Anda di halaman 1dari 19

Patogenesis Limfoma.....

(Steward Keneddy M, Bakti Surarso)

PATOGENESIS
LIMFOMA NON HODGKIN EKSTRA NODAL KEPALA DAN LEHER

Steward Keneddy Mengko, Bakti Surarso

Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok


Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya

PENDAHULUAN ekstranodal yang seringkali ditemukan saat


penentuan stadium.4
Limfoma merupakan istilah umum Kriteria limfoma ekstranodal masih
yang diberikan untuk semua kelainan menjadi perdebatan sehingga insidens yang
neoplastik pada jaringan limfoid. Istilah dilaporkan beberapa institusi/ peneliti
limfoma sering sendiri dipakai untuk bervariasi.3,4 Lokasi primer ekstranodal
menyatakan limfoma maligna karena kepala dan leher antara lain: cincin
limfoma yang jinak jarang ditemukan.1 waldeyer, sinus paranasalis, cavum nasi,
Limfoma maligna diklasifikasikan laring, rongga mulut, kelenjar ludah, tiroid
sebagai Limfoma hodgkin (LH) dan dan orbita. LNH ekstranodal kepala dan
Limfoma non hodgkin (LNH). Limfoma leher paling sering ditemukan pada tonsil.4,5
Non Hodgkin dan penyakit Hodgkin Etiologi pasti terjadinya keganasan
dibedakan atas jenis sel yang mencolok yang LNH pada manusia masih belum jelas.
terdapat dalam kelenjar getah bening. Pada Penelitian selama ini banyak dilakukan
penyakit Hodgkin, sel-sel dari sistem terhadap hewan menunjukkan keterlibatan
limfatik bertumbuh secara abnormal dan virus yang dikenal sebagai virus onkogenik.2
dapat menyebar ke luar sistem limfatik Faktor lain yang diduga berperan pada
dalam bentuk sel Reed-Sternberg yang terjadinya limfoma antara lain: mutasi,
ditemukan pada jaringan yang terkena.2 faktor lingkungan dan imunodefisiensi.2-4
Bentukan sel ganas pada LNH Tujuan penulisan refarat ini adalah
adalah sel limfosit yang berada pada salah untuk mengulas mengenai anatomi fisiologi
satu tingkat diferensiasinya, baik limfosit T sistim limfatik, epidemiologi dan
atau limfosit B; bersifat heterogen dengan patogenesis limfoma non hodgkin
spektrum bervariasi dari tumor yang sangat ekstranodal pada kepala dan leher
agresif sampai kelainan indolen dengan
perjalanan lama dan tidak aktif. 2,3 TINJAUAN PUSTAKA
Variasi dalam LNH bukan hanya di Anatomi
temukan dari histologik ataupun morfologi Sistim Limfatik Tubuh
saja, melainkan juga lokasi primer Sistem limfatik adalah sistem saluran
limfoma.3,4 Jenis LNH limfoma Burkitt (tipe limfe yang meliputi seluruh tubuh yang
endemik) ditemukan pada anak-anak kecil di dapat mengalirkan isinya ke jaringan dan
Afrika Tengah. Gambaran histologis kembali sebagai transudat ke sirkulasi darah.
tersering adalah limfoma derajat keganasan Sistem limfatik terdiri dari pembuluh limfe,
tinggi large B cell.3,5 Pada keganasan kepala organ dan jaringan limfoid (gambar 1). 6,7
dan leher ditemukan 10 % kasus LNH

1
Gambar 1.Sistem vassa limfatika dan kelompok nodus limfoid utama
Dikutip dari : Scanlon VC, Sanders T. The lymphatic system and Immunity. In: Scanlon VC,
Sanders T. Essential of Anatomy and Physiology. 5thed. Philadelphia: FA Davis
Company,2007:325

Nodus dan nodulus limfoid adalah


massa dari jaringan limfatik; mempunyai
ukuran dan lokasi bervariasi. Nodus
biasanya lebih besar, panjangnya nodus
berkisar 10 - 20 mm dan mempunyai kapsul;
sedangkan nodulus panjangnya antara
sepersekian milimeter sampai beberapa
milimeter dan tidak mempunyai kapsul.8
Nodus limfoid ditemukan
berkelompok sepanjang jalur vassa
limfatika, dan limf mengalir melewati
nodus-nodus ini dalam perjalanannya
menuju vena subklavia. Limf memasuki
suatu nodus melalui beberapa vasa limfatika
aferen dan meninggalkannya lewat satu atau Gambar 2. Struktur nodus limfoid
dua pembuluh eferen (gambar 2).7,8 Dikutip dari : Abbas AK, Litchman AH.
Anatomy and function of lymphoid tissue.
In: Abbas AK, Litchman AH.. Cellular
and Mollecular Immunology. 5thed.
Philadelphia: WB Saunders,2003:29
Organ limfoid berupa kumpulan limfoid pada manusia, 300 diantaranya
nodulus kecil yang mengandung banyak terdapat di leher. Drinker dan Yoffey
limfosit merupakan tempat awal terjadinya menulis bahwa semua jaringan limfoid dari
respon imun spesifik terhadap antigen tubuh manusia termasuk limfosit pada
protein yang dibawa melalui sistem sumsum tulang kemungkinan berkisar 1 %
limfatik.6 dari berat badan total. Hal ini setara dengan
Organ limfoid terdiri atas: setengah massa berat hepar. Carlson dan
1. Organ limfoid primer Skandalakis mengemukakan bahwa terdapat
Organ limfoid primer atau sentral banyak nodus limfoid dengan drainase ke
yaitu kelenjar timus dan bursa fabricius atau cavum oris dan orofaring yang tidak pernah
sejenisnya seperti sumsum tulang, diangkat saat pembedahan, sehingga diduga
diperlukan untuk pematangan diferensiasi jumlah total dari nodus limfoid berkisar 150-
dan proliferasi sel T dan sel B sehingga 300.9
menjadi limfosit yang dapat mengenal Skandalakis dkk mengemukakan
antigen. pembagian nodus limfoid kepala dan leher
2. Organ limfoid sekunder dalam 5 kelompok atau level, yang dikenal
Organ limfoid sekunder utama sebagai sistem Healey (gambar 3), sebagai
adalah sistem imun kulit (Skin Associated berikut:9
Lymphoid Tissue/ SALT), Mucosal 1. Rantai horisontal superior, terdiri dari:
Associated Lymphoid Tissue/ MALT), Gut nodus submental, sub mandibular,
Associated Lymphoid Tissue/ GALT), preaurikular (parotis), post aurikular
kelenjar limfe dan lien. (mastoid), occipital
Organ limfoid sekunder mempunyai 2. Rantai vertikal posterior atau posterior
fungsi untuk menangkap dan triangle, terdiri dari: nodus superfisial
mengumpulkan antigen yang efektif, pada sepanjang vena jugularis eksterna
proliferasi dan diferensiasi limfosit yang dan nodus profunda pada sepanjang saraf
disensitisasi oleh antigen spesifik dan spinalis assesorius
merupakan tempat utama produksi antibodi.6 3. Rantai vertikal intermediet atau jugularis,
Jaringan limfoid mukosa yang terdiri dari: nodus juguloparotis
terorganisasi terdiri atas plak Peyer (Peyer’s (subparotis), jugulodigastrik
patch) di usus kecil, tonsil faring dan folikel (subdigastrik), jugulokarotis (bifurkasio),
limfoid yang terisolasi. juguloomohioid (omohioid)
Tonsil faring merupakan folikel limfoid 4. Rantai vertikal anterior (viseral), terdiri
yang analog dengan plak peyer.6,8 dari: nodus parafaringeal, paralaringeal,
prelaryngeal (Delphian), pretracheal
Sistim Limfatik Kepala dan Leher 5. Rantai horisontal inferior, terdiri
Terdapat perbedaan yang signifikan atas: nodus supraklavikular dan scalenus
dalam jumlah nodus limfoid pada kepala dan
leher menurut beberapa ahli. Bailey dan
Love melaporkan terdapat sekitar 800
nodus
Gambar 3. Level nodus limfoid menurut klasifikasi Healey
Dikutip dari: Skandalakis JE.Neck: Lymphatic System. In: Skandalakis JE, Colborn GL,
Weidman TA, Foster KS, Kingsworth AN, Skandalakis LJ,et al eds. Skandalakis Surgical
Anatomy. New York: McGraw-Hill Companies,2004:32.

Fisiologi Limf mengalir kembali dalam darah untuk


Fungsi Sistem Limfatik kembali menjadi plasma.7,8
Fungsi sistim limfatik antara lain
membantu mempertahankan keseimbangan
cairan pada jaringan; menyerap lemak dari Resirkulasi Limfosit
saluran cerna; sebagai bagian dari sistem Vasa limfatika dari tubuh bagian
pertahanan tubuh terhadap penyakit, dimana bawah menyatu di depan vertebra lumbalis
mengandung limfosit, sel epitel dan stroma untuk membentuk saluran yang disebut
yang teRSUDsun dalam organ dengan sisterna cili, yang berlanjut ke atas di depan
kapsul atau berupa kumpulan jaringan tulang punggung sebagai duktus torasikus.
limfoid yang difus.7,8 Vassa limfatika dari kuadran kiri atas tubuh
Sistim vassa limfatika berawal di bergabung ke dalam duktus torasikus, yang
kapiler limfe yang terdapat pada sebagian mengosongkan limfnya ke dalam vena
besar ruang jaringan. Kapiler limf sangat subklavia sinistra. Vassa limfatika dari
permeabel dan mengumpulkan cairan kuadran kanan atas tubuh menyatu untuk
jaringan dan protein.Kapiler limf menyatu membentuk duktus limfatikus dekstra, yang
membentuk vassa limfatika yang lebih besar mengosongkan limfnya ke dalam vena
dengan susunan menyerupai vena. Pada subklavia dekstra (gambar 4)7,8
vassa limfatika tidak terdapat pompa Hal ini menyebabkan aliran limf
(sebagaimana pompa untuk darah adalah kembali ke darah secara konstan dan terjadi
jantung), namun limf tetap mengalir dalam pembentukan terus-menerus limf oleh
vassa limfatika dengan mekanisme yang gerakan cairan dari darah ke dalam jaringan.
sama, yang mempercepat aliran balik vena. Demikian pula, limfosit secara terus-
menerus mengalami resirkulasi.
Gambar 4. Komponen sistem limfoid dan sirkulasi sel limfosit di dalam pembuluh darah dan
limfatik
Dikutip dari: Chandrasoma P, Taylor CR. Sistim Limfoid: Limfoma maligna. Alih bahasa.
Dalam: Chandrasoma P, Taylor CR. Patologi Anatomi. Edisi ke-2. Jakarta: EGC,1995:397.

Limfosit meninggalkan aliran darah atau tanpa keterlibatan nodus limfoid


melalui venula-venula khusus di dalam regional. Kriteria tersebut kemudian
jaringan limfoid, berdiam di jaringan limfoid berkembang dengan keterlibatan organ lain
dengan lama bervariasi, dan kemudian yang berdekatan (hepar, lien) dan untuk
beredar melalui limf untuk kembali menyatu penyakit nodal jauh yang muncul dengan
dengan limfosit lain di darah. Limfosit lesi ekstranodal; dimana ditemukan
berbeda satu sama lain dalam kaitannya pembesaran primer pada saat penetapan
dengan pergerakan mengitari tubuh. stadium.11
Kelompok limfosit tertentu mempunyai pola LNH esktranodal adalah keganasan
homing receptor dalam kaitannya dengan limfatik yang terjadi diluar rantai
berbagai bagian sistem limfoid.6,10 limfonodus, dapat berupa ekstranodal
limfatik dan ekstranodal ekstralimfatik.12
Area ekstranodal merupakan tempat
Limfoma Non Hodgkin Ekstranodal berkembangnya limfoma yang secara
Definisi normal kaya akan jaringan limfoid seperti
Batasan limfoma primer ektranodal cincin waldeyer, dimana tonsil palatina
masih menjadi perdebatan para ahli, sebagai tempat tersering (penyakit
khususnya pada saat penyakit nodal dan ekstranodal limfatik) sebagaimana
ekstra nodal ditemukan secara bersamaan. ditunjukkan pada gambar 5. Yang termasuk
Kriteria pertama kali disampaikan oleh ekstranodal ekstra limfatik antara lain orbita,
Dawson tahun 1961 dengan batasan cavum nasi, sinus paranasalis, dan kelenjar
limfoma primer gaster yang muncul dengan tiroid.4,5,11,12
manifestasi utama pada abdomen, dengan
Young dan Bailey dalam 4 bentuk, antara lain: 13
mengelompokkan LNH kepala dan leher
1. Limfoma nodal 2. Limfoma ekstranodal
- unilateral -termasuk diantaranya lingkaran
- bilateral waldeyer diluar lingkaran waldeyer
(ekstralimfatik)
3. Kombinasi limfoma nodal atau ekstranodal
4. Multifokal, keterlibatan ekstranodal

Gambar 5. Drainase nodus limfoid rantai jugularis vertikal


Dikutip dari: Skandalakis JE.Neck: Lymphatic System. In: Skandalakis JE, Colborn GL,
Weidman TA, Foster KS, Kingsworth AN, Skandalakis LJ,et al eds. Skandalakis Surgical
Anatomy. New York: McGraw-Hill Companies,2004:33.
dilaporkan para ahli atau berbagai pusat
Epidemiologi penelitian.3,5,12 Hal ini berhubungan dengan
Insidens LNH di dunia kira-kira 5– perbedaan geografik, variabilitas kriteria
10 kali lebih besar dibandingkan Limfoma yang
Hodgkin (LH); lebih banyak bergantung
pada perbedaan regional. Dari keseluruhan
kasus limfoma, 80 % berasal dari sel B dan
20 % dari sel T.12
Insidens LNH di Amerika Serikat
dilaporkan meningkat kira-kira 60.000 kasus
baru setiap tahunnya.4 Insidens di negara-
negara barat meningkat secara substansial
dalam 40 tahun terakhir. Ini kemungkinan
berhubungan dengan perbaikan dalam
prosedur diagnostik dan berbagai perubahan
dalam sistem klasifikasi.11
Insidens LNH esktranodal kepala
dan leher bervariasi dan belum banyak
dilaporkan (definisi yang berubah-ubah pasien perempuan dan 4 pasien laki-laki.
dari penyakit ekstra nodal) dan Tempat primer ditemukan pada tonsil 8
klasifikasi histologik yang kasus (61 %), nasofaring 4 kasus (30 %) dan
bervariasi. LNH primer ekstranodal ± 25- tiroid
50 % dari kasus limfoma baru.11 1 kasus (7 %).14
Penelitian Bilge,dkk di Turki selama Pada suatu penelitian di Yunani yang
tahun 2000-2005 didapatkan LNH primer dilakukan oleh Hellenic Cooperative
ekstranodal kepala dan leher yang terdaftar Oncology Group Study (HeCOG) selama
pada Klinik Onkologi Radiasi Rumah Sakit tahun 1994 - 2002 melaporkan 810 pasien
Pendidikan dan Penelitian Kartal sebanyak LNH ekstranodal; 37 diantaranya dengan
13 penderita; usia diantara 36 - 80 tahun, 9 presentasi ekstranodal multifokal, dan hanya
1 kasus dengan presentasi multifokal cavum
oris dan cavum nasi dengan gambaran
histologi MALT.15
Angka kejadian limfoma non
hodgkin di Indonesia belum diketahui
dengan pasti. Beberapa pusat pendidikan/
pelayanan kesehatan melaporkan berbagai
kasus dengan insidens bervariasi. tonsil. Limfoma maligna primer pada tulang
Pada penelitian selama 5 tahun
(1996- 2000) di Bagian Patologi Anatomi
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/
RSUD dr. Soetomo Surabaya didapatkan
insidens LNH pada berbagai tempat di
kepala dan leher. Limfoma nasofaring
ditemukan 15 kasus (12 pria, 3 wanita)
semuanya jenis LNH. Limfoma maligna
pada daerah sinonasal dengan gambaran
histopatologi menyerupai suatu
undifferentiated epidermoid karsinoma
nasofaring sebanyak 5 kasus (2 pria dan 3
wanita) pada cavum nasi, semuanya jenis
LNH. Sebanyak 31 kasus limfoma maligna
(14 pria, 17 wanita) pada derah tonsil dan
orofaring (cincin waldeyer). Jumlah ini
merupakan 39,2 % dari seluruh tumor ganas
rahang, didapatkan 10 kasus LNH; 5 1990-2001, hanya disebutkan limfoma
berasal dari mandibula dan 5 berasal dari maligna sebanyak 265 kasus (13,2 %);
maxilla. Limfoma maligna primer dari kedua terbanyak setelah karsinoma
kelenjar tiroid umumnya jenis MALT nasofaring sebanyak 1247 kasus (62,13 %).17
limfoma ditemukan 3 kasus (1 pria, 2
wanita). Limfoma maligna pada kelenjar Etiologi dan Patogenesis
getah bening leher, ditemukan 20 kasus Hingga saat ini, proses terjadinya
limfoma primer (19 kasus LNH, 1 kasus neoplasma seperti halnya pada limfoma
LH). Laki-laki dan wanita dengan proporsi belum diketahui pasti; hanya merupakan
yang hampir sama.16 suatu hipotesis dan adanya faktor
Bagian THT-KL FKUI-RSCM penyokong atau resiko terjadinya kanker
Jakarta melaporkan sejumlah kasus (gambar 6).2-4,18
keganasan di bidang THT-KL selama tahun

Gambar 6. alur sederhana dasar molekular kanker


Dikutip dari: Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Neoplasia. In: Robbins SL, Cotran RS, Robbins
SL, eds. Basic Pathology. 7thed. Philadelphia: WB Saunders, 2004:179.
Beberapa teori berkembang untuk menjelaskan neoplasma sebagai respon terhadap kemajuan
ilmu-ilmu dasar terbaru pada waktu teori tersebut dikemukakan.2

a. Teori Asal Neoplasma pada Limfoma sel, yang kemudian memperbanyak diri dan
Non Hodgkin menimbulkan neoplasma. Neoplasma yang
Terdapat 2 tipe asal neoplasma yaitu: berasal dari monoklonal ini jelas terlihat
1. Asal dari monoklonal pada neoplasma limfosit B (limfoma sel B)
Menurut teori asal monoklonal, yang menghasilkan imunoglobulin (gambar
perubahan neoplastik awalnya mengenai 7).
satu

Gambar 7. Neoplasma limfosit B. Distribusi immunoglobulin rantai ringan dan berat tersebar di
dalam populasi limfosit B
Dikutip dari: Chandrasoma P, Taylor CR. Sistim Limfoid: Limfoma maligna. Alih bahasa.
Dalam: Chandrasoma P, Taylor CR. Patologi Anatomi. Edisi ke-2. Jakarta: EGC,1995:255

2. Asal dari lapangan Berbagai faktor dapat menyebabkan


Suatu agen karsinogenik yang benturan ini dan setiap benturan
bekerja pada sejumlah besar sel yang serupa menghasilkan perubahan pada genom sel
dapat menimbulkan suatu lapangan yang yang terkena yang diteruskan pada
berpotensi menjadi sel neoplasma. keturunannya yaitu klon neoplastik. Periode
Neoplasma kemudian dapat timbul dari satu antara benturan pertama dan timbulnya
sel atau lebih di dalam lapangan ini. kanker secara klinis disebut periode lag.
Perubahan pada lapangan ini dianggap Interaksi multi faktor digambarkan pada
sebagai langkah pertama dari dua atau lebih terjadinya Limfoma Burkitt (jenis LNH
langkah-langkah berurutan yang derajat tinggi menurut klasifikasi WHO)
menimbulkan kanker (“multiple hit”). sebagaimana ditunjukkan pada gambar 8.2
Gambar 8. Onkogenesis pada Limfoma Burkitt
Dikutip dari: Chandrasoma P, Taylor CR. Sistim Limfoid: Limfoma maligna. Alih bahasa.
Dalam: Chandrasoma P, Taylor CR. Patologi Anatomi. Edisi ke-2. Jakarta: EGC,1995:258

Kudson mengemukakan bahwa reseptor faktor pertumbuhan. Peningkatan


karsinogenesis memerlukan 2 benturan. produksi faktor perangsang pertumbuhan
Benturan pertama adalah inisiasi dan atau reseptornya atau penurunan faktor
karsinogen yang menyebabkannya adalah (penghambat) penekan pertumbuhan atau
inisiator. Benturan kedua yang menginduksi produksi faktor yang fungsinya abnormal
pertumbuhan neoplastik adalah promosi, dan dapat menimbulkan pertumbuhan sel yang
agen penyebabnya adalah promotor. tidak terkendali. Sel neoplastik kemudian
Pendapat yang berkembang saat ini bahwa dihasilkan oleh beberapa perubahan tersebut
terjadinya banyak benturan (lima atau lebih) (benturan multipel). Agen eksternal yang
berperan besar pada timbulnya kanker.2 dapat mempengaruhi (mutagen) mencakup
karsinogen kimia, radiasi pengion, dan virus.
b. Teori Mutasi Genetik Efek agen ini dieksaserbasi oleh mekanisme
Kelainan di dalam genom akibat perbaikan DNA yang tidak sempurna pada
faktor keturunan, mutasi spontan, atau kerja usia lanjut dan pada keadaan pewarisan
agen eksternal dapat menyebabkan tertentu misalnya ataksia telangiektasia yang
neoplasma jika perubahan terjadi pada gen berhubungan dengan terjadinya LNH.2,19
pengatur pertumbuhan. Gen ini yang disebut c. Teori Onkogen Virogen
sebagai protoonkogen (onkogen selular), Transformasi neoplastik dianggap
mengkode berbagai faktor pertumbuhan dan sebagai aktivasi (atau depresi) rangkaian
DNA spesifik yang diketahui sebagai gen dikenal sebagai “onkogen teraktivasi” (atau
pengatur pertumbuhan atau proto-onkogen. onkogen mutan, dengan perubahan struktur)
Aktivasi onkogenesis dapat terjadi melalui atau hanya sebagai onkogen selular (c –onc).
beberapa mekanisme (gambar 9): (1) mutasi Dari mekanisme yang tersebut diatas, peran
proto-onkogen; (2) translokasi ke bagian onkogen melalui mekanisme translokasi
genom yang lebih aktif; (3) insersi virus dianggap paling berperan pada terjadinya
onkogenik pada daerah sekitarnya; (4)
LNH.2,19

amplifikasi proto-onkogen; (5) pengenalan


onkogen virus; (6) derepresi (kehilangan
kendali penekan); Hasil gen teraktivasi

Gambar 9. Hubungan onkogen selular dengan pertumbuhan normal dan neoplasma serta cara
aktivasi onkogen
Dikutip dari: Chandrasoma P, Taylor CR. Sistim Limfoid: Limfoma maligna. Alih bahasa.
Dalam: Chandrasoma P, Taylor CR. Patologi Anatomi. Edisi ke-2. Jakarta: EGC,1995:258

d. Faktor Risiko 1. Translokasi kromosom dan penyusunan


Beberapa faktor yang diduga berhubungan ulang molekuler
dengan patogenesis limfoma non hodgkin, Translokasi kromosom dan
antara lain: penyusunan ulang molekuler mempunyai
peranan penting pada patogenesis berbagai
jenis limfoma dan berhubungan dengan penjajaran posisi “onkogen” inhibitor
histologi dan imunofenotip.18,19 apoptosis bcl-2 (terletak di kromosom
18q21) pada daerah rantai berat dari lokus
imunoglobulin kromosom 14q32. Hal ini
Peran onkogen dalam terjadinya menyebabkan ekspresi berlebihan dari
LNH lebih banyak diketahui. Pada LNH protein bcl-2 yang melindungi limfosit dari
terdapat translokasi kromosom. apoptosis dan menyebabkan sel tersebut
Karakteristiknya adalah bagian kromosom bertahan hidup lama; terjadi akumulasi
spesifik yang didalamnya terlokalisasi gen berkelanjutan menyebabkan limfadenopati
reseptor imunoglobulin atau sel T, berpindah dan infltrasi sumsum tulang. Limfoma
ke kromosom lain yaitu ke tempat suatu dengan ekspresi bcl-2 yang berlebihan
onkogen. Dalam perkembangan dini sel T cenderung indolen dibandingkan dengan
dan sel B, gen-gen ini mengalami proses limfoma pada umumnya.19-21
pengaturan kembali pada DNA, dengan Translokasi kromosom dapat
penyusunan gen-gen fungsional dari melibatkan deregulasi dan aktivasi onkogen
berbagai komponen gen pada kromosom. melalui translokasi t(8;14)(q24;q32), dimana
Sementara proses ini berlangsung, terjadi satu dari gen-gen rantai berat imunoglobulin
patahan kromosom yang tidak mengalami kromosom 14 tergabung ke onkogen c-myc
perbaikan (bagian yang patah ke kromosom pada kromosom 8, sebagaimana ditunjukkan
asli), tetapi penggabungan yang keliru pada gambar 10. Aktivasi c-myc
dengan kromosom lain. Hasilnya adalah menyebabkan proliferasi hebat. Translokasi
suatu translokasi.19-21 t (8,14) secara spesifik terdapat pada
Abnormalitas kromosom yang paling Limfoma Burkitt (endemik dan sporadik)
sering pada LNH adalah translokasi t(14;18) tetapi juga pada LNH sel B derajat tinggi
(q32;q21), yang ditemukan pada 85 yang lain.19-21
% limfoma follicular dan 28 % pada LNH
derajat tinggi. Translokasi ini menghasilkan

Gambar 10. Translokasi kromosom dan onkogen terkait


Dikutip dari: Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Neoplasia. In: Robbins SL, Cotran RS, Robbins
SL, eds. Basic Pathology. 7thed. Philadelphia: WB Saunders, 2004:197
permukaan sel B CD 40. Secara bersamaan,
LMP-1 mencegah apoptosis dengan
Melalui penjelasan tersebut diatas pembuat sinyal yang mirip aktivasi sel B
dapat dilihat peran onkogen dalam melalui molekul
menstimulasi proliferasi maupun
menghambat kematian sel. Kedua faktor ini
dapat menimbulkan replikasi sel neoplastik.
2. Virus
Banyak virus DNA dan RNA
terbukti bersifat onkogenik pada beragam
hewan, namun melalui berbagai penelitian
mendalam hanya dilaporkan beberapa virus
yang menyebabkan keganasan pada
manusia. Berikut ini diuraikan beberapa
virus yang berperan pada patogenesis
LNH.2,19,22

Virus Eipsten-Barr (EBV)


Pada tipe LNH tertentu, infeksi virus
memegang peranan. Yang paling banyak
diketahui adalah peran virus Eipsten-Barr
(EBV). Virus ini dilaporkan berkaitan
dengan patogenesis beberapa tumor:
limfoma Burkitt, penyakit limfoproliferatif
pasca transplantasi, limfoma sistem saraf
pusat pada pasien AIDS, limfoma yang
terkait dengan AIDS, dan karsinoma
nasofaring. Limfoma Burkitt merupakan
penyakit endemik di beberapa bagian
tertentu di Afrika dan sporadik di tempat
lain. Di daerah endemik, sel tumor pada
hampir semua pasien membawa genom
EBV. EBV memperlihatkan tropisme kuat
terhadap sel B dan menginfeksi banyak sel
B, yang kemudian berproliferasi. In vitro,
infeksi semacam ini menyebabkan
imortalisasi sel B dan menghasilkan turunan
sel limfoblastoid. Turunan ini menghasilkan
beberapa antigen yang dikode oleh EBV.
Salah satu gen yang dikode EBV, yang
disebut LMP-1, bekerja sebagai onkogen,
dan ekspresinya pada mencit transgenik
memicu limfoma sel B. LMP-1 mendorong
proliferasi sel B dengan mengaktifkan jalur
mengaktifkan BCL 2. Pada individu yang padanan dari turunan sel limfoblastoid.
secara imunologis normal, proliferasi Berbeda dengan sel B tumor pada limfoma
poliklonal in vivo sel B yang dipicu Burkitt, limfoblas B pada pasien yang
oleh EBV mudah dikendalikan, dan mengalami imunosupresi mengekspresikan
individu tersebut mungkin tetap antigen permukaan yang dikenali oleh sel T.
asimtomatik.19,21 Proliferasi yang berpotensi letal ini dapat
Kaitan langsung untuk terjadinya mereda bila status imunologik penjamu
LNH terdapat pada limfoma Burkitt (tipe membaik, seperti yang terjadi setelah
endemik) pada anak-anak kecil di Afrika penghentian obat imunosupresif pada
Tengah. Dalam hal ini terdapat kerjasama penerima cangkok.21
antara infeksi EBV, infeksi malaria dan
deregulasi onkogen karena translokasi Human T-cell Lymphotrophic Virus type 1
kromosomal t (8,14), yang menyebabkan (HTLV-1)
berkembangnya limfoma Burkitt. Demikian Human T Leukemia Virus tipe 1 (HTLV-1)
halnya di negara Barat, EBV dapat menyebabkan suatu bentuk leukimia/
ditunjukkan dalam berbagai tipe LNH ( limfoma sel T yang endemik di beberapa
yaitu LNH sel B besar dan LNH sel T). 19-21 tempat di Jepang dan lembah Karibia, tetapi
Pada pasien dengan penekanan ditemukan secara sporadis di tempat lain,
imun, termasuk mereka yang mengidap termasuk Amerika Serikat.18-20 Serupa
penyakit HIV dan penerima cangkok organ, dengan virus HIV AIDS, HTLV-1 memiliki
sel B yang terinfeksi EBV mengalami tropisme terhadap sel T CD4+, dan sub set
ekspansi poliklonal, in vivo menghasilkan sel
T ini menjadi sasaran utama transformasi parakrin melalui peningkatan produksi GM-
neoplastik. Infeksi pada manusia terjadi CSF. Dengan bekerja pada makrofag
akibat penularan sel T yang terinfeksi disekitarnya, faktor pertumbuhan mieloid ini
melalui hubungan seks, produk darah, atau memicu peningkatan sekresi mitogen sel T
ASI. Mekanisme transformasi molekuler lainnya, seperti Il-1.Bersamaan dengan
HTLV-1 masih belum jelas. Genom HTLV- berbagai aktivitas yang mendorong
1 selain mengandung gen retrovirus, juga pertumbuhan ini, terjadi inhibisi jalur yang
terdapat suatu regio yang disebut pX. Regio menekan pertumbuhan. Pada awalnya
ini mengkode beberapa protein, termasuk proliferasi sel T bersifat poliklonal karena
salah satunya yang disebut TAX. Protein virus menginfeksi banyak sel.19 Sel T yang
TAX dapat mengaktifkan transkripsi berproliferasi sangat beresiko mengalami
beberapa gen sel penjamu, termasuk gen kejadian transformasi (mutasi) kedua, yang
yang mengkode sitokin IL-2 dan reseptornya akhirnya menyebabkan pertumbuhan
serta gen untuk GM-CSF (gambar 11).19 berlebihan suatu populasi sel T neoplastik
Infeksi HTLV-1 merangsang monoklonal.6,19
proliferasi sel T. Stimulasi ini ditimbulkan
oleh gen TAX, yang mengaktifkan gen yang
mengkode Il-2 dan reseptornya sehingga
terbentuk sistem autokrin untuk proliferasi.
Pada saat yang sama, terjadi aktivasi jalur
Gambar 11. Patogenesis limfoma sel T yang dipicu oleh virus HTLV-1
Dikutip dari: Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Neoplasia. In: Robbins SL, Cotran RS, Robbins
SL, eds. Basic Pathology. 7thed. Philadelphia: WB Saunders, 2004:200

e. Imunodefisiensi phase.
Pasien dengan imunodefisiensi baik
kongenital maupun didapat dapat
meningkatkan resiko terjadinya LNH.
Status imunodefisiensi kongenital yang
berhubungan dengan peningkatan resiko
LNH antara lain: ataxia-telangiektasia,
sindrom Wiskot-Aldrich,
hipogammaglobulinemia, sindrom x-linked
limfoproliferatif.
Status imunodefisiensi yang didapat seperti
infeksi HIV, imunosupesi iatrogenik pada
penerima transplantasi organ, penyakit
autoimun (sindrom sjogren) dapat
3,4,18,19
meningkatkan resiko terjadinya LNH.

f. Faktor Lingkungan
Bahan kimia dapat memicu
terjadinya keganasan karena dapat
menimbulkan mutasi pada DNA.18,23 Apabila
bahan yang bersifat karsinogenik masuk ke
dalam tubuh, maka di dalam tubuh bahan ini
langsung mengalami proses detoksifikasi
untuk kemudian diekskresi. Selain itu, bahan
karsinogenik tersebut terlebih dahulu
dimetabolisme di dalam tubuh, kemudian
hasil metabolismenya didetoksifikasi dan
berikutnya diekskresi. Apabila proses ini
tidak dapat dilakukan oleh tubuh, maka hasil
metabolit dari bahan karsinogenik ini akan
mengadakan ikatan dengan rantai DNA,
sehingga DNA menjadi cacat (defect).
Sebagai akibat dari kecacatan DNA, tubuh
berusaha untuk melakukan perbaikan DNA
yang dikenal dengan DNA repair. Bila
perbaikan DNA tidak berhasil, sel yang
memiliki DNA abnormal akan dieksekusi
atau dimusnahkan. Apabila proses eksekusi
ini tidak mampu dilakukan oleh tubuh, maka
sel dengan DNA cacat bersifat permanen.
Kondisi ini dikenal dengan initiation
menyebar ke berbagai organ tubuh termasuk
Selanjutnya, sel yang memiliki DNA cacat kepala dan leher.
mengalami proliferasi dan diferensiasi, Pada limfoma non-Hodgkin tubuh
serta berkembang menjadi ganas. Kondisi membentuk limfosit yang abnormal yang
ini dikenal dengan promotion phase.2,19,23 akan terus membelah dan bertambah banyak
Beberapa bahan kimia yang dengan tidak terkontrol. Limfosit yang
berhubungan dengan perkembangan LNH, bertambah banyak ini akan memenuhi
antara lain: berbagai jenis pestisida (2,4-D- kelenjar getah bening dan menyebabkan
organofosfat, klorofenol), pelarut dan kimia pembesaran.
organik (benzene, karbon tetraklorida), dan Tumor bersifat heterogen dengan
lain-lain. lokasi bervariasi, dapat dijumpai diluar
Pasien yang mendapatkan nodulus sepanjang aliran limfatik yang
kemoterapi dan radioterapi kanker dapat dikenal dengan limfoma non hodgkin
meningkatkan resiko terjadinya LNH. 18,19,23 ekstranodal. Pada daerah kepala dan leher,
limfoma non hodgkin ekstranodal ditemukan
RINGKASAN di berbagai tempat, antara lain: cincin
Limfoma non hodgkin adalah waldeyer, sinus paranasalis, cavum nasi,
kanker yang berawal dari sistim limfatik, laring, rongga mulut, kelenjar ludah, tiroid
tumbuh akibat perubahan sel limfosit yang dan orbita. Tonsil merupakan tempat
sebelumnya normal menjadi ganas dan tersering.
Mekanisme terjadinya belum 4. Advani B, Jacobs CD. Lymphomas of
diketahui dengan pasti. Faktor-faktor yang the head and neck. In: Bailey BJ,
diduga berperan pada terjadinya limfoma Johnson JT,eds. Head and Neck Surgery
non hodgkin antara lain: virus onkogen yang Otolaryngology.4thed. Philadelphia:
menyebabkan mutasi melalui translokasi Lippincot William & Wilkins,
kromosom, faktor lingkungan (karsinogen, 2006:1622-7.
kemoterapi, radiasi), dan imunodefisiensi. 5. Chan ACL, ChanJKC, Cheung MMC,
Kapadia SB. Haematolymphoid tumours.
In: Barnes L, Eveson JW, Reichart P,
Sidransky D, eds. WHO Pathology &
DAFTAR PUSTAKA Genetics of Head and Neck Tumours.
Lyon: International Agency for Research
1. Friel JP. Kamus Kedokteran Dorland. on Cancer
Alih bahasa: Tim penerjemah EGC. Press,2005:58,104,155,199,277,357.
Edisi ke-2. Jakarta: EGC,1996:1447. 6. Baratawidjaja KG. Imunologi Dasar.
2. Chandrasoma P, Taylor CR. Sistim Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit
Limfoid: Limfoma maligna. Alih FKUI,2004:17-26.
bahasa. Dalam: Chandrasoma P, Taylor 7. Van de Graaff. Lymphatic system. In:
CR. Patologi Anatomi. Edisi ke-2. Van de Graaff. Human Anatomy. 6thed.
Jakarta: EGC,1995:406-21. New York:McGraw-Hill
3. Emmanouilides C, Casciato DA. Companies,2001:582-5
Hodgkin and Non Hodgkin Lymphoma.
In: Casciato DA,ed. Manual of Clinical
Oncology. 5thed. Philadelphia:
Lippincot William & Wilkins,2004:417-
50.
8. Scanlon VC, Sanders T. The lymphatic Sept 28, 2008
system and Immunity. In: Scanlon VC, 12. Pameijer FA, Haas RL. Neck
Sanders T. Essential of Anatomy and lymphoma. In: Hermans R,ed. Head
Physiology. 5thed. Philadelphia: FA and Neck Cancer Imaging.
Davis Company,2007:319-26. Berlin:Springer,2006:311-27.
9. Skandalakis JE.Neck: Lymphatic 13. Young G, Bailey BJ. Lymphomas of the
System. In: Skandalakis JE, Colborn Head and Neck. 1995. Adapted from:
GL, Weidman TA, Foster KS, http://www.utmb.edu/otoref/Grnds/lym
Kingsworth AN, Skandalakis LJ,et al phoma.htm. Acces Sept 28, 2008.
eds. Skandalakis Surgical Anatomy. 14. Bilge S. Mayadagli A, Ozseker N,
New York: McGraw- Parlak C, Oruc F, Ozturk N, et al.
Hill Cases of extranodal lymphoma in the
Companies,2004:32-3. head and neck region.
10. Sommers MS. Respon tubuh terhadap (abstract). Journal of
tantangan imunologik. Alih bahasa. Clinical Oncology 2007;25. Adapted
Dalam: Price SA, Wilson LM. fromhttp://www.meeting.ascopubs.org/c
Patofisiologi konsep klinis proses- gi/content/abstract/25/18_suppl/18544a
proses penyakit. Edisi ke-6. Jakarta: nd&fulltext=lymphoma+extranodal&an
EGC,2002:81-8. dorexactfulltextrelevance&fdate=1/1/20
11. Zucca E. Extranodal lymphoma. 00&resourcetype=HWCIT. Access Sept
Annonc 2008; 19:77- 28,2008.
80. Adapted 15. Economopulos T, Papgeorgious S,
from:http://www.annonc.oxfordjournal Rontogianni D, Kaloutsi V, Fountzilas
s G, Tsatalas, et al. Multifocal Extranodal
.org/cgi/reprint/19/suppl_4/iv77. Acces Non Hodgkin Lymphoma: A
Clinicopathologic Study of 37 cases in Gordon LI, Nicolaou N. Non Hodgkin’s
Greece, A Helenic Cooperative Lymphoma. In: Ahlering TE, Bruora E,
Oncology Group Study. The Oncologist Alberts SR, Casper ES, Anderson PR,
2005;10:734-8. Adapted from: Barakat RR, et al eds. Cancer
http://www.TheOncologist.com. Access management: a multidisciplinary
Sept 12,2008. approach. New York: The Oncology
16. Martoprawiro SS, Sandhika W, Fauziah group,2003:665-710.
D. Aspek Patologi Tumor THT- Kepala 19. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL.
Leher. Pendidikan Kedokteran Neoplasia. In: Robbins SL, Cotran RS,
Berkelanjutan III Perkembangan Robbins SL, eds. Basic Pathology. 7thed.
Terkini Diagnosis dan Penatalaksanaan Philadelphia: WB Saunders, 2004:166-
Tumor Ganas THT-KL. 201.
Surabaya:2002,2- 3(November):9-26. 20. Cesarman E, Mesri EA. Pathogenesis of
17. Munir M. Keganasan di bidang Telinga viral lymphomas. In: Leonard JP,
Hidung Tenggorok. Dalam: Soepardi Coleman M,eds. Hodgkin’s and Non
EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti Hodgkin’s Lymphoma. New York:
RD,eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Springer,2006:49-75.
Telinga Hidung Tenggorok. Edisi ke-6. 21. Somers R, De Jong D. Gangguan
Jakarta: Balai Penerbit FKUI,2007:163- maligna sistem limfatik. Alih bahasa.
73. Dalam: Van de Velde CJH, BOsman FT,
18. Rosen ST, Molina A, Winter JN, Wagener DJT. Onkologi. Edisi ke-5.
Yogyakarta: Panitia Kanker RSUDP dr Cancer. Heidelberg: Wiley-VCH Verlac
Sardjito,1999: 677-96. GmbH & Co, 2006:69-79,308-9.
22. Hausen HZ. Retrovirus familiy. In: 23. Sudiana IK. Mutagen dan karsinogen.
Hausen HZ,ed. Infection causing Dalam: Sudiana IK. Patobiologi
Human Molekuler Kanker. Jakarta: Salemba
Medika,2008:27-42.

Anda mungkin juga menyukai