Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATA KULIAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I


PENYAKIT ENDEMIS :SARS
Dosen Pengampu :Tutik Rahayuningsih S.Kep.,Ns MPH

KELOMPOK 2 :

Nama Anggota:

1. Dwi Jayanti (19121090)


2. RafidaLuffi Ananda (19121110)
3. Sri Kisnanto (19121116)

POLTEKKES BHAKTI MULIA


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)

A. Definisi
SARS adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus corona SARS (SAR-
CoV).Penderita yang terkena SARS mengalami gangguan pernafasan yang akut (terjadi
dalam waktu tepat) dan dapat menyebabkan kematian.
SARS merupakan penyakit menular dan dapat mengenai siapa saja, terutama orang
tua.Badan kesehatan dunia (WHO) mengeluarkan suatu peringatan keseluruh dunia
tentang adanya suatu penyakit yang disebutnya sebagai syndrome pernafasan akut parah
(SARS).Penyakit ini digambarkan sebagai radang paru (Pneumonia) yang berkembang
secara sangat cepat, progresif dan sering kali bersifat fatal, dan diduga berawal dari suatu
provinsi di China utara.
SARS secara klinis lebih banyak melihatkan bagian bawah.Dibandingkan dengan
saluran napas bagian atas.Pada saluran napas bawah, sel-sel asinus adalah sasaran yang
lebih banyak terkena dari pada trakea ataupun bronkus.Menurut hasil pemeriksaan post
mortem yang dilakukan, diketahui bahwa SARS memiliki 2fase di dalam patogenesisnya.
Pengobatan terhadap pasien SARS dilakukan pada rumah sakit khusus dan pasien
SARS dikarantina/isolasi hingga dinyatakan sembuh/tidak infeksus.Obat yang diberikan
tergantung dari kondisi pasien tersebut.Pencegahannya adalah dengan menghindari kontak
dengan penderita SARS, cuci tangan dengan sabun antiseptik, dan memakai masker jika
bepergian (Nurarif & Kusuma, 2016, p. 229).

1
B. Klasifikasi
Menurut pembagian stadium SARS dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Stadium 1, dimulai dengan suatu gejala mirip flu yang mulai terjadi 2-7 hari setelah
inkubasi dan khas ditandai dengan gejala mirip flu yang mulai terjadi  2-7 hari setelah
inkubasi dan khas ditandai dengan prodromal berupa demam >38°C dengan tanpa
menggigil, dapat disertai dengan gejala yang tidak spesifik seperti malaise, sakit
kepala, mialgia, anoreksia dan pada beberapa pasien juga dapat mengalami diare.
Stadium ini berlangsung  3-7 hari.
2. Stadium 2, adalah fase gejala saluran pernafasan. Fase ini secara tipikal dapat mulai
terjadi 3 hari setelah inkubasi. Pasien mengalami batuk kering, sesak nafas, dan pada
sebagian kasus dapat timbul hipoksemia yang progesif. Gejala ini dapat berkembang
menjadi kegagalan pernafasan yang memerlukan inkubasi dan ventilasi mekanik
(Manurung, 2013, p. 89)

SARS juga dapat dibedakan menjadi 3 derajad :

1. Derajad 1 : (derajad ringan / klasik) ditandai demam >3 hari, batuk tidak produktif,
foto dada tidak ada gambaran pneumonia dan penderita sembuh dengan sendirinya.
2. Derajad 2 : (derajad sedang) gejala klasik ditambah kelainan diparu dan penderita
akan sembuh dengan baik atau justru jatuh kederajad berat.
3. Derajad 3 : (derajad berat) ditandai denga gejala sukar bernafas dan hipoksia (Nurarif
& Kusuma, 2016).
C. Etiologi
Dua virus yang pertama kali dicurigai sebagai penyebab SARS adalah Paramyxovirus
dan Coronavirus.Dan terakhir hanya Coronavirus yang diduga sebagai penyebab SARS.
Proses penularan SARS adalah berdasarkan droplet dan kontak. Penularan fecal-oral juga
mungkin terjadi melalui diare.SARS juga bisa menyebar jika seseorang menyentuh secret
atau permukaan / objek yang terifeksius dan kemudian secara langsung menyentuh mata,
hidung atau mulut, juga melalui batuk atau bersin dari pasien SARS. Setelah masuk
ketubuh manusia Coronavirus ini dapat menimbulkan infeksi saluran pernafasan atas dan
juga bawah sehingga mengakibatkan system imunitas pernafasan menjadi turun dan
berakibat batuk yang lama dan akan mengakibatkan kerusakan epitel dan gerakan silla
berkurang jika diteruskan akan mengakibatkan infeksi bertambah berat.
D. Tanda Dan Gejala
Gejala SARS merupakan perpaduan antara gejala flu dan pneumonia.Umumnya gejala
muncul dalam dua hingga tujuh hari setelah terpapar SARS CoV.
2
1. Gejala yang umum muncul adalah:
a. Demam tinggi, umumnya di atas 380C
b. Kelelahan berlebihan
c. Sakit kepala
d. Menggigil
e. Nyeri otot
f. Diare
g. Kehilangan nafsu makan
2. Setelah kemunculan beberapa gejala awal tersebut, infeksi akan mulai berdampak
pada paru-paru dan sistem pernapasan lainnya. Hal ini dapat menimbulkan munculnya
gejala tambahan, seperti:
a. Batuk kering
b. Kesulitan bernapas
c. Kurangnya oksigen dalam darah, yang bisa berakibat fatal pada kasus yang parah
3. Ada riwayat kontak erat dengan seseorang yang diyakini menderita SARS.
4. Sebelum sakit punya riwayat berpergian kedaerah geografis yang tercact  sebagai
daerah dengan penularan penyakit SARS.
E. Patofisiologi SARS
SARS secara klinis lebih banyak melihatkan bagian bawah.Dibandingkan dengan
saluran napas bagian atas.Pada saluran napas bawah, sel-sel asinus adalah sasaran yang
lebih banyak terkena dari pada trakea ataupun bronkus.Menurut hasil pemeriksaan post
mortem yang dilakukan, diketahui bahwa SARS memiliki 2fase di dalam patogenesisnya.
Fase awal terjadi selama 10 hari pertama penyakit pada fase ini terjadi proses
akutyang mengakibatkan duffuse alveolar damage (DAD) yang eksudatif. Fase ini
dicirikan dengan adanya infiltrasi dengan campuran sel-sel inflamasi serta edema
pembentukan hialin.
Membran hialin terbentuk dari endapan protein plasma serta debris nukleous dan
sitoplasma sel-sel epitel paru (pneuomotis) yang rusak.Dengan adanya nekrosis sel-sel
epitel paru maka barrier antara sikulasi darah dan jalan udara menjadi hilang sehingga
cairan yang berasal dari pembuluh darah kapiler paru menjadi bebas untuk masuk
kedalam ruang alveolus.Namun demikian, karena keterbatasan jumlah pasien SARS yang
meninggal untuk di autopsi, maka masih belum dapat dibuktikan apakah kerusakan sel
epitel baru tersebut disebabkan oleh efek toksik virus secara langsung atau sebagai akibat
dari respons imun tubuh.Pada tahap eksudatif, RNA dan antigen virus dapat diidentifikasi
dari makrofak alfeolar dan sel epitel paru dengan menggunakan mikroskop elektron.
3
Fase selanjutnya dimulai tepat setelah  10 hari perjalanan penyakit dan ditandai
dengan perubahan pada DAD eksudatif menjadi DAD teroganisir. Pada periode ini,
terdapat metaplasia sel epitel skuamosa bronkial.Bertambahnya ragam sel dan fibrosis
pada dinding dan lumen alveolus.Pada fase ini tampak dominasi pneoumosit tipe 2 dengan
persebaran neokleous, serta nukleoli yang eosinofilik. Selanjutnya, sering kali ditemukan
sel raksasa dengan banyak nukleus, (multi-nucleated giant cells ) didalam rongga alveoli.
seperti infeksi CoV lainya, maka sel raksasa tersebut awalnya diduga sebagai akibat
langsung dari CoV SARS. Tetapi setelah dilakukan pemeriksaan imunoperoksidase dan
hibridisasi insitu, didapatkan bahwa CoV SARS justru berada didalam jumlah yang
rendah.  Maka disimpulkan, bahwa fase ini berbagai proses patologis yang terjadi tidak
diakibatkan langsung oleh karena replikasi voirus terus menerus, melainkan karena
beratnya kerusakan sel epitel paru yang terjadi pada tahap DAD eksudatif dan diperberat
dengan pengunaan fentilatoe.
F. Komplikasi
Komplikasi SARS akan mengakibatkan dampak komplikasi pada :
1. Gagal nafas
Kegawatan yang disebabkan oleh gangguan pertukaran oksigen dan karbondioksida,
sehingga system pernafasan tidak mampu memenuhi metabolism tubuh.
2. Gagal hati
Kondisi ketika organ hati tidak bisa berfungsi kembali akibat mengalami kerusakan
yang sangat luas.
3. Gagal jantung
Kondisi saat otot jantung menjadi sangat lemah sehingga tidak bias memompa cukup
darah ke seluruh tubuh (Suprapto, 2013, p. 27)
Komplikasi umum SARS adalah acute respiratory distress syndrome (ARDS). Selain
itu, beberapa komplikasi lain seperti sepsis, syok sepsis, dan hepatitis juga dapat terjadi.
Komplikasi yang timbul akibat pemakaian ventilator seperti emfisema subkutan
spontan, pneumotoraks, dan pneumomediastinum juga dilaporkan.Komplikasi jangka
panjang SARS sampai sekarang belum diketahui.
G. Tes Diagnostik atau Pemeriksaan Diagnostik
Kemampuan untuk mendeteksi seseorang yangterinfeksi virus SARS pada stadium dini
merupakanukuran penting dari suatu alat uji. Deteksi dini dan keterandalan dalam deteksi
virus SARS dari suatubahan pemeriksaan akan sangat membantu petugas-petugas
kesehatan dalam menentukan penderitamana yang menampilkan gejala-gejala demam,
danlain-lain yang mengarah ke SARS adalah benar-benar penderita SARS. Dengan
4
demikian dengan cepat penderita tersebut dapat diambil tindakan-tindakan yang sesuai
seperti misalnya isolasi penderita dan upaya-upaya lain yang sejalan denganprosedur
pengendalian penyakit infeksi.
Perkembangan tes-tes diagnostik untuk SARSternyata merupakan masalah yang lebih
besardibandingkan dengan apa yang diharapkan. Parapeneliti yang tergabung dalam
jejaring kerja samalaboratorium WHO berusaha keras untukmengembangkan tes-tes yang
dapat digunakanuntuk diagnosis SARS. Pada saat ini, ada 3 tes yangumumnya digunakan
di laboratorium untukmendeteksi SARS, yaitu:
1. Tes antibodi denganenzyme liked immunosorbent assay (ELISA)
Tes ELISA adalah tes yang menguji adanyaantibodi terhadap SARS. Tes ini
dilaporkan baru pada hari ke-20 setelah timbulnya gejala klinismemberi hasil positif,
oleh karena itu tidak dapat digunakan untuk mendeteksi kasus-kasus padastadium dini
sebelum mereka mempunyaikesempatan untuk menyebarkan penyakit ke oranglain.
2. Tes antibodi dengan immunofluorescence assay (IFA)
Tes IFA juga merupakan tes yang mendeteksiadanya antibodi.Tes ini juga relatif
lambat.
3. Metode polymerase chain reaction(PCR) untuk deteksi virus.
PCR yang merupakan suatu tes molekuleruntuk mendeteksi materi genetik dari
virus SARSsangat bermanfaat dalam mendeteksi infeksistadium dini, namun tes ini
masih banyakmemberikan hasil negatif palsu sehingga dapa memberikan perasaan
aman yang keliru karenadengan hasil negatif itu.Ada anggapan bahwaindividu atau
penderita yang bersangkutan tidakmenderita SARS sehingga terjadi
penyebaranpenyakit tanpa dapat dikendalikan. Tetapi akhir-akhir ini, para peneliti di
laboratorium yang bekerjasama dengan WHO merasa optimis dapatmengembangkan
tes PCR menjadi tes yang lebihdapat diandalkan dan dipercaya. Di antaranyaadalah
laboratorium dari Bernhard-Nocht forTropical Medicine di Hamburg yang membuat
suatuperangkat tes (kit) dengan sistem uji mutu (qualitycontrol) yang terkandung di
dalam perangkat tersebut.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan severe acute respiratory syndrome (SARS) berfokus pada pemberian
terapi suportif untuk mencegah morbiditas dan mortalitas.Hal ini dikarenakan terapi
definitif untuk SARS belum tersedia sebab belum ada antiviral yang terbukti efektif
menangani SARS.Terapi suportif mencakup pemberian oksigen, ventilasi, hidrasi,
antipiretik, analgesik, serta antibiotik untuk kasus infeksi sekunder oleh bakteri.

5
Untuk mencegah transmisi terutama transmisi nosokomial, pasien yang dicurigai
SARS harus dirawat di ruang isolasi dengan ventilasi negatif agar tidak menginfeksi
pasien lain. Pasien perlu dipantau sampai hasil tes reverse-transcriptase polymerase chain
reaction (RT-PCR) terkonfirmasi negatif dan pasien sudah menunjukkan perbaikan
klinis.Selain itu, tenaga kesehatan yang merawat pasien probable atau terkonfirmasi
SARS harus menggunakan alat pelindung diri dan lebih dianjurkan untuk menggunakan
respirator N95 dari pada masker bedah.
I. Program pemerintah dalam penangulangan SARS
1. Edukasi Kesehatan
Edukasi kesehatan merupakan salah satu upaya untuk mencegah penyebaran SARS.
Berikut ini merupakan beberapa edukasi yang dapat diberikan pada komunitas:
a. Sering mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air. Penggunaan hand
sanitizeryang mengandung alkohol minimal 60% dapat menjadi alternatif bila
tidak terdapat air dan sabun
b. Etika batuk dan bersin yang benar adalah dengan menutupi hidung dan mulut
dengan bagian dalam siku atau tisu lalu membuang tisu ke tempat sampah
c. Jangan menyentuh wajah, terutama mata, hidung, dan mulut
d. Melakukan disinfeksi pada barang atau permukaan yang sering disentuh
e. Melakukan physical distancing, pembatasan perjalanan, menjaga jarak antar orang
minimal 1 meter dan menjauhi orang yang batuk atau bersin
f. Orang dengan gejala infeksi pernapasan akut diminta menjaga jarak dan menutup
hidung dan mulut saat batuk atau bersin
g. Berobat ke fasilitas kesehatan hanya jika diperlukan
2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Beberapa tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi SARS-CoV terutama untuk
petugas kesehatan, antara lain:
a. Mencuci tangan dan menggunakan alat pelindung diri (APD) untuk mencegah
infeksi saat menangani cairan tubuh pasien dan kulit yang lecet atau luka, atau
setelah kontak dengan pasien dan hal di sekitar pasien
b. Mencegah luka karena jarum suntik atau cedera oleh benda tajam
c. Melakukan pengelolaan limbah yang aman serta disinfeksi peralatan setelah
penggunaan[29]
d. Untuk mencegah transmisi melalui droplet, tenaga kesehatan dapat melakukan
beberapa hal berikut:
e. Menggunakan masker apabila bekerja dalam radius 1 meter dari pasien
6
f. Pasien SARS ditempatkan di ruang isolasi atau ditempatkan bersama pasien yang
sama-sama terkena SARS
g. Jika penyebab pasti tidak ditemukan, kelompokkan pasien berdasarkan diagnosis
klinis dan faktor risiko dengan pemisahan minimal 1 meter
h. Apabila pasien tinggal sekamar dengan orang lain saat dirawat di rumah, pasien
harus dipisahkan 1 meter dari orang lain
i. Pastikan pasien memakai masker apabila keluar kamar serta batasi gerakan
pasien[29]
j. Untuk mencegah transmisi airborne, beberapa hal berikut dapat dilakukan:
k. Petugas menggunakan alat pelindung diri sebagai universal precautionseperti
sarung tangan, baju lengan panjang, pelindung mata, celemek kedap air, dan
respirator partikulat saat melakukan prosedur tindakan yang menimbulkan aerosol
l. Gunakan ruangan yang memiliki ventilasi adekuat saat melakukan prosedur yang
menimbulkan aerosol
m. Membatasi jumlah orang di ruang pasien untuk mengurangi penyebaran infeksi
yang lebih luas[29]
n. Kewaspadaan juga harus diperhatikan pada petugas laboratorium. Petugas yang
mengambil spesimen harus memakai APD yang sesuai. Pengiriman harus
dilakukan oleh petugas terlatih agar tidak terjadi kontaminasi. Selain itu, selalu
tuliskan nama secara jelas untuk setiap tersangka infeksi.
3. Vaksin
Vaksin untuk SARS masih dalam tahap pengembangan sejak 2004.Saat ini, vaksin
DNA SARS yang mengkode protein spike masih memasuki uji klinis fase I. Meskipun
terbukti dapat ditoleransi dengan baik dalam penelitian tersebut, studi lebih lanjut
perlu dilakukan sebelum vaksin yang optimal dan aman dapat diimplementasikan
secara klinis.
J. Fokus Pengkajian
FokusPengkajian
Tn D umur 20 th dirawat di UGD semarang mengatakan mengeluh menggigil ,batuh sesak
nafas disertai ada banyak sputum ,Setelah dilakukan pemeriksaan perawat mendapatkan
data TD: 110/80 mmHg, Nadi: 100x/menit ,TB: 172 cm, BB : 70 Kg frekuensi nafas
30x /m dan suhu badan 39° dan tampak letih dan pucat
KonsepAsuhanKeperawatan.
1. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
7
Pasien datang kerumah sakit mengatakan demam disertai menggigil dan rasa sakit
disekujur badan penderita, sakit kepala yang disertai rasa lemah dan lesuh dan
ganguan pernafasan ringan juga diare
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan gejala panas tinggi 39° selama 3 hari, pasien mengalami batuk
sesak dan sulit bernafas, kadang cyanosis.
c. Riwayat kesehatan terdahulu
Pasien pernah dirawat dirumah sakit dengan kasus asma.
d. Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien kontak dekat dengan orang yang didiagnosis suspek atau probable SARS
dalam 10 terakhir, Riwayat perjalanan ketempat yang terkena wabah SARS dalam
10 hari terakhir, Bertempat tinggal ditempat yang terjangkau wabah SARS.
e. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga bahwa anggota keluarga ada yang menderita penyakit
yang sama dengan pasien yaitu ibunya dengan penyakit asma.
f. Riwayat pengobatan
Pasien SARS pernah minum obat tradisional saat sakit dan sebelum sakit. 
2. Pemeriksaanfisik
a. TD : 110/80 mmHg
b. Nadi : 100x/menit
c. RR : 30x/menit
d. Temp : 39°C
e. Keadaan umum : Lemah
f. Penampilan : Pasien kurang rapi dan bersih
g. Kesadaran : Pasien SARS ada penurunan kesadaran tetapi masih bisa
menjawab pertanyaan yang diajukan
h. TB : 172 cm
i. BB : 70 Kg
3. Pengkajian pola fungsional :
a. Sistem pernafasan
1) Inspeksi Sesak, batuk, nyeri dada, penggunaan alat bantu pernafasan,
pernafasan diafragma dan perut meningkat pernafasan cuping hidung, pola
nafas cepat dan dangkat, retraksi otot bantu pernafasan.
2) Palpasi Sinus frontalis dan maksilaris, terhadap nyeri tekan yang menunjukkan
inflamasi
8
3) Perkusi : suara perkusi redup sampai pekak.
4) Auskultasi : Ronkhibasah, suara nafas bronkial
b. Sistem kardiovaskuler
Gejala-gejala yang terkaitdengan system kardiovaskular tidak ditemukan, rendah
nya tekanan darah berakibat timbulnya rasa pusing.
c. Sistem persarafan
Pasien mengalami nyeri kepala dan terjadi penurunan kesadaran 
d. Sistem perkemihan
Terjadi peningkatan kadar kreatinin kinase 
e. Sistem percernaan
Pasien mengalami mual, muntah, diare, bising usus meningkat, nafsu makan
menurun 
f. Sistem integument
Kulit, bibir, serta kuku pasientampakkebiruan (sianosiskarenakekuranganoksigen) 
g. Sistem musculoskeletal
Pasien mengalami kaku otot
h. Sistem endokrin
Pasien tidak megalami gangguan pada system endokrin
i. Sistem reproduksi
Pasien tidak megalami gangguan pada system reproduksi
K. Fokus Intervensi

No. Diagnosa Intervensi

Dx Keperawatan Tujuan / KH Intervensi Keperawatan


1. Ketidakefektifan Tujuan : 1. Pemeriksaan ttv
kebersihan jalan Setelah dilakukan pemeriksaan ,rasionalisai : untuk
nafas b.d sesak nafas dalam 5x24 jam diharapkan : mengetahui R, TN
1. Menunjukkan bersihan ,S, N agar tidak ada
jalan nafas yang efektif, kesalahan dalam
yang dibuktikan oleh menentukan tindakan
Pencegahan Aspirasi; selanjutnya
Status Pernafasan: 2. pemberian oksigen,
Kepatenan Jalan Nafas; dan rasionalisasi:
Status Pernafasan : membatu pernafasan
Ventilasi tidak terganggu. pasien agar lebih

9
Kriteria hasil : efektif
1. Batuk efektif 3. Pemberian obat
2. Mengeluarkan secret kolaborasi dengan
secara efektif dokter , Rasionalisasi
3. Mempunyai jalan nafas :untuk meningkatkan
yang paten daya tahan tubuh dan
4. Pola pemeriksaan mengobati penyakit
auskultasi, memiliki suara yang diderita
nafas yangb jernih
5. Mempunyai irama dan
frekuensi pernafasan dalam
rentang normal
6. Mempunyai fungsi paru
dalam batas normal
7. Mampu
mendeskripsikan rencana
untuk perawatan dirumah
2 Hipertermi b.d Tujuan : 1. Memonitoring suhu
proses infeksi Setelah dilakukan tindakan sesering mungkin
3x24 jam diharapkan suhu Rasional : Untuk
tubuh dalam rentan normal mengetahui
Kriteria Hasil : perkembangan
1. Suhu tunuh 36-370 C pasien , kompres
2. Akral teraba hangat hangat mampu
menurunkan suhu
tubuh
2. Lakukan kompres
hagat
Rasional : untuk
mempercepat proses
penguapan
3. Anjurkan untuk
memakai pakaian
yang tipis
Rasional : Untuk

10
mempercepat proses
penguapan
4. Pemberian terapi
cairan
Rasional : Untuk
mempertahankan
keseimbangan cairan
tubuh

REFERENSI :

11
Arlina,V.2013. Kontrol Optimum PenyebaranPenyakit SARS berdasarkansubsistem model
Kompartemen:IPB
Bulechek,et all. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Ed.6.
Yogyakarta:Mocomedia
Herdman, T. Heather, Kamitsuru, Shigemi. 2018. NANDA-1 Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC.
Ksiazer,TG. Erdman,D.2003. A Novel Coronavirus Associated with Severe Acute
Respiratory Syndrome.
JurnalInternasionalEpidemiologi:348http://www.nejm.orgdiakses 8 september 2020
Moorhead, et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC).Pengukuran Outcomes
Kesehatan. Ed.5. Yogyakarta, Mocomedia
Noviana,P.Kartono.2008. Strategi Model PengendalianPenyebaran
Virus.UniversitasDiponegoro
Peeri.2020. The SARS, MERS and Novel Corona virus(COVID-19) Epidemis, the Newest
and Biggest Global Health Threats. JurnalInternasionalEpidemiologi 0:1-10 diakses
8 September 2020
World Health Organization.2003.Cumulative number of reported probable cases of Severe
Acute Respiratory Syndrome. Genewa: World Health Organization

12

Anda mungkin juga menyukai