionalsme anggota,
sesuai dengan bidang masing-masing, (Pasal 59 ART HMI) dan lembaga
kekeryaan bertanggung jawab kepada pengurus HMI setempat, (Pasal 60
ayat d ART HMI)

52
buku lokakarya 2.indd Sec1:52 30/06/2016 20:36:25
b. Melaksanakan dan mengembangkan kebijaksanaan HMI untuk me-
ningkatkan keahlian para anggota melalui pendidikan, penelitian dan lati-
han kerja praktis serta darma bakti kemasyarakatan (pasal 60 ayat b ART
HMI)
7. Pedoman Atribut HMI
Pedoman atribut HMI berisi tentang lagu, lambing dan berbagai
macam penerapannya.

Lagu HMI
laguyang dijadikan sebagai Hymne HMI adalah lagu yang dicip-
takan oleh RM Akbar sebagai berikut :

HYMNE
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Bersyukur dan Ikhlas
Himpunan Mahasiswa Islam
Yakin Usaha Sampai Untuk kemajuan
Hidayah dan taufiq Bahagia HMI
Berdoa dan Ikrar
Menjunjung tinggi syiar Islam
Turut Qur‟an dan hadist
Jalan keselamatan
Ya Allah berkati Bahagia HMI

Lambang HMI
a. Pengunaan lambang HMI dapat diterapkan pada :
b. Lencana/Badge HMI
c. Bendera
d. Stempel
e. Kartu Anggota
f. Papan Nama HMI
g. Gordon/Selempang HMI
Aksesoris atau perlengkapan lain dengan tidak menyimpang dari lambang
dan penggunaannya Aturan penggunaan dan lainnya diatur dengan rinci.
Atribut lain yang digunakan dalam HMI adalah :
a. Muts/Peci HMI
b. Baret HMI
c. Segala sesuatu yang berkaitan dengan atribut diatur dalam ketentuan
khusus.

53
buku lokakarya 2.indd Sec1:53 30/06/2016 20:36:25
1. Bentuk huruf alif :
-. ebagai huruf hidup, lambang optimis ke-
hidupan HMI
2. Huruf alif merupakan angka 1 (satu)
lambang, dasar/semangat HMI
2. Bentuk perisai :
Lambang kepeloporan HMI
3. Bentuk jantung :
Jantung adalah pusat kehidupan manusia,
lambang proses perkaderan HMI
4. Bentuk pena :
Melambangkan bahwa HMI adalah or-
ganisasi mahasiswa yang senantiasa haus
akan ilmu pengetahuan
5. Gambar bulan bintang :
Lambang keimanan seluruh umat Islam di dunia
6. Warna hijau :
Lambang keimanan dan kemakmuran
7.Warna hitam :
Lambang ilmu pengetahuan
8. Keseimbangan warna hijau dan hitam :
Lambang keseimbangan, esensi kepribadian HMI
9. Warna putih :
Lambang kesucian dan kemurnian perjuan-
gan HMI
10. Puncak tiga :
-. Lambang Iman, Islam dan Ikhsan
-. Lambang Iman, Ilmu dan Amal
11. Tulisan HMI :
Kepanjangan dari Himpunan Mahasiswa Islam

Hubungan Konstitusi dan Pedoman lainnya


Pada dasarnya konstitusi hanya memberikan aturan yang bersifat
umum, aturan secara khusus dijelaskan dalam pedoman-pedoman lainnya.
Pedoman lain berfungsi sebagai penjelasan teknis hal-hal yang dibahas
dalam konstitusi, sehingga tidak boleh bertentangan dengan konstitusi.
Secara hirarki hukum konstitusi merupakan aturan tertinggi.

54
buku lokakarya 2.indd Sec1:54 30/06/2016 20:36:25
SISTEM PENDIDIKAN SINGKAT (SINDIKAT)
HMI CABANG PONOROGO
Nama Komisariat :
Materi Training : MISSIONHMI
Jenjang training : Latihan Kader I (LK I)
Alokasi Waktu : 210 menit
Lampiran : Bahan Ajar MISSION HMI

A. Tujuan Umum
1. Peserta dapat memahami missi HMI
2. Peserta dapat memahami hubungan missi HMI dengan status, sifat,
asas, tujuan, fungsi dan peran organisasi HMI secara intergral.
B. Tujuan Khusus
1. Peserta dapat menjelaskan fungsi dan peranannya sebagai maha-
siswa
2. Peserta dapat menjelaskan tafsir tujuan HMI
3. Peserta dapat menjelaskan hakikat fungsi dan peran HMI
4. Peserta dapat menjelaskan hubungan Status, Sifat, Asas, Tujuan,
Fungsi dan Peran HMI secara integral
C. Tujuan Nilai Karakter Kader
1. Peserta dapat membina diri dengan nafas perjuangan yang dilandasi
oleh kesadaran akan peran dan fungsinya sebagai mahasiswa.
2. Peserta dapat mengaplikasikan mindsett positif dalam memahami ke-
hidupan secara dinamis dan komprehensif.
3. Peserta dapat menumbuhkan jiwa seorang misionaris dalam mencapai
tujuan mulia HMI.
4. Peserta mampu mengaplikasikan mission HMI dalam kehidupannya.
D. Metode
1. Ice Breaking
2. Brainstorming
3. Tanya jawab
4. Ceramah
5. TST
6. Diskusi
E. Media 5. Buku penunjang
1. Hand out 6. Laptop
2. LCD & Proyektor 7. Kertas manila
3. Whitebord
4. Spidol

55
buku lokakarya 2.indd Sec1:55 30/06/2016 20:36:25
56
buku lokakarya 2.indd Sec1:56 30/06/2016 20:36:26
57
buku lokakarya 2.indd Sec1:57 30/06/2016 20:36:26
MATERI MISSION

A. Pengantar
Mission merupakan tugas dan tanggung jawab yang diemban,
sehingga mission HMI dapat diartikan sebagai tugas dan tanggung jawab
yang diemban oleh kader HMI. Sebagai organisasi kader yang memiliki
platform yang jelas, sejak awal berdirinya HMI mempunyai komitmen
asasi yang disebut dengan dua komitmen asasi, yakni (1) Mempertah-
ankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat bangsa Indo-
nesia, yang dikenal dengan komitmen kebangsaan, dan (2) Menegakkan
dan mengembangkan ajaran Islam, yang dikenal dengan wawasan keisla-
man/keumatan.
Kesatuan dari kedua wawasan ini disebut dengan wawasan inte-
gralistik, yakni cara pandang yang utuh melihat bangsa Indonesia terha-
dap tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan sebagai warga negara
dan umat Islam Indonesia. Penerjemahan komitmen HMI ini disesuaikan
dengan konteks jaman, sehingga HMI selalu aktual dan mampu tampil di
garda terdepan dalam setiap even.
Bila dicermati belakangan ini bisa dikatakan bahwa HMI men-
galami stagnasi, untuk tidak dikatakan degradasi. Hampir tidak ada gaga-
san cerdas yang disumbangkan oleh HMI di tengah carut marut dan
tunggang langgangnya tatanan republik ini, dimana masalah disintegrasi
perlu segera diatasi, masalah ekonomi mendesak untuk segera diperbaiki,
masalah supremasi hukum yang harus ditegakkan, masalah pendidikan
mendesak untuk diperhatikan, dan masalah-masalah lain yang meling-
kari, seperti budaya, pertahanan keamanan, yang kesemuanya membu-
tuhkan penanganan secepatnya. Singkatnya, Indonesia sekarang sedang
diterma krisis multi dimensional. Di tengah kondisi ini, komitmen HMI
tidak lebih dari sebatas slogan tanpa jiwa.
Oleh sebab itu untuk mendongkrak kembali ghirah kader HMI
dalam berperan serta untuk penyelesaian problematika bangsa dan umat
perlu adanya reaktualisasi mission HMI dalam jiwa kader HMI melalui
proses perkaderan yang selama ini perjalanannya tidak lebih hanya seb-
agai proses pencapaian status dengan meninggalkan makna sesungguhnya,
yaitu sebagai proses pembentukan kader yang memiliki karakter, nilai dan
kemampuan, yang berusaha melakukan transformasi watak dan kepriba-
dian seorang muslim yang utuh (kaffah), sehingga kader HMI memiliki
keberpihakan yang jelas terhadap kaum tertindas (mustad’afin) dan
melawan kaum penindas (mustakbirin).

58
buku lokakarya 2.indd Sec1:58 30/06/2016 20:36:27
HMI sebagai organisasi berbasis mahasiswa yang merupakan
kaum intelektual, generasi kritis, dan memiliki profesionalisme harus
mampu menjadi agen pembaharu di tengah masyarakat dan kehidupan
bangsa. Karena mahasiswa memiliki kekuatan yang luar biasa dalam
tatanan kehidupan bangsa dan negara, maka seluruh gerak perubahan
yang terjadi di bangsa ini dimotori oleh kelompok mahasiswa dan pemu-
da, mulai dari proklamasi, revolusi, hingga reformasi, selalu ada andil
mahasiswa. Namun demikian arah perubahan harus sesuai dengan usaha
untuk mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT
sebagaimana termaktub dalam penggalan tujuan HMI.
Dalam perjalanannaya, gerakan mahasiswa begitu dimanis,
mengikuti perkembangan jaman dan selalu eksis dalam setiap
momen penting kebangsaan. Kekonsistenan itu harus diiringi oleh
pegangan yang teguh terhadap idealisme dan menjaga sikap hanif se-
hingga kehadiran mahasiswa sebagai kaum intelektual yang dalam
tatanan sosial masyarakat mendapat tempat yang penting sebagai embun
penyejuk. Untuk itulah HMI sebagai organisasi mahasiswa harus mam-
pu menetaskan kader-kader yang berkualitas insan cita sebagaimana yang
tersurat dalam tujuan HMI “Terbinanya insan akademis, pencipta, peng-
abdi yang bernafaskan islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya
masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT” (pasal 4 AD HMI).

B. HAKEKAT KEBERADAAN HMI HMI sebagai


Organisasi Mahasiswa (pasal 7 AD HMI)
Makna HMI sebagai organisasi mahasiswa adalah organisasi
yang menghimpun mahasiswa yang menuntut ilmu pengetahuan di per-
guruan tinggi (Universitas/Akademi/Institut/Sekolah Tinggi) atau yang
sederajat, dan memilki ciri-ciri kemahasiswaan. Adapun ciri-ciri kema-
hasiswaan tersebut adalah ilmiah, kritis dan analitis, rasional, obyektif,
serta sistematis.

C. HMI sebagai Organisasi berasaskan Islam (pasal 3


AD HMI)
HMI sebagai organisasi berasaskan Islam maksudnya adalah or-
ganisasi yang menghimpun mahasiswa yang beragama Islam, dimana se-
cara individu dan organisatoris memiliki ciri-ciri keislaman, menjadikan
Al-Qur‟an dan As-Sunnah sebagai sumber norma, sumber nilai, sumber
inspirasi, dan sumber aspirasi dalam setiap aktivitas dan dinamika or-
ganisasi.

59
buku lokakarya 2.indd Sec1:59 30/06/2016 20:36:27
D. HMI sebagai Organisasi yang Bersifat Independen
(pasal 6 AD HMI)
HMI yang bersifat independen adalah waktak organisasi yang se-
lalu tunduk danberorientasi pada kebenaran (hanif), sehingga kiprah setiap
individu dan dinamika organisasi dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara mempunyai pola pikir, pola sikap, dan pola tindak tidak terikat
dan tidak mengikatkan diri secara organisatoris dengan kepentingan atau
organisasi mana pun, segala sesuatu tidak didasarkan atas kehendak atau
paksaan pihak lain.
Independensi dilihat dari dua dimensi, yakni :
1. Indepndensi Etis
Sikap dan watak HMI yang termanifestasikan secara individu dan or-
ganisasi dalam dinamika berfikir, bersikap, dan bertindak, baik dalam
hubungan terhadap Sang Rab, ataupun hubungan terhadap sesama, ses-
uai dengan fitrah kemanusiaannya, yakni tunduk dan patuh kepada ke-
benaran (hanif).
2. Independensi Organisatoris
Sikap dan watak HMI yang teraktualisasikan secara organisatoris di
dalam kiprah dinamika intern organisasi maupun dalam kehidupan ber-
masyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam keutuhan kehidupan nasi-
onal melakukan partisipasi aktif, konstruktif secara konstitusional terha-
dap perjuangan bangsa dan pencapaian cita-cita nasional, hanya komit
kepada kebenaran, dan tidak tunduk atau komit terhadap kepentingan
atau organisasi tertentu.
Prinsip-prinsip independensi HMI dalam implementasi diru-
muskan sebagai berikut :
1. Kader HMI terutama aktivitasnya dalam melakukan tugas dan
tanggung jawab organisasi harus tunduk pada ketentuan-ketentuan or-
ganisasi dalam melaksanakan program-program organisasi, oleh
karena itu tidak diperkenankan melakukan kegiatan-kegiatan yang
membawa organisasi atas kehendak pihak luar manapun.
2. Kader HMI terutama aktivitasnya tidak dibenarkan mengadakan
komitmen dalam bentuk apapun dengan pihak luar selain segala sesuatu
yang telah ditetapkan dan diputuskan secara organisatoris.
3. Alumni HMI senantiasa diharapkan untuk aktif berjuang meneruskan
dan mengembangkan watak independensi etis dimanpun mereka berada
dan berfungsi sesuai dengan profesinya dalam rangka membawa hakekat
misi HMI, menganjurkan serta mendorong alumni HMI untuk menyal-
urkan aspirasinya secara tepat melalui semua jalur pengabdian,

60
buku lokakarya 2.indd Sec1:60 30/06/2016 20:36:27
baik jalur organisasi profesi, instansi pemerintah, wadah aspirasi
politik, dan jalur lainnya yang semata-mata karena hak dan tanggung
jawab dalam rangka merealisasikan kehidupan masyarakat adil makmur
yang diridhoi Allah SWT.
Aplikasi dan dinamika berfikir, bersikap dan bertindak secara
keseluruhan dari watak asasi kader HMI terumus dalam bentuk :
1. Cenderung kepada kebenaran
2. Bebas, merdeka dan terbuka
3. Obyektif, rasional, dan kritis
4. Progresif dan dinamis
5. Demokratis, jujur dan adil

E. TUJUAN HMI
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, tujuan HMI adalah
“Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam,
dan bertangung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang
diridhoi Allah SWT” (pasal 4 AD HMI). Dari tujuan tersebut dapat diru-
muskan menjadi lima kualitas insan cita, yakni kualitas insan akademis,
kualitas insan pencipta, kualitas insan pengabdi, kualitas insan bernafas-
kan Islam, dan kualitas insan yang bertanggung jawab atas terwujudnya
masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
Kualitas insan cita HMI adalah merupakan dunia cita yang ter-
wujud oleh HMI di dalam pribadi seorang manusia yang beriman dan
berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan tugas kerja kemanu-
siaan. Kualitas tersebut sebagaimana dalam pasal tujuan (pasal 4 AD
HMI) adalah sebagai berikut :

1. Kualitas Insan Akademis


-. Berpendidikan Tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional,
obyektif, dan kritis.
- Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa
yang diketahui dan dirahasiakan. Dia selalu berlaku dan menghadapi
suasana sekelilingnya dengan kesadaran.
- Sanggunp berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan ses-
uai dengan ilmu pilihannya, baik secara teoritis maupun tekhnis dan
sanggup bekerja secara ilmiah yaitu secara bertahap, teratur, mengarah
pada tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan.

61
buku lokakarya 2.indd Sec1:61 30/06/2016 20:36:27
2. Kualitas Insan Pencipta : Insan Akademis, Pencipta
-. Sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari
sekedar yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk-bentuk
baru yang lebih baik dan bersikap dengan bertolak dari apa yang ada
(yaitu Allah). Berjiwa penuh dengan gagasan-gagasan kemajuan,
selalu mencari perbaikan dan pembaharuan.
-. Bersifat independen dan terbuka, tidak isolatif, insan yang me-
nyadari dengan sikap demikian potensi, kreatifnya dapat berkembang
dan menentukan bentuk yang indah-indah.
-. Dengan ditopang kemampuan akademisnya dia mampu melaksanakan
kerja kemanusiaan yang disemangati ajaran islam.

3. Kualitas Insan Pengabdi : Insan Akdemis, Pencipta, Pengabdi


-. Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak atau un-
tuk sesama umat.
-. Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukannya hanya membuat
dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya menajdi baik.
-. Insan akdemis, pencipta dan mengabdi adalah yang bersungguh-
sungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya untuk
kepentingan sesamanya.

4. Kualitas Insan yang bernafaskan islam : Insan Akademis, pencipta dan


pengabdi yang bernafaskan Islam
-. Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola fikir dan pola
lakunya tanpa memakai merk Islam. Islam akan menajdi pedoman dalam
berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai-nilai universal Islam. Den-
gan demikian Islam telah menapasi dan menjiwai karyanya.
-. Ajaran Islam telah berhasil membentuk “unity personality” dalam dir-
inya. Nafas Islam telah membentuk pribadinya yang utuh tercegah dari
split personality tidak pernah ada dilema pada dirinya sebagai warga
negara dan dirinya sebagai muslim insan ini telah mengintegrasikan ma-
salah suksesnya dalam pembangunan nasional bangsa kedalam suk-
sesnya perjuangan umat islam Indonesia dan sebaliknya.

5. Kualitas Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil


makmur yang diridhoi oleh Allah SWT :
-. Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang ber nafaskan islam dan
bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang
diridhoi oleh Allah SWT.
-. Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat yang dari perbuatannya sa-

62
buku lokakarya 2.indd Sec1:62 30/06/2016 20:36:28
dar bahwa menempuh jalan yang benar diperlukan adanya keberanian
moral.
-. Spontan dalam menghadapi tugas, responsip dalam menghadapi
persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis.
-. Rasa tanggungjawab, takwa kepada Allah SWT, yang menggugah
untuk mengambil peran aktif dalam suatu bidang dalam me wujudkan
masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
-. Korektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan
usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
-. Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai
“khallifah fil ard” yang harus melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan
.
Pada pokoknya insan cita HMI merupakan “Man of future” in-
san pelopor yaitu insan yang berfikiran luas dan berpandangan jauh,
bersikap terbuka, terampil atau ahli dalam bidangnya, dia sadar apa yang
menjadi cita-citanya dan tahu bagaimana mencari ilmu perjuangan untuk
secara kooferatif bekerja sesuai dengan yang dicita-citakan. Ideal type
dari hasil perkaderan HMI adalah “man of inovator” (duta-duta pemban-
tu). Penyuara “Idea of Progress” insan yang berkeperibadian imbang dan
padu, kritis, dinamis, adil dan jujur tidak takabur dan bertaqwa kepada
Allah Allah SWT. Mereka itu manusia-manusia uang beriman berilmu
dan mampu beramal saleh dalam kualitas yang maksimal (insan kamil)
Dari liam kualitas lima insan cita tersebut pada dasarnya harus
memahami dalam tiga kualitas insan Cita yaitu kualitas insan akademis,
kualitas insan pencipta dan kualitas insan pengabdi. Ketiga insan kuali-
tas pengabdi tersebut merupakan insan islam yang terefleksi dalam si-
kap senantiasa bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan
makmur yang ridhoi Allah SWT.
Yang dimaksud dengan masyarakat adil makmur yang diridhoi
Allah SWT adalah masyarakat yang menjalankan kehidupannya selalu
berlandaskan atas asas keadilan sehingga tercapai kemakmuran dan dalam
perjalanan pencapaian masyarakat adil makmur tersebut tidak mendobrak
aturan Allah yang tertuang dalam Al-Qur‟an sehingga adil makmur yang
dicapai oleh masyarakat meruapak adil makmur yang dikehendaki oleh
Allah SWT. Jadi setiap usaha dalam pencapaian masyarakat adil mak-
mur harus berpedoman pada ajaran Islam yang tertuang dalam Al-Qur‟an
dan As-Sunnah.

63
buku lokakarya 2.indd Sec1:63 30/06/2016 20:36:28
G. FUNGSI DAN PERAN HMI
1. HMI berfungsi sebagai Organisasi Kader (pasal 8 AD HMI)
HMI sebagai organisasi kader adalah organisasi mahasiswa
yang berorientasikan Islam yang melakukan perkaderan, dimana selu-
ruh aktivitas yang dilakukan pada dasarnya merupakan proses kaderisasi,
sehingga HMI berfungsi dan hanya selalu membentuk kader-kader mus-
lim intelektual yang profesional.
2. HMI berperan sebagai Organisasi Perjuangan (pasal 9 AD HMI)
HMI berperan sebagai organisasi perjuangan adalah organisasi
yang selalu berjuang melakukan dan membentuk kader bangsa yang mus-
lim, intelektual, dan profesional dimana outputnya ditujukan untuk ke-
pentingan bangsa secara keseluruhan, sehingga insan HMI siap dan dapat
bermanfaat bagi seluruh golongan yang ada di masyarakat selama tidak
bertentangan dengan koridor misi HMI.

G. HUBUNGAN MISSION SECARA INTEGRAL


Hubungan antara asas, tujuan, sifat, status, fungsi dan peran
HMI secara integral adalah dalam pencapaian dan memperjuangkan mis-
sion HMI harus dilakukan secara utuh dan menyeluruh, dan satu sama
lain saling mempengaruhi, dan menentukan sehingga tidak bisa ditinjau
secara parsial.

Dalam diri kader HMI harus :


1. Senantiasa memperdalam kehidupan rohani agar menjadi luhur
dan bertaqwa pada Allah SWT
2. Selalu tidak puas dan berkemauan keras untuk mencari kebenaran,
HMI hanya komit pada kebenaran
3. Jujur pada dirinya dan pada orang lain dan tidak mengingkari hati nura-
ninya
4. Teguh dalam pendirian dan obyektif rasional jika berhadapan dengan
orang yang berbeda pendirian
5. Bersikap kritis dan berfikir bebas kreatif.

64
buku lokakarya 2.indd Sec1:64 30/06/2016 20:36:28
SISTEM PENDIDIKAN SINGKAT (SINDIKAT)
HMI CABANG PONOROGO
Nama Komisariat :
Materi Training : NDP HMI
Jenjang training : Latihan Kader I (LK I)
Alokasi Waktu :
Lampiran : Bahan Ajar NDPHMI

A. Standar Kompetensi:
Peserta dapat memahami latar belakang perumusan dan
kedudukan NDP serta subtansi materi secara garis besar dan menerapkan
dalam organisasidan .

B. Kompetsi dasar :
1. Peserta dapat menjelaskan sejarah perumusan NDP dan kedudu-
kannya dalam organisasi.
2. Peserta dapat menjelaskan hakikat sebuah kehidupan.
3. Peserta dapat menjelaskan hakikat kebenaran.
4. Peserta dapat menjelaskan hakikat penciptaan alam semesta.
5. Peserta dapat menjelaskan hakikat penciptaan manusia.
6. Peserta dapat menjelaskan hakekat kemerdekaan.
7. Peserta dapat menjelaskan hakikat masyarakat dan pemimpin.
8. Peserta dapat menjelaskan hubungan antara iman, ilmu, dan amal.

C. Tujuan Nilai Karakter Kader (indikator)


1. Peserta LK dapat membina diri dengan nafas perjuangan yang dilan-
dasi oleh nilai-nilai ketauhidan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
2. Peserta dapat mengaplikasikan mindsett positif dalam memahami
NDP dan dapat menjadi perjuangan hidup.
3. Aplikasi ketauhidan dapat diejawantahkan dalam setiap manajemen
keadilan social dan keadilan ekonomi melalui system islam.
4. Peserta memahami konsep ketauhidan Islam sesuai kerangka ber-
pikir NDP.

D. Metode E. Bahan
1. Ceramah 1. Power point
2. Tanya-jawab 2. White board
3. Inkuiri 3. Spidol
4. Penugasan 4. Handout
5. alat tulis

65
buku lokakarya 2.indd Sec1:65 30/06/2016 20:36:28
66
buku lokakarya 2.indd Sec1:66 30/06/2016 20:36:28
67
buku lokakarya 2.indd Sec1:67 30/06/2016 20:36:29
68
buku lokakarya 2.indd Sec1:68 30/06/2016 20:36:30
69
buku lokakarya 2.indd Sec1:69 30/06/2016 20:36:32
70
buku lokakarya 2.indd Sec1:70 30/06/2016 20:36:33
71
buku lokakarya 2.indd Sec1:71 30/06/2016 20:36:34
MATERI NILAI DASAR PERJUANGAN
1.Sejarah Perumusan NDP
Sampai pada fase perjuangan HMI dalam transisi orde lama dan
orde baru, pedoman perjuangan HMI yang mendasar dan sistematis belum
ada, setelah fase berikutnya baru disusun Nilai Dasar Perjuangan HMI,
yang pada Kongres XVI HMI di Padang tahun 1986 pernah berubah nama
menjadi Nilai Identitas Kader (NIK), pada dasarnya tidak ada perubahan
atas isi dari NDP. Perubahan ini didasari atas pertimbangan politik setelah
keluarnya UU No.5 tahun 1985 yang menyatakan bahwa Pancasila satu-
satunya azas organisasi kemasyarakatan. Pada Kongres XXII HMI di
Jambi tahun 1999 nama NIK kembali ditukar menjadi NDP, seirama
dengan pertukaran azas organisasi.
Kelahiran NDP dilatarbelakangi oleh :
A. Keadaan negara
Bangsa Indonesia sekitar 1966-1968 tengah mengalami perbai-
kan dari segi infra struktur maupun supra struktur, karena bangsa Indone-
sia baru dilanda badai pengkhianatan PKI
B. Keadaan umat Islam
Nurkholis Madjid dalam buku HMI Menjawab Tantangan Jaman
mengungkapkan bahwa muslim Indonesia adalah termasuk yang pal-
ing sedikit ter”Arab”kan. Di Indonesia pemahaman Islam masih
dangkal, sehingga masih ada persoalan bagaimana menghayati nilai-nilai
Islam itu sendiri.
C. Antek-antek PKI mempunyai pedoman yang baik
Untuk memberikan pemahaman tentang kekomunisan, para
kader PKI di masa jayanya (1960-an) mempunyai buku saku yang bisa
dibaca dimanapun dan kapanpun. Melihat keadaan ini timbul keingi-
nan Cak Nur untuk menyusun dasar-dasar nilai Islam melalui kerangka
sistematis yang kemudia beliau beri nama NDI (Nilai Dasar Islam) den-
gan tujuan NaDI ini mampu berfungsi sebagai pemahaman global tentang
ajaran Islam.
D. Literatur yang tersedia belum memuaskan
Pada waktu itu para kader HMI masih jarang sekali menuangkan

72
buku lokakarya 2.indd Sec1:72 30/06/2016 20:36:35
ide keislaman mereka dalam bentuk tulisan, salah satu penyebabnya
adalah kesibukan melawan PKI secara fisik.
Pada masa kepengurusan Nurkholis Madjid, HMI berusaha
membuat pedoman perjuangan dan pada Kongres X HMI di Palembang
tahun 1971, ditetapkan menjadi Nilai Dasar Perjuangan (NDP), yang
berasal dari naskah NDI yang disampaikan Cak Nur dalam Kongres
IX HMI di Malang tahun 1969 yang selanjutnya kongres menugaskan
kepada Nurkholis Madjid, Sakib Mahmud, dan Endang Saifudin Anshari
(alm.) untuk menyempurnakannya. Pemilihan nama NDP sendiri me-
miliki alasan, yaitu (1) Nama NDI terlalu mengklaim Islam yang bahkan
akan mempersimpit ajaran Islam iru sendiri, (2) Terinspirasi oleh buku
“Perjuangan Kita”-nya Syahrir.
Ahmad Wahib dalam buku harian yang kemudian diterbitkan
menjadi buku oleh Johan Effendi dengan tajuk “Pergolakan Pemikiran
Islam” yang dianggap controversial, menuliskan bahwa perumusan NDI
tersebut dipengaruhi oleh perjalanan Nurkholis Madjid ke universitas-
universitas di Amerika atas undangan pemerintah Amerika pada tahun
1968. Hal ini dibantah oleh Cak Nur dalam buku HMI Menjawab Tantan-
gan Jaman, bahwa sebenarnya perjalanan ke Amerika tidak berpengaruh
banyak terhadap dirinya, karena selain perjalanan ke Amerika, Cak Nur
juga melanjutkan lawatan ke Timur Tengah dengan menggunakan sisa
uang saku yang dihematnya waktu di Amerika. Di Timur Tengah perjala-
nan dimulai dari Damaskus, Kuwait, Saudi Arabia, Turki, Lebanon, dan
terakhir Mesir. Dalam perjalanan di Timur Tengah inilah untuk pertama
kalinya Cak Nur bertemu Gus Dur, padahal mereka satu kampung. Di
Riyadh Cak Nur bertemu dengan Dr. Farid Mustafa dan mendapat banyak
hal darinya. Selama di Timur Tengah Cak Nur sering mengadakan diskusi
kritis tentang berbagai hal keislaman.
Sepulang Cak Nur dari menunaikan ibadah haji atas undangan
Menteri Pendidikan Arab Saudi (Syekh hasan bin Abdullah Ali) sekitar
bulan April 1969, keinginannya untuk menulis NDI makin menggebu-
gebu.

73
buku lokakarya 2.indd Sec1:73 30/06/2016 20:36:35
1. Kedudukan NDP dalam tubuh HMI
NDP merupakan landasan perjuangan HMI, dan ini
perlu disosialisikan pada setiap kader. Tujuan NDP dalam
HMI merupakan filsafat sosial dalam melakukan peruba-
han sesuai tujuan HMI. Hubungan NDP dalam HMI dapat
digambarkan sebagai berikut :

Berdasarkan skema tersebut, maka NDP merupakan


filsafat sosial yang bersumber dari ajaran Islam. Filsafat so-
sial ini diturunkan menjadi teori-teori sosial yang teori-teori
ini akan memberikan konsepsi yang jelas pada arah gerak pe-
rubahan sosial yang dilakukan oleh HMI.

74
buku lokakarya 2.indd Sec1:74 30/06/2016 20:36:36
NILAI DASAR PERJUANGAN HIMPUNAN
MAHASISWA ISLAM

1. DASAR-DASAR KEPERCAYAAN
Manusia memerlukan suatu bentuk kepercayaan. Kepercayaan
itu akan melahirkan tata nilai guna menopang hidup dan budayanya. Si-
kap tanpa percaya atau ragu yang sempurna tidak mungkin dapat terjadi.
Tetapi selain kepercayaan itu dianut karena kebutuhan dalam waktu yang
sama juga harus merupakan kebenaran. Demikian pula cara berkepercay-
aan harus pula benar. Menganut kepercayaan yang salah bukan saja tidak
dikehendaki akan tetapi bahkan berbahaya.
Disebabkan kepercayaan itu diperlukan, maka dalam ke-
nyataan kita temui bentuk-bentuk kepercayaan yang beraneka ragam
di kalangan masyarakat. Karena bentuk- bentuk kepercayaan itu berbeda
satu dengan yang lain, maka sudah tentu ada dua kemungkinan: kese-
muanya itu salah atau salah satu saja diantaranya yang benar. Disamping
itu masing-masing bentuk kepercayaan mungkin mengandung unsur-un-
sur kebenaran dan kepalsuan yang campur baur.
Sekalipun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa kepercay-
aan itu melahirkan nilai-nilai. Nilai-nilai itu kemudian melemba-
ga dalam tradis-tradisi yang diwariskan turun temurun dan mengikat
anggota masyarakat yang mendukungnya. Karena kecenderungan tradisi
untuk tetap mempertahankan diri terhadap kemungkinan perubahan ni-
lai-nilai, maka dalam kenyataan ikatan- ikatan tradisi sering menjadi
penghambat perkembangan peradaban dan kemajuan manusia. Disini-
lah terdapat kontradiksi kepercayaan diperlukan sebagai sumber
tatanilai guna menopang peradaban manusia, tetapi nilai-nilai itu melem-
baga dalam tradisi yang membeku dan mengikat, maka justru merugikan
peradaban.
Oleh karena itu, pada dasarnya, guna perkembangan peradaban
dan kemajuannya, manusia harus selalu bersedia meninggalkan setiap
bentuk kepercayaan dan tata nilai yang tradisional, dan menganut keper-
cayaan yang sungguh-sungguh yang merupakan kebenaran. Maka satu-
satunya sumber nilai sumber dan pangkal nilai itu haruslah kebenaran itu
sendiri. Kebenaran merupakan asal dan tujuan segala kenyataan. Kebena-
ran yang mutlak adalah Tuhan Allah.
Perumusan kalimat persaksian (Syahadat) Islam yang kesatu :
Tiada Tuhan selain Allah mengandung gabungan antara peniadaan dan
pengecualian. Perkataan “Tidak ada Tuhan” meniadakan segala bentuk

75
buku lokakarya 2.indd Sec1:75 30/06/2016 20:36:36
kepercayaan, sedangkan perkataan “Selain Allah” memperkecualikan
satu kepercayaan kepada kebenaran. Dengan peniadaan itu dimaksudkan
agar manusia membebaskan dirinya dari belenggu segenap kepercayaan
yang ada dengan segala akibatnya, dan dengan pengecualian itu di-
maksudkan agar manusia hanya tunduk pada ukuran kebenaran dalam
menetapkan dan memilih nilai - nilai, itu berarti tunduk pada Allah, Tu-
han Yang Maha Esa, Pencipta segala yang ada termasuk manusia. Tunduk
dan pasrah itu disebut Islam.
Tuhan itu ada, dan ada secara mutlak hanyalah Tuhan. Pendeka-
tan ke arah pengetahuan akan adanya Tuhan dapat ditempuh manusia
dengan berbagai jalan, baik yang bersifat intuitif, ilmiah, historis, pen-
galaman dan lain-lain. Tetapi karena kemutlakan Tuhan dan kenisbian
manusia, maka manusia tidak dapat menjangkau sendiri kepada penger-
tian akan hakekat Tuhan yang sebenarnya. Namun demi kelengkapan ke-
percayaan kepada Tuhan, manusia memerlukan pengetahuan secukupnya
tentang Ketuhanan dan tatanilai yang bersumber kepada-Nya. Oleh se-
bab itu diperlukan sesuatu yang lain yang lebih tinggi namun tidak
bertentangan dengan insting dan indera.

Sesuatu yang diperlukan itu adalah “Wahyu” yaitu pengajaran


atau pemberitahuan yang langsung dari Tuhan sendiri kepada manusia.
Tetapi sebagaimana kemampuan menerima pengetahuan sampai keting-
kat yang tertinggi tidak dimiliki oleh setiap orang, demikian juga wahyu
tidak diberikan kepada setiap orang. Wahyu itu diberikan kepada manusia
tertentu yang memenuhi syarat dan dipilih oleh Tuhan sendiri yaitu para
Nabi dan Rosul atau utusan Tuhan. Dengan kewajiban para Rosul itu
untuk menyampaikannya kepada seluruh ummat manusia. Para rosul
dan nabi itu telah lewat dalam sejarah semenjak Adam, Nuh, Ibra-
him, Musa,Isa atau Yesus anak Mariam sampai pada Muhammad SAW.
Muhammad adalah Rosul penghabisan, jadi tiada Rosul lagi sesudahnya.
Jadi para Nabi dan Rosul itu adalah manusia biasa dengan kelebihan bah-
wa mereka menerima wahyu dari Tuhan.
Wahyu Tuhan yang diberikan kepada Muhammad SAW terkum-
pul seluruhnya dalam kitab suci Al-Quran. Selain berarti bacaan, kata Al-
Quran juga bearti “kumpulan” atau kompilasi, yaitu kompilasi dari se-
gala keterangan. Sekalipun garis-garis besar Al-Quran merupakan suatu
kompendium, yang singkat namun mengandung keterangan-keterangan
tentang segala sesuatu sejak dari sekitar alam dan manusia sampai kepada
hal-hal gaib yang tidak mungkin diketahui manusia dengan cara lain. Jadi
untuk memahami Ketuhanan Yang Maha Esa

76
buku lokakarya 2.indd Sec1:76 30/06/2016 20:36:37
dan ajaran-ajaran-Nya, manusia harus berpegang kepada Al-
Quran dengan terlebih dahulu mempercayai kerasulan Muhammmad
SAW. Maka kalimat kesaksian yang kedua memuat esensi kedua dari
kepercayaan yang harus dianut manusia, yaitu bahwa Muhammad adalah
Rosul Allah. Kemudian di dalam Al-Quran didapat keterangan lebih lan-
jut tentang Ketuhanan Yang maha Esa ajaran-ajaranNya yang merupakan
garis besar dan jalan hidup yang mesti diikuti oleh manusia. Tentang Tu-
han antara lain: surat Al-Ikhlas menerangkan secara singkat ; katakanlah :
“Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa. Dia itu adalah Tuhan. Tuhan tempat
menaruh segala harapan. Tiada Ia berputra dan tiada pula berbapa.
Selanjutnya Ia adalah Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Adil,
Maha Bijaksana, Maha Kasih dan Maha Sayang, Maha Pengampun dan
seterusnya daripada segala sifat kesempurnaan yang selayaknya bagi
Yang Maha Agung dan Maha Mulia, Tuhan seru sekalian Alam.

Juga diterangkan bahwa Tuhan adalah yang pertama dan yang


penghabisan, Yang lahir dan Yang Bathin, dan “kemanapun manusia ber-
paling maka disanalah wajah Tuhan”. Dan “Dia itu bersama kamu
kemanapun kamu berada”. Jadi Tuhan tidak terikat ruang dan waktu.
Sebagai “yang pertama dan yang penghabisan”, maka sekaligus
Tuhan adalah asal dan tujuan segala yang ada, termasuk tata nilai. Artinya
; sebagaimana tata nilai harus bersumber kepada kebenaran dan
berdasarkan kecintaan kepadaNya, Iapun sekaligus menuju kepada ke-
benaran dan mengarah kepada “persetujuan” atau “ridhanya “. Inilah kes-
atuan antara asal dan tujuan hidup yang sebenarnya (Tuhan sebagai tujuan
hidup yang benar, diterangkan dalam bagian yang lain)
Tuhan menciptakan alam raya ini dengan sebenarnya, dan men-
gaturnya dengan pasti. Oleh karena itu alam mempunyai eksistensi yang
riil dan obyektif, serta berjalan mengikuti hukum-hukum yang tetap. Dan
sebagai ciptaan daripada sebaik-baiknya penciptanya, maka alam men-
gandung kebaikan pada diriNya dan teratur secara harmonis. Nilai cip-
taan ini untuk manusia bagi keperluan perkembangan peradabannya.
Maka alam dapat dan dijadikan obyek penyelidikan guna dimengerti
hukum-hukum Tuhan (sunnatullah) yang berlaku didalamnya. Kemudian
manusia memanfaatkan alam sesuai dengan hukum- hukumnya sendiri.
Jika kenyataan alam ini berbeda dengan persangkaan idealisme
maupun agama Hindu yang mengatakan bahwa alam tidak mem-
punyai eksistensi riil dan obyektif, melainkan semua palsu atau maya
atau sekedar emansipasi atau pancaran daripada dunia lain yang kongkrit,
yaitu idea atau nirwana. Juga tidak seperti dikatakan filsafat Agnosticisme

77
buku lokakarya 2.indd Sec1:77 30/06/2016 20:36:37
yang mengatakan bahwa alam tidak mungkin dimengerti manusia. Dan
sekalipun filsafat materialisme mengatakan bahwa alam ini mempunyai
eksistensi riil dan obyektif sehingga dapat dimengerti oleh manusia, na-
mun filsafat itu mengatakan bahwa alam ada dengan sendirinya.
Peniadaan pencipta ataupun peniadaan Tuhan adalah satu sudut daripada
filsafat materialisme.
Manusia adalah puncak ciptaan dan mahluk-Nya yang tertinggi.
Sebagai mahluk tertinggi manusia dijadikan “Khalifah” atau wakil Tuhan
di bumi. Manusia ditumbuhkan dari bumi dan diserahi untuk memakmur-
kannya. Maka urusan di dunia telah diserahkan Tuhan kepada manu-
sia. Manusia sepenuhnya bertanggung jawab atas segala perbuatannya
di dunia. Perbuatan manusia ini membentuk rentetan peristiwa yang dise-
but “sejarah”. Dunia adalah wadah bagi sejarah, dimana manusia menjadi
pemilik atau “rajanya”.
Sebenarnya terdapat hukum-hukum Tuhan yang pasti (sunattul-
lah) yang menguasai sejarah, sebagaimana adanya hukum yang mengua-
sai alam tetapi berbeda dengan alam yang telah ada secara otomatis tun-
duk kepada sunatullah itu, manusia karena kesadaran dan kemampuannya
untuk mengadakan pilihan untuk tidak terlalu tunduk kepada hukum-hu-
kum kehidupannya sendiri. Ketidakpatuhan itu disebabkan karena sikap
menentang atau kebodohan. Hukum dasar alami daripada segala yang ada
inilah “perubahan dan perkembangan”, sebab : segala sesuatu ini adalah
ciptaan Tuhan dan pengembangan olehNya dalam suatu proses yang tiada
henti-hentinya. Segala sesuatu ini adalah berasal dari Tuhan dan menuju
kepada Tuhan. Maka satu-satunya yang tak mengenal perubahan hany-
alah Tuhan sendiri, asal dan tujuan segala sesuatu. Di dalam memenuhi
tugas sejarah, manusia harus berbuat sejalan dengan arus perkembangan
itu menunju kepada kebenaran. Hal itu berarti bahwa manusia harus se-
lalu berorientasi kepada kebenaran, dan untuk itu harus mengetahui jalan
menuju kebenaran itu. Dia tidak mesti selalu mewarisi begitu saja nilai-
nilai tradisional yang tidak diketahuinya dengan pasti akan kebenaran-
nya.
Oleh karena itu kehidupan yang baik adalah yang disemanga-
ti oleh iman dan ilmu. Bidang iman dan pencabangannya menjadi we-
wenang wahyu sedangkan bidang ilmu pengetahuan menjadi wewenang
manusia untuk mengusahakan dan mengumpulkannya dalam kehidupan
dunia ini. Ilmu itu meliputi tentang alam dan tentang manusia (sejarah).
Untuk memperoleh ilmu pengetahuan tentang nilai kebenaran sejauh
mungkin, manusia harus melihat alam dan kehidupan ini sebagaimana
adanya tanpa melekatkan padanya kualitas-kualitas yang bersifat ketu-

78
buku lokakarya 2.indd Sec1:78 30/06/2016 20:36:37
hanan. Sebab sebagaimana diterangkan dimuka, alam diciptakan dengan
wujud yang nyata dan objektif sebagaimana adanya. Alam tidak meny-
erupai Tuhan, dan Tuhan pun untuk sebagian atau seluruhnya tidak sama
dengan alam. Sikap memper-Tuhan-kan atau mensucikan (sakralisasi)
haruslah ditujukan kepada Tuhan sendiri. Tuhan Allah Yang Maha Esa.
Ini disebut “Tauhid” dan lawannya disebut “syirik” artinya men-
gadakan tandingan terhadap Tuhan, baik seluruhnya atau sebagian maka
jelasnya bahwa syirik menghalangi perkembangan dan kemajuan per-
adaban, kemanusiaan menuju kebenaran.
Sesudahnya atau kehidupan duniawi ini ialah “hari kiamat”.
Kiamat merupakan permulaan bentuk kehidupan yang tidak lagi bersifat
sejarah atau duniawi, yaitu kehidupan akhirat. Kiamat disebut juga “hari
agama”, atau yaumuddin, dimana Tuhan menjadi satu-satunya pemilik
dan raja. Disitu tidak lagi terdapat kehidupan historis, seperti kebebasan,
usaha dan tata masyarakat. Tetapi yang ada adalah pertanggunggan jawab
individu manusia yang bersifat mutlak dihadapan illahi atas segala per-
buatannya dahulu didalam sejarah.
Selanjutnya kiamat merupakan “hari agama”, maka tidak yang
mungkin kita ketahui selain daripada yang diterangkan dalam wahyu.
Tentang hari kiamat dan kelanjutannya / kehidupan akhirat yang non-his-
toris manusia hanya diharuskan percaya tanpa kemungkinan mengetahui
kejadian-kejadiannya.

2. PENGERTIAN-PENGERTIAN DASAR TENTANG


KEMANUSIAAN
Telah disebutkan di muka, bahwa manusia adalah puncak cip-
taan, merupakan mahluk yang tertinggi dan adalah wakil dari Tuhan di
bumi. Sesuatu yang membuat manusia yang menjadi manusia bukan han-
ya beberapa sifat atau kegiatan yang ada padanya, melainkan suatu ke-
seluruhan susunan sebagai sifat-sifat dan kegiatan-kegiatan yang khusus
dimiliki manusia saja yaitu Fitrah. Fitrah membuat manusia berkeingi-
nan suci dan secara kodrati cenderung kepada kebenaran (Hanief).
”Dlamier” atau hati nurani adalah pemancar keinginan pada ke-
baikan, kesucian dan kebenaran. Tujuan hidup manusia ialah kebenaran
yang mutlak atau kebenaran yang terakhir, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
Fitrah merupakan bentuk keseluruhan tentang diri manusia yang secara
asasi dan prinsipil membedakannya dari mahluk-mahluk yang lain. Den-
gan memenuhi hati nurani, seseorang berada dalam fitrahnya dan menjadi
manusia sejati.

79
buku lokakarya 2.indd Sec1:79 30/06/2016 20:36:37
Kehidupan dinyatakan dalam kerja atau amal perbuatanya. Ni-
lai- nilai tidak dapat dikatakan hidup dan berarti sebelum menyatakan
diri dalam kegiatan-kegiatan amaliah yang kongkrit. Nilai hidup manusia
tergantung kepada nilai kerjanya. Di dalam dan melalui amal perbuatan
yang berperikemanusiaan (fitrah sesuai dengan tuntutan hati nurani) ma-
nusia mengecap kebahagiaan, dan sebaliknya di dalam dan melalui amal
perbuatan yang tidak berperikemanusiaan (jihad) ia menderita kepedihan.
Hidup yang pernuh dan berarti ialah yang dijalani dengan sungguh-sung-
guh dan sempurna, yang didalamnya manusia dapat mewujudkan dirinya
dengan mengembangkan kecakapan-kecakapan dan memenuhi keperlu-
an-keperluannya. Manusia yang hidup berarti dan berharga ialah dia yang
merasakan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kegiatan-kegiatan yang
membawa perubahan kearah kemajuan-kemajuan baik yang mengenai
alam maupun masyarakat yaitu hidup berjuang dalam arti yang seluas-lu-
asnya. Dia diliputi oleh semangatmencari kebaikan, keindahan dan
kebenaran. Dia menyerap segala sesuatu yang baru dan berharga
sesuai dengan perkembangan kemanusiaan dan menyatakan dalam hidup
berperadaban dan berkebudayaan. Dia adalah aktif, kreatif dan kaya akan
kebijaksanaan (widom, hikmah).
Dia berpengalaman luas, berpikir bebas, berpandangan lapang
dan terbuka, bersedia mengikuti kebenaran dari manapun datangnya. Dia
adalah manusia toleran dalam arti kata yang benar, penahan amarah dan
pemaaf. Keutamaan itu merupakan kekayaan manusia yang menjadi mi-
lik daripada pribadi-pribadi yang senantiasa berkembang dan selamanya
tumbuh kearah yang lebih baik.
Seorang manusia sejati (insan kamil) ialah yang kegiatan men-
tal dan phisiknya merupakan suatu keseluruhan. Kerja jasmani dan kerja
rohani bukanlah dua kenyataan yang terpisah. Malahan dia tidak men-
genal perbedaan antara kerja dan kesenangan, kerja baginya adalah
kesenggangan dan kesenangan ada dalam dan melalui kerja. Dia berke-
pribadian, merdeka, memiliki dirinya sendiri,menyatakan ke luar corak
perorangannya dan mengembangkan kepribadian dan wataknya secara
harmonis. Dia tidak mengenal perbedaan antara kehidupan individu dan
kehidupan komunal, tidak membedakan antara perorangan dan sebagai
anggota masyarakat, hak dan kewajiban serta kegiatan- kegiatan untuk
dirinya adalah juga sekaligus untuk sesama ummat manusia.
Baginya tidak ada pembagian dua (dichotomy) antara kegiatan-
kegiatan rokhani dan jasmani, pribadi dan masyarakat, agama dan politik
maupun dunia akherat. Kesemuanya dimanifestasikan dalam suatu
kesatuan kerja yang tunggal pancaran niatnya, yaitu mencari kebai-

80
buku lokakarya 2.indd Sec1:80 30/06/2016 20:36:38
kan, keindahan dan kebenaran. Dia seorang yang ikhlas, artinya seluruh
amal perbuatannya benar-benar berasal dari dirinya sendiri dan merupakan
pancaran langsung dari pada kecenderungannya yang suci yang murni.
Suatu pekerjaan dilakukan karena keyakinan akan nilai pekerjaan itu send-
iri bagi kebaikan dan kebenaran, bukan karena hendak memperoleh tujuan
lain yang nilainya lebih rendah (pamrih). Kerja yang ikhlas mengangkat
nilai kemanusiaan pelakunya dan memberikannya kebahagiaan. Hal itu
akan menghilangkan sebab-sebab suatu jenis pekerjaan ditinggalkan dan
kerja amal akan menjadi kegiatan kemanusiaan yang paling
berharga. Keikhlasan adalah kunci kebahagiaan hidup manusia, tidak ada
kebahagiaan sejati tanpa keikhlasan dan keikhlasan selalu menimbulkan
kebahagiaan.
Hidup fitrah ialah bekerja secara ikhlas yang memancarkan dari
hati nurani yang hanief atau suci.

3. KEMERDEKAAN MANUSIA (IKHTIAR) DAN


KEHARUSAN UNIVERSAL (TAKDIR)
Keikhlasan yang insani itu tidak mungkin ada tanpa kemerdekaan.
Kemerdekaan dalam arti kerja sukarela tanpa paksaan yang didorong oleh
kemauan yang murni, kemerdekaan dalam pengertian kebebasan memilih
sehingga pekerjaan itu benar-benar dilakukan sejalan dengan hati nurani.
Keikhlasan merupakan pernyataan kreatif kehidupan manusia yang berasal
dari perkembangan tak terkekang daripada kemauan baiknya. Keikhlasan
adalah gambaran terpenting daripada kehidupan manusia sejati. Kehidu-
pan sekarang di dunia dan abadi (external) berupa kehidupan kelak
sesudah mati di akherat. Dalam aspek pertama manusia melakukan amal
perbuatan dengan baik dan buruk yang harus dipikul secara individual, dan
komunal sekaligus. Sedangkan dalam aspek kedua manusia tidak lagi
melakukan amal perbuatan, melainkan hanya menerima akibat baik dan
buruknya dari amalnya dahulu di dunia secara individual. Di akherat tidak
terdapat pertanggung jawaban perseorangan (mutlak). Manusia dilahirkan
sebagai individu, hidup ditengah alam dan masyarakat sesamanya, kemu-
dian menjadi individu kembali.
Jadi individualitas adalah pernyataan asasi yang pertama dan
terakhir, dari pada kemanusiaan, serta letak kebenarannya daripada nilai
kemanusiaan itu sendiri. Karena individu adalah penanggung jawab tera-
khir dan mutlak daripada awal perbuatannya, maka kemerdekaan pribadi,
adalah haknya yang pertama dan asasi.

81
buku lokakarya 2.indd Sec1:81 30/06/2016 20:36:38
Tetapi individualitas hanyalah pernyataan yang asasi dan prim-
er saja dari pada kemanusiaan. Kenyataan lain, sekalipun sifat sekunder
, ialah bahwa individu dalam suatu hubungan tertentu dengan dunia
sekitarnya. Manusia hidup ditengah alam sebagai makhluk sosial hid-
up ditengah sesama. Dari segi ini manusia adalah bagian dari keseluru-
han alam yang merupakan satu kesatuan. Oleh karena itu kemerdekaan
harus diciptakan untuk pribadi dalam kontek hidup ditengah masyara-
kat. Sekalipun kemerdekaan adalah esensi daripada kemanusiaan, tidak
berarti bahwa manusia selalu dan dimana saja merdeka. Adanya batas-
batas dari kemerdekaan adalah suatu kenyataan. Batas-bata tertentu
itu dikarenakan adanya hukum-hukum yang pasti dan tetap menguasai
alam. Hukum yang menguasai benda-benda maupun masyarakat
manusia sendiri yang tidak tunduk dan tidak pula bergantung kepada
kemauan manusia. Hukum-hukum itu mengakibatkan adanya “keha-
rusan Universal “ atau “kepastian hukum “ dan takdir. 3) jadi kalau
kemerdekaan pribadi diwujudkan dalam kontek hidup di tengah alam
dan masyarakat dimana terdapat keharusan universal yang tidak ter-
taklukan, maka apakah bentuk yang harus dipunyai oleh seseorang
kepada dunia sekitarnya?
Sudah tentu bukan hubungan penyerahan, sebab penyerahan
berarti peniadaan terhadap kemerdekaan itu sendiri. Pengakuan akan ad-
anya keharusan universal yang diartikan sebagai penyerahan kepadanya
sebelum suatu usaha dilakukan berarti perbudakan. Pengakuan akan
adanya kepastian umum atau takdir hanyalah pengakuan akan adanya
batas-batas kemerdekaan. Sebaliknya suatu persyaratan yang positif
daripada kemerdekaan adalah pengetahuan tentang adanya kemungki-
nan-kemungkinan kretif manusia. Yaitu tempat bagi adanya usaha yang
bebas dan dinamakan “ikhtiar” artinya pilih merdeka.
khtiar adalah kegiatan kemerdekaan dari individu, juga be-
rarti kegiatan dari manusia merdeka. Ikhtiar merupakan usaha yang di-
tentukan sendiri dimana manusia berbuat sebagai pribadi banyak segi
yang integral dan bebas; dan dimana manusia tidak diperbudak oleh
suatu yang lain kecuali oleh keinginannya sendiri dan kecintaannya ke-
pada kebaikan. Tanpa adanya kesempatan untuk berbuat atau berikhtiar,
manusia menjadi tidak merdeka dan menjadi tidak bisa dimengerti un-
tuk memberikan pertanggung jawaban pribadi dari amal perbuatannya.
Kegiatan merdeka berarti perbuatan manusia yang merubah dunia
dan dirinya sendiri. Jadi sekalipun terdapat keharusan universal atau
takdir manusia dengan haknya untuk berikhtiar mempunyai peranan ak-
tif dan menentukan bagi dunia dan dirinya sendiri.

82
buku lokakarya 2.indd Sec1:82 30/06/2016 20:36:38
Manusia tidak dapat berbicara mengenai takdir suatu kejadian
sebelum kejadian itu menjadi kenyataan. Maka percaya kepada takdir
akan membawa keseimbangan jiwa tidak terlalu berputus asa karena
suatu kegagalan dan tidak perlu membanggakan diri karena suatu kemun-
duran. Sebab segala sesuatu tidak hanya terkandung pada dirinya sendiri,
melainkan juga kepada keharusan yang universal itu.

4. K E T U H A N A N YA N G MAHA ESA DAN


KEMANUSIAAN
Telah jelas bahwa hubungan yang benar antara individu manusia
dengan dunia sekitarnya bukan hubungan penyerahan. Sebab penyera-
han meniadakan kemerdekaan dan keikhklasan dan kemanusiaan. Tatapi
jelas pula bahwa tujuan manusia hidup merdeka dengan segala keg-
iatannya ialah kebenaran. Oleh karena itu sekalipun tidak tunduk pada
sesuatu apapun dari dunia sekelilingnya, namun manusia merdeka masih
dan mesti tunduk kepada kebenaran. Karena menjadikan sesuatu sebagai
tujuan adalah berarti pengabdian kepada-Nya.
Jadi kebenaran-kebenaran menjadi tujuan hidup dan apabila
demikian maka sesuai dengan pembicaraan terdahulu maka tujuan hid-
up yang terakhir dan mutlak ialah kebenaran terakhir dan mutlak seb-
agai tujuan dan tempat menundukkan diri. Adakah kebenaran terakhir dan
mutlak itu ?. Ada, sebagaimana tujuan akhir dan mutlak daripada hidup
itu ada. Karena sikapnya yang terakhir (ultimate) dan mutlak maka sudah
pasti kebenaran itu hanya satu secara mutlak pula.
Dalam perbendaharaan kata dan kulturiil, kita sebut kebena-
ran mutlak itu “Tuhan”, kemudian sesuai dengan uraian bab I, Tuhan
itu menyatakan diri kepada manusia sebagai Allah. Karena kemutlakan-
nya, Tuhan bukan saja tujuan segala kebenaran. Maka dia adalah Yang
Maha Benar. Setiap pikiran yang maha benar adalah pada hakikatnya
pikiran tentang Tuhan YME. Oleh sebab itu seseorang manusia merdeka
ialah yang ber-ketuhanan Yang Maha Esa. Keiklasan tiada lain adalah ke-
giatan yang dilakukan semata-mata bertujuan kepada Tuhan YME, yaitu
kebenaran mutlak, guna memperoleh persetujuan atau “ridho” daripada-
Nya. Sebagaimana kemanusiaan terjadi karena adanya kemerdekaan dan
kemerdekaan ada karena adanya tujuan kepada Tuhan semata-mata. Hal
itu berarti segala bentuk kegiatan hidup dilakukan hanyalah karena nilai
kebenaran itu yang terkandung didalamnya guna mendapat pesetujuan
atau ridho kebenaran mutlak. Dan hanya pekerjaan “karena Allah” itulah
yang bakal memberikan rewarding bagi kemanusiaan. Kata “iman” berar-
ti percaya dalam hal ini percaya kepada Tuhan sebagai tujuan hidup yang

83
buku lokakarya 2.indd Sec1:83 30/06/2016 20:36:39
mutlak dan tempat mengabdikan diri kepada-Nya. Sikap menyerah-
kan diri dan mengabdi kepada Tuhan itu disebut Islam. Islam menjadi
nama segenap ajaran pengabdian kepada Tuhan YME. Pelakunya disebut
“Muslim”. Tidak lagi diperbudak oleh sesama manusia atau sesuatu
yang lain dari dunia sekelilingnya, manusia muslim adalah manu-
sia yang merdeka yang menyerahkan dan menyembahkan diri kepada
Tuhan YME. Semangat tauhid (memutuskan pengabdian hanya kepada
Tuhan YME) menimbulkan kesatuan tujuan hidup, kesatuan kepribadian
dan kemasyarakatan. Kehidupan bertauhid tidak lagi berat sebelah, par-
sial dan terbatas. Manusia bertauhid adalah manusia yang sejati dan sem-
purna yang kesadaran akan dirinya tidak mengenal batas.
Dia adalah pribadi manusia yang sifat perorangannya adalah
keseluruhan (totalitas) dunia kebudayaan dan peradaban. Dia memiliki
seluruh dunia ini dalam arti kata mengambil bagian sepenuh mungkin
dalam menciptakan dan menikmati kebaikan-kebaikan dan peradaban ke-
budayaan.
Pembagian kemanusiaan tidak selaras dengan dasar kesatuan
kemanusiaan (human totality) itu antara lain, ialah pemisahan antara
eksistensi ekonomi dan moral manusia, antara kegiatan duniawi dan
ukhrowi antara tugas-tugas peradaban dan agama. Demikian pula seba-
liknya, anggapan bahwa manusia adalah tujuan pada dirinya membela
kemanusiaan seseorang menjadi : manusia sebagai pelaku kegiatan dan
manusia sebagai tujuan kegiatan. Kepribadian yang pecah berlawanan
dengan kepribadian kesatuan (human totality) yang homogen dan harmo-
nis pada dirinya sendiri : jadi berlawanan dengan kemanusiaan.
Oleh karena hakikat hidup adalah amal perbuatan atau kerja, maka
nilai-nilai tidak dapat dikatakan ada sebelum menyatakan diri dalam keg-
iatan-kegiatan konkrit dan nyata. Kecintaan kepada Tuhan sebagai kebai-
kan, keindahan dan kebenaran yang mutlak dengan sendirinya memancar
dalam kehidupan sehari- hari dalam hubungannya dengan alam dan ma-
syarakat, berupa usaha-usaha yang nyata guna menciptakan sesuatu yang
membawa kebaikan, keindahan dan kebenaran bagi sesama manusia “amal
saleh” (harafiah: pekerjaan yang selaras dengan kemanusiaan) merupak-
an pancaran langsung daripada iman. Jadi Ketuhanan YME memancar
dalam perikemanusiaan. Sebaliknya karena kemanusiaan adalah kelan-
jutan kecintaan kepada kebenaran maka tidak ada perikemanusiaan tanpa
Ketuhanan YME. Perikemanusiaan tanpa Ketuhanan adalah tidak sejati.
Oleh karena itu semangat Ketuhanan YME dan semangat mencari ridho
daripada-Nya adalah dasar peradaban yang benar dan kokoh. Dasar selain
itu pasti goyah dan akhirnya membawa keruntuhan peradabannya.

84
buku lokakarya 2.indd Sec1:84 30/06/2016 20:36:39
”Syirik” merupakan kebalikan dari tauhid, secara harafiah arti-
nya mengadakan tandingan, dalam hal ini kepada Tuhan. Syirik adalah
sifat menyerah dan menghambakan diri kepada sesuatu selain kebenaran
baik kepada sesama manusia maupun alam. Karena sifatnya yang me-
niadakan kemerdekaan asasi, syirik merupakan kejahatan terbesar kepada
kemanusiaan. Pada hakikatnya segala bentuk kejahatan dilakukan orang
karena syirik. Sebab dalam melakukan kejahatan itu dia mengham-
bakan diri kepada motif yang mendorong dilakukannya kejahatan
tersebut yang bertentangan dengan prinsip-prinsip kebenaran. Demikian
pula karena syirik seseorang mengadakan pamrih atas pekerjaan yang
dilakukannya. Dia bekerja bukan karena nilai pekerjaan itu sendiri
dalam hubungannya dengan kebaikan, keindahan dan kebenaran, tetapi
karena hendak memperoleh sesuatu yang lain.
”Musyrik” adalah pelaku daripada syirik. Seseorang yang meng-
hambakan diri kepada sesuatu selain Tuhan baik manusia maupun alam
disebut musyrik, sebab dia mengangkat sesuatu selain Tuhan menjadi
setingkat dengan Tuhan. Demikian pula seseorang yang menghambakan
(sebagaimana dengan jiran atau diktator) adalah musyrik, sebab dia men-
gangkat dirinya sendiri setingkat dengan Tuhan.
Kedua perlakuan itu merupakan penentang terhadap kemanu-
siaan, baik bagi dirinya sendiri maupun kepada orang lain. Maka sikap
berperikemanusiaan adalah sikap yang adil, yaitu sikap menempatkan
sesuatu kepada tempatnya yang wajar, seseorang yang adil (wajar) ialah
yang memandang manusia. Tidak melebihkan sehingga menghambakan
dirinya kepada-Nya. Dia selau menyimpan itikad baik dan lebih baik (ikh-
san) maka kebutuhan menimbulkan sikap yang adil kepada manusia.

5. INDIVIDU DAN MASYARAKAT


Telah diterangkan dimuka, bahwa pusat kemanusiaan adalah mas-
ing-masing pribadinya dan bahwa kemerdekaan pribadi adalah hak asasinya
yang pertama. Tidak sesuatu yang lebih berharga daripada kemerdekaan itu.
Juga telah dikemukakan bahwa manusia hidup dalam suatu bentuk hubungan
tertentu dengan dunia sekitarnya, sebagai mahkluk sosial, manusia tidak mung-
kin memenuhi kebutuhan kemanusiaannya dengan baik tanpa berada ditengah
sesamanya dalam bentuk-bentuk hubungan tertentu. Maka dalam masyarakat
itulah kemerdekaan asasi diwujudkan. Justru karena adanya kemerdekaan
pribadi itu maka timbul perbedaan-perbedaan antara suatu pribadi dengan lain-
nya. Sebenarnya perbedaan-perbedaan itu adalah untuk kebaikannya sendiri :
sebab kenyataan yang penting dan prinsipil, ialah bahwa kehidupan ekonomi,
sosial, dan kultural menghendaki pembagian kerja yang berbeda-beda.

85
buku lokakarya 2.indd Sec1:85 30/06/2016 20:36:39
Pemenuhan suatu bidang kegiatan guna kepentingan masyara-
kat adalah suatu keharusan, sekalipun hanya oleh sebagian anggota saja.
Namun sejalan dengan prinsip kemanusiaan dan kemerdekaan, dalam
kehidupan yang teratur tiap-tiap orang harus diberi kesempatan untuk
mengembangkan kecakapannya melalui aktifitas dan kerja yang sesuai
dengan kecenderungannya dan bakatnya. Namun inilah kontradiksi yang
ada pada manusia dia adalah mahkluk yang sempurna dengan kecerdasan
dan kemerdekaannya dapat berbuat baik kepada sesamanya, tetapi
pada waktu yang sama ia merasakan adanya pertentangan yang konstan
dan keinginan tak terbatas sebagai hawa nafsu. Hawa nafsu cenderung
kearah merugikan orang lain (kejahatan) dan kejahatan dilakukan orang
karena mengikuti hawa nafsu. Ancaman atas kemerdekaan masyarakat,
dan karena itu juga berarti ancaman terhadap kemerdekaan pribadi anggot-
anya ialah keinginan tak terbatas atau hawa nafsu tersebut, maka
selain kemerdekaan, persamaan hak antara sesama manusia adalah esensi
kemanusiaan yang harus ditegakkan. Realisasi persamaan dicapai dengan
membatasi kemerdekaan. Kemerdekaan tak terbatas hanya dapat dipunyai
satu orang, sedangkan untuk lebih satu orang, kemerdekaan tak terbatas
tidak dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan, kemerdekaan seseorang
dibatasi oleh kemerdekaan orang lain. Pelaksanaan kemerdekaan tak ter-
batas hanya berarti pemberian kemerdekaan kepada pihak yang kuat atas
yang lemah (perbudakan dalam segala bentuknya), sudah tentu hak itu
bertentangan dengan prinsip keadilan. Kemerdekaan dan keadilan meru-
pakan dua nilai yang saling menopang. Sebab harga diri manusia terletak
pada adanya hak bagi orang lain untuk mengembangkan kepribadiannya.
Sebagai kawan hidup dengan tingkat yang sama. Anggota masyarakat ha-
rus saling menolong dalam membentuk masyarakat yang bahagia.
mungkin dirubah. Hubungan yang benar antara manusia dengan
sejarah bukanlah penyerahan pasif, tetapi sejarah ditentukan oleh ma-
nusia sendiri. Tanpa pengertian ini adanya azab Tuhan (akibat buruk)
dan pahala (akibat baik) bagi satu amal perbuatan mustahil ditanggung
manusia.
Manusia merasakan akibat amal perbuatannya sesuai dengan
ikhtiar. Dalam hidup ini (dalam sejarah) dalam hidup kemudian (sesu-
dah sejarah). Semakin seseorang bersungguh-sungguh dalam kekuatan
yang bertanggung jawab dengan kesadaran yang terus menerus akan
tujuan dalam membentuk masyarakat semakin ia mendekati tujuan.

86
buku lokakarya 2.indd Sec1:86 30/06/2016 20:36:39
Manusia mengenali dirinya sebagai makhluk yang nilai dan mar-
tabatnya dapat sepenuhnya dinyatakan, jika ia mempunyai kemerdekaan
tidak saja mengatur hidupnya sendiri tetapi juga untuk memperbaiki den-
gan sesama manusia dalam lingkungan masyarakat. Dasar hidup gotong-
royong ini ialah keistimewaan dan kecintaan sesama manusia dalam pen-
gakuan akan adanya persamaan dan kehormatan bagi setiap orang.

6.KEADILAN SOSIAL DAN KEADILAN EKONOMI


Telah kita bicarakan tentang hubungan antara individu dengan
masyarakat dimana kemerdekaan dan pembatas kemerdekaan saling ber-
gantungan, dan dimana perbaikan kondisi masyarakat tergantung pada
perencanaan manusia dan usaha-usaha bersamanya. Jika kemerdekaan
dicirikan dalam bentuk yang tidak bersyarat (kemerdekaan tak terbatas)
maka sudah terang bahwa setiap orang diperbolehkan mengejar dengan
bebas segala keinginan pribadinya. Akibatnya pertarungan keinginan
yang bermacam-macam itu satu sama lain dalam kekacauan atau anarchi.
Sudah barang tentu menghancurkan masyarakat dan meniadakan kema-
nusiaan sebab itu harus ditegakkan keadilan dalam masyarakat. Siapakah
yang harus menegakkan keadilan dalam masyarakat? Sudah barang pasti
ialah masyarakat sendiri, tetapi dalam prakteknya diperlukan adanya satu
kelompok dalam masyarakat yang karena kualitas-kualitas yang dimil-
ikinya senantiasa mengadakan usaha-usaha menegakkan keadilan itu den-
gan jalan selalu menganjurkan sesuatu yang bersifat kemanusiaan serta
mencegah terjadinya sesuatu yang berlawanan dengan kemanusiaan.
Kualitas yang harus dipunyai, rasa kemanusiaan yang tinggi se-
bagai pancaran kecintaan yang tak terbatas pada Tuhan. Di samping itu
diperlukan kecakapan yang cukup. Kelompok orang-orang itu adalah pe-
mimpin masyarakat. Memimpin adalah menegakkan keadilan, menjaga
agar setiap orang memperoleh hak asasinya dan dalam jangka waktu yang
sama menghormati kemerdekaan orang lain dan martabat kemanusiaan-
nya sebagai manifestasi kesadarannya akan tanggung jawab sosial.
Negara adalah bentuk masyarakat yang terpenting, dan pemerin-
tah adalah susunan masyarakat yang terkuat dan berpengaruh. Oleh sebab
itu pemerintah yang pertama berkewajiban menegakkan kadilan. Maksud
semula dan fundamental daripada didirikannya negara dan pemerintah
ialah guna melindungi manusia yang menjadi warga negara daripada
kemungkinan perusakkan terhadap kemerdekaan dan harga diri sebagai
manusia sebaliknya setiap orang mengambil bagian pertanggungjawaban
dalam masalah-masalah atas dasar persamaan yang diperoleh melalui de-
mokrasi.

87
buku lokakarya 2.indd Sec1:87 30/06/2016 20:36:39
Pada dasarnya masyarakat dengan masing-masing pribadi yang
ada didalamnya haruslah memerintah dan memimpin diri sendiri. Oleh
karena itu pemerintah haruslah merupakan kekuatan pimpinan yang la-
hir dari masyarakat sendiri. Pemerintah haruslah demokratis, berasal
dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, menjalankan kebijaksanaan
atas persetujuan rakyat berdasarkan musyawarah dan dimana keadilan
dan martabat kemanusiaan tidak terganggu. Kekuatan yang sebenarnya
didalam negara ada ditangan rakyat, dan pemerintah harus bertanggung
jawab pada rakyat.
Menegakkan keadilan mencakup penguasaan atas keinginan-ke-
inginan dan kepentingan-kepentingan pribadi yang tak mengenal batas
(hawa nafsu) adalah kewajiban dari negara sendiri dan kekuatan-kekuatan
sosial untuk menjunjung tinggi prinsip kegotongroyongan dan kecintaan
sesama manusia. Menegakkan keadilan amanat rakyat kepada pemerintah
yang musti dilaksanakan. Disadari oleh sikap hidup yang benar, ketaatan
kapada pemerintah termasuk dalam lingkungan ketaatan kepada Tuhan
(kebenaran mutlak). Pemerintah yang benar dan harus ditaati ialah meng-
abdi kepada kemanusiaan, kebenaran dan akhirnya kepada Tuhan YME.
Perwujudan menegakkan keadilan yang terpenting dan berpen-
garuh ialah menegakkan keadilan di bidang ekonomi atau pembagian
kekeyaan diantara anggota masyarakat. Keadilan menuntut agar setiap
orang dapat bagian yang wajar dari kekayaan atau rejeki. Dalam ma-
syarakat yang tidak mengenal batas-batas individual, sejarah merupakan
perjuangan dialektis yang berjalan tanpa kendali dari pertentangan-per-
tentangan golongan yang didorong oleh ketidakserasian antara pertum-
buhan kekuatan produksi disatu pihak dan pengumpulan kekayaan oleh
golongan-golongan kecil dengan hak-hak istimewa dilain pihak. Karena
kemerdekaan tak terbatas mendorong timbulnya jurang- jurang pemisah
antara kekayaan dan kemiskinan yang semakin dalam. Proses selanjut-
nya yaitu bila sudah mencapai batas maksimal pertentangan golongan
itu akan menghancurkan sendi-sendi tatanan sosial dan membinasakan
kemanusiaan dan peradabannya.
Dalam masyarakat yang tidak adil, kekeyaan dan kemiskinan
akan terjadi dalam kualitas dan proporsi yang tidak wajar sekalipun reali-
tas selalu menunjukkan perbedaan-perbedaan antara manusia dalam ke-
mampuan fisik maupun mental namun dalam kemiskinan dalam masyara-
kat dengan pemerintah yang tidak menegakkan keadilan adalah keadilan
yang merupakan perwujudan dari kezaliman. Orang-orang kaya menjadi
pelaku daripada kezaliman sedangkan orang-orang miskin dijadikan sasa-
ran atau korbannya. Oleh karena itu sebagai yang menjadi sasaran kezali-

88
buku lokakarya 2.indd Sec1:88 30/06/2016 20:36:40
man, orang-orang miskin berada dipihak yang benar. Pertentangan antara
kaum miskin menjadi pertentangan antara kaum yang menjalankan keza-
liman dan yang dizalimi. Dikarenakan kebenaran pasti menag terhadap
kebhatilan, maka pertentangan itu disudahi dengan kemenangan tak ter-
hindar bagi kaum miskin, kemudian mereka memegang tampuk pimpinan
dalam masyarakat.
Kejahatan di bidang ekonomi yang menyeluruh adalah penin-
dasan oleh kapitalisme. Dengan kapitalisme dengan mudah seseorang
dapat memeras orang-orang yang berjuang mempertahankan hidupnya
karena kemiskinan, kemudian merampas hak-haknya secara tidak sah,
berkat kemampuannya untuk memaksakan persyaratan kerjanya dan
hidup kepada mereka. Oleh karena itu menegakkan keadilan mencakup
pemberantasan kapitalisme dan segenap usaha akumulasi kekayaan pada
sekelompok kecil masyarakat. Sesudah syirik kejahatan terbesar kepada
kemanusiaan adalah penumpukan harta kekayaan beserta penggunaanya
yang tidak benar, menyimpang dari kepentingan umum, tidak mengikuti
jalan Tuhan. Maka menegakkan keadilan inilah membimbing manusia
ke arah pelaksanaan tata masyarakat yang akan memberikan kepada se-
tiap orang kesempatan yang sama untuk mengatur hidupnya secara bebas
dan terhormat (amar ma’ruf) dan pertentangan terus menerus terhadap
segala bentuk penindasan kepada manusia kepada kebenaran asasinya dan
rasa kemanusiaan (nahi munkar). Dengan perkataan lain harus diadakan
restriksi- restriksi atau cara-cara memperoleh, mengumpulkan dan
menggunakan kekayaan itu. Cara yang tidak bertentangan dengan kama-
nusiaan diperbolehkan (yang ma’ruf dihalalkan) sedangkan cara yang
bertentangan dengan kemanusiaan dilarang (yang munkar diharamkan).
Pembagian ekonomi secara tidak benar itu hanya ada dalam
suatu masyarakat yang tidak menjalankan prisip Ketuhanan YME, dalam
hal ini pengakuan berketuhanan YME tetapi tidak melaksanakannya sama
nilainya dengan tidak berketuhanan sama sekali. Sebab nilai-nilai yang
tidak dapat dikatakan hidup sebelum menyatakan diri dalam amal perbua-
tan yang nyata.
Dalam suatu masyarakat yang tidak menjadikan Tuhan seb-
agai satu-satunya tempat tunduk dan menyerahkan diri, manusia dapat
diperbudaknya antara lain oleh harta benda. Tidak lagi seorang pekerja
menguasai hasil pekerjaanya, tetapi justru dikuasai oleh hasil pekerjaan
itu. Produksi seorang buruh memperbesar kapital majikan dan kapital itu
selanjutnya lebih memperbudak buruh. Demikian pula terjadi pada maji-
kan bukan ia menguasai kapital tetapi kapital itulah yang menguasainya.
Kapital atau kekayaan telah menggenggam dan memberikan sifat-sifat
tertentu seperti keserakahan, ketamakan dan kebengisan.

89
buku lokakarya 2.indd Sec1:89 30/06/2016 20:36:40
Oleh karena itu menegakkan keadilan bukan saja dengan amar
ma’ruf nahi munkar sebagaimana diterapkan dimuka, tetapi juga melalui
pendidikan yang intensif terhadap pribadi-pribadi agar tetap mencintai
kebenaran dan menyadari secara mendalam akan andanya tuhan. Sem-
bahyang merupakan pendidikan yang kontinue, sebagai bentuk formil
peringatan kepada tuhan. Sembahyang yang benar akan lebih efektif
dalam meluruskan dan membetulkan garis hidup manusia. Sebagaimana
ia mencegah kekejian dan kemungkaran. Jadi sembahyang merupakan pe-
nopang hidup yang benar. Sembahyang menyelesaikan masalah - masalah
kehidupan, termasuk pemenuhan kebutuhan yang ada secara instrin-
sik pada rohani manusia yang mendalam, yaitu kebutuhan sepiritual
berupa pengabdian yang bersifat mutlak.
Pengabdian yang tidak tersalurkan secara benar kepada tuhan
YME tentu tersalurkan kearah sesuatu yang lain. Dan membahayakan
kemanusiaan. Dalam hubungan itu telah terdahulu keterangan tentang
syirik yang merupakan kejahatan fundamental terhadap kemanusiaan.
Dalam masyarakat, yang adil mungkin masih terdapat pembagian ma-
nusia menjadi golongan kaya dan miskin. Tetapi hal itu terjadi dalam ba-
tas - batas kewajaran dan kemanusian dengan pertautan kekayaan dan
kemiskinan yang mendekat. Hal itu sejalan dengan dibenarkannya
pemilikan pribadi (Private ownership) atas harga kekayaan dan adanya
perbedaan - perbedaan tak terhindar dari pada kemampuan
- kemampuan pribadi, fisik maupun mental. Walaupun demikian usaha
- usaha kearah perbaikan dalam pembagian rejeki ke arah yang merata
tetap harus dijalankan oleh masyarakat. Dalam hal ini zakat adalah peny-
elesaian terakhir masalah perbedaan kaya dan miskin itu. Zakat dipungut
dari orang - orang kaya dalam jumlah presentase tertentu untuk dibagikan
kepada orang miskin.
Zakat dikenakan hanya atas harta yang diperoleh secara benar,
Syah dan halal saja. Sedang harta kekayaan yang haram tidak dikenakan
zakat tetapi harus dijadikan milik umum guna manfaat bagi rakyat dengan
jalan penyitaan oleh pemerintah. Oleh karena itu, sebelum penarikan za-
kat dilakukan terlebih dahulu harus dibentuk suatu masyarakat yang adil
berdasarkan ketuhanan Tuhan Yang Maha Esa, dimana tidak lagi didapati
cara memperoleh kekayaan secara haram, diman penindasan atas manusia
oleh manusia dihapus.
Sebagaimana ada ketetapan tentang bagaimana harta kekayaan
itu diperoleh, juga ditetapkan bagaimana mempergunakan harta kekay-
aan itu. Pemilikan pribadi dibenarkan hanya jika hanya digunakan hak
itu tidak bertentangan, pemilikan pribadi menjadi batal dan pemerintah
berhak mengajukan konfikasi.

90
buku lokakarya 2.indd Sec1:90 30/06/2016 20:36:40
Seorang dibenarkan mempergunakan harta kekayaan dalam ba-
tas - batas tertentu, yaitu dalam batas tidak kurang tetapi juga tidak me-
lebihi rata - rata atau israf pertentangan dengan perikemanusiaan. Keme-
wahan selalu menjadi provokasi terhadap pertentangan golongan dalam
masyarakat membuat akibat destruktif. Sebaliknya penggunaan kurang
dari rata-rata masyarakat ( taqti) merusakkan diri sendiri dalam masyara-
kat disebabkan membekunya sebagian dari kekayaan umum yang dapat
digunakan untuk manfaat bersama.
Hal itu semuanya merupakan kebenaran karena pada hakekatnya
seluruh harta kekayaan ini adalah milik Tuhan. Manusia seluruhnya diberi
hak yang sama atas kekayaan itu dan harus diberikan bagian yang wajar
dari padanya.
Pemilikan oleh seseorang (secara benar) hanya bersifat relatif se-
bagai mana amanat dari Tuhan. Penggunaan harta itu sendiri harus sejalan
dengan yang dikehendaki tuhan, untuk kepentingan umum. Maka kalau
terjadi kemiskinan, orang - orang miskin diberi hak atas sebagian harta
orang - orang kaya, terutama yang masih dekat dalam hubungan keluarga.
Adalah kewajiban negara dan masyarakat untuk melindungi kehidupan
keluarga dan memberinya bantuan dan dorongan. Negara yang adil men-
ciptakan persyaratan hidup yang wajar sebagaimana yang diperlukan oleh
pribadi-pribadi agar diandan keluarganya dapat mengatur hidupnya secara
terhormat sesuai dengan kainginan- keinginannya untuk dapat menerima
tanggungjawab atas kegiatan-kegiatnnya. Dalam prakteknya, hal itu be-
rarti bahwa pemerintah harus membuka jalan yang mudah dan kesempa-
tan yang sama kearah pendidikan, kecakapan yang wajar kemerdekaan
beribadah sepenuhnya dan pembagian kekayaan bangsa yang pantas.

7.KEMANUSIAAN DAN ILMU PENGETAHUAN


Dari seluruh uraian yang telah di kemukakan , dapatlah dikum-
pulkan dengan pasti bahwa inti dari pada kemanusiaan yang suci adalah
Iman dan kerja kemanusiaan atau Amal Saleh Iman dalam pengertian ke-
percayaan akan adanya kebenaran mutlak yaitu Tuhan Yang Maha Esa
, serta menjadikanya satu- satunya tujuan hidup dan tempat pengabdian
diri yang terakhir dan mutlak. Sikap itu menimbulkan kecintaan tak ter-
batas pada kebenaran, kesucian dan kebaikan yang menyatakan dirinya
dalam sikap pri kemanusiaan. Sikap pri kemanusiaan menghasilkan amal
saleh, artinya amal yang bersesuaian dengan dan meningkatkan kemanu-
siaan. Sebaik-baiknya manusia ialah yang berguna untuk sesamanya. Tapi
bagaimana hal itu harus dilakukan manusia ?.

91
buku lokakarya 2.indd Sec1:91 30/06/2016 20:36:40
Sebagaimana setiap perjalanan kearah suatu tujuan ialah gerakan
kedepan demikian pula perjalanan ummat manusia atau sejarah adalah
gerakan maju kedepan. Maka semua nilai dalam kehidupan relatif adanya
berlaku untuk suatu tempat dan suatu waktu tertentu.
Demikianlah segala sesuatu berubah, kecuali tujuan akhir dari
segala yang ada yaitu kebenaran mutlak (Tuhan). Jadi semua nilai yang
benar adalah bersumber atau dijabarkan dari ketentuan-ketentuan hu-
kum-hukum Tuhan. Oleh karena itu manusia berikhtiar dan merdeka,
ialah yang bergerak. Gerakan itu tidak lain dari pada gerak maju kedepan
(progresif). Dia adalah dinamis, tidak setatis. Dia bukanlah seorang tra-
disional, apalagi reaksioner. Dia menghendaki perubahan terus menerus
sejalan dengan arah menuju kebenaran mutlak. Dia senantiasa mencarai
kebenaran-kebenaran selama perjalanan hidupnya. Kebenaran- kebena-
ran itu menyatakan dirinya dan ditemukan didalam alam dari sejarah umt
manusia.
Ilmu pengetahuan adalah alat manusia untuk mencari dan men-
emukan kebenaran-kebenaran dalam hidupnya, sekalipun relatif namun
kebenaran- kebenaran merupakan tonggak sejarah yang mesti dilalui
dalam perjalanan sejarah menuju kebenaran mutlak. Dan keyakinan
adalah kebenaran mutlak itu sendiri pada suatu saat dapat dicapai oleh
manusia, yaitu ketika mereka telah memahami benar seluruh alam dan
sejarahnya sendiri.
Jadi ilmu pengetahuan adalah persyaratan dari amal soleh. Hanya
mereka yang dibimbing oleh ilmu pengetahuan dapat berjalan diatas ke-
benaran-kebenaran, yang menyampaikan kepada kepatuhan tanpa re-
serve kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan iman dan kebenaran ilmu
pengetahuan manusia mencapai puncak kemanusiaan yang tertinggi.
lmu pengetahuan ialah pengertian yang dipunyai oleh manusia
secara benar tentang dunia sekitarnya dan dirinya sendiri. Hubungan yang
benar antara manusia dan alam sekelilingnya ialah hubungan dan pengara-
han. Manusia harus menguasai alam dan masyarakat guna dapat mengarah-
kanya kepada yang lebih baik. Penguasaan dan kemudian pengarahan itu
tidak mungkin dilaksanakan tanpa pengetahuan tentang hukum-hukumnya
agar dapat menguasai dan menggunakanya bagi kemanusiaan. Sebab alam
tersedia bagi ummat manusia bagi kepentingan pertumbuhan kemanu-
siaan. Hal itu tidak dapat dilakukan kecuali mengerahkan kemampuan
intelektualitas atau rasio. Demikian pula manusia harus memahami sejarah
dengan hukum-hukum yang tetap. Hukum sejarah yang tetap (sunatullah
untuk sejarah) yaitu garis besarnya ialah bahwa manusia akan menemui
kejayaan jika setia kepada kemanusiaan fitrinya dan menemui kehancuran
jika menyimpang dari padanya dengan menuruti hawa nafsu.

92
buku lokakarya 2.indd Sec1:92 30/06/2016 20:36:40
Tetapi cara-cara perbaikan hidup sehingga terus-menerus maju
kearah yang lebih baik sesuai dengan fitrah adalah masalah pengalaman.
Pengalaman ini harus ditarik dari masa lampau, untuk dapat mengerti
masa sekarang dan memperhitungkan masa yang akan datang. Mengua-
sai dan mengarahkan masyarakat ialah mengganti kaidah-kaidah um-
umnya dan membimbingnya kearah kemajuan dan perbaikan.

8. KESIMPULAN DAN PENUTUP


Dari seluruh uraian yang telah lalu dapatlah diambil kesimpulan
secara garis besar sbb :
1. Hidup yang benar dimulai dengan percaya atau iman kepada Tuhan.
Tuhan YME dan keinginan mendekat serta kecintaan kepada-Nya yaitu
takwa. Iman dan takwa bukanlah nilai yang statis dan abstrak. Nilai-nilai
itu mamancar dengan sendirinya dalam bentuk kerja nyata bagi kemanu-
siaan dan amal saleh. Iman tidak memberi arti apa-apa bagi manusia
jika tidak disertai dengan usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan yang sung-
guh-sungguh untuk menegakkan perikehidupan yang benar dalam per-
adaban dan berbudaya.

2. Iman dan takwa dipelihara dan diperkuat dengan melakukan ibadah


atau pengabdian formil kepada Tuhan, ibadah mendidik individu agar
tetap ingat dan taat kepada Tuhan dan berpegang tuguh kepada kebenaran
sebagai mana dikehendaki oleh hati nurani yang hanif. Segala sesuatu
yang menyangkut bentuk dan cara beribadah menjadi wewenang penuh
dari pada agama tanpa adanya hak manusia untuk mencampurinya. Iba-
dat-ibadat yang terus menerus kepada Tuhan menyadarkan manusia akan
kedudukannya di tengahh alam dan masyarakat dan sesamanya. Ia telah
melebihkan sehingga kepada kedudukan Tuhan dengan merugikan
orang lain, dan tidak mengurangi kehormatan dirinya sebagai mahluk
tertinggi dengan akibat perbudakan diri kepada alam maupun orang lain.

3. Kerja kemanusiaan atau amal saleh mengambil bentuknya yang


utama dalam usaha yanag sungguh - sungguh secara essensial me-
nyangkut kepentingan manusia secara keseluruhan, baik dalam ukuran ru-
ang maupun waktu yang menegakkan keadilan dalam masyarakat sehing-
ga setiap orang memperoleh harga diri dan martabatnya sebagai manusia.
Hal itu berarti usaha - usaha yang terus menerus harus dilakukan guna
mengarahkan masyarakat kepada nilai - nilai yang baik, lebih maju dan
lebih insani usaha itu ialah “amar ma’ruf , disamping usaha lain untuk
mencegah segala bentuk kejahatan dan kemerosotan nilai - nilai

93
buku lokakarya 2.indd Sec1:93 30/06/2016 20:36:41
4. kemanusiaan dan nahi mungkar. Selanjutnya bentuk kerja kemanu-
siaan yang lebih nyata ialah pembelaan kaum lemah, kaum tertindas dan
kaum miskin pada umumnya serta usaha - usaha kearah penungkatan na-
sib dan taraf hidup mereka yang wajar dan layak sebagai manusia.
Kesadaran dan rasa tanggung jawab yang besar kepada kemanusiaan
melahirkan jihad, yaitu sikap berjuang. Berjuang itu dilakukan dan di-
tanggung bersama oleh manusia dalam bentuk gotong royong atas dasar
kemanusiaan dan kecintaan kepada Tuhan. Perjuangan menegakkan ke-
benaran dan keadilan menuntut ketabahan, kesabaran, dan pengorbanan.
Dan dengan jalan itulah kebahagiaan dapat diwujudkan dalam masyarakat
manusia. Oleh sebab itu persyaratan bagi berhasilnya perjuangan adalah
adanya barisan yang merupakan bangunan yang kokoh kuat. Mereka teri-
kat satu sama lain oleh persaudaraan dan solidaritas yang tinggi dan oleh
sikap yang tegas kepada musuh - musuh dari kemanusiaan. Tetapi jus-
tru demi kemanusiaan mereka adalah manusia yang toleran. Sekalipun
mengikuti jalan yang benar, mereka tidak memaksakan kepada orang lain
atau golongan lain.

5. Kerja kemanusiaan atau amal saleh itu merupakan proses perkemban-


gan yang permanen. Perjuang kemanusiaan berusaha mengarah kepada
yang lebih baik, lebih benar. Oleh sebab itu manusia harus mengetahui
arah yang benar dari pada perkembangan peradaban disegala bidang.
Dengan perkataan lain, manusia harus mendalami dan selalu memper-
gunakan ilmu pengetahuan. Kerja manusia dan kerja kemanusiaan tanpa
ilmu tidak akan mencapai tujuannya, sebaliknya ilmu tanpa rasa kema-
nusiaan tidak akan membawa kebahagiaan bahkan mengahancurkan per-
adaban. Ilmu pengetahuan adalah karunia Tuhan yang besar artinya bagi
manusia. Mendalami ilmu pengetahun harus didasari oleh sikap terbuka.
Mampu mengungkapkan perkembangan pemikiran tentang kehidupan
berperadaban dan berbudaya. Kemudian mengambil dan mengamalkan
diantaranya yang terbaik.
Dengan demikian tugas hidup manusia menjadi sangat seder-
hana yaitu beriman, berilmu dan beramal.
Billahitaufiq Wal hidayah
Wassalamu‟alaikum Wr.Wb.

94
buku lokakarya 2.indd Sec1:94 30/06/2016 20:36:41
RUJUKAN NILAI DASAR PERJUANGAN HIMPUNAN MAHA-
SISWA ISLAM

1. DASAR – DASAR KEPERCAYAAN


Al – qur‟an. S. An – nahal (XVI) 89, artinya : “dan kami (Tuhan) telah
menurunkan kepada engkau (Muhammad) sebuah kitab (Al – qur‟an)
sebagai keterangan tentang sesuatu serta sebagai petunjuk, rahmat dan
kabar gembira bagi orang – orang muslim.”
Al – qur‟an. S. Al – Ikhlas (CXII) : 1 – 4 artinya : “Katakanlah : Dia
adalah Tuhan Yang Maha Esa dia adalah Tuhan, Tuhan segala tempat
harapan. Tiada ia berputar dan tiada pula berbapak serta tiada satupun
baginya sepadan.”
Al – qur‟an. S. Al – Hadid (LVII) : 3, artinya : “Dia adalah yang per-
tama dan terakhir dan yang lahir dan bathin.”
Al – qur‟an S. Al – Baqarah (II) 115, artinya : “Maka kemanapun jua
berpaling, disanalah wajah Tuhan.”
Al – qur‟an. S. Al – an‟am (VI) : 73, artinya : “Dan dia (Tuhan)
beserta kamu dimanapun kamu berada.”
Al – qur‟an. S. Al – an‟am (VI) : 73, artinya : “Dan dia (Tuhan) men-
ciptakan segala sesuatu kemudian mengaturnya dengan peraturan yang
pasti.”
Al – qur‟an. S. Al – Mu‟min (XXIII) : 14, artinya : “Maka Maha Muli-
alah Tuhan, sebaik– baiknya pencipta.”
Al – qur‟an. S. Luqman (XXXI) 20, artinya : “Tidaklah kamu memper-
hatikan bahwa Allah menyediakan bagimu segala sesuatu yang ada di
langit dan segala sesuatu yang ada di bumi dan melimpahkannya kepada
kami karunia – karunia mendatar- Nya baik yang nampak maupun yang
tidak nampak.”
Al – qur‟an, S. Yunus (X) : 101, artinya : “Katakanlah : Perhatikan
olehmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, tanda – tanda
dan peringatan itu tidak ada berguna bagi golongan manusia yang tidak
percaya.”
Al – qur‟an, S. Shod (XXXVIII) : 27, artinya : “Tidaklah kamu (Tu-
han) menciptakan lagit dan bumi dan segala sesuatu yang ada diantara
keduanya itu secara palsu hal itu hanyalah prasangka orang – orang kafir
saja.”
Al – qur‟an, S. Al – Tien (XCVO) : 4, artinya : “Sesungguhnya kami
(Tuhan) telah menciptakan manusia – manusia dalam bentuk yang
sebaik – baiknya.”
Al – qur‟an, S. Al – Isra (XVII) : 70, artinya : “Dan kami lebih mereka

95
buku lokakarya 2.indd Sec1:95 30/06/2016 20:36:41
itu (umat manusia) di atas banyak dari segala sesuatu yang kami cip-
takan dengan kelebihan yang nyata.”
Al – qur‟an, S. Al – an‟am (VI) : 165, artinya : “Dan dialah (Tuhan)
yang menjadikan kamu sekalian (umat manusia) sebagai khalifa – khali-
fah bumi, serta melebihkan sebahagian dari kamu atas sebagian yang
lain bertingkat – tingkat untuk menguji kamu dalam hal – hal yang telah
diuraikan kepada kamu. Sesungguhnya Tuhan cepat siksanya (akibat
buruk daripadanya perbuatan manusia yang salah) dan dia pastilah Maha
Pengampun dan Maha Penyayang (memberikan akibat baik atas per-
buatan manusia yang benar).”
Al – qur‟an, S. Hud (XI) : 16 artinya : “Dia (Tuhan) menumbuhkan
kamu (umat islam) dari bumi dan menyuruh kamu memakmurkannya.
Al – qur‟an, S. Al – Ahzab (XXXIII) : 72, artinya : “Sesungguhnya
kamu (Tuhan) menawarkan semua amanah (akal pikiran) kepada
langit, bumi dan gunung – gunung, maka mereka itu menolak untuk
menanggungnya dan merasakan keberatan atas amanah itu, manusialah
yang menanggungnya, sesungguhnya manusia mempersulit diri sendiri
dan bodoh.”
Al – qur‟an, S. Al – Ankabut (XXVII) : 20, artinya : “Katakanlah :
mengembaralah kamu ke muka bumi, kemudian perhatikanlah olehmu
bagaimana Allah memulai penciptaan-Nya kemudian mengembangkan
pertumbuhan yang pertumbuhan sesungguhnya Allah itu Maha Kuasa
atas segala sesuatu.”
Al – qur‟an. S. Al – Qashash (XXVII) : 20, artinya : “Katakanlah :
Mengembaralah kamu ke muka bumi, kemudian perhatikanlah olehmu
bagaimana Allah memula penciptaan-Nya kemudian mengembang-
kan pertumbuhan yang kemudian, sesungguhnya Allah itu Maha
Kuasa atas segala sesuatu.”
Al – qur‟an, S. Al – Isra (XVII) : 72, artinya : “Dan barang siapa disini
(dunia) buta (tidak berilmu), maka di akhirat nanti akan buta pula dan
lebih sesat lagi jalannya.”
Al – qur‟an, S. Al – Isra (XVII) : 36, artinya : “Dan janganlah engkau
mengikuti sesuatu yang tidak engkau mempunyai pengertian tentang hal
itu, sebab sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati nurani itu
semuanya pertanggung jawab atas hal tersebut.”
Al – qur‟an, S. Al – Mujaadalah (LVII) : 11, artinya : “Allah men-
gangkat orang – orang beriman diantara kamu dan berilmu bertingkat
– tingkat.”
Al – qur‟an, S. Fushilat (1) : artinya : “Janganlah kamu bersujud kepada
matahari ataupun bulan tetapi bersujudlah kepada Allah yang mencip-

96
buku lokakarya 2.indd Sec1:96 30/06/2016 20:36:41
takan.”
Al – qur‟an, S. Al – Fatihah (1) : artinya : “Janganlah kamu bersujud
kepada matahari ataupun bulan tetapi bersujudlah kepada Allah yang
menciptakan.”
Al – qur‟an, S. Al – Hajj (XXII) : 56, artinya : “Kerajaan pada hari
itu hanyalah bagi Allah, Dia mengadili antara manusia (suatu lukisan
simbolis). “Bagi siapakah pekerjaan hari ini ? bagi Allah Yang Maha Esa
dan Maha Perkasa.”
Al – qur‟an, S. Al – Baqarah (11) : 48, artinya : “Dan berjaga – jagalah
kamu sekalian terhadap massa dimana seseorang tidak sedikitpun mem-
bela orang – orang lain dan dimana tidak di terima suatu pertolongan dan
tidak suatu tebusan serta tidak pula itu akan dibantunya.”
Al – qur‟an, S. Al – A‟raf (II) : 187, artinya : “Mereka bertanya kepada
engkau (Muhammad) tentang hari kiamat kapan akan terjadi ? Jawablah
: sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu hanya ada pada
Tuhan. Tidak seorangpun dapat menjelaskan selain dari Dia Sendiri.”

2. PENGERTIAN DASAR TENTANG KEMANUSIAAN


Al – qur‟an, S. Ar – Rum (XXX) 30, artinya : “Hadapkan dengan selu-
ruh dirimu itu kepada agama (Islam) sebagaimana engkau adalah hanief
(secara kodrat melihat kebenaran, itulah fitrah Tuhan yang telah mem-
fitrahkan manusia padanya).”
Al – qur‟an, S. Adz – Dzariyat (XVL) 56, artinya : “Aku (Tuhan) tidak-
lah menciptakan jin dan manusia hanyalah untuk berbakti kepada-Ku.”
Al – qur‟an, S. At – Taubah (IX) 105, artinya : “Katakanlah, bekerjalah
kamu sekalian! Tuhan akan melihat kerjamu demikian juga Rasul-nya
dan orang – orang beriman (masyarakat).”
Al – qur‟an, S. At – Taubah (IX) 2 – 3, artinya : “Hai orang – orang yang
beriman, mengapakah kamu mengadakan sesuatu yang tidak kamu
kerjakan ? besar dosanya bagi Tuhan jika kamu mengatakan sesuatu
yang tidak baik kamu kerjakan.”
Al – qur‟an, S. An – Nahl (IV) 3, artinya : “Barang siapa siap berbuat
baik lelaki maupun perempuan sedangkan ia beriman, maka pastikan
kami (Tuhan) berikan kepadanya hidup yang bahagia dan pasti kami
berikan pahala bagi mereka dengan sebaik – baiknya apa yang telah
mereka perbuat.”
Al – qur‟an, S. Al – Ankabut (XXIX) 6, artinya : “Barang siapa ber-
juang, maka sebenarnya dia berjuang untuk dirinya sendiri.”
Al – qur‟an, S. An – Nisa (IV), 125 artinya : “Siapakah yang lebih baik
agama daripada orang yang menyerahkan diri dengan agama dari den-

97
buku lokakarya 2.indd Sec1:97 30/06/2016 20:36:41
gan seluruh pribadinya kepada Tuhan yang dan dia berbuat baik (cinta
kabikan) serta mengikuti ajaran Ibrahim secara Hanief.”
Al – qur‟an, Az – Zumar (XXXIV) 18, artinya : „Mereka yang menden-
garkan perkataan (pendapat) berusaha mengikuti yang terbaik (benar)
daripadanya, mereka itulah yang mendapatkan petunjuk dari Tuhan dan
mereka itulah yang orang – orang yang mempunyai fikiran.
Al- qur‟an, S. Al-Baqarah (II) 28 artinya : “Tuhan memberikan keijak-
sanaan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya . Maka barang siapa
yang mendapat kebijaksanaan itu sesungguhnya dia telah memperoleh
kebaikan yang melimpah . Dan tidak memikirkan hal itu kecuali orang-
orang yang berasal ”
Al-Qur‟an . S. Al-An‟am (VI) 269 . artinya : “Barang siapa yang tuhan
kehendaki untuk diberikan kepadanya petunjuk (kepada kebenaran),
tetapi barang siapa yang dikehendaki Tuhan untuk disesatkan maka
dadanya dijadikan sempit dan sesak, seakan-akan dia sedang naik kelan-
git”.
Al-Qur‟an S.Ali-Imran (III) 123, artinya : “ ( orang yang bertaqwa itu
) mereka yang dapat menahan marah, suka memaafkan kepada sesama
manusia dan Tuhan cinta kepada orang orang yang selalu berbuat baik “.
Al-Qur‟an. S. Baiynah ( XCVIII) 5. artinya : “ Mereka tidaklah diper-
intahkan kecuali untuk berbakti kepada Tuhan dengan mengikhlaskan
agama (kebatinan) semata- mata kepada-Nya secara Hanief (mencari
kebenaran) menegakkan sembah yang mengeluarkan zakat,itulah jalan
(agama) yang benar.”
Al-qur‟an, S. Al-Baqarah (II) 28 ,artinya : ‟‟Tuhan memberikan kebi-
jaksanaan kepada siapa saja yang dikenhendaki-Nya. Maka barang
siapa yang mendapat kebijaksanaan itu sesungguhnys dia telah mem-
peroleh kebaikan yang melimpah. Dan tidak memikirkan hal itu kecuali
orang-orang yang berasal “.
Al-Qur‟an,S. Al-Insan (LXXVI) 8-9, artinya : “ Dan mereka itu mem-
berikan makan kepada orang miskin Anak-anak yatim dan orang
tertawa atas dasar sukarela mereka berkata : Kami memberi makan
kepadamu semata-mata hanya karena diri Tuhan (mencari ridho-Nya)
bukan karena mengharapkan balasan atau ucapan terima kasih.
Dari kesimpulan dari gambaran surat Al-qura‟an, S Al-baqarah (II) 263,
artinya :‟‟hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menggu-
gurkan sedekahnya dengan cacian dan celaan, sebagaimana orang yang
mendarmakan hartanya karena pamrih kepada sesama manusia serta
tidak percaya kepada Tuhan dan hari kemudian. Maka perumpamaan
baginya adalah seperti batu yang di atasnya ada debu dan kemudian di

98
buku lokakarya 2.indd Sec1:98 30/06/2016 20:36:42
sapu oleh hujan dan batu itu tertinggal licin. Mereka itu sedikitpun men-
guasai apa yang telah mereka kerjakan.‟‟
Disimpulkan dari Al-qur‟an, S. Fatir (XXXV), artinya : “ Barang siapa
menghendaki kemudian itu aada pada Tuhan, kpada-Nya ucapan yang
baik menuju pekerjaan yang diangkat-nya.

3. KEMERDEKAAN MANUSIA (IKHTIAR) DAN KEHARUSAN


UNIVRSAL (TAQDIR)
Tersimpul dalam Al-qur‟an, S. Al-Anfal (VIII) 23, artinya :
“Berhati-hatilah kau terhadap malapetaka yang benar-benar tidaknya
mnimpa orang-orang jahat diantara kamu.”
Al-qur‟an, S. Al-Baqarah (II) 46, artinya : “ Berhati-hatilah kamu seka-
lian akan hari ( akhirat) dimana seseorang tidak dapat membela orang
lain sedikitpun dan tidak pula diterima pertolongan dan tebusan dari-
padanya serta tidak pula orang-orang itu dibantu.”
Al-qur‟an, S. Lukman (XXXI) 46, artinya : “Ingatlah selalu akan hari
(kiamat) dimana seorang ayah tidak menanggung anaknya dan tidak pula
seorang anak mennggung ayahny sedikitpun.”
Al-qur‟an, S. Al-hadid (XVII) 22, artinya : “Tidaklah terjadi ses-
uatu kejadianpun dimuka bumi ini dan pada diri kamu sekalian (ma-
syarakat) melainkan ada dalam catatan sebelum kamu beberkan. Sesung-
guhnya hal itu bagi Tuhan prkara yang mudah.”
Al-qur‟an, S.Ar-Ra‟d (XII), artinya : “ Sesungguhnya Tuhan tidak
merubahsesuatu (nasib) yang ada pada suatu bangsa sehingga mereka
merubah sendiri apayang ada pada diri (jiwa) mereka.”
Al-qur‟an, S. Al-Hadid, artinya : “ Agar kamu tidak putus asa
kemalangan yng menimpa dan tidak pula terlalu bersuka ria dengan
kemajuan yang akan datang padamu.”

4. KETUHANAN YANG MAH ESA DAN


PERIKEMANUSIAAN
Al - qur‟an, S. Lukman (XXXI) 30, artinya : “Demikianlah sebab
sesungguhnya Tuhan itulah kebenaran, sedang apa yang mereka suka
selain-Nya adalah kepalsuan dan sesungguhnya Tuhan itu Maha Tinggi
dan Maha Agung.
Al – qur‟an, S. Ali – Imran (III) 6, artinya : “Tidak lagi seorangpun
suatu kebahagiaan itu dianugerahkan oleh-Nya (Tuhan) kecuali (Amal
perbuatan) semata – mata untuk mencari (ridho) Tuhan Yang Maha
Tinggi, dan tentulah ia akan meridhoinya.”
Al – qur‟an, S. Ali – Imran (III) 19, artinya : “Sesungguhnya agama itu

99
buku lokakarya 2.indd Sec1:99 30/06/2016 20:36:42
bagi Tuhan adalah penyerahan diri (Islam).”
Al – qur‟an, S. Al – Ahzab (XXXIII) 49, artinya : “Mereka yang
menyampaikan ajaran– ajaran Tuhan dan tidak menghambakan dirinya
kepada siapapun selain kepada Tuhan dan cukuplah Tuhan yang mem-
perhitungkan (amal mereka).”
Al – qur‟an, S. Asy – Syu‟ara (XXVI) 226, artinya : “Dan sesungguh-
nya mereka itu mengatakan hal – hal yang mereka tidak kerjakan.”
Tentang rangkaian tak terpisahkan dari pada iman dan amal saleh dapat
dilihat dari pengulangan tidak kurang dari lima puluh kali kata – kata
Aamu wa‟amilus shaihat dan terdapat dimana – mana di dalam Al
– qur‟an.
Al – qur‟an, S. Ann – Nur (XXVI) 39, artinya : „Orang – orang kafir itu
amal dan perbuatannya bagaikan fata morgana di satu lembah. Orang
yang kehausan mengirimnya air, tetapi setelah ditanda tanganinya tidak
didapatnya suatu apapun.”
Al – qur‟an, S. Al – Baqarah (II) 109, artinya : “Apakah orang yang
mendirikan bangunannya di atas dasar taqwa kepada Tuhan dan mencari
ridho-Nya itu lebih baik, ataukah orang yang mendirikan bangunannya
pada tepi jurang yang retak kemudian roboh bersamanya masuk neraka
jahanam.”
Al – qur‟an, S. Lukman (XXXI) 13, artinya : “Sesungguhnya syirik itu
kesalahan yang besar.”
Imam tidak mungkin bercampur dengan kejahatan, sebagai mana tersim-
pul dalam Al– qur‟an, S. Al – An‟am (VI) 84, artinya : „Mereka yang
beriman dan tidak mencampur iman mereka dengan kejahatan, mereka
itulah yang mendapat petunjuk.”
Hadist, artinya : “Sesungguhnya yang paling khawatirkan sekalian ialah
syirik kecil yaitu ria (pamrih).”
Disimpulkan dari titik perpisahan antara orang – orang kafir pemegang
Kitab Suci (Kristen dan Yahudi) dalam al – Qur‟an, S. Ali Imran (111)
64, artinya : “Katakanlah : Hai orang pemegang Kitab Suci Kristen
dan Yahudi marilah kamu sekalian menuju titik persamaan antara kami
(ummat Islam0 dan kamu, yaitu bahwa kita tidak mengabdi kecuali pada
Tuhan Yang Maha Esa kita tidak sedikitpun membuat syirik kepada-Nya
dan tidak pula sebagian kita mengangkat sebagian yang lain menjadri
Tuhan – tuhan (dengan kekuasaan dan wewenang seperti dan Tuhan
Yang Maha Esa) selain Tuhan Yang Maha Esa, Kemudian jika mereka
mengejak katakanlah : Jadilah kamu sekalian sebagai saksi kepada
Tuhan saja”.
Al – Qur‟an, S. An – Nahl (XVI) 90, artinya : “Sesungguhnya Tuhan

100
buku lokakarya 2.indd Sec1:100 30/06/2016 20:36:42
memerintahkan untuk menegakkan keadilan dan menguasahakan perbai-
kan.”

5. INDIVIDU DAN MASYARAKAT


Al – Qur‟an, S. Az – Zkhruf (XLII), artinya : “Kami (Tuhan) membagi
– bagi di antara mereka manusia kehidupan mereka di dunia.”
Al – Qur‟an, S. Al – Maidah (V) : 48, artinya : “Bagi setiap golongan
diantara kamu ialah kami tetapkan suatu cara dan jalan hidup tertentu.”
Al – Qur‟an, S. Al – Lail (XCII) : 4, artinya : “Sesungguhnya usahamu
sekalian (manusia) sangat beraneka ragam.”
Al – Qur‟an, S. Al – Isra‟ (XVII) : 84, artinya : “Katakanlah : Setiap
orang bekerja sesuai dengan pembawaannya. Sebenarnya Tu-
hanmulah Pula yang lebih mengetahui siapa yang lebih benar kalau
hidupnya.”
Al – Qur‟an, S. Az – Zumar (XXXIX) 39, artinya : “Katakanlah :
Hai Kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku
akan bekerja (Pula), maka kelak kamu akan mengetahuinya juga.”
Al – Qur‟an, S. Yusuf (XII) 53, artinya : “Bengotong – royonglah kamu
sekalian dalam kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu bergotong
– royong dalam kejahatan dan permusuhan.”
Al – Qur‟an, SYAI – Maidah (V) 2, artinya : “Bergotong – royonglah
kamu sekalian dalam kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu bergotong
– royong daam kejahatan dan permusuhan.”
Al – Qur‟an, S. ZakZalah (XCIX) 7 – 8, artinya : “Barang siapa menger-
jakan seberat atom kebaikan dan akan menyaksikan (akibat baiknya) dan
barang siapa mengerjakan seberat atom kejahatan diapun akan menyak-
sikan (akibat buruknya)”.
Al – Qur‟an, S. At – Taubah (IX) : 75, artinya : “Dan jika orang – orang
(Jahat) itu bertaubat maka kebaikan bagi mereka, tetap jika mereka
membanggakan maka Tuhan akan menyiksa mereka dengan siksaan
yang pedih di dunia dan akhirat.”
Al – Qur‟an, S. An – Nahl 30, artinya : “Dan mereka yang be
ang dijalan-Ku (kebenaran), maka pasti Aku tunjukkan jalannya (men-
capai tujuan) sesungguhnya Tuhan itu cinta kepada orang – orang yang
selalu berbuat baik (progresif).”
Al – Qur‟an, S. Al – Hujarat (XLIX) 13, artinya : “Hai sekalian ummat
manusia, sesungguhnya Kami (Tuhan) telah menciptakan kamu dari laki
– laki dan perempuan dan kami jadikan berbangsa – bangsa dan bersuku
– suku ialah agar kami saling mengenal, sesungguhnya yang paling mu-
lia diantara kamu bagi Tuhan ialah yang paling bertaqwa (cin kebenaran)

101
buku lokakarya 2.indd Sec1:101 30/06/2016 20:36:42
sesungguhnya Tuhan itu Maha Mengetahui dan Maha Meneliti.” Al
– Qur‟an, S. Al – Hujarat (XLIX) 10, artinya : “Sesungguhnya orang
– orang yang beriman (cinta kebenaran) itu bersaudara, maka usahakan-
lah adanya kerukunan dan diantara golongan saudaramu.”

6. KEADILAN SOSIAL DAN KEADILAN EKONOMI


Al - Qur‟an, S. Al – lail (XCII) 8 – 9 – 10, artinya : “Adapun orang
– orang kafir tidak mau mengorbankan sedikitpun (dari haknya) dan
merasa cukup sendiri (engoistis) serta mendustakan (mencemoohkan)
kebaikan, maka ia kami licinkan jalan kearah kesukaran (kekacauan).”
Al – Qur‟an, S. Al – Maidah (V) 8, artinya : “Janganlah sekali – kali
kebencian segolongan orang itu membuat kamu menyeleweng dan tidak
menegakkan keadilan, tegakkan keadilan itulah yang lebih mendekati
taqwa (kebenaran) dan bertaqwalah kamu kepada Tuhan.”
Al – Qur‟an, S, Al – imran (11) 104 artinya : “Hendaklah diantara
kamu suatu kelompok yang mengajak kebaikan, memerintahkan yang
maruf (baik) sesuai dengan prikemanusiaan dan melarang yang munkar
(Uahat) dan bertaqwalah kamu kepada Tuhan.”
Hadist : “Tiap – tiap kamu adalah pemimpin dan tiap – tiap kamu ber-
tanggung jawab atas pimpinannya.”
Ditarik kesimpulan dari keterangan orang – orang beriman Al – Qur‟an,
S. AS – Syura (XLII), artinya : “Urusan mereka diselesaikan melalui
musyawarah di antara mereka.” Al – Qur‟an, S. An – Nisa (IV) 59, arti-
nya : “Sesungguhnya kesalahan terletak pada mereka yang mendalami
(bertindak tidak adil) kepada manusia dan berbuat kekecauan di
muka bumi tanpa ada alasan kebenaran.”
Al – Qur‟an, S. An – Nisa (IV) 59 : “hai orang – orang yang beriman,
taatlah kamu sekalian pada Tuhanmu agar kamu menunaikan amanat
– amanat kepada yang berhak dan jika kamu memerintahkan diantara
manusia, maka memerintahkan kamu dengan keadilan.”
Al – Qur‟an, S. An – Nisa (IV) 59, artinya : “Hai orang – orang yang
berimanm, taatlah kamu sekalian kepada Rasul-Nya serta kepada yang
berhak dan jika‟ kamu memerintah diantara manusia, maka memerintah-
kan kamu dengan keadilan.”
Al – Qur‟an, S. Al – Maidah (V) 59, artinya : “Barang siapa yang tidak
menjalankan hukum dengan apa yang diturunkan oleh Tuhan (ajaran
kebenaran), maka mereka itu adalah orang – orang yang jahat.
Al – Qur‟an, S. Al – Hadid (LVII) 20, artinya : “Ketahuilah bahwa
sesungguhnya hidup di dunia (sejarah) ini adalah permainan kesenan-
gan dan perhiasan serta saling memegang urusan (pemerintah) diantara

102
buku lokakarya 2.indd Sec1:102 30/06/2016 20:36:42
kamu.”
Al – Qur‟an, S. Al – Isra (XVII) 16, artinya : “Dan jika kami hendak
membinasakan negeri, maka kami perintahkan kepada orang – orang
yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka
melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya
berfaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami) kemudian kami
hancurkan negeri itu sehancur – hancurnya.”
Ditarik kesimpulan firman Tuhan tentang orang – orang Yahudi yang
terkutuk (karena sifat – sifat kapitalis mereka yaitu Al – Qur‟an,
S. An – Nisa 160 – 161, artinya : “Maka karena kejahatan orang
– orang Yahudi itulah kami menghalangi jalan kepadTuhan (jalan ke-
benaran). Demikian juga karena mereka mengambil riba padahal sudah
dilarang, dan karena mereka merampas harta kekayaan manusia den-
gan cara yang tidak benar (batil). Demikianlah juga dapat disimpulkan
dari seruan Nabi Syu‟ib kepada rakhatnya Nabi Syu‟ib adalah suatu
prototype dari masyarakat yang tidak adil atau kapatalis) tersebut di
tiga tempat, antara lain ialah Al – Quran, Surat Asy-Syu‟ara (XXVI) 182
–183, artinya : “Dan timbanglah dengan ukuran yang betul (adil) serta
janganlah merampas harta milik sesama manusia dan janganlah kamu
melakukan kejahatan di muka bumi ini sambil membuat kekacauan.”
Terjadinya tindakan – tindakan atas sesama manusia (exploita-
tion del‟homeper I‟home) dipahamkan dari firman Tuhan dalam Al
– Qur‟an, Surat Al – Baqarah (11)279, artinya : “ ....... Dan jika
kami tau‟bat (berhenti menjalankan riba atau penindasan kapitalis)
maka kamu memperoleh kembali capital – capitalmu kami tidak boleh
mendalami (memerlukan secara tidak adil, menindas) dan tidak pula
boleh didzalimi (diperlukan tidak adil, ditindas).”
“Jaminan kemenangan bagi kaum miskin dalam (Al – Quran
juga disebut secara khusus dengan Al – Mustaz afun adapun, artinya
orang – orang yang dilemahkan atau dijadikan hina – dina, ditindas),
tersebut dalam rangkaian cerita Fieaun yaitu S. Al Qashahs (XXVII) 5,
artinya : “Dan Kami (Tuhan) menghendaki untuk memberikan pertolon-
gan kepada kaum tertindas di bumi, untuk menjadikan pula mereka
itu pewaris – pewaris.”
Pemberantasan kapitalisme harus dilakukan dengan konsekuen, bila
perlu dengan menyatakan perang kepada kaum kapitalis, sesuai dengan
perintah. Tuhan dalam Al– Qu‟ran, S. Al – Baqarah (11) 278, artinya
: “Hai orang – orang yang beriman bertaqwalah kamu benar – benar
beriman. Jika tidak kamu kerjakan (perintah meninggalkan riba) maka
bersiaplah kamu sekalian terhadap adanya perang dari Tuhan dan Rasul-

103
buku lokakarya 2.indd Sec1:103 30/06/2016 20:36:42
Nya (perang suci jihad. Tetapi jika kamu taubat (berhenti dari penin-
dasan kapitalis) maka kamu dapat memperoleh kembali capital – Kapi-
talmu. Kamu tidak menindas dan tidak pula ditindas.”
Al – Qur‟an, S. Humazah (CIV) 1-2-3, artinya : Celakalah bagi setiap
pencerca (kaum sinis kepada kebenaran) yang suka mengumpulkan harta
dn menghitung-hitungnya, dia mengira hartanya itu bakal mengekekal-
kannya.
Kaum muslimin yang seharusnya mempelopori tugas suci itu.
Kaum musimin digambarkan dalam Al – Qu‟ran, S. Ali Imran (111)
110, artinya : “Kamu adalah sebaik-baiknya golongan yang diketengah-
kan diantara manusia karena kamu selalu menganjurkan pada kebaikan
dan mencegah daripada kejahatan dan kamu semua beriman kepada
Tuhan.”
Al – Qu‟ran, S. Ash-Shaf (LXI) 2-3, artinya : “Hai orang yang beriman,
mengapakah kamu mengatakan sesuatu yang kamu tidak kerjakan.”
Al – Qu‟ran, S. Al-Ankabut (XXIX) 45, artinya : “Sesungguhnya
sembahyang itu mencegah kekejian-kekejian dan sungguh selalu ingat
kepada Tuhan itu merupakan suatu Yang Agung.”
Hadist : “Sembahyang adalah tiang agama, barang siapa menger-
jakan berarti menegakkan agama dan barang siapa meninggalkannya
berarti merobohkan agama.”
Al – Qu‟ran, S. Lukman (XYXI) 30, artinya : “Demikianlah, sebab
sesungguhnya Tuhan itulah dan sesungguhnya apa yang mereka pula
selain-Nya adalah kepalsuan dan sesungguhnya Tuhan itu Maha Tinggi
dan Maha Agung.”
Al – Qu‟ran, S. Ar-Rum (XYX) 37, artinya : “Tidaklah mereka mel-
lihat bahwa Tuhan melapangkan rizki (ekonomi) bagi siapa saja yang
Ia kehendaki dan menyempitkannya, sesungguhnya dalam hal itu ada
pelajaran-pelajaran bagi orang yang beriman.”
Al – Qu‟ran, S. At-Taubah (IX) 60, artinya : “Sesungguhnya sedekah
(zakat) itu untuk fakir miskin.‟
Al – Qu‟ran, S. Al-Baqarah (11) 188, artinya : “Dan janganlah kamu
memakan harta dengan cara yang batil (tidak benar) diantara kamu, dan
kamu mengadakan hal itu kepada hakim-hakim (pemerintah) agar kamu
dapat mengambil bagian dari harta orang lain dengan dosa, pada hal
kamu mengetahui.”
Al – Qu‟ran, S. Furqan (XXV) 67, artinya : “Dan mereka
yang apabila mempergunakan hartanya tidak berlebihan dan tidak pula
kekurangan, melainkan kepada dalam keseimbangan antara keduanya.”
Al – Qu‟ran, S. Al-Isra (XVII) 67, artinya : “Berikanlah kepada keluar-

104
buku lokakarya 2.indd Sec1:104 30/06/2016 20:36:43
ga itu haknya (dari harta yang kami miliki) demikian juga kepada orang
miskin dan kepada orang terlantar dan janganlah berlebihan itu adalah
kawan-kawan setan sedangkan setan ingkar kepada Tuhannya.”
Al – Qu‟ran, S. Al-Isra (XVII) 16, artinya : “Apabila Kami (Tuhan)
menghendaki untuk menghancurkan suatu negeri. Kami berikan kesem-
patan kepada orang-orang yang mewah di negeri itu untuk memerintah,
kemudian mereka membuat kecurangan- kecurangan di negeri itu maka
benar-benar terjadilah keputusan kata (vonis) atas negeri itu, lalu kami
hancurkan.”
Al – Qu‟ran, S. Muhammad (XLVII) 38, artinya : “Demikianlah kamu
orang-orang yang diserukan untuk mempergunakan hartamu di jalan
Tuhan (untuk kebaikan kepentingan umum), maka diantara kamu ada
yang kikir dan barang siapa kikir maka sesungguhnya ia kikir pada dir-
inya sendiri. Tuhan tidak memerlukan sesuatupun tetapi kamulah yang
memerlukan dan kalau kamu berpaling tidak mau mempergunakan harta
untuk kebaikan umum. Tuhan akan menggantikan kamu dengan
golongan lain kemudian mereka tidak lagi seperti kamu.”
Al – Qu‟ran, S. Thaha (XX) 6, 63, 4, 123, 131, 132 artinya :
“Ingatlah bahwa sesungguhnya kepunyaan Tuhanlah segala sesuatu yang
ada di langit dan di bumu.”
Al – Qu‟ran, artinya : “Adalah Kami (Tuhan) yang sesungguhnya men-
empatkan kamu ke bumi dan membuat untuk kami sekalian di dalamnya
prikehidupan mata pencaharian.”
Al – Qu‟ran, S. Al-Hadid (LVII) 7, artinya : “Berimanlah kamu kepada
Tuhan dan Rasulnya dan dermakanlah dari harga kamu jadikan
oleh Tuhan untuk mengurusnya.”
Al – Qu‟ran, S. Al-Isra (XVII) 67, artinya : “Dan berikanlah kepada
mereka (orang- orang miskin) itu dari harta Tuhan yang telah diberkah-
kan-Nya kepadamu.”
Al – Qu‟ran, S. Al-Ma‟aridi (LXX) 24-25, artinya : “Dan orang-
orang pada harta mereka terdapat hak yang pasti bagi orang miskin yang
meminta-minta maupun yang tidak minta-minta.”

7. KEMANUSIAAN DAN ILMU PENGETAHUAN


Al – Qu‟ran, S. At-Tien (XCV) 6, artinya : “Kecuali mereka yang bera-
mal saleh.”
Al – Qu‟ran, S. Al-Qashash (XXVII) 8, artinya : “Segala sesuatu itu
rusak (berubah) kecuali dari padanya.”
Al – Qu‟ran, S. Al-An‟am (VI) 57, artinya : “Sesungguhnya hukum atau
nilai itu hanya kepunyaan Allah, Dia menerangkan keberatan dan Dia

105
buku lokakarya 2.indd Sec1:105 30/06/2016 20:36:43
adalah sebaik-baiknya pemutus perkara.”
Al – Qu‟ran, S. Al-Isra (XVII), artinya : “Dan janganlah engkau mengi-
kuti sesuatu yang tidak mempunyai pengertian akan dia, sebab sesung-
guhnya pendengaran, penglihatan dan hati nurani itu semuanya bertang-
gung jawab atas hal tersebut”
Al – Qu‟ran, S. Fathir (XLI), artinya : “Akan perhatikan kepada mereka
(manusia) tanda-tanda Kami diuar angkasa dan dalam diri mereka send-
iri sehingga menjadi jelas bahwa Al – Qur‟an itu benar. Tidaklah cukup
dengan Tuhan bahwa Dia menyaksikan segala sesuatu”
Al – Qu‟ran, S. Fathir (XXXV) 287, artinya : “Sesungguhnya yang
bertaqwa tidak hanya Tuhan melainkan Allah begitu pula pada Malaikat
dan orang-orang yang berilmu pengetahuan dengan tegak pada kejuju-
ran”
Al – Qu‟ran, S. Muhaddalah (LVIII) 11, artinya : “Allah mengangkat
orang-orang diantara kamu dan yang berilmu pengetahuan yang berting-
kat-tingkat”
Al – Qu‟ran, S. Al-Jatsiyah (XLV) 134, artinya : “Dan Dia (Tuhan)
menyediakan bagi kamu apa yang ada dilangit dan di bumi”
Al – Qu‟ran, S. Al-Imran (III) 137, artinya : “Telah lewat setelah kamu
hukum-hukum sejarah, maka menggambarkan di muka bumi kamu
kemudian perhatikanlah olehmu bagian akibat orang-orang yang mendu-
stakan-Nya”
Al – Qu‟ran, S. As Syam (XCI) 9-10, artinya : “Sungguh berbahagialah
dia yang membersihkannya, (sisinya) dan sungguh celakalah bagi mer-
eka yang mengotorinya (dirinya)”
Al – Qu‟ran, S. Yusuf (XI) 111, artinya : “Sungguh dalam riwayat mer-
eka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berfikir”

106
buku lokakarya 2.indd Sec1:106 30/06/2016 20:36:43
SISTEM PENDIDIKAN SINGKAT (SINDIKAT)
HMI CABANG PONOROGO
Nama Komisariat :
Materi Training : KEPEMIMPINAN MANAJEMEN
ORGANISASI
Jenjang training : Latihan Kader I (LK I)
Alokasi Waktu : 120 menit
Lampiran : Bahan Ajar KMOHMI

A. Standar Kompetensi:
Peserta dapat memahami pengertian, dasar-dasar, sifat dan
fungsi kepemimpinan,manajemendanorganisasi.

B.. Kompetsi dasar :


1. Peserta mampu menjelaskan pengertian, dasar-dasar sifat serta fungsi
kepemimpinan
2. Peserta mampu menjelaskan pentingnya fungsi kepemimpinan
dan manajemen dalam organisasi
3. Peserta dapat menjelaskan dan mengapresiasikan kharak-
teristik kepemimpinan dalam Islam

C. Tujuan Nilai Karakter Kader


1. Peserta bisa mendefinisikan arti kepemimpinan, manejemen, dan
organisasi
2. Peserta bisa menyebutkan karakter kepemimpinan Islam
3. Peserta bisa membedakan antara manajerial organisasi dan kepe-
mimpinan.

D. Metode
1. Team Game Turnament (TGT)
2. Mind Mapping
3. Ceramah
4. Diskusi

.E. Bahan :
1. Kertas koran
2. Kertas koran
3. Buku panduan LK-1

107
buku lokakarya 2.indd Sec1:107 30/06/2016 20:36:43
108
buku lokakarya 2.indd Sec1:108 30/06/2016 20:36:43
109
buku lokakarya 2.indd Sec1:109 30/06/2016 20:36:44
MATERI KEPEMIMPINAN DAN
MANAJEMEN ORGANISASI

1. Kepemimpinan
Kepemimpinan (leadership) telah didefinisikan dengan berb-
agai cara yang berbeda oleh berbagai orang yang berbeda pula. Menurut
Stoner, Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengara-
han dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok
anggota yang saling berhubungan tugasnya.
Ada tiga implikasi penting dari definisi tersebut :
Pertama, Kepemimpinan menyangkut orang lain – bawahan
atau pengikut. Kesediaan mereka untuk menerima pengarahan dari pe-
mimpin, para anggota kelompok membantu menentukan status / kedudu-
kan pemimpin dan membuat proses kepemimpinan dapat berjalan.
Tanpa bawahan, semua kualitas kepemimpinan seorang mmanajer akan
menjadi tidak relevan.
Kedua, Kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekua-
saan yang tidak seimbang diantara para pemimpin dan anggota kelom-
pok. Para pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan berbagai
kegiatan para anggota kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak dapat
mengarahkan kegiatan- kegiatan pemimpin secara langsung, meskip[un
dapat juga melalui sejumlah cara secara tidak langsung.
Ketiga, Selain dapat memberikan pengarahan kepada para bawa-
han atau pengikut, pemimpin dapat juga mempergunakan pengaruh. Den-
gan kata lain, para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan
apa yang harus dilakukan tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana
bawahan melaksanakan perintahnya. Sebagai contoh, seorang manajer
dapat mengarahkan seorang bawahan untuk melaksanakan suatu tugas ter-
tentu, tetapi dia dapat juga mempengaruhi bawahan dalam menentukan
cara bagaimana tugas itu dilaksanakan dengan tepat.
Kepemimpinan adalah bagian penting manajemn, tetap tidak
sama dengan manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang
dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain agar bekerja
mencapai tujuan dan sasaran. Manajemen mencakup kepemimpinan,
tetapi juga mencakup fungsi- fungsi lain seperti perencanaan, pengorgan-
isasian dan pengawasan.
A. Tujuan Kepemimpinan
Nampaknya sukar dibedakan antara tujuan dan fungsi kepemimp-
inan, lebih-lebih kalau dikaji secara praktis kedua-duanya mempunyai

110
buku lokakarya 2.indd Sec1:110 30/06/2016 20:36:44
maksud yang sama dalam menyukseskan proses kepemimpinan namun
secara definitif kita dapat menganalisanya secara berbeda. Tujuan kepe-
mimpinan merupakan kerangka ideal / filosofis yang dapat memberikan
pedoman bagi setiap kegiatan pemimpin, sekaligus menjadi patokan
yang harus dicapai. Sehingga tujuan kepemimpinan agar setiap kegiatan
yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan yang inginkan secara efektif
dan efisien.
B. Fungsi kepemimpinan
Agar kelompok berjalan dengan efektif, seseorang harus melak-
sanakan dua fungsi utama ; (1) fungsi-fungsi yang berhubungan dengan
tugas (“task-related”) atau pemecahan masalah, dan (2) fungsi-
fungsi pemeliharaan kelompok (“group-maintenance”) atau sosial.
Fungsi pertama menyangkut pemberian saran penyelesaian, in-
formasi dan pendapat. Fungsi kedua mencakup segala sesuatu yang
dapat membantu kelompok berjalan lebih lancar- persetujuan dengan
kelompok lain, pnengahan perberdaan pendapat, dan sebagainya.

2.Manajemen dan Organisasi

A. Manajemen
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, peng-
arahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggu-
naan sumber daya – sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Atau lebih jelasnya manajemen dapat
didefinisikan sebagai bekerja dengan orang-orang untuk menentuakn,
menginterpretasikan, dan pengorganisasian (organizing), penyusunan
personalia atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan kepemimpinan
(leading), dan pengawasan (controlling).
Pola Umum Manajemen
a. Manajemen pada dasarnya adalah alat atau sarana daripada
administrasi.
b. Sebagai alat administrasi fungsi manajemen adalah menggerakkan un-
sur statik daripada administrasi yaitu organisasi ;
c. Dalam fungsinya menggerakkan organisasi, manajemen merupakan
suatu proses dinamika yang meliputi fungsi planning, organizing,
actuating dan lain-lain ;
d. Proses manajemen selalu diarahkan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu ;

111
buku lokakarya 2.indd Sec1:111 30/06/2016 20:36:44
e. Dalam mencapai tujuan tersebut manajer sebagai pelaksana manaje-
men menggunakan berbagai unsur yang tersedia dalam organisasi ;
f. Penggunaan unsur-unsur manajemen tersebut selalu dilaksanakan
dengan seefisien mungkin berdasarkan prinsip-prinsip manajemen.

B. Organisasi
Menurut Chester Bernard, Organisasi adalah sistem kegiatan
kerjasama (cooperative activities) dari dua orang atau lebih. Menurut
Dwight Waldo, Organisasi adalah struktur antar hubngan pribadi yang
berdasarkan atas wewenang formal dan kebiasaan-kebiasaan di dalam
suatu system adminstrasi. Menurut G.R. Terry, Organisasi adalah ber-
asal dari kata organism yaitu suatu struktur dengan bagian-bagian yang
demikian dintegrasi hingga hubungan mereka satu sama lain dipengaruhi
oleh hubungan mereka dengan keseluruhan orang terdiri dua bagian po-
kok yaitu bagian-bagian dan hubungan-hubungan.
Jadi Organisasi adalah wadah serta proses kerjasama sejumlah
manusia yang terkait dalam hubungan formal dalam rangkaian hirarki un-
tuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dari beberapa pengertian di
atas ada tiga unsur yang menonjol dan perlu diperhatikan, yakni :
1. Bahwa organisasi bukanlah tujuan, melainkan hanya alat untuk men-
capai tujuan atau alat untuk melaksanakan tugas pokok. Berhubungan
dengan itu susunan organisasi haruslah selalu disesuaikan
dengan perkembangan tujuan atau perkembangan tugas pokok.
2. Organisasi adalah wadah serta proses kerjasama sejumlah manusia
yang terikat dalam hubungan formal.
3. Dalam organisasi selalu terdapat rangkaian hirarki, artinya dalam
suatu organisasi selalu terdapat apa yang dinamakan atasan dan apa
yang dinamakan bawahan.
Fungsi-Fungsi Organisasi :
-. Mengatur tugas dan kegiatan kerjasama sebaik-baiknya ;
-. Mencegah kelambatan-kelambatan kerja serta kesulitan yang diha-
dapi ;
-. Mencegah kesimpangan kerja ;
-. Menentukan pedoman-pedoman kerja.
Keuntungan-keuntungan Organisasi :
Organisasi yang baik memberikan keuntungan sebagai berikut :
-.bSetiap orang akan mengerti tugasnya masing-masing ;
-. Memperjelas hubungan kerja para anggota organisasi ;
-. Terdapat koordinasi yang tepat antar unit kerja ;
-. Menggunakan tenaga kerja sesuai dengan kemampuan dan minat ;

112
buku lokakarya 2.indd Sec1:112 30/06/2016 20:36:44
-.bAgar kegiatan administrasi dan manajemen dapat dilakuakn secara
efektif dan efisien.

Unsur-unsur Organisasi :
Pada hakikatnya organisasi terbentuk dari sekelompok orang, kerjasama
dan tujuan bersama.

3. KHARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN

A. Sifat-Sifat Rasul sebagai Etos Kerja


Dalam Islam kepemimpinan adalah bagian dari kepribadian Is-
lam, sabda Rasulullah Saw. “ Setiap orang dari kamu adalah pemimpin
dan kamu bertanggngjawab terhadap kepemimpinan itu” (Shahih Bukhari
& Muslim)
Setiap manusia pasti memerankan suatu kepemimpinan. Hadis
Rasulullah mengatakan, “ Setiap anda adalah pengasuh dan bertanggung-
jawab terhadap rakyatnya. Pemimpin adalah pengasuh dan bertanggung-
jawab terhadap rakyat. Laki-laki adalah pengasuh dikeluarganya dan ber-
tanggungjawab terhadap asuhannya. Wanita adalah pengasuh di rumah
suaminya dan bertanggungjawab pada asuhannya, pembantu adalah pen-
gasuh harta majikannya dan bertanggungjawab pada asuhannya”. (H.R.
Imam Bukhari & Muslim).
1. Dimensi Moral Kepemimpinan
Akhlak seorang m,uslim adalah tidak mengejar kepemimpi-
nan untuk dirinya. Tidak merebut kepemimpinan dari orang yang layak
memiliki kepemimpinan itu. Apabila diberi tanggungjawab kepemimpi-
nan, sementara dia lemah dan sanggup memikul, hendaknya dia meno-
lak tanggungjawab itu. Kecuali, pabila dia yang harus memegangnya
maka dia wajib melaksanakannya. Bila menghindar berarti berdosa, dan
bila dia melaksanakan kewajiban itu dia mendapat pahala. Nash- nash
berikut ini menjelaskan hal tersebut di atas :
- Jangan meminta dan jangan memberikan amanah kepada orang
yang berambisi / meminta dijadikan pemimpin.
Dari Abu Hurairah, rasulullah Saw bersabda “ Sesungguhnya
kalian akan berambisi memperoleh kepemimpinan dan itu akan menjadi
penyesalan nanti pada hari kiamat. Alangkahnya bahagianya orang
yang terus menyusui (melaksanakan tugasnya) dan alangkah buruknya
orang yang menyapinya (melalaikan tugasnya) “ (H.R Bukhari & Na-
sai)

113
buku lokakarya 2.indd Sec1:113 30/06/2016 20:36:45
-. Jangan menolak bila diberi amanah / kepercayaan
Dari Abu Dzar katanya “Aku masuk menemui Nabi bersama-
sama dengan dua orang anak, pamanku, satu diantaranya” Wahai Abu
Dzar Sesungguhnya kammu lemah dan tugas itu amanah dan (dapat
mengakibatkan) kehinaan dan penyesalan pada hari kiamat. Kecuali
bagi orang yang mengambil dengan benar dan melaksanakan amanah
yang diberikan kepada” (H.R. Muslim)

2. Kepemimpinan yang Efektif


a. Menciptakan wawasan untuk masa depan dengan mempertim-
bangkan kepentingan jangka panjang organisasi.
b. Mengembangkan strategi yang rasional untuk menuju ke arah
wab. wasan tersebut.
c. Memperoleh dukungan dari pusat kekuasaan dan seluruh anggota.
d. Memberi motivasi yang kuat kepada kelompok inti dan seluruh ang-
gota untuk mencpai tujuan organisasi.

3.Ciri-ciri Pemimpin Islam


a. Setia ; pemimpin dan orang yang dipimpinnya terkait kesetiaan ke-
pada Allah
b. Tujuan Islam secara menyeluruh
c. Berpegang pada syariat dan Akhlak Islam
d. Pengemban amanat / bertanggungjawab.

4. Prinsip Dasar Operasional Kepemimpinan Islam


a. Musyawarah
b. Adil
c. Kebebasan berfikir

5. Karakter Kepemimpinan Islam


a. Tahu kemana harus diarahkan, kuasai waktu dan jangan biarkan
waktu mengontrol anda dengan menjadikan setiap saat bekerja untuk
Islam.
b. Mengarah pada hasil yang kongkrit, memusatkan perhatian diri pada
hasil, ketimbang pada pekerjaannya itu sendiri.
c. Membangun kekuatan bukan kelemahan, termasuk diri anda dan
para sahabat anda, akui kelebihan orang lain tanpa merasa kedudu-
kan anda terancam.
d. Memusatkan perhatian pada beberapa bidang utama, dimana kerja
keras secara terus menerus yang akan memberikan hasil yang cemer-

114
buku lokakarya 2.indd Sec1:114 30/06/2016 20:36:45
lang.
e. Bertawakal kepada Allah dengan meletakkan cita-cita yang tinggi,
jangan batasi diri anda pada persoalan yang mudah dan aman.

6. Sifat “mutu” yang harus dimiliki pemimpin


a. Akhlak yang baik
b. Memiliki daya imajinasi
c. Berfikir menurut fungsinya
d. Mampu bersikap adil kepada semua
e. Memiliki banyak minat
f. Bersikap sebagai pendidik
g. Memiliki emosional yang matang
h. Bersikap sebagai perencana
i. Mampu menghormati diri dan orang lain
j. Teku, tegas, mampu mengorganisir dengan rapi
k. Bersemangat, energik, bersifat sebagai pelatih
l. Elkspresif (berbicara dan menulis)
m. Logis, berpikir selalu tajam dan selalu siap
n.Bertanggungjawab, kreatif dan pekerja keras
o. Setia kepada semua kepentingan

B. Tipe-tipe Kepemimpinan
Dilihat bagaimana pemimpin itu menggunakan kekuasaannya,
ditentukan tiga buah tipe dasar, yakni :
1. Tipe Otoriter (autocratic)
Pemimpin yang bertipe demikian dipandang sebagai orang yang
memberikan perintah dan mengharapkan pelaksanaannya secara dogma-
tis dan selalu positif. Dengan segala kemampuannya, ia berusaha mena-
kut-nakuti bawahannya dengan jalan memberikan hukuman tertentu bagi
yang berbuat negatif, dan hadiah untuk seorang bawahan yang bekerja
dengan baik (correct).

2. Tipe Demokratis atau Partisifasi


Pemimpin demikian mengadakan konsultasi dengan para bawa-
hannya mengenai tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan yang diu-
sulkan / dikehendaki oleh pimpinan serta berusaha memberikan dorongan
untuk turut serta aktif melaksanakan semua keputusan dan kegiatan-keg-
iatan yang telah ditetapkan itu.

115
buku lokakarya 2.indd Sec1:115 30/06/2016 20:36:45
3. Sedang pada tipe yang terakhir,
Pemimpin sangat sedikit menggunakan kekuatannya, bahkan
memberikan suatu tingkatan kebebasan yang tinggi terhadap para
bawahannya atau bersifat “Free rein” (Laissez Faire) di dalam segal
tindakan mereka. Pemimpin demikian biasanya mempunyai ketergan-
tungan yang besar pada anggota kelompok untuk menetapkan tujuan-
tujuan dan alat-alat / cara mencapainya. Mereka (para pemimpin „ lais-
sez faire‟) menganggap bahwa peranan meraka sebenarnya sebagai orang
yang berusaha memberikan kemudahan (fasilitas) kerja para pengikut,
umpama dengan jalan menyampikan informasi kepada orang-orang
yang dipimpinnya, serta sebagai penghubung dengan lingkungan yang
ada di luar kelompok.

C. Unsur-unsur Manajemen
Unsur dasar yang merupakan sumber yang dapat digunakan un-
tuk mencapai tujuan dalam manajemen adalah :
-. Man (manusia)
-. Material (bahan)
-. Machine (mesin / alat)
-. Methods (tata kerja)
-. Money (uang)
-. Market (pasar)

D. Unsur Manusia dalam Manajemen


Manusia salah satu dari unsur manajemen yang merupakan mo-
tor penggerak bagi sumber-sumbe dan lat-alat baik yang bersifat “ Human
Resources “ maupun “Non Human Resources” dalam suatu organisasi.

E. Tingkatan Manajemen
Manajemen dalam organisasi, Pemimpin (manajer) dapat dibe-
dakan menurut tingkatan dan jenis pekerjaannya, yakni :
1. Menurut tingkatannya (hierarchie), pimpinan dalam organisasi
dapat dikelompokkan sebagai berikut :
-. Manajemen Puncak (Top Management)
-. Manajemen Media (Middle Management)
-. Manajemen Rendah (Lower Management)

116
buku lokakarya 2.indd Sec1:116 30/06/2016 20:36:45
2. Apabila dilihat dari Pembagian Kerjanya,. Yaitu antara kerja “pikir”
dan kerja “fisik”, dapat dikelompokkan sebagai berikut :
-. Admistrative Management, pada tingkat “Top Management “
-. Middle Management, pada tingkat “Pimpinan Menengah”
-. Supervisory Management, ada di tingkat “Paling Bawah”
Pada tingkatan Admistrative Pemimpin lebih banyak menggu-
nakan kerja pikir daripada kerja fisik dalam memipin organisasinya, mis-
alnya menentukan tujuan organisasi, perumuan kebijakan, penggerakkan
kelompok pimpinan pada tingkat lebih rendah dan memikirkan hal-hal
yang sifatnya lebih menyeluruh. Untuk itu “Manajerial Skill” lebih dibu-
tuhkan.
Pada tingkat Middle Management, dalam tugas kegiatannya
sehari-hari antara kegiatan pikir dan fisik hampir sepadan ; kedua-duan-
ya dilaksanakan hampir serentak dan bersama-sama. Sebaliknya pada
tingkat Supervisory Management, dalam tugasnya sehari-hari pimpi-
nan lebih banyak mempergunakan kerja fisik dari pada kerja pikir. Untuk
itu ia lebih banyak membutuhkan “technical Skills” daripada “Manage-
rial Skills”.

4. ORGANISASI SEBAGAI ALAT PERJUANGAN


Ada berbagai macam tipe organisasi, yang umum dikenal yakni :
1. Bentuk Lini
Yang pertama ini sering pula dinamakan :bentuk lurus”, “bentuk
jalur” dan “bentuk militer”. Bentuk lini ini mula-mula diperkenalkan oleh
seorang ahli adminstrasi berkebangsaan Perancis, Henry Fayol. Bentuk
lini dipandang sebagai bentuk yang paling tua dan dipergunakan secara
luas pada masa perkembangan industri pertama. Organisasi ini banyak
dipergunakan di lingkungan militer dan perusahaan-perusahaan kecil.
Ciri-cirinya :
a. Garis komando langsung dari atasan ke bawahan atau dari pimpinan
tertinggi ke berbagai tingkat operasional.
b. Masing-masing pekerja bertanggungjawab penuh terhadap semua
kegiatannya.
c. Otoritas dan tangungjawab tertinggi pada puncak makin lama ma-
kin berkurang menurut jenjang.
d. Organisasinya kecil, begitu pula karyawannya sedikit.
Hubungan kerja antara pimpinan dan bawahan bersifat langsung.
e. Tujuan, alat-alat yang digunakan dan struktur organisasinya masih
sederhana.
f. Pemilik organisasi biasanya menjadi pimpinan tertinggi.

117
buku lokakarya 2.indd Sec1:117 30/06/2016 20:36:45
Keuntungan organisasi yang berbentuk lini :
a. Kekuasaan dan tanggungjawab dapat ditetapkan secara definitif.
b. Orang yang mempunyai kekuasaan dan tanggungjawab diketahui oleh
semua pihak.
c. Proses pengambilan keputusan berjalan dengan cepat, karena jumlah
orang yang perlu diajak berembuk tidak begitu banyak.
d. Disiplin mudah dipertahankan.
e. Solidaritas para anggota masih besar, karena masih saling kenal
mengenal.
f. Tersedianya kesempatan yang baik bagi pimpinan organisasi untuk
mengembangkan bakat-bakat pemimpin.

2. Bentuk Lini dan Staf


Di dalam organisasi-organisasi kecil, semua karyawan super-
visor adalah merupakan orang-orang lini (line personnel). Tetapi ketika
organisasi melai membesar, maka semakin terasa pentingnya penyediaan
tenaga spesialis mampu memberikan nasihat-nasihat teknis dan mem-
berikan jasa-jasa kepada unit-unit operasional lainnya. Orang-orang ini-
lah yang biasanya disebut “staf personnel” (orang-orang staf yang melak-
sanakan fungsi-fungsi staf). Dan orang-orang staf ini dapat digolongkan
menjadi dua macam, yaitu : (1) para penasihat dan (2) “auxilliary
personnel”, bertugas melakukan kegiatan-kegiatan penunjang demi lan-
carnya meknisme organisasi.
Ciri-ciri Pokok :
a. Organisasinya besar dan kompleks.
b. Jumlah karyawannya banyak.
c. Terdapat dua kelompok karyawan (lini dan staf) sebagaimana dijelas-
kan di atas.
d. Karena organisasi sudah semakin besar / kompleks, maka hubungan
langsung di sini sudah tidak mungkin lagi terjadi antar anggota maupun
antara pemimpin dan bawahan.
e. Nampak adanya spesialisasi yang dikembangkangkan dan dipergunak-
an secara optimal.

Kebaikan-kebaikannya :
a. Adanya pembagian tugas yang jelas antara kelompok lini yang
melaksanakan tugas pokok organisasi, dan kelompok staf yang melak-
sanakan kegiatan penunjang.
b. Asas spesialisasi dapat dijalankan, menurut bakat bawahan yang
berbeda-beda.

118
buku lokakarya 2.indd Sec1:118 30/06/2016 20:36:45
c. Prinsip “the right man in the right place” dapat diterapkan dengan mu-
dah.
d. Koordinasi mudah dijalankan dalam setiap unit kegiatan.
e Tipe organisasi demikian dapat dipergunakan oleh organisasi-organisasi
yang lebih besar / kompleks.
Keburukannya :
a. Pemimpin lini sering mengabaikan advis staf.
b. Pimpinan staf sering mengabaikan gagasan-gagasan.
c. Ada kemungkinan pimpinan staf melampaui kewenangan stafnya.
d. Perintah-perintah lini, nasihat-nasihat dan perintah-perintah staf sering
agak membingungkan anggota. Hal ini dapat terjadi, karena kedua jenis
hirarki ini tidak selalu seirama dalam memandang sesuatu.
Meskipun terdapat kelemahan-kelemahan organisasi tipe lini
dan staf ini, namun untuk organisasi yang semakin kompleks seperti
dewasa ini lebih cenderung menggunakan bentuk lini dan staf.

3. Bentuk Fungsional
Organisasi Fungsional adalah suatu organisasi dimana kekua-
saan dari pimpinan dilimpahkan kepada para pejabat yang memimpin sat-
uan-satuan dibawahnya dalam suatu bidang pekerjaan tertentu. Tiap-tiap
kepala dari satuan ini mempunyai kekuasaan untuk memerintah semua
pejabat bawahan sepanjang mengenai bidangnya (The Liang Gie, dkk.,
1981, hal. 136). Ciri lain dari organisasi demikian adalah bahwa didalam
organisasi tidak terlalu menekankan pada hirarki struktural, akan lebih
banyak didasarkan pada sifat dan macam fungsi yang harus dijalankan.
Sebenarnya bentuk ini tidak populer, dan kebanyakan hanya dipergu-
nakan dalam lingkungan usaha swasta seperti toko serba ada, dan yang
sejenisnya.
Kebaikan-kebaikannya :
a. Ada pembagian yang tegas antara kerja pikir dan fisik.
b. Dapat dicapai spesialisasi yang baik.
c. Solidaritas antara orang-orang yang menjalankan fungsi yang sama
pada umumnya tinggi.
d. Moral serta disiplin kerja tinggi.
e. Koordinasi antara orang-orang yang ada dalam satu fungsi mudah
dijalankan.
Kelemahannya :
a. Sulit mengadakan pertukaran tugas, karena terlalu menspesialisasikan
diri dalam satu bidang saja.
b. Koordinasi yang bersifat menyeluruh sukar diadakan, karena orang-

119
buku lokakarya 2.indd Sec1:119 30/06/2016 20:36:46
orang yang bergerak dalam satu bidang mementingkan fungsi saja.
c. Inisiatif perorangan mudah tertekan, karena sudah dibatasi pada suatu
fungsi.
4. Organisasi Tipe Panitia
Bentuk organisasi ini adalah suatu tipe di mana pimpinan dan
para pelaksana dibentuk dalam kelompok-kelompok yang bersifat pa-
nitia. Maksudnya, pada tingkat pimpinan, keseluruhan unsur pimpinan
menjadi panitia dan para pelaksana dibagi ke dalam kelompok-kelompok
yang disebut “task force” atau satuan tugas.
Ciri-cirinya :
a. Struktur organisasinya tidak begitu kompleks. Biasanya hanya terdiri
dari ketua, sekretaris, bendahara, ketua seksi dan para petugas.
b. Struktur organisasinya secaa relatif tidak permanen. Organisasi
tipe panitia hanya dipakai sewaktu-waktu ada kegiatan khusus (proyek-
proyek tertentu), dan setelah kegiatan-kegiatan itu selesai dikerjakan,
maka panitia dibubarkan.
c. Tugas kepemimpinan dilaksanakan secara kolektif.
Semua anggota pimpinan mempunyai hak, wewenang dan
tanggungjawab yang sama.
d. Para pelaksana dikelompokkan menurut tugas-tugas tertentu dalam
bentuk satuan tugas (task force).
Keuntungan Tipe Panitia :
a. Keputusan yang diambil selalu berhasil dengan baik dan tepat, karena
sudah dibicarakan secara kolektif.
b. Kemungkinan penggunaan kekuasaan secara berlebihan dari pimpinan
kecil sekali.
c. Usaha kerjasama bawahan mudah digalang.
Kelemahannya :
a. Proses pengambilan keputusan agak lambat karena segala sesuatunya
harus dibicarakan lebih dulu dengan para anggota organisasi.
b. Apabila ada kemacetan kerja, tak seorang pun yang mau diminta
pertanggungjawabannya melebihi dari yang lain.
c. Para pelaksana sering bingung karena perintah tidak datang dari satu
orang pimpinan saja.
d. Kreativitas nampaknya sukar dikembangka, karena pelaksanaan
didasarkan pada kolektifitas.

120
buku lokakarya 2.indd Sec1:120 30/06/2016 20:36:46
5. HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN,
MANAJEMEN DAN ORGANISASI
Organisasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang
bekerjasama untuk mencapai tujuan, yang mana untuk mencapai
tujuan tersebut memerlukan manajemen untuk mengatur orang-orang
tersebut, yang mana manajemen tidak akan berhasil apabila tidak ada
pemimpin di dalamnya dan seorang pemimpin pun harus memiliki ilmu
kepemimpinan, jadi antara Kepemimpinan, manajemen dan organisasi
merupakan suatu sistem yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak dapat
terpisahkan

121
buku lokakarya 2.indd Sec1:121 30/06/2016 20:36:46
122
buku lokakarya 2.indd Sec1:122 30/06/2016 20:36:46
123
buku lokakarya 2.indd Sec1:123 30/06/2016 20:36:46
124
buku lokakarya 2.indd Sec1:124 30/06/2016 20:36:47
125
buku lokakarya 2.indd Sec1:125 30/06/2016 20:36:47
126
buku lokakarya 2.indd Sec1:126 30/06/2016 20:36:48
127
buku lokakarya 2.indd Sec1:127 30/06/2016 20:36:48
128
buku lokakarya 2.indd Sec1:128 30/06/2016 20:36:49
129
buku lokakarya 2.indd Sec1:129 30/06/2016 20:36:49
130
buku lokakarya 2.indd Sec1:130 30/06/2016 20:36:50
131
buku lokakarya 2.indd Sec1:131 30/06/2016 20:36:50
132
buku lokakarya 2.indd Sec1:132 30/06/2016 20:36:51
133
buku lokakarya 2.indd Sec1:133 30/06/2016 20:36:51
134
buku lokakarya 2.indd Sec1:134 30/06/2016 20:36:52
135
buku lokakarya 2.indd Sec1:135 30/06/2016 20:36:52
136
buku lokakarya 2.indd Sec1:136 30/06/2016 20:36:53
137
buku lokakarya 2.indd Sec1:137 30/06/2016 20:36:53
138
buku lokakarya 2.indd Sec1:138 30/06/2016 20:36:54
139
buku lokakarya 2.indd Sec1:139 30/06/2016 20:36:54

Anda mungkin juga menyukai