Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan kepada
pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran. Demi perbaikan dan kesempurnaan. Semoga makalah ini dapat
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 2
C. Tujuan....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 3
A. Definisi...................................................................................... 3
B. Partofisiologi............................................................................. 4
C. Manifestasi Klinis..................................................................... 5
D. Komplikasi................................................................................ 6
E. Penatalaksanaan........................................................................ 7
F. Pemeriksaan Penunjang............................................................ 9
G. Pencegahan................................................................................ 9
H. Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan Pada Tetanus
Neonatorum............................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 22
..................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tetanus Neonatorum merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat
disebabkan adanya infeksi melalui tali pusat yang tidak bersih. Kematian tetanus
masa inkubasi 11 – 22 hari. Bila interval antara gejala pertama dengan timbulnya
Timur Tengah dan Afrika pada tahun 1978 –1982 menekankan bahwa penyakit
yang tidak dirawat, hampir dapat dipastikan CFR akan mendekati 100%, terutama
Sehubungan dengan hal tersebut diatas serta melihat peran dan fungsi
1
obat-obatan untuk mengobati penyebab dasar), rehabilitatif (dokter, perawat dan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus pada bayi baru lahir dengan
tanda klinik yang khas, setelah 2 hari pertama bayi baru hidup, menangis dan
menyusu secara normal , pada hari ketiga atau lebih timbul kekakuan seluruh
tubuh dengan kesulitan membuka mulut dan menetek disusul dengan kejang
kejang .
Tetanus neonatorum adalah kejang kejang yang dijumpai pada BBL yang
bukan karena trauma, kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan oleh infeksi
selama masa neonatal yang antara lain terjadi sebagai akibat pemotongan tali
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan masa
neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar
bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik baiknya. Peralihan dari kehidupan
Namun, banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan
Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian
neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi dibawah umur satu tahun terjadi pada
masa neonatus. Salah satu kasus yang banyak dijumpai di sejumlah negara tropis
dan negara yang masih memiliki kondisi kesehatan rendah adalah kasus tetanus.
3
Data organisasi kesehatan dunia WHO menunjukkan, kematian akibat tetanus di
Negara berkembang adalah 135 kali lebih tinggi di bandingkan negara maju.
bervariasi dan sangat tergantung pada saat pengobatan dimulai serta pada fasilitas
B. Partofisiologi
Kuman tetanus masuk kedalam tubuh bayi, melalui tali pusat yang
dipotong dengan menggunakan alat yang tidak steril atau pada tali pusat yang
dirawat tidak steril. Awalnya kuman masuk dalam bentuk spora. Kemudian bila
di daeran potongan tali pusat tidak mengandung oksigen yangcukup, maka spora
akan berkembang menjadi bentuk vegettif yang dapat menghasilkan racun (toksin
menyerang sistem saraf dan merupakan tetanospamin, yaitu toksin yang bersifat
Kekakuan dimulai pada tempat masuknya kuman atau pada otot yang kecil seperti
Jika toksin masuk ke sum sum tulang belakang, maka terjadi kekakuan
yang makin berat pada anggota gerak, otot otot bergaris didada,perut dan timbul
kejang seluruh tubuh, jika toksin mencapai sistem saraf pusat .Toksin pada sistem
4
metabolisme,hemodonamika,hormonal,saluran cerna,seluruh kandung kemih dan
dulu jarang dilaporkan karena penderita sudah meninggal sebelum gejala timbul.
C. Manifestasi Klinis
Masa tunas biasanya 5-14 hari, kadang kadang sampai beberapa minggu
jika infeksinya ringan. Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan
otot yang makin bertambah terutama pada rahang dan leher.Dalam 48 jam
penyakit menjadi nyata dengan adanya trismus ( ilmu kesehatan anak, 1985 ).
Pada tetanus neonatorum perjalanan penyakit ini lebih cepat dan berat.
1. Bayi tiba tiba panas dan tidak mau minum ( karena tidak dapat
menghisap ) .
pada otot mulut, sehingga bayi tidak dapat minum dengan baik
mukarhisus sardonikus
5
7. Suhu meningkat sampai dengan 39 derajat celcius
menangis
D. Komplikasi
2. Aspiksia
4. Fraktur kompresi
6. Fraktur dari tulang punggung atau tulang panjang akibat kontraksi otot
dapat menyebabkan taki kardi dan hipertyensi yang pada akhirnya dapat
6
9. Peumonia aspirasi (sering terjadi akibat aspirasi makanana atauapiun
E. Penatalaksanaan
Pada masalah ini dapat disebabkan kuman yang menyerang otoit otrot
pernafasan sehingga otot pernafasan tidak berfungsi, adanya spasme pada otot
faring juga dapat menyebabkan terkumpulnya liur dalam rongga mulut atau
dapat dilakukanb adalah: atur posisi bayi dengan kepala ekstensi, berikan oksigen
1-2 liter /menit dan apabila terjadi kejang tinggikan kebutuhan oksigen sampai 41/
menit setelah kejang hilang turunkan, lakukan penghisapan lender dan pasangkan
sudipo lidah untuk mencegah lidah jatuh ke belakang, lakukan observasi tanda
vital setiap setengah jam, berikan lingkungan dalam keadaan hanagta janagan
awal 2,5 mg intyravena selama 2-3 menit kemudian lanjutkan dengan dosis 8-10
keperawatan untuk mencegah adanya lidah tergigit, anoksia, pasien jatuh, lidah
7
tidak jatuh kebelakang, mengikuti jalan nafas dan mencegah jalan ulang, caranya
Berikan oksigen
Lakukan kompres
Gangguan nutrisi dan cairan dapat terjadi karena bayi tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhan dengan cara menetek atau minum, untuk itu dalam
kekurangan nutrisi seperti intake dan output, membrane mukosa, turgo kulit dan
lain lain ,kemudian dapat memberikan melalui infus dengan cairan glukosa 10 %
dan natrium di karbonat apabila pasien sering kejang dan abnemia, apabila kejang
sudah berkurang pemberian nutrisi dapat melalui sonde/ pipa lambung dan sejalan
dengan perbaikan, pemberian makana bayi dapat di ubah dengan memakai sendok
secara bertahap.
informasi pada keluarga pasien mengingat tindakan pada penyakit ini memerlukan
8
tindakan khusus sehinggau perlu di sampaikan kepada keluarga beberapa
F. Pemeriksaan Penunjang
meliputi :
1. Darah
(N<200mq/dl)
kejang
2. Skull Ray: untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi.
3. EEG : Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui tengkorak yang
G. Pencegahan
1. Berikan imunisasi TT pada ibu hamil 3 kal;I sebelum trimester III secara
berturut turut .
9
2. Lakukan pemotongan dan perawatan tali pusat secara steril
3. Imunisasai aktif
dan dirteri (vaksin DPT). Kadar proteksi antibodi bertahan selama 5-10 tahun
kecuali bila mengalami luka yang beresiko terinfeksi, diberikan toksoid bila
suntikan terakhir sudah lebih dari 5 tahun sebelumnya atau bila belum pernah
vaksinasi. P ada luka yang sangat Parah , suntikan toksoid di berikan bila
usia subur atau wanita hamil trimester 3, selain memberikan penyuluhan dan
bimbingan pada dukun beranak agar memotong dan merawat tali pusat bayi
dangan cara semestinya. Dapat terjadi pembengkakan dan rasa sakit pada tempat
4. Imunisasi pasif
Diberikan serum anti tetanus (ATS Profilaksis ) pada penderita luka yang
1. Pengkajian Data
10
a) Data Subjektif
1. Identitas
Meliputi :
pemeriksaan
klinis
pekerjaan ortu
2. Keluhan utama
dibawa berobat ke RS
11
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
pasien dibawa ke RS
Pola Nutrisi
Pola makan anak. Berapa kali anak makan ( 3 kali / hari ) makanan
yang dikonsumsi anak nasi, sayur, lauk pauk atau bubur dan
Pola aktivitas
apakah sesuai dengan usia anak atau tidak. Seperti dapatkah anak
menendang bola.
Pola Eliminasi
12
Untuk mengetahui berapa kali anak BAB ( 1 kali / hari, warnanya ,
( kali/hari)
Pola istirahat
Untuk mengetahui pola istirahat atau tidur berapa jam / hari. Tidur
siang ( 2-3 jam / hari) dan tidur malam ( 8-9 jam / hari ).
psikologi
sosial
Budaya
jika sakit.
Riwayat Spiritual
diyakininya
13
b) Data Objektif
Kesadaran : Compesmetris
keadaan normal ( + 32 cm )
S : 36,5 o c-37,5 o c
N : 120 -160x/menit
RR : 40- 60x/menit
hitam
14
Hidung : Simetris, tidak secret, tidak polip.
3. Pereriksaaan Penunjang
1. Darah
kejang
kejang
144
15
meq/dl )
biasanya normal
Kesadarannn : Composmetris
(> 2500gr )
( > 45cm )
( + 11 cm )
( = 33 cm )
16
Tanda tanda vital : TD : -
S : 36,5 c – 37,5 C
N : 120-160x/menit
RR : 40 – 60x/menit
Pemeriksaan Penunjang :
1. Darah
pemberian obat
predisposisi kejang
17
Identifikasi masalah potensial
toksik ( bakterimia )
Intervensi
18
R/ sianosis merupakan salah satu tanda manifestasi klinik
konveksi
memberikan obat
3. Implementasi
19
Menjelaskan pada ibu penanganan kejang untuk menghindari injuri
drayingnage.
Menjelaskan pada ibu perawatan yang perlu dilakukan oleh orang tua
dalam perkembangannya
4. Evaluasi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar benar telah terpenuhi sesuai
masalah:
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tetanus Neonatorum merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat
disebabkan adanya infeksi melalui tali pusat yang tidak bersih.Penyakit ini
disebabkan oleh karena clostridium tetani yang bersifat anaerob dimana kuman
tersebut berkembang tanpa adanya oksigen dan pemotongan tali pusat yang tidak
steril.
Tanda dan gejala meliputi , Kejang sampai pada otot pernafasan, Leher
pemeriksaan elektromiogram.
B. Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Deslidel, hajjah. 2011. Buku ajar Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta :
EGC
Salemba Medika
22